Dana Modal Asing & Pergerakan IHSG
Laju IHSG semenjak posisi penutupan bursa pada tahun 2008 di level 1355.41 terus menerus menunjukkan tren penguatan dalam jangka panjang hingga Q1 2013. IHSG akhirnya ditutup menguat di level 4316.69 pada akhir Desember 2012 dengan return tahunan sebesar 12.94% dan CAGR 4 tahun (2008-2012) sebesar 26.07% posisi CAGR 4 tahun IDX adalah yang tertinggi relatif terhadap bursa global dan regional.Weekly Research
Kamis, April 11, 2013 Bagus Permadi bagus@woorisec.com
Tidak berhenti sampai disitu saja, IHSG terus bergerak naik seakan tak terhenti ditengah menurunnya kondisi pasar global, yang sejak awal 2013 utamanya dipen-garuhi oleh isu-isu besar seperti Fiscal Cliff, krisis perpolitikan Italia, krisis per-bankan Siprus, dan potensi konflik di semenanjung Korea yang menekan return bursa global. Tercatat pada akhir kuartal I 2013, IHSG ditutup di posisi 4940.99 den-gan return Q1 2013 sebesar 14.46%, IHSG berada pada urutan tertinggi posisi Indeks dunia (kedua dibawah Nikkei) dan jauh melampaui posisi bursa global dan regional lainnya.
Sumber: WKSI Data
Chart 1: CAGR 4 Tahun Index Regional dan Global
Sumber: WKSI Data
Sejak krisis 2008 yang melanda perekonomian global, perekonomian negara-negara maju seakan terus-menerus dihajar oleh badai krisis. Kita melihat bagaimana Eropa bergelut dengan berbagai permasalahan, mulai dari krisis
sovereignty debt yang berakar dari Yunani, masalah perpolitikan Italia, dan krisis
perbankan Siprus. Sedangkan di Amerika, isu defisit perekonomian sebagai akibat kebijakan tax-cuts era Bush membuat pasar modal Amerika dalam posisi tertekan di akhir 2012 seperti terlihat di chart 3. Hal ini membuat pasar negara berkembang tampak semakin menarik sebagai alternatif investasi terbaik yang menawarkan return lebih tinggi berbanding resiko bagi para investor global, dengan tingkat pertumbuhan GDP yang jauh melebihi kawasan Amerika dan Eropa, Asia merupakan salah satu tujuan investasi utama investor global.
Pertimbangan apa saja yang membuat ekspektasi akan laju IHSG tersebut demikian optimis sebelumnya?
Sumber: Bloomberg, WKSI Data Chart 3: Return Q4 2012
Sumber: World Bank, WKSI Data Chart 4: Pertumbuhan GDP
Berdasarkan konsensus sebelumnya, valuasi IHSG diperkirakan akan mampu menembus level 5,000 pada tahun 2013 ini. Kontributor terbesar terhadap pergerakan IHSG salah satunya adalah meningkatnya arus masuk dana modal asing (foreign capital inflow) yang dimulai semenjak efek krisis global 2008 yang lalu melaui mereda. Pada Q1 2009, sebagai dampak dari krisis 2008, total dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia (total foreign buy) tercatat menurun sebesar -67.91% dari periode yang sama setahun sebelumnya ke angka Rp 25.18 triliun, meski demikian, penurunan ini tidak diikuti pula oleh lonjakan aksi jual asing, sehingga bursa tetap mencatat foreign net buy pada level Rp 94 milyar (-0.38% yoy). Namun pada kuartal berikutnya, nilai transaksi asing tercatat naik drastis hingga 5,500% (q-to -q) ke posisi Rp 5.32 triliun pada Q2 2009.
Tren naiknya transaksi beli asing ini secara umum berlanjut hingga akhir Q1 2013 (meskipun terjadi penurunan nilai transaksi secara signifikan pada Q2 dan Q4 2011, mayoritas transaksi asing tetap mencatatkan net buy), hal ini berdampak positif terhadap total volume transaksi total IDX dan turut berkontribusi terhadap laju IHSG sehingga mencatatkan posisi penutupan all-time high 2013 di level 4,981.46 pada 3 April 2013.
Sumber: IDX, WKSI Data
Chart 5: JCI dan Transaksi Asing
Sumber: IDX, WKSI Data
Chart 6: JCI dan Transaksi Net Asing
Dalam konteks global, pergerakan arus modal masuk ke instrumen saham di pasar modal Negara berkembang mulai meningkat pesat di awal tahun 2013. Namun dari manakah dana tersebut berasal? Pasca krisis 2008, sebagian besar investor lebih memilih investasi yang relatif aman dengan profil resiko rendah meski return yang ditawarkan lebih kecil, oleh karena itu kita bisa melihat peningkatan signifikan arus modal masuk ke pasar uang pada periode ini. Namun, memasuki 2010 hingga ke tahun 2012, preferensi resiko sebagian besar investor mulai berubah, investor menginginkan tingkat return yang lebih tinggi namun dengan tingkat risk yang lebih aman dari saham, karena kondisi pasar saham di negara-negara maju masih menunjukkan tren menurun, oleh karena itu dana keluar dari pasar uang lalu ma-suk ke obligasi (lihat chart 7). Kita juga dapat melihat peningkatan pada alokasi saham meningkat sejak 2010, meskipun tidak sebesar porsi obligasi, peningkatan arus modal masuk ke saham utamanya terjadi di negara-negara BRIC (Brazil, Russia, India, dan China) dan negara-negara berkembang lainnya dan terlihat semakin pesat di 2 bulan pertama 2013 (lihat chart 8).
Sumber: IDX, WKSI Data
Chart 7: Arus Dana Mingguan Kumulatif Ke Kelompok Fund 2007-2012
Sumber: EPFR,
Chart 8: Arus Dana Tahunan Masuk ke Pasar Saham BRIC
Memasuki tahun 2013 tren kembali berubah, preferensi investor akan tingkat re-turn yang lebih tinggi didorong oleh meningkatnya ekspektasi investor akan per-baikan ekonomi China menyebabkan arus modal membanjiri pasar saham (optimisme ini diperkuat oleh naiknya data Manufacturing PMI (Purchasing
Man-ager Index) China sejak pertengahan 2012 ke level 53.1).
Sumber: EPFR, Citi Research
Chart 9: Data arus modal pada obligasi dan saham di emerging markets
Sumber: HSBC & Stats.gov.cn
Chart 10: Data Resmi PMI Cina & Data PMI HSBC
Data PMI Manufaktur China kembali rebound ke titik 50.4 pada Januari 2013 sete-lah sebelumnya jatuh ke titik terendahnya di bulan Agustus pada level 49.2. Hal ini menjadi salah satu faktor katalis utama yang mendorong meningkatnya arus modal masuk ke pasar saham negara berkembang di kawasan Asia.
Berdasarkan data dari lembaga pelacak arus dana global, EPFR, selama periode Januari hingga Februari 2013, sekitar kurang lebih USD 32.5 milyar dana asing ma-suk ke pasar saham negara berkembang (termama-suk Indonesia). Selama periode ini pula, return IHSG meningkat 11.09% dengan posisi penutupan Februari 4795.79. Hingga bulan Februari arus dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia ber-jumlah sekitar USD 660 juta, melebihi dana yang masuk ke obligasi sebesar USD 587 juta. Perbandingan tersebut masih tampak kecil jika kita melihat perbandingan keduanya pada negara-negara berkembang lainnya.
Sumber: EPFR
Chart 11: Perbandingan Antara Arus Dana Masuk Ke Saham dan Bond
Sumber: EPFR
Chart 12: Posisi Dana Asing Masuk Di Emerging Market Februari 2013
Bagaimana tren pergerakan dana asing tersebut setelah Q1 2013?
Memasuki bulan Maret 2013, arah pergerakan dana asing kembali berubah, kondisi perekonomian China ternyata tidaklah sepesat perkiraan sebelumnya. Di sisi lain, pasar modal Amerika dan Jepang yang mulai mengalami tren bullish sejak awal 2013, semakin meningkat pesat dengan rekor pencapaian tertinggi pada bulan Ma-ret, yang tidak lama kemudian kembali dilampaui oleh pencapaian April 2013. Laju Nikkei yang ditopang oleh pelemahan Yen dan paket stimulus Bank of Japan mampu mengangkat posisi Nikkei semakin tinggi. Sedangkan indeks saham Amerika semakin menguat didorong oleh data positif “New House Sales” yang di bulan Februari sebesar 437,000 (lebih tinggi dari estimasi 381,000), dimana hasil data tersebut berdampak positif terhadap data tenaga kerja Amerika Serikat (Non-Farm Employment Change) di bulan Maret yang naik pesat sebesar 236,000 (jauh diatas konsensus sebesar 162,000). Hal ini berperan sangat besar sebagai katalis naiknya indeks saham Amerika secara keseluruhan pada periode ini, sehingga kita dapat melihat secara bertahap arus dana keluar mulai terlihat dari negara-negara berkembang, kembali ke negara maju (lihat chart 13).
Sumber: EPFR, The Economic Times
Chart 13: Posisi Net Flow Arus Dana Asing Jan-Mar 2013
Sumber: Bloomberg
Chart 14: Rally DJIA, S&P 500, dan Nasdaq Sejak Awal 2013
Berdasarkan data EPFR, tekanan dana asing untuk keluar dari Emerging Markets memuncak hingga sebesar USD 2 milyar dalam periode maret 2013, hal tersebut dikarenakan meningkatnya performa pasar saham Jepang dan Amerika pada pe-riode ini menyebabkan investor ingin turut serta menikmati return tinggi tersebut. Namun jumlah dana keluar ini masih tidak lebih besar dari angka Net Inflows dana modal asing di emerging market sebesar lebih dari USD 25 milyar pada Maret 2013. Hal ini terus berlangsung hingga di awal April 2013. Dampak dari arus keluar ini pada pasar modal Indonesia dapat dilihat dari meningkatnya transaksi jual asing di Bursa Efek Indonesia (lihat chart 5 Hal. 3).
Kesimpulan
Pasar saham negara berkembang masih mampu menawarkan tingkat return yang lebih menarik dari pasar saham negara maju dalam jangka panjang, hal ini didu-kung oleh tingginya angka pertumbuhan GDP negara berkembang relatif terhadap negara maju yang berdasar pada tingginya tingkat konsumsi dalam negeri (lihat chart 4).
Kenaikan Nikkei dan Pasar Saham Amerika Serikat yang memicu keluarnya dana asing dari pasar negara berkembang mungkin tidak akan berlangsung lama di tahun ini, karena kondisi fundamental perekonomian kedua negara belum benar-benar membaik. Masih terdapat peluang besar bahwa dana modal asing tersebut akan kembali ke emerging market. Seiring kembali memudarnya kondisi bullish tem-porer yang kini terjadi.
Pada posisinya sekarang, IHSG sudah berada dalam kondisi overbought, indikator
slow stochastics menunjukkan tren telah berbalik menuju kondisi bearish, seperti
ditunjukkan oleh crossing %K line terhadap %D line semenjak minggu kedua Maret 2013. Pergerakan sideways IHSG, mulai menunjukkan tren melemah seperti dapat dilihat dari indikator MACD yang terus mengalami penurunan dari posisi tertinggi yang sama pada minggu kedua Maret 2013 hingga saat ini (lihat chart 15).
Sumber: IDX, WKSI Data
Chart 15: Chart Teknikal Mingguan IHSG s/d April 10, 2013
IHSG merupakan indeks yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan modal asing, akibat tingginya persentase transaksi asing. Pada tahun 2012, dari total nilai tran-saksi bursa, sebesar 85% merupakan bagian dari trantran-saksi asing. Namun tingkat optimisme pasar yang masih demikian tinggi disertai dengan tingginya frekuensi transaksi asing yang mencatatkan foreign net buy hingga Q1 2013, masih mampu melambungkan posisi IDX mendekati angka 5,000. IHSG masih memiliki peluang untuk kembali menguat hingga mencapai level 5,000 jika didukung oleh pergerakan dana asing lebih lanjut masuk ke pasar, namun secara teknikal, pergerakan naik IHSG telah exhaustive, dan peluang koreksi terbuka lebar. Keluar masuknya dana asing sangat mempengaruhi posisi IHSG yang sudah overvalued ini. Untuk jangka waktu menegah, pergerakan IHSG diperkirakan akan didominasi pergerakan side-ways, gain yang terbatas, dan tekanan koreksi yang akan semakin tinggi.
Disclaimer :
This report, and any electronic access to it, is restricted to and intended only for clients of PT Woori Korindo Securities Indonesia or a related entity to PT Woori Korindo Securities Indonesia. This document is for information only and for the use of the recipient. It is not to be reproduced or copied or made available to others. Under no circumstances is it to be considered as an offer to sell or solici-tation to buy any security. Any recommendation contained in this report may not to be suitable for all investors. Moreover, although the information contained herein has been obtained from sources believed to be reliable, its accuracy, completeness and reliability cannot be guaranteed. We expressly disclaim any responsibility or liability (express or implied) of P.T. Woori Korindo Securities Indonesia, its affiliated companies and their respective employees and agents whatsoever and howsoever arising (including, without limitation for any claims, proceedings, action, suits, losses, expenses, damages or costs) which may be brought against or suffered by any person as a results of acting in reliance upon the whole or any part of the contents of this report and neither P.T. Woori Korindo Securities Indonesia, its affiliated companies or their respective employees or agents accepts liability for any errors, omissions or misstatements, negligent or otherwise, in the report and any liability in respect of the report or any inaccuracy therein or omission therefrom which might otherwise arise is hereby expresses disclaimed.
All rights reserved by PT Woori Korindo Securities Indonesia