• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai salah satu persyaratan Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. Disusun Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai salah satu persyaratan Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. Disusun Oleh :"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN LAMA INTERAKSI KOMPUTER

TERHADAP TERJADINYA GEJALA COMPUTER VISION

SYNDROME PADA MAHASISWA JURUSAN

KEPERAWATAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH

SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

PROGDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

NAMA :

Wati Ningsih

(2)
(3)

ANALISIS HUBUNGAN LAMA INTERAKSI KOMPUTERTERHADAP TERJADINYAGEJALA COMPUTER VISION SYNDROME PADA

MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN UNIVERSITASMUHAMMADIYAH

SURAKARTA

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W Jadmiko**

Abstrak

Lama interaksi komputer adalah rata-rata intensitas waktu yang digunakan responden selama berinteraksi dengan komputer, terukur dalam rentang satu hari, dan terbagi berdasarkan klasifikasi waktu yang telah di tentukan. Data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat angka pertumbuhan pengguna internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 sudah mencapai 71,19 juta orang. Sedangkan dari 2500 orang di 16 kota Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 46,7% pengguna komputer. Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada bulan Desember 2013, melalui wawancara pada 50 responden dari 583 mahasiswa jurusan keperawatan angkatan 2011-2013, didapatkan keluhan antara lain: sakit kepala dan kaku punggung 15 mahasiswa, mata lelah dan berair 10 mahasiswa dan pergelangan tangan kaku dan mata terasa pedih serta gatal 25 mahasiswa setelah berada di depan komputer >2 jam/hari. Interaksi komputer dengan waktu yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gejala computer vision syndrome yang merupakan sekelompok gangguan okuler yang dikeluhkan seseorang yang menggunakan waktu yang cukup lama ≥2 jam/hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan lama interaksi computer terhadap terjadinya gejala computer vision syndrome pada mahasiswa keperawatan UMS. Jenis penelitian Deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswa keperawatan angkatan 2011-2013, yang berjumlah 583 mahasiswa dan sampel penelitian yaitu 85 responden. Penelitian ini menggunakan teknik proporsional random sampling. Instrument penelitian berupa kuesioner. Analisis data hasil penelitian meng-gunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara variabel lama interaksi komputer dengan terjadinya gejala CVS. Kekuatan korelasi (r) adalah 0,490 yaitu hubungan korelasi sedang, dan merupakan korelasi searah dimana semakin besar nilai variabel lama interaksi komputer maka akan semakin besar pula nilai variabel gejala CVS. Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat hubungan antara lama interaksi komputer terhadap terjadinya gejala computer vision syndrome pada mahasiswa keperawatan UMS.

Kata kunci: Lama interaksi komputer, computer vision syndrome, gangguan okuler, pengguna komputer, mahasiswa keperawatan.

(4)

THE ANALYSIS OF RELATIONSHIP OF THE LONG COMPUTER INTERACTION TOWARDTHE INDICATION OF COMPUTER

VISION SYNDROME IN STUDENTS OF NURSING DEPARTMENT MUHAMMADIYAH UNIVERSITY

OF SURAKARTA

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W Jadmiko**

Abstract

Long computer interaction is the average intensity of time which is used by the respondents during interacted with the computer, measured in one day, and divided based on the classification of time that has been set. The data obtained from the Central Statistics Agency (CSA) in collaboration with the Association of Indonesian Internet Service Providers (APJII) recorded the growth of internet users in Indonesian by the end of 2013 had reached 71,19 million people. While 2500 people in 16 cities in Indonesia showed that there were 46,7% of computer users. Based on the results of a preliminary survey on December 2013, through interviews on 50 respondents of 583 students majoring in nursing class of 2011 to 2013, obtained the complaints such as: headache and stiff backs were 15 students, tired of eyes and runny were 10 students and wrist stiff and eyes feel stinging and itching were 25 students after staying in front of the computer for 2 hours/day. Computer interaction with excessive of time can lead to symptoms of computer vision syndrome is a group of ocular disorders complained of someone who uses quite a long time ±2 hours/day. The purpose of this study was to determine the relation between the long computer interaction wirh the occurrence of computer vision syndrome on nursing students of UMS. Type of this research was a descriptive analytic with a cross sectional research design. The research population was nursing student class of 2011-2013, which amounts to 583 students and the sample was 85 respondents. This research uses proportional random sampling technique. Research instrument was in the form of a questionnaire. Analysis of survey data using Spearman correlation test. The results showed the significant correlation between the variable long computer interaction with the symptoms of CVS. The strength of the correlation (r) was 0.490, that was moderate correlation, and the correlation was in the same direction in which the greater the value of the variable long computer interaction, the greater the value of the variable symptoms of CVS. The conclusion of this research was there is a relationship between the long computer interaction with the symptoms of computer vision syndrome in nursing students of UMS.

Keywords: Long computer interaction, computer vision syndromes, ocular disorders, computer users, nursing students.

(5)

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko**| 1

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta LATAR BELAKANG

Penggunaan komputer di seluruh dunia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Terdapat hampir satu miliar komputer yang digunakan di dunia. Sekitar 75% pekerjaan di dunia bergantung pada komputer dan 50% rumah memiliki setidak-nya sebuah komputer (Kanitkar, Carlson & Yee 2005). Hoesin & Shaleh (2007) me-nyebutkan, pada 2500 orang di 16 kota Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 46,7% pengguna komputer. Badan Pusat Statistik (BPS) yang bekerja sama dengan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) mencatat angka pertumbuhan dari pengguna internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 sudah mencapai 71,19 juta orang (Pangerapan, 2014).

Keuntungan penggunaan komputer diantaranya, pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat, lebih efektif dan efisien serta meningkatkan produktifitas kerja. Tidak hanya di bidang bisnis per-kantoran yang sebagian besar pekerjaannya menggunakan komputer namun saat ini semua instansi telah mengembangkan peng-gunaan komputer baik instansi pendidikan maupun instansi kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan sejenisnya

(Fauzia, 2004).

Menurut Robert Taylor, dalam penelitian McDougall & Jones, (2006) peranan komputer dalam pendidikan dibagi menjadi 3 bagian yaitu Tutor, Tool dan Tutee. Sebagai Tutor, komputer berperanan menjadi pengajar melalui pendekatan pe-ngajaran dengan bantuan komputer. Peng-gunaan komputer sebagai alat pembelajaran dikenali sebagai CBE (Computer Based Education). Sebagai Tool, komputer men-jadi alat untuk memudahkan proses peng-ajaran dan pembelpeng-ajaran. Komputer juga digunakan untuk melakukan peng-olahan data proses pembelajaran, seperti peng-olahan data nilai siswa, penjadwalan, beasiswa, dan sebagainya. Sebagai Tutee komputer berperanan sebagai alat yang

di-ajar, dan bisa melakukan tanya jawab atau dialog dengan komputer yang biasa disebut dengan CAI (Computer Assist Instruction).

Budi (2012) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa salah satu peranan TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) dalam dunia pendidikan saat ini adalah dengan munculnya e-learning atau pembelajaran elektronik. Kemampuan internet mungkinkan terjadinya proses belajar me-ngajar jarak jauh (e-learning) menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik. E-learning sendiri merupakan dasar perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja meng-hemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program pembelajaran atau program pendidikan (Yazdi, 2012).

Kemajuan teknologi dalam bidang keperawatan dimulai dengan adanya pe-ngembangan telenursing yaitu praktek keperawatan jarak jauh menggunakan

teknologi telekomunikasi dan di beberapa

rumah sakit juga sudah memulai peng-gunaan aplikasi dokumentasi PDA (Personal Digital Assistant) berbasis ke-perawatan di negara-negara maju. Alat ini sangat membantu perawat melaksanakan tugasnya dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien karena dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi pen-dokumentasian, mencegah medication error serta memudahkan komunikasi antar perawat saat merawat pasien (Najera 2008).

Menurut Sudaryanto (2008) tele-nursing merupakan bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan tele-monitoring. Saat ini aplikasi telenursing telah menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan memakai peralatan video

(6)

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko**| 2

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

conference dan teknologi dalam pelayanan telehealth secara umum: store forward dan real time teknologi.

Selain memberikan berbagai macam kemudahan pemakaian komputer yang ber-lebihan juga dapat menimbulkan efek yang kurang baik pada kesehatan jika terpapar dalam waktu yang lama, seperti terjadinya Syndrome Computer yang ditandai dengan gejala seperti: asthenopic dan musculos-keletal symptom.

Lama interaksi komputer adalah rata-rata intensitas waktu yang digunakan oleh responden selama berinteraksi dengan komputer, terukur dalam rentang satu hari, dan terbagi berdasarkan klasifikasi waktu yang telah di tentukan (Azkadina, 2012).

Gangguan pada bagian mata dan kepala juga sering disebut dengan computer vision syndrome (CVS), mulai dari nyeri atau sakit kepala, mata kering dan iritasi, mata lelah, hingga gangguan yang lebih serius dan lebih permanen seperti ke-mampuan fokus mata menjadi lemah, peng-lihatan kabur seperti (astigmatisma, myopi, presbyopi), pandangan ganda, hingga dis-orientasi warna (Khannah & Rahajeng, 2012).

American Optometric Association (AOA) mendefinisikan Computer Vision Syndrom sebagai gangguan mata komplek dan masalah penglihatan yang berkaitan dengan kegiatan yang lama dilakukan di depan komputer dengan batas maksimal lama penggunaan komputer adalah 4 jam per hari. Terjadinya computer vision syndrome ditandai dengan gejala visual yang dihasilkan dari interaksi dengan layar komputer atau lingkungannya. Gejala yang timbul biasanya bersifat sementara dan menghilang setelah pengguna istirahat meskipun sebagian kecil pengguna mungkin mengalami kontinuitas gejala setelah menggunakan komputer. Jika tidak di tangani dengan baik, sebagian besar gejala ini akan terulang dan juga memburuk di masa depan (Yin & Reddy, 2008).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dimulai bulan Desember 2013, me-lalui wawancara pada sekitar 10% dari 583 mahasiswa jurusan keperawatan mulai dari periode angkatan 2011-2013 sebanyak 50 orang, didapatkan keluhan seperti: sakit kepala dan kaku punggung pada 15 mahasiswa, 10 mahasiswa lainnya meng-eluhkan mata lelah dan berair dan 25 mahasiswa sisanya mengatakan pergelang-an tpergelang-angpergelang-an kaku dpergelang-an mata terasa pedih serta gatal setelah berada di depan komputer lebih dari 2 jam/hari. Hal ini dapat meningkatkan insidensi CVS (Computer Vision Syndrome) sehingga menjadi per-hatian khusus bagi peneliti, oleh karena itu peneliti tertarik untuk merumuskan judul penelitian “Analisis hubungan lama interaksi komputer terhadap terjadinya gejala CVS (Computer Vision Syndrome) pada mahasiswa jurusan keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ”. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian observasional, jenis penelitian Deskriptif Analitik, yakni melihat seberapa besar hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat melalui pengujian hipotesa yang telah dirumuskan. Penelitian ini mengguna-kan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau analisis tentang suatu keadaan secara obyektif mengenai hubungan antara dua variabel pada sekelompok subyek, dan dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini telah dilaksanakan di program studi keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 22 Januari-28 Februari 2015. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan periode angkatan 2011-2013 di Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang berjumlah 583 mahasiswa.

(7)

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko**| 3

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sampel yang digunakan sebanyak 85 responden, Teknik sampling digunakan untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik proposional random sampling, merupakan teknik yang digunakan bila populasi unsur/ anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2013).

HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden

Tabel 1 Distribusi karakteristik responden Karakteristik % Jenis Kelamin Laki-laki 33 38,8 Perempuan 52 61,2 Usia 19 tahun 7 8,2 20 tahun 25 29,4 21 tahun 26 30,6 22 tahun 21 24,7 23 tahun 6 7,1 Kelainan Mata Ya 29 34,1 Tidak 56 65,9 Informasi CVS Ya 28 32,9 Tidak 57 67,1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada tabel di atas menunjuk-kan menunjumenunjuk-kan sebagian besar adalah perempuan sebanyak 52 responden (61,2%) dan responden laki-laki sebanyak 33 (38,8%). Distribusi responden berdasarkan usia menunjukan distribusi tertinggi adalah usia 21 tahun yaitu sebanyak 26 responden (30,6%) dan distribusi terendah adalah usia 23 tahun sebanyak 6 respoden (7,1%) sedangkan responden dengan usia 20 tahun terdapat 25 (29,4%), responden usia 22 tahun sebanyak 21 (24,7%) kemudian responden yang berusia 19 tahun sebanyak 7 (8,2%). Distribusi responden berdasarkan kelainan mata yang diderita, sebagian besar menyatakan tidak mengalami kelainan mata di-tunjukkan dengan data responden yang

menjawab Tidak sebanyak 56 responden (65,9%) dan menjawab Ya sebanyak 29 responden (34,1%). Distribusi responden berdasarkan karakteristik informasi mengenai CVS menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab Tidak sejumlah 57 (67,1%) dan menjawab Ya sebanyak 28 (32,9%) responden.

2. Lama Interaksi

Tabel 2 Distribusi lama interaksi komputer

Lama Interaksi Komputer ∑ %

2-3 jam/hari 17 20,0

4 jam/hari 18 21,2

>4 jam/hari 50 58,8

Total 85 100

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat lama interaksi komputer dengan distribusi terendah adalah 2-3 jam/hari 17 responden (20,0%), 4 jam/hari 18 responden (21,2%) dan tertinggi >4 jam/hari 50 responden (58,8%). Sedangkan mean atau rata-rata lama interaksi komputer adalah 5 jam/hari, lama minimum didapatkan 2 jam/hari dan lama maksimum adalah 11 jam/hari.

3. Gejala CVS

Tabel 3 Distribusi kategori gejala CVS Kategori Gejala CVS ∑ % Tidak CVS 4 4,8 CVS Ringan 50 58,8 CVS Sedang 28 33,0 CVS Berat 3 3,6 Total 85 100

Deskripsi pada tabel di atas frekuensi terbanyak dengan 50 (58,8%) responden mengalami CVS ringan, frekuensi terendah sebanyak 3 (3,6%) yaitu responden dengan CVS berat. Sedangkan kategori CVS sedang didapatkan sebanyak 20 responden (33%) dan responden dengan kategori tidak

(8)

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko**| 4

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

CVS sebanyak 4 responden (4,8%). Gejala sakit pada pergelangan tangan sebanyak 54 responden (66,6%), gejala dengan frekuensi paling sedikit adalah gejala Squinting (me-ngecilkan mata) sebanyak 23 responden (28,3%). Sedangkan mean dari 15 total gejala CVS adalah 7 gejala, nilai gejala minimum yang dialami responden adalah 2 gejala dan maksimum 13 gejala.

4. Uji Korelasi Spearman

Tabel 4 Hasil uji korelasi spearman

Variabel Thitung Sig Kesimpulan

Lama Interaksi Komputer 0.490 0.001 H0 ditolak Gejala CVS 0.490

Interprestasi hasil berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai sig 0,001 < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara variabel yang di uji yaitu lama interaksi komputer dengan terjadinya gejala CVS. Kekuatan korelasi (r) adalah 0,490 berada di antara 0,40-0,59 yang berarti hubungan korelasi sedang, dan merupakan korelasi searah dimana semakin besar nilai variabel lama interaksi komputer maka semakin besar pula nilai variabel gejala CVS.

PEMBAHASAN

1. Karakteristik responden

Karakteristik responden meng-gambarkan faktor individual responden yang mungkin berhubungan dengan terjadi-nya gejala CVS, diantaraterjadi-nya adalah jenis kelamin, kelainan mata dan pengetahuan tentang CVS.

Distribusi karakteristik jenis kelamin menunjukkan sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak 52 responden (61,2%) dan responden laki-laki sebanyak

33 (38,8%). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa perempuan lebih berisiko menderita gejala CVS, karena perempuan cenderung memiliki sifat teliti dan telaten dalam mengerjakan sesuatu (Juliana, 2013). Pe-nyebab lainnya yaitu akibat pengaruh hormonal. Sekresi komponen lipid oleh kelenjar Meibom dan Zeis antara lain dipengaruhi oleh hormon androgen seperti testosteron yg dapat meningkatkansekresi, sedangkan hormon estrogen akan menekan sekresikelenjar tersebut sehingga responden perempuan lebih rentan terkena sindroma dry eye (Anggraini, 2013).

Berdasarkan hasil responden yang tidak mengalami kelainan mata cenderung mengalami total gejala lebih rendah di-bandingkan responden yang mengalami kelainan mata, didukung oleh penelitian Mujaddidi (2012). Hasil penelitian terhadap 78 responden didapatkan lebih banyak responden dengan gangguan penglihatan (56,4%) daripada responden tanpa gangguan penglihatan (43,6%). Gangguan penglihatan merupakan salah satu faktor risiko CVS, ini dibuktikan dengan total responden yang mengalami kelainan mata mengalami gejala lebih tinggi dari pada responden yang tidak mengalami kelainan mata.

Berdasarkan hasil penelitian didapat-kan responden yang tidak mengetahui informasi tentang CVS mengalami total gejala lebih tinggi dengan relatif waktu yang lebih rendah, hal tersebut juga di-dukung oleh penelitian Kusumawaty, Siti & Junaedi (2012) yang menyatakan bahwa hampir semua responden tidak mengetahui tentang CVS, dari 150 pegawai PT Persero didapatkan data sebanyak 113 responden (75,3%) tidak mempunyai pengetahuan tentang CVS dan hanya 27 responden (24,7%) yang memiliki pengetahuan.

2. Lama Interaksi

Penggunaan komputer <4 jam/hari merupakan kategori tertinggi dari rata-rata pemakaian komputer per harinya. Hal ini bisa saja terjadi karena mahasiswa yang

(9)

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko**| 5

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

juga berada antara semester IV – VIII ini sedang sibuk mempersiapkan tugas akhir maupun tugas kuliah lainnya, di-mana pada masa tersebut mahasiswa dituntut untuk selalu siap dan tepat waktu dengan semakin banyaknya tugas yang menumpuk.

Selain itu, terdapat beberapa variasi kegiatan dilakukan responden yang merupakan mahasiswa keperawatan dalam pemakaian komputer di-antaranya adalah 65% mengerjaan tugas dengan frekuensi 2 sampai 4 jam, dan menghabiskan 5 sampai 7 jam untuk kegiatan lainnya seperti menonton film, bermain game dan online. Sedangkan 35% lainnya lebih banyak meng-gunakan waktu di depan komputer dengan mencari referensi dan bahan untuk tugas kuliah. Hal ini terutama terjadi pada responden-responden yang notabene adalah mahasiswa tingkat akhir.

Lama interaksi komputer di definisi-kan sebagai rata-rata intensitas waktu yang digunakan responden selama berinteraksi dengan komputer, terukur dalam rentang satu hari dan terbagi berdasarkan klasifikasi waktu yang telah ditentukan (Benjamin, 2012). Penelitian Azkadina (2012) meng-kategorikan rata-rata waktu penggunaan komputer dalam satu hari yaitu kurang dari atau sama dengan 2-3 jam/hari, 4 jam/hari, <4 jam/hari dan dari hasil penelitian me-nunjukkan bahwa 70% responden ber-interaksi dengan komputer selama lebih atau sama dengan 4 jam per hari. Penelitian Kurmasela (2013) lama penggunaan laptop rata-rata dalam satu hari pemakaian adalah 2 sampai 3 jam per hari sebanyak 41 orang (41%), kemudian lebih dari 4 jam sebanyak 31 orang (31%), 1-2 jam sebanyak 24 orang (24%), dan kurang dari 1 jam sebanyak 4 orang (4%).

3. Gejala CVS

Computer vision Syndrome (CVS) merupakan sekelompok gangguan okuler yang dikeluhkan seseorang yang meng-gunakan komputer dalam waktu yang cukup lama ≥2 jam/hari, berat-ringannya keluhan yang dilaporkan sebanding dengan

banyaknya waktu yang digunakan di depan komputer (Bhanderi, 2008).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi terbanyak gejala Computer Vision Syndrome yang di alami oleh mahasiswa Keperawatan UMS adalah 50 (58,8%) responden mengalami CVS ringan dengan 4-7 gejala, 28 responden (33,0%) mengalami CVS sedang dengan gejala antara 8 sampai 11, sedangkan responden yang dikategorikan tidak mengalami CVS terdapat 4 responden (4,8%) dan frekuensi terendah adalah 3 responden (3,6%) yaitu kategori CVS berat yang mengalami 12-15 gejala.

Sedangkan kelompok gejala CVS yang terjadi paling banyak dialami responden adalah sakit pada pergelangan tangan, dari 85 responden 54 (63,5%) diantaranya mengalami gejala tersebut. Rasa nyeri pada pergelangan tangan terjadi akibat aktifitas mengetik atau meng-operasikan mouse yang terlalu lama. Ke-adaan ini dapat juga disebut dengan Carpal tunnel syndrome (sindrom terowongan karpal), disebabkan oleh terjepinya saraf Medianus yang berjalan didalam sebuah terowongan sempit di pergelangan tangan yang disebut terowongan karpal. (Anurogo & Fritz, 2014). Untuk mencegah nyeri pada pergelangan tangan mahasiswa sebaiknya memperhatikan posisi sudut pergelangan tangan dalam menggunakan mouse dan usahakan tidak berlebihan ketika meng-gerakkan pergelangan tangan dalam ber-aktifitas di depan komputer, lakukan olahraga sederhana seperti menggerak-gerakkan pergelangan tangan setiap 20 menit (Anggraini, 2013).

Kelompok gejala lainnya pada mus-culoskeletal symptoms adalah sakit pada leher, bahu dan sakit pada punggung. Responden yang menjawab mengalami gejala tersebut sebanyak 35 responden (41,2%). Bunjamin (2012) menjelaskan pada berbagai situasi, penglihatan pengguna akan dominan pada layar sehingga secara otomatis tubuh akan merubah posisi untuk mengakomodasikan kenyamanan, disaat

(10)

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko**| 6

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

itulah terjadi penyesuaian tubuh untuk me-ngurangi beban pada sistem penglihatan. Untuk waktu yang lama bertahan pada posisi tersebut akan menyebabkan ter-ganggunya sirkulasi darah sehingga terjadi kekakuan pada leher, bahu, punggung dan muncul keluhan nyeri. Faktor lingkungan adalah salah satu penyebab terjadinya mus-culoskeletal symptoms, diantaranya adalah posisi komputer serta kursi yang tidak ergonomis. Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya mahasiswa memodifikasi letak komputer agar sesuai dengan kenyamanan tubuh dan menggunakan kursi yang di-desain sesuai dengan ortopedi tubuh.

Keluhan silau terhadap pancaran cahaya komputer yang merupakan lighting sensitivity symptoms terjadi pada sebanyak 37 responden (43,5%) dan disertai sering berkedip dialami 47 responden (55,3%). Juliana (2013) menerangkan bahwa mata berfungsi untuk mengontrol jumlah cahaya yg masuk kedalam mata. Faktor lingkungan yang paling mengganggu adalah kesilauan, ketidaknyamanan mata karena silau di-sebabkan oleh perbedaan terang cahaya pada lapang pandang dengan cahaya se-kelilingnya. Sebagai pencegahan, dalam penelitian Benjamin (2012) disampaikan bahwa pengguna komputer harus mem-perhatikan pengaturan cahaya komputer. Penerangan yang baik adalah 300-700 lux dan sebaiknya menghindari paparan sinar matahari langsung pada posisi komputer serta gunakan layar antiglare.

Terjadinya asthenopic symptoms seperti kelelahan mata dan sakit kepala cukup banyak di alami oleh responden, kelelahan mata 52 (61,2%) dan sakit kepala mencapai 43 (50,6%). Kemudian Vision symptoms dan Ocular symptoms diantara-nya: mata terasa tegang setelah terpapar komputer sebanyak 41 (48%) responden, penglihatan kabur 25 (29,4%) responden, penglihatan rangkap/ganda 43 (50,6%) responden, mengecilkan mata atau Squ-inting 23 (27,1%) responden, iritasi mata 44 (51,8%) responden, mata terasa pedih dan gatal 44 (51,8%) responden, mata terasa

berair 33 (38,8%) responden, dan mata terasa kering 38 (44,7%).

Jenis nyeri kepala pada asthenopic symptoms adalah tension type headache atau jenis nyeri kepala tegang otot, yang secara umum disebabkan oleh gangguan fungsional seperti lelah, anemia, obesitas dan bekerja tidak kenal waktu (overwork) terutama pada pekerja yang terpapar komputer (Anurogo, 2014). Meningkatnya nosisepsi (proses penyampaian stimulus nyeri) peregangan otot adalah penyebab primer nyeri kepala akibat perubahan sementara kontrol nyeri. Mekanisme emosi meningkatkan tegangan otot bersamaan dengan terjadinya penurunan tonus sistem antinosiseptif endogen (sistem yang me-nurunkan sesnsifitas terhadap stimulus nyeri) (Dewanto, Wita, budi & Yuda, 2009). Bekerja tidak kenal waktu (over work) terbukti meningkatkan resiko terjadi-nya tension type headache, terutama pada pekerja yang terpapar komputer. Istirahat yang cukup dan mengpergunakan waktu didepan komputer dengan bijaksana, salah satu cara adalah “20-20-20 rule” yaitu setiap 20 menit fokuskan mata pada objek berjarak 20 feet (6 meter) selama 20 detik (Rosen & Garg, 2009).

Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata yang disebabkan oleh peng-gunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk me-lihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Santoso, 2009). Gejala kelelahan mata dibagi menjadi gejala visual seperti penglihatan rangkap dan gejala okular seperti nyeri pada kedua mata, dan gejala referral seperti mual dan sakit kepala. Kelelahan mata juga dapat me-nimbulkan gangguan fisik seperti peng-lihatan seolah ganda, pengpeng-lihatan silau terhadap cahaya diwaktu malam, mata merah, radang pada selaput mata, kurangnya ketajaman penglihatan dan ber-bagai masalah lainnya, dampak lain dari kelelahan mata di dunia kerja adalah hilang-nya produktivitas, meningkathilang-nya angka

(11)

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko**| 7

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

kecelakaan, dan terjadi-nya gangguan peng-lihatan (Susilawati, 2013). Mencegah ke-lelahan mata saat berinteraksi dengan komputer dapat dilakukan dengan beberapa diantaranya: menjaga jarak antara mata dan monitor 500-600 mm, menggunakan kacamata baca, dan dianjurkan sering ber-kedip (16-20 kali/menit) (Azkadina, 2012). 4. Hubungan lama interaksi komputer dan

terjadiny gejala CVS

Angka kejadian CVS lebih tinggi pada pengguna video display terminal yang bekerja secara terus-menerus dalam sehari. Seorang individu yang bekerja didepan komputer selama lebih dari atau sama dengan 4 jam secara terus-menerus berisiko dua puluh enam kali lipat menderita CVS dibandingkan dengan bekerja di depan komputer selama kurang dari 4 jam secara terus-menerus (Azkadina, 2012).

Kurmasela (2004) menyatakan gejala oftalmikus timbul setelah 2 sampai 3 jam penggunaan komputer secara terus-menerus. Penelitian Juliana (2013) dan di dukung dengan penelitian Mujaddidi (2012) disampaikan bahwa CVS dialami pengguna komputer yang berinteraksi lebih dari 3 jam per hari. Sedangkan penelitian Wibawa (2013) menunjukkan terjadi pe-ningkatan bermakna keluhan CVS pada pekerja pengguna komputer lebih dari 5 jam per hari.

Berdasarkan dari hasil uji pada penelitian ini didapatkan penggunaan waktu terbanyak bervariasi antara 3 sampai 6 jam per hari dengan 55 (64,7%) responden. Frekuensi lama interaksi dengan komputer dan terjadinya gejala CVS tidak di-pengaruhi oleh faktor individu seperti usia mahasiswa, sedangkan pada karakteristik jenis kelamin dibuktikan oleh penelitian sebelumnya dimana perempuan lebih be-risiko menderita gejala CVS dibanding laki-laki. Pada karakteristik kelainan mata di-dapatkan responden yang tidak mengalami kelainan mata cenderung mengalami total gejala lebih rendah dan responden yang mengatakan tidak mengetahui informasi

tentang CVS mengalami total gejala lebih tinggi dengan relatif waktu yang lebih rendah. Responden sejumlah 50 (58,8%) didapatkan mengalami CVS ringan dan 28 (33,0%) lainnya mengalami CVS sedang, dengan demikian dapat disimpul-kan bahwa penggunaan komputer dengan frekuensi lebih dari 4 jam/hari dapat me-nyebabkan peningkatan resiko terjadinya Computer Vision Syndrome.

Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara lama interaksi komputer terhadap terjadinya gejala Computer Vision Syndrome dengan nilai sig (p-value) 0.001 dan kekuatan korelasi moderate (r) 0,490, sedangkan arah korelasi + (positif) atau searah, dimana semakin tinggi nilai variabel lama interaksi komputer maka akan semakin tinggi pula variabel lama gejala Computer Vision Syndrome. Hal ini disebabkan lamanya waktu yang digunakan oleh responden di-depan komputer akan memaksa tubuh untuk menyesuaikan keadaan nyaman didepan monitor komputer, kondisi demikian yang berlangsung secara terus menerus akan me-nyebabkan munculnya berbagai gangguan seperti kelelahan mata, nyeri pada tangan, kepala, leher, bahu bahkan punggung yang merupakan gejala dari Computer Vision Syndrome.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka disimpulkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Gambaran lama pemakaian komputer dengan responden yaitu mahasiswa Keperawatan UMS, dari 85 responden 59% menggunakan komputer selama lebih dari 4 jam/hari, 21% responden 2-3 jam/hari, dan 20% responden sisanya selama 2-3 jam/hari. Rata-rata lama interaksi komputer adalah 5 jam/hari, lama minimum 2 jam/hari dan lama maksimum 11 jam/hari.

(12)

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko**| 8

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

2. Gambaran kategori gejala CVS yang dialami responden yaitu 59% meng-alami CVS ringan, 33% responden mengalami CVS sedang, 5% responden tidak mengalami CVS dan 3% sisanya mengalami CVS berat. Sakit pada per-gelangan tangan adalah gejala tertinggi, dialami sebanyak 63% responden dan gejala terendah adalah Squinting/ mengecilkan mata dialami oleh 27% responden. Sedang-kan mean dari 15 total gejala CVS 7 gejala, nilai min 2 gejala dan maks 13 gejala.

3. Terdapat hubungan antara lama interaksi komputer terhadap terjadinya gejala computer vision syndrome pada mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini berhasil membukti-kan adanya hubungan antara lama interaksi tehadap terjadinya gejala Computer Vision Syndrome. Hasil ini tentunya bisa menjadi acuan bagi mahasiswa pengguna komputer agar menyadari akan dampak radiasi komputer terhadap kesehatan. Be-berapa langkah yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir dan mencegah dampak radiasi komputer diantaranya :

a. Sebaiknya jika ingin menggunakan komputer secara terus-menerus dilakukan kurang dari atau sama dengan 4 jam per hari.

b. Setiap 20 menit fokuskan mata pada objek berjarak 20 feet (6 meter) selama 20 detik, hokum ini dikenal dengan “20-20-20 rule”. c. Gunakan layar antiglare yang

berfungsi untuk melindungi mata agar tidak terkena langsung paparan cahaya monitor computer.

d. Pasang monitor 10-150 dari level bawah mata danusahakan jarak antara mata dan monitor 500-600 mm.

e. Ingat untuk sering berkedip (frekuensi berkedip normal adalah 19-20 kali/menit).

2. Bagi Peneliti yang lain

a. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai seberapa jauh pengaruh faktor individu terhadap terjadinya gejala CVS pada mahasiswa.

b. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai seberapa jauh pengaruh faktor resiko gejala CVS terhadap munculnya gejala CVS pada pengguna komputer dengan dan tanpa screen filter.

c. Perlu diteliti lebih jauh tentang perbedaan gejala CVS pada operator komputer, pada pengguna gadget, dan pada orang yang aktif

memakai OHP atau LCD

proyektor.

d. Perlunya edukasi yang tepat tentang ergonomic atau peng-gunaan komputer yang nyaman untuk para pemakainya sehingga dapat me-minimalisir gejala CVS. DAFTAR PUSTAKA

Affandi, E. S. (2005). Sindrom penglihatan komputer. Majalah Kedokteran Indonesia. 55(3) ; 297-300.

Anggraini, Y. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya keluhan computer vision syndrome (CVS) pada operator komputer pt. Bank Kalbar kantor pusat tahun 2012. [Skripsi]. Pontianak: Universitas Tanjungpura

Anurogo, D., & Fritz, S. U. (2014). 45 Penyakit dan gangguan saraf. Jogjakarta : Rapha Publishing. Azkadina, A. (2012). Hubungan antara

faktor risiko individual dan komputer terhadap kejadian

(13)

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko**| 9

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Computer Vision Syndrome. [Skripsi]. Semarang : Media Medika Muda.

Benjamin, M. (2012). Gambaran tingkat lama penggunaan komputer dengan terjadinya gejala-gejala Computer Vision Syndrome (CVS) pada pekerja pengoperasi komputer di Wilmar Group, Medan Kota. [Skripsi]. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Bhanderi , D. J., Choudhary, S., & Doshi, V. G., (2008). A Community-Based Study Of Asthenopia In Computer Users. Indian Journal Ophthalmol. 56(1) : 51-55.

Budi, B. N. (2012). Pengembangan metode pembelajaran online berbasis e-learning (studi kasus mata kuliah bahasa pemprograman). Jurnal Sains Terapan. Edisi II Vol-2 (1) : p103 – 113.

Dewanto, G., Wita, J. S., Budi, R., & Yuda, T. (2009). Panduan praktis dan tata laksana penyakit syaraf. Jakarta : EGC.

Fauzia, I. (2004). Upaya untuk mengurangi kelelahan mata pada tenaga kerja yang menggunakan komputer di Rumah Sakit “X”. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hosein, H., & Saleh, B. (2007). Penggunaan Komputer dan Internet di Indonesia. Jurnal PEKOMMAS, 12 (1): 15-29.

Juliana, B. P. (2013). Computer Vision Syndrome (CVS). Occupational Medicine. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

Kanitkar, K., Carlson, I.N.N., & Yee, R. (2005). Ocular Problems Associated with Computer Use. Texas: Review of Ophthalmology.

Khanah, N. R., & Rahajeng, L. (2012). Pengaruh interaksi komputer terhadap terjadinya gejala cvs pada operator komputer (dengan dan

tanpa screen filter komputer. Jogjakarta : Jurnal Kedokteran. Vol 4:119-5810-1.

Kusumawaty, S., Syawal, S. R., & Sirajuddin, J. (2012). Computer vision syndrome pada pegawai pengguna komputer di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) TBK Makassar [Skripsi]. Fakultas

Kedokteran, Universitas

Hasanuddin: Makasar.

McDougall, A., & Jones, A. (2006). Theory and history, questions and methodology: current and future issues in research into ICT in education. Technology, Pedagogy, and Education, 15: p353-360. Mujaddidi, H. R. A. (2012). Analisis faktor

- faktor terhadap kejadian Computer Vision Syndrome (CVS) pada pekerja layout editor di Cv. X Tembalang Kota Semarang. Jurnal kesehatan masyarakat [serial online]. 1(2) :731-37. Available from: (http://ejournals1.undip.ac.id/ index.php/jkm)

Najera, I. (2008). Development of a PDA-based nursing documentation application for hospitals. University of Puerto Rico, Mayaguez (Puerto Rico), 2008. 1451288.Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pangerapan, S. (2014). http://harianti.com/

survei-bps-jumlah-pengguna-internet- indonesia-tahun-2013-tembus-71-juta-orang/. Media Pewarna Teknologi Informasi Indonesia. (Diakses pada 21 Agustus 2014).

Rosen,E., & Garg, A. (2009). Instant clinical diagnosis in opthalmology anterior segment diseases. New Delhi : Jaypee brothers medical publishers.

Santoso, I. (2009). Interaksi manusia dan komputer. Edisi Ketiga. Jogjakarta: Andi Offset.

Sudaryanto, A., & Irdawati. (2008). Pemanfaatan Tekhnologi dalam

(14)

Wati Ningsih*, Winarsih Nur Ambarwati**, Arief W. Jadmiko**| 10

Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pelayanan Kesehatan. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1 No.1 p47-50.Sugiyono. (2013). Metodologi penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-18. Bandung: Alfabeta.

Susilawati, D. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan ke-lelahan mata pada pekerja peng-guna computer di call center RS. Jakarta Eye Center. [Skripsi]. Jakarta: Universitas Esa Unggul. Wibawa, G. A. S. (2013). Keluhan

computer vision syndrome di angkasa game Denpasar Bali. Publikasi Ilmiah. Denpasar 2(3): p75-87.

Yazdi, M. (2012). E-learning sebagai media pembelajaran interaktif berbasis teknologi informasi. Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1. p143-153.

* Mahasiswa S1 Keperawatan. Fakultas Ilmu

Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jl A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Gedung A Telp. (0271)717417

** Dosen Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jl A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Gedung A Telp. (0271)717417

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat untuk memperkenalkan budaya dan menyatukan seluruh etnis dan suku di Indonesia yang menciptakan bahasa Nasional dan keseragaman

Perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen adalah adanya perubahan fungsi yang berkonsekuensi pada perubahan nama, dari semula bernama Laboratorium

Yang dalam hal ini baik tempat maupun pengadaan bahan bakar bensin dilakukan kerja sama antara Koordinator Pengecer dari Pertamina dengan Stasiun Pengisian bahan Bakar untuk

Maknanya memberitahu bahwa ia telah memberitahu kepada orang lain kalau dirinya tidak bisa hadir dalam acara orang tersebut karena ada undangan. Terdapat campur

konseling islam dengan terapi Rasional Emotif Behavior dalam.. menangani kasus seorang anak usia SD yang kecanduan

Bahwa perbuatan terdakwa berawal pada hari Sabtu tanggal 04 Januari 2014 sekira pukul 09.00 WIB saksi korban Tuti Mawar Sari yang merupakan adik dari isteri terdakwa

Untuk pencarian pembobot terbaik dan meminimalkan CR dilakukan dengan menggunakan algoritma genetika yang mana pada akhir nya diharapkan akan menghasilkan keputusan

Golongan ini ditemukan dalam rangka mencari anti mikroba untuk mengatasi kuman gram negatif. Tahun 1943 berhasil diisolasi suatu turunan Streptomyces griseus yang