KIMIA DASAR
(Analisis Kualitatif)
Uji Pendahuluan
Kation
Pb2+ Hg22+ Ag+ Hg2+ Bi3+ Cu2+ Cd2+ As3+ As5+(AsO 43-) Sb3+ Sn2+ Sn4+ Fe2+ Fe3+ Al3+ Cr3+ Co2+ Ni2+ Mn2+ Zn2+ Ba2+ Sr2+ Ca2+ Mg2+ K+ Na+ NH4+Analisa kualitatif atau disebut juga analisa jenis adalah untuk menentukan macam atau jenis zat
atau komponen-komponen bahan yang dianalisa.
Dalam melakukan analisa digunanakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat-sifat-sifat fisik
maupun sifat-sifat kimianya.
Misalnya, untuk sampel cair dapat ditentukan sifat-sifat fisik sampel tersebut seperti warna, bau, indeks bias, titik didih, massa jenis serta
kelarutan dan sebagainya.
Sedangkan, untuk sampel padat dapat ditentukan sifat-sifat fisik seperti warna, bau, warna nyala, titik
leleh, bentuk kristal, serta kelarutannya dan sebagainya.
Untuk melakukan analisa kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai
sifat fisis bahan-bahan yang dianalisa.
Pengetauan ini sangat diperlukan dalam manarik kesimpulan yang tepat.
Data tentang sifat-sifat fisis ini dapat ditemukan dalam suatu Handbook, misalnya dalam Physical and
Chemical Data Handbook.
Berdasarkan metodenya, analisa kualitatif dapat dikelompokkan dalam dua kelompok.
Pertama, analisis bahan berdasarkan
karakterisasi fisik, yaitu penentuan sifat fisik dan keasaman.
Kedua, analisis bahan berdasarkan metode H2S,
yaitu analisis kation dan analisis anion.
Sebelum kita melakukan penentuan sifat fisis berupa penentuan titik leleh dan bentuk kristal
untuk sampel padat dan penentuan titik didih dan indeks bias untuk sampel cair, lakukanlah
terlebih dahulu analisis pendahuluan.
Untuk sampel padat, analisis pendahuluan meliputi: warna, bau, bentuk, kelarutan,
pemanasasan dalam tabung uji serta tes nyala. Sedangkan untuk sampel cair, analisis
pendahuluan meliputi: warna, bau, kelarutan serta keasaman.
Analisis kualitatif berdasarkan
sifat fisik sampel
•
Uji warna, bau, serta bentuk/wujud sampel.•
Tes kelarutan•
Tes keasaman larutan•
Pemanasan zat pada pipa pijar– Perubahan warna – Melumer
– Menyublim
– Keluar uap air atau gas
•
Tes nyala•
Penentuan Titik Leleh•
Pengamatan Bentuk Kristal•
Indeks bias•
Penentuan Titik Didih•
Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Sampel•
Merah : Pb3O4, HgI2, K3[Fe(CN)6]•
Merah jingga : Dikromat•
Merah jambu : garam-garam dari mangan dan kobalt yang berhidrat•
Kuning : K4[Fe(CN)6].3H2O, FeCl3 dan kromat.•
Hijau : Garam-garam besi(II), garam-garam nikel, dan CuCl2•
Biru : garam-garam kobal anhidrat, garam-garam tembaga(II) berhidrat•
Coklat : Fe3O4•
Hitam : MnO2Bila zat dilarutkan dalam air/asam encer, warna larutan harus diperhatikan karena mungkin
memberikan keterangan yang berharga. Beberapa contoh warna ion yang terdapat
dalam larutan encer.
•
Biru : Tembaga(II)•
Hijau : Nikel, besi(II), kromium(III)•
Kuning : Kromat, heksasianoferat(II)•
Merah jingga : Dikromat•
Ungu : PermanganatBeberapa contoh cairan tak berwana yaitu : H2O, alkohol, aseton, eter, asam asetat, ester,
amonia, asam sulfat dan asam klorida.
Beberapa contoh zat yang memberikan bau khas yaitu : alkohol, ester, asam asetat dan
Lakukan uji kelarutan sampel dalam beberapa pelarut (air, alkohol, atau pelarut lainnya).
Beberapa contoh zat yang sukar larut dalam air adalah BaSO4, BaCO3, CaCO3 dan senyawa organik yang
memiliki polaritas rendah, seperti aseton.
Beberapa senyawa organik yang memiliki polaritas tinggi kelarutannya cukup baik dalam air, seperti
alkohol, glukosa, serta asam asetat.
Sedangkan senyawa organik nonpolar tidak larut dalam air, seperti karbon tetraklorida.
Semua senyawa nitrat larut baik dalam air.
Tes kelarutan dilakukan dengan cara memasukkan sedikit sampel ke dalam tabung reaksi kemudian ke
dalamnya tambahkan pelarut.Goyang-goyangkan supaya zat dapat larut. Amati apakah zat melarut.
Larutan yang bersifat asam akan mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, dan larutan yang bersifat basa akan mengubah warna kertas
lakmus merah menjadi biru.
Bila ada, pengukuran keasaman dapat pula menggunakan indikator universal atau pH meter.
Pemanasan sampel pada pipa pijar dapat dilakukan pada sampel padat.
Berdasarkan sifatnya pada waktu dipanaskan, zat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu zat-zat yang
bentuknya berubah tetapi tidak terurai dan zat-zat yang terurai.
Gejala-gejala yang dapat dilihat adalah :
Perubahan warna
Melumer
Menyublim
Keluar uap air atau gas
Perubahan warna•
Tanpa penguraian– Fe2O3 pada waktu dingin berwarna coklat dan pada waktu panas berwarna hitam.
– ZnO pada waktu dingin berwarna putih dan pada waktu panas berwarna kuning
•
Mengalami penguraian– CuSO4.5H2O pada waktu dingin berwarna biru dan pada waktu panas berwarna putih.
– FeSO4.7H2O pada waktu dingin berwarna hijau muda dan pada waktu panas berwarna putih.
MelumerKetika sampel padat dipanaskan dapat melumer disertai penguraian maupun tanpa
penguraian, dapat pula disertai perubahan maupun tanpa perubahan warna.
Melumer tanpa disertai penguraian, yaitu KOH. Melumer disertai penguraian dan tidak terjadi
perubahan warna, yaitu CaCl2.6H2O dan MgSO4.7H2O.
MenyublimKetika sampel padat dipanaskan dapat pula menyublim, yaitu mengalami perubahan fasa
dari fasa padat ke fasa gas. HgCl2, warna sublimat putih As2S3, warna sublimat kuning
Kamper, warna sublimat putih seperti kabut
Beberapa senyawa logam tertentu dapat memberikan warna yang khas pada nyala pembakar Bunsen,
misalnya kuning dari Natrium dan lembayung dari Kalium.
Ketika melakukan tes nyala perlu difahami secara benar bagian-bagian utama nyala Bunsen.
Tes nyala dilakukan dengan cara mencelupkan kawat platina atau nikrom yang telah bersih ke dalam HCl
pekat lalu disentuhkan ke dalam zat yang akan
diperiksa, kemudian dimasukkan ke dalam nyala pada daerah oksidasi bawah.
Warna nyala dapat dilihat dengan mata langsung atau melalui kaca kobalt.
Hasil dari analisis pendahuluan ini akan menghasilkan kesimpulan sementara.
Untuk membuktikannya selanjutnya dilakukan analisis sifat fisis sampel seperti penentuan titik leleh serta bentuk kristal untuk sampel padatan, dan penentuan
titik didih dan indeks bias untuk sampel cairan.
Tes nyala
Titik leleh suatu zat adalah suhu dimana terjadi keadaaan setimbang antara fasa padat dengan fasa cair.
Haluskan zat yang akan diperiksa.
Ambil pipa kapiler yang berdiameter ± 1,5 –2 mm dengan tingginya ± 5 cm, bakar salah satu ujungnya sampai tertutup rapat.
Masukkan zat ke dalam pipa kapiler dengan cara mengetuk-ngetukan ujung pipa kapiler yang terbuka di atas zat dalam gelas arloji sampai
terisi ± 2mm (sampai dapat diamati) dan cukup rapat.
Untuk membantu supaya zat mudah turun pada bagian bawah pipa kapiler yang tertutup bisa menggunakan bantuan corong gelas yang berleher panjang atau pipa, dengan cara menjatuhkan pipa kapiler yang
berisi zat dalam corong atau pipa berulang-ulang.
Tempelkan pipa kapiler pada termoter dengan ujung pipa kapiler yang tertutup tingginya sejajar sejajar dengan tinggi reservoir termometer
kemudian ikat.
Masukkan ke dalam pemanas.
Panaskan penangas tersebut dengan cepat sampai suhu 40°C, kemudian naikkan lagi 20°C secara perlahan-lahan dan akhirnya pemanasan diteruskan dengan kenaikan suhu 1°C sampai dengan 2°C tiap menit
(api kecil).
Catat suhu mulai zat meleleh dan saat zat meleleh semuanya. Hentikan pemanasan kemudian catat suhu saat kristal terbentuk
kembali.
Hal-hal yang harus diperhatikan supaya memperoleh hasil yang baik :
• Penangas harus dipanaskan dengan kecepatan yang teratur (kenaikan kira-kira 2°C tiap menit) bila sudah mendekati titik
lelehnya.
• Memperkecil perbedaan waktu antara proses pelelehan dan
pemindahan panas, yang dapat diacapai dengan cara :
Jumlah zat yang dilelehkan harus sedikit
Zat harus dihaluskan terlebih dahulu dan dimasukkan secara padat kedalam pipa kapiler
Pipa kapiker yang dipergunakan harus tipis dan diameternya harus kecil
Dalam memilih penangas perlu diperhatikan sampai seberapa besar temperatur yang akan di amati.
Untuk titik leleh dibawah 100°C dapat di pergunakan air.
Diatas 100°C - 250°C dapat dipergunakan minyak parafin (parafin cair), gliserin yang tidak mengandung air atau minyak jenuh. Sedangkan untuk
titik leleh yang lebih tinggi dari 250°C dapat dipergunakan melting blok. Pada alat yang lebih modern, pengaturan suhu untuk pelelehan dan pengamatan terhadap proses pelelehan lebih mudah, karena sistem pemanasan sudah menggunakan sumber energi listrik serta bagian
pengamatan untuk proses pelelehan sudah dilengkapi kaca
pembesar/mikroskop sehingga hasil penentuan titik leleh sampel akan lebih akurat.
Informasi tentang bentuk kristal suatu zat padat sangat penting dalam analisis kualitatif zat, karena bentuk kristal suatu zat adalah khas. Alat
yang biasa digunakan untuk melihat bentuk kristal adalah mikroskop. Bersihkan slide mikroskop, cuci dengan dengan air dan keringkan dengan cara menggosok dengan kapas beralkohol. Larutkan zat yang akan diperiksa dalam pelarutnya sampai jenuh. Celupkan ujung batang
pengaduk kedalam larutan tersebut, kemudian kenakan pada slide hingga merata, biarkan kristal tumbuh. Hindarkan slide tersebut dari gangguan goncangan selama pertumbuhan kristal. Apabila kristal telah
tumbuh dengan jumlah dan ukuran yang cukup untuk diamati, letakan dan jepit slide pada meja tepat ditengah-tengah lingkaran lobang mikrosop yang telah dibersihkan sebelumnya. Tempatkan obyektif yang terendah ukurannya dengan jarak dekat diatas slide. Putar cermin untuk
mendapatkan cahaya yang sempurna, kemudian putar makrometer dengan arah obyektif menjauhi slide sehingga didapatkan gambar.
Apabila gambar kurang jelas putar mikrometer.
Untuk memperkecil atau memperbesar penglihatan putar obyektif berlawanan dengan arah jarum jam diatas slide. Kekuatan pembesaran
miskroskop ditentukan oleh pembesaran obyektif dan okuler. Misalnya: Jika obyektif dengan pembesaran 10X dan okuler 10X, maka kombinasi dari kedua pembesaran adalah 100X. Untuk memperjelas penglihatan dengan menggunakan pembesaran yang besar digunakan bantuan olive
oil, dengan cara meneteskan minyak tersebut pada slide yang akan diperiksa.
Indek bias adalah bilangan yang menunjukan perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias cahaya yang
melewati suatu media. Panjang gelombang cahaya dan temperatur yang biasa digunakan sebagai standar adalah
cahaya natrium (D) dan temperatur 20° C.
Oleh karena itu indek bias yang diukur pada kondisi tersebut dinyatakan dengan simbol n20/D.Alat yang digunakan untuk
menentukan indek bias adalah Refraktometer.
Buka prisma refraktometer, bersihkan dengan menggunakan kapas berlakohol kemudian keringkan.
Sesudah kering teteskan zat yang akan diperiksa sampai menutup semua permukaan prisma tersebut secara merata
kemudian tutup.
Atur cahaya yang masuk apabila belum jelas.
Putar makrometer, apabila tidak kelihatan batas terang gelap putar mikrometer, kemudian putar kembali makrometer sampai
batas terang gelap memotong titik perpotongan dua garis diagonal yang saling berpotongan.
Baca angka pada layar. Pembacaan hanya dilakukan pada angka bagian atas, dengan bilangan keempat dibelakang koma
ditentukan berdasarkan penafsiran pengamat.
Titik didih suatu zat adalah suhu dimana tekanan uap zat cair sama dengan tekanan luar diatas permukaan zat cair tersebut.
Berdasarkan jumlah zat yang digunakan penentuan titik didih dibagi menjadi dua cara, yaitu penentuan titik didih secara mikro bila jumlah zat yang digunakan sedikit dan penentuan titik didih secara makro bila jumlah zat
yang digunakan banyak.
Ambil pipa kapiler berdiameter ±1mm dengan panjang 9-10 cm. Bakar salah satu ujungnya sampai tertutup rapat.
Masukkan pipa kapiler tsb pd tabung reaksi kecil yang berisi zat yang akan diperiksa dgn ujung pipa kapiler yg terbuka tercelup pd zat tsb.
Tempelkan tabung reaksi kecil pd termometer dgn tinggi ujung tabung reaksi sejajar dgn ujung reservoir termiometer, lalu ikat.
Masukkan ke dalam penangas yg telah diberi batu didih. Panaskan secara perlahan-lahan dengan api kecil.
Catat suhu pd saat mulai timbul gelembung pd ujung pipa kapiler serta pd saat gelembung yang terjadi cepat dan teratur.
Cepat hentikan pemanasan kemudian catat suhu saat gelembung terakhir keluar.
Amati data tersebut, kemudian tentukan titik didihnya.
Data yang mendekati adalah data yang perbedaan suhunya kecil (± 5°C). Titik didih zat adalah rata-rata dari data tersebut.
Penentuan sifat asam atau basa suatu sampel dapat dilakukan secara langsung dengan alat pH meter atau
dengan menggunakan suatu indikator, baik indikator universal, kertas lakmus maupun indikator asam basa lainnya yang yang merupakan hasil sintesis maupun hasil
isolasi dari bahan alam.
Perubahan warna suatu indikator asam basa disebabkan oleh sifat keasaman atau kebasaan lingkungannya, karena:
• Indikator asam basa merupakan asam organik lemah atau basa organik lemah
• Molekul-molekul indikator tersebut mempunyai warna yang berbeda dengan ion-ionnya
• Letak trayek pH pada pH tinggi atau rendah atau di tengah tergantung dari besar kecilnya Ka atau Kb indikator
yang bersangkutan
• Terjadinya trayek merupakan akibat kesetimbangan dan kemampuan mata untuk membedakan campuran warna
KIMIA DASAR
(Analisis Kualitatif)
Analisis Kualitatif Berdasarkan Metode H2S Dan Identifikasi Kation Golongan I
Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak
sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan
kation.
Sebelum dilakukan pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan padat harus dilarutkan dahulu.
Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat yang akan dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan.
Sebagai pelarut dapat dicoba dahulu secara berturut-turut mulai dari air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, air raja
(HCl:HNO3 = 3:1).
Mula-mula dicoba dalam keadaan dingin lalu dalam keadaan panas.
Bila pelarutnya HCl pekat larutan harus diuapkan sampai sebagaian besar HCl habis.
Bila larutan HNO3 atau air raja, maka semua asam harus dihilangkan dengan cara menguapkan larutan sampai hampir kering, kemudian ditambahkan sedikit HCl, diuapkan lagi sampai
volumenya sedikit lalu encerkan dengan air.
Larutan cuplikan dapat mengandung
bermacam-macam kation.
Ada beberapa cara pemeriksaan kation
secara sistematis, misalnya cara fosfat
dari Remy, cara Peterson dan cara H
2S.
Pada kuliah kali ini akan dibahas
pemisahan kation berdasarkan skema H
2S
menurut Bergman yang diperluas oleh
Dalam cara H2S kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut
terhadap beberapa pereaksi.
Pereaksi golongan yang paling umum dipakai adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan
amonium karbonat.
Jadi klasifikasi kation didasarkan atas perbedaan dari klorida, sulfida dan karbonat kation tersebut.
Penambahan perekasi golongan akan mengendapkan ion-ion dalam golongan tersebut.
Masing-masing golongan dipisahkan kemudian dilakukan pemisahan ion-ion segolongan dan dilakukan identifikasi terhadap masing-masing ion.
Skema pemisahan kation
berdasarkan metode H
2S
Ke dalam ± 5 mL larutan contoh
diteteskan HCl 2N.
Bila ada endapan, penambahan HCl 2N
diteruskan sampai tidak keluar lagi
endapan.
Lalu disaring.
Pemisahan kation
•
Endapan Golongan HCl (Gol I)•
Filtrat Tidak boleh mengeluarkan endapan lagi dengan HCl 2N
± 5 mL HCl 4N
Dipanaskan sampai hampir mendidih ± 80°C lalu dialiri gas H2S selama 2-3 menit.
Baik ada endapan maupun tidak, larutan
diencerkan sampai ± 100 mL dengan aquades sampai keasaman larutan menjadi ± 0,2N
(diperiksa metil lembayung) Dipanaskan
•
Endapan Golongan H2S (Gol II)•
Filtrat Tidak boleh mengeluarkan endapan lagi dengan H2S
Larutan dipanaskan untuk menghilangkan H2S (dicek dengan kertas Pb-asetat)
+ 2 mL HNO3 dan dipanaskan 2-3menit + ± 5 mL NH4Cl
+ NH4OH sampai alkalis lemah + (NH4)2S tidak berwarna
•
Endapan Golongan (NH4)2S (Gol III)•
Filtrat Tidak boleh mengeluarkan endapan lagi dengan (NH4)2S
Larutan dikisatkan sampai ±10 mL + NH4OH dan (NH4)2CO3 berlebihan Dipanaskan sebentar ± 60°C
Biarkan ± 5 menit Saring
•
Endapan Golongan (NH4)2CO3 (Gol IV)•
Filtrat Larutan dibagi 2 yang tidak sama
Bagian yang kecil dikisatkan sampai
kering, residu (sisa) putih menunjukan adanya golongan sisa (Gol V)
Kation golongan I (Pb2+, Hg+, Ag+) membentuk endapan
dengan HCl encer.
Endapan tersebut semuanya berwarna putih.
Untuk memastikan apakah endapan tersebut hanya
mengandung satu kation, dua kation atau tiga kation maka dilanjutkan dengan pemisahan dan identifikasi kation
golongan I.
Endapan mungkin mengandung PbCl2, AgCl dan Hg2Cl2
Cuci endapan di atas saringan, mula-mula dengan 2 ml HCl encer lalu 2-3 kali dengan sedikit air dingin.
Air cucian dibuang
Endapan dipindahkan ke dalam gelas kimia kecil tambahkan 15 ml air dan panaskan
Saring dalam keadaan panas
• Residu (A)
Mungkin mengandung Hg2Cl2 dan AgCl
Endapan dicuci beberapa kali dengan air panas sampai air cucian tak memberi endapan dengan larutan K2CrO4, ini menunjukkan Pb sudah tidak ada
+ 10-15 ml larutan NH4OH (1:1) panas pada endapan
• Filtrat
Mungkin mengandung PbCl2. Larutan didinginkan, biasanya PbCl2 keluar sebagai kristal kemudian filtrat dibagi menjadi 3 bagian.
1.+ larutan K2CrO4, terbentuk endapan PbCrO4 berwarna kuning dan tidak larut dalam asam asetat encer
2.+ Larutan KI, terbentuk endapan kuning, larut dalam air mendidih.
Larutan tidak berwarna dan ketika didinginkan keluar kristal kuning.
3. + H2SO4 encer, terbentuk endapan putih PbSO4 yang larut dalam larutan amonium asetat
Pb2+
Dari A
• Residu
Jika hitam, terdiri dari Hg(NH2)Cl dan Hg.
Endapan dilarutkan dalam 3-4 ml air raja mendidih, encerkan, saring jika perlu.
Lalu + larutan SnCl sehingga endapan putih Hg2Cl2 berubah menjadi Hg
Hg+
• Filtrat
Mungkin mengandung [Ag(NH3)2]Cl, dibagi menjadi 2 bagian :
1. Asamkan dengan HNO3 encer, terbentuk endapan putih AgCl
2. + beberapa tetes KI, terbentuk endapan kuning muda AgI Ag+
•
Reaksi Pengendapan
•
Pemisahan
•
Reaksi identifikasi
Reaksi-reaksi yang terjadi
kation golongan I
Pemisahan
Endapan PbCl2 larut dalam air panas tetapi membentuk kristal seperti jarum setelah dingin.
Sedangkan AgCl larut dalam amonia encer membentuk ion kompleks diamenargentat.
Endapan Hg2Cl2 oleh larutan amonia diubah menjadi campuran merkrium (II) amidoklorida
dan logam merkurium yang kedua-duanya merupakan endapan.
1. Dengan asam klorida encer terbentuk
endapan putih, endapan larut dalam
NH
4OH encer.
Pb
2++ 2Cl
-↔ PbCl
2Apabila ke dalam larutan yang terjadi
ditambah HNO
3encer terbentuk endapan
putih.
2. Dengan Hidrogen sulfida dalam
suasana netral atau asam encer
terbentuk endapan hitam timbal
sulfida.
Pb
2++ H
2
S ↔ PbS↓ + 2H
+3. Dengan larutan amonia terbentuk
endapan putih timbal hidroksida.
Pb
2++ 2NH
3
+ 2H2O
→Pb(OH)
2↓ + 2NH
4+4. Dengan larutan NaOH terbentuk
endapan putih timbal hidroksida,
endapan larut dalam reagensia
berlebih, yaitu terbentuk ion
tetrahidroksiplumbat (II).
Pb
2++ 2OH
-→ Pb(OH)
2
↓
Pb(OH)
2↓ + 2OH
-→ Pb(OH)
45. Dengan asam sulfat encer
terbentuk endapan putih timbal sulfat.
Pb
2++ SO
42-
→ Pb SO
4↓
Pb SO
4↓ + H
2SO
4→ Pb
2++ HSO
4-↓
6. Dengan Kalium Iodida terbentuk
endapan kuning timbal iodida
Pb
2++ 2I
-→ PbI
2
↓
Endapan larut dalam air mendidih menghasilkan larutan tak berwarna, setelah dingin akan
memisah membentuk keping-keping berwarna kuning keemasan.
1. Dengan asam klorida encer atau
klorida–klorida yang larut terbentuk
endapan putih kalomel.
Hg
22++ 2Cl
-→ Hg
2
Cl
2↓
2. Dengan hidrogen sulfida dalam
suasana netral atau asam encer
terbentuk endapan hitam.
Hg
22++ H
2
S ↔ Hg + HgS↓ + 2H
+3. Dengan larutan amonia terbentuk
endapan hitam yang merupakan
campuran merkurium (I) dan merkurium
(II) amidonitrat basa.
Hg
22++ NO
3-+4NH
3
+H
2O →
HgOHg–NH
2↓ + 2Hg↓ + 3NH
4+NO
34. Dengan larutan NaOH terbentuk
endapan hitam Merkurium (I) oksida
Hg
22++ 2OH
-→ Hg
2
O↓ + H
2O
5. Dengan Kalium Iodida terbentuk
endapan hijau merkurium(I) iodida, jika
ditambah reagensia berlebihan terbentuk
ion tetraiodomerkurat (II) yang larut dan
merkurium hitam yang berbutir halus.
Hg
22++ 2I
-→ Hg
2
I
2↓
Hg
2I
2↓ + 2I-
-→ HgI
42-↓ + Hg↓
1. Dengan asam klorida encer atau
klorida-klorida yang larut terbentuk
endapan perak klorida.
Endapan larut dalam amonia encer dan
dengan asam nitrat encer akan
menetralkan kelebihan amonia sehingga
akan terbentuk endapan lagi.
Ag
++ 2Cl
-→ AgCl↓
Ag
++ 2NH
3-
→ [Ag (NH
3)
2]
++ Cl
2. Dengan hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer terbentuk endapan
hitam perak sulfida.
2Ag+ + H
2S ↔ Ag2S↓ + 2H+
3. Dengan larutan amonia terbentuk endapan coklat perak oksida.
2Ag+ + 2NH
3 + H2O → Ag2O↓ + 2NH4+
4. Dengan larutan NaOH terbentuk endapan coklat perak oksida
2Ag+ + 2OH- → Ag
2O↓ + H2O
Identifikasi Perak (Ag
+)
4. Dengan Kalium Iodida terbentuk
endapan kuning perak iodida, jika
ditambah reagensia amonia encer/pekat
endapan tidak larut. Endapan mudah larut
dalam kalium sianida dan natrium
tiosulfat.
Ag
++ I
-→ AgI ↓
AgI ↓+ 2CN
-→
[Ag(CN)
2]
-+ I
-AgI ↓+ 2S
2O
32 -→ Ag(S
2O
3)
2 3-+ I
–KIMIA DASAR
(Analisis Kualitatif)
Analisis dan Reaksi Identifikasi Golongan II
Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan I-V
Kation golongan II (Hg
2+, Pb
2+, Bi
3+, Cu
2+,
Cd
2+, As
3+, As
5+, Sb
3+, Sb
5+, Sn
2+, Sn
4+)
membentuk endapan dengan hidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral
encer.
Endapan yang terbentuk adalah HgS
(hitam), PbS (hitam), CuS (hitam), CdS
(kuning), Bi
2S
3(coklat), As
2S
3(kuning),
As
2S
5(kuning), Sb
2S
3(jingga), Sb
2S
2(jingga), SnS (coklat) SnS
2(kuning).
Kation golongan II dibagi lagi menjadi lagi dua sub golongan berdasarkan kelarutan endapan tersebut
dalam amonium polisulfida, yaitu subgolongan tembaga (Golongan IIA) dan subgolongan arsenik
(Golongan IIB).
Sulfida dari sub golongan tembaga (ion Hg2+, Pb2+,
Bi3+, Cu2+, Cd2+) tidak larut dalam amonium
polisulfida, sedangkan sulfida sub golongan arsenik (As3+, As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+, Sn4+) larut membentuk
garam-garam kation.
Ion-ion golongan IIB ini bersifat amfoter (oksidanya membentuk garam baik dengan asam maupun dengan
basa).
Semua sulfida dari golongan IIB larut dalam (NH4)2S tidak berwarna kecuali SnS.
Hasil kali kelarutan beberapa endapan sulfida dan hidroksida
Kation-kation golongan II dan kation-kation golongan III sama-sama membentuk endapan sulfida namun mengapa kation-kation golongan
III tidak mengendap pada pengendapan kation golongan II ?
Pengendapan kation golongan II dan III dibedakan atas dasar pengaturan keasaman.
Diketahui bahwa larutan jenuh H2S mempunyai konsentrasi kira-kira 0,1 M dan tetapan ionisasi asam sulfida (Ka) adalah
Jika konsentrasi kation golongan II dan III masing-masing 0,1 M dapat dihitung garam
sulfida mana yang mengendap.
Dari daftar hasil kali kelarutan yang terdapat pada tabel sebelumnya dapat dilihat bahwa endapan yang mempunyai hasil kali kelarutan paling besar pada golongan II adalah CdS yaitu
8,0 x 10-27 sedangkan yang mempunyai hasil
kali kelatutan paling rendah pada golongan III adalah ZnS yaitu 1,6 x 10-23.
Bila dihitung hasil kali antara konsentrasi ion Cd2+, Zn2+ dan S2- adalah :
Dengan diperhitungkan seperti ini untuk
keasaman HCl 0,2M dengan larutan jenuh
H
2S diperoleh bahwa sulfida golongan III
yang paling mudah mengendap
sedangkan (ZnS) belum mengendap.
Apabila konsentrasi HCl lebih kecil dari
0,2M maka ZnS akan ikut mengendap
pada pengendapan golongan II.
1. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan
jenuh): dengan adanya asam klorida encer, mula-mula akan terbentuk endapan putih merkurium (II) klorosulfida yang terurai bila
ditambahkan hidrogen sulfida lebih lanjut dan akhirnya terbentuk endapan hitam
merkuri (II) sulfida.
3Hg2+ + 2Cl- + 2H
2S ↔ Hg3S2Cl2↓ + 4H+ + 2Cl
2. Dengan larutan amonia terbentuk endapan putih yang merupakan campuran merkurium (II) oksida
dan merkurium (II) amidonitrat. 2Hg2+ + NO
3- + 4NH3 +H2O →
HgO↓ + Hg (NH2)NO3↓ + 2Hg + 3NH4+
3. Dengan larutan NaOH dalam jumlah sedikit terbentuk endapan merah kecoklatan, bila ditambahkan dalam jumlah yang stoikiometris
endapan berubah menjadi kuning terbentuk Merkurium (II) oksida
Hg2+ + 2OH- → HgO↓ + H 2O
4. Dengan Kalium Iodida bila ditambahkan
perlahan-lahan pada larutan terbentuk endapan merah merkurium(II) iodida, jika ditambah
reagensia berlebihan terbentuk ion tetra-iodomerkurat (II) yang larut
Hg2+ + 2I -→ HgI
2 ↓
HgI2 ↓ + 2I- -→ [HgI
4]2- (Aq)
5. Dengan kalium sianida tidak terjadi perubahan apa-apa.
1. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan jenuh): terbentuk endapan hitam bismut sulfida.
Endapan larut dalam asam klorida pekat yang mendidih, yaitu pada saat gas hidrogen sulfida
dibebaskan.
2Bi3+ + 3H
2S ↔ Bi2S3↓ + 6H+
Bi2S3↓ + 6HCl → 2Bi3+ + 6Cl- + 3H
2S↑
Identifikasi Bismut (Bi
3+)
2. Dengan larutan amonia terbentuk endapan putih
Bi3++ NO
3- + 2NH3 +2H2O →
Bi(OH)2NO3↓ + 2Hg↓ + 2NH4+
3. Dengan larutan NaOH terbentuk endapan putih bismut hidroksida.
Bi3++ 3OH- → Bi (OH)
3↓
4. Dengan Kalium Iodida bila ditambahkan
perlahan-lahan pada larutan terbentuk endapan hitam bismut (II) iodida, jika ditambah
reagensia berlebihan terbentuk ion tetra-iodobismutat (II) yang berwarna jingga.
Bi3+ + I- → BiI 3↓
BiI3↓ + I- ↔ BiI 4
-5. Dengan kalium sianida terbentuk endapan putih bismut hidroksida
Bi3++ 3H
2O + 3CN -→ Bi(OH)3↓ + 3HCN↑
Identifikasi Bismut (Bi
3+)
1. Dengan Hidrogen sulfida (gas/ larutan
jenuh): terbentuk endapan hitam tembaga(II) sulfida.
Cu2+ + H
2S ↔ CuS↓ + 2H+
2. Dengan larutan amonia dalam jumlah yang sangat sedikit terbentuk endapan biru.
2Cu2++ SO
4- + 2NH3 +2H2O →
Cu(OH)2CuSO4↓ + 2NH4+
3. Dengan larutan NaOH dalam larutan dingin terbentuk endapan biru tembaga (II)
hidroksida.
Cu2++ 2OH- → Cu (OH)
2↓
4. Dengan Kalium Iodida terbentuk endapan putih tembaga (II) iodida, tetapi larutannya berwarna coklat tua karena terbentuk ion-ion
triiodida (iod)
2Cu2+ + 5I- → 2CuI↓ + I 3
5. Dengan kalium sianida terbentuk endapan kuning tembaga(II) sianida
Cu2+ CN -→ Cu(CN) 2↓
1. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan
jenuh) terbentuk endapan kuning
kadmium sulfida.
Cd
2++ H
2
S ↔ CdS↓ + 2H
+2. Dengan larutan amonia bila
ditam-bahkan tetes demi tetes terbentuk
endapan putih
Cd
2++ 2NH
3
+2H
2O ↔ Cd( OH)
2↓ + 2NH
4+3. Dengan larutan NaOH dalam larutan
dingin terbentuk endapan putih kadmium
(II) hidroksida.
Cd
2++ 2OH
-↔ Cd (OH)
2↓
4. Dengan kalium sianida terbentuk
endapan putih kadmium(II) sianida
Cd
2++ 2 CN
-→ Cd(CN)
2↓
5. Dengan Kalium Iodida tidak terbentuk
endapan
1. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan
jenuh) terbentuk endapan kuning arsenik
(III) sulfida.
2As
3++ 3H
2
S → As
2O
3↓ + 6H
+2. Dengan larutan perak nitrat dalam
larutan netral terbentuk endapan kuning
AsO
33-+ 3Ag
+→ AsO
33-
+ Ag
2AsO
3↓
3. Dengan campuran magnesia (larutan
yang mengandung MgCl
2, NH
4Cl dan
sedikit NH
3tidak terbentuk endapan.
4. Dengan larutan tembaga sulfat
terbentuk endapan hijau tembaga arsenit
5. Dengan kalium tri-iodida larutan iod
dalam kalium iodida mengoksidasikan ion
arsenit sehingga warna luntur.
AsO
33-+ I
3-
+ H
2O → AsO
43-+3 I
-+ 2H
+1. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan
jenuh): tidak terbentuk. Jika aliran udara
diteruskan,campuran Arsenik (III) sulfida,
A
s2S
3dan belerang mengendap dengan
lambat. Pengendapan akan lebih cepat
dalam larutan panas.
AsO
43-+ H
2
S → AsO
33-+ S↓+ H
2O
2AsO
33-+ 3H
2
S + 6H
+→ As
2S
3↓ + 6H
2O
2. Dengan larutan perak nitrat dalam
larutan netral terbentuk endapan merah
kecoklatan.
AsO
43-+ 3Ag
2+→ Ag3AsO
4↓
3. Dengan campuran magnesia (larutan
yang mengandung MgCl
2, NH
4Cl dan
sedikit NH
3) endapan kristalin putih.
AsO
43-+ 3Mg
2++ NH
4+
→ MgNH
4AsO
4↓
4. Dengan larutan amonium molybdat dan
asam nitrat berlebihan terbentuk endapan
kristalin berwarna kuning.
AsO
43-+ 12MoO
42-
+ 3NH
4++ 2H
+→
(NH
4)As Mo
12O
40↓ + 12H
2O
5. Dengan larutan kalium iodida dan asam
klorida pekat maka ion iod akan
diendapkan..
AsO
43-+2H
++ 2I
-↔ + H
2
O →
AsO
33-+ I
2
↓ + H
2O
1. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan
jenuh) terbentuk endapan merah stibium
trisulfida.
2Sb
3++ 3H
2
S → Sb
2S
3+ 6H
+2. Dengan air terbentuk endapan putih
antimonil klorida SbOCl.
3. Dengan natrium hdroksida atau amonia
terbentuk endapan putih stibium (III)oksida yang larut dalam larutan basa yang pekat membentuk
antimonit. 2Sb3++6OH- → Sb
2O3↓ + 3H2O
Sb2O3↓ + 2OH-→ 2SbO2-↓ + H2O
4. Dengan Zink membentuk endapan hitam yaitu stibium.
2Sb3+ + 3Zn ↓→ 2Sb↓ + 3Zn2+
5. Dengan kawat besi terbentuk endapan hitam stibium.
2Sb3+ + 3Fe→ 2Sb↓ + 3Fe2+
1. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan jenuh) terbentuk endapan merah jingga stibium
pentasulfida. 2Sb5+ + 5H
2S → Sb2S5↓ + 10H+
2. Dengan air (aquades) terbentuk endapan putih dengan komposisi macam-macam akhirnya akan terbentuk asam antimonat.
2Sb5+ + 4H
2O → H3SbO4↓ + 5H+
Identifikasi Stibium (Sb
5+)
4. Dengan kalium iodide dalam larutan yang bersifat asam,iod memisah.
Sb5+ + 2I- → Sb3+ + I
2(g)
5. Dengan zink atau timah membentuk
endapan hitam yaitu stibium dengan adanya asam klorida.
2Sb5+ + 5Zn ↓→ 2Sb↓ + 5Zn2+
2Sb5+ + 5Sn ↓→ 2Sb↓ + 5Sn2+
1. Dengan Hidrogen sulfida (gas/ larutan
jenuh) terbentuk endapan coklat timah
(II) sulfida.
Sn
2++ H
2
S → SnS↓ + 2H
+2. Dengan natrium hidroksida terbentuk
endapan putih timah (II) hidroksida yang
larut dalam alkali berlebihan.
Sn
2++2OH
-→ Sn(OH)
2
↓
Sn(OH)
2↓ +2OH
-→ Sn(OH)
42-↓
3. Dengan larutan merkurium (II) klorida
terbentuk endapan putih merkurium (I)
klorida, jika sejumlah besar reagensia
ditambahkan dengan cepat.
4. Dengan larutan bismut nitrat dan
natrium hidroksida terbentuk endapan
hitam logam bismut.
Bi
3++ 3OH
-→ Bi (OH)3↓
Bi(OH)3↓ + Sn(OH)42- → 2Bi↓ + 3Sn(OH)6
1. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan
jenuh) terbentuk endapan kuning timah (IV)
sulfida. Endapan larut dalam asam klorida
pekat.
Sn
4++ 2H
2
S → SnS
2↓ + 4H
+2. Dengan natrium hidroksida terbentuk
endapan putih seperti gelatin yaitu timah
(IV) hidroksida.
Sn
4++2OH
-→ Sn(OH)
4↓
Sn(OH)
42-↓+2OH
-→Sn(OH)
62
↓
4. Dengan logam besi terjadi reduksi
ion timah (IV) menjadi timah(II).
Sn
4++ Fe → Fe
2++ Sn
2+5. Dengan larutan merkurium (II)
klorida tidak terbentuk endapan.
KIMIA DASAR
(Analisis Kualitatif)
Drs. Saeful Amin, M.Si., Apt.
Analisis dan Reaksi Identifikasi Golongan III
Sebelum pengendapan golongan
III dilakukan, terlebih dahulu
diperiksa adanya ionion
pengganggu (fosfat, oksalat dan
borat).
Bila ion-ion tersebut ada maka
harus dihilangkan dahulu.
Kation golongan III (Co
2+, Ni
2+, Fe
2+,
Zn
2+, Mn
2+, Cr
3+, Al
3+) membentuk
endapan dengan amonium sulfida
dalam suasana netral atau amoniak.
Endapan yang terbentuk adalah FeS
(hitam), Al(OH)
3(putih), Cr(OH)
3(hijau) NiS (hitam), MnS (merah
Pada pengendapan kation golongan III ditambahkan buffer NH4OH dan NH4Cl (pH basa lemah), misalnya pH = 9, maka
[H+] = 10-9 dan [OH-] = 10-5.
Pada konsentrasi ion hidrogen basa lemah (± 10-9) maka :
Ini menunjukkan bhw hasil kali kelarutan semua sulfida golongan III sudah dilampaui.
Dalam tabel hasil kali kelarutan beberapa endapan sulfida dan hidroksida dapat dilihat bahwa Ksp [M][S2-] < Ksp [M][OH-].
Dengan demikian untuk kation yang sama akan mengendap sebagai sulfida dahulu.
Hasil kali kelarutan beberapa endapan sulfida dan hidroksida
Kation golongan III membentuk sulfida yang lebih larut dibandingkan kation golongan II.
Karena itu, untuk mengendapkan kation gol III sebagai garam sulfida konsentrasi ion H+ dikurangi
menjadi sekitar 10-9 M atau pH 9.
Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan amonium hidroksida dan amonium klorida.
Kemudian dijenuhkan dengan H2S. Dalam kondisi ini kesetimbangan :
Reaksi akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S2- akan meningkat dan cukup untuk
mengendapkan kation golongan III. H2S dapat juga diganti dengan (NH4)2S.
1. Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan putih bila tidak terdapat udara sama
sekali. Bila terkena udara akan teroksidasi menjadi besi (III) hidroksida yang berupa
endapan coklat kemerahan.
Fe
2++ 2OH
-→ Fe(OH)
2↓
4Fe(OH)
2↓ + 2H
2O + O
2→ 4Fe(OH)
3↓
2Fe(OH)
2↓ + H
2O
2→ 2Fe(OH)
3↓
2. Dengan larutan amonia terjadi
pengendapan besi (II) hidroksida.
Fe
2++ 2OH
-→ Fe(OH)
2↓
3. Dengan hidrogen sulfida tidak terjadi
pengendapan dalam larutan asam.
4. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan hitam besi (II) sulfida yang larut dengan mudah dalam
larutan asam
Fe2++ S2- → FeS↓
FeS↓+ 2H+ → Fe2+ +H
2S↑
FeS↓+ 9O2 → 2Fe2O(SO4)2↑
5. Dengan larutan kalium sianida terbentuk endapan coklat kekuningan yang larut dalam
reagensia berlebihan.
Fe2++ 2CN- → Fe(CN) 2↓
Fe(CN)2↓+4CN- → Fe(CN)6
1. Dengan larutan amonia terjadi endapan coklat merah seperti gelatin dari besi (III) hidroksida yang tidak larut dalam reagensia
berlebihan tetapi larut dalam asam. Fe3+ + 3NH
3 + 3H2O → Fe(OH)3↓ + 3NH4+
2. Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan coklat kemerahan besi (III) hidroksida
Fe
3++ 3OH
-→ Fe(OH)
3↓
3. Dengan hidrogen sulfida dalam larutan asam mereduksi ion-ion besi (III) menjadi besi (II) dan
terbentuk belerang sebagai endapan putih susu.
2Fe
3++ +H
2
S → FeS↓
FeS↓+ 2H
+→ 2Fe
2++2H
++ S↓
4. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan hitam yang terdiri dari besi (II) sulfida
dan belerang.
2Fe
3++ 3S
2-→ 2FeS↓+ S↓
5. Dengan larutan kalium sianida bila
ditambahkan perlahan-lahan menghasilkan endapan coklat kemerahan dari besi (III)
sianida.
Fe
3++ 3CN
-→ Fe(CN)
3↓
1. Dengan larutan amonia terjadi endapan putih seperti gelatin dari aluminium hidroksida yang
larut sedikit dalam reagensia berlebihan.
Al
3++ 3NH
3
+ 3H
2O → Al(OH)
3↓ + 3NH
4+2. Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan putih dari aluminium hidroksida
Al
3++ 3OH
-→ Al(OH)
3↓
3. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan putih yang terdiri dari aluminium
hidroksida
Al
3++ 2S
2-+ 6H
2
O → 2Al(OH)
3↓+3H
2S↑
4. Dengan larutan natrium asetat tidak
terbentuk endapan dalam larutan netral dingin tetapi dengan mendidihkan dengan reagensia
berlebihan terbentuk endapan.
Al
3++ 3CH
3
COO
-+ 2H
2O →
Al(OH)
2CH
3COO↓+CH
3COOH
1. Dengan larutan amonia terjadi endapan abu-abu hijau sampai abu-abu-abu-abu biru seperti gelatin
dari kromium hidroksida yang larut sedikit dalam reagensia berlebihan.
Cr3+ + 3NH
3 + 3H2O → Cr(OH)3↓ + 3NH4+
Cr(OH)3↓+ 6NH3 → Cr(NH3)6 3+↓ + 3OH
-2. Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan abu-abu hijau dari kromium hidroksida
Cr
3++ 3OH
-→ Cr(OH)
3↓
3. Dengan larutan natrium karbonat terbentuk endapan abu-abu hijau dari kromium hidroksida
2Cr3+ + 3CO
32-+ 3H2O → 2Cr(OH)3↓ +3CO2↑
4. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan abu-abu hijau dari kromium hidroksida
2Cr3+ + 3S2- + 6H
2O → 2Cr(OH)3↓+3H2S↑
5. Dengan larutan natrium asetat tidak
terbentuk endapan dalam larutan netral dingin walaupun dengan mendidihkan
1. Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan biru
Co
2++ OH
-+ NO
3-
→ Co(OH) NO
3↓
2. Dengan larutan amonia terjadi endapan biru
Co
2++ NH
3
+ H
2O + NO
3-→
Co(OH) NO
3↓+ NH
4+3. Dengan larutan amonium sulfida
terbentuk endapan hitam kobalt sulfida
Co
2++ S
2-→ CoS↓
4. Dengan larutan kalium sianida bila
ditambahkan perlahan-lahan
menghasilkan endapan coklat kemerahan
besi (III) sianida.
Co
2++ 2CN
-→ Co(CN)
2↓
1. Dengan larutan natrium hidroksida
terbentuk endapan hijau
Ni
2++ 2OH
-→ Ni(OH)
2
↓
2. Dengan larutan amonia terjadi
endapan hijau
Ni
2++ 2NH
3
+ 2H
2O → Ni(OH)
2↓ + 2NH
4+3. Dengan larutan amonium sulfida
terbentuk endapan hitam nikel sulfida.
Ni
2++ S
2-→ NiS↓
4. Dengan larutan kalium sianida
endapan hijau nikel (II) sianida.
Ni
2++ 2CN
-→ Ni (CN)
2
↓
1. Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan putih. Endapan dengan cepat
teroksidasi bila terkena udara menjadi coklat.
Mn2+ + 2OH- → Mn(OH)
2↓
2. Dengan larutan amonia terbentuk endapan putih. Endapan dengan cepat teroksidasi bila
terkena udara menjadi coklat Mn2+ + 2NH
3 + 2H2O →Mn(OH)2↓ + 2NH4+
Identifikasi Mangan (Mn
2+)
3. Dengan larutan amonium sulfida
terbentuk endapan merah jambu dari
mangan sulfida.
Mn
2++ S
2-→ MnS↓
4. Dengan larutan natrium fosfat
terbentuk endapan merah jambu dari
mangan amonium fosfat.
Mn
2++ 2NH
3
+ HPO
42-→ Mn(NH
4)PO
4↓
1. Dengan larutan natrium hidroksida
terbentuk endapan seperti gelatin yang
putih. Endapan larut dalam asam.
Zn
2++ 2OH
-→ Zn(OH)
2
↓
Zn(OH)
2↓ + 2H
+→ Zn
2++ 2H
2O
2. Dengan larutan amonia terbentuk
endapan putih.
Zn
2++ 2NH
3
+ 2H
2O →
Zn(OH)
2↓ + 2NH
4+3. Dengan larutan amonium sulfida
terbentuk endapan putih
Zn
2++ S
2-→ MnS↓
4. Dengan larutan dinatrium hidrogen
fosfat terbentuk endapan putih
Zn
2++ HPO
42-
→ Zn(PO
4)
2↓ + 2H
+KIMIA DASAR
(Analisis Kualitatif)
Drs. Saeful Amin, M.Si., Apt.
Analisis dan Reaksi Identifikasi Golongan IV dan V
Kation golongan ini (Ca
2+, Sr
2+dan Ba
2+)
mengendap sebagai karbonatnya dalam
suasana netral atau sedikit asam dengan
adanya amonium klorida.
Endapan yang terbentuk adalah BaCO
3,
CaCO
3dan SrCO
3yang semuanya
berwarna putih.
Garam logam alkali tanah yang digunakan
untuk pemisahan satu sama lain ialah
kromat, karbonat, sulfat dan oksalat.
BaCrO4 hampir tidak larut dalam suasana asetat encer, sedangkan SrCrO4 dan CaCrO4 larut, maka keduanya tidak
diendapkan dalam suasana asam asetat encer. Hasil kali kalarutan garam logam alkali tanah
Dengan menambahakan larutan amonium sulfat jenuh dan memanaskannya maka sebagian besar SrCrO4 mengendap setelah didiamkan.
Sedangkan ion Ca2+ mudah diidentifikasi dengan mengendapkannya sebagai
1. Dengan larutan amonia tidak
terbentuk endapan.
2. Dengan larutan amonium karbonat
terbentuk endapan putih
Ba
2++ CO
32-
→ Ba CO
3↓
3. Dengan larutan amonium oksalat
terbentuk endapan putih
Ba
2++ (COO)
22-
→ Ba(COO)
2↓
4. Dengan asam sulfat terbentuk
endapan putih
Ba
2++ SO
42-
→ BaSO
4↓
5. Dengan kalium kromat terbentuk
endapan kuning
Ba
2++ CrO
42-
→ Ba CrO
4↓
1. Dengan larutan amonia tidak
terbentuk endapan.
2. Dengan larutan amonium karbonat
terbentuk endapan putih
Ca
2++ CO
32-
→ CaCO
3↓
3. Dengan larutan amonium oksalat
terbentuk endapan putih
Ca
2++ (COO)
22-
→ Ca (COO)
2↓
4. Dengan asam sulfat terbentuk
endapan putih
Ca
2++ SO
42-
→ CaSO
4↓
5. Dengan kalium kromat tidak
terbentuk endapan.
Ca
2++ CrO
42-
→ CaCrO
4↓
1. Dengan larutan amonia tidak
terbentuk endapan.
2. Dengan larutan amonium karbonat
terbentuk endapan putih
Sr
2++ CO
32-
→ SrCO
3↓
3. Dengan larutan amonium oksalat
terbentuk endapan putih
Sr
2++ (COO)
22-
→ Sr (COO)
2↓
4. Dengan asam sulfat terbentuk
endapan putih
Sr
2++ SO
42-
→ SrSO
4↓
5. Dengan kalium kromat terbentuk
endapan kuning
Sr
2++ CrO
42-
→ SrCrO
4↓
6. Dengan uji nyala terjadi warna
nyala merah karmin
Kation golongan V
(Mg
2+, Na
+, K
+dan NH
4+
).
Untuk identifikasi ion-ion ini dapat
dilakukan dengan reaksi-reaksi khusus
atau uji nyala, tetapi ion amonium
tidak dapat diperiksa dari filtrat IV.
1. Dengan larutan Natrium
hek-sanitritokobaltat terbentuk endapan
kuning.
3K
++ Co(NO
2
)
63-→ K
3Co(NO
2)
6↓
2. Dengan larutan asam tartrat
membentuk endapan kristalin putih
K
++ H
2
C
4H
4O
6→ KH
2C
4H
4O
6↓ + H
+3. Dengan larutan asam perklorat
terbentuk endapan putih
K
++ ClO
4 -
→ KClO
4↓
4. Dengan larutan asam
heksa-kloroplatinat terbentuk endapan kuning
K
++ PtCl
62-
→ KPtCl
62-↓
5. Dengan uji nyala terjadi warna nyala
ungu
1. Dengan larutan uranil magnesium asetat terbentuk endapan kristalin kuning.
Na++Mg2++3UO
22++9CH3COO- →
NaMg(3UO2)3(CH3COO)9
2. Dengan larutan asam kloroplatinat tidak membentuk endapan
3. Dengan larutan asam tartrat tidak membentuk endapan
4. Dengan uji nyala terjadi warna nyala kuning
1. Dengan larutan natrium hidroksida dan dipanaskan keluar gas amonia.
NH4+ + OH-→ NH
3+↑ + H2O
2. Dengan reagen Nessler membentuk endapan coklat
NH4+ + 2(HgI
4)2- + 4OH- →
HgO.Hg(NH2)I↓ + 7I- + 3H
2O
3. Dengan larutan Natrium heksanitritokobaltat terbentuk endapan kuning.
3NH4+ + Co(NO
2)63- → (NH4+) 3Co(NO2)6↓
Identifikasi Amonium (NH
4+)
4. Dengan larutan asam
heksa-kloroplatinat terbentuk endapan kuning
2NH
4++ PtCl
62-
→ (NH
4)
2(PtCl
6)
2↓
5. Dengan larutan natrium hidrogen
tartrat membentuk endapan putih
NH
4++ HC
4
H
4O
6-→ NH
4HC
4H
4O
6↓
6. Dengan larutan asam perklorat tidak
terbentuk endapan
1. Dengan larutan amonia terbentuk
endapan putih seperti gelatin.
Mg
2++ 2NH
3
+ 2H
2O → Mg(OH)
2↓ +2NH
4+2. Dengan larutan natrium hidroksida
membentuk endapan putih
Mg
2++ 2OH
-→ Mg(OH)
2↓
3. Dengan larutan amonium karbonat
terbentuk endapan putih
5Mg
2++ 6CO
32-
+ 7H
2O →
4MgCO
3Mg(OH)
2.5H
2O + 2HCO
3-4. Dengan larutan natrium karbonat
terbentuk endapan putih
Mg
2++ HPO
42-