• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yulida Rachmawati (1), Teti Armiati Argo (2) Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yulida Rachmawati (1), Teti Armiati Argo (2) Abstrak"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Prospek Penerapan Circular Economy dalam Pengelolaan

Sampah Padat yang Berkelanjutan dan Mandiri di Pulau-Pulau

Kecil: Studi Kasus Kecamatan Kepulauan Karimunjawa, Jawa

Tengah

Yulida Rachmawati (1), Teti Armiati Argo (2)

(1) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. (2) Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Desa, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.

Abstrak

Pengelolaan sampah padat yang berkelanjutan dengan konsep Circular Economy (CE) mengubah konsep linier (sampah dikumpulkan-diangkut-dibuang) menjadi konsep melingkar (sampah adalah bahan baku sekunder untuk diproduksi kembali). Fitur geografis pulau kecil (small islands) berbeda dengan pulau utama (main island), sehingga kondisi pengelolaan sampah padat secara umum, jenis sampah padat, serta proses dan perilaku konsumsi, diprediksi akan berbeda. Kecamatan Kepulauan Karimunjawa merupakan salah satu kepulauan di Indonesia yang mulai mengalami permasalahan lingkungan karena jumlah timbulan sampah padat semakin sulit diatasi. Penelitian ini betujuan untuk mengidentifikasi prospek penerapan circular economy dalam pengelolaan sampah padat yang berkelanjutan dan mandiri di Kecamatan Kepulauan Karimunjawa. Terdapat tiga sasaran yang akan dicapai yaitu, menemukenali praktik pengelolaan sampah padat yang telah dilakukan oleh penduduk setempat; mengidentifikasi perilaku penduduk setempat dalam melakukan upaya pengelolaan sampah padat yang berkelanjutan; dan menghitung residu timbulan sampah padat di Kecamatan Kepulauan Karimunjawa.

Pendekatan penelitian dilakukan secara transformatif mixed method. Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap 11 aktor pemangku kepentingan dan menghadiri 4 forum desa. Data kuantitatif didapatkan dengan menyebar kuesioner di 100 rumah secara convinience sampling dan pengambilan sampel timbulan sampah padat domestik.

Kesimpulannya, sampah padat tidak terolah karena terjadi kebocoran dalam aspek ekonomi makro dari kegiatan manufaktur menuju kegiatan konsumsi dan kesalahan pasar dari kegiatan konsumsi hingga ke pembuangan sampah. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah menutup loops/ kebocoran dengan pengadaan tekologi dan aturan/ kebijakan yang jelas terkait pengelolaan sampah padat, operasional pengangkutan sampah, dan sosialisasi rumah ke rumah terkait perilaku yang berkelanjutan.

Kata-Kata Kunci : pengelolaan sampah padat berkelanjutan, circular economy, perilaku, residu, pulau-pulau kecil, konsumsi

(2)

Pendahuluan

Pengelolaan sampah padat yang berkelanjutan telah dicanangkan oleh Ad Lansink (1979) saat memberikan mosi pada Parlemen Belanda dengan Lansink’s Ladder atau biasa dikenal dengan Hirarki Pengelolaan Sampah. Pengelolaan sampah padat yang berkelanjutan terus dicanangkan dan terus diperbaiki. Pada tahun 2010, Parlemen Belanda mencanangkan Circular Economy sebagai salah satu konsep besar terkait konsumsi (yang selanjutnya akan menjadi sampah) dan produksi (yang membutuhkan bahan baku) yang berkelanjutan. Circular Economy dimulai untuk menjembatani aspek lingkungan dan ekonomi yang sering berseberangan. Circular Economy dapat mengintegrasikan berbagai aspek dalam meningkatkan nilai ekonomi tanpa menurunkan nilai lingkungan atau sosial.

Pada awalnya sampah padat berarti barang yang tidak berguna. Akan tetapi, saat ini sampah padat mulai didefinisi ulang menjadi material/ bahan baku alternatif pengganti bahan baku yang diekstrak langsung dari alam. Pengelolaan sampah padat yang awalnya berkonsep linear (kumpul-angkut-buang) diubah menjadi konsep circular resource management. Konsep melingkar ini dapat terwujud dengan menutup circle loop atau menghindari kebocoran dalam sistem.

Setiap wilayah memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda secara kondisi wilayah, political will, perilaku dan partisipasi penduduk Karimunjawa, dan masih banyak faktor lainnya yang berpengaruh. Wilayah yang paling menantang adalah bagaimana menerapkan pengelolaan sampah padat yang berkelanjutan di pulau-pulau kecil dalam suatu negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak pulau-pulau kecil. Indonesia juga telah melegalkan pengelolaan sampah padat yang berkelanjutan dalam UU RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Pada kebijakan tersebut telah tertanam prinsip dasar Hirarki Pengelolaan Sampah maupun Circular Economy. Akan tetapi, implementasi yang dilakukan di Indonesia belum

mencerminkan pengelolaan sampah padat yang berkelanjutan. Secara dominan, pengelolaan sampah padat yang terjadi masih berkonsep linear.

Di sisi lainnya, pulau-pulau kecil (small islands) sangat membutuhkan pengelolaan sampah padat yang melingkar. Hal ini dikarenakan pulau-pulau kecil memiliki fitur geografis khusus yang berbeda dengan pulau utama (main island). Pulau-pulau kecil juga memiliki sumber daya yang terbatas sehingga diperlukan optimalisasi dari sumber daya yang ada, termasuk menggunakan sampah.

Salah satu contoh yang digunakan dalam studi kasus ini adalah Kecamatan Kepulauan Karimunjawa. Kecamatan yang memiliki 27 pulau kecil ini mulai mengalami permasalahan serius terkait sampah. Kepulauan Karimunjawa mulai mengalami permasalahan sampah seperti di pulau-pulau kecil lain. Pulau Bali, Pulau Gili di Lombok, dan pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu saat ini tengah mengalami permasalahan pengelolaan sampah padat. Permasalahan pengelolaan sampah padat pada pulau-pulau kecil tersebut disebabkan oleh kiriman sampah dari pulau lain melalui media laut dan lonjakan turis. Angka pertumbuhan sampah tidak sebanding dengan infrastruktur yang tersedia menyebabkan sampah berakhir tidak dikelola. Penanganan setelah terjadi lonjakan sampah yang masif bahkan oleh lembaga internasional memang dengan mudah didapatkan. Akan tetapi, perlu kegiatan dan perencanaan pengelolaan sampah yang dapat menyelesaikan permasalahan pengelolaan sampah secara terintegrasi, preventif dan mungkin pragmatis untuk mewujudkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Bahkan gaya hidup penduduk pulau-pulau kecil pun harus berubah apabila akan terjadi pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Metode

Area Studi

Kecamatan Kepulauan Karimunjawa terdiri dari empat desa yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, Desa Nyamuk, dan Desa Parang

(3)

(Gambar 1). Kecamatan Kepulauan Karimunjawa memiliki penduduk 9.379 jiwa tahun 2015. Kecamatan Kepulauan Karimunjawa dikelilingi oleh Laut Jawa dan berjarak 90 km dari ibukota Kabupaten Jepara. Penelitian terkonsentrasi di Kawasan perkotaan Karimunjawa yang terletak di Desa Karimunjawa dengan jumlah penduduk 4,747 jiwa. Kawasan perkotaan Karimunjawa merupakan pusat kegiatan bagi transportasi laut, pariwisata, dan perikanan di Karimunjawa. Desain Penelitian

Pendekatan penelitian dilakukan secara transformatif, yaitu pendekatan yang melakukan pengambilan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan data teori Circular Economy. Kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara pada 11 aktor pemangku kepentingan dan 4 forum terkait pengelolaan sampah di Karimunjawa serta observasi untuk mendapatkan data visual. Pemangku

kepentingan terdiri dari Kelompok ini terdiri dari lembaga formal pemerintahan (Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara, Petinggi Desa Karimunjawa, BUMDES, Ketua RT); kelompok penduduk (bank sampah, yayasan, pengangkut sampah independen, tukang loak); dan lembaga eksternal (lembaga donor dan pengelola CSR) yang mendukung pengelolaan sampah di Karimunjawa. Isu yang ditanyakan dalam wawancara mencakup praktik pengelolaan sampah di Karimunjawa, faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah, dan rencana pengelolaan sampah ke depan.

Data kuantitatif dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada 100 rumah secara convinience sampling. Kuesioner terdiri dari 2 bagian, yaitu data demografi dan perspektif perilaku penduduk dalam mengelola sampah. Kuesioner diadaptasi dari Theory Planned Behavior (Ajzen 1999). Terdapat 9 konstrak yang digunakan untuk mengetahui faktor penduduk dalam mengubah/ memperkuat Gambar 1 Peta Wilayah Administrasi Desa di Kecamatan Karimunjawa

(4)

perilaku kolektif, yaitu konstrak pengetahuan lingkungan, kewajiban morak, sikap, norma sosial, kontrol perilaku, niat, faktor situasional, dan perilaku. Setiap konstrak terdapat 2 sampai 5 pertanyaan.

Data kuantitatif lainnya adalah pengambilan sampel timbulan sampah domestik untuk mengetahui timbulan sampah dalam tahun, data timbulan sampah laut, dan timbulan sampah pariwisata. Pengambilan sampel timbulan sampah domestik dilakukan satu kali di 3 RT dengan 167 KK. Sampah kemudian dipilah sesuai kategori dan dibuat rerata timbulan sampah dalam 1 KK. Timbulan sampah domestik diasumsikan tidak mengalami perubahan pola dari tahun ke tahun. Timbulan sampah aktivitas pariwisata berasal dari sampah penginapan, sampah restauran, dan sampah di jalan. Timbulan sampah laut diasumsikan terdapat di sepanjang pantai di Kecamatan Kepulauan Karimunjawa sejauh 3 meter dari garis pantai yang terjadi sekali setiap tahun.

Analisis Data

Transkrip wawancara dilakukan analisis konten dengan memberi highlight pada pernyataan yang dibuat digabungkan dengan data visual yang didapatkan di lapangan dan melakukan pengategorian. Analisis ini dilakukan untuk melakukan pendekatan permasalahan makro terkait pengelolaan sampah dan rumusan kebijakan. Data kuesioner perilaku penduduk dilakukan analisis komparasi dengan menggunakan uji friedman dan post hoc Wilcoxon dan analisis statistik deskriptif dengan tabulasi silang pada konstrak perilaku dan pengetahuan lingkungan-sampah-konsumsi. Untuk mendapatkan informasi skenario timbulan residu sampah, dilakukan analisis proyeksi timbulan sampah domestik dan proyeksi timbulan sampah aktivitas pariwisata. Standar Kabupaten Jepara dalam hal timbulan sampah yang dijadikan DLH Kabupaten Jepara membuat Detailed Engineering Desain (DED) Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) digunakan sebagai pembanding. Analisis

kuantitaif dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS.

Hasil Penelitian

Pendekaan Makro

Karakteristik masalahan lingkungan yang berasal dari alam dan manusia memiliki keterhubungan. Secara geografis, Kecamatan Karimunjawa (small islands) bergantung pada Kabupaten Jepara (main island) dalam hal konsumsi sandang, pangan, energi, dan konstruksi. Harga yang tinggi dan barang yang terbatas menyebabkan perilaku penduduk terhadap konsumsi terbatas pada persediaan yang ada. Sistem pengelolaan sampah terbatas di kawasan perkotaan di Desa Karimunjawa sebagai pusat kegiatan pariwisata.

Dalam hal karakteristik rumusan kebijakan, masih belum sejalan dengan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Sifat keputusan belum mengupayakan kebijakan preventif dan antisipatif terhadap permasalahan lingkungan bahkan cenderung terdapat kesalahan pendefinisian permasalahan (error tipe3). Struktur kebijakan tersebar dan lambat sehingga belum mengakomodasi semua kebutuhan publik. Hal ini dimungkinkan karena distribusi kekuasaan menyebar dan kekuatannya sama besar, yang menyebabkan terjadinya tarik menarik antara aktor pengelolaan sampah. Analisis lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 6. Faktor Perilaku Mengelola Sampah

Dilakukan uji hipotesis dengan chi-square pada Uji Friedman untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dari setiap konstruk dibandingkan dengan nilai yang diharapkan (Tabel 1). Pada ukuran sampel yang konstan, semakin tinggi nilai chi-square, semakin besar perbedaan antara total ranking variabel dan nilai yang diharapkan. Pada ranking ini, nilai chi-square adalah 189.718 dengan df/ degree of freedom (derajat kebebasan) 7. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat dikonklusikan 100 responden tidak memiliki preferensi yang sama pada setiap konstruk.

(5)

Tabel 1 Tes Statistik pada Uji Friedman

N 100

Chi-square 189.718

df 7

Asymp. Sig. .000

Uji Friedman hanya dapat

memperlihatkan perbedaan ranking dari nilai yang diharapkan. Maka dilakukan uji post hoc Wilcoxon untuk mendeskripsikan perbedaan skor yang dapat dibandingkan. Pada kasus ini, nilai asimtot sangat kecil hingga mendekati nol. Digunakan signifikansi Bonferroni untuk menyesuaikan nilai statistika yang menggunakan banyak perbandingan. Signifikansi Bonferroni dihitung dari nilai error dibagi derajat kebebasan, sehingga didapatkan nilai sebesar 0.007143. Kesimpulannya, nilai Z pada setiap perbandingan konstruk signifikan dengan p < 0.001, atau semua konstruk memiliki keterkaitan/ hubungan.

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa jarak yang paling dekat atau paling berpengaruh dengan konstruk perilaku mengelola sampah adalah konstruk intensi dengan jarak -3.814, konstruk kewajiban moral dengan jarak -6.816, konstruk pengetahuan lingkungan dengan jarak -6.660, konstruk sikap dengan jarak -6.866, konstruk faktor situasional dengan jarak-7.596, konstruk norma sosial dengan jarak -7.817 dan terakhir konstruk kontrol perilaku yang diharapkan dengan jarak -8.039.

Berdasarkan temuan tersebut, disimpulkan bahwa faktor yang efektif mengubah perilaku mengelola sampah menjadi berkelanjutan adalah dengan meningkatkan komitmen penduduk Karimunjawa. Aktor pengelola sampah perlu meningkatkan kepedulian penduduk dengan landasan peran penting penduduk setempat untuk mengatasi permasalahan sampah di Karimunjawa. Kepedulian penduduk dapat ditingkatkan dengan memberikan pemahaman konkrit terkait etika lingkungan dan pengetahuan lingkungan terkait sampah dan konsumsi. Diperlukan pula upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan oleh penduduk Karimunjawa untuk mengelola sampah dan menegakkan kontrol sosial untuk tertib

mengelola sampah. Kemudian terakhir, melakukan penggalakan jargon Karimunjawa bebas sampah.

Tabel 2 Uji Statistik pada Friedman Test

Hubungan Konstruk Z Asymp. Sig. * Intensi - Perilaku -3.814 .000 Faktor Situasional -

Perilaku -7.596 .000

Kontrol Perilaku yang

diharapkan - Perilaku -8.039 .000 Norma Sosial - Perilaku -7.817 .000 Kewajiban Moral - Perilaku -6.816 .000 Sikap - Perilaku -6.866 .000 Pengetahuan Lingkungan - Perilaku -6.660 .000 *) 2-tailed

Karakteristik Perilaku Mengelola Sampah Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang didapatkan beberapa karakteristik penduduk Karimunjawa dalam perilaku mengelola sampah (Tabel 3). Karakteristik diidentifikasi berdasarkan lokasi tempat tinggal, umur, pendidikan terakhir, jenis kelamin, lama tinggal, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, penghasilan pribadi dan penghasilan keluarga serta keinginan untuk membayar retribusi.

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa penduduk Karimunjawa yang memiliki perilaku mengelola sampah relatif baik dibandingkan dengan kategori lainnya adalah penduduk Karimunjawa yang bertempat tinggal di RW 2, berusia 20 tahunan dan 60 tahunan, menempuh pendidikan tinggi, memiliki jenis kelamin laki-laki, telah tinggal di Karimunjawa selama kurang dari 5 tahun, memiliki pekerjaan sebagai pekerja honorer (pekerja tidak tetap di sektor pelayanan penduduk), memiliki pekerjaan sampingan dalam sektor makanan atau katering, memiliki penghasilan pribadi Rp 0 – Rp 500.000 dan penghasilan keluarga pada rentang yang sama serta memiliki keinginan membayar retribusi sebesar Rp 0 – Rp 500 setiap harinya.

Di sisi lainnya, berdasarkan hasil tabulasi silang, di dapatkan bahwa penduduk Karimunjawa yang memiliki perilaku mengelola sampah relatif buruk dibandingkan dengan

(6)

kategori lainnya adalah penduduk Karimunjawa yang bertempat tinggal di RW 3, berusia 30 tahunan dan 50 tahunan, memiliki latar pendidikan hingga Sekolah Dasar, berjenis kelamin perempuan, telah tinggal di Karimunjawa selama lebih dari 21 tahun, memiliki pekerjaan sebagai pedagang, tidak memiliki pekerjaan sampingan, memiliki penghasilan pribadi Rp 1.600.000-Rp 8.000.000 dan penghasilan keluarga pada rentang Rp 2.100.000 – Rp 3.000.000 serta memiliki keinginan membayar retribusi sebesar Rp 2500 – Rp 3300 setiap harinya.

Tabel 3 Hasil Tabulasi Silang Karakteristik Perilaku Mengelola Sampah

Karakteristik Relatif Baik Perilaku Perilaku Relatif Buruk Tempat

Tinggal RW 2 RW 3

Umur +60 dan +20 tahun +30 dan +50 tahun

Pendidikan D3/S1 SD

Gender Laki-laki Perempuan Tinggal <5 tahun >21 tahun Pekerjaan

utama Pekerja honorer Pedagang Pekerjaan

sampingan

Sektor Makanan/

dan katering Tidak ada Penghasilan pribadi Rendah (0-500.000) Tinggi (1.600.000-8.000.000) Penghasilan keluarga Rendah (0-500.000) Tinggi (2.100.000 - 3.000.000) WTP 0-500/hari 2500-3300/hari Karakteristik Pemahaman Konsep Lingkungan-Sampah-Konsumsi

Berdasarkan analisis tabulasi silang didapatkan beberapa karakteristik penduduk Karimunjawa yang memahami konsep lingkungan-sampah-konsumsi (Tabel 4). Karakteristik yang dapat diidentifikasi adalah lokasi tempat tinggal, umur, pendidikan terakhir, jenis kelamin, lama tinggal, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, penghasilan pribadi dan penghasilan keluarga serta keinginan untuk membayar retribusi.

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa penduduk Karimunjawa yang memiliki konsep lingkungan-sampah-konsumsi relatif baik dibandingkan dengan kategori lainnya adalah penduduk Karimunjawa yang bertempat tinggal di RW 2, berusia 20 tahunan, memiliki latar Pendidikan di tingkat SMA/SMK atau pendidikan tinggi, berjenis kelamin perempuan, tinggal di Karimunjawa selama kurang dari 5 tahun, memiliki penghasilan pribadi Rp 0 – Rp 500.000 dan penghasilan keluarga lebih dari Rp 3.000.000 serta memiliki keinginan membayar retribusi sebesar Rp 850 – Rp 2000 setiap harinya.

Di sisi lainnya, berdasarkan hasil tabulasi silang, di dapatkan bahwa penduduk Karimunjawa yang memiliki pemahaman terhadap konsep lingkungan-sampah-konsumsi relatif buruk dibandingkan dengan kategori lainnya adalah penduduk Karimunjawa yang bertempat tinggal di RW 3, berusia 30 tahunan dan, tidak memiliki latar pendidikan dan Sekolah Dasar, berjenis kelamin laki-laki, telah tinggal di Karimunjawa selama lebih dari 21 tahun, memiliki pekerjaan sebagai pedagang, tidak memiliki pekerjaan sampingan, memiliki penghasilan pribadi lebih dari Rp 1.600.000 serta memiliki keinginan membayar retribusi sebesar kurang dari Rp 300 setiap harinya. Tabel 4 Hasil Tabulasi Silang Karakteristik

Pengetahuan Konsep Sampah-Konsumsi-Lingkungan Karakteristik Pengetahuan Tinggi Pengetahuan Rendah Tempat

Tinggal RW 2 RW 3

Umur +20 tahun +30 tahun Pendidikan SMA dan D3/S1 Tidak sekolah dan SD Gender Perempuan Laki-laki Tinggal <5 tahun >21 tahun Penghasilan <500.000 (i) dan >3 jt (k) >1.600.000 WTP 850-2000/hari <300/hari Skenario Residu Timbulan Sampah

Berdasarkan hasil analisis timbulan sampah domestik, analisis timbulan sampah pariwisata dan data sampah laut, didapatkan

(7)

total timbulan sampah yang harus di kelola oleh Kecamatan Karimunjawa adalah 5.576.715 kg atau 5.576 ton tiap tahunnya. Jika timbulan sampah ini tidak dikelola, maka timbulan sampah akan menjadi seluruhnya menjadi residu. Jika pengelolaan sampah domestik dan sampah dari aktivitas pariwisata dilakukan, maka residu sampah padat jumlahnya hanya berkurang sedikit. Hal ini disebabkan residu sampah padat di dominasi oleh sampah laut sebanyak 81,69%.

Pada kegiatan pengelolaan sehari-hari, timbulan sampah yang ada di Karimunjawa mencapai 1.020.915 kg atau 1.020 ton dalam satu tahun atau 2 ton setiap hari. Sampah yang dihasilkan terdiri dari sampah daur ulang, sampah berlapis aluminium foil, sampah dapur, sampah pekarangan, popok dan pembalut, dan styrofoam dan kain bekas. Jika diasumsikan sampah loak dan plastik tanpa alumunium foil didaur ulang serta sampah organik (sampah dapur dan pekarangan) dijadikan kompos, residu yang dibuang sebesar 22,85%.

Tabel 5 Skenario Timbulan Sampah

Skenario a b c d e Akumulasi (ribu ton) 2018-2027 10 57 45 9,09 2,7 Penangan an sehari (ton) 2,601 15,3 4,5

ribu 791 ribu 233 ribu % residu 42,49 100 81,7 77,4 22,9 a) Perhitungan DLH

b) Tidak ditangani

c) Sampah laut tidak ditangani, semua sampah lain tertangani

d) Sampah laut dianggap tidak ada, yang ditangani sampah layak jual dan plastik

e) Sampah laut dianggap tidak ada, sampah organik juga ditangani

Penutup

Kesimpulan dan Rekomendasi

Pada tahun-tahun ke depan, tantangan pengelolaan sampah di Karimunjawa akan semakin kompleks. Hal ini disebabkan oleh timbulan sampah yang semakin sulit terkontrol secara jumlah dan jenis. Pada sampah domestik, tantangannya berupa perubahan komposisi sampah dari tahun ke tahun, sedangkan pada sampah aktivitas parisawata adalah jumlah wisatawan yang akan terus meningkat,

kemudian pada sampah laut adalah besar timbulan sampah laut yang tidak mudah diprediksi.

Terdapat empat tantangan besar yang harus dihadapi Kecamatan Kepulauan Karimunjawa dalam pengelolaan sampah berkelanjutan. Pertama, timbulan sampah di Karimunjawa di dominasi oleh sampah dari laut yang masuk ke dalam kepulauan Karimunjawa. Dari segi dampak lingkungan, sampah yang terbawa arus dipastikan telah mengeluarkan zat berbahaya dan mencemari lautan yang ada di sekeliling pulau. Hal ini akan merubah perilaku habitat yang ada di dalam laut dan berdampak pula pada nelayan yang mencari ikan disekitar pulau. Secara sistem, tidak ada kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan pada sampah laut. Sampah laut tidak diproduksi oleh penduduk Karimunjawa melainkan dihasilkan oleh penduduk dari berbagai negara, terbawa arus, hingga akhirnya sampai ke Kecamatan Kepulauan Karimunjawa. Selain jumlahnya yang masif dan tersebar, sampah laut juga membutuhkan teknologi pra-pengelolaan sampah seperti penghilangan lumpur dan garam.

Kedua, biaya minimal yang harus digunakan dalam pengelolaan sampah. Penduduk Karimunjawa memiliki perilaku mengelola sampah yang buruk dan membayar retribusi sampah dengan biaya rendah. Mengingat populasi penduduk yang menyebar dan teknologi untuk pembayaran tidak langsung baru dapat dilakukan di kawasan perkotaan Karimunjawa, penarikan retribusi sampah tidak akan mampu menutupi seluruh biaya operasional, managerial, pembayaran sumber daya dan perawatan teknologi. Teknologi yang terlalu kompleks dan biaya yang mahal dapat diminimalisir dengan mengelola sampah organik dalam tiap rumah atau cakupan lingkungan (satu kompleks, RT atau RW). Sampah organik merupakan jenis sampah yang paling besar diproduksi oleh rumah tangga. Mengurangi pengangkutan sampah organik dari rumah ke rumah akan menghemat biaya pengangkutan sampah, biaya teknologi, dan lain sebagainya.

Ketiga, perilaku penduduk yang mengelola sampah tidak berkelanjutan.

(8)

Hambatan penduduk mengelola sampah secara berkelanjutan adalah sistem yang belum berjalan dengan baik dan sosialisasi yang tidak sampai ke masyarakat secara praktis. Komitmen merupakan faktor tertinggi untuk meningkatkan perilaku penduduk Karimunjawa. Ketika komitmen penduduk Karimunjawa dalam mengelola sampah tinggi, maka setiap upaya dalam pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan dapat diresap dengan baik dan memiliki progres cepat. Komitmen yang tinggi dapat diperlihatkan dari penduduk yang mengikuti pelatihan pengelolaan sampah, turut serta mengawasi sampah yang tidak dikelola dengan baik, tegas kepada warga lain yang tidak mengelola sampah dengan baik, dan membayar retribusi sesuai perjanjian.

Keempat, karakteristik rumusan kebijakan yang masih belum sepaham dengan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Sifat keputusan belum mengupayakan kebijakan preventif dan antisipatif terhadap permasalahan lingkungan bahkan cenderung terdapat kesalahan pendefinisian permasalahan (error tipe3). Struktur kebijakan tersebar dan lambat sehingga belum mengakomodasi semua kebutuhan publik. Hal ini dimungkinkan karena distribusi kekuasaan menyebar dan kekuatannya sama besar, sehingga terjadi tarik menarik antara pemangku kepentingan.

Apabila keempat permasalahan tersebut dapat diselesaikan, pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan mandiri dapat terwujud. Pengelolaan sampah yang mandiri dan berkelanjutan dapat menyebabkan perputaran bahan baku sekunder di dalam pulau. Apabila hal tersebut terjadi, maka terjadi penutupan siklus pada circular economy di pulau-pulau kecil. Catatan Studi

Terdapat beberapa catatan terkait prosedur penelitian yang dilakukan. Pertama, berdasarkan model teori perilaku Ajzen (1991), terjadi perubahan variabel dari dependen menjadi independen dan seterusnya. Berdasarkan model teori pula perlu memasukkan variabel dalam suatu kelompok/

konstruk. Jumlah responden yang diperlukan telah terpenuhi tetapi lebih dari separuhnya tidak mendapatkan komunalitas tinggi (lebih dari 0,6) sehingga memiliki masalah konvergen. Hal ini dimungkinkan karena entropi yang kecil. Kedua, kuesioner dibagikan secara convenience menggunakan form elektronik dan tidak menggunakan missing value sehingga dapat dimungkin interpretasi yang kurang tepat. Ketiga, penentuan variabel pada konstruk tidak dilakukan penelitian yang mendalam dan kurang banyak sehingga menyebabkan variasi tidak terlalu beragam. Keempat, wawancara dilakukan secara snowballing tetapi karena tidak semua narasumber berada di tempat, sehingga ada kemungkintan terdapat aktor yang tidak dianalisis. Terakhir, tidak dilakukannya analisis kebijakan dan kewenangan sampai ke tingkat nasional.

Daftar Pustaka

Adrianto, Luky, and Yoshiaki Matsuda. "Developing economic vulnerability indices of environmental disasters in small island regions." Environmental Impact Assessment Review, 2002: 393-414. Ajzen, Icek. ―The Theory of Planned Behavior.‖

Organizational Behavior and Human Decision Process, 1991: 179-211.

Balai Taman Nasional Karimunjawa. Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2016. Jawa Tengah: Balai Taman Nasional Karimunjawa, 2017. Boulding, K. E. "The Economics of the Coming

Spaceship Earth." In Environmental quality in a growing economy: Essays from the sixth RFF forum, by H. Jarett, 3-14. New York: RFF Press, 1966.

Briassoulis, Helen. "Theoretical Orientation in Environmental Planning: An Inquiry into Alternative Approaches." Environmental Management (Vertag New York Inc) 13, no. 4 (1989): 381-392.

Briguglio, Lino. "Small Island Developing States and Their Economic Vulnerabilities." World

Development, 1995: 1615-1632.

Chaplin, Susan E. The Politics of Sanitation in India. Hyderabad: Orient BlackSwan, 2011.

Cresswell, John W. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. 3rd. Los Angeles: SAGE Publications, Inc., 2009.

(9)

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara. Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan. Jepara: DLH Jepara, 2014.

Hoang, Minh Giang, Takeshi Fujiwara, and Song Toan Pham Phu. "Municipal Waste Generation and Composition in A Tourist City." Journal of JSCE, 2017: 123-132.

Kent State Univerisity . SPSS Tutorials: Chi-Square Test of Independence. t.thn.

https://libguides.library.kent.edu/SPSS/ChiSquare (diakses Maret 11, 2019).

Lansink, Ad. Challenging Changes: Connecting Waste Hierarchy and Circular Economy. Stockholm, Juni 20, 2018.

Lund Research Ltd. Friedman Test in SPSS Statistics. 2018. statistics.laerd.com/spss-tutorials/friedman-test-using-spss-statistics.php (diakses Maret 11, 2019).

MacRae, Graeme. ―Solid waste management in tropical Asia: what can we learn from Bali?‖ Waste Management & Research, 2011: 1-8. Muhson, Ali. "Teknik Analisis Kuantitatif." 2000.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132232818/pendi dikan/Analisis+Kuantitatif.pdf (accessed Maret 15, 2019).

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Lampiran Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Karimunjawa. Semarang: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2017.

Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah. Jakarta, 2012.

—. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran. Jakarta, 1999. —. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011

tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. Jakarta, 2011.

—. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta, 2012.

—. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Jakarta, 2018.

—. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentag Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan. Jakarta, 2009.

—. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Jakarta, 2014.

—. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta, 2009.

—. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta, 2007.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011 tentang Ganti Kerugian Akibat Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup. Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia.

Profil Taman Nasional Karimunjawa. t.thn.

http://tnkarimunjawa.id/profil/index (diakses 10 30, 2018).

The Ocean Clean Up. Great Pacific Garbage Patch. 2018. www.theoceancleanup.com/great-pacific-garbage-patch/.

(10)

Tabel 6 Analisis Pendekatan Makro

Determinan Dimensi Nilai Normatif/ Karakter Eksisting

Karakteristik masalah lingkungan

Asal mula Manusia perilaku penduduk yang peduli lingkungan: tidak membuang sampah ke laut/ lahan kosong

Penduduk Karimunjawa sepenuhnya setuju membuang sampah ke laut adalah buruk.

Penduduk menggunakan sampah untuk pematangan lahan reklamasi Penduduk Karimunjawa masih menganggap membakar dan menimbun sampah bukan hal yang sepenuhnya buruk

perilaku penduduk yang peduli lingkungan: peduli apa yang dikonsumsi

Penduduk Karimunjawa masih bergantung pada plastik sekali pakai perilaku penduduk yang peduli

lingkungan: mengelola sampah dengan benar

sebagian penduduk sudah memilah sampah (sampah layak jual ke bank sampah/tukang loak), atau memilah plastik dan organik untuk salah satu jenisnya dibakar

memperhitungkan faktor pariwisata dan ekonomi yang memberikan timbulan sampah tambahan

proyeksi timbulan sampah hanya berdasarkan timbulan domestik lokasi pembangunan pengolahan

sampah yang dilakukan memperhatikan potensi dampak lingkungan

TPA Sementara terlalu dekat dengan permukiman, penetuan lokasi secara impromtu (tanpa direncanakan)

TPA Alang-Alang terlalu dekat dengan permukiman jumlah turis yang masih dapat

dikontrol jumlah wisatawan yang datang kurang dari daya dukung tetapi pengelolaan masih sulit diselesaikan Alam fitur geografis ketergantungan terhadap Kabupaten Jepara tinggi, konsumsi yang tidak

terkontrol

TPA Alang-Alang dekat dengan pantai sehingga berada di lokasi rawan bencana

Dimensi

spasial Lokal mudah di observasi, analisis dan mudah mendapatkan konsensus untuk menyelesaikan masalah,

wilayah kepulauan menyebabkan kontrol terhadap setiap pulau atau bahkan yang jauh dari pusat kegiatan tidak mudah dilakukan. Kompleksitas persampahan bertambah karena merupakan lokasi pariwisata dan taman nasional.

Dimensi

temporal Jangka pendek tidak membiarkan masalah berlarut (langsung ditangani saat diketahui masalahnya)

pengambilan sampah dari rumah menjadi inisiatif RT sehingga tidak semua penduduk terlayani

kebersihan jalan dan instansi menjadi tugas satker sampah dari DLH tetapi kinerja dinilai buruk

TPA Sementara digunakan tanpa ada pembangunan yang diperlukan bagi keselamatan dan kesehatan penduduk dan pekerja

(11)

Jangka panjang menyadari dampak jangka panjang dan melakukan persiapan sebelum terjadi krisis

sampah laut berpotensi mengubah perilaku habitat pada ekosistem Pembuangan sampah langsung ke tanah tanpa pembangunan di atasnya berpotensi memberikan dampak pada tanah, air tanah, dan memberikan racun pada rantai makanan

Risiko/

ketidakpastian Rendah tidak mengasumsikan bahwa daya dukung dan daya tampung tak terbatas

pengelolaan sampah domestik dan turis

Tinggi pengelolaan sampah laut

Karakteristik dari konteks rumusan kebijakan Sifat keputusan (nature of decisions)

ruang lingkup mengupayakan agar dapat

memberikan keputusan yang bersifat preventif dan antisipatif

penentuan prioritas pelayanan: daerah pusat kegiatan, daerah pariwisata, dan lainnya, memperhitungkan jumlah orang/ kelompok tertentu/ kawasan tertentu

Biaya perlu investasi yang tinggi

komitmen komitmen penduduk dalam membayar retribusi masih dipertanyakan, komitmen pemerintah dalam mengelola sampah di pulau-pulau kecil belum terlihat model/stuktur dari rumusan kebijakan permintaan pembuatan kebijakan

Permintaan rumusan kebijakan disetujui dengan penuh pertimbangan untuk kepentingan publik

permintaan pembuatan/kepastian kebijakan dari aktor pengelola sampah.

kewenangan pembuatan

keputusan

Keputusan berjalan dengan cepat dan mengakomodasi semua kebutuhan publik

pemerintah desa dan keputusan dari DLH bersifat topdown, pembuatan keputusan di tingkat RT dibuat berdasarkan keputusan bersama penduduk. Tetapi dindikasikan mengalami error tipe 3. yayasan pitulikur pulo, bank sampah, dan pengangkut sampah independen merupakan inisiasi dari masyarakat tetapi belum terjadi bottom up.

distribusi

kekuasaan terkonsentrasi/ menyebar Kekuasaan tetap stabil Kekuasaan menyebar di pusat (kawasan strategis nasional), pemerintah desa, dan lembaga inisiatif lokal legal/struktur

institusional ada/tidak ada menyokong solusi masalah lingkungan ada perda kabupaten dan provinsi terkait pengelolaan sampah, rencana induk persampahan Kab. Jepara. Tidak ada kebijakan kewenangan soal pengelolaan sampah laut.

kekuatan yang

dihasilkan kuat/lemah gerakan lingkungan bertahan kuat, publik mendorong solusi dan dukungannya bertahan dari waktu ke waktu dan pemimpin dapat melihat cakupan yang lebih luas

terdapat lembaga dan individu yang mendorong solusi pengelolaan sampah; terdapat visi pengelolaan sampah di masa depan; penduduk tergerak melakukan bersih pantai

Gambar

Tabel 1 Tes Statistik pada Uji Friedman
Tabel 3 Hasil Tabulasi Silang Karakteristik Perilaku  Mengelola Sampah  Karakteristik  Perilaku  Relatif Baik  Perilaku Relatif  Buruk  Tempat  Tinggal  RW 2  RW 3  Umur  +60 dan +20  tahun  +30 dan +50 tahun  Pendidikan  D3/S1  SD  Gender  Laki-laki  Pere
Tabel 5 Skenario Timbulan Sampah
Tabel 6 Analisis Pendekatan Makro

Referensi

Dokumen terkait

Penciptaan Karya Tugas Akhir ini berjudul Bawang Merah Sebagai Motif Batik Dalam Bentuk Kain Panjang merupakan hasil ungkapan perasaan dari penulis untuk menciptakan motif

19/2005, dengan pemahaman  bahwa kurikulum yang diterapkan di madrasah/sekolah harus senantiasa up to date, dapat mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan laju filtrasi glomerulus berupa penurunan laju filtrasi glomerulus yang tidak bermakna sebelum

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa music engagement untuk meregulasi emosi, yang menggambarkan keterlibatan individu dengan musik untuk mengelola kondisi emosi

Kegiatan untuk menyediakan data tersebut dilakukan dengan updating lapangan, verifikasi dan evaluasi RTS oleh petugas BPS dan mitra serentak di seluruh Indonesia dan

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyani dan Rahman (2012) yang memberikan konfirmasi empiris bahwa partisipasi anggaran, asimetri

Animasi berbicara tentang bentuk suatu benda yang berubah-ubah dan kemudian menciptakan sebuah gerakan, lalu menciptakan sebuah ilusi akan kehidupan. Oleh karena

Aktivitas murid pada proses pembelajaran pada siklus kedua, ternyata murid telah siap mengikuti proses pembelajaran yaitu tidak terdapat murid yang datang terlambat dan