• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah kejadian dimana tekanan darah pada tubuh terlalu tinggi atau diatas normal yang ditandai dengan hasil pemeriksaan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg, hipertensi merupakan masalah yang sulit diketahui oleh tubuh oleh karena itu tekanan darah harus di ukur secara teratur terutama bagi penderita hipertensi (Rasajati, 2015). Pengukuran dapat dilakukan di unut pelayanan kesehatan primer, pemerintah suasta di dalam ataupun diluar gedung, pengukuran dilakukan pada masyarakat yang berusia 18 tahun atau lebih (Kemenkes, 2017). Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akbat peningkatan tekanan darah arteri yang dapat menyeranng siapa saja dan diamana saja. Hipertensi ini merupakan gejala umum dari beberapa penyakit terutama yang berkaitan dengan kardiovaskuler yaitu stroke, gagal jantung, serangan jantung, aneusrisma, dan keruskan ginjal, jantung koroner (Anies, 2011)

2.1.2 Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Sutanto (2010) faktor resiko hipertensi dapat disebabkan oleh: a. Karakteristik seseorang

Karakteristik seseorang pada seseorang juga dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi diantaranya, kejadia hipertensi pada usia 30 - 40 tahun. Dengan semakin bertambahnya usia terjadinya hipertensi semakin besar, jenis

(2)

kelamin, sereta ras. Umumnya hipertensi pada laki-laki lebih sering terjadi dari ada perempuan.

b. Faktor keturunan

Tidak setiap penderita hipertensi didapat dari garis keturunan, tetapi seseorang memiliki potensi untuk terjadi hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. 74 % pasien hipertensi memiliki riwauat keluarga hipertensi. Hal ini terjadi karena pewarisan sifat memalui gen

c. Gaya hidup

Gaya hidup sering merupakan faktor risiko utama timbulnya hipertensi pada seseorang. Gaya hidup dengan pola makan dan pola hidup tertentu cenderung mengakibatkan terjadinya hipertensi beberapa diantaranya adalah :

1) Konsumsi tinggi lemak dan garam : meningkatnya resiko dengan diet sodium tinggi , risiko meninggi pada masyarakat industri dengan tinggi lemak, diet tinggi kalori.

2) Kegemukan dan makan secara berlebih : obesitas karena meningkatka berat badan mengakibatkan resiko terjadinya hipertensi meningkat.

3) Merokok : resiko dihubungkan dengan berapa tahun lamanya merokok 4) Minum minuman mengandung alkohol

5) Stres emosional : jika dalam keadaan stes maka terjadi respon sel-sel saraf mengakibatkan kelainan pengeluaran atau pengankutan natrium. Hubungan antara sres dan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika tubuh beraktivitas) yang dapat meingkatkan tekanan darah secara bertahap dan tekanan darah menjadi tinggi.

(3)

2.1.3 Tanda Dan Gejala Hipertens

Menurut Harianto & Sulistyowati (2015) tanda dan gejala hipertensi sebagai berikut :

1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain pemantauan tekanan arteri oleh yang memeriksa. Jika tidak di ukur tekanan arteri tidak akan pernah terdiagnosa.

2) Gejala yang lazim

Sering dikatakan dengan gejala lazim yang menyertai hipertensi yaitu sakit kepala (pusing, migran), gampang marah, epistaksis (mimisan), tinitus (telinga berdengin), palpitasi (berdebar-debar), kaku kuduk, pandangan mata berkunang-kunang, susah tidur, tekanan darah diatas normal

2.1.4 Patofisiologi

Secara umum hipertensi disebabkan oleh peningkatan tahanan perifer dan atau peningkatan volume darah. Gen yang berpengaruh pada hipertensi meliputi reseptor angiotensin II, gen angiotensin dan renin, gen sintetase oksida nitrat endotelial, gen protein reseptor kinase, gen reseptor adregenergik, gen kalsium trasport dan natrium hidrogen antiport (mempengaruhi sensitifitas garam) dan gen yang berhubungan dengan resistensi insulin, obesitas, hiperlipidemia dan hipertensi sebagai kelompok bawaan (Manuntung, 2018)

Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis gangglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

(4)

dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskan noreepineprin mengakibatkan kontraksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhu respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontraksi. Individu dengan hipertensi sensitive terhadap noepineprin (Anies, 2011)

System saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontraksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontraksi. Korteks adrenal mensekresi kartisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontraksi pembuluh darah. Vasokontraksi mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan pelepasan ke rennin. Rennin merangsang pembentukan angiostensis I dan diubah menjadi angiotensis II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi atersklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Menyebabkan aota dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasikan volume

(5)

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan perifer (Padila, 2017).

(6)

Pathway Hipertensi

Intake Sodium Ggn nefron stress Genetik Obesitas Faktor P Retensi sodium filtrasi renal aktifitas rennin perubahan hiper di renal saraf angiotensin membran insulinemia

simpatik sel vol cairan vasokon-strikel

vena

preload kontraktilitas konstriksi hipertropi fungsional

cardilac output tahanan darah

tekanan darah hipoksia -intoleransi aktifitas

Pd jaringan Pd darah Pd jantung Pd paru Pd serebral Pd ginjal Glikolisis PH Iritabilita Otot kontraksi pdrh fungsi SSP pengeluaran Jantung paru rennin aldos teron As Laktat Reduksi Hb Takikardi Akumulasi drh - pusing

di A Pulmonalis - nyeri kepala

- gelisah Reabsorsi Beban vertical ka - kesadaran Na & H2O Hipertrofi - resiko cedera

Asidosis sianosis Vol. darah Metabolic Gambar 2.1

(7)

2.1.5 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi meurut Shanty (2011) diklasifikasikan sebagai berikut, yiatu :

a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer ini juga bisa disebabkan karena lingkungan yaitu misalnya bisa dari faktor keturunan, pola hidup tidak seimbang, keramaian stress, dan juga pekerjaan. Sikap yang dapat mempengaruhi seseorang terjadi hipertensi yaitu seperti mengkonsumsi tinggi garam, tinggi lemak, kebiasaan merokok, mengkonsumsi kafein tinggi, dan juga megkonsumsi alkohol. Sebagian besar terjadinya hipertensi primah dikarenakan oleh faktor stress.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yag disebabkan oleh gangguan ginjal , endokrin dan juga krena kekakuan aorta. Menurut WHO berdasarkan tekanan pada diastolik, aitu periode relaksasi yang terjadi pada siklus jantung, jika jantung dalam kondidi rileks saja tekanan pada diastolik tinggi maka sudah dipastikan tekanan pada sistoliknya tinggi.

(8)

Tabel. 1 penggolongan tekanan darah

Kategori Tekanan Darah

Sistolik Diastolik Normal >130 mmHg > 85 mmHg Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg Hipertensi ringan 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg Hipertensi sedang 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg Hipertensi berat 180 209 mmHg 110 – 119 mmHg

Hipertensi maligna 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

(Sutanto, 2010) 2.1.6 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu gejala dari beberapa penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi hipertensi, seperti penyakit stroke hmorragik, penyakit jantung hipertensi, arteri koronaria, anuerisma, gagal ginjal, dan enselopati hipertensi. 1. Stroke ( CVA/cerebrovascular accident )

Strokr dapat menyerang siapapun, dan merupakan penyakit yang mematikan nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebkan oleh kurang atau terhentinya suplai darah ke otak, apabila kejadian tersebut terjadi jaringan otak akan mati dan tidak daat berfungsi. Stroke merupakan gejala dari gangguan saraf umum yang muncul dalam waktu yang singkat akibat penyumbatan aliran darah ke otak (ischemic stroke). Stroke sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik atau stroke yang biasanya disebabkan dari komplikasi hipertensi.

(9)

Sroke hemoragik terjadi pada saat pembuluh darah pada otak pecah, yang mengakibatkan darah mengalir ke rongga di sekitar jaringan otak dikarekan tidak menerima oksigen dan juga bahan makanan dari darah dan sel-sel otak juga jaringan akan mati, kematian jaringan otak sendiri akan tetjadi dalam waktu 4 sampai 10 menit setelah suplai darah berhenti. Hipertensi menyebabkan penekanan pada dinding pembuluh darah yang dapat memudahkan pecahkan pembuluh darah. Gejala stroke yang dapat dikenali seperti, tiba-tiba lumpuh pada bagan sisi bisa pada sebela kiri maupun kanan tubuh, bila melihat pandangan menjadi gelap dan ada bayangan meliha atau dobel, tidak dapat lancar untuk berbicara (pelo), mulut miing ke kiri atau ke kanan, merasa akan jatuh da saat berjalan, disrtai rasa pusing terasa berputar, mual muntah, sakit kepala dan kesadaran menurun. Gejala tersebut dapat muncul pada saat sedang melakukan aktivitas sehari-hari (Waryana, 2016)

2. Penyakit jantung

Meningkatnya tekanan darah yang secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri yang mengakibatkan menambahnya ttingkat beban pada jantung. Dari kejadian tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan adanya penebalan pada dinding, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung. Seiring parahnya arteroklerosis koroner, akan menyebabkan terjadinya angina pektoris karena terjadinya arterial koroner dan kebutuhan oksigen miokard penambahan masa miokard (Waryana, 2016)

3. Penyakit arteri koronaria

Areteri koronia merupakan komplikasi penyakit yang disebabkan oleh hipertensi dan sebagai resiko utama pada hipertensi. Aliran darah ke distal menyebabkan penyumbtan permanen atau sementara disebabkan oleh akumulasi pengumpulan.

(10)

Sirkulasi koleterol menyumbat pertukaran gas dan miokardium yang menyebabkan gagalnya sirkulasi kolateral yang seharusnya bisa menyuplai oksigen pada sel akibatnya terjadilah penyakit arteri koronaria (Waryana, 2016)

4. Aneurisma

Aneurisma merupakan keadaan dimana pelebaran yang tidak norma pada pembuluh karena pembuluh diding yang lemah. Pembuluh darah terpisah sehinga terdapat rongga atau ruang yang memungkinkan darah masuk. Gejalanya terasa sakit kepala yang hebat sampai ke perut dan pinggang (Waryana, 2016)

5. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh hipertensi yang mrupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan tidak dapat diperbaiki dari berbagai dari berbagai penyebab. Salah satunya pada bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronis karena penimbunan garam dan air, atau sistem renim angiotensis aldosteron (Waryana, 2016)

6. Ensefalopati hipertensi

Ensefalopati hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan parah pada tekanan arteri diseretai mual, muntah, dan nyeri kepala yang berlanjut koma dan disertai tanda klinik defisit neurologi. Jika tidak ditangani maka akan terjadi stroke, ensefalopati menahun, atau hipertensi maligna. Pada hipertensi maligna, progresif lebih lanjut fundus optikus menunjukan papiledema. Penhyakit ini disertai dengan penyakit parenkin ginjal yang parah (misal, glomerulonefritis kronik) maka proteinuria tidak berkurang (Waryana, 2016).

(11)

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Padila (2017) pemeriksaan laobarturium pada pasien hipertensi sebagai berikut :

a. Serum  Aldosteron

Aldosteron berperan dalam mengatur tingkat natrium dan kalium dalam tubuh dan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam darah.

 Kolesterol trigliserida

Kolesterol triglisterinda merupakan lemak yang mengalir dalam darah yang berfungsi untuk menyimpan kalori dan menyediakan energi untuk tubuh dan membangun sel-sel hormon

b. Urine  Bun

Ureum atau blood urea nitrgen (BUN) untuk melihat keadaan fungsi ginjal. Ureum adalah zat sisa dari protein yang dicerna oleh tubuh. Jika kadar ureum tinggi maka ginjal tidak berfungsi dengan baik

 Renin

Renin berfungsi untuk mengatur tekanan darah dengan menyeimbangkan kadar natrium dan kaliun dalam darah dan tingkat cairan dalam tubuh

 Asam urat

Kadar asam urat dalam darah yang tinggi dapat menganggu fungsi ginjal c. Electrokardiogram (EKG)

(12)

Pembesaran ventrikel (bilik) kiri jantung yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi, iskemia merupakan kurangnya suplai darah ke jaringan atau organ tubuh yang dapat menyebabkan kurangnya suplai oksigen

2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut Nugroho (2015) diet rendah garam, penurunan berat badan, olah raga, latihan jiwa (yoga dll). Tujuan dilakukan penanganan hipertensi yaitu mencegah kematian yang diakibatkan komplikasi kardiovaskular yang berkaitan dengan pencapaian dan pemeliaraan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg . penatalaksanaan penderita tekanan darahj tinggi yaitu :

a. Terapi tanpa obat

Penanganan yang digunakan tanpa obat untuk tekanan darah tinggi yang masih ringan untuk tindakan pendukung pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat sebagai berikut:

1. Aturan konsumsi makanan

Pola diet untuk penderita hipertensi meliputi :

a) Mengurangi porsi konsumsi garam 10 gr/ht menjadi 5 gr/hr b) konsumsi rendah kolesterol dan lemak jenuh

c) Untuk obesitas menurunkan berat badan dengan olah raga teratur d) kurangi asupan etanol

e) Tidak merokok f) Diet tinggi kalsium

(13)

2. Olahraga

Melakukan olah raga teratur dan terarah yang disarankan untuk penerita hipertensi sebagai berikut :

a. Melakukan olah raga ringan misalnya bersepeda, lari, berenang dan

b. Sebaiknya olahraga dilakukan 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi.

c. Olahraga dilakukan dalam waktu 20 - 25 menit

d. Melakukan latihan fisik atau olahraga 3 x sampai dalam seminggu dan yang paling baik

3. Edukasi psikologi

Untuk penderita hipertensi pemberian edukasi psikologis meliputi : a) Terapi mengontrol fungsi tubuh

Teknik ini gunakan untuk mengetahui tanda-tanda mengenai keadaan tubuh untuk mengetahui bagian tubuh yang tidak normal atau yang biasa disebut dengan

Biofeedback. Teknik Biofeedback dipakai untuk mengatasi gangguan somatik diantaranya

nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan keteganggan.

b) Teknik relaksasi

Teknik ini beryujuan untuk mengurangi ketegangan suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk mengurangi keteganggan dan kecemasan, dengan cara melatih penderita hipertensi agar otot tubuh menjadi rileks.

4. Edukasi kesehatan ( penyuluhan )

Edukasi kesehatan yaitu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan penanganannya agar dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

(14)

b. Terapi dengan obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobtan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Standar pengobatan hipertensi telah dianjurkan oleh ahli hipertensi ( Joint

National Committe On Detection, Evaluation and Treatment og High Blood Pressure, USA,

1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau pengobatan ACE dapat diguanakan sebagai obat tunggal pertama dengan mempertahankan keadaan penderita dan pe yakit lain yang ada pada penderita. Pengobatan meliputi :

1. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

2. Step 2 : alternatif yang bisa diberikan  Dosis obat pertama dinaikan

 Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

 Diganti obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, alpa blocker clonudin, reserphin, vasodilator

3. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh  Obat ke-2 diganti

 Ditambah obat ke-3 jenis lain

c. Follow up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan

(15)

cara memberikan pendidikan kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan dalam interaksi pasien dan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darah 2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan

darahnya

3. Diskusikan dengan penderita bahwa hiprtensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbidilitas dan mortalitas

4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahi dengan mengukur memakai alat tensimeter

5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu 6. Sedapat mungkin tinakan terapi dimasukan dalam cara hidup penderita 7. Ikut sertaka keluarga penderita dalam proes terapi

8. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya dirumah

9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat ainti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari

10. Diskusikan dengan penderita tentang oabt-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

11. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya midifikasi dosis atau mengganti obat untuk mecapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal

12. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

13. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering 14. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.

(16)

Melihat pentingya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

2.2 Konsep Dasar Perilaku

2.2.1 Definisi konsep dasar perilaku

Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dsn kemudian dijadikan kebiasaan karna adanya nilai yang diyakini. Perilaku adalah tindakan atau peruatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari (Novita & Franciska, 2011)

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangais, tertawa, bekerja, kuliah menulis, membaca dan segalanya. Perilaku manusia adalah suatu kegiatan atau aktifitas manusia baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme tersebut merespon. Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung (Waryana, 2016). Perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulusdalam bentuk terselubulung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, presepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

(17)

b. Perilaku terbuka (open behavor)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus terseut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice). Yang denga mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Prajtek (perilaku) manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia. Praktek yang mempunyai arti yang konkrit dari pada jiwa, karena lebih konkrit.

2.2.2 Klasifikasi perilaku

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu :

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (healt maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan selama sakit

b. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehtan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.

(18)

2.2.3 Domain Perilaku

Perilaku terdiri dari 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebuttidak mempunyai batsan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain) ranah effektif ( effektif domain), dan ranah psikomotor (psicomotor

domain).

Ketiga domain yang diukur yaitu dari : a. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempuyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a) Faktor internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensi, minat, kondisi fisik

b) Faktor eksternal : faktor diluar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana

c) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkat domain pengetahuan : 1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang dipelajari sebelumnya.

(19)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benear tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen terapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain

5) Sintesa

Sintesa menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru

6) Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek

2.2.4 Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap mempunyai tiga komponen pokok :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

(20)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan : a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalag suatu indikasi dari sikap

c) Menghargai (valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi

2.2.5 Praktik atau tindakan (practice)

Menurut Waryana (2016) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (suport) praktik mempunyai beberapa tingkatan : a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih membagi objek sehubung dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan suatu tindakan dengan urutan yang benar dan sesuai dengan suatu contoh adalah merupakan indikator praktif tingkat kedua.

(21)

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuaatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga.

Perilaku dapat dapat dilakukan secara langsung yakni dengan awancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebutn terjadi proses berurutan yakni :

a. Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik dengan stimulus c. Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.hal ini berarti sikap responden lebih baik lagi.

2.3 Konsep Kepatuhan

Kepatuhan pengobatan pasien hipertensi merupakan hal yang sangat penting karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan namun harus dikontrol dan dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi penyakit yang lainnya. Masalah ini sering terjadi pada pasien yang menderita penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, tuberculosis dan penyakit kronis lainnya. Ketidakpatuhan merupakan penyebab dari kegagalan terapi, hal ini berdampak pada memburuknya kondusi tubuh atau terjadi komplikasi dan kerusakan pada organ lainnya yang terdapat pada tubuh

(22)

Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat pasien melaksanakan pengobatan atau perilaku melakukan pengobatan yang disarankan oleh tenaga kesehatan. Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melakukan atau melaksanakan aturan yang telah diberikan dalam melakukan pengobatan, perawatan, dan perilaku yang disarankan oleh tenaga medis. Kepatuhan merupakan meuruti suatu perintah atau aturan (Dewi, 2018)

Menurut kozier (2010) kepatuhan merupakan perilaku individu (minum obat, mematuhi diet, melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi kesehatan yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan. Kepatuhan pengobatan merupakan perilaku yang banyak dipengaruhi faktor.

a) Gaya hidup

Proporsi penderita hipertensi di Indonesi cukup tinggi, dan meningkat setiap tahunnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat hipertensi yaitu, memodifikasi gaya hidup dari mengatur pola makan, peningkatan aktivitas fisik, pengurangan asupan garam, dan penurunan berat badan (Linda, 2017)

b) Kepatuhan meminum obat

Masih sedikit penderita hipertensi yang melakukan pengobatan dan kontrol tekanan darah, kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin merupakan faktor utama untuk menentukan keberhasilan terapi. Upaya dalam mengurangi tingkat hipertensi yaitu kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi, tetapi msih sedikit penderita hipertensi yang mematuhi prosedur pengobatan ini. Kepatuhan dalam menjalankan pengobatan hipertensi dapat mempengaruhi tekanan darah dan mencegah terjadinya komplikasi (Liberty, 2017).

(23)

c) Olahraga

Olahraga merupakan salah satu terapi yang dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi, yang dianjurkan untuk penderita hipertensi yaitu olahraga yang khusus dengan cara bertahap dan tidak memaksakan diri, seperti senam hipertensi yang bertujuan untuk mengolah stres dan menurunkan berat badan (Platini, 2019). Senam hipertensi dilakukan selama 30 menit dan dilakukan minimal semingu dua kali. Selain berguna untuk mengolah stres dan menurunkan berat badan, senam hipertensi bertujuan untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke otot-otot dan rangka yang terdapat otot jantung sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Jika dilakuakan olah raga secara rutin maka pembuluh darah akan lebih elastis dan penurunan tekana darah akan berlangsung lebih lama.

2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Kontrol Hipertensi

Faktor yang berhubungan dengan ketidak patuhan kontrol hipertensi yang berpengaruh yaitu dukungan keluarga dan kurangannya pengetahuan tentang hipertensi.

2.4.1 Konsep Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap yang sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh seorang penderita karena seseorang yang sedang sakit membutuhkan perhatian dari keluarga. Keluarga dapat berperan sebagai motivator terhadap orang yang sedang sakit. Dapat medorong untuk berfikir positif dan patuh terhadap pengobatan yang telah dianjurkan, keluarga mempunyai peran yang besar dalam memberikan dukungan (Friedman, 2010)

(24)

Jenis dukungan keluarga menurut Friedman 2010 terdapat empat macam dukungan keluarga yang dapat diberikan sebagai berikut :

1. Dukungan emosional

Dukungan emosional berfungsi sebagai tempat istirahat dan serta membantu penguasaan emosional dan meningkatkan moral keluarga. Dukungan keluarga melibatkan perhatian, pemberian semangat, ekspresi simpati, kasih sayang, atau bangtuan emosional.

2. Dukungan informasi

Dukungan informasi, keluarga sebagai pemberi informasi tentang dunia. Dukungan informasi yang dapat diberikan oleh keluarga seperti nasihat, saran, diskusi, tentang bagaimana cara mengatasi dan memecahkan masalah yang ada

3. Dukungan informasi

Dukungan instrumental, keluarga merupakan sumber pertolongan konkrit dan praktis. Dukungan intrumental merupakan dukunga yang diberikan pada keluarga secara langsung meliputi bantuan material seperti tempat tinggal, memberikan uang untuk keperluan pengobatan dan lainnya, dan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah sehari-hari

4. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan, keluarga berperan sebagai pembimbing dan memerantai pemecahan masalah dan sebagai sumber validator identitas anggota keluarga. Dukungan penghargaan terjadi melalui ekpresi penghargaan yang positif melibatkan

(25)

pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang berbanding positif antara individu dengan orang lain

Hasil dari jurnal penelitian Ria (2019), menunjukan bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap kepatuhan kontrol pada penderita hipertensi. Anggota keluarga yang memberikan dukungan secara baik dan menunjukan sikap caring teradap keluarga yang hipertensi memiliki peran penting dalam kepatuhan kontol hipertensi. Perhatian keluarga mulai dari mengantarkan ke pelayanan kesehatan, membantu biaya pengobatan, mengingatkan minum obat lebih patuh dalam melakukan pengobatan hipertensi dibandingan dengan penderita yang kurang mendapatkan perhatian dari anggota keluarga

2.4.2 Konsep Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi yang dipahami dan didapatkan dari proses belajar yang dapat digunakan sebagai penyesuaian diri maupun lingkungan. Menurut jurnal Ajeng (2015). tingkat pengetahuam terhadap suatu penyakit dapat mempengaruhi proses pengobatan, dimana penderita yang memiliki pengetahuan rendah tentang hipertensi akan cendrung mempengaruhi kepatuhan dalam melakukan kontrol hipertensi, karena menganggap masalah penyakit hipertensi tidak fatal. Dari hasil jurnal penelitian menunjukan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan terdapat hubungan.

Hasil dari penelitian jurnal Betley (2017), kurangnya pengetahuan berpengaruh terhadap kontrol hipertensi karena masyarakat beranggapan bahwa cukup menggunakan obat herbal, dan tidak meminum obat yag diberikan medis.

(26)

Masyarakat beranggapan bahwa jika tidak ada gejala tidak perlu meminum obat dan melakukan kontrol tekanan darah. Masyarakat hanya melakukan kontrol dan minum obat jika terdapat gejala.

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui dan dipercayai, pengetahuan adalah hasil dari mempercayai yang terjadi setelah seseorang merasakan objek tertentu. Pengetahuan tentang kognisi adalah domain yang sangat penting dalam membentuk tindakana seseorang. Tingkat pengetahuan tentang penyakit yang rendah dapat mengakibatkan ketidakpatuhan dalam melakukan pengobatan. Pasien yang mengetahui tentang manfaat dan tujuan dari pengobatan maka akan melakukan pengobatan secara teratur. Memberikan edukasi kepada pasien tentang manfaat dari pengobatan dan mengklasrifikasi keraguan mengenai penggunaan obat akan mempengaruhi pasien melakukan kontrol dengan baik, karena seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan tentang penyakit lebih tinggi akan mematuhi nasihan yang dierikan oleh tenaga kesehatan (Sukartini & Mulyasar, 2020).

Menurut (Nuriyanto, 2020) Berdasarkan dari hasil penelitian, untuk meningkatkan dampak positif terhadap kepatuhan melakukan kunjungan pelayanan kesehatan terutama pada penyakit tidak menular yang memiliki perjalanan riwayat membutuhkan perawatan dalam jangka waktu panjang seperti hipertensi yang memerlukan menejemen kontrol penyakit yang ketat karena prevelensi yang terus meningkat, berikut adalah beberapa cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat :

1. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat

2. Pemberian booklet atau paket informasi kesehatan lainnya, dan konseling kesehatan

(27)

3. Penyuluhan kesehatan di wilayah masyarakat tertentu

4. Menyediakan infografis melalui media sosial sesuai dengan masalah kesehatan yang menjadi isu di masyarakat

5. Penyediaan informasi kesehatan terkait masalah kesehatan

6. Menyediakan informasi pada pelayanan kesehatan berupa poster maupun audio visual

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

pertumbuhan TFP Indonesia selama periode 1990 sampai 2008 dimana laju pertumbuhan TFP yang pada awal tahun 1990 masih rendah perlahan- lahan naik pada tahun 1991

Company address Kantor Manajemen Universitas Airlangga, Kampus C UNAIR, Mulyorejo, Surabaya, Indonesia.. Company Representative Head of Quality Assurance Department

Upaya penghematan konsumsi energy pada bangunan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa hal diantaranya adalah melakukan pergantian jenis lampu TL ke lampu LED,

Merupa upaka kan n pom pompa pa yan yang g ber berfun fungsi gsi men mengan gangka gkat t (ja (jack) ck) por poros os tur turbin bin den dengan gan tek tekana anan