• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 7 Juli 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 7 Juli 2017"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398

Vol. 2, No 7 Juli 2017

PENGARUH PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN KONSELING

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP

PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 1 BALEENDAH

Ela Rohaeni

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes Cirebon) azizsubkhan@gmail.com

Abstrak

Prosentase kenakalan remaja di kota Bandung tahun 2008 sebesar 22,4%, sementara di kabupaten Bandung sebesar 10,6%. Pada usia remaja masalah kesehatan yang dihadapi sering kali berkaitan dengan kecenderungan berperilaku berisiko antara lain penyalahgunaan Napza, kehamilan di luar ikatan pernikahan, oburtos, penularan penyakit seksual, HIV/AIDS, dan lain sebagainya. Pilihan yang diambil remaja sangat tergantung dari ketersediaan informasi dan pelayanan yang mereka dapat dari pihak eksternal. SMPN 1 Baleendah merupakan sekolah yang telah 3 tahun ini menerapkan program PIK-KRR. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui Pengaruh Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terhadap pengetahuan akan kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas VIII SMPN 1 Baleendah. Metode yang digunakan adalah studi perbandingan (Comparative Study) secara Cross Sectional, dengan uji independent sample test untuk menguji pengaruh PIK-KKR terhadap pengetahuan siswa. Hasil penelitian ini yaitu pengetahuan pada siswa yang mengikuti PIK-KRR terkategori kurang sebesar 3,7%. Pengetahuan untuk siswa yang mendapat informasi yang bersumber dari media lain terkategori kurang sebesar 53,1%. Terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan pada siswa yang mengikuti PIK-KRR dan kelompok siswa yang mendapat informasi terkait kesehatan reproduksi remaja yang bersumber media lain. PIK-KRR lebih efektif dalam peningkatan pengetahuan siswa perihal kesehatan reproduksi remaja. Kesimpulan penelitian ini terdapat perbedaan yang cukup tinggi perihal derajat pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksinya, khususnya siswa-siswi yang berperan sebagai signifikan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pada Siswa Kelas VIII yang mengikuti PIK-KRR dan yang memperoleh informasi dari media lain. PIK-KRR lebih efektif dalam peningkatan pengetahuan siswa perihal kesehatan reproduksi remaja.

(2)

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

Pendahuluan

Usia remaja merupakan usia beresiko. Hal tersebut penulis utarakan sebab di usia tersebut beberapa remaja kerap melakukan hal-hal beresiko yang dapat merusak kesehatan seperti pergaulan bebas dan beberapa perilaku lain yang beresiko. Hal ini sesuai dengan ciri dan karakterisitik mereka yang selalu ingin tahu, suka tantangan dan ingin mencoba pada hal-hal yang baru. Sehingga akibat perilaku yang kurang terarah dan kurang pembinaan itu timbul masalah kesehatan pada remaja, antara lain penyalahgunaan Napza, kehamilan yang tidak diinginkan, abortus, serta beberapa produk pergaulan bebas lainnya, termasuk resiko HIV/AIDS. (Depkes RI: 2005).

World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa terdapat seperlima dari total penduduk dunia adalah remaja berusia 10- 19 tahun. 900 juta diantaranya berada di negara berkembangkan. BPS mengungkapkan bahwa terdapat 22% penduduk Indonesia berusia 10 – 19 tahun. Jumlah tersebut terbagi menjadi 50,9% untuk perempuan dan 49,1% untuk laki-laki (Depkes RI: 2005). Sedangkan di tahun 2007 remaja usia 10 – 24 tahun berjumlah 28,64% dari total penduduk Indonesia. Secara umum jumlah siswa SMP seluruh Indonesia yaitu sebesar 81,08% (Sarwono: 2005).

Pengaruh informasi global yang mudah diakses memungkinkan remaja mengadopsi perilaku tidak sehat seperti merokok, minum minuman keras, pemakaian narkoba, dan perilaku negatif lainnya. Pada tahap lanjut setiap kegiatan di atas akan berujung pada peningkatan perilaku seksual dini remaja (Jameela: 2008).. Bahkan, pada tahap akhir, remaja akan cenderung menjadikan kebiasaan buruk seperti disebutkan di atas menjadi suatu rutinitas yang membahayakan.

Untuk langkah awal pencegahan, peningkatan akan pengetahuan kesehatan reproduksi menjadi suatu keharusan mengingat di beberapa tahun terakhir sangat sedikit remaja yang belum mengetahui akan kesehatan reproduksinya, sehingga komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang kesehatan reproduksi menjadi pilihan utama yang harus diambil. Pengembangan sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja bermanfaat untuk melindungi mereka dari berbagai risiko seperti penyalahgunaan napza, seks pra nikah dan HIV/AIDS (Darwisyah: 2008).

Untuk menyeleraskan hal yang sebagaimana di atas, pemerintah kemudian mengolaborasikan BKKBN dan beberapa tim khusus untuk melaksanakan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di tahun 2000. Secara umum program KRR

(3)

Ela Rohaeni

merupakan upaya pelayanan yang dilakukan pemerintah dan BKKBN unuk mewujudkan remaja Indonesia yang memiliki status kesehatan reproduksi yang baik (BKKBN: 2008). Selain itu program KRR merupakan salah satu program pokok pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2004-2009) (BKKBN: 2008).

Seiring berjalannya waktu, serta untuk meningkatkan keefektifan program KRR, maka BKKBN membuat suatu program bertajuk PIK-KRR atau program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Dalam prosesnya PIK-KRR berperan sebagai pembantu remaja guna mendapat informasi dan konseling terkait KRR (Darwisyah: 2009).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sahabat anak remaja (SAHARA) Indonesia Foundation pada tahun 2008 mengungkapkan bahwa kenakalan remaja di kota Bandung sebesar 22,4%, sementara di kabupaten Bandung sebesar 10,6%, yang terdiri dari penyalahgunaan Napza, kehamilan di luar nikah, minum minuman keras, geng motor, bullying, membolos, memeras teman, mencoret-coret tembok dan sebagainya (Jameela: 2008).

BKKBN bekerjasama dengan sekolah untuk menjalankan program PIK-KRR yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan remaja terutama terkait kesehatan reproduksi baik di sekolah SMP, SMA, SMK kota maupun kabupaten di Indonesia. Penelitian ini dilakukan di SMP negeri 1 Baleendah, karena dari tiga SMP negeri di wilayah Baleendah dan beberapa SMP swasta, SMPN 1 Baleendah merupakan sekolah yang telah 3 tahun ini menerapkan program PIK-KRR. PIK-KRRyang telah ada ini harus terus dilanjutkan dan dikembangkan demi terjaganya generasi tangguh dari hal-hal terkait permasalahan remaja terkait bergaulan bebas.

Oleh karena hal di atas penulis kemudian terkait meneliti “Pengaruh Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja atau PIK-KRR Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Baleendah”.

(4)

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan studi perbandingan (Comparative Study) menggunakan pendekatan cross sectional dan mengambil data primer dari lembar kuesioner dengan pertanyaan tertutup yang diisi oleh siswa.

Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Baleendah dari bulan Desember 2010. Adapun alasan peneliti menggunakan SMP Negeri 1 Baleendah adalah karena sekolah tersebut memiliki siswa dengan usia rawan pergaulan bebas. Oleh karena hal tersebut sudah menjadi hal yang wajar jika peneliti menggunakan sekolah tersebut sebagi suatu tempat penelitian.

Populasi penelitian yaitu siswa dan siswi kelas VIII SMPN 1 Baleendah sebanyak 424 siswa. Populasi disini ialah seluruh siswa yang aktif mengikuti proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Baleendah.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 81 siswa. Pemilihan jumlah sampel sendiri berlandaskan teknik total sampling, dimana pengambilan sample dilakukan dengan mengikutkan seluruh jumlah populasi yang telah mengikuti program PIK-KRR dan siswa yang mendapat informasi terkait kesahatan reproduksi remaja dari media lain. Penelitian ini menggunakan dua variabel umum. Variabel pertama adalah variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel bebas atau variabel tidak terikat. Adapun variabel terikat sendiri diwakili oleh pengetahuan terkait kesehatan reproduksi remaja. Variabel yang kedua adalah variabel bebas. Berlawanan dengan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang bertindak sebagai pengaruh atas variabel lain (terikat). Dalam ranah ini variabel bebas diwakili oleh program PIK-KRR serta sumber informasi lain.

Data yang digunakan disini merupakan data primer. Dalam prosesnya data ini diambil melalui pembagian kuesioner ke responden. Namun demikian pembagian ini dilakukan secara tertutup sehingga tingkat kualitas hasil yang diperoleh akan cenderung terjamin.

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis data. Teknik analisis data yang pertama adalah analisis Univariat. Menghitung jumlah jawaban benar dan salah pada masing – masing kelompok setelah test dengan menggunakan rumus persentase. Proporsi dari setiap kategori dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(5)

Ela Rohaeni x100% n f P Keterangan: P : prosentase f : frekuensi distribusi n : jumlah responden

Setelah ditabulasi selanjutnya pengetahuan ditafsirkan dengan kriteria sebagai berikut:

1. >76-100% : Baik 2. 56% - 75% : Cukup 3. < 55 : Kurang baik

Analisis data berikutnya yang dilakukan peneliti adalah dengan uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah jawaban benar dan salah pada masing-masing kelompok yang mengikuti program PIK-KRR serta mendapat informasi dari media lain:

Skor = Jawaban yang benar -

1

n

ah jawabansal

b. Menghitung selisih antara nilai masing-masing kelompok yang mengikuti program PIK-KRR serta mendapat informasi dari media lain:

Beda = x100 a a b        % Ket :

1) Nilai kelompok yang tidak ikut serta dalam program PIK-KRR 2) Nilai kelompok yang memperoleh informasi dari sumber lain.

c. Menghitung komparabilitas hasil pada pihak yang mengikuti pogram PIK-KRR dan kelompok yang mendapat informasi dari media lain:

(6)

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

Rumus : X = N

X

d. Memperoleh standar deviasi golongan

Rumus: S =

 

2 2 1 2 2 2 2 1 1        n n X X X X

e. Uji statistik dengan menggunakan uji t

Rumus: t =

2 1 2 1 1 1 n n S X X  

Pada proses lanjut peneliti kemudian membandingkan hasil pada kelompok yang mengikuti program PIK-KRR dan kelompok yang mendapat informasi dari media lain dengan tahapan seperti berikut:

a. Mencari nilai rata – rata pada pihak yang mengikuti program PIK-KRR dan kelompok yang mendapat informasi dari media lain.

Rumus :

n X X

b. Mencari standar deviasi

Rumus : S =

 

1 . 2 . 2 2    n n fx fx n

c. Mencari standar deviasi gabungan

Rumus : S =

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1       

n n S n S n

d. Uji statistik dengan menggunakan uji t

Rumus : t =

2 1 2 1 1 1 n n S X X   

e. Interpretasi pada tabel

Rumus : C =

0 1 0 1 0 B B C C C    BB0

(7)

Ela Rohaeni

Keterangan :

X1  Mean hasil tes pada pihak yang mendapat informasi yang bersumber dari

media lain

X2  Mean hasil tes pada kelompok yang mengikuti program PIK-KRR

X = Nilai tes

1

n = Total sampel pada pihak yang mendapat informasi dari media lain

2

n = Total sampel untuk pihak yang mengikuti program PIK-KRR S = Standar deviasi gabungan

1

S = Standar deviasi pada kelompok yang mendapat yang bersumber dari media lain

2

S = Standar deviasi pada kelompok yang mengikuti program PIK-KRR f = Frekuensi nilai

B = Nilai dk yang dicari

0

B = Nilai dk pada awal nilai yang sudah ada

1

B = Nilai dk pada akhir nilai yang sudah ada C = Nilai ttabel yang dicari

0

C = Nilai ttabel awal yang sudah ada

1

C = Nilai ttabel akhir yang sudah ada

Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang Pengaruh PIK-KRR yang telah diikuti siswa selama 2 tahun terhadap pengetahuan siswa, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Kondisi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pasca Mengikuti Program PIK-KRR Pengetahuan f % Baik 40 49,4 Cukup 38 46,9 Kurang 3 3,7 Jumlah 81 100

(8)

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

Pada tabel 1 menunjukan bahwa prosentase pengetahuan akan kesehatan reproduksi remaja kurang sebesar 3,7 %.

Tabel 2

Kondisi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pasca Mendapat Informasi Dari Sumber Lain

Pengetahuan f %

Baik 12 14,8

Cukup 26 32,1

Kurang 43 53,1

Jumlah 81 100

Pada tabel 2 menunjukan bahwa prosentase pengetahuan akan kesehatan reproduksi remaja yang kurang sebesar 53,1%.

Tabel 3

Perbedaan Kondisi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Setelah Mengikuti Program PIK-KRR dan Menyimak Informasi dari Sumber Lain

Pengetahuan Mengikuti PIK-KRR Sumber Informasi Lainnya Total P-value f % f % f % Baik 40 76,9 12 14,8 52 100 0,00 Cukup 38 59,3 26 32,1 64 100 Kurang 3 6,5 43 53,1 46 100 t : 8,142

Pada tabel 3 menunjukan bahwa terdapat 6,5% siswa yang mengikuti program PIK-KRR memiliki pengetahuan akan kesehatan reproduksi remaja terkesan masih kurang. Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik dengan uji independent sample test, didapatkan nilai p-value (0.00) < (α = 0,05). Dengan adanya hasil di atas penulis kemudian berkesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang cukup mencolok terkait pengetahuan akan kesehatan reproduksi remaja yang telah mengikuti PIK-KRR dan tidak.

(9)

Ela Rohaeni

B. Pembahasan

1. Pengetahuan Remaja Terkait KRR Yang Mengikuti Program PIK-KRR Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki remaja akan kesehatan reproduksinya cenderung minim dan hanya berada di angka 3,7%, kendati telah mengikuti PIK-KRR.

PIK-KRR sendiri merupakan wadah kegiatan program KRR yang dikelola dan diperuntukkan pada remaja yang ingin memperoleh informasi terkait KRR dan bimbingan konseling terkait hal yang sama. Di samping dua fungsi di atas PIK-KRR juga menyelenggarakan produk penduduk untuk mewujudkan generasi muda yang melek akan kesehatan reproduksi remaja.

Program KRR merupakan program yang disiapkan pemerintah dan lembaga terkait untuk membantu dan/atau menyiapkan remaja agar lebih tegar dan kuat dari resiko TRIAD KRR dan mewujudkan pemuda yang bebas dari gangguan maupun penyakit reproduksi (BKKBN: 2008).

Ruang lingkup PIK-KR sendiri meliputi beberapa aspek penting dalam pemberian informasi terkait KRR, pengembangan kemampuan atau skill, pelayanan dan pemberian konseling, pengembangan jaringan dan dukungan, serta memberikan dukungan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (BKKBN: 2006).

Berorientasi pada hasil penelitian di atas penulis kemudian berkesimpulan bahwa mengikuti program PIK-KRR berdampak positif atas meningkatnya pengetahuan remaja akan KRR. Hal ini disebabkan oleh rutinnya kegiatan KRR dilakukan dengan baik dan baik konselor maupun pemberi materi dalam program PIK-KRR ini merupakan petugas yang terlatih dan kompeten dari Puskesmas setempat dan BKKBN sehingga terdapat pengaruh yang positif.

Masih terdapatnya siswa yang mempunyai pengetahuan yang relatif kurang dapat disebabkan oleh kurang disiplin siswa dalam kehadiran setiap pertemuan, sehingga terdapat pengetahuan yang tidak diterima siswa dan kurang memahami terkait informasi yang diberikan. Oleh karena itu peran serta guru, siswa dan orang tua yang aktif sangat diharapkan demi berjalan efektifnya PIK-KRR yang telah ada ini, serta dapat mewajibkan kepada siswa untuk mengikuti kegiatan ini karena semua siswa membutuhkan pengetahuan yang cukup dan benar terkait KRR.

(10)

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

2. Pengetahuan Remaja Terkait KRR Yang Memperoleh Informasi Dari Sumber Lain

Berdasarkan hasil penelitian di atas derajat pengetahuan remaja terkait KRR cenderung kurang dan hanya berada di angka 53,1%. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa remaja tersebut memerlukan adanya penyuluhan atau program yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi memiliki kaitan dengan KRR. Hal tersebut selaras dengan konsep dari edukasi kesehatan, yaitu sekumpulan upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terciptanya perilaku sehat.

Media cetak, media audio-visual dan elektronik sebagai bagian dari media komunikasi saat ini sudah tidak bisa dihilangkan keberadaannya. Media ini sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia terutama dalam mengisi aktivitas kesehariannya, dan tidak hanya dilakukan pada saat untuk mengisi waktu luang, melainkan juga di saat-saat melakukan pekerjaan. Karena kemudahannya inilah, maka pengguna media elektronik semakin banyak. Masalahnya adalah informasi yang diberikan sangat beragam, dan penggunanya juga beragam. Bila penggunanya hanya sekelompok orang saja, maka dampaknya tidak membahayakan, namun bila penggunanya adalah seluruh warga masyarakat sebagai bagian suatu bangsa dan berbagai usia, maka efeknya media ini akan mewarnai seluruh sudut dan sendi kehidupan bangsa, dan termasuk didalamnya adalah kepribadian bangsa (Diop: 2011).

Satu hal yang penting dari teori belajar sosial yang perlu diperhatikan adalah adanya reinforcement-based model of imitation. Dalam teori ini dinyatakan bahwa imitasi perilaku itu akan terjadi ketika perilaku yang ditiru memberikan penguatan tertentu. Penguatan ini bisa berupa kepuasan, pengakuan sosial, dan mungkin menimbulkan kecemasan bila tidak dilakukan olehnya. Dalam hal ini bukan berarti berbagai sumber informasi yang telah ada membahayakan, namun banyak pula informasi yang disampaikan oleh media cetak, media elektronik maupun media audio-visual yang mendidik serta menambah pengetahuan seseorang. Hanya saja dalam pemilihan media ini harus melibatkan orang tua untuk memantau apa saja informasi yang dibutuhkan oleh remaja dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Orang tua juga dilibatkan secara aktif dan harus lebih

(11)

Ela Rohaeni

tahu dibandingkan dengan anaknya agar dapat memberikan pemahaman yang cukup dan benar terhadap berbagai pertanyaan anak, sehingga anak tersebut tidak mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya pada orang lain atau teman sebayanya yang belum tentu benar dan sesuai yang anak harapkan.

3. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Kelompok Yang Mengikuti Program PIK-KRR dan Kelompok Yang Memperoleh Informasi Dari Sumber Lain

Dari hasil penelitian tentang pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada kelompok yang mengikuti program PIK-KRR dan kelompok yang memperoleh informasi dari sumber lain pada siswa kelas VIII SMPN I Baleendah dengan menggunakan uji independent sample test menujukan nilai p-value (0.00) < (α = 0,05), berarti terdapat perbedaan yang signifikan/bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja pada kelompok yang mengikuti program PIK-KRR dan kelompok yang memperoleh informasi dari sumber lain.

Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meli pada tahun 2008 diperoleh hasil uji F menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan yang signifikan terhadap perilaku dengan hasil F hitung > F tabel yaitu 5.358 > 2.356 dengan P = 0.00 > 0.005, dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja dengan hasil F hitung > F tabel yaitu 5.854 > 2.485, dan hasil pengetahuan dan sikap remaja terhadap prilaku kesehatan reproduksi remaja dengan signifikan : 0.00 dan F hitung > F tabel yaitu 12.539 > 3.220. Sehingga Program PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja (Yandri: 2008).

(12)

Pengaruh Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesimpulan

Dari hasil penelitian Pengaruh Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Baleendah, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Sebesar 3,7% tingkat pengetahuan pada kelompok siswa yang mengikuti Program PIK-KRR terkategori kurang.

2. Sebesar 53,1% tingkat pengetahuan pada kelompok siswa yang memperoleh informasi dari sumber lain terkategori kurang.

3. Terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan pada kelompok siswa yang mengikuti PIK-KRR dan kelompok siswa yang memperoleh informasi dari sumber lain. PIK-KRR dapat digunakan sebagai intervensi dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, namun bukan berarti pengetahuan yang diperoleh dari sumber informasi lain terkategori buruk. Banyak pengetahuan yang positif dan benar dari sumber informasi lain seperti media cetak, media elektronik, media audio-visual.

(13)

Ela Rohaeni

BIBLIOGRAFI

BKKBN. 2006. Modul workshop konseling kesehatan reproduksi remaja bagi calon konselor sebaya. Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi. BKKBN. Hal 24-5.

_______. 2008. Kurikulum dan modul pelatihan pengelolaan pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (PIK-KRR) cetakan kedua. Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi, BKKBN. Hal 24-39. Darwisyah, S. R. 2008. Tinjauan umum kesehatan reproduksi remaja.

www.kesrepro.com. Diunduh pada tanggal 20 November 2010.

_______. 2009. Pik-remaja. www.bkkbn.go.id. Diunduh pada tanggal 15 Desember 2010.

Depkes RI. 2005. Materi inti pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). Jakarta: Depkes RI. Hal. 7-9.

Diop, N. J. 2011. Konseling dan tahapan berkomuniasi. www.psychology.com. Diunduh 4 Januari 2011.

Jameela, A. R. 2008. Remaja indonesia masih sangat membutuhkan informasi kesehatan reproduksi. www.dunia-wanita.com. Diunduh pada tanggal 20 November 2010.

Sarwono, P. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 120-7.

Yandri, M. 2009. Pengaruh pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi dalam program pik-krr (pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja) terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja di SMA N 1 Srandakan batul tahun 2008. www.libraryusu.ac.id. Diunduh tanggal 12 Desmber 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya pengaruh antara Hedonic Motives (Motivasi Hedonis) terhadap Impulse Buying (Pembelian Impulsif) melalui Browsing (Pencarian Informasi) dan Shopping Lifestyle

Hal ini dapat terjadi karena pada metode pilihan terdapat alternatif umpan lain yang tidak beracun sehingga tikus mempunyai pilihan lain dalam mengonsumsi umpan yang telah

Penelitian- penelitian terdahulu dan literatur menyatakan kejadian hipotermia dan menggigil lebih tinggi pada pasien yang menjalani anestesia umum bila dibandingkan dengan

Diharuskan untuk membuat loket minimal 1 (buah) yang dapat mengakomodasi pengguna khusus, apabila tidak dimungkinkan maka harus disediakan petugas untuk membantu dari

Hal yang menyebabkan tidak produktifnya sumber daya manusia bagi suatu organisasi atau perusahaan adalah kepuasan kerja.Efek dari ketidakpuasan kerja ini juga berdampak pada

undang-undang tersebut jelas dikatakan bahwa pencurian ikan dan/atau illegal fishing adalah kegiatan pencarian ikan yang di dalamnya melibatkan pelanggaran SIUP, SIPI,

Dengan demikian, LKj KBRI Berlin Tahun 2015 ini secara nyata merupakan gambaran yang sinergis dari kegiatan strategis yang dijalankan oleh setiap elemen fungsi yang

BAB IV, Pembahasan hasil penelitian yang bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan kondisi empirik tentang kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas