• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa terlepas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa terlepas"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia saat ini. Bentuk komunikasi ada berbagai macam, sebagai contohnya yaitu menyatakan diri, berbicara, menerima dan menyampaikan informasi maupun pesan, serta berbagai kegiatan lainnya.1 Sebagai sarana untuk menyampaikan bentuk komunikasinya, manusia memerlukan sebuah wadah atau lembaga yang dapat mengakomodasi segala macam bentuk komunikasi yang bermacam-macam. Manusia juga memerlukan komunikasi untuk mengetahui perkembangan lingkungan sekitar serta informasi-informasi akurat. Informasi yang akurat memerlukan proses pencarian yang panjang, mulai dari pencarian berita, pemberitahuan oleh informan, wawancara pada narasumber, hingga proses penulisan berita, editing, hingga beredarnya berita yang dapat dinikmati masyarakat.

Maka dari itu diperlukan sebuah wadah untuk mengelola kegiatan pencarian berita hingga peredaran berita yang kemudian dibentuklah lembaga Pers untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan informasi tersebut. Pers memiliki pengertian yang luas. Pengertian pers secara harfiah mengacu pada komunikasi yang dilakukan melalui perantaraan hasil cetakan. Tapi saat ini, pers telah mengalami pengembangan secara pengertiannya. Pengertian pers

1 McLuhan dalam Edy Susanto. dkk. 2010. Hukum Pers di Indonesia. Jakarta. Penerbit Rineka

(2)

memiliki dua artian, arti sempit dan arti luas.2 Pengertian pers secara luas dan secara sempit ini menyangkut tentang kegiatan komunikasi.3 Kegiatan komunikasi yang dimaksud yaitu media yang digunakan. Pengertian secara luas menggunakan media selain media cetak. Dalam era globalisasi seperti saat ini, penggunaan internet sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Pergeseran kebiasaan secara perlahan dari penggunaan media cetak menjadi media elektronik seperti radio, televisi dan internet. Sedangkan untuk pengertian pers secara sempit yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, ataupun berita-berita dengan jalan kata tertulis.4

Pada peraturan perundang-undangan, Indonesia memiliki peraturan terkait Pers yaitu Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers (yang selanjutnya disebut UU Pers). Pada UU Pers disebutkan pengertian mengenai pers. Pengertian pers tercantum pada UU Pers Pasal 1 butir 1.5 Berdasarkan Pasal 3 UU Pers, ditentukan bahwa fungsi dari Pers adalah sebagai fungsi media informasi, pendidikan, hiburan, kontrol sosial dan sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga ekonomi, perusahaan pers diselenggarakan berdasarkan prinsip ekonomi. Hal ini dilakukan guna menaikkan kualitas pers

2 Ibid. Hal. 19.

3 Jacob Oetama. 1983. Perspektif Pers Indonesia. Jakarta. LP3ES. Hal. 4.

4 Alex Sobur. 2001. Etika Pers Profesionalisme Dengan Hati Nurani. Bandung. Humaniora

Utama Press. Hal. 146.

5 Pasal 1 Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers menyatakan bahwa lembaga sosial

dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari. memperoleh. memiliki. menyimpan. mengolah. dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan. suara. gambar. suara dan gambar. serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak. media elektronik. dan segala jenis saluran yang tersedia.

(3)

dan kemakmuran wartawan dan karyawan media, tanpa melupakan kewajiban sosialnya.6

Selain fungsi tersebut diatas, pers memiliki fungsi sebagai pers yang bertanggung jawab. Fungsi tersebut yaitu fungsi informatif, fungsi kontrol, fungsi interpretatif dan direktif, fungsi menghibur, fungsi regeneratif, fungsi pengawalan hak-hak warga negara, fungsi ekonomi dan fungsi swadaya.7 Fungsi yang menjadi fokus dalam penulisan ini yaitu fungsi informatif. Fungsi informatif yaitu memberikan informasi atau berita kepada khalayak ramai dengan cara yang teratur.8 Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi orang banyak dan kemudian menuliskannya dalam bentuk kata-kata. Merangkai kata untuk menjadi sebuah artikel bukanlah hal yang mudah. Secara teoritis, dalam penulisan artikel, khususnya artikel hukum, wartawan diharuskan mengacu pada “Sepuluh Pedoman Penulisan tentang Hukum”. Sepuluh Pedoman Penulisan tentang Hukum merupakan hasil Karya Latihan Wartawan (KLW) ke-12 yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang bekerjasama dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta di Cibulan, Bogor, pada tanggal 24-30 Juli 1977.9 Pada “Sepuluh Pedoman Penulisan tentang Hukum” termuat bahwa wartawan diharuskan menghormati asas praduga tak bersalah dalam menulis dan menyajikan beritanya. Selain itu wartawan juga diharuskan untuk

6 Penjelasan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.

7 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat. 2005. Jurnalistik. Teori dan Praktek.

Bandung. Rosda Karya. Hal. 27-29.

8 Edy Susanto. dkk. op.cit.. Hal. 40. 9 Edy Susanto. dkk. op.cit.. Hal. 315.

(4)

menjaga sikap terhadap jenis pidana dan tertuduh serta memperhatikan nada dan gaya dari tulisan yang harus tetap berada di posisi netral. Hal ini sangat penting agar tertuduh terhindar dari trial by press.

Trial by press10 atau trial by media terjadi ketika media massa baik

cetak maupun elektronik membuat berita berupa suatu kasus yang berisi tuduhan serta penghakiman terhadap tersangka11 bahkan sebelum pengadilan mengeluarkan putusan terhadap kasus tersebut. Hal ini terjadi karena pemberitaan media dapat dengan mudah mempengaruhi pola pikir dan pandangan seseorang terkait kasus dan setiap pihak yang turut serta. Sebagai akibat dari perbuatan tersebut, wartawan dinilai melanggar hak asasi orang yang dituduh melalui media massa atas asas praduga tak bersalah. Persepsi pembaca berita sangat beragam karena berasal dari berbagai kalangan yang tidak semua memahami istilah-istilah hukum. Hal ini dapat diperparah lagi dengan tersisipnya opini media massa yang menyudutkan secara halus. Tuduhan yang tidak terbukti, dapat dikategorikan sebagai tindak pidana penghinaan/pencemaran oleh pers. Efek negatif trial by press tidak berhenti begitu saja. Tuduhan yang menghakimi tersangka sebelum pengadilan memutuskan, dapat berakibat buruk bagi tersangka dan keluarganya. Eksploitasi berita yang berlebihan hingga bersifat menyudutkan akan

10 Trial by press dijelaskan dalam penjelasan Pasal 5 ayat (1) yaitu dalam hal menyiarkan

informasi yang tidak menghakimi atau membuat kesimpulan kesalahan seseorang, terlebih lagi untuk kasus-kasus yang masih dalam proses peradilan.

11 Menurut Pasal 1 angka 14 KUHAP, tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau

(5)

menimbulkan stigma di masyarakat karena tersangka dianggap telah tersentuh oleh proses peradilan yang sebenarnya belum tentu bersalah.12

Adapula pengaturan dalam UU Pers yang mengatur tentang keutamaan pers dan wartawan menggunakan asas praduga tak bersalah dalam menyusun berita. Pengaturan mengenai hal ini terdapat dalam Pasal 5 ayat (1) UU Pers.13 Dalam penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU Pers dinyatakan bahwa “pers nasional dalam menyiarkan informasi, tidak menghakimi atau membuat kesimpulan kesalahan seseorang, terlebih lagi untuk kasus-kasus yang masih dalam proses peradilan serta dapat mengakomodasikan kepentingan semua pihak yang terkait dalam pemberitaan tersebut.” Namun Kompas Malang seakan tidak memperhatikan ketentuan tersebut dalam artikel yang mereka terbitkan, salah satu contoh artikel yang bertentangan dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Pers tersebut adalah artikel mengenai kasus penipuan dengan modus beri kabar kecelakaan di Kota Batu. Dalam artikel yang berjudul “Polisi Batu Ungkap Kasus Penipuan dengan Modus Beri Kabar Kecelakaan,” tertanggal 20 Maret 2017 dalam artikel tersebut Kompas Malang menulis bahwa ajaran Polres Batu, Jawa Timur, berhasil mengungkap komplotan “pelaku”14 penipuan dengan modus mengabarkan kabar bohong

12 Oemar Seno Adji. 1990. Perkembangan Delik Pers di Indonesia. Jakarta. Airlangga. Hal. 83. 13 Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

menyatakan Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.”

14 Menurut Pasal 1 angka 32 KUHAP, pelaku atau terpidana adalah seorang yang dipidana

(6)

kepada sejumlah wali siswa.15 Selanjutnya Kompas menyebutkan bahwa “Empat pelaku diamankan pada Kamis (16/3/2017) di Kampung Lio nomor 7 Citayem, Kota Depok. Sementara, satu pelaku atas nama JM ditangkap pada Sabtu (18/3/2017) di rumah kosnya, Jakarta Barat.” Akan tetapi, selanjutnya dalam artikel yang sama Kompas Malang menyebutkan bahwa “Pelaku diancam dengan hukuman enam tahun penjara dan denda minimal Rp 2 miliar” dan “Para pelaku dikenakan pasal 28 ayat 1 atau pasal 29 Undang-undang RI nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik," jelas Kapolres”

Berdasarkan uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa artikel yang dimuat oleh Kompas Malang tersebut bertentangan dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Pers, dimana dalam artikel tersebut Kompas Malang telah menyebut komplotan tersebut dengan sebutan “Pelaku” sedangkan berikutnya pada artikel yang sama Kompas malang menyebutkan bahwa “para pelaku diancam” yang menunjukkan bahwa kedudukan komplotan ini bukan sebagai pelaku karena masih belum dijatuhi Putusan Hakim. Hal ini dengan jelas bertentangan dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Pers yang mengharuskan Pers Nasional untuk menghormati asas praduga tak bersalah. Untuk menghormati asas praduga tak bersalah tersebut, dalam hal ini Kompas Malang tidak seharsnya menyebut komplotan tersebut sebagai “Pelaku” karena status-nya pada saat artikel tersebut diterbitkan masih belum

15 Kompas, Polisi Batu Ungkap Kasus Penipuan dengan Modus Beri Kabar Kecelakaan,

(7)

mendapatkan belum ditetapkan sebagai pelaku melalui Putusan Pengadilan yang inkracht.

Selain Kompas Malang, kedua kasus tersebut juga diterbitkan oleh Surya Malang. Untuk kasus pertama yaitu investasi bodong Mirna Cempluk dalam artikel yang berjudul "Terkait Munculnya Banyak Korban Investasi Bodong di Kota Malang, Ini Kata Otoritas Jasa Keuangan” Surya Malang telah menyatakan bahwa Mirna Cempluk bersalah dengan mengkutip ucapan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyatakan bahwa “bisa dipastikan itu tidak benar” mendahului adanya Putusan Pengadilan yang inkracht.16

Sedangkan untuk kasus kedua yaitu pembunuhan Zainuddin, Surya Malang telah menyatakan bahwa enam tersangka pembunuh Zanuddin sebagai pelaku pada artikel yang mereka terbitkan pada tanggal 4 September 2017 dengan judul “Enam Pelaku Pembunuh Zainudin Tertangkap, Ini Kronologis Pembunuhan dan Pelariannya”17 sedangkan artikel mengenai vonis bersalah dan hukuman terhadap keenam orang tersebut oleh Pengadilan Negeri Malang baru diterbitkan pada tanggal 17 Januari 2018 dengan judul “Zainudin Dibunuh Secara Sadis di Kota Malang, Ini Hukuman yang Didapat Para Pembunuhnya.” Dengan demikian dapat kita lihat bahwa dalam kasus

16 Surya Malang, Terkait Munculnya Banyak Korban Investasi Bodong di Kota Malang, Ini Kata

Otoritas Jasa Keuangan, http://www.suryamalang.id, diakses pada tanggal 23 April 2018.

17 Surya Malang, Enam Pelaku Pembunuh Zainudin Tertangkap, Ini Kronologis Pembunuhan dan

(8)

kedua tersebut Surya Malang juga telah mendahului Putusan Pengadilan yang

inkracht.18

Berdasarkan hal tersebut dapat kita lihat bahwa telah terjadi perbedaan antara das sollen yaitu ketentuan yang ada dalam Pasal 5 ayat (1) UU Pers dengan das sein yaitu artikel yang dimuat oleh Kompas Malang tertanggal 20 Maret 2017. Serta artikel yang dimuat oleh Surya Malang tertanggal 4 September 2017 dan 17 Januari 2018. Perbedaan antara das sein dan das

sollen tersebutlah yang mendasari Penulis untuk menyusun suatu penelitian

hukum ini.

Berikut akan peneliti berikan tabel penelitian terdahulu sebagai acuan dan referensi peneliti dalam memulai penelitian serta akan dijelaskan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti untuk membuktikan originalitas dari penelitian ini.

Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu Tahun Penelitian Nama dan Instansi Peneliti Judul Penelitian Rumusan Masalah Keterangan Hasil Penelitian Terdahulu 2014 Roymen Yulius Universitas Tanjungpura Penerapan Asas Praduga Tak Bersalah dalam Pemberitaan Pers oleh Media Massa di-Kalbar 1. Bagaimanakah penerapan asas praduga tak bersalah dalam mekanisme redaksional pemberitaan pers? Penelitian terdahulu tersebut membahas mengenai penerapan asas praduga tak bersalah

18 Surya Malang, Zainudin Dibunuh Secara Sadis di Kota Malang, Ini Hukuman yang Didapat

(9)

2. Bagaimanakah pula hambatan hukum dalam kehidupan pers dewasa ini? dalam redaksional pemberitaan pers dan hambatan hukum yang dialami pers sedangkan penelitian ini menitik beratkan pada efektifitas Pasal 5 ayat (1) UU Pers dan implikasi hukum apabila pemberitaan wartawan bertentangan dengan asas praduga tak bersalah. 2015 Ni Putu Noni Suharyanti Universitas Udayana Perspektif Hak Asasi Manusia Mengenai Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah dalam Kaitannya dengan Pemberitaan di Media Massa 1. Bagaimana penerapan asas praduga tak bersalah dalam kaitannya dengan pemberitaan di media massa jika ditinjau dari perspektif HAM? Penelitian terdahulu tersebut membahas mengenai penerapan asas praduga tak bersalah dalam pemberitaan media massa ditinjau dari perspektif HAM sedangkan penelitian ini menitik beratkan pada efektifitas Pasal 5 ayat (1) UU Pers dan implikasi

(10)

hukum apabila pemberitaan wartawan bertentangan dengan asas praduga tak bersalah. 2017 Hanugrah Titi Hapsari S. Lembaga Bantuan Hukum Rumah Keadilan Implikasi Hukum Asas Praduga Bersalah yang digunakan Wartawan dalam Pemberitaan Perkara Pidana

1. Apa asas yang seharusnya digunakan wartawan sebagai landasan untuk mempublikasi kan perkara pidana? 2. Bagaimanakah implikasi hukum apabila publikasi perkara pidana bertentangan dengan asas praduga tak bersalah? Penelitian terdahulu tersebut membahas tentang asas apa yang seharusnya digunakan wartawan dalam publikasi perkara pidana dan implikasi hukum apabila publikasi tersebut bertentangan dengan asas praduga tak bersalah sedangkan penelitian ini menitik beratkan pada efektifitas Pasal 5 ayat (1) UU Pers dan implikasi hukum apabila pemberitaan wartawan bertentangan dengan asas praduga tak

(11)

bersalah.

Penelitian terdahulu sebagaimana telah dijelaskan diatas membehasa permaslahan yang berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti, Penelitian yang dilakukan oleh Roymen Yulius membahas mengenai penerapan asas praduga tak bersalah dalam redaksional pemberitaan pers dan hambatan hukum yang dialami pers sedangkan penelitian ini menitik beratkan pada efektifitas Pasal 5 ayat (1) UU Pers dan implikasi hukum apabila pemberitaan wartawan bertentangan dengan asas praduga tak bersalah. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Noni Suharyanti membahas mengenai penerapan asas praduga tak bersalah dalam pemberitaan media massa ditinjau dari perspektif HAM sedangkan penelitian ini menitik beratkan pada efektifitas Pasal 5 ayat (1) UU Pers dan implikasi hukum apabila pemberitaan wartawan bertentangan dengan asas praduga tak bersalah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hanugrah Titi Hapsari membahas tentang asas apa yang seharusnya digunakan wartawan dalam publikasi perkara pidana dan implikasi hukum apabila publikasi tersebut bertentangan dengan asas praduga tak bersalah sedangkan penelitian ini menitik beratkan pada efektifitas Pasal 5 ayat (1) UU Pers dan implikasi hukum apabila pemberitaan wartawan bertentangan dengan asas praduga tak bersalah.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Peneliti ini membahas tentang permasalahan efektifitas Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers Terkait Penerapan Asas Praduga Tak Bersalah

(12)

Dalam Pemberitaan Perkara Pidana Oleh Wartawan dan juga membahas mengenai implikasi hukum apabila publikasi perkara pidana oleh wartawan bertentangan dengan asas praduga tak bersalah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah Efektifitas Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers Terkait Penerapan Asas Praduga Tak Bersalah Dalam Pemberitaan Perkara Pidana Oleh Pimpinan Redaksi?

2. Bagaimana implikasi hukum apabila publikasi perkara pidana oleh Pimpinan Redaksi bertentangan dengan asas praduga tak bersalah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis dan mengetahui efektifitas Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers Terkait Penerapan Asas Praduga Tak Bersalah Dalam Pemberitaan Perkara Pidana Oleh Pimpinan Redaksi;

2. Untuk mengetahui implikasi hukum apabila publikasi perkara pidana oleh Pimpinan Redaksi bertentangan dengan asas praduga tak bersalah.

(13)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk Media Cetak yang Terbit di Malang

Penelitian ini memiliki manfaat untuk media cetak yang terbit di Malang yaitu agar media cetak yang terbit di Malang dapat menerapkan asas praduga tak bersalah dalam hukum pidana dengan tepat, dalam artikel/artikel-artikel yang akan diterbitkan oleh media cetak yang terbit di Malang kedepannya terkait dengan perkara pidana.

2. Manfaat untuk Para Pihak yang Menjadi Subjek Pemberitaan dalam Media Cetak yang Terbit di Malang

Penelitian ini memiliki manfaat untuk para pihak yang menjadi subjek pemberitaan dalam media cetak yang terbit di Malang khususnya dalam pemberitaan kasus pidana adalah memberikan kepastian terkait penerapan asas praduga tak bersalah. Hal tersebut bertujuan agar para pihak tersebut tidak dikatakan bersalah terlebih dahulu oleh pihak lain sebelum adanya putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan terlebih untuk artikel terkait perkara pidana yang diterbitkan oleh media cetak yang terbit di Malang. Penelitian ini ditujukan agar isi artikel tersebut dapat menerapkan asas praduga tak bersalah dalam memberitakan suatu perkara pidana. Selain untuk melindungi pihak yang terkait, penerapan asas tersebut juga berguna agar artikel yang diterbitkan tersebut dipandang lebih kompeten oleh masyarakat.

(14)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian yurisdis empiris. Penelitian jenis ini adalah penelitian yang mengkaitkan langsung hukum dengan keadaan masyarakat yang diatur oleh hukum. Penelitian ini melihat bagaimana pelaksanaan suatu produk hukum terhadap masyarakat sebagai obyek pengaturannya.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penilitian adalah metode atau cara mengadakan penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis-sosiologis karena sesuai dengan jenis penilitian yaitu empiris. Pendekatan yuridis-sosiologis akan melihat fenomena masyarakat yang telah diatur dalam suatu hukum. Yang dikaji dalam penelitian ini apakah hukum yang diterapkan di dalam masyarakat berjalan sesuai peraturan yang ada.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh Penulis dalam penelitian ini adalah Kompas Malang atau Surya Malang. Alasan Penulis untuk memilih Kompas Malang atau Surya Malang sebagai tempat dilakukannya penelitian ini karena artikel yang diterbitkan oleh Kompas Malang tertanggal 20 Maret 2017 serta artikel yang dimuat oleh Surya Malang tertanggal 4 September 2017 dan 17 Januari 2018 bertentangan dengan

(15)

ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Pers yang mengharuskan Pers Nasional untuk menghormati asas praduga tak bersalah.

4. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yang digunakan oleh Penulis dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dengan Kepala Redaksi. Penulis memilih Kepala Redaksi sebagai narasumber karena Penulis meyakini bahwa Kepala Redaksi dapat memberikan data yang akurat mengenai permasalahan yang dikaji.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah informasi yang berupa dokumen yang terdiri dari arsip, laporan, notulensi, risalah, perjanjian dan lain – lain yang berhubungan dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Pers. Data sekunder ini didapatkan dari Undang-Undang, Karya ilmiah, literatur, internet, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan kamus hukum, media atau lainnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang memiliki kesamaan, meliputi himpunan dari orang dan atau benda, kejadian, kasus – kasus, yang dapat dibatasi pada periode dan lokasi tertentu.

(16)

Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah seluruh media cetak yang terbit di Malang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan obyek penelitian. Dalam bagian ini yang mewakili populasi yaitu Kompas Malang dan Surya Malang.

c. Responden

Responden yang dipilih oleh Peneliti dalam penelitian ini adalah Kepala Redaksi Kompas Malang dan Kepala Redaksi Surya Malang. Peneliti memilih kedua responden tersebut karena Peneliti berpendapat bahwa kedua responden tersebut telah memiliki data yang telah dapat mewakili, terkait permasalahan yang dikaji dalam penelitian hukum ini.

6. Teknik Analisis Data

Penyusunan data primer dan sekunder dalam penelitian ini, peneliti menyusunnya menggunakan teknik pengolahan data secara deskriptif analisis, yaitu metode analisa data dengan cara memaparkan semua data baik berupa data primer maupun data sekunder secara obyektif dan sistematik sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan dalam hal ini terkait penerapan asas praduga tak bersalah dalam pemberitaan perkara pidana oleh wartawan dalam media massa dalam artikel yang diterbitkan tersebut.

(17)

G. Rencana Sistematika Penulisan

Dalam sub bab ini akan diberikan gambaran sistematis mengenai penyusunan laporan penelitian yang berjudul PENERAPAN ASAS PRADUGA TAK

BERSALAH DALAM PEMBERITAAN PERKARA PIDANA OLEH PIMPINAN REDAKSI DALAM MEDIA MASSA (Studi Pada Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers dan Media Cetak yang Terbit di Malang). Berikut adalah pemaparan

sistematika serta alur pembahasan dalam penelitian ini.

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai konsep penulisan laporan penelitian yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang dibagi lagi menjadi 2 (dua) yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan umum yang berkaitan dengan penelitian yang berjudul Penerapan Asas Praduga Tak Bersalah Dalam Pemberitaan Perkara Pidana Oleh Wartawan dalam Media Massa (Studi Pada Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers dan Media Cetak yang Terbit di Malang).

(18)

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, pendekatan penelitian, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Serta berisi tentang pembahasan mengenai hasil penelitian yang dilakukan terkait tema penelitian yang diambil penulis.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini menguraikan mengenai kesimpulan dan saran terkait hasil pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya yang membahas tentang hasil penelitian.

Gambar

Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan terdapat pengaruh nyata varietas tanaman yang diuji terhadap tinggi tanaman, namun tidak terdapat pengaruh nyata

Pengujian spot plasma sistem DUET pada kedua permukaan katoda untuk berbagai bahan katoda menggunakan 1 unit IDPS dengan 2 trafo flyback, dimana inti ferit

Persentase campuran yang terdiri dari bahan/bahan-bahan dengan toksisitas akut yang tidak diketahui: 32.3% (mulut), 40.7% (kulit), 58.4% (Penghirupan).. Persentase campuran

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan karunia dan rahmat-Nya kita masih diberi kesempatan untuk berkumpul di

Sekolah (RKAS) memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Nilai Paling Tinggi Nilai Implementasi Pencapaian Rencana kegiatan dan anggaran

Kegiatan penelitian tentang Korelasi antara Pergeseran Perilaku Masyarakat dalam Pengembangan dan Pembangunan Permukiman Swadaya terhadap Upaya Konservasi Bangunan Cagar

Sebagai konstituen penyambung, -u/-ru tidak hanya menyambung nomina dan non-nomina dalam frasa nomina, tetapi juga dapat menyambung verba (maksudnya: akar

Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat stres dan usia ibu saat mengalami