• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KUANTAN SINGINGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KUANTAN SINGINGI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KUANTAN SINGINGI

PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 35 TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG DAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

TAHUN ANGGARAN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUANTAN SINGINGI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja yang transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, perlu diatur dan diselenggarakan sistem pengendalian internal terhadap rangkaian proses perencanaan, pelaksanaan dan penatausahaan keuangan di bidang pengadaan barang/jasa, pembinaan, pengawasan dan pelaporan serta pertanggungjawaban Anggaran Belanja yang biayanya sebagian atau seluruhnya dari APBD;

b. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan dalam Pasal 2 ayat (3) Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 dan Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan mendasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dan terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung dan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pembentukan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara

yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Palalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3902);sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas

(2)

Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) Sebagaimana telah beberapa kali perubahan, terakhir dengan Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4866);

10.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

11.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3955);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3957);

(3)

15. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4502);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Repubublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 7);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 95);

25. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur; 26. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahan pertama Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2011 dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 155);

(4)

27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana Perubahan Pertama Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dan

Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Daerah;

29. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pengawasan dan Pelaksanaan Pemeriksaan Konstruksi di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;

30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Serta Penyampaiannya;

31. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 07/PRT/M/2011 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa

konsultansi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 347);

32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 508);

33. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2012 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2012;

34. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuantan Singingi (Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2008 Nomor 1);

35. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Kuantan Singingi (Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2008 Nomor 2);

36. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2010 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 01);

37. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2011 Nomor 13,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan

Singingi Nomor 21);

38. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 Tanggal 10 Januari 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun Anggaran 2012 Tahun Anggaran 2012(Lembaran Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2012 Nomor 01);

39. Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2009 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2009 Nomor 9);

(5)

40. Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Pelelangan Barang/Jasa Secara Elektronik E-Procurement) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi (Berita Daerah Kabuapaten Kuantan Singingi Tahun 2011 Nomor 4);

41. Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2012 Tanggal 10 Januari 2012 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2012 Nomor 01);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG DAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2013.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Pengertian Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kuantan Singingi

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah Sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah.

3. Kepala Daerah Selaku Pemerintah Daerah adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah dan Mewakili Pemerintah Daerah dalam Kepemilikan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.

4. Bupati adalah Bupati Kuantan Singingi

5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Kuantan Singingi.

6. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi.

7. Inspektur Inspektorat adalah Inspektur Kabupaten Kuantan Singingi.

8. Kepala Dinas Pendapatan adalah Kepala Dinas Pendapatan Kabupaten Kuantan Singingi.

9. Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan adalah Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Kuantan Singingi.

10. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyeleggaran Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban Daerah.

11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat dengan APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuantan Singingi.

(6)

12. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

13. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat Daerah pada Pemerintah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.

14. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat dengan UPTD adalah unit pelaksana tugas teknis pada Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi.

15. Unit Pelaksana Lembaga Teknis yang selanjutnya disingkat UPT Lembaga Teknis adalah unit pelaksana tugas teknis pada Lembaga Teknis dilingkungan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi.

16. Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.

17. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah Kepala SKPD sebagai pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

18. Pengelola Barang Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Kuantan Singingi. 19. Pengguna Barang adalah Kepala SKPD selaku Pejabat Pemegang Penggunaan Barang

Milik Daerah.

20. Pengurus Barang adalah Pegawai yang ditugaskan untuk menerima, menyimpan dan mengeluarkan barang inventaris disetiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.

21. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPKeu SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

22. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat dengan PA adalah Pejabat pada SKPD yang ditetapkan oleh Kepala Daerah selaku pemilik pekerjaan yang bertanggungjawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

23. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat dengan PPK adalah Pejabat yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran/PA/KPA pada SKPD, sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggungjawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang telah memenuhi persyaratan teknis dan manajerial.

24. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat dengan PPTK adalah Pejabat yang ditunjuk oleh PA pada SKPD, yang membantu melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari program yang sesuai dengan bidang tugasnya.

25. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

26. Bendahara Pengeluaran adalah Pejabat Fungsional yang ditunjuk, menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

27. Bendahara Umum Daerah (BUD) adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas Bendahara Umum Daerah

28. Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD) adalah Pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD.

29. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah Pejabat fungsional yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran/Penerimaan dalam menerima, menyimpan/ menyetorkan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

(7)

30. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD/Unit Kerja dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur.

31. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh SKPD/Unit Kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada program tersebut dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya berupa personil, barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa pada jangka waktu tertentu dalam batas anggaran yang tersedia.

32. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.

33. Komponen Input, yang selanjutnya disebut Komponen, adalah bagian atau tahapan Kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah Keluaran.

34. Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan dalam satu program.

35. Keluaran adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

36. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibayar dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa.

37. Panitia Pengadaan adalah tim yang diangkat oleh PA pada SKPD untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa.

38. Pejabat pengadaan adalah 1 (satu) orang yang diangkat oleh PA pada SKPD untuk

melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp. 200.000.000,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) dan pengadaan jasa konsultansi yang

bernilai paling tinggi Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah).

39. Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) adalah unit organisasi pemerintah yang terdiri dari pegawai-pegawai yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa, yang disahkan oleh Bupati yang bertugas secara khusus untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi.

40. Panitia Pemeriksa/Penerima Hasil Pekerjaan adalah Panitia yang ditetapkan oleh PA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.

41. Kelompok Kerja (Pokja) adalah bagian dari Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) yang melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa.

42. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.

43. Pelaksana Pengawasan Teknis Kegiatan adalah personil yang ditunjuk untuk mengawasi pelaksanaan dalam waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan sebagaimana dalam kontrak pada paket pekerjaan tersebut.

44. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa.

45. Pemilihan penyedia barang/jasa adalah kegiatan untuk menetapkan penyedia barang/jasa yang ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan.

(8)

46. Paket pekerjaan adalah rangkaian kegiatan terukur yang memberikan keluaran (output) berupa barang/jasa dengan fungsi tertentu, dilakukan dalam kurun waktu dan lokasi tertentu yang merupakan penunjang berjalannya kegiatan.

47. Barang adalah benda dalam berbagai bentuk uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasi ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA) ataupun Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) selaku Pejabat Pembuat Komitmen pada SKPD.

48. Kontrak adalah perikatan antara Pengguna Anggaran dengan Penyedia Barang/pekerjaan konstruksi/Jasa lainnya dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

49. Pengadaan Barang adalah layanan pekerjaan barang yang spesifikasinya ditetapkan oleh Pengguna Anggaran.

50. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.

51. Jasa konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang yang meliputi jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan konstruksi, dan jasa pelayanan profesi lainnya, dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk non fisik tidak terkecuali pembuatan sistem, piranti lunak, rancangan kebijakan dan lainnya yang disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan yang ditetapkan Pengguna Anggaran.

52. Jasa lainnya adalah segala pekerjaan dan/atau penyedia jasa selain jasa konsultansi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang.

53. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor;

54. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi;

55. Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, gagasan orisinal, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta. 56. Kerangka Acuan Kerja yang selanjutnya yang selanjutnya disingkat KAK adalah

petunjuk teknis yang akan dilaksanakan oleh PPTK dan Penyedia barang/jasa dalam melaksanakan pekerjaan sesuai beban kerja yang menjadi tanggungjawabnya.

57. Sertifikat keahlian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuan profesi bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang diperoleh melalui ujian sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa nasional. 58. Dokumen pengadaan adalah dokumen yang disiapkan oleh Panitia/Pejabat/Unit

Layanan Pengadaan (Procurement Unit) sebagai pedoman dalam proses pembuatan dan penyampaian penawaran oleh calon penyedia barang/jasa serta pedoman evaluasi penawaran oleh Panitia/Pejabat Pengadaan/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit).

59. Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana Pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh SKPD sebagai penanggungjawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.

60. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/ Pekerjaan/Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang kompleks.

(9)

61. Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.

62. Pelelangan sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (Lima Milyar Rupiah). 63. Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk

pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (Lima Milyar Rupiah). 64. Seleksi umum adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk pekerjaan

yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa Konsultansi yang memenuhi syarat. 65. Seleksi sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk Jasa

Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,00 (Dua Ratus Juta Rupiah). 66. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang memperlombakan gagasan

orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.

67. Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang memperlombakan barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.

68. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.

69. Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan Langsung.

70. Pekerjaan Kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai resiko tinggi, menggunakan peralatan yang di desain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas Rp. 100.000.000.000,00 (Seratus Milyar Rupiah).

71. Serah Terima Pertama atau Provisional Hand Over (PHO) adalah batas waktu penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia barang/jasa yang tertuang dalam kontrak.

72. Serah Terima Terakhir atau Final Hand Over (FHO) adalah penyerahan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia barang/jasa kepada Pengguna Barang setelah masa pemeliharaan berakhir sebagaimana tertuang dalam Kontrak.

73. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

74. Surat Jaminan adalah jaminan tertulis yang dikeluarkan Bank Umum/Lembaga Keuangan lainnya yang diberikan oleh penyedia barang/jasa kepada Pengguna Anggaran untuk menjamin terpenuhinya persyaratan/kewajiban penyedia barang/jasa.

75. Pembinaan adalah upaya penguatan kapasitas sumber daya manusia pengelola kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan terlaksananya program/kegiatan yang dibiayai dari belanja daerah

76. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara penyedia barang/jasa dalam negeri maupun dengan luar negeri yang masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan tanggungjawab yang jelas, berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam perjanjian tertulis.

77. Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pelaksanaan belanja daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(10)

78. Pemeriksaan pelaksanaan anggaran adalah proses pengidentifikasian masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah.

79. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh Sekretaris Daerah untuk menampung seluruh penerimaan Daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran Daerah.

80. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh Sekretaris Daerah untuk menampung seluruh penerimaan Daerah dan digunakan untuk membayar seruruh pengeluaran Daerah pada Bank yang telah ditetapkan.

81. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh PA pada SKPD.

82. Revisi Anggaran adalah Perubahan Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan berdasarkan APBD Perubahan Tahun Anggaran bersangkutan. Surat Penetapan revisi dimaksud dituangkan dalam Dokumen Pelaksana Anggaran Perubahan Tahun Anggaran bersangkutan.

83. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat dengan DPPA-SKPD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh PA pada SKPD.

84. Surat Perintah Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.

85. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

86. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan penggantian uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

87. SPP tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD/Unit Kerja yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan.

88. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk pembayaran langsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kotrak kerja atau surat perintah kerja lainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK.

89. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat dengan SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh PA pada SKPD untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

90. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat dengan SPM-UP adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh PA pada SKPD untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan.

91. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat dengan SPM-GU adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh PA pada SKPD untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA –SKPD yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.

(11)

92. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat dengan SPM-TU adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh PA pada SKPD untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

93. Surat Perintah Membayar langsung yang selanjutnya disingkat dengan SPM-LS adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh PA pada SKPD untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga.

94. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat dengan SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang ditebitkan oleh BUD berdasarkan SPM.

Bagian Kedua

Maksud dan Tujuan Pasal 2

(1) Maksud diberlakukannya Peraturan Bupati ini adalah untuk mengatur prosedur pelaksanaan anggaran belanja langsung dan pengadaan barang/jasa oleh SKPD dan sebagai dasar penyelenggaraan sistem pengendalian internal Belanja Daerah khususnya belanja langsung yang sebagian atau seluruhnya dibiayai oleh APBD dilingkungan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi.

(2) Tujuan diberlakukannya sesuai peraturan Bupati adalah agar keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan secara kualitas dan kuantitas keluaran sesuai dengan rencana dan tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan sebagai bagian dari Pengawasan, Pelaporan serta pertanggung jawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Bagian Ketiga

Ruang Lingkup Pasal 3

Ruang lingkup berlakunya Peraturan Bupati ini adalah rangkaian aktifitas pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah khususnya pada belanja langsung yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penatausahaan keuangan dibidang pengadaan barang/jasa, pembinaan dan pengawasan, serta pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran belanja yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBD.

BAB II

TATA NILAI PENGADAAN

Bagian Kesatu

Prinsip Pengadaan Pasal 4

Dengan menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, keterbukaan, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pengadaan barang/jasa, maka Pedoman Teknis Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Efisien, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.

(12)

b. Efektif, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.

d. Terbuka, berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas.

e. Bersaing, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.

f. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

g. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Bagian Kedua

Etika Pengadaan Pasal 5

Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa harus mematuhi etika sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa;

b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan Barang/Jasa;

c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;

d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak;

e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses Pengadaan Barang/Jasa;

f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran Keuangan Negara/Daerah dalam Pengadaan Barang/Jasa;

g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara/Daerah; dan

h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.

(13)

BAB III

ORGANISASI PENGELOLAAN

KEUANGAN DAN KEGIATAN SKPD

Bagian Kesatu

Personil Pengelola Kegiatan dan Keuangan SKPD Pasal 6

(1) Setiap Kegiatan pada SKPD/Unit Kerja dilaksanakan oleh personil pengelola kegiatan antara lain :

a. Pengguna Anggaran (PA);

b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA); c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);

d. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK);

e. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPKeu-SKPD); f. Bendahara Pengeluaran;

g. Bendahara Penerimaan;

h. Pejabat Pengadaan/Panitia Pengadaan/Pokja ULP; i. Pejabat/Panitia Pemeriksa/Penerima Hasil Pekerjaan; j. Pelaksana Pengawasan Teknis; dan

k. Pengurus Barang.

(2) KPA pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi merupakan pejabat yang ditetapkan oleh Bupati Kuantan Singingi atas usulan PA.

(3) PA/KPA dapat dibantu oleh tim teknis antara lain terdiri atas Tim Uji Coba, Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak dan lain-lain yang diperlukan untuk pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

(4) PPK dapat dibantu oleh Tim Pendukung antara lain terdiri atas PPTK, Direksi Lapangan, Konsultan Pengawas, Tim Pelaksana Swakelola, dan lain-lain.

(5) Tim pendukung dimaksud dapat berbentuk Panitia Pengadaan/Pokja ULP/Pejabat Pengadaan.

(6) Panitia pengadaan berjumlah gasal dan sekurang-kurangnya terdiri atas tiga orang. (7) Perangkat Organisasi Pokja ULP ditetapkan sesuai kebutuhan yang paling kurang

terdiri atas; 1. Kepala; 2. Sekretaris;

3. Staf Pendukung;dan 4. Kelompok Kerja.

(8) Pejabat pengadaan diangkat untuk pengadaan barang/jasa dibawah Rp. 200.000.000,00,- (dua ratus juta rupiah).

Pasal 7

(1) PA mengusulkan 1 (satu) orang atau beberapa orang sebagai KPA kepada Bupati Kuantan Singingi untuk ditetapkan;

(2) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat sebagai mana dimaksud pada pasal (6) tidak terikat tahun anggaran.

(14)

Pasal 8

Fungsi Penatausahaan Keuangan dan Pelaksanaan tugas-tugas kebendaharaan pada SKPD/Unit Kerja dilaksanakan oleh PPKeu-SKPD dan Bendahara Pengeluaran.

Bagian Kedua

Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Pasal 9

(1) Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Memiliki integritas moral; b. Memiliki disiplin tinggi;

c. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya;

d. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan keteladanan dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.

e. Menandatangani Pakta Integritas.

(2) Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyusun RKA-SKPD; b. Menyusun DPA-SKPD;

c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;

d. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; f. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

g. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;

h. Menandatangani SPM;

i. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang di pimpinnya;

j. Mengelola barang milik Daerah/Kekayaan Daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;

k. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya; l. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

m. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Bupati;

n. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan;

o. Menetapkan Panitia/Pejabat Pengadaan dan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;

p. Menetapkan;

1. Pemenang pada Pelelangan atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya dengan nilai diatas Rp. 100.000.000.000,00,- (Seratus Milyar Rupiah) ; atau

2. Pemenang pada Seleksi atau Penyedia pada Penunjukan Langsung untuk

paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp. 10.000.000.000,00,- (Sepuluh Milyar Rupiah).

(3) Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertanggungjawab kepada Bupati Kuantan Singingi melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Kuantan Singingi;

(15)

Bagian Ketiga

Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang Pasal 10

(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang;

(2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, rentang kendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya;

(3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD;

(4) Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Kuasa Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;

a. Memiliki integritas moral; b. Memiliki disiplin tinggi;

c. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya;

d. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan keteladanan dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.

e. Menandatangani Pakta Integritas.

(5) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran

belanja;

b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;

c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;

e. menandatangani SPM-LS dan SPM-TU;

f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; dan

g. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran.

(6) Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Kuasa Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna barang.

Bagian Keempat

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pasal 11

(1) PPK merupakan pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa;

(2) PPK memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut:

a. Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi: 1) spesifikasi teknis Barang/Jasa;

2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan 3) rancangan Kontrak.

(16)

c. Menyetujui bukti pembelian atau menandatangani Kuitansi/Surat Perintah Kerja (SPK)/surat perjanjian;

d. Melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa; e. Mengendalikan pelaksanaan Kontrak;

f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA; g. Menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/ Jasa kepada PA/KPA dengan

Berita Acara Penyerahan;

h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan

i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

(3) Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam hal diperlukan, PPK dapat:

a. Mengusulkan kepada PA/KPA:

1) perubahan paket pekerjaan; dan/atau 2) perubahan jadwal kegiatan pengadaan; b. Menetapkan tim pendukung;

c. Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis untuk membantu pelaksanaan tugas Pokja ULP; dan

d. Menetapkan besaran Uang Muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia Barang/Jasa.

(4) Untuk ditetapkan sebagai PPK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki integritas;

b. Memiliki disiplin tinggi;

c. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas;

d. Mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;

e. Menandatangani Pakta Integritas;

f. Tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau Bendahara; dan

g. Memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/ Jasa.

(5) Persyaratan tidak menjabat sebagai PPSPM sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf f, dikecualikan untuk PA/KPA yang bertindak sebagai PPK;

(6) Dalam hal tidak ada personil yang memenuhi persyaratan untuk ditunjuk sebagai PPK, persyaratan pada ayat (4) huruf g dikecualikan untuk:

a. PPK yang dijabat oleh pejabat eselon I dan II di SKPD dan/atau; b. PA/KPA yang bertindak sebagai PPK.

(7) Persyaratan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah:

a. Berpendidikan paling kurang Sarjana Strata Satu (S1) dengan bidang keahlian yang sedapat mungkin sesuai dengan tuntutan pekerjaan;

b. Memiliki pengalaman paling kurang 2 (dua) tahun terlibat secara aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa; dan

c. Memiliki kemampuan kerja secara berkelompok dalam melaksanakan setiap tugas/pekerjaannya.

(8) Dalam hal jumlah Pegawai Negeri yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a terbatas, persyaratan pada ayat (6) huruf a dapat diganti dengan paling kurang golongan IIIa atau disetarakan dengan golongan IIIa;

Pasal 12

(1) Dalam hal APBD telah di sahkan dan PA/KPA telah ditetapkan oleh Bupati maka PA/KPA yang bersangkutan dilarang sekurang-kurangnya selama 7 (Tujuh) hari kerja berturut-turut melakukan kunjungan ke Daerah atau ke Luar Negeri, mengikuti pendidikan atau pelatihan/kursus, menunaikan ibadah haji, cuti, atau alasan lainnya;

(17)

(2) Dalam hal terjadi pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, maka Bupati mengangkat PA/KPA pengganti pada SKPD;

(3) Pengangkatan PA/KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu kepada Peraturan Perundang – Undangan yang berlaku.

Bagian Kelima

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) Selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pasal 13

(1) Dalam rangka pengadaan barang/jasa, PA/KPA sekaligus bertindak sebagai PPK; (2) Pengguna Anggaran selaku Pejabat Pembuat Komitmen harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki integritas moral; b. Memiliki disiplin tinggi;

c. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya;

d. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;

e. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan keteladanan dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.

f. Menandatangani Pakta Integritas.

Pasal 14

(1) Pengguna Anggaran selaku Pejabat Pembuat Komitmen sebagaimana dimaksud dalam pasal (13) bertugas sebagai berikut ;

a. Menetapkan perencanaan pelaksanaan pekerjaan, termasuk pengadaan barang/jasa dan berkoordinasi dengan panitia Pengadaan/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) untuk menetapkan rencana pengumuman pelelangan;

b. Menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta kelompok masyarakat tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, kesatuan sistem barang/jasa, kualitas dan kemampuan teknis usaha kecil termasuk koperasi kecil;

c. Menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri (HPS), jadwal dan tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh pejabat/panitia pengadaan/Unit Layaanan Pengadaaan (Procurement Unit);

d. Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai ketentuan yang berlaku;

e. Menyiapkan, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia barang/jasa dalam batasan anggaran yang telah ditetapkan; f. Melaporkan pelaksanaan dan/atau penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada

pejabat yang mengangkatnya;

g. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

h. Menyerahkan aset hasil Pengadaan Barang/Jasa dan aset lainnya kepada Bupati dengan Berita Acara Penyerahan;

i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa;

j. Mengusulkan perubahan spesifikasi pekerjaan (bila diperlukan).

(2) Untuk hal-hal yang bersifat khusus, PA dapat melimpahkan sebagian kewenangan kepada pejabat lain selaku KPA.

(18)

(3) Kewenangan yang dimaksud pada Ayat (2) meliputi :

a. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;

b. Melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;

c. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran; d. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas

anggaran yang telah ditetapkan; e. Menandatangani SPM-LS dan SPM-TU;

f. Mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; dan

g. Melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran.

(4) Kuasa Pengguna Anggaran selaku Pejabat Pembuat Komitmen sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) adalah ;

a. Sekretaris dan Kepala Bidang pada Dinas/Badan/Kantor; b. Kepala Bagian pada Sekretariat Daerah dan DPRD;

c. Kasubbag Tata Usaha pada Kantor/Polisi Pamong Praja, RSUD dan KPPT; d. Sekretaris pada Kecamatan;

e. Kepala UPTD dan UPT Lembaga Teknis.

(5) Apabila ketentuan pada Ayat (4) huruf a sampai dengan huruf e tidak memenuhi persyaratan sebagai Pejabat Pembuat Komitmen, maka Pengguna Anggaran dapat melimpahkan kewenangannya kepada pejabat setingkat dibawahnya

(6) PA/KPA bertanggungjawab dari segi administrasi, fisik, keuangan dan berjalannya fungsi atas hasil pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakannya.

(7) PA/KPA dapat melaksanakan proses pengadaan barang/jasa setelah anggaran untuk kegiatan yang bersangkutan telah dialokasikan dan/atau disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, dengan ketentuan penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dan penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa dilakukan setelah DPA atau DPPA untuk kegiatan/proyek dimaksud disahkan.

(8) Dalam hal SKPD/Unit Kerja melakukan pergeseran anggaran antar objek belanja berkenaan dan/atau pergeseran anggaran antar rician objek belanja, dalam objek belanja berkenaan dalam satu kegiatan, maka penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dan penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaksanakan oleh Pengguna Anggaran setelah Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD dilakukan perubahan. (9) PA/KPA dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilarang;

a. Mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia barang/jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang akan mengakibatkan dilampauinya batas anggaran tersedia untuk kegiatan yang dibiayai APBD;

b. Memecah pengadaan barang/jasa menjadi beberapa paket dengan maksud untuk menghindari pelelangan;

c. Memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di wilayah masing-masing;

d. Menggabungkan beberapa paket pekerjaan yang menurut sifat pekerjaan dan besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh usaha kecil termasuk koperasi kecil menjadi satu paket pekerjaan untuk dilaksanakan oleh perusahaan/koperasi mencegah dan/atau besar;

e. Menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur pengadaan yang diskriminatif dan/atau dngan pertimbangan yang tidak obyektif.

(19)

Pasal 15

Dalam hal Pengguna Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 tidak dapat melaksanakan tugas sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari kerja berturut-turut, antara lain karena sedang melakukan kunjungan ke Daerah atau ke Luar Negeri, mengikuti pendidikan atau pelatihan/kursus, menunaikan ibadah haji, dirawat di rumah sakit, cuti, atau alasan lainnya, maka yang melaksanakan tugas dan kewenangan Pengguna Anggaran adalah Pejabat yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) pada jabatan struktural yang bersangkutan

Bagian Keenam

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Pasal 16

(1) PA/KPA dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat/Staf yang memegang jabatan PPK-SKPD dan Bendahara Pengeluaran.

(3) PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Kepala Sub Bagian pada bagian Sekretariat Daerah

b. Kepala Bidang pada Dinas/Badan/Kantor/Unit Kerja/Kelembagaan Teknis/ Sekretariat DPRD

c. Kepala Sub Bidang Pada Dinas/Badan/Kantor/Unit Kerja/Kelembagaan Teknis/ Sekretariat DPRD

d. Kepala Sub Bidang pada Lembaga Teknis Daerah e. Kepala Seksi pada Dinas/Badan/Kantor

f. Kepala Seksi Pada Kecamatan g. Kepala Seksi pada UPTD

h. Kepala Tata Usaha pada UPT Lembaga Teknis.

(4) Untuk hal-hal yang bersifat khusus, PPTK dapat dijabat oleh selain pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(5) PPTK sebagai pembantu PA/KPA mempunyai tugas meliputi: a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan

b. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;

c. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan; d. Membantu PPK dalam melaksanakan kegiatan pengadaan barang/pekerjaan

konstruksi/jasa lainnya.

(6) Untuk hal-hal yang bersifat khusus, PPTK dapat dijabat oleh selain pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(7) Dokumen anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c meliputi dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(8) PPTK bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada PA/KPA.

(9) Seorang PPTK dapat diberi wewenang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 17

(1) Dalam hal PPTK sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (3) huruf b, huruf c dan huruf d tidak dapat melaksanakan tugas sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja berturut-turut, antara lain karena sedang melakukan kunjungan ke daerah atau ke luar negeri, mengikuti pendidikan atau pelatihan/kursus, menunaikan

(20)

ibadah haji, dirawat di rumah sakit, cuti, atau alasan lainnya, maka melaksanakan tugas dan kewenangan PPTK adalah pejabat yang ditunjuk sebagai Pelaksana Harian (Plh) pada jabatan struktural yang bersangkutan.

(2) Dalam hal PPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, tidak dapat melaksanakan tugas :

a. Sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, PPTK tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada orang-orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan kewenangan PPTK dengan diketahui oleh PA. b. Lebih dari 1 (satu) bulan, harus ditunjuk PPTK pengganti dan diadakan berita

acara serah terima.

Bagian Ketujuh

Persyaratan, Tugas dan Tanggung Jawab

Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPKeu-SKPD) Pasal 18

(1) Untuk melakukan anggaran yang dimuat dalam DPA, DPPA, dan DPA-L SKPD, PA menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai PPKeu-SKPD.

(2) PPKeu-SKPD sebagai pelaksana fungsi tata usaha keuangan pada SKPD harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS);

b. Memiliki kompetensi yang cukup di bidang penatausahaan keuangan daerah; c. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan

tugas.

(3) PPKeu-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas;

a. Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran dengan diketahui oleh PPTK dan disetujui oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

b. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnyayang ditetapkan sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;

c. Melakukan verifikasi SPP; d. Menyiapkan SPM;

e. Melakukan verifikasi harian atas penerimaan; f. Melaksanakan akuntansi SKPD;dan

g. Menyiapkan laporan keuangan SKPD.

(4) PPKeu-SKPD sebagaimana pada ayat (1) diangkat dengan surat perintah PA/KPA. (5) PPKeu-SKPD dilarang merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan

pemungutan penerimaan daerah, bendahara, Pengguna Anggaran, PPTK, panitia pengadaan/Pokja ULP/pejabat pengadaan dan Pelaksana Pengawasan Teknis.

Pasal 19

(1) Dalam hal PPKeu-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dijabat oleh pejabat struktural, apabila yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan tugas sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja berturut-turut, antara lain karena sedang melakukan kunjungan ke daerah atau ke luar negeri, mengikuti pendidikan atau pelatihan/kursus, menunaikan ibadah haji, dirawat di rumah sakit, cuti, atau alasan lainnya, maka yang melaksanakan tugas dan kewenangan PPKeu-SKPD adalah pejabat yang ditunjuk sebagai Pelaksana Harian (Plh) pada jabatan struktural yang bersangkutan.

(2) Dalam hal PPKeu-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dijabat oleh unsur staf, apabila yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan tugas;

(21)

a. Sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, PPKeu-SKPD tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan kewenangan PPKeu-SKPD dengan diketahui oleh PA;

b. Lebih dari 1 (satu) bulan, harus ditunjuk PPKeu-SKPD pengganti dan diadakan berita acara serah terima.

Bagian Kedelapan

Tugas dan Tanggung Jawab Bendahara Pengeluaran Pasal 20

(1) Bupati atas usul PPKD menetapkan Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD/Unit Kerja.

(2) Bendahara Penerimaan Pembantu dan Pengeluaran Pembantu dapat ditunjuk berdasarkan pertimbangan besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

(3) Bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas-tugas kebendaharaan pada SKPD/Unit Kerja dibantu pembantu bendahara penerimaan.

(4) Bendahara Penerimaan bertugas untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan daerah dalam rangka pelaksaaan APBD pada SKPD

(5) Bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas-tugas kebendaharaan pada SKPD/Unit Kerja dibantu pembantu bendahara pengeluaran.

(6) Pembantu bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diangkat oleh PA untuk melaksanakan fungsi sebagai kasir, pembuat dokumen dan pencatat pembukuan pengeluaran dan/atau pengurusan gaji.

(7) Bendahara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;

a. Berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS);

b. Memiliki kompetensi yang cukup di bidang Penatausahaan Keuangan Daerah; c. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan

tugas.

(8) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah pejabat fungsional.

(9) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang melaukan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atau kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.

(10) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada (Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah) PPKD selaku BUD.

(22)

Pasal 21

Dalam hal bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran berhalangan, maka:

a. Apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan penerimaan dan pembayaran serta tugas-tugas bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD;

b. Apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama lamanya 3 (tiga) bulan, harus ditunjuk pejabat bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran serta diadakan berta acara serah terima;

c. Apabila bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran berhalangan tetap atau tidak masuk melebihi 3 (tiga) bulan dalam melaksanakan tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan sebagai bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dan oleh karena itu segera diusulkan penggantinya.

Bagian Kesembilan

Persyaratan, Tugas dan Tanggung Jawab Pejabat Pengadaan Pasal 22

(1) Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa dengan nilai sampai dengan Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan pengadaan langsung untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai sampai Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh Pokja ULP atau pejabat pengadaan yang diangkat oleh Pengguna Anggaran.

(2) Pejabat/panitia pengadaan berasal dari pegawai negeri, baik dari SKPD sendiri maupun dari SKPD lainnya.

(3) Pejabat Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;

a. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;

b. Memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan;

c. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas panitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan yang bersangkutan;

d. Memahami isi dokumen pengadaan/metode dan prosedur pengadaan berdasarkan Keputusan Presiden;

e. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yang mengangkat dan menetapkannya sebagai panitia/pejabat pengadaan/anggota/ anggota unit layanan pengadaan;

f. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah.

(4) Tugas, wewenang dan tanggung jawab pejabat pengadaan sebagai berikut ; a. Menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/jasa;

b. Menetapkan dokumen pengadaan;

c. Menetapkan nilai nominal jaminan penawaran sebesar satu persen sampai dengan tiga persen dari nilai harga perkiraan sendiri (HPS);

d. Menilai kualitas penyedia barang/jasa melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi;

e. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk; f. Menetapkan calon pemenang/calon pelaksana;

g. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Pengguna Anggaran;

(5) Pejabat pengadaan wajib memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar SKPD yang bersangkutan.

(23)

(6) Pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang yaitu dengan menunjuk personil yang memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar SKPD yang bersangkutan.

(7) Panitia/Pejabat pengadaan dilarang sebagai ; a. Pengguna Anggaran (PA);

b. PPTK;

c. Pelaksana Pengawas Teknis; d. PA-SKPD;

e. Bendahara Pengeluaran;

f. Pegawai pada Badan Pengawas/Inspektorat kecuali menjadi pejabat pengadaan untuk pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan SKPD yang bersangkutan.

(8) PA dan PPTK pada suatu kegiatan dapat menjadi pejabat pengadaan pada kegiatan yang lain yang bukan menjadi tanggung jawabnya.

(9) Pelaksana Pengawasan Teknis pada suatu paket pekerjaan dapat menjadi pejabat pengadaan pada paket pekerjaan lain yang bukan menjadi tanggung jawabnya.

Bagian Kesepuluh

Panitia Pengadaan/Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) Pasal 23

(1) Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi jasa dengan nilai diatas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dilakukan oleh Panitia Pengadaan/ Pokja

Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP).

(2) Panitia Pengadaan dibentuk dengan Keputusan PA dan Pokja Unit Layanan pengadaan (Pokja ULP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan Peraturan Bupati.

(3) Panitia Pengadaan/Pokja Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;

b. Memahami keseluruhan pekerjaan yang diadakan;

c. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas panitia/pejabat pengadaan yang besangkutan;

d. Memahami isi dokumen pengadaan/metoda dan prosedur pengadaan; e. Memiliki sertifikat nasional keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah.

(4) Panitia Pengadaan/Pokja Unit Layanan Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut;

a. Menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

b. Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan; c. Menetapkan dokumen pengadaan;

d. Menetapkan nilai nominal jaminan penawaran sebesar satu persen sampai dengan tiga persen dari nilai harga perkiraan sendiri (HPS);

e. Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi;

f. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk; g. Menjawab sanggahan

h. Menetapkan pemenang pelelangan atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dan seleksi atau penunjukan langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

(24)

i. Menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa kepada PPK

j. Menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa

k. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Pengguna Anggaran.

Bagian Kesebelas

Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Pengawas Teknis Pasal 24

(1) Pelaksana Pengawas Teknis bertugas membantu PA dalam hal; a. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan ;

b. Memverifikasi perhitungan kuantitas dan kualitas pekerjaan sesuai spesifikasi teknis yang ditetapkan dalam kontrak.

(2) Pelaksana Pengawas Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut ;

a. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;

b. Memahami jenis dan spesifikasi pekerjaan yang menjadi tugas Pelaksana Pengawasan Teknis yang bersangkutan;

c. Memiliki sertifikat keahlian dan/atau keterampilan pengawasan teknis khusus untuk jasa pemborongan jasa konsultansi dan pekerjaan konstruksi yang dikeluarkan oleh;

1. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi atau lembaga lain yang telah diakreditasi oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi bagi pegawai di lingkungan pemerintah daerah yang melaksanakan pengawasan teknis di bidang jasa pemborongan/konstruksi;

2. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi atau lembaga lain yang telah diakreditasi oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi bagi tenaga ahli di luar lingkungan Pemerintah Daerah yang melaksanakan pengawasan teknis pekerjaan di bidang jasa pemborongan/ konstruksi;

d. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yang mengangkat dan menetapkannya sebagai Pelaksana Pengawasan Teknis.

(3) Keanggotaan Pelaksana Pengawasan Teknis berjumlah gasal.

(4) Dalam rangka efektifitas pelaksanaan pengawasan atau karena keterbatasan personil yang memiliki keterampilan pengawasan untuk paket pekerjaan jasa pemborongan, Pelaksana Pengawas Teknis dapat digantikan oleh Konsultan Pengawas.

(5) Untuk mendapatkan kepastian pemenuhan spesifikasi teknis atas pekerjaan pemasokan barang yang sifatnya rumit/kompleks, maka pelaksana pengawas teknis dapat digantikan oleh konsultan appraisal/surveyor.

(6) Untuk pekerjaan jasa pemborongan yang hasilnya dimanfaatkan oleh SKPD lainnya, maka pelaksanaan pengawasan teknis dapat dilakukan oleh SKPD pelaksana dan SKPD pemanfaat.

(7) Untuk pekerjaan jasa pemborongan, maka Pelaksanaan Pengawasan Teknis wajib memberikan laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaaan secara periodik dalam mingguan dan bulanan kepada Pengguna Anggaran.

Referensi

Dokumen terkait

Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia sebab lansia merupakan kelompok yang beresiko tinggi mengalami perubahan sensori (pendengaran

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis konsentrasi kristal silika terinhalasi di lingkungan kerja pandai besi di Desa Mekarmaju Kabupaten Bandung.. Jumlah

Hanya untuk bentang yang melebihi 40 kaki (12 meter) dan jumlah balok melebihi 100 section, barulah penggunaan profil kastela mulai memberikan dampak yang signifikan

Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per 1/Pj/2014 tentang tata cara penyampaian surat pemberitahuan tahunan bagi wajib pajak orang pribadi yang menggunakan formulir 1770s atau 1770ss

sejumlah partisipan terhadap pengalaman ketidakhadiran ayah yang terkait.. dengan PWB

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut; (1) mengetahui kemampuan membaca puisi apresiator sebelum diberikan perlakuan teknik penerjemahan simbol ke dalam ornamen

Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi kas dan setara kas pada SKPD maupun PPKD mengikuti dokumen terkait penerimaan kas dan pengeluaran kas pada

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat