• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA POLA CURAH HUJAN DENGAN ANGKA INSIDEN DEMAM BERDARAH DENGUE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA POLA CURAH HUJAN DENGAN ANGKA INSIDEN DEMAM BERDARAH DENGUE"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA POLA CURAH HUJAN DENGAN ANGKA INSIDEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA TASIKMALAYA

TAHUN 2006 – 2015

(Kajian pada Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan) Ai Sri Kosnayani 1), Asep Kurnia Hidayat 2)

1) Jurusan Kesehatan Masyarakat FIK Unsil 2) Jurusan Teknik Sipil FT Unsil e-mail: [email protected] ; [email protected]

Abstrak

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit akut, bersifat endemik dan secara periodik dapat mendatangkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Peningkatan jumlah kasus di Indonesia selama ini terjadi pada saat musim hujan dikarenakan temperatur bumi yang semakin meningkat. Pemanasan global dapat menyebabkan perubahan iklim, faktor perubahan iklim dapat menjadi salah satu faktor penyebab semakin meluasnya penyebaran vektor penular DBD. Beberapa faktor iklim yang berpengaruh terhadap parasit dan vektor antara lain suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan kecepatan angin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola curah hujan (besar curah hujan dan jumlah hari hujan) dengan insiden DBD di Kota Tasikmalaya tahun 2006 - 2015. Penelitian ini bersifat retrospektif dan merupakan studi deskriptif. Untuk mengetahui curah hujan dan jumlah hari hujan diambil dari rerata dari data 6 stasiun curah hujan, yaitu stasiun Cigede, Cimulu, Singaparna, Padawaras, dan Karangnunggal. Data insiden DBD bulanan untuk tiap Puskesmas di Kota Tasikmalaya tahun 2006 – 2015 diambil dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Tahapan analisis yang dilakukan adalah analisis univariat untuk memberi gambaran curah hujan dan jumlah hari hujan serta gambaran distribusi insiden DBD setiap tahun dan analisis bivariat. Rerata kasus kesakitan DBD tertinggi di Kota Tasikmalaya selama tahun 2006 – 2015 terjadi pada tahun 2009 dan 2010 yaitu 91,67 dan 91,33. Curah hujan harian tertinggi terjadi pada tahun 2013 dan 2014 yaitu 15,17 mm/hari dengan rerata jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada tahun yang sama yaitu 11,79. Kata kunci : curah hujan, hari hujan, insiden, DBD

I. PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi permasalah kesehatan di Indonesia karena perkembangan penyakit sangat cepat dan menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat sehingga menimbulkan kejadian luar biasa. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan

mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 (Kemenkes RI, 2010). Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Asia Pasifik menanggung 75 persen dari beban dengue di dunia antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar diantara 30 negara wilayah endemis. (CNN Indonesia, 2016). Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah

(2)

2

penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%.Terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko, yaitu: 1) Lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk Aedes; 2) Pemahaman masyarakat yang masih terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus; 3) Perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan yang etrjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru; serta 4) Meningkatnya mobilitas penduduk. (Kemenkes RI, 2016).

Lingkungan fisik mencakup keadaan iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan), keadaan geografis, struktur geologi, dan sebagainya Lingkungan fisik bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, cuaca, rumah, panas, sinar matahari, angin, dan lain-lain. Lingkungan fisik erat kaitannya dengan kehidupan vektor, sehingga berpengaruh terhadap munculnya sumber-sumber penularan filariasis. Lingkungan fisik dapat menciptakan tempat-tempat perindukan dan beristirahatnya nyamuk.

Pemanasan global dapat menyebabkan perubahan iklim, faktor perubahan iklim dapat menjadi salah satu faktor penyebab semakin meluasnya penyebaran vektor penular DBD (Supartha, 2008). Beberapa faktor iklim yang berpengaruh terhadap parasit dan vektor antara lain suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan kecepatan angin. Adanya hujan dapat menciptakan banyaknya genangan-genangan tempat perkembangbiakan nyamuk, sedangkan kelembaban berpengaruh terhadap umur nyamuk dimana pada kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidup nyamuk (Foley dalam Ariati, J dan DA Musadad, 2012).

Hopp, et.al dalam Perwitasari, D., dkk (2015) menegaskan bahwa penularan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan angin. Begitu juga dalam hal distribusi dan perkembangan dari organisme vektor dan host intermediate. Salah satu penyakit yang tersebar melalui vektor (vector borne

disease) adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang perlu diwaspadai karena

penularan penyakit seperti ini semakin meningkat sejalan dengan perubahan iklim. Kasus DBD semacam ini di banyak negara tropis dan merupakan penyebab kematian utama (Ramesh, et al, 2010).

Indonesia merupakan Negara tropis dengan curah hujan yang tinggi, sehingga banyak terjadi penumpukan air di udara dan pembentukan awan hujan. Hujan menyebabkan naiknya kelembaban nisbi udara dan curah hujan yang tinggi mengakibatkan banyak genangan air yang muncul secara tiba-tiba, genangan air ini yang digunakan nyamuk sebagai tempat perkembangbiakan dan menambah jumlah tempat perkembangbiakan (breeding places) sehingga menyebabkan peningkatan insiden malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada derasnya hujan, jenis vektor dan jenis tempat perkembangbiakan. Hujan yang diselingi panas memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles (Hidayati dalam Merdiana dan Dian Prawitasari, 2014). Peningkatan suhu mempengaruhi perubahan bionomik atau perilaku menggigit dari populasi nyamuk, angka gigitan rata-rata meningkat (biting

(3)

3

nyamuk yang semakin cepat dan masa kematangan parasit dalam tubuh nyamuk akan semakin pendek. (Umar F.A, 2007).

Kota Tasikmalaya pada tahun 2013 merupakan salah kota dengan masalah kesehatan di Jawa Barat (Dinkes Jabar, 2013). Angka insiden DBD di Kota Tasikmalaya tahun 2010 – 2015 cukup tinggi. Berdasarkan perubahan pola curah hujan dan peningkatan kasus DBD di Kota Tasikmalaya, diperlukan analisis korelasi antara banyaknya hari hujan dan jumlah curah hujan dengan kejadian DBD sehingga terlihat unsur pola curah hujan yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kasus DBD. Peluang kejadian DBD juga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keeratan hubungan antara angka kejadian penyakit DBD dengan pola curah hujan. Pemetaan tingkat kerentanan perkecamatan terhadap serangan demam berdarah merupakan salah satu bentuk yang dapat dimanfaatkan sebagai pendekatan strategis dalam antisipasi peningkatan kasus DBD di daerah endemi. Peta memperlihatkan kerentanan tingkat kecamatan terhadap kejadian penyakit demam berdarah disusun berdasarkan kasus DBD tiap tahun.

II. BAHAN DAN METODE Bahan

1) Data curah hujan dan hari hujan di PSDA Tasikmalaya diambil dari stasiun Cigede, Cimulu, Padawaras, Karangnunggal, Singaparna dan Taraju. Data jumlah curah harian setiap bulan dihitung mulai dari tahun 2006 sampai tahun 2015. 2) Data angka kesakitan dan kematian akibat DBD dari setiap Puskesmas di Kota

Tasikamalaya tahun 2006 – 2015. Metode

Penelitian ini bersifat retrospektif dan merupakan studi deskriptif, untuk mengetahui hubungan antara curah hujan dan jumlah hari hujan dengan insiden DBD.

Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Satuan Alat Ukur Jenis Data Variabel Bebas

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur di atas permukaan horizontal.

mm/bulan Ombrometer Rasio

Variabel Terikat

Insiden DBD adalah angka kejadian DBD tiap bulan pada tahun 2006-2015

- Kasus/100.000 penduduk

Rasio Tahapan penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan diagram alur berikut :

Gambar 1. Alur Penelitian

Persiapan

BMKG/STA HUJAN: Curah dan Hari Hujan Pengambilan Data

Dinkes Kota Tasikmalaya: Insiden DBD

Analisis Univariat :

Gambaran curah hujan, jumalh hari hujan 2005-2016

Gambaran kerentanan DBD/wilayah kerja Puskesmas dan trend insiden DBD tahun 2005-2016

Analisis Biavariat :

Hubungan curah hujan dengan AI DBD tahun 2005-2016 Hubungan hari hujan dengan AI DBD 2005-2016

(4)

4

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Data yang didapat dari Badan PSDA Tasikmalaya, sebanyak 6 stasiun curah hujan yang dianggap menunjukkan jumlah curah hujan dan jumlah hari hujan di Kota Tasikmalaya. Stasiun curah hujan tersebut adalah stasiun Cigede, Cimulu, Padawaras, Karangnunggal, Singaparna dan Taraju. Data jumlah curah harian setiap bulan dihitung mulai dari tahun 2006 sampai tahun 2015. Jumlah curah hujan dari keenam stasiun tersebut dijumlahkan lalu dirata-ratakan sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Curah Hujan di Kota Tasikmalaya Tahun 2006 – 2015

Bulan Curah Hujan Harian (mm/hari)

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jan 10,92 9,25 5,41 14,53 10,00 5,53 8,04 9,28 9,66 7,00 Peb 10,90 12,40 11,24 11,02 10,92 6,22 8,37 10,95 14,57 9,89 Maret 6,35 9,22 12,16 10,25 9,54 7,90 5,69 12,50 12,72 9,34 April 9,34 12,53 11,65 8,92 5,73 9,42 19,17 12,81 10,77 6,50 Mei 9,85 7,16 4,61 6,44 8,24 13,72 6,03 14,41 7,48 3,59 Juni 1,18 5,58 0,79 5,86 4,18 2,07 2,68 11,70 8,52 4,15 Juli 0,85 1,47 0,24 2,98 4,00 4,16 0,46 18,49 23,58 0,38 Agt 0,67 0,48 0,53 0,09 5,18 0,13 0,14 1,40 5,23 0,28 Sept 0,51 0,46 1,72 2,29 9,52 0,32 0,29 2,31 0,56 0,06 Okt 1,95 9,56 17,53 13,62 7,89 9,27 3,30 9,40 4,63 0,01 Nop 6,68 13,97 18,45 13,37 10,82 18,72 14,27 8,63 22,47 11,97 Des 14,58 12,78 12,63 8,10 9,05 6,39 14,74 20,96 21,29 10,23 Jumlah 73,77 94,85 96,96 97,47 95,06 83,85 83,19 132,85 141,47 63,40 Rerata 6,15 7,90 8,08 8,12 7,92 6,99 6,93 11,07 11,79 5,28

Sumber: Badan PSDA Tasikmalaya

Data jumlah hari hujan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Jumlah Hari Hujan di Kota Tasikmalaya Tahun 2006 – 2015

Bulan

Jumlah Hari Hujan

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jan 19,83 10,00 11,17 18,50 14,67 13,33 18,50 18,83 18,80 15,83 Peb 14,33 18,17 18,17 15,17 13,00 13,33 15,83 17,33 16,00 17,33 Maret 12,00 15,50 20,67 14,17 13,00 15,33 13,83 17,33 21,60 17,33 April 19,17 20,83 34,83 16,50 9,17 16,50 16,33 20,67 15,60 18,50 Mei 16,33 17,67 7,33 15,33 15,83 18,33 11,67 17,83 9,60 10,17 Juni 3,83 11,67 3,50 10,67 8,17 4,17 6,50 13,50 14,80 6,67 Juli 2,67 7,00 2,17 4,17 6,83 7,17 3,83 19,33 17,20 1,83 Agt 0,83 3,67 6,17 0,67 8,67 0,67 2,00 7,00 9,00 2,33 Sept 1,00 2,00 7,50 4,67 15,33 2,83 3,50 3,83 4,20 0,83 Okt 2,67 10,83 21,00 19,33 15,17 13,67 5,00 11,33 11,20 0,33 Nop 10,33 11,83 22,33 16,33 17,50 22,50 19,83 14,50 22,20 19,17 Des 21,67 19,67 18,50 14,00 15,50 13,67 21,83 17,33 21,80 17,00 Σ 124,67 148,83 173,33 149,50 152,83 141,50 138,67 178,83 182,00 127,33 Rerata 10,39 12,40 14,44 12,46 12,74 11,79 11,56 14,90 15,17 10,61

Sumber: Badan PSDA Tasikmalaya

Untuk melihat pola curah hujan, jumlah hari hujan dan angka kesakitan setiap bulan pada tiap tahun dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini:

(5)

5

Gambar 2. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota Tasikmalaya Tahun 2006

Gambar 3. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota Tasikmalaya Tahun 2007 71 63 122 58 81 97 56 43 81 26 19 36 10,92 10,9 6,35 9,34 9,85 1,18 0,85 0,67 0,51 1,95 6,68 14,58 19,83 14,33 12 19,17 16,33 3,83 2,67 0,83 1 2,67 10,33 21,67 0 20 40 60 80 100 120 140

Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Kasus Kesakitan, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan Tahun 2006

Kesakitan Curah Hujan Hari Hujan

45 80 84 67 87 56 95 72 43 14 29 34 9,25 12,4 9,22 12,53 7,16 5,5810 18,17 15,5 20,83 17,6711,67 1,47 0,48 0,467 9,56 13,97 12,78 3,67 2 10,83 11,83 19,67 0 20 40 60 80 100

Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Kasus Kesakitan, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan Tahun 2007

(6)

6

Gambar 4. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota Tasikmalaya Tahun 2008

Gambar 5. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota Tasikmalaya Tahun 2009 22 21 20 29 46 41 70 26 1 2 3 2 5,41 11,24 12,16 11,65 4,61 0,79 0,24 0,53 1,72 17,53 18,45 12,63 11,17 18,17 20,67 34,83 7,33 3,5 2,17 6,17 7,5 21 22,33 18,5 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Kasus Kesakitan, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan Tahun 2008

Kesakitan Curah Hujan Hari Hujan

84 76 120 224 102 106 82 82 68 48 55 53 14,53 11,02 10,25 8,92 6,44 5,86 2,98 0,09 2,29 13,62 13,37 8,118,5 15,17 14,17 16,5 15,33 10,67 4,17 0,67 4,67 19,33 16,33 14 0 50 100 150 200 250

Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Kasus Kesakitan, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan Tahun 2009

(7)

7

Gambar 6. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota Tasikmalaya Tahun 2010

Gambar 7. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota Tasikmalaya Tahun 2011 97 69 76 108 165 114 109 93 73 66 76 50 10 10,92 9,54 5,73 8,24 4,18 4 5,18 9,52 7,89 10,82 9,05 14,67 13 13 9,17 15,83 8,17 6,83 8,67 15,33 15,17 17,5 15,5 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Kasus Kesakitan, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan Tahun 2010

Kesakitan Curah Hujan Hari Hujan

50 31 40 41 54 40 49 41 16 17 17 32 5,53 6,22 7,9 9,42 13,72 2,07 4,16 0,13 0,32 9,27 18,72 6,39 13,33 13,33 15,33 16,5 18,33 4,17 7,17 0,67 2,83 13,67 22,5 13,67 0 10 20 30 40 50 60

Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Kasus Kesakitan, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan Tahun 2011

(8)

8

Gambar 8. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota Tasikmalaya Tahun 2012

Gambar 9. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota Tasikmalaya Tahun 2013 37 37 53 80 114 123 93 46 50 23 20 18 8,04 8,37 5,69 19,17 6,03 2,68 0,46 0,14 0,29 3,3 14,27 14,74 18,5 15,83 13,83 16,33 11,67 6,5 3,83 2 3,5 5 19,83 21,83 0 20 40 60 80 100 120 140

Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Kasus Kesakitan, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan Tahun 2012

Kesakitan Curah Hujan Hari Hujan

42 41 29 71 62 103 126 114 93 66 67 31 9,66 14,57 12,72 10,77 7,48 8,52 23,58 5,23 0,56 4,63 22,47 21,29 18,8 16 21,6 15,6 9,6 14,8 17,2 9 4,2 11,2 22,2 21,8 0 20 40 60 80 100 120 140

Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Kasus Kesakitan, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan Tahun 2013

(9)

9

Gambar 10. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota Tasikmalaya Tahun 2014

Gambar 11. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota Tasikmalaya Tahun 2015

Hasil perhitungan tiap tahun, untuk melihat kasus kesakitan, curah hujan dan jumlah hari hujan dapat dilihat pada Gambar 12:

69 41 73 61 79 111 56 103 98 56 53 39 9,66 14,57 12,72 10,77 7,48 8,52 23,58 5,23 0,56 4,63 22,47 21,29 18,8 16 21,6 15,6 9,6 14,8 17,2 9 4,2 11,2 22,2 21,8 0 20 40 60 80 100 120

Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Kasus Kesakitan, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan Tahun 2014

Kesakitan Curah Hujan Hari Hujan

85 82 103 105 135 77 56 39 37 33 20 22 7 9,89 9,34 6,5 3,59 4,15 0,38 0,28 0,06 0,01 11,97 10,23 15,83 17,33 17,33 18,5 10,17 6,67 1,83 2,33 0,83 0,33 19,17 17 0 20 40 60 80 100 120 140 160

Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des Kasus Kesakitan, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan

Tahun 2015

(10)

10

Gambar 12. Grafik Kasus Kesakitan, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan Kota Tasikmalaya Tahun 2006 – 2015

Gambar di atas menunjukkan bahwa rerata kasus kesakitan DBD tertinggi di Kota Tasikmalaya selama tahun 2006 – 2015 terjadi pada tahun 2009 dan 2010 yaitu 91,67 dan 91,33. Curah hujan harian tertinggi terjadi pada tahun 2013 dan 2014 yaitu 15,17 mm/hari dengan rerata jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada tahun yang sama yaitu 11,79.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

[1] Asriati, J dan D. A. Musadad. Incidence of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) and Climate factors in Batam City of Kepulauan Riau Province. Jurnal Ekologi

Kesehatan. 2012:11 (4) : 279 – 286

[2] Bayong Tjasjono, 2007. Klimatologi Dasar Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsu-unsur Iklim Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA-IPB: Bogor.

[3] CNN Indonesia. 2016. Indonesia Peringkat Dua Negara Endemis Demam

Berdarah. Terdapat di

http://www.cnnindonesia.com/gaya- hidup/20160616170332-255-138672/indonesia-peringkat-dua-negara-endemis-demam-berdarah/ diunduh pada tanggal 20 Januari 2017.

[4] Handoko,Ir.1986. Klimatologi Dasar. Bogor: FMIPA-IPB. [5] Hastono SP.2007. Analisis Data Kesehatan. Depok: FKM UI

[6] Jumin, Hasan Basri. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologi. PTRaja Grafindo Persada, Jakarta

[7] Kemenkes RI. 2016. Wilayah KLB Ada di 11 Provinsi. Terdapat pada

http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-ada-di-11-provinsi.html. Diunduh pada tanggal 20 Januari 2017

62,75 58,83 23,58 91,67 91,33 35,67 57,83 70,42 69,92 5,83 6,15 7,91 8,08 8,12 7,92 6,99 6,93 11,79 11,79 0,98 10,39 12,40 14,45 12,46 12,74 11,79 11,55 15,17 15,17 1,26 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Rerata Kasus DBD, Curah Hujan Harian dan Jumlah Hari Hujan Tahun 2006 - 2015

(11)

11

[8] Kurane I. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on immuno pathogenesis. Comparative Immunology, Microbiology & Infectious Disease. 2007; Vol 30:329-40.

[9] Lestari K. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Farmaka. 2007; 5 (3): 12-29.

[10] Merdiana dan Dian Prawitasari. Insiden Malaria dan Pola Iklim di Kabupaten Kapuas Propinsi Kalteng dan Sumba Barat Propinsi NTT, Indonesia Tahun 2005 – 2009. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2014:13(1) : 59 – 70

[11] Muin N.S.2008, Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Bengkulu: UNIB

[12] Prawitasri, D., dkk. Kondisi Iklim dan Pola Kejadian DBD di Kota Yogyakarta Tahun 200402011. Media Litbangkes, 2105:25 (4) : 243 – 248

[13] Ramesh CD, Sharmila P, Dhillon GPS, Aditya PD. Climate Change and Threat of Vector-borne Diseases in India: Are We Prepared? Parasitology Research. 2010; 106(4): 763-773.

[14] Sukowati, Supratman. Vektor DBD dan Pengendaliannya di Indonesia. Buletin

Jendela Epidemiologi. 2010(2):26 – 30.

[15] Supartha, I.W (2008). Pengendalian Terpadu Vektor Virus DBD, Aedes Aegypti [16] Umar Fahmi Ahmadi, (2007). Dampak Perubahan Iklim dalam Perspektif

Kesehatan Lingkungan. KIPNAS IX, 22 November 2007. Jakarta.

[17] WHO. 2013. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan

Demam Berdarah Dengue. Jakarta: WHO & Departemen Kesehatan RI.

[18] Wisnubroto,S,S.S.L Aminah, dan Nitisapto, M. 2006. Asas-asas Meteorologi Pertanian, Departemen Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian. UGM Yogyakarta dan Ghalia Indonasia: Jakarta.

Gambar

Tabel 1  Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 1. Jumlah Curah Hujan di Kota Tasikmalaya Tahun 2006 – 2015
Gambar 3. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota  Tasikmalaya Tahun 2007 71631225881 97 56 43 81 26 19 3610,9210,96,359,349,851,180,850,670,511,956,68 14,5819,83 14,33 12 19,17 16,333,832,670,8312,6710,3321,67020406080100120140
Gambar 4. Grafik Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Kasus Kesakitan DBD Kota  Tasikmalaya Tahun 2008
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Temperatur Udara, Kelembaban Udara, Kecepatan Angin) dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Kecamatan Medan Barat Tahun 2010-2012..

Model fungsi transfer merupakan suatu model peramalan deret waktu berganda yang dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh curah hujan dan suhu udara terhadap jumlah penderita

Model prediksi kejadian DBD di Kota Yogyakarta menggunakan variasi 3 prediktor iklim yaitu curah hujan, hari hujan dan suhu pada time lag 1 dengan nilai korelasi diatas 57% -

Hasil analisis bivariat signifikan antara keberadaan tempat penampungan air hujan dengan kejadian DBD (ρ = 0,027 dan OR = 2,616) Analisis spasial curah hujan, kepadatan penduduk

Tingginya nilai MHD tersebut disebabkan oleh kepadatan penduduk Kota Surakarta yang paling tinggi dibanding kabupaten/kota lain di Jawa Tengah dan juga curah hujan dalam

korelasi curah hujan dengan kejadian DBD menunjukkan bahwa nilai r = 0,309 yang artinya memiliki kekuatan hubungan sedang dengan arah korelasi positif yang

Model prediksi kejadian DBD di Kota Yogyakarta menggunakan variasi 3 prediktor iklim yaitu curah hujan, hari hujan dan suhu pada time lag 1 dengan nilai korelasi diatas 57% -

Hubungan Iklim (Curah Hujan, Temperatur Udara, Kelembaban Udara, Kecepatan Angin) dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Medan Tuntungan per tahun (2010-