• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUMPULAN POWER POINT PENDIDIKAN TUNARUNGU 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUMPULAN POWER POINT PENDIDIKAN TUNARUNGU 1"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KUMPULAN POWER POINT

MATA KULIAH

MATA KULIAH

(2)

Pengertian tunarungu

Gearhart (1980) yang dikutip Neely (1982:95-96) dalam The Conference of Executives of American Schools for The Deaf, mendefinisikan tunarungu sebagai berikut: “A

deaf person is one whose hearing disability is so great that he or she cannot understand speech through the use that he or she cannot understand speech through the use of the ear alone, with or without a hearing aid. A hard of hearing person is one whose hearing disability makes it difficult to hear but who can, with or without the use of hearing aid, understand speech”.

(3)

lanjutan

Hallahan & Kauffman (1991:266) bahwa : “Tunarungu merupakan istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang digolongkan ke dalam tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).

Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi

mendengar sehingga menghambat proses informasi

bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar.

Orang yang kurang dengar adalah seseorang yang

biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran”.

(4)

lanjutan

• Moores (1982:6) mendefinisikan tunarungu sebagai berikut:

“ A deaf person in a one whose hearing is disable to

an extent (usually 70 dB ISO or greater) that

precludes the understanding of speech through the ear alone, with or without the use of a hearing aid. ear alone, with or without the use of a hearing aid.

A hard of hearing is one whose hearing disabled to an extent (usually 35 to 69 dB ISO) that make dificult, but does not preclude, the understanding of speech through the ear alone, without or with a hearing aid”.

(5)

• seorang tunarungu adalah mereka

yang kurang mampu untuk mendengar

atau tidak mendengar sama sekali

bunyi atau suara pada intensitas

tertentu sebagai akibat dari tidak

tertentu sebagai akibat dari tidak

berfungsinya indera pendengaran

sebagaimana mestinya, baik tanpa

maupun menggunakan alat bantu

dengar.

(6)

Penggolongan ketunarunguan & Batasan

Penggolongan ketunarunguan & Batasan

Peristilahan didasarkan pada tiga faktor

Peristilahan didasarkan pada tiga faktor

Penggolongan ketunarunguan & Batasan

Penggolongan ketunarunguan & Batasan

Peristilahan didasarkan pada tiga faktor

Peristilahan didasarkan pada tiga faktor

•• Kemampuan seseorang guna menyimak suara Kemampuan seseorang guna menyimak suara cakapan (conversational speech)

cakapan (conversational speech)

•• Kemampuan untuk membedakan berbagai sumberKemampuan untuk membedakan berbagai sumber dan sifat bunyi (daya diskriminasi/pembeda)

dan sifat bunyi (daya diskriminasi/pembeda)

•• Batas pengerasan/penguatan bunyi yang dihasilkanBatas pengerasan/penguatan bunyi yang dihasilkan ABD (alat bantu dengar)

ABD (alat bantu dengar)

B o A. Boothroyd, 1982)

(7)

Penggolongan ketunarunguan & Batasan Peristilahan

Ketunarunguan (Hearing Impairtment)

Kehilangan pendengaran (hearing Loss)

Gangguan dlm kemampuan Mendeteksi bunyi

Gangguan Proses Pendengaran (Auditory Process Disorder)

Gangguan dalam kemampuan menafsirkan pola-pola bunyi/sound pattern

Total Sangat berat Berat Severe Sedang Moderate Ringan Mild

(tingkat kehilangan pendengaran berdasarkan pengukuran Ambang pendengaran dalam deciBell)

Tuli/Deaf Kurang Dengar /Hard of Hearing (

p p e

(8)

Klasifikasi dan jenis-jenis ketunarunguan

Kelompok I Kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses/ke-TRan ringan; daya tangkap thd suara cakapan manusia normal

Kelompok II Kehilangan 31-60 dB, moderate hearing losses (ketunarunguan sedang); daya tangkap thd suara cakapan manusia hanya sebagian.

Kelompok Kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses Kelompok

III

Kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses (ketunarunguan berat); daya tangkap thd suara cakapan manusia tidak ada.

Kelompok IV

Kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses

(ketunarunguan sangat berat); daya tangkap thd suara cakapan manusia tidak ada sama sekali

Kelompok V Kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses

(ketunarunguan total) daya tangkap thd suara manusia tidak ada sama sekali

(9)

Klasifikasi ketunarunguan (Boothroyd)

Klasifikasi ketunarunguan (Boothroyd)

Klasifikasi ketunarunguan (Boothroyd)

Klasifikasi ketunarunguan (Boothroyd)

Berdasarkan Tk kehilangan pendengaran Berdasarkan Saat terjadinya Kehilangan pendengaran Berdasarkan Tempat kerusakan Berdasarkan Taraf Penguasaan bahasa R inga n 24-40 dB S eda ng, 41-55 dB S eda ng be ra t, 56-70 dB B er at , 71-90 dB S anga t be ra t, le bi h da ri 120 dB T una rungu ba w aa n T una rungu se te la h la hi r T ul i kondukt if T ul i s ens or is T ul i pr a ba ha sa T ul i pur na ba ha sa

(10)

Klasifikasi ketunarunguan

• Berdasarkan saat terjadinya

a. ketunarunguan bawaan, artinya ketika

anak lahir sudah mengalami tunarungu

dan indera pendengarannya sudah

dan indera pendengarannya sudah

tidak berfungsi lagi

b. ketunarunguan setelah lahir, artinya

terjadi ketunarunguan setelah anak

lahir

(11)

Berdasarkan tingkat

kerusakan

• Kerusakan pada bagian telinga luar

dan tengah, shg menghambat

bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam

telinga (Tuli konduktif)

telinga (Tuli konduktif)

• Kerusakan pada telinga bagian dalam

shg tidak dapat mendengar

(12)

Berdasarkan taraf

penguasaan bahasa

• Tuli pra bahasa adalah mereka yang menjadi tuli

sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6

tahun) artinya anak menyamakan tanda tertentu

seperti mengamati, menunjuk, meraih namun

seperti mengamati, menunjuk, meraih namun

belum membentuk sistem lambang.

• Tuli purna bahasa, adalah mereka yang menjadi

tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah

menerapkan dan memahami sistem lambang

yang berlaku di lingkungan.

(13)

Audibili ty convensi onal speech Discriminat ion capacity For speech Learning modality Audibilit y of conventi onal speech Discrimina tion capacity For speech Learning modality

15-30 dB Mild Normal Normal Auditory Normal normal auditory

Without Amplification With Amplification Threshold

Range

Description Of Hearing Loss

31-60 dB Moderat Partial Almost

Normal Auditory n’ Vision Normal Almost normal Auditory

61-90 dB Severe None Irrelevant Visual Normal Good Auditory

n’ vision 91-120

dB

Profound None Irrelevant Visual Normal Poor Auditory

n’ vision 121 dB

or more

(14)
(15)
(16)

Penyebab ketunarunguan

(Trybus)

• Keturunan

• Penyakit bawaan

• Komplikasi selama kehamilan dan

kelahiran

kelahiran

• Radang selaput otak (meningitis)

• Otitis media

(17)

Faktor internal diri anak

1. Faktor keturunan dari salah satu atau kedua

orangtua yg mengalami ketunarunguan.

Kondisi genetik yang berbeda disebabkan

oleh gen yang dominan represif dan

berhubungan dengan jenis kelamin.

berhubungan dengan jenis kelamin.

2. Campak jerman (Rubella) yg diderita ibu

sewaktu mengandung.

3. Keracunan darah (Toxaminia). Kerusakan

pada plasenta yang mempengaruhi

(18)

Faktor eksternal anak

1. Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan.

2. Meningitis radang selaput otak 3. Otitis media

3. Otitis media

4. Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat

(19)

Penyebab terjadinya

ketunarunguan tipe konduktif

• Kerusakan/gangguan yang terjadi pada

telinga luar dapat disebabkan antara lain:

a. tidak terbentuknya lubang telinga bagian

luar yang dibawa sejak lahir

luar yang dibawa sejak lahir

b. terjadinya peradangan pada lubang

telinga luar (otitis media)

(20)

Kerusakan/gangguan pada telinga

tengah dapat disebabkan oleh:

• Ruda paksa, adanya tekanan/benturan yang keras yang mengakibatkan perforasi (pecahnya) membran tympany dan lepasnya rangkaian tulang pendengaran.

• Terjadinya peradangan/otitis media • Terjadinya peradangan/otitis media

• Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang stapes yang mengakibatkan tulang tsb tidak dapat bergetar pada oval window (selaput yang

membatasi telingan tengah dan dalam) shg getaran tidak dapat diteruskan ke telingan dalam.

(21)

lanjutan

• Tympanisclerosis, yaitu adanya lapisan

kalsium/zat kapur pada membran timpani dan tulang pendengaran, shg organ tsb tidak dapat

menghantarkan getaran ke telingan dalam dengan baik untuk diubah menjadi kesan suara.

• Anomali congenital dari tulang pendengaran atau tidak terbentuknya tulang pendengaran yang

dibawa sejak lahir tetapi gangguan

tidak terbentuknya tulang pendengaran yang dibawa sejak lahir tetapi gangguan

pendengarannya tidak bersifat progresif. • Disfungsi tube eustachii (saluran yang

menghubungkan rongga telinga tengah dengan rongga mulut), akibat alergi atau tumor pada nasopharynk.

(22)

Penyebab terjadinya tunarungu

tipe sensorineural

• Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor

genetik, bahwa ketunarunguan tersebut

disebabkan oleh gen ketunarunguan yang

menurun dari orangtua kepada anaknya.

• Penyebab ketunarunguan faktor non genetik,

• Penyebab ketunarunguan faktor non genetik,

antara lain:

a. rubella, penyakit yang disebabkan oleh

virus yang menyerang ibu hamil pada usia

kandungan tri semester pertama

(23)

lanjutan

b. Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak. Apabila ibu yang mempunyai darah dengan Rh – mengandung janin dengan Rh +, maka sistem pembuangan anti bodi pada ibu tsb akan merusak sel-sel darah Rh + janin anaknya. c. meningitis, radang selaput otak yang disebabkan oleh

bakteri yang menyerang labyrinth melalui sistem sel-sel bakteri yang menyerang labyrinth melalui sistem sel-sel udara pada telinga tengah. Meningitis menjadi penyebab utama ketunarunguan yang bersifat acquired

(ketunarunguan yang didapat setelah lahir).

d. Trauma akustik, disebabkan oleh suara bising dalam jangka waktu lama.

(24)
(25)
(26)

Dampak Ketunarunguan

• Dampak langsung dari ketunarunguan adalah

(1) terbatasnya/kurangnya pemerolehan atau

perbendaharaan bahasa (vocabulary) akibatnya

mereka mengalami kelambatan dalam

mereka mengalami kelambatan dalam

perkembangan komunikasi,

(2) terhambatnya komunikasi secara reseptif

(menangkap/memahami pembicaraan orang

lain) dan secara ekspresif (bicara).

(27)

• ketunarunguan sebagai kelainan primer yang bersifat motoris (fisik), dapat mengakibatkan terjadinya kelainan sekunder (dampak) pada berbagai aspek kehidupan dan perkembangan ATR, yaitu dalam kemampuan berbahasa dan

berkomunikasi, fungsi sosial, emosi, kognitif, dan proses belajarnya.

• hilangnya kemampuan mendengar (tunarungu) adalah terhambatnya komunikasi dengan dan • hilangnya kemampuan mendengar (tunarungu)

adalah terhambatnya komunikasi dengan dan diantara kaum tunarungu serta lingkungannya.

• seseorang mengalami ketunarunguan sejak lahir, ia tidak akan mengembangkan kemampuan

berbahasanya secara spontan, shg dlm usaha utk bermasyarakat akan timbul brbgi prmasalahan spt aspek sosial, emosional dan mental.

(28)

• anak tunarungu tidak mampu menangkap

kata-kata atau pembicaraan orang lain

melalui pendengarannya, sehingga tidak

terjadi proses peniruan suara setelah masa

terjadi proses peniruan suara setelah masa

meraban.

• Proses peniruannya hanya terbatas pada

peniruan visual atau menangkap

(29)

Fungsi pendengaran (D.A. Ramsdell)

• fungsi pendengaran bagi manusia ada dalam beberapa jenjang, yaitu

(1) sebagai jenjang lambang adalah untuk memahami bunyi bahasa,

(2) sebagai jenjang tanda/peringatan yaitu sebagai (2) sebagai jenjang tanda/peringatan yaitu sebagai

pertanda akan adanya suatu kejadian dalam lingkungan manusia, dan

(3) jenjang primitif dimana bunyi hanya berfungsi sebagai latar belakang segala kegiatan hidup sehari-hari. Kondisi Ketiga fungsi tersebut berlangsung secara progresif, simultan dan terintegratif.

(30)

Karakteristik kognitif ATR

• Inteligensi seorang tunarungu secara potensial pada umumnya sama dengan orang normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh

tingkat kemampuan berbahasa (Myklebust, dalam Moores, 1982:148).

• Keterbatasan informasi dan kurangnya daya abstraksi • Keterbatasan informasi dan kurangnya daya abstraksi

pada seorang tunarungu akan menghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas, dengan demikian perkembangan inteligensi secara

fungsionalpun terhambat.

• Hal ini mengakibatkan seorang tunarungu kadang menampakkan keterlambatan dalam belajar.

(31)

• kesulitan akademik yang dihadapi ATR bukanlah karena masalah kognitif yang kurang akan tetapi sebenarnya kesulitan dalam berbahasa”.

• tidak ada perbedaan kuantitatif dalam kemampuan intelektual kaum tunarungu dibandingkan dengan orang mendengar.

• analisa mendalam terhadap hasil berbagai sub tes, menunjukkan adanya perbedaan kualitatif, oleh karena mereka mengalami kesulitan

oleh karena mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang menuntut pemahaman abstrak.

• walaupun ATR dalam segi kuantitas setara

dengan anak yang mendengar, namun dari segi kualitas, anak tunarungu nampak inferior.

(32)

Karakteristik Sosial emosional

• Fungsi emosi diartikan sebagai persepsi

seseorang tentang dirinya, dan fungsi sosial

adalah sebagai persepsi tentang hubungan

dirinya dengan orang lain dalam situasi

sosial (Boothroyd, 1982).

• Kekurangan dalam kemampuan berbahasa

• Kekurangan dalam kemampuan berbahasa

verbal menyebabkan anak tunarungu sulit

mengungkapkan perasaan maupun

keinginannya pada orang mendengar, shg

hal tersebut menimbulkan perasaan

negatif yang dapat mempengaruhi

perkembangan emosi dan sosialnya.

(33)

lanjutan

• ATR seringkali salah menafsirkan

sesuatu, dan hal tersebut menjadi

tekanan bagi emosinya, sehingga dapat

menghambat perkembangan pribadinya

dengan kecenderungan menampilkan

dengan kecenderungan menampilkan

sikap menutup diri, atau menampakkan

kebimbangan dan keragu-raguan.

• Sulit untuk bersosialisasi dan kurang

dapat menyesuaikan diri (beradaptasi)

dengan situasi dan kondisi baru

(34)

Implikasi ketunarunguan thd perkemb

akademik/belajar

• sulit dalam mempelajari materi pelajaran yang lebih bersifat verbal, sedangkan untuk materi non verbal seperti keterampilan tangan dan OR, pd umumnya tidak mengalami hambatan berarti. • sulit memahami penjelasan guru, apabila guru

tidak menggunakan metode komunikasi yang tidak menggunakan metode komunikasi yang betul-betul sesuai dengan kemapuan

berkomunikasi ATR.

• sulit memahami materi yang bersifat abstrak • kesulitan untuk tugas2 kognitif yang banyak

(35)

See you

See you

(36)

Sikap dan pola interaksi

Sikap dan pola interaksi

(37)

DEPRIVASI EMOSI DEPRIVASI EMOSIDEPRIVASI EMOSI DEPRIVASI EMOSI

KURANG MENdpt PENGALAMAN YG MENYENANGKAN :

KASIH SAYANG, CINTA, PERHATIAN, KEGEMBIRAAN, KESENANGAN, KEPUASAN &

RASA INGIN TAHU

MENGAPA ?

ANAK ADALAH PERMATA HATI –

KEHADIRAN ABK DI

TENGAH-2 KELUARGA

“SYMBOLIC DEATH CRISIS”

MUNCUL BERBAGAI

KRISIS PSIKOLOGIS

ANAK ADALAH PERMATA HATI – TMPT BERBAGAI TUMPUAN,

HARAPAN & CITA-2

MUNCUL SIKAP-SIKAP

P.E.N.O.L.A.K. A.N

TDK ADA SATU ORANGTUA PUN YG MENGHARAPKAN

ANAKNYA CACAT

“SYMBOLIC DEATH CRISIS”

HANCURNYA CITA-CITA , HARAPAN MASA DEPAN KRISIS YG BERHUB DGN PERAWATAN, PENGASUHAN, PENDIDIKAN, BIMBINGAN, DSB. KEBERFUNGSIAN KEL SBG DIK, ASUH, DSB TDK SBGMN MESTINYA ANAK LBH BANYAK BELJ POLA-2 RESPON UNPLEASANT

(38)

POLA PERKEMBANGAN RESPON ORTU THD ABK

POSITIF POSITIF POSITIF POSITIF

OGDEN & LIPSETT (1982)

NEGATIF NEGATIFNEGATIF NEGATIF KEBERHASILAN BERGANTUNG PD INFORMASI YG DIPEROLEH DARI LINGKUNGAN

(39)

KRISIS PSIKOLOGIS PADA KELUARGA ABK KRISIS PSIKOLOGIS PADA KELUARGA ABKKRISIS PSIKOLOGIS PADA KELUARGA ABK KRISIS PSIKOLOGIS PADA KELUARGA ABK

(40)

Pola perilaku ortu dan dampaknya

thd tk laku anak

Pola Perlakuan Orangtua

Perilaku Orangtua Profile Tingkah laku Anak Overprotection (terlalu melindungi) • kontak yg berlebihan dgn anak

• pemberian bantuan kpd nak yg terus menerus.

• mengawasi kegiatan anak

• perasaan tidak aman • agresif, mudah gugup • melarikan diri dari

kenyataan

• sangat bergantung • mengawasi kegiatan anak

scr berlebihan

• memecahkan masalah anak

• sangat bergantung • M P O, menyerah • kurang mampu mengendalikan emosi • kurang PD, homesick • mudah terpengaruh • menolak tanggungjawab • troublemaker • sulit dlm bergaul

(41)

lanjutan

Permisive • memberikan kebebasan untuk berfikir atau berusaha

• menerima ide/pendapat

• membuat anak merasa diterima • toleran dan memahami kelemahan

anak

• cenderung memberi drpd mnerima

• pandai mencari jalan keluar

• dapat bekerjasama • percaya diri

• penuntut dan tidak sabaran

Rejection • bersikap masa bodoh, kaku • agresif, sulit bergaul

Rejection • bersikap masa bodoh, kaku • kurang memperdulikan anak

• menampilkan sikap permusuhan / dominasi thd anak

• agresif, sulit bergaul • pendiam, sadis

• submissive ( kurang dpt mengerjakan tugas, suka mengasingkan diri, pemalu, mudah

(42)

lanjutan

acceptance • memberi perhatian dan cinta kasih tulus kpd anak

• menempatkan anak pada posisi penting

• mngembangkan hub yg hangat dgn anak

• respek thd anak

• mendorong anak utk

mnyatakan perasaan dan

• kooperatif, bersahabat • loyal, emosi stabil

• ceria dan optimis

• mau bertanggungjawab • jujur, dapat dipercaya • memiliki perencanaan

jelas utk masa depan • realistik (memahami

kekuatan & kelemahan mnyatakan perasaan dan

pendapatnya

• berkom scr terbuka dan mau mendengarkan masalahnya

kekuatan & kelemahan dirinya scr objektif

Domination • mendominasi anak • bersikap sopan, dan sangat hati-hati

• pemalu, penurut,

mudah bingung, inferior • tidak bisa bekerjasama

(43)

lanjutan

submission • senantiasa memberikan sesuatu yg diminta anak • membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah • tidak patuh • tidak bertanggung jawab

• agresif dan teledor • otoriter

• terlalu percaya diri

Punitive/ • mudah mmberikan hukuman • impulsif, nakal

Punitive/ over

dicipline

• mudah mmberikan hukuman • menanamkan kedisiplinan scr keras • impulsif, nakal • tdk dapat mengambil keputusan • sikap bermusuhan atau agresif

(44)

Jika anak dibesarkan dengan CELAAN, ia belajar MEMAKI

Jika anak dibesarkan dengan PERMUSUHAN, ia belajar BERKELAHI Jika anak dibesarkan dengan CEMOOHAN, ia belajar RENDAH DIRI Jika anak dibesarkan dengan PENGHINAAN, ia belajar MENYESALI DIRI

Jika anak dibesarkan dengan TOLERANSI, ia belajar MENAHAN DIRI Jika anak dibesarkan dengan DORONGAN, ia belajar PERCAYA DIRI

Jika anak dibesarkan dengan SEBAIK-BAIK PERLAKUAN, ia belajar KEADILAN Jika anak dibesarkan dengan PUJIAN, ia belajar MENGHARGAI

Jika anak dibesarkan dengan PUJIAN, ia belajar MENGHARGAI

Jika anak dibesarkan dengan RASA AMAN, ia belajar MENARUH KEPERCAYAAN Jika anak dibesarkan dengan DUKUNGAN, ia belajar MENYENANGI DIRINYA Jika anak dibesarkan dengan KASIH SAYANG DAN PERSAHABATAN, ia belajar

(45)

Selesai

Selesai

(46)

Perolehan bicara bahasa

anak tunarungu

(47)

Proses perolehan bahasa

1. Mendengar, meniru, mengingat, serta proses persepsi (mengolah rangsangan yang diterima melalui indera).

2. Myklebust (1963) mengemukakan bahwa proses pemerolehan bahasa anak yang mendengar berawal dari adanya pengalaman atau situasi bersama antara bayi dengan ibunya dan orang-orang lain yang

berarti baginya dalam lingkungan terdekatnya.

Anak tidak diajarkan kata-kata kemudian artinya, melainkan melalui pengalamannya ia “belajar” menghubungkan antara pengalaman dan lambang bahasa yang diperoleh melalui pendengarannya. Proses ini lambang bahasa yang diperoleh melalui pendengarannya. Proses ini merupakan dasar dari berkembangnya bahasa batin (inner language). Setelah itu, anak mulai memahami hubungan antara lambang bahasa

dengan benda atau kejadian yang dialaminya, dan terbentuklah bahasa reseptif.

Setelah bahasa reseptif “agak” terbentuk, anak mulai

mengungkapkan diri melalui kata-kata sebagai awal kemampuan

bahasa ekspresif. Setelah anak memasuki usia sekolah, penglihatan berperan dalam perkembangan bahasanya, yaitu melalui kemampuan membaca (bahasa reseptif melalui penglihatan) dan menulis (bahasa ekspresif melalui penglihatan).

(48)

Bagan perolehan bahasa anak mendengar

PERILAKU BAHASA VERBAL

(Anak yang mendengar)

BAHASA EKSPRESIF VISUAL (Menulis)

BAHASA RESEPTIF VISUAL (Membaca)

BAHASA EKSPRESIF AUDITORY ( Bicara )

BAHASA RESEPTIF AUDITORI (Mengerti bahasa lingkungan)

BAHASA BATIN ( INNER LANGUAGE) Hubungan antara lambang auditori

dengan pengalaman sehari-hari P E N G A L A M A N

(49)

Bagan perolehan bahasa ATR

PERILAKU BAHASA VERBAL

(Anak tunarungu)

BAHASA EKSPRESIF VISUAL (Menulis)

BAHASA RESEPTIF VISUAL (Membaca)

BAHASA EKSPRESIF AUDITORY BAHASA EKSPRESIF AUDITORY

( Bicara )

BAHASA RESEPTIF VISUAL

(Mengerti ungkapan bahasa lingkungan) BAHASA BATIN (INNER LANGUAGE)

Hubungan antara lambang visual dengan pengalaman sehari-hari P E N G A L A M A N

(50)

Proses mendengar

• Kemampuan mendengar mrpk aspek

penting dalam proses komunikasi.

• Telinga berfungsi sbg perantara dari

rangsangan bunyi yg menuju ke pusat

pengertian (persepsi pendengaran).

pengertian (persepsi pendengaran).

• Pada telinga dalam, pusat persepsi

berperan menyeleksi dan menganalisis apa

yang didengar.

(51)

Proses meniru

• Meniru adalah suatu mekanisme

tingkah laku yg cenderung dilakukan

oleh manusia untuk mengulangi

perbuatan atau perilaku scr sengaja,

perbuatan atau perilaku scr sengaja,

shg perilaku tsb berangsur-angsur

menjadi miliknya.

(52)

Faktor yg mempengaruhi proses

peniruan

1. Komponen pendengaran, baik organ maupun persyarafannya harus dalam kondisi baik/normal.

2. Otak dan persyarafan berfungsi menyampaikan info serta mengolah menyampaikan info serta mengolah berbagai rangsangan.

3. Keadaan psikologis, meliputi kemampuan mental (IQ) yang tinggi, kestabilan emosi. 4. Lingkungan yang mendukung

(53)

Proses mengingat

• Berkaitan dgn kemampuan daya ingat (mrpk bag dari suatu proses pemerolehan informasi yg

berhub dgn kemampuan berfikir seseorang dlm melaksanakan tugas pemecahan masalah).

• Proses tsb mrpk suatu rangkaian yg dimulai dari kegiatan menangkap info, menyimpannya dari kegiatan menangkap info, menyimpannya dan mengungkapkannya kembali.

• Ada dua bag penting, yaitu daya ingat jangka pendek/short term memory dan daya ingat jangka panjang/long term memory

• Kemampuan mengingat sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan kondisi lingkungan

(54)

• Proses memahami dan menginterpretasikan atau

menafsirkan info sensoris yang diterima oleh indera • Proses pemahaman atau pemberian makna atas

suatu informasi terhadap stimulus.

• Stimulus didapat dari proses penginderaan thd

objek, peristiwa, atau hubungan2 antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.

PROSES PERSEPSI

objek, peristiwa, atau hubungan2 antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.

• Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan

dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tsb.

(55)

Proses pengolahan persepsi

• Melakukan persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaan.

• Melakukan perbedaan antara figure

(rangsangan inti) dan background (latar

belakang).

• Menciptakan bagian-bagian menjadi satu

• Menciptakan bagian-bagian menjadi satu

kesatuan. Kemampuan memadukan

berbagai komponen yang terdiri dari

bermacam-macam elemen menjadi suatu

kesatuan sehingga membentuk satu

(56)

Persepsi Auditif

• Kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan segala sesuatu yang didengar.

• Persepsi ini mencakup kemampuan:

- Kesadaran fonologis : kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata, suku kata, dan fonem (bunyi huruf)

- Diskriminasi auditif : kemampuan mngingat perbedaan antara bunyi2fonem dan mengidentifikasi kata2 yang sama dengan bunyi2fonem dan mengidentifikasi kata2 yang sama dengan kata-kata yang berbeda

- Ingatan auditif : kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar

- Urutan auditif : kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan secara lisan

- Perpaduan auditif : kemampuan memadukan elemen2 fonem tunggal atau berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh

(57)
(58)

Tunarungu Ganda

Tunarungu Ganda

(59)

Definisi/pengertian

tunarungu ganda

• Anak yang mengalami ketunarunguan juga

disertai hambatan atau kelainan lainnya

(ganda).

• Ganda bisa berarti lebih dari satu, atau

• Ganda bisa berarti lebih dari satu, atau

mengalami dua macam kelainan sekaligus,

atau tiga kelainan sekaligus, bahkan

(60)

Kelompok ATR ganda

1. ATR-netra, yaitu anak yang mengalami

ketunarunguan sekaligus mengalami tunanetra. 2. ATR-grahita, yaitu anak yang mengalami

tunarungu sekaligus mengalami tunagrahita. 3. ATR-daksa, yaitu anak yang mengalami

tunarungu sekaligus mengalami tunadaksa. tunarungu sekaligus mengalami tunadaksa. 4. ATR sekaligus mengalami tunanetra dan

tunagrahita.

5. ATR sekaligus mengalami tunanetra,

(61)

Penempatan pendidikan ATR ganda

1. Penyerahan (Referal) dari lembaga

masyarakat dan rumah sakit.

2. Pemindahan dari program sekolah khusus

(SLB-G) kepada program sekolah khusus

(SLB-B). Apabila kelainan tambahan yg

dialami ATR tidak terlalu berat.

dialami ATR tidak terlalu berat.

3. Pemindahan dari program SLB-B kepada

program SLB-G. Dilaksanakan apabila

kelainan tambahan dari anak tsb

bertambah berat shg memerlukan

pelayanan yang lebih khusus lagi.

(62)

Beberapa cara menghilangkan perilaku

menyimpang ATR ganda

1. Tindakan korektif berlebih (Over correction), sbg salah satu alternatif yg melibatkan

hukuman dan usaha mengurangi perilaku menyimpang.

Tujuannya adalah untuk mendidik ATR Tujuannya adalah untuk mendidik ATR

bertanggungjawab penuh thd kerusakan atau kekacauan yg disebabkan perilakunya.

Merupakan cara tepat utk menghilangkan perilaku yg tidak pantas, dan dijadikan pola perlakuan yang menetap.

(63)

lanjutan

2. Time-out. Sbg suatu cara tepat yg

bersifat temporer utk mengalihkan

perhatian anak dari situasi yang tidak

sesuai dgn norma-norma yang berlaku,

kpd situasi yang memperkuat perilaku

yang diharapkan.

yang diharapkan.

Yang perlu diperhatikan dalam time-out:

a. pengelolaan time-out. Adanya dialog

antara anak dan guru serta perlunya

reinforcement.

(64)

lanjutan

b. pengalihan situasi/lokasi yang tidak menyenangkan ATR ganda. Guru dituntut kritis dalam melaksanakan time-out.

c. konsistensi prosedur time-out. Prosedur time out harus dilaksanakan scr sistematis sampai pada tahap evaluasi utk memperoleh data tingkat keefektifan program

time-out tsb. time-out tsb.

d. lokasi time-out. Harus secara kontinyu dievaluasi scr cermat guna menjamin bahwa time-out bebas dari sumber reinforcement negatif dan dilaksanakan di dalam ruangan kelas.

(65)

lanjutan

e.

periode time-out relatif singkat. Proses

time out bagi ATR berlangsung maksimum

10 menit, atau tergantung kondisi ATR.

f. reinforcement perilaku. Proses time out

dimaksudkan utk mengurangi perilaku yg

tidak baik pada ATR ganda, utk itu perlu

tidak baik pada ATR ganda, utk itu perlu

motivasi pribadi dari guru.

g. pemberitahuan hasil proses time-out.

Guru harus bertindak bijaksana dengan

memberikan alasan-alasan yang tepat.

(66)

lanjutan

3. Pemantapan perilaku. Dilakukan dengan

pemberian reinforcement yg

sungguh-sungguh dan berlangsung beberapa menit.

Kemudian frekuensinya dikurangi.

4. Kontak mata. Harus memperhatikan jarak

antara guru dan anak, untuk selanjutnya

antara guru dan anak, untuk selanjutnya

dilatih bersamaan dgn aktivitas meniru.

5. Aktivitas meniru. Harus diawali dari

sesuatu yg sederhana yang berpangkal dari

kontak mata dgn berbagai kegiatan.

(67)

lanjutan

6. Pengembangan konsep. Terjadi apabila anak

belajar dan berusaha mengembkannya sesuai dng ketentuan dan cermat. Dilakukan dgn cara guru menjelaskan materi dari bagian-bagian kecil dan dikemb dengan pemahaman lebih lanjut shg anak dapat menghub dari bag-bag materi tsb menjadi materi yang lebih utuh.

7. Belajar mandiri. Anak diberi kesempatan melalui 7. Belajar mandiri. Anak diberi kesempatan melalui

kerja mandiri dalam ruangan khusus/ruangan kerja. Dalam pelaksanaannya ATR ganda harus diberi kesempatan utk melaksanakan aktivitas dan harus menikmati aktivitas tsb. Guru harus memberikan reinforcement melalui ide-ide yang mendukung terlaksananya belajar mandiri.

(68)

Aktivitas kebutuhan dasar ATR ganda

1. Menyediakan makanan dan perawatan yang layak

2. Melatih menggunakan toilet (toilet training) 3. Mengajarkan keterampilan motorik, bahasa,

kognisi, sosial dan merawat diri.

4. Melatih orientasi dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan situasi sosial yang bervariasi. 4. Melatih orientasi dalam lingkungan keluarga,

masyarakat dan situasi sosial yang bervariasi. 5. Mentranfer tujuan budaya.

6. Meningkatkan keterampilan interpersonal dan sosialisasi.

7. Mengendalikan perilaku anak dan memberikan

(69)

Referensi

Dokumen terkait

Bicara tentang keranjang sekarang ini toko online mana sih yang belum punya fasilitas keranjang belanja. Fitur ini wajib dimiliki setiap toko online. Keranjang belanja digunakan

Perbandingan produksi bauksit dan aluminium yang sangat tidak seimba menunjukkan bahwa industri hulu aluminium nasional masih bertumpu pada ekspor bahan mentah dan

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Penangkapan Ikan telah ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 298/2013 tentang

Surakarta adalah sebuah keniscayaan dalam era teknologi informasi dan komunikasi seperti sekarang ini. Suatu fenomena di mana teknologi telah menisbikan ruang dan

Dengan mempertimbangkan struktur hierarki vertikal yang sudah puluhan tahun digunakan, maka akan sulit bagi pimpinan dari organisasi sektor publik untuk menghilangkannya dengan

Jumlah penggadaan gabah/beras oleh Bulog dipengaruhi oleh stok beras akhir tahun dengan arah yang sama, namun tidak responsif dengan elastisitas jangka pendek sebesar 0.4193

Pelajaran matematika sangat erat hubungannya dengan konsep-konsep, kaidah- kaidah serta simbol-simbol yang mempunyai kesan sulit dan menakutkan bagi siswa.Dalam hal