KUMPULAN POWER POINT
MATA KULIAH
MATA KULIAH
Pengertian tunarungu
Gearhart (1980) yang dikutip Neely (1982:95-96) dalam The Conference of Executives of American Schools for The Deaf, mendefinisikan tunarungu sebagai berikut: “A
deaf person is one whose hearing disability is so great that he or she cannot understand speech through the use that he or she cannot understand speech through the use of the ear alone, with or without a hearing aid. A hard of hearing person is one whose hearing disability makes it difficult to hear but who can, with or without the use of hearing aid, understand speech”.
lanjutan
Hallahan & Kauffman (1991:266) bahwa : “Tunarungu merupakan istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang digolongkan ke dalam tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi
mendengar sehingga menghambat proses informasi
bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar.
Orang yang kurang dengar adalah seseorang yang
biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran”.
lanjutan
• Moores (1982:6) mendefinisikan tunarungu sebagai berikut:
“ A deaf person in a one whose hearing is disable to
an extent (usually 70 dB ISO or greater) that
precludes the understanding of speech through the ear alone, with or without the use of a hearing aid. ear alone, with or without the use of a hearing aid.
A hard of hearing is one whose hearing disabled to an extent (usually 35 to 69 dB ISO) that make dificult, but does not preclude, the understanding of speech through the ear alone, without or with a hearing aid”.
• seorang tunarungu adalah mereka
yang kurang mampu untuk mendengar
atau tidak mendengar sama sekali
bunyi atau suara pada intensitas
tertentu sebagai akibat dari tidak
tertentu sebagai akibat dari tidak
berfungsinya indera pendengaran
sebagaimana mestinya, baik tanpa
maupun menggunakan alat bantu
dengar.
Penggolongan ketunarunguan & Batasan
Penggolongan ketunarunguan & Batasan
Peristilahan didasarkan pada tiga faktor
Peristilahan didasarkan pada tiga faktor
Penggolongan ketunarunguan & Batasan
Penggolongan ketunarunguan & Batasan
Peristilahan didasarkan pada tiga faktor
Peristilahan didasarkan pada tiga faktor
•• Kemampuan seseorang guna menyimak suara Kemampuan seseorang guna menyimak suara cakapan (conversational speech)
cakapan (conversational speech)
•• Kemampuan untuk membedakan berbagai sumberKemampuan untuk membedakan berbagai sumber dan sifat bunyi (daya diskriminasi/pembeda)
dan sifat bunyi (daya diskriminasi/pembeda)
•• Batas pengerasan/penguatan bunyi yang dihasilkanBatas pengerasan/penguatan bunyi yang dihasilkan ABD (alat bantu dengar)
ABD (alat bantu dengar)
B o A. Boothroyd, 1982)
Penggolongan ketunarunguan & Batasan Peristilahan
Ketunarunguan (Hearing Impairtment)
Kehilangan pendengaran (hearing Loss)
Gangguan dlm kemampuan Mendeteksi bunyi
Gangguan Proses Pendengaran (Auditory Process Disorder)
Gangguan dalam kemampuan menafsirkan pola-pola bunyi/sound pattern
Total Sangat berat Berat Severe Sedang Moderate Ringan Mild
(tingkat kehilangan pendengaran berdasarkan pengukuran Ambang pendengaran dalam deciBell)
Tuli/Deaf Kurang Dengar /Hard of Hearing (
p p e
Klasifikasi dan jenis-jenis ketunarunguan
Kelompok I Kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses/ke-TRan ringan; daya tangkap thd suara cakapan manusia normal
Kelompok II Kehilangan 31-60 dB, moderate hearing losses (ketunarunguan sedang); daya tangkap thd suara cakapan manusia hanya sebagian.
Kelompok Kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses Kelompok
III
Kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses (ketunarunguan berat); daya tangkap thd suara cakapan manusia tidak ada.
Kelompok IV
Kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses
(ketunarunguan sangat berat); daya tangkap thd suara cakapan manusia tidak ada sama sekali
Kelompok V Kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses
(ketunarunguan total) daya tangkap thd suara manusia tidak ada sama sekali
Klasifikasi ketunarunguan (Boothroyd)
Klasifikasi ketunarunguan (Boothroyd)
Klasifikasi ketunarunguan (Boothroyd)
Klasifikasi ketunarunguan (Boothroyd)
Berdasarkan Tk kehilangan pendengaran Berdasarkan Saat terjadinya Kehilangan pendengaran Berdasarkan Tempat kerusakan Berdasarkan Taraf Penguasaan bahasa R inga n 24-40 dB S eda ng, 41-55 dB S eda ng be ra t, 56-70 dB B er at , 71-90 dB S anga t be ra t, le bi h da ri 120 dB T una rungu ba w aa n T una rungu se te la h la hi r T ul i kondukt if T ul i s ens or is T ul i pr a ba ha sa T ul i pur na ba ha saKlasifikasi ketunarunguan
• Berdasarkan saat terjadinya
a. ketunarunguan bawaan, artinya ketika
anak lahir sudah mengalami tunarungu
dan indera pendengarannya sudah
dan indera pendengarannya sudah
tidak berfungsi lagi
b. ketunarunguan setelah lahir, artinya
terjadi ketunarunguan setelah anak
lahir
Berdasarkan tingkat
kerusakan
• Kerusakan pada bagian telinga luar
dan tengah, shg menghambat
bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam
telinga (Tuli konduktif)
telinga (Tuli konduktif)
• Kerusakan pada telinga bagian dalam
shg tidak dapat mendengar
Berdasarkan taraf
penguasaan bahasa
• Tuli pra bahasa adalah mereka yang menjadi tuli
sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6
tahun) artinya anak menyamakan tanda tertentu
seperti mengamati, menunjuk, meraih namun
seperti mengamati, menunjuk, meraih namun
belum membentuk sistem lambang.
• Tuli purna bahasa, adalah mereka yang menjadi
tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah
menerapkan dan memahami sistem lambang
yang berlaku di lingkungan.
Audibili ty convensi onal speech Discriminat ion capacity For speech Learning modality Audibilit y of conventi onal speech Discrimina tion capacity For speech Learning modality
15-30 dB Mild Normal Normal Auditory Normal normal auditory
Without Amplification With Amplification Threshold
Range
Description Of Hearing Loss
31-60 dB Moderat Partial Almost
Normal Auditory n’ Vision Normal Almost normal Auditory
61-90 dB Severe None Irrelevant Visual Normal Good Auditory
n’ vision 91-120
dB
Profound None Irrelevant Visual Normal Poor Auditory
n’ vision 121 dB
or more
Penyebab ketunarunguan
(Trybus)
• Keturunan
• Penyakit bawaan
• Komplikasi selama kehamilan dan
kelahiran
kelahiran
• Radang selaput otak (meningitis)
• Otitis media
Faktor internal diri anak
1. Faktor keturunan dari salah satu atau kedua
orangtua yg mengalami ketunarunguan.
Kondisi genetik yang berbeda disebabkan
oleh gen yang dominan represif dan
berhubungan dengan jenis kelamin.
berhubungan dengan jenis kelamin.
2. Campak jerman (Rubella) yg diderita ibu
sewaktu mengandung.
3. Keracunan darah (Toxaminia). Kerusakan
pada plasenta yang mempengaruhi
Faktor eksternal anak
1. Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan.
2. Meningitis radang selaput otak 3. Otitis media
3. Otitis media
4. Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat
Penyebab terjadinya
ketunarunguan tipe konduktif
• Kerusakan/gangguan yang terjadi pada
telinga luar dapat disebabkan antara lain:
a. tidak terbentuknya lubang telinga bagian
luar yang dibawa sejak lahir
luar yang dibawa sejak lahir
b. terjadinya peradangan pada lubang
telinga luar (otitis media)
Kerusakan/gangguan pada telinga
tengah dapat disebabkan oleh:
• Ruda paksa, adanya tekanan/benturan yang keras yang mengakibatkan perforasi (pecahnya) membran tympany dan lepasnya rangkaian tulang pendengaran.
• Terjadinya peradangan/otitis media • Terjadinya peradangan/otitis media
• Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang stapes yang mengakibatkan tulang tsb tidak dapat bergetar pada oval window (selaput yang
membatasi telingan tengah dan dalam) shg getaran tidak dapat diteruskan ke telingan dalam.
lanjutan
• Tympanisclerosis, yaitu adanya lapisan
kalsium/zat kapur pada membran timpani dan tulang pendengaran, shg organ tsb tidak dapat
menghantarkan getaran ke telingan dalam dengan baik untuk diubah menjadi kesan suara.
• Anomali congenital dari tulang pendengaran atau tidak terbentuknya tulang pendengaran yang
dibawa sejak lahir tetapi gangguan
tidak terbentuknya tulang pendengaran yang dibawa sejak lahir tetapi gangguan
pendengarannya tidak bersifat progresif. • Disfungsi tube eustachii (saluran yang
menghubungkan rongga telinga tengah dengan rongga mulut), akibat alergi atau tumor pada nasopharynk.
Penyebab terjadinya tunarungu
tipe sensorineural
• Ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor
genetik, bahwa ketunarunguan tersebut
disebabkan oleh gen ketunarunguan yang
menurun dari orangtua kepada anaknya.
• Penyebab ketunarunguan faktor non genetik,
• Penyebab ketunarunguan faktor non genetik,
antara lain:
a. rubella, penyakit yang disebabkan oleh
virus yang menyerang ibu hamil pada usia
kandungan tri semester pertama
lanjutan
b. Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak. Apabila ibu yang mempunyai darah dengan Rh – mengandung janin dengan Rh +, maka sistem pembuangan anti bodi pada ibu tsb akan merusak sel-sel darah Rh + janin anaknya. c. meningitis, radang selaput otak yang disebabkan oleh
bakteri yang menyerang labyrinth melalui sistem sel-sel bakteri yang menyerang labyrinth melalui sistem sel-sel udara pada telinga tengah. Meningitis menjadi penyebab utama ketunarunguan yang bersifat acquired
(ketunarunguan yang didapat setelah lahir).
d. Trauma akustik, disebabkan oleh suara bising dalam jangka waktu lama.
Dampak Ketunarunguan
• Dampak langsung dari ketunarunguan adalah
(1) terbatasnya/kurangnya pemerolehan atau
perbendaharaan bahasa (vocabulary) akibatnya
mereka mengalami kelambatan dalam
mereka mengalami kelambatan dalam
perkembangan komunikasi,
(2) terhambatnya komunikasi secara reseptif
(menangkap/memahami pembicaraan orang
lain) dan secara ekspresif (bicara).
• ketunarunguan sebagai kelainan primer yang bersifat motoris (fisik), dapat mengakibatkan terjadinya kelainan sekunder (dampak) pada berbagai aspek kehidupan dan perkembangan ATR, yaitu dalam kemampuan berbahasa dan
berkomunikasi, fungsi sosial, emosi, kognitif, dan proses belajarnya.
• hilangnya kemampuan mendengar (tunarungu) adalah terhambatnya komunikasi dengan dan • hilangnya kemampuan mendengar (tunarungu)
adalah terhambatnya komunikasi dengan dan diantara kaum tunarungu serta lingkungannya.
• seseorang mengalami ketunarunguan sejak lahir, ia tidak akan mengembangkan kemampuan
berbahasanya secara spontan, shg dlm usaha utk bermasyarakat akan timbul brbgi prmasalahan spt aspek sosial, emosional dan mental.
• anak tunarungu tidak mampu menangkap
kata-kata atau pembicaraan orang lain
melalui pendengarannya, sehingga tidak
terjadi proses peniruan suara setelah masa
terjadi proses peniruan suara setelah masa
meraban.
• Proses peniruannya hanya terbatas pada
peniruan visual atau menangkap
Fungsi pendengaran (D.A. Ramsdell)
• fungsi pendengaran bagi manusia ada dalam beberapa jenjang, yaitu
(1) sebagai jenjang lambang adalah untuk memahami bunyi bahasa,
(2) sebagai jenjang tanda/peringatan yaitu sebagai (2) sebagai jenjang tanda/peringatan yaitu sebagai
pertanda akan adanya suatu kejadian dalam lingkungan manusia, dan
(3) jenjang primitif dimana bunyi hanya berfungsi sebagai latar belakang segala kegiatan hidup sehari-hari. Kondisi Ketiga fungsi tersebut berlangsung secara progresif, simultan dan terintegratif.
Karakteristik kognitif ATR
• Inteligensi seorang tunarungu secara potensial pada umumnya sama dengan orang normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh
tingkat kemampuan berbahasa (Myklebust, dalam Moores, 1982:148).
• Keterbatasan informasi dan kurangnya daya abstraksi • Keterbatasan informasi dan kurangnya daya abstraksi
pada seorang tunarungu akan menghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas, dengan demikian perkembangan inteligensi secara
fungsionalpun terhambat.
• Hal ini mengakibatkan seorang tunarungu kadang menampakkan keterlambatan dalam belajar.
• kesulitan akademik yang dihadapi ATR bukanlah karena masalah kognitif yang kurang akan tetapi sebenarnya kesulitan dalam berbahasa”.
• tidak ada perbedaan kuantitatif dalam kemampuan intelektual kaum tunarungu dibandingkan dengan orang mendengar.
• analisa mendalam terhadap hasil berbagai sub tes, menunjukkan adanya perbedaan kualitatif, oleh karena mereka mengalami kesulitan
oleh karena mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang menuntut pemahaman abstrak.
• walaupun ATR dalam segi kuantitas setara
dengan anak yang mendengar, namun dari segi kualitas, anak tunarungu nampak inferior.
Karakteristik Sosial emosional
• Fungsi emosi diartikan sebagai persepsi
seseorang tentang dirinya, dan fungsi sosial
adalah sebagai persepsi tentang hubungan
dirinya dengan orang lain dalam situasi
sosial (Boothroyd, 1982).
• Kekurangan dalam kemampuan berbahasa
• Kekurangan dalam kemampuan berbahasa
verbal menyebabkan anak tunarungu sulit
mengungkapkan perasaan maupun
keinginannya pada orang mendengar, shg
hal tersebut menimbulkan perasaan
negatif yang dapat mempengaruhi
perkembangan emosi dan sosialnya.
lanjutan
• ATR seringkali salah menafsirkan
sesuatu, dan hal tersebut menjadi
tekanan bagi emosinya, sehingga dapat
menghambat perkembangan pribadinya
dengan kecenderungan menampilkan
dengan kecenderungan menampilkan
sikap menutup diri, atau menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan.
• Sulit untuk bersosialisasi dan kurang
dapat menyesuaikan diri (beradaptasi)
dengan situasi dan kondisi baru
Implikasi ketunarunguan thd perkemb
akademik/belajar
• sulit dalam mempelajari materi pelajaran yang lebih bersifat verbal, sedangkan untuk materi non verbal seperti keterampilan tangan dan OR, pd umumnya tidak mengalami hambatan berarti. • sulit memahami penjelasan guru, apabila guru
tidak menggunakan metode komunikasi yang tidak menggunakan metode komunikasi yang betul-betul sesuai dengan kemapuan
berkomunikasi ATR.
• sulit memahami materi yang bersifat abstrak • kesulitan untuk tugas2 kognitif yang banyak
See you
See you
Sikap dan pola interaksi
Sikap dan pola interaksi
DEPRIVASI EMOSI DEPRIVASI EMOSIDEPRIVASI EMOSI DEPRIVASI EMOSI
KURANG MENdpt PENGALAMAN YG MENYENANGKAN :
KASIH SAYANG, CINTA, PERHATIAN, KEGEMBIRAAN, KESENANGAN, KEPUASAN &
RASA INGIN TAHU
MENGAPA ?
ANAK ADALAH PERMATA HATI –
KEHADIRAN ABK DI
TENGAH-2 KELUARGA
“SYMBOLIC DEATH CRISIS”
MUNCUL BERBAGAI
KRISIS PSIKOLOGIS
ANAK ADALAH PERMATA HATI – TMPT BERBAGAI TUMPUAN,
HARAPAN & CITA-2
MUNCUL SIKAP-SIKAP
P.E.N.O.L.A.K. A.N
TDK ADA SATU ORANGTUA PUN YG MENGHARAPKAN
ANAKNYA CACAT
“SYMBOLIC DEATH CRISIS”
HANCURNYA CITA-CITA , HARAPAN MASA DEPAN KRISIS YG BERHUB DGN PERAWATAN, PENGASUHAN, PENDIDIKAN, BIMBINGAN, DSB. KEBERFUNGSIAN KEL SBG DIK, ASUH, DSB TDK SBGMN MESTINYA ANAK LBH BANYAK BELJ POLA-2 RESPON UNPLEASANT
POLA PERKEMBANGAN RESPON ORTU THD ABK
POSITIF POSITIF POSITIF POSITIF
OGDEN & LIPSETT (1982)
NEGATIF NEGATIFNEGATIF NEGATIF KEBERHASILAN BERGANTUNG PD INFORMASI YG DIPEROLEH DARI LINGKUNGAN
KRISIS PSIKOLOGIS PADA KELUARGA ABK KRISIS PSIKOLOGIS PADA KELUARGA ABKKRISIS PSIKOLOGIS PADA KELUARGA ABK KRISIS PSIKOLOGIS PADA KELUARGA ABK
Pola perilaku ortu dan dampaknya
thd tk laku anak
Pola Perlakuan Orangtua
Perilaku Orangtua Profile Tingkah laku Anak Overprotection (terlalu melindungi) • kontak yg berlebihan dgn anak
• pemberian bantuan kpd nak yg terus menerus.
• mengawasi kegiatan anak
• perasaan tidak aman • agresif, mudah gugup • melarikan diri dari
kenyataan
• sangat bergantung • mengawasi kegiatan anak
scr berlebihan
• memecahkan masalah anak
• sangat bergantung • M P O, menyerah • kurang mampu mengendalikan emosi • kurang PD, homesick • mudah terpengaruh • menolak tanggungjawab • troublemaker • sulit dlm bergaul
lanjutan
Permisive • memberikan kebebasan untuk berfikir atau berusaha
• menerima ide/pendapat
• membuat anak merasa diterima • toleran dan memahami kelemahan
anak
• cenderung memberi drpd mnerima
• pandai mencari jalan keluar
• dapat bekerjasama • percaya diri
• penuntut dan tidak sabaran
Rejection • bersikap masa bodoh, kaku • agresif, sulit bergaul
Rejection • bersikap masa bodoh, kaku • kurang memperdulikan anak
• menampilkan sikap permusuhan / dominasi thd anak
• agresif, sulit bergaul • pendiam, sadis
• submissive ( kurang dpt mengerjakan tugas, suka mengasingkan diri, pemalu, mudah
lanjutan
acceptance • memberi perhatian dan cinta kasih tulus kpd anak
• menempatkan anak pada posisi penting
• mngembangkan hub yg hangat dgn anak
• respek thd anak
• mendorong anak utk
mnyatakan perasaan dan
• kooperatif, bersahabat • loyal, emosi stabil
• ceria dan optimis
• mau bertanggungjawab • jujur, dapat dipercaya • memiliki perencanaan
jelas utk masa depan • realistik (memahami
kekuatan & kelemahan mnyatakan perasaan dan
pendapatnya
• berkom scr terbuka dan mau mendengarkan masalahnya
kekuatan & kelemahan dirinya scr objektif
Domination • mendominasi anak • bersikap sopan, dan sangat hati-hati
• pemalu, penurut,
mudah bingung, inferior • tidak bisa bekerjasama
lanjutan
submission • senantiasa memberikan sesuatu yg diminta anak • membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah • tidak patuh • tidak bertanggung jawab
• agresif dan teledor • otoriter
• terlalu percaya diri
Punitive/ • mudah mmberikan hukuman • impulsif, nakal
Punitive/ over
dicipline
• mudah mmberikan hukuman • menanamkan kedisiplinan scr keras • impulsif, nakal • tdk dapat mengambil keputusan • sikap bermusuhan atau agresif
Jika anak dibesarkan dengan CELAAN, ia belajar MEMAKI
Jika anak dibesarkan dengan PERMUSUHAN, ia belajar BERKELAHI Jika anak dibesarkan dengan CEMOOHAN, ia belajar RENDAH DIRI Jika anak dibesarkan dengan PENGHINAAN, ia belajar MENYESALI DIRI
Jika anak dibesarkan dengan TOLERANSI, ia belajar MENAHAN DIRI Jika anak dibesarkan dengan DORONGAN, ia belajar PERCAYA DIRI
Jika anak dibesarkan dengan SEBAIK-BAIK PERLAKUAN, ia belajar KEADILAN Jika anak dibesarkan dengan PUJIAN, ia belajar MENGHARGAI
Jika anak dibesarkan dengan PUJIAN, ia belajar MENGHARGAI
Jika anak dibesarkan dengan RASA AMAN, ia belajar MENARUH KEPERCAYAAN Jika anak dibesarkan dengan DUKUNGAN, ia belajar MENYENANGI DIRINYA Jika anak dibesarkan dengan KASIH SAYANG DAN PERSAHABATAN, ia belajar
Selesai
Selesai
Perolehan bicara bahasa
anak tunarungu
Proses perolehan bahasa
1. Mendengar, meniru, mengingat, serta proses persepsi (mengolah rangsangan yang diterima melalui indera).
2. Myklebust (1963) mengemukakan bahwa proses pemerolehan bahasa anak yang mendengar berawal dari adanya pengalaman atau situasi bersama antara bayi dengan ibunya dan orang-orang lain yang
berarti baginya dalam lingkungan terdekatnya.
Anak tidak diajarkan kata-kata kemudian artinya, melainkan melalui pengalamannya ia “belajar” menghubungkan antara pengalaman dan lambang bahasa yang diperoleh melalui pendengarannya. Proses ini lambang bahasa yang diperoleh melalui pendengarannya. Proses ini merupakan dasar dari berkembangnya bahasa batin (inner language). Setelah itu, anak mulai memahami hubungan antara lambang bahasa
dengan benda atau kejadian yang dialaminya, dan terbentuklah bahasa reseptif.
Setelah bahasa reseptif “agak” terbentuk, anak mulai
mengungkapkan diri melalui kata-kata sebagai awal kemampuan
bahasa ekspresif. Setelah anak memasuki usia sekolah, penglihatan berperan dalam perkembangan bahasanya, yaitu melalui kemampuan membaca (bahasa reseptif melalui penglihatan) dan menulis (bahasa ekspresif melalui penglihatan).
Bagan perolehan bahasa anak mendengar
PERILAKU BAHASA VERBAL
(Anak yang mendengar)
BAHASA EKSPRESIF VISUAL (Menulis)
BAHASA RESEPTIF VISUAL (Membaca)
BAHASA EKSPRESIF AUDITORY ( Bicara )
BAHASA RESEPTIF AUDITORI (Mengerti bahasa lingkungan)
BAHASA BATIN ( INNER LANGUAGE) Hubungan antara lambang auditori
dengan pengalaman sehari-hari P E N G A L A M A N
Bagan perolehan bahasa ATR
PERILAKU BAHASA VERBAL
(Anak tunarungu)
BAHASA EKSPRESIF VISUAL (Menulis)
BAHASA RESEPTIF VISUAL (Membaca)
BAHASA EKSPRESIF AUDITORY BAHASA EKSPRESIF AUDITORY
( Bicara )
BAHASA RESEPTIF VISUAL
(Mengerti ungkapan bahasa lingkungan) BAHASA BATIN (INNER LANGUAGE)
Hubungan antara lambang visual dengan pengalaman sehari-hari P E N G A L A M A N
Proses mendengar
• Kemampuan mendengar mrpk aspek
penting dalam proses komunikasi.
• Telinga berfungsi sbg perantara dari
rangsangan bunyi yg menuju ke pusat
pengertian (persepsi pendengaran).
pengertian (persepsi pendengaran).
• Pada telinga dalam, pusat persepsi
berperan menyeleksi dan menganalisis apa
yang didengar.
Proses meniru
• Meniru adalah suatu mekanisme
tingkah laku yg cenderung dilakukan
oleh manusia untuk mengulangi
perbuatan atau perilaku scr sengaja,
perbuatan atau perilaku scr sengaja,
shg perilaku tsb berangsur-angsur
menjadi miliknya.
Faktor yg mempengaruhi proses
peniruan
1. Komponen pendengaran, baik organ maupun persyarafannya harus dalam kondisi baik/normal.
2. Otak dan persyarafan berfungsi menyampaikan info serta mengolah menyampaikan info serta mengolah berbagai rangsangan.
3. Keadaan psikologis, meliputi kemampuan mental (IQ) yang tinggi, kestabilan emosi. 4. Lingkungan yang mendukung
Proses mengingat
• Berkaitan dgn kemampuan daya ingat (mrpk bag dari suatu proses pemerolehan informasi yg
berhub dgn kemampuan berfikir seseorang dlm melaksanakan tugas pemecahan masalah).
• Proses tsb mrpk suatu rangkaian yg dimulai dari kegiatan menangkap info, menyimpannya dari kegiatan menangkap info, menyimpannya dan mengungkapkannya kembali.
• Ada dua bag penting, yaitu daya ingat jangka pendek/short term memory dan daya ingat jangka panjang/long term memory
• Kemampuan mengingat sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan kondisi lingkungan
• Proses memahami dan menginterpretasikan atau
menafsirkan info sensoris yang diterima oleh indera • Proses pemahaman atau pemberian makna atas
suatu informasi terhadap stimulus.
• Stimulus didapat dari proses penginderaan thd
objek, peristiwa, atau hubungan2 antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.
PROSES PERSEPSI
objek, peristiwa, atau hubungan2 antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.
• Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan
dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tsb.
Proses pengolahan persepsi
• Melakukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan.
• Melakukan perbedaan antara figure
(rangsangan inti) dan background (latar
belakang).
• Menciptakan bagian-bagian menjadi satu
• Menciptakan bagian-bagian menjadi satu
kesatuan. Kemampuan memadukan
berbagai komponen yang terdiri dari
bermacam-macam elemen menjadi suatu
kesatuan sehingga membentuk satu
Persepsi Auditif
• Kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan segala sesuatu yang didengar.
• Persepsi ini mencakup kemampuan:
- Kesadaran fonologis : kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata, suku kata, dan fonem (bunyi huruf)
- Diskriminasi auditif : kemampuan mngingat perbedaan antara bunyi2fonem dan mengidentifikasi kata2 yang sama dengan bunyi2fonem dan mengidentifikasi kata2 yang sama dengan kata-kata yang berbeda
- Ingatan auditif : kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar
- Urutan auditif : kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan secara lisan
- Perpaduan auditif : kemampuan memadukan elemen2 fonem tunggal atau berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh
Tunarungu Ganda
Tunarungu Ganda
Definisi/pengertian
tunarungu ganda
• Anak yang mengalami ketunarunguan juga
disertai hambatan atau kelainan lainnya
(ganda).
• Ganda bisa berarti lebih dari satu, atau
• Ganda bisa berarti lebih dari satu, atau
mengalami dua macam kelainan sekaligus,
atau tiga kelainan sekaligus, bahkan
Kelompok ATR ganda
1. ATR-netra, yaitu anak yang mengalami
ketunarunguan sekaligus mengalami tunanetra. 2. ATR-grahita, yaitu anak yang mengalami
tunarungu sekaligus mengalami tunagrahita. 3. ATR-daksa, yaitu anak yang mengalami
tunarungu sekaligus mengalami tunadaksa. tunarungu sekaligus mengalami tunadaksa. 4. ATR sekaligus mengalami tunanetra dan
tunagrahita.
5. ATR sekaligus mengalami tunanetra,
Penempatan pendidikan ATR ganda
1. Penyerahan (Referal) dari lembaga
masyarakat dan rumah sakit.
2. Pemindahan dari program sekolah khusus
(SLB-G) kepada program sekolah khusus
(SLB-B). Apabila kelainan tambahan yg
dialami ATR tidak terlalu berat.
dialami ATR tidak terlalu berat.
3. Pemindahan dari program SLB-B kepada
program SLB-G. Dilaksanakan apabila
kelainan tambahan dari anak tsb
bertambah berat shg memerlukan
pelayanan yang lebih khusus lagi.
Beberapa cara menghilangkan perilaku
menyimpang ATR ganda
1. Tindakan korektif berlebih (Over correction), sbg salah satu alternatif yg melibatkan
hukuman dan usaha mengurangi perilaku menyimpang.
Tujuannya adalah untuk mendidik ATR Tujuannya adalah untuk mendidik ATR
bertanggungjawab penuh thd kerusakan atau kekacauan yg disebabkan perilakunya.
Merupakan cara tepat utk menghilangkan perilaku yg tidak pantas, dan dijadikan pola perlakuan yang menetap.
lanjutan
2. Time-out. Sbg suatu cara tepat yg
bersifat temporer utk mengalihkan
perhatian anak dari situasi yang tidak
sesuai dgn norma-norma yang berlaku,
kpd situasi yang memperkuat perilaku
yang diharapkan.
yang diharapkan.
Yang perlu diperhatikan dalam time-out:
a. pengelolaan time-out. Adanya dialog
antara anak dan guru serta perlunya
reinforcement.
lanjutan
b. pengalihan situasi/lokasi yang tidak menyenangkan ATR ganda. Guru dituntut kritis dalam melaksanakan time-out.
c. konsistensi prosedur time-out. Prosedur time out harus dilaksanakan scr sistematis sampai pada tahap evaluasi utk memperoleh data tingkat keefektifan program
time-out tsb. time-out tsb.
d. lokasi time-out. Harus secara kontinyu dievaluasi scr cermat guna menjamin bahwa time-out bebas dari sumber reinforcement negatif dan dilaksanakan di dalam ruangan kelas.
lanjutan
e.
periode time-out relatif singkat. Proses
time out bagi ATR berlangsung maksimum
10 menit, atau tergantung kondisi ATR.
f. reinforcement perilaku. Proses time out
dimaksudkan utk mengurangi perilaku yg
tidak baik pada ATR ganda, utk itu perlu
tidak baik pada ATR ganda, utk itu perlu
motivasi pribadi dari guru.
g. pemberitahuan hasil proses time-out.
Guru harus bertindak bijaksana dengan
memberikan alasan-alasan yang tepat.
lanjutan
3. Pemantapan perilaku. Dilakukan dengan
pemberian reinforcement yg
sungguh-sungguh dan berlangsung beberapa menit.
Kemudian frekuensinya dikurangi.
4. Kontak mata. Harus memperhatikan jarak
antara guru dan anak, untuk selanjutnya
antara guru dan anak, untuk selanjutnya
dilatih bersamaan dgn aktivitas meniru.
5. Aktivitas meniru. Harus diawali dari
sesuatu yg sederhana yang berpangkal dari
kontak mata dgn berbagai kegiatan.
lanjutan
6. Pengembangan konsep. Terjadi apabila anak
belajar dan berusaha mengembkannya sesuai dng ketentuan dan cermat. Dilakukan dgn cara guru menjelaskan materi dari bagian-bagian kecil dan dikemb dengan pemahaman lebih lanjut shg anak dapat menghub dari bag-bag materi tsb menjadi materi yang lebih utuh.
7. Belajar mandiri. Anak diberi kesempatan melalui 7. Belajar mandiri. Anak diberi kesempatan melalui
kerja mandiri dalam ruangan khusus/ruangan kerja. Dalam pelaksanaannya ATR ganda harus diberi kesempatan utk melaksanakan aktivitas dan harus menikmati aktivitas tsb. Guru harus memberikan reinforcement melalui ide-ide yang mendukung terlaksananya belajar mandiri.
Aktivitas kebutuhan dasar ATR ganda
1. Menyediakan makanan dan perawatan yang layak
2. Melatih menggunakan toilet (toilet training) 3. Mengajarkan keterampilan motorik, bahasa,
kognisi, sosial dan merawat diri.
4. Melatih orientasi dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan situasi sosial yang bervariasi. 4. Melatih orientasi dalam lingkungan keluarga,
masyarakat dan situasi sosial yang bervariasi. 5. Mentranfer tujuan budaya.
6. Meningkatkan keterampilan interpersonal dan sosialisasi.
7. Mengendalikan perilaku anak dan memberikan