• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKP-E) BRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KABUPATEN

KARANGANYAR

Noer Ayu Fajrina Okhta Nugraheni, Minar Ferichani, Widiyanto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta Telp./Fax. (0271) 637457 E-mail: okhta.bazzjr@gmail.com. Telp: 085728005045

Abstract: This research aimed to analyze the effect of own capital and Credit of Energy and Food Safety BRI to increase the income of owner and tenant farmers in Karanganyar Regency. The basic method of this research is a descriptive analysis method and conducted by survey method in the Karanganyar Regency. Sampling technique was used multistage cluster random sampling method. The results showed that relationship between the factors with farmers' income can be expressed in multiple linear regression models as follows: Y = -5,720E6 + 0,949X1 + 0,008X2 + 0,047X3 + 0,081D1 + 0,083D2 + e. The results of the regression analysis showed that land large, education level, number of family members, land rulership, and the use of credit jointly have significant effect on farmers' income. The individual factor of land large, land rulership, and the use of credit give the significant effect on farmers 'income, whereas level of education factor and the number of family members factor did not significantly affect to farmers' income. Keywords: Energy and Food Safety Credit, BRI, Income, Farming

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal sendiri dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap pendapatan petanipemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar.Metode dasar penelitian adalah metode analisis deskripsi dan pelaksanaannya dengan metode survei. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karanganyar. Pengambilan sampel dengan metode multistage cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan faktor-faktor dengan pendapatan petani dinyatakan dalam model fungsi regresi linier berganda yaitu: Y = -5,720E6 + 0,949X1 + 0,008X2 + 0,047X3 + 0,081D1 + 0,083D2 + e. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Secara individu faktor luas lahan, kepenguasaan lahan, dan penggunaan kredit berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani, sedangkan faktor tingkat pendidikan dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.

Kata Kunci: Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, BRI, Pendapatan, Usaha Tani

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan nasional adalah pembangunan dalam hal ekonomi. Pembangunan ekonomi pedesaan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Keberhasilan pembangunan ekonomi di pedesaan banyak didukung oleh kegiatan usaha di bidang pertanian.Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan meliputi pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan.

Menurut Ashari (2009) walaupun perannya sangat strategis, sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya keterbatasan permodalan petani dan pelaku usaha pertanian lain. Kebutuhan modal diperkirakan akan semakin

meningkat di masa mendatang seiring dengan semakin melonjaknya harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja. Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian, tidak hanya sebatas untuk keperluan investasi atau modal kerja, tetapi juga menghadapi tantangan lain berupa permasalahan infrastruktur pertanian.

Petani di pedesaan cenderung lebih sering mengakses kredit dari pihak informal dengan bunga yang tinggi. Petani sering merasa kesulitan dalam mengakses pinjaman yang dikeluarkan oleh lembaga pembiayaan formal karena persyaratan yang dinilai berbelit, memerlukan agunan, dan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, alokasi kredit untuk sektor pertanian cenderung kecil apabila dibandingkan dengan alokasi kredit untuk sektor perekonomian yang lain. Berikut adalah data mengenai alokasi kredit bank umum berdasarkan sektor ekonomi tahun 2007-2011 berdasarkan data statistik perbankan Indonesia tahun 2011.

Tabel 1. Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi tahun 2008-2011 (Miliar Rupiah)

Sektor Ekonomi Tahun

2008 2009 2010 2011

Pertanian, perburuan, dan sarana pertanian

67.202 77.412 90.999 114.725

Pertambangan 32.215 42.894 61.365 87.780

Perindustrian 271.187 247.440 275.404 344.597

Listrik, gas, dan air 18.475 24.560 34.116 45.841

Konstruksi 58.753 64.225 63.500 75.395

Perdagangan, restoran, dan hotel 259.632 301.382 339.639 405.442 Pengangkutan, pergudangan, dan

komunikasi

62.579 73.213 75.142 95.206 Jasa dunia usaha 152.302 150.843 179.398 224.146 Jasa sosial/masyarakat 15.747 17.038 44.232 57.980

Lain-lain 369.596 438.923 602.049 748.983

Jumlah 1.307.688 1.437.930 1.765.845 2.200.094

(3)

Salah satu bank yang menjadikan agribisnis sebagai salah satu sektor unggulan adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI sebagai lembaga pembiayaan yang dikenal dekat dengan masyarakat, khususnya di pedesaan, juga memiliki kontribusi dalam mendorong pengembangan pertanian. Salah satu bentuk kontribusi BRI adalah dengan menerapkan kebijakan pembiayaan di sektor agribisnis (Aviliani, 2008). Salah satu program kredit yang digulirkan oleh BRI terkait program revitalisasi pertanian adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). KKP-E merupakan salah satu programKementerian Pertanian berupa fasilitas kredit yang diberikan untuk usaha produktif dalam rangka

mendukung pelaksanaan program ketahanan pangan dan program pengembangan tanaman bahan baku dan bahan bakar nabati. KKP-E dapat diakses melalui Kantor Cabang BRI di seluruh wilayah Indonesia, dan salah satunya ada di Kabupaten Karanganyar.

Mayoritas penduduk di Kabupaten Karanganyar bekerja di sektor pertanian. Hal ini didukung dengan kondisi alam yang subur. Sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar sangat potensial untuk dikembangkan, terutama untuk meningkatkan pendapatan petani. Cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani adalah dengan meningkatkan akses permodalan petani yang salah satunya dengan KKP-E. Tabel 2. Jumlah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI Cabang

Karanganyar Tahun 2009-2011 (Rupiah)

Jenis Kredit Tahun

2009 2010 2011

KKP-E 2.517.700.000 3.756.407.100 3.651.244.600

Sumber: BRI Cabang Karanganyar Data yang diambil dari BRI Cabang Karanganyar, dari tahun 2009 hingga 2011 jumlah KKP-E yang diambil oleh petani berfluktuasi. Penuruan terjadi dari tahun 2010 ke tahun 2011. Hal ini disebabkan oleh penunggakan yang dilakukan oleh beberapa kelompok tani sehingga pemberian skim kredit tidak dapat diteruskan. Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain: (1) Bagaimana pengaruh modal sendiri terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar? dan (2) Bagaimana pengaruh Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar?

Tujuan penelitian ini antara lain: untuk menganalisis pengaruh modal sendiri terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar, dan untuk mengkaji pengaruh Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi BRI terhadap peningkatan pendapatan petani pemilik dan penggarap di Kabupaten Karanganyar.

METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis deskripsi. Analisa data dilakukan dengan cara analisis deskriptif dan distributif yaitu analisa terhadap data secara rinci. Pelaksanaan

(4)

penelitian dilakukan dengan teknik survei.

Metode Pengumpuan Data

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Kabupaten Karanganyar dipilih sebagai lokasi penelitian karena kelompok tani yang mengakses KKP-E BRI cukup banyak dengan jumlah kredit yang cukup tinggi dengan realisasi lebih dari 50% atau sekitar 53,69% dari plafon yang dianggarkan. KKP-E BRI untuk komoditas padi sendiri memiliki jumlah realisasi dan

presentase realisasi terhadap plafon terbanyak kedua yaitu sebesar 66,96 % dari plafon yang dianggarkan.

Populasinya adalah nasabah yang merupakan kelompok tani yang mengakses Kredit Katahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI Cabang Karanganyar pada tahun 2011 kemudian sampel diambil dari kelompok tani pengguna KKP-E terbanyak. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode gugus bertahap ganda (multistage cluster

random sampling).

Tabel 3. Penentuan Jumlah Sampel Petani Responden Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar

No Kelompok Tani Jumlah Petani Sampel Pengguna KKP-E Sampel Bukan Pengguna KKP-E Jumlah Sampel 1. Rukun Tani 578 15 15 30 2. Rukun Makaryo 106 15 15 30 Jumlah 684 30 30 60

Sumber: BRI Cabang Karanganyar, 2012 Metode Analisis Data

Menurut Soekartawi (2006), rumus matematis yang dapat digunakan untuk menghitung biaya adalah:

TC = FC + VC

Dimana TC adalah total biaya, FC adalah biaya tetap, VC adalah biaya variable. Menurut Soekartawi (2006), rumus matematis untuk menghitung pendapatan adalah:

I = TR - TC

Dimana I adalah pendapatan petani, TR adalah total penerimaan, TC adalah total biaya. R/C ratio digunakan untuk menghitung efisiensi usaha tani. Usaha tani dinilai efisien apabila nilai R/C ratio > 1. Menurut Suratiyah (2008), secara matematis R/C ratio dirumuskan sebagai:

R/C=TR TC

Dimana R/C adalah R/C ratio, TR adalah total penerimaan, dan TC adalah total biaya. Incremental B/C ratio digunakan untuk menghitung kemanfaatan usaha tani. Menurut Sutrisno (1983), secara matematis incremental B/C ratio dapat dirumuskan dengan:

IBCR= ∆B ∆C

Dimana IBCR adalah Incremental B/C ratio, ∆B adalah selisih penerimaan, dan ∆C adalah selisih biaya antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E, dengan kriteria: B/C > 1 Usaha tani padi petani

pengguna KKP-E lebih memberikan kemanfaatan daripada usaha tani petani bukan pengguna KKP-E. B/C < 1 Usaha tani padi petani

pengguna KKP-E tidak (1)

(2)

(3)

(5)

memberikan kemanfaatan daripada usaha tani petani bukan pengguna KKP-E. Analisis modal sendiri dan modal Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) BRI terhadap

peningkatan pendapatan

petanimerupakan analisis terhadap pendapatan petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E. Analisis ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda yaitu sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4D1+

β5D2+ e

Dimana Y adalah pendapatan petani (juta Rp); β0 adalah intercept

(konstanta); β1, β2,β3,β4, β5 adalah

koefisien regresi masing-masing variable; X1 adalah luas lahan (Ha);

X2 adalah tingkat pendidikan (tahun);

X3 adalah jumlah anggota keluarga

(orang); D1 adalah kepenguasaan lahan

(D = 1, petani pemilik, D = 0, petani penggarap); D2 adalah penggunaan

kredit (D = 1, pengguna KKP-E, D = 0, bukan pengguna KKP-E) dan e adalah

Term of error.

Dalam pengujian model digunakan uji adjusted R2, uji F, uji t, uji penyimpangan asumsi klasik, yaitu: uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas, serta uji beda pendapatan dan luas lahan petani pengguna KKP-E dan bukan pengguna KKP-E.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum mengenai latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan usaha tani pada petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Petani Sampel Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar

No Uraian KKP-E Bukan KKP-E

1. Jumlah petani responden (orang) 30 30

2. Rata-rata umur petani (tahun) 52 54

3. Pendidikan petani

a. Tidak Sekolah (orang) b. SD (orang)

c. SMP (orang) d. SMA (orang)

e. Perguruan Tinggi (orang)

2 10 9 9 0 2 9 6 11 2 4. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang) 4 4 5. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif

dalam UT padi (orang)

2 2

6. Rata-rata luas lahan yang digarap (Ha) 0,99 1

7. Rata-rata pengalaman untuk UT padi (tahun) 23 24

(6)

Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani padi penggunakan KKP-E dan bukan pengguna KKP-E masih tergolong dalam usia produktif yaitu rata-rata usia 52 tahun bagi petani pengguna KKP-E dan 54 tahun bagi petani bukan pengguna KKP-E.Tingkat pendidikan yang ditamatkan petani bervariasi. Petani pengguna KKP-E paling banyak menamatkan pendidikannya pada tingkat SD dan petani bukan pengguna KKP-E paling banyak menamatkan pendidikannya pada tingkat SMA.Rata-rata jumlah anggota keluarga petani pengguna KKP-E dan bukan pengguna KKP-E sama yaitu empat orang. Demikian juga dengan rata-rata jumlah

anggota keluarga yang aktif dalam usaha tani sama yaitu dua orang. Rata-rata luas lahan garapan petani pengguna KKP-E adalah 0,99 Ha dan rata-rata luas lahan garapan petani bukan pengguna KKP-E adalah 1 Ha.Petani pengguna KKP-E memiliki rata-rata pengalaman dalam usaha tani 23 tahun, sedangkan petani bukan pengguna KKP-E memiliki rata-rata pengalaman dalam usaha tani 24 tahun.

Analisis Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E BRI dan Petani Bukan Pengguna KKP-E BRI

Hasil analisis usaha tani petani pengguna KKP-E dan bukan pengguna KKP-E dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Besarnya Input dan Output dari Usaha Tani Padi Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012

No. Jenis KKP-E Bukan KKP-E

Per UT Per Ha Per UT Per Ha

Input: 1. Benih a. Jumlah (Kg) 45,75 46,21 47,27 47,27 b. Biaya (Rp) 457.483 462.104 450.623 450.623 2. Pupuk a. Jumlah (Kg) 1054,27 1065 1025,2 1025,2 b. Biaya (Rp) 1.723.891 1.741.304 1.733.354 1.733.354 3. Pestisida a. Jumlah (Kg/Lt) 25,29 26 24,66 24,66 b. Biaya (Rp) 245.056 247.531 401.823 401.823 4. Lain-lain a. Jumlah (Kg/Lt) 0,386 0,390 1,83 1,83 b. Biaya (Rp) 25.480 25.737 16.233 16.233 5. Tenaga Kerja a. Jumlah (HOK) 105 107 100 100 b. Biaya (Rp) 4.037.257 4.078.037 3.932.333 3.932.333 6. Biaya Lain-lain 3.500.529 3.535.888 2.656.901 2.656.901 7. Total biaya 9.989.696 10.090.602 9.191.268 9.191.268 Output: 1. Produksi (Kg) 6.937 7.007 6.593 6.593 2. Harga (Rp/Kg) 3.721 3.721 3.527 3.527 3. Penerimaan (Rp) 25.691.883 25.951.397 23.233.867 23.233.867 4. Pendapatan (Rp) 15.702.187 15.860.795 14.042.598 14.042.598 5. Efisiensi 2,57 2,50 6. Kemanfaatan 3,517

(7)

Berdasarkan Tabel 5.dapat dilihat bahwa penggunaan input baik jumlah fisik maupun biaya yang dikeluarkan oleh petani padi pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E bervariasi. Demikian pula dengan jumlah produksi, penerimaan, harga, pendapatan, efisiensi, dan kemanfaatannya.Rata-rata biaya sarana produksi terbesar yang dikeluarkan petani adalah biaya pupuk yaitu sebesar Rp 1.741.304,00 per Ha bagi petani pengguna KKP-E dan Rp 1.733.354,00 per Ha bagi petani bukan pengguna KKP-E. Sedangkan secara keseluruhan, rata-rata biaya terbesar yang dikeluarkan adalah biaya tenaga kerja. Upah tenaga kerja yang diberikan bervariasi sesuai dengan jenis kegiatan. Besar upah tenaga kerja perorangan adalah sebesar Rp 45.000,00/HOK/hari. Upah pengolahan tanah dengan traktor adalah sebesar Rp 200.000,00/patok. Upah tanam adalah sebesar Rp

170.000,00 hingga Rp

300.000,00/patok. Upah pemanenan adalah sebesar Rp 400.000,00/patok hingga Rp 800.000,00/patok tergantung letak lahan dan kondisi tanaman.

Rata-rata produksi padi usaha tani padi petani pengguna KKP-E adalah 7.007 Kg/Ha dengan rata-rata harga Rp 3.721,00/Kg sehingga didapatkan rata-rata penerimaan sebesar Rp 25.951.397,00/Ha dan pendapatan sebesar Rp 15.835.880,00/Ha. Rata-rata produksi padi usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E adalah 6.593 Kg/Ha dengan rata-rata harga Rp 3.527,00/Kg sehingga didapatkan rata-rata penerimaan sebesar Rp 23.233.867,00/Ha dan pendapatan sebesar Rp 14.042.598,00/Ha. Perbedaan jumlah produksi disebabkan oleh perbedaan jumlah curahan input usaha tani. Perbedaan harga jual disebabkan oleh kerja sama yang dijalani oleh petani pengguna KKP-E

melalui kelompok tani dengan mitra yaitu PT. Pertani.

Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui nilai efisiensi usaha tani padi petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E lebih besar dari 1, maka kedua usaha tani tersebut efisien. Nilai Incremental B/C Ratio dua usaha tani tersebut sebesar 3,517 atau lebih besar dari 1 maka, usaha tani padi petani pengguna KKP-E lebih memberikan kemanfaatan daripada usaha tani padi petani bukan pengguna KKP-E. Setiap 1 rupiah biaya yang dikorbankan akan menghasilkan kemanfaatan sebesar 3,517 rupiah. Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani Padi

Menurut Sumodiningrat (2004) analisis regresi linier berganda ialah suatu model regresi yang variabel terikatnya merupakan fungsi linier dari dua variabel bebas atau lebih.Data yang telah dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS didapatkan persamaan sebagai berikut:

Y = -5,720E6 + 0,949X1 + 0,008X2 +

0,047X3 + 0,081D1 + 0,083D2 + e

Dimana Y adalah pendapatan petani (juta Rp); β0 adalah intercept

(konstanta); β1, β2,β3,β4, β5 adalah

koefisien regresi masing-masing variable; X1 adalah luas lahan (Ha);

X2 adalah tingkat pendidikan (tahun);

X3 adalah jumlah anggota keluarga

(orang); D1 adalah kepenguasaan lahan

(D = 1, petani pemilik, D = 0, petani penggarap); D2adalah penggunaan

kredit (D = 1, pengguna KKP-E, D = 0, bukan pengguna KKP-E), dan e = Term

(8)

Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Beberapa Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani Petani Anggota Kelompok Tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo di Kabupaten Karanganyar MT II Tahun 2012

No Variabel Koefisien Regresi thitung Sig.

1. Luas Lahan (X1) 0,949 31,749 0,000***

2. Tingkat Pendidikan (X2) 0,008 0,251 0,803ns

3. Jumlah Anggota Keluarga (X3) 0,047 1,625 0,110ns

4. Kepenguasaan Lahan (D1) 0,081 2,642 0,011** 5. Penggunaan Kredit (D2) 0,083 2,852 0,006 *** R = 0,977 Adj. R2 = 0,951 Fhitung = 230,577 F Sig. = 0,000***

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan: **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ***) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99%

ns

) :tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90%, 95%, dan 99%

Uji adjusted R2

Nilai adj. R2 berdasarkan analisis model adalah sebesar 0,951, yang artinya bahwa variabel modal sendiri, modal KKP-E, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan kepenguasaan lahan bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan variabel pendapatan petani sebesar 95,1% dan sisanya sebesar 4,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Pengaruh Faktor-faktor terhadap Usaha Tani Padi (Uji F)

Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di dalam model dapat dilakukan dengan uji simultan (uji F).Nilai F-hitung sebesar 230,577 lebih besar daripada F-tabel yaitu sebesar 3,38. Hal ini menunjukkan bahwa variabel modal sendiri, modal KKP-E, luas lahan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan kepenguasaan lahansecara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan usaha tani petani di Kabupaten Karanganyar.

Pengaruh Masing-masing Faktor terhadap Pendapatan Usaha Tani Padi (Uji t)

Luas lahan secara individu berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 0,949 menunjukkan setiap penambahan luas lahan sebesar 1 Ha akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 949.000,00. Semakin luas lahan maka jumlah benih yang ditanam semakin banyak, dengan jarak tanam yang tepat akan meningkatkan jumlah produksinya. Semakin banyak jumlah produksi maka semakin banyak hasil yang akan dijual sehingga pendapatan juga meningkat.

Tingkat pendidikan secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 95%. Pendidikan formal tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan petani. Informasi yang didapatkan oleh petani cenderung didapatkan dari pendidikan non formal seperti kursus dan penyuluhan.

Jumlah anggota keluarga secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat

(9)

kepercayaan 95%. Rata-rata dalam satu rumah tangga petani hanya ada dua orang saja yang aktif dalam usaha tani. Sebagian dari anggota keluarga lebih memilih untuk bekerja di luar usaha tani dan sebagian lagi masih sekolah.

Kepenguasaan lahan secara individu berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 0,081 menunjukkan bahwa apabila merupakan petani pemilik maka akan memiliki pendapatan lebih besar Rp 81.000,00 daripada petani penggarap. Besarnya biaya yang harus dicurahkan petani berkaitan dengan sewa lahan dan pajak tentu akan berpengaruh pada besarnya pendapatan usaha taninya.

Penggunaan kredit berkaitan apakah petani menggunakan KKP-E atau tidak. Pada petani pengguna KKP-E komponen modal yang digunakan merupakan modal sendiri dan modal KKP-E, sedangkan petani bukan pengguna KKP-E hanya menggunakan modal sendiri saja. Penggunaan kredit secara individu berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani anggota kelompok tani Rukun Tani dan Rukun Makaryo pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 0,083 menunjukkan bahwa apabila petani menggunakan KKP-E sebesar Rp 1.000.000,00 akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 83.000,00 namun apabila tidak menggunakan KKP-E maka tidak menambah pendapatan.

Keterbatasan modal merupakan hal yang sering dihadapi oleh petani. Bantuan modal kredit program dari Kementerian Pertanian berupa KKP-E yang disalurkan melalui BRI cabang Karanganyar sedikit banyak membantu petani dalam proses produksi usaha taninya, seperti untuk pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan

lain-lain. KKP-E sendiri diangsur sebanyak tiga kali dalam setahun dengan sistem

yarnen atau bayar setelah panen.

Modal yang dimiliki petani digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan sebagai modal untuk kegiatan usaha tani. Pada kegiatan usaha tani, rata-rata petani pengguna KKP-E menggunakan modal sendirinya berupa peralatan dan lahan. Selain itu modal sendiri juga digunakan untuk memenuhi sebagian dari biaya tenaga kerja luar. Modal KKP-E digunakan petani untuk membeli sarana produksi dan sisanya digunakan untuk membayar tenaga kerja luar. Sedangkan pada petani bukan pengguna KKP-E semua pengeluaran baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kegiatan usaha tani dicukupi dengan modal sendiri.

Beberapa alasan diutarakan oleh petani dalam memilih untuk menggunakan atau tidak menggunakan KKP-E. Petani memilih untuk menggunakan KKP-E karena bunga KKP-E rendah, agunan ringan (tidak menggunakan agunan), persyaratan mudah, kebutuhan usaha tani yang mendesak untuk dicukupi, serta beberapa petani hanya karena ikut ketua kelompok tani. Petani memilih untuk tidak menggunakan KKP-E dengan alasan modal yang dimiliki dinilai sudah mencukupi untuk kegiatan usaha tani, kurangnya keberanian petani mengambil kredit dari sektor perbankan, dan tidak semua petani mengetahui adanya KKP-E sehingga tidak banyak petani yang mengajukan.

Pengajuan KKP-E yang tidak menggunakan agunan sangat membantu petani dalam memperoleh kemudahan memperoleh pinjaman. Namun pada pelaksanaannya terdapat permasalahan, salah satunya ada pengguna KKP-E yang kurang bertanggung jawab untuk tidak mengembalikan KKP-E dengan

(10)

alasan tertentu. Selain itu, banyaknya kredit macet menyebabkan pengurus kelompok tani yang berperan sebagai penanggung jawab harus menanggung terlebih dahulu sisa angsuran KKP-E yang belum dibayarkan.

Arsyad (2004) menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian jika pertanian akan dikembangkan dengan baik. Mosher mengelompokkan syarat-syarat pembangunan tersebut menjadi dua yaitu syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar. Syarat mutlak terdiri dari: adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani, teknologi yang senantiasa berkembang, tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara lokal, adanya perangsang produksi bagi petani, dan tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Sedangkan syarat-syarat pelancar tersebut antara lain: pendidikan pembangunan, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian, perencanaan nasional pembangunan pertanian, dan kredit produksi.

Syukur, et al., (1998) menyatakan bahwa peran kredit sebagai pelancar pembangunan pertanian antara lain: (1) Membantu petani kecil dalam mengatsi keterbatasan modal dengan bunga yang relatif ringan, (2) Mengurangi ketergantungan petani dengan pedagang perantara dan pelepas uang, dengan demikian berperan dalam memperbaiki struktur dan pola pemasaran hasil pertanian, (3) Mekanisme tranfer pendapatan diantara masyarakat untuk mendorong pemerataan, (4) Insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi usahatani. Pengujian Asumsi Klasik

Berdasarkan hasil perhitungan nilai matrik Pearson Corelation

diketahui bahwa nilai terbesar dari keseluruhan korelasi antara variabel-variabel bebas adalah 0,291 atau tidak lebih besar dari 0,9 sehingga dapat

disimpulkan dalam model tidak terdapat multikolinearitas.

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola sebaran titik-titik pada diagram scatterplot. Berdasarkan hasil analisis data pada diagram

scatterplot dapat diketahui bahwa

titik-titik tersebar dalam empat kuadran dan tidak membentuk suatu pola tertentu sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Beda Pendapatan dan Luas Lahan Petani Pengguna KKP-E dan Petani Bukan Pengguna KKP-E

Berdasarkan uji t-test rata-rata pendapatan petani untuk reponden petani pengguna KKP-E adalah Rp 1.570.000,00 sedangkan untuk responden petani bukan pengguna KKP-E adalah Rp 1.390.000,00. Secara absolut pendapatan petani berbeda antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E. F hitung levene test sebesar 0,026 dengan probabilitas 0,872 atau>0,05 maka disimpulkan memiliki variance yang sama. Nilai t pada equal variance

assumed adalah 0,576 dengan

probabilitas signifikansi 0,567 (two

tail), sehingga dapat disimpulkan bahwa

rata-rata pendapatan petani tidak berbeda secara signifikan antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E. Modal KKP-E digunakan petani sebagai faktor pelancar dalam usaha taninya. KKP-E dimanfaatkan petani untuk memenuhi kebutuhan akan sarana produksi dan sebagai sarana untuk memenuhi inovasi teknologi yang disarankan.

Rata-rata luas lahan untuk reponden petani pengguna KKP-E adalah 0,9907 Ha sedangkan untuk responden petani bukan pengguna KKP-E adalah 0,9960 Ha. Secara absolut luas lahan petani berbeda antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E. F hitung levene test

(11)

sebesar 0,296 dengan probabilitas 0,589 atau >0,05 maka disimpulkan memiliki rata-rata yang sama. Nilai t pada equal

variance assumed adalah -0,032 dengan

probabilitas signifikansi 0,975 (two

tail), sehingga dapat disimpulkan bahwa

rata-rata luas lahan petani tidak berbeda secara signifikan antara petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada usaha tani petani pengguna KKP-E dan petani bukan pengguna KKP-E di Kabupaten Karanganyar dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis variabel modal penggunaan kredit diperoleh t-hitung sebesar 2,852 lebih besar daripada t-tabel sebesar 2,397 dengan nilai signifikansi 0,006 lebih kecil dari batas kesalahan yang dapat terjadi yaitu 0,010 sehingga variabel penggunaan kredit berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani pada tingkat kepercayaan 99%. Koefisien regresi sebesar 0,083 menunjukkan bahwa: apabila petani menggunakan KKP-E sebesar Rp 1.000.000,00 maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 83.000,00.Apabila tidak menggunakan KKP-E atau hanya menggunakan modal sendiri maka tidak menambah pendapatan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, beberapa hal yang dapat disarankan adalah adanya penyuluhan lebih lanjut mengenai KKP-E oleh pemerintah melalui PPL supaya seluruh petani menjadi paham mengenai program pemerintah dalam hal kredit permodalan utamanya KKP-E dan manfaatnya untuk usaha tani, sekaligus sebagai bentuk pengawasan supaya pelaksanaannya tepat sasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi YKPN.

Yogyakarta.

Ashari. 2009. Peran Perbankan Nasional dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di Indonesia. Forum

Penelitian Agro Ekonomi. Vol.

27 No. 1 Juli 2009. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Aviliani. 2008. Peran BRI dalam Membangun Ekonomi Berbasis Agribisnis yng Tangguh dan Kompetitif. Agrimedia. Vol. 13 No. 1 Juni 2008.

Bank Indonesia. 2011. Statistik Perbankan Indonesia. Vol. 10

No. 2 Desember 2011. Bank Indonesia. Jakarta.

BRI Cabang Karanganyar. 2012. Data

Nasabah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)

BRI Cabang Karanganyar.

Data Internal BRI Cabang Karanganyar. Karanganyar. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani.

UI Press. Jakarta.

Sumodiningrat, Gunawan. 2004.

Ekonometrika Pengantar.

BPFE. Yogyakarta.

Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutrisno, P. H. 1983. Dasar-dasar

Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta. Syukur, Sumaryanto dan Sumedi.1998.

Kinerja Kredit Pedesaan dan Alternatif Penyempurnaannya

Untuk Pengembangan

Pertanian. Pusat Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Besar momen gaya (torsi) adalah besar lengan gaya kali besar gaya, dengan lengan gaya Besar momen gaya (torsi) adalah besar lengan gaya kali besar gaya, dengan lengan gaya tegak

[r]

Hasil angket tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami beberapa permasalahan antara lain yaitu: (1) kesulitan mengikuti mata pelajaran produktif atau keahlian yang

Keadaan yang demikian ini, tentu saja menimbulkan kesan bahwa di Indonesia telah ada UU tentang agraria / pertanahan yang bersifat nasional, ternyata di sebagian wilayah negara

Modul ini berfungsi untuk memasukkan data login pengguna kedalam sistem, tugas dari seorang login pengguna adalah melakuan input data sesuai dengan hak aksesnya

Walau bagaimanapun objektif kajian ini adalah melihat corak migrasi buruh India selepas pembukaan Pulau Pinang dan bagaimana pengaruh sosial seperti sistem kasta,

Mereka membantah kerajaan penjajah British melaksanakan peperiksaan sekolah Cina dan menyeru semua pelajar terlibat dalam gerakan anti-Jepun.aa Apabila Jepun

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapat hasil bahwa dari sekian banyak responden, ternyata sebagian besar pernah memberikan review maupun rating pada