• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang terkenal kaya akan keanekaragamannya. Keanekaragaman tersebut ditunjukkan dengan adanya berbagai suku, agama, ras, dan kebudayaan. Kekayaan keanekaragaman ini memang menambah khazanah bangsa indonesia tetapi hal itu juga menyimpan banyak perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan konflik. Konflik pertama diawali dengan konflik laten kemudian apabila itu dibiarkan secara terus menerus akan berkembang menjadi konflik secara fisik. Lewis Coser mengungkapkan bahwa “Konflik adalah suatu perjuangan untuk mencapai tujuan tertentu dimana tujuan tertentu yang berlainan dan ketika tujuan tersebut sulit didapat, lama kelamaan konflik ini dapat berlanjut dengan tujuan saling menyakiti” (Suminar, 2003: 137).

Banyak sekali konflik antar umat beragama yang terjadi di Negara Indonesia. Mulai dari perselisihan antar pemeluk agama, permasalahan rumah ibadah sampai permasalahan pribadi yang dibawa keranah agama. Konflik antar umat beragama adalah konflik yang sangat sensitif sekali karena hal ini menyangkut agama. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rusnaini, Hendri N, dan Rini T (2012: 15) menjelaskan tentang konflik antar pemeluk agama di Surakarta “Konflik yang paling sering terjadi adalah konflik pemeluk agama Islam dan Kristen berkaitan pembangunan tempat ibadah. Pada bulan Desember 2010, pembangunan gereja di pinggir kali daerah Sangkrah di protes dan di datangi kelompok laskar. Konflik terjadi karena kelompok laskar memprotes di bangunnya gereja karena sejak musibah kebanjiran, umat Kristen yang tinggal di bantaran kali sudah direlokasi ke tempat lain”.

Kebebasan beragama adalah hak asasi setiap manusia. Sahibi Naim (1983: 28) berpendapat bahwa “Kemerdekaan beragama merupakan salah satu hak yang paling asasi, karena kebebasan beragama langsung bersumber kepada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan”. Kebebasan memeluk agama di Indonesia diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 2 yaitu

(2)

commit to user

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Terlihat jelas bahwa kemerdekaan beragama adalah hak asasi manusia dan negara dengan tegas melindungi kebebasan beragama penduduk Indonesia.

Penduduk melaksanakan kegiatan keagamaan, tentunya membutuhkan rumah ibadah. Selain untuk melaksanakan kegiatan keagamaan, tempat ibadah juga digunakan untuk menyebarkan ajaran keagamaan. Nurcholish Madjid (2001: 64) mengemukakan bahwa “Rumah ibadah adalah simbol keagamaan yang paling tinggi, dimana digantungkan makna kehidupan hakiki serta harapan dan masa depan dunia lain yang lebih sesuai dengan doa setiap habis sembahyang”. Namun sekarang banyak ditemukan konflik umat beragama yang dipicu karena rumah ibadah. Menurut Rudiansyah Putra Sinaga (2012: 3) “Pendirian dan pembangunan rumah ibadah yang forum eksternum menjadi isu yang dapat memicu ketegangan dan bahkan konflik antar warga berbeda agama”(http://LBHYogyakarta.com).

Adanya berbagai permasalahan antar umat beragama, dimana hal ini dapat mengancam keutuhan bangsa. Maka berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 tahun 2006 dan Nomor 8 tahun 2006 terbentuklah Forum Kerukunan Umat Beragama di provinsi dan kabupaten/kota. Berdasarkan pasal 1 butir 6 peraturan tersebut, Forum Kerukunan Umat Beragama atau yang disingkat FKUB memiliki tujuan “Forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi Pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan”. Jadi dibentuknya Forum Kerukunan Umat Beragama bertujuan untuk menjaga kerukunan di masing-masing daerah. Begitu juga di Kota Surakarta yang masyarakatnya sangat majemuk, untuk menjaga kerukunan, Pemerintah Kota Surakarta mendirikan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) melalui Keputusan Walikota Nomor : 450/20/1/2007 maka terbentuklah Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Kota Surakarta. Melalui Keputusan Walikota Nomor : 450/20/1/2007 maka terbentuklah Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama

(3)

commit to user

(FKUB) di Kota Surakarta dijelaskan bahwa Forum Kerukunan Umat Beragama memiliki tugas:

1. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat. 2. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat. 3. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk

rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota.

4. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat.

5. Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan rumah ibadat. Berdasarkan tujuan dan tugas terlihat bahwa Forum Kerukunan Umat Beragama memegang peranan penting dalam memelihara kerukunan umat beragama di Kota Surakarta. Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama, akan terpelihara kerukunan umat beragama di Kota Surakarta, mengingat kondisi masyarakat Surakarta sangat majemuk jika dilihat dari segi agamanya. Salah satu tugas yang dilakukan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama adalah memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadah oleh masyarakat. Rumah ibadah adalah tempat untuk beribadah umat beragama, jadi Forum Kerukunan Umat Beragama sangat berperan mengenai pendirian rumah ibadah. Namun demikian, nampaknya pelaksanaan pemeliharaan kerukunan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama di Kota Surakarta masih berjalan kurang optimal dan tidak sesuai tujuan karena sampai saat ini masih banyak terjadi konflik rumah ibadah di masyarakat. Terbukti dengan adanya beberapa konflik rumah ibadah yang terjadi di Kota Surakarta.

Berbagai konflik rumah ibadah ditunjukkan dengan berbagai permasalahan rumah ibadah di Kota Surakarta. Menurut data inventarisasi permasalahan pendirian rumah ibadah di Kota Surakarta, Seksi Kesatuan dan Ketahanan Bangsa, di Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Surakarta. Tahun 2009, tidak terpenuhinya unsur kerukunan atas rencana pendirian rumah ibadah yaitu di Gereja Bukit Sion Kelurahan Tipes Kecamatan Laweyan. Tahun 2011, adanya aduan dari Forum Silahturahmi Masjid Etan Tanggul terkait pendirian pembangunan yang akan digunakan untuk peribadatan Gereja yang diduga belum

(4)

commit to user

memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) di Kelurahan Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon. Tahun 2012, penolakan dan pencabutan dukungan oleh warga setempat terhadap rencana pendirian gereja GISI di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari.

Berdasarkan hasil pra penelitian yang peneliti lakukan kepada Bapak Joko Sudibyo selaku Kasi Kesatuan dan Pertahanan Bangsa, beliau menuturkan:

Konflik rumah ibadah terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi IMB rumah ibadah sebelum mendirikan rumah ibadah. Di tahun 2013 ini terjadi beberapa masalah mengenai rumah ibadah, diantaranya: (1) Pengaduan dari masyarakat, ada sebagian warga yang tidak setuju dengan berdirinya gereja di Kampung Jayengan Kelurahan Notosuman...(2) Ada pengaduan dari masyarakat tentang rumah warga yang dijadikan tempat peribadatan di Pajang...(3) Ada pengaduan dari masyarakat, Hotel Novotel di Kecamatan Banjarsari digunakan untuk tempat peribadahan jemaat gereja Mawar Sharon (Wawancara di Kantor Kesbangpol, Selasa 9 April 2013).

Terlihat dari paparan di atas, terjadinya konflik rumah ibadah dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat Surakarta dalam memenuhi persyaratan izin mendirikan bangunan (IMB) rumah ibadah sebelum mendirikan rumah ibadah sehingga terjadi pertentangan di dalam masyarakat. Jika hal ini tidak segera diatasi maka konflik yang awalnya kecil dapat berubah menjadi besar apalagi ini menyangkut rumah ibadah umat beragama. Beberapa konflik rumah ibadah yang terjadi di Kota Surakarta menunjukkan kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama masih belum optimal dalam memelihara kerukunan umat beragama di Kota Surakarta. Pemeliharaan kerukunan umat beragama di Kota Surakarta belum berjalan secara efektif dan tidak sesuai dengan tujuan. Adanya konflik rumah ibadah dapat menghambat persatuan dan kesatuan Negara Indonesia sehingga diperlukan optimalisasi kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama dalam mengendalikan konflik rumah ibadah di Kota Surakarta.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul Pengendalian Konflik Rumah Ibadah melalui

Optimalisasi Kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Kota Surakarta dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan.

(5)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dan untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengendalikan konflik rumah ibadah melalui optimalisasi kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Kota Surakarta dalam perspektif pendidikan kewarganegaraan?

2. Apa sajakah hambatan yang dihadapi oleh Forum Kerukunan Umat Beragama dalam mengendalikan konflik rumah ibadah di Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengendalian konflik rumah ibadah melalui optimalisasi kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Kota Surakarta dalam perspektif pendidikan kewarganegaraan.

2. Untuk mengetahui hambatan Forum Kerukunan Umat Beragama dalam mengendalikan konflik rumah ibadah di Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan ilmu yang ada kaitannya dengan masalah pengendalian konflik rumah ibadah melalui optimalisasi kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam perspektif pendidikan kewarganegaraan.

2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi Forum Kerukunan Umat Beragama dalam mengendalikan dan mengatasi konflik rumah ibadah yang bermunculan di Kota Surakarta.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran alternatif bagi penanganan konflik rumah ibadah antar umat beragama.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Surat Penawaran Saudara pada Paket Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan di Kecamatan Sei Menggaris pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

terapi musik instrumental 82% depresi ringan, 18% depresi berat, 2) setelah melakukan terapi musik instrumental 88% tidak depresi dan 12% depresi ringan, 3) hasil

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

[r]

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier