BAB 6
PEMBAHASAN
Hipotesis pertama adalah adanya dugaan bahwa variabel peran pendampingan tutor secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar warga belajar di PKBM Taman Belajar Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Berdasarkan hasil uji F dengan menggunakan analisis regresi berganda, nlai R Square menunjukkan angka 0,006 atau 0,6%. Hal ini berarti bahwa kontribusi/pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen hanya sebesar 0,6%, sementara yang 99,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian, maka dalam penelitian H0 yang berbunyi: bahwa peran pendampingan tutor tidak mempunyai pengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar warga belajar di PKBM Taman Belajar diterima, sedangkan H1 yang berbunyi: bahwa peran pendampingan tutor mempunyai pengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar warga belajar di PKBM Taman Belajar ditolak.
6.1 Pengaruh Secara Bersama–sama Pendampingan Terhadap Motivasi Belajar Warga Belajar
Upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia tidak hanya dapat ditempuh melalui jenjang pendidikan formal bagi generasi usia sekolah,
namun juga dapat dilaksanakan melalui jalur non formal pada generasi usia non sekolah. Usaha yang ditempuh dalam rangka mencapai hal tersebut salah satunya adalah dengan menyelenggarakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Mengingat sampai saat ini Indonesia masih termasuk negara yang mempunyai angka buta huruf cukup besar, upaya PKBM merupakan langkah untuk mengurangi angka buta huruf menuju melek huruf. Pelaksanaan PKBM bukan tanpa kendala karena sebagian peserta didik adalah orang dewasa yang mempunyai banyak kesibukan dan mempunyai orientasi ke depan yang sudah relatif tertata. Hal ini tentu mengurangi motivasi mereka dalam belajar. Bagi mereka, menghabiskan waktu lebih banyak untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya menjadi lebih penting dibanding dengan meningkatkan pengetahuan atau khususnya kemampuan membacanya. Berdasarkan kondisi warga belajar ini maka perlu suatu upaya yang strategis dari sisi efektifitas dan esisiensi. Mengingat hal tersebut upaya pertama yang menjadi bagian penting dalam rangka penyadaran warga belajar adalah pendampingan. Dengan melakukan pendampingan warga belajar dapat merasa lebih dibina, diarahkan dan dikontrol, namun tetap memperhatikan faktor–faktor kebersamaan, kesejajaran dan kesetaraan kedudukan.
Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi belajar adalah pada kategori sering sebanyak 65 orang (65 %). Hal ini menunjukkan bahwa keinginan warga belajar dalam melakukan hal – hal
yang sebaiknya dilakukan seperti belajar kelompok, membuka pelajaran yang sudah diberikan, memperhatikan selama pelajaran berlangsung pada kategori sering.
Namun hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh secara bersama-sama pendampingan tutor terhadap motivasi belajar warga belajar. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi F hitung sebesar 0,912 ( p > 0.05). Disamping itu dari hasil nilai R2 menunjukkan kontribusi pengaruh yang sangat kecil yaitu sebesar 0,006, berarti secara bersama-sama 0,06 % perubahan variabel Y disebabkan oleh perubahan variabel X1, X2, dan X3. Sedangkan sisanya yaitu 99,94 % disebabkan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Perubahan variabel tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh adanya motivasi pada diri warga belajar, yaitu keinginan untuk meningkatkan kemampuan pendidikan di jalur pendidikan luar sekolah (PKBM).
Tidak adanya pengaruh secara bersama – sama ketiga variabel bebas dan kecilnya kontribusi pendampingan tersebut menunjukkan bahwa pendampingan bukan merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan motivasi belajar warga belajar. Jika dinilai berdasarkan data yang ada ketidakbermaknaan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat ini dapat dilihat dari pola hasil uji yang tidak konsisten yaitu jika peran pendampingan sebagai fasilitator, motivator dan katalisator tinggi tidak didukung oleh motivasi belajar yang tinggi, atau sebaliknya jika nilai motivasi
yang tinggi, peran pendampingan menunjukkan angka yang kadang tinggi dan kadang rendah.
Kondisi ini menunjukkan bahwa adanya peran tidak serta merta meningkatkan motivasi belajar warga belajar. Sehingga ada hal – hal lain yang lebih berpengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar warga belajar disamping 3 hal tersebut.
6.2 Pengaruh Peran sebagai Fasilitator terhadap Motivasi Belajar Warga Belajar
Hasil perhitungan secara deskriptif menunjukkan bahwa kategori peran pendampingan sebagai fasilitator lebih banyak pada kategori sering yaitu sebanyak 43 orang (43 %), kemudian kadang – kadang sebanyak 34 orang (34 %) dan sisanya adalah selalu sebanyak 23 orang (23 %).
Sedangkan hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji Regresi Linier Berganda menunjukkan nilai t variabel peran tutor sebagai fasilitator (X1) sebesar -0,475 dengan tingkat signifikansi 0.636 ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel peran tutor sebagai fasilitator (X1) terhadap motivasi warga belajar.
Secara definisi peran fasilitator didefinisikan sebagai peran pendampingan yang mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan, mengkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.
Dalam proses pembelajaran ini tutor hanya memberikan peran memfasilitasi agar motivasi belajar warga belajar dapat tumbuh. Tidak adanya pengaruh peran tutor sebagai fasilitator tersebut kemungkinan pertama disebabkan tutor masih belum sepenuhnya tepat dalam memberikan
treatment motivasi kepada warga belajar, sehingga warga belajar yang
mempunyai motivasi rendah belum sepenuhnya dapat termotivasi sedangkan warga belajar yang mempunyai motivasi tinggi tidak diperhatikan. Kemungkinan kedua peran fasilitasi yang diberikan belum sepenuhnya baik dan diterima baik oleh responden. Hal ini disebabkan program pembelajaran yang diselenggarakan PKBM ini masih bersifat normatif, sehingga kegiatan pembelajaran tersebut dilaksanakan hanya berdasarkan pada proses pengajaran sesuai dengan jadwal yang ada.
6.3 Pengaruh Peran sebagai Motivator terhadap Motivasi Belajar Warga Belajar
Hasil perhitungan secara deskriptif menunjukkan bahwa kategori peran pendampingan sebagai motivator lebih banyak pada kategori kadang – kadang yaitu sebanyak 39 orang (39 %), kemudian sering sebanyak 37 orang (37 %) dan sisanya adalah selalu sebanyak 24 orang (24 %).
Sedangkan hasil perhitungan statistik variabel peran tutor sebagai motivator (X2) sebesar 0,145 dengan tingkat signifikansi 0.885 ( p > 0.05). Hal
ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel peran tutor sebagai motivator (X3) terhadap motivasi warga belajar.
Secara definisi, peran motivator diartikan sebagai peran pendampingan untuk menyadarkan dan mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalah serta dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan permasalahan. Tutor melakukan hal ini dalam kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan kemauan belajr warga belajar.
Peran motivator akan dapat berhasil secara maksimal jika pendamping memahami kelompok yang didampingi, karena itu pendamping dapat hadir ditengah mereka, hidup bersama mereka, belajar dari apa yang mereka miliki dan mengajarkan apa yang tidak mereka ketahui. Pada proses pendampingan tutor sebagai motivator ini lebih bersifat memyampaikan saran-saran kepada warga belajar.
Kondisi warga belajar yang sebagian besar melaksanakan aktivitas kerja pada siang hari, juga mempengaruhi motivasi belajar pada malam hari. Ketika kondisi badan yang payah karena terlalu capek bekerja, secara langsung akan mempengaruhi warga belajar untuk belajar. Sebaik apapun penjelasan materi pembelajaran yang disampaikan oleh tutor, bagi warga belajar yang merasa capek dan konsentrasinya terhadap proses pembelajaran kurang, maka makna makna dari materi tersebuit tidak bisa dipahami oleh warga belajar secara optimal dan proses pembelajaran hanya bersifat satu arah.
6.4 Pengaruh Peran Katalisator terhadap Motivasi Belajar Warga Belajar.
Hasil perhitungan secara deskriptif menunjukkan bahwa kategori peran pendampingan sebagai katalisator lebih banyak pada kategori kadang-kadang yaitu sebanyak 39 orang (39 %), kemudian yang paling sedikit adalah kategori tidak pernah sebanyak 6 orang (6 %).
Hasil uji statistic, nilai variabel peran tutor sebagai katalisator (X3) sebesar 0,487 dengan tingkat signifikansi 0.627 ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel peran tutor sebagai katalisator (X3) terhadap motivasi warga belajar.
Peran katalisator adalah pendampingan agar dapat dilakukan aktifitas antara kelompok pendamping dengan lembaga di luar kelompok maupun lembaga teknis lainnya, baik lembaga teknis pelayanan permodalan maupun lembaga ketrampilan dalam rangka pengembangan jaringan.
Selama ini upaya peran katalisator yang lebih banyak dikembangkan adalah untuk melakukan evaluasi kegiatan proses belajar mengajar, mengevaluasi sarana dan tempat belajar dan mengevaluasi hasil belajar. Dengan demikian peran katalisator lebih banyak ditekankan pada hal-hal yang terkait faktor internal, dan belum menyentuh pada tingkat eksternal. Peran-peran tersebut lebih banyak pada upaya pengembangan jaringan untuk evaluasi proses belajar mengajar, penyediaan sarana dan tempat belajar dan evaluasi hasil belajar.
6.5 Motivasi Belajar Warga Belajar di PKBM
Pengembangan hasil belajar, dengan memberikan akses bagi lembaga kerja untuk memanfaatkan output dari proses pembelajaran di PKBM selama ini belum dilaksanakan. Warga belajar dengan inisiatif sendiri mengembangkan dan menindaklanjuti hasil belajar yang telah diperoleh.
Motivasi utama warga belajar mengikuti kegiatan pembelajaran di Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Taman Belajar adalah untuk memperoleh Ijazah sebagai perasyarat untuk memperoleh pekerjaan yang lebih layak. Keinginan diri yang cukup dan adanya prasyarat ijazah darii lembaga kerja menjadi faktor pendukung utama adanya motivasi belajar bagi warga belajar secara umum.
Meningkatnya motivasi belajar para warga belajar untuk mengikuti proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh PKBM Taman Belajar Kecamatan Kenjeran lebih banyak dipengaruhi oleh faktor di luar kondisi yang ada dalam komponen proses pembelajaran di PKBM.
Motivasi belajar bagi warga belajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar. Warga belajar yang mengikuti proses belajar mengajat di PKBM dan lembaga-lembaga pendidikan luar sekolah pada umumnya, mempunyai motivasi belajar yang di latarbelakangi oleh adanya keterbatasan-keterbatasan yang melekat pada dirinya. Keterbatasan ekonomi menyebabkan mereka tidak mampu mengikuti/mengenyam pendidikan di
lembaga pendidikan formal. Selain itu, pada umumnya mereka juga melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi di sektor informal (buruh pabrik, pekerja kasar, dan lainnya).
Proses belajar mengajar di PKBM yang diselenggarakan pada malam hari lebih didasarkan pada pemberian kesempatan kepada warga belajar untuk dapat mengikutinya. Diharapkan motivasi belajar warga belajar tetap meningkat dengan adanya kesempatan belajar pada malam hari. Berdasarkan pada teori motivasi belajar, maka motivasi belajar warga belajar untuk mengikuti proses pembelajaran di PKBM dapat dikelompokkan ke dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Keinginan untuk memperoleh legalitas formal (ijazah) pendidikan
Keinginan belajar warga belajar di PKBM hal ini lebih didasarkan pada orientasi untuk memperoleh ijazah sebagai bentuk pengakuan formal atas proses belajar yang diikutinya di PKBM.
Warga belajar Kejar Paket A mengharapkan dapat memperoleh ijazah lulus Kejar Paket A sehingga dapat melanjutkan ke jenjang Kejar Paket B. Warga belajar Kejar Paket B mengharapkan dapat memperoleh ijazah lulus Kejar Paket c sehingga dapat melanjutkan ke jenjang Kejar Paket C. Juga warga belajar Kejar Paket C mengharapkan dapat memperoleh ijazah lulus Kejar Paket C sehingga dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Implikasi dari diperolehnya ijazah dari kelompok belajar yang diikuti oleh warga belajar di PKBM secara
ekonomi lebih mengarah pada adanya peningkatan penghasilan. Bagi warga belajar yang bekerja di perusahaan/pabrik yang hanya memiliki ijazah sekolah dasar dituntut untuk memiliki ijazah yang lebih tinggi (SLTP/SMU) jika ingin memperoleh peningkatan pendapatan, dan begitu juga seterusnya. Ketika ada tuntutan semacam itu, sementara kesempatan untuk meningkatkan pendidikan hanya tersedia pada saat jeda kerja (malam/sore hari), maka upaya itu dapat dilakukan dengan mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di PKBM (Kejar Paket A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C).
Seiring dengan upaya pemerintah dengan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, maka hal ini menjadi dasar dan dorongan warga belajar yang hanya mempunyai bekal pendidikan lulusan dari sekolah dasar untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengikuti pendidikan di Kejar Paket B dan Kejar Paket C (BPKB Jatim, 2000: 37). b. Keadaan pasif
Warga belajar yang mengikuti program pembelajaran di PKBM sebagian besar adalah sudah bekerja terutama pada sektor-sektor informal. Sebagian besar waktunya pada siang hari dipergunakan untuk aktivitas-aktivitas ekonomi, sehingga di malam hari menyebabkan kondisinya cukup payah dan mengurangi konsentrasi untuk belajar.
Warga belajar dalam mengikuti proses pembelajaran di PKBM tidak diberikan peraturan apapun yang sifatnya mengikat. Peraturan dan tata
tertib yang terjadwal seperti halnya di sekolah formal kadangkala tidak diterapkan dalam proses pembelajaran. Kondisi ini menyebabkan tidak adanya konsekwensi apapun bagi warga belajar dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketika warga belajar yang secara rutin, rajin, dan aktif mengikuti proses pembelajaran hal itu lebih didasarkan oleh keinginan dari dalam dirinya untuk meningkatkan pendidikannya, sementara yang lain juga menganggap hanya sekedar dating untuk memenuhi jadwal belajar yang telah disusun oleh tutor dan pengelola PKBM.
c. Keterbelakangan belajar
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya sebagai besar warga belajar yang menjadi sasaran layanan pendidikan di lembaga pendidikan luar sekolah adalah warga masyarakat yang miskin dan terpinggirkan oleh sistem yang ada. Kemiskinan menyebabkan masyarakat tidak bisa mengikuti proses pembelajaran di sekolah formal yang menerapkan biaya pendidikan yang mahal. Hal ini juga berimplikasi pada rendahnya motivasi dalam proses pembelajaran. Kekurangan motivasi dan keterbelakangan belajar terjadi karena konsentrasi mereka lebih kepada aktivitas-aktivitas ekonomi untuk memperoleh penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhan fisik hidupnya.
d. Sikap mengalah
Warga belajar yang mengikuti proses pembelajaran di PKBM menganggap bahwa proses pembelajaran yang dikuti sebagai bentuk
rutinitas belajar. Kesadaran untuk belajar dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperoleh ijazah agar dapat memperoleh kesempatan melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Tuntutan dari tempat kerja untuk meningkatkan pendidikan sebagai bagian dari upaya meningkatkan penghasilan juga bagian dari kesadaran untuk belajar.
Penyelenggaraan proses pembelajaran di PKBM maupun lembaga pendidikan luar sekolah yang lain, pada umumnya memberikan kemudahan dan kelonggaran bagi warga belajarnya. Kemudahan dan kelonggaran dalam waktu belajar yang lebih pendek dari pada waktu belajar di sekolah formal memungkinkan warga belajar dapat belajar setelah bekerja. Biaya pendidikan yang relatif murah, bahkan juga ada yang gratis sehingga semua lapisan masyarakat dapat menjangkaunya. Kondisi ini merupakan salah faktor utama bagi warga belajar untuk mengikuti proses pembelajaran di PKBM, sementara untuk belajar di sekolah formal (SD, SLTP, SMU) dengan biaya yang mahal dan jadwal belajar yang relatif padat tidak memungkinkan bagi mereka. Dengan kata lain, motivasi belajar warga belajar di PKBM dikarenakan ketidakmampuan mereka untuk menjangkau dan memperoleh layanan pendidikan di sekolah formal, baik disebabkan oleh keterbatasan waktu karena mereka harus bekerja, juga karena keterbatasan ekonomi sehingga tidak mempu membayar biaya pendidikan di sekolah formal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya peran-peran pendampingan yang dilakukan oleh tutor (motivator, fasilitator, dan
katalisator) pada penyelenggaran proses pembelajaran di PKBM Taman Belajar Kecamatan Kenjeran merupakan aktifitas normative yang biasanya dilaksanakan oleh penyelenggara lembaga-lembaga pendidikan. Peran-peran tersebut menjadi stimulan bagi faktor yang lain yang akan dipengaruhi dalam merespon stimulan tersebut.
Warga belajar yang merespon stimulan dari peran-peran pendampingan tutor dalam proses pembelajaran di PKBM biasa saja. Kondisi internal pada warga belajar menjadi pendorong bagi mereka untuk belajar. Intinya proses pembelajaran yang dilakukan warga belajar tersebut sebagai bagian dari keinginan mereka untuk meningkatkan kemampuan pendidikan yang akhirnya berorientasi pada dampak peningkatan kualitas kehidupan perekonomiannya.
Hal ini berarti bahwa keikutsertaan warga belajar dalam proses pembelajaran di PKBM Taman Belajar lebih didasarkan pada keinginan diri untuk meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan. Harapannya dengan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, mereka akan dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Kondisi ini merupakan bagian tuntutan dari dunia kerja/industri yang mensyaratkan adanya ijazah yang lebih tinggi dari pekerjanya/karyawan jika pekerja/karyawan ingin memperoleh gaji dan posisi pada pekerjaan yang lebih tinggi. Dengan adanya tuntutan itu, maka warga belajar juga dituntut untuk dapat memenuhi pendidikannya sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada.
Adanya penyelenggaraan pendidikan yang mudah dan murah di PKBM Taman Belajar merupakan salah satu faktor pemicu bagi warga belajar untuk mengikuti pendidikan. Meskipun mereka harus menyediakan waktu untuk belajar setelah melakukan aktivitas/kerja, hal itu mereka anggap sebagai bagian dari konsekwensi dan upaya untuk dapat memperoleh pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan non formal di PKBM Taman Belajar sebagai bagian dari program pemberdayaan di bidang pendidikan menjadi komponen yang potensial untuk memberikan layanan pendidikan bagi warga masyarakat, sehingga bagi warga masyarakat yang mengalami keterbatasan ekonomi dan kesempatan dapat menikmati layanan pendidikan di PKBM Taman Belajar.