3
DATA DAN ANALISA
2.1 Tinjauan Data
2.1.1 Animasi
Animasi mempunyai definisi yang sangat luas. Animasi berbicara tentang bentuk suatu benda yang berubah-ubah dan kemudian menciptakan sebuah gerakan, lalu menciptakan sebuah ilusi akan kehidupan. Oleh karena itu, animasi dapat didefinisikan sebagai penciptaan akan suatu untuk bergerak dan hidup. Kata animasi sendiri berasal dari bahasa latin “anima”, yang berarti jiwa atau nafas yang sangat vital. Animasi kemudian diartikan sebagai memberikan hawa kehidupan kepada benda mati, dikutip dari buku “Panduan Workshop Animasi” karya Robi Angler.
Animasi sekarang, sudah merupakan salah satu sarana hiburan yang cukup populer. Ditambah, saat ini animasi dapat diproduksi dalam berbagai style, dalam berbagai bentuk, dan melalui cara yang berbeda-beda. Keragaman ini pun yang menyebabkan ruang lingkup penikmat animasi menjadi semakin luas, mulai dari balita hingga orang dewasa. Namun, hal ini pun tidak semata-mata langsung terjadi dari masa-masa kelahiran animasi.
Pada masa itu, pembuatan animasi masih terbatas, tekniknya pun tidak semudah sekarang, dan kebanyakan dibuat dengan terget audience anak-anak. Bahkan, lahirnya animasi pun hanya dimulai dari sebatas eksperimen oleh seorang komikus. Dari situ, animasi pun terus berkembang dan berkembang, hingga muncul "Snow White and the Seven Dwarfs" sebagai cikal bakal animasi layar lebar. Walaupun ada masa - masa dimana animasi mengalami penurunan, namun perkembangan animasi tidak berhenti hanya sampai situ. Terus berkembang, hingga merambah ke dunia televisi dalam bentuk serial animasi. Terus berkembang, hingga memunculkan style dan cara pembuatan animasi yang lebih beragam. Terus berkembang, hingga menjadi dunia animasi yang kita kenal saat ini.
Perkembangan ini pun sudah mulai terlihat dalam animasi di Indonesia sendiri. Saat ini, sudah mulai banyak bermunculan studio-studio animasi di berbagai daerah di Indonesia. Mereka pun juga sudah mulai memproduksi film - film animasi mereka sendiri, mulai dari animasi pendek, serial animasi, hingga film animasi layar lebar. Animator Indonesia pun sebenarnya tidak kalah hebat dengan animator luar. Tidak sedikit dari mereka yang bekerja untuk studio-studio besar di luar negeri, dan ikut serta dalam menghasilkan film-film yang berkualitas internasional. Hal ini memperlihatkan kepeda kita bahwa, perkembangan dunia animasi di Indonesia sudah mulai menuju ke arah yang positif dan kualitasnya pun semakin membaik.
Sumber :
(Gotot Prakosa. 2010. Animasi : Pengetahuan Dasar Film Indonesia. Jakarta : Fakultas Film dan Televisi – Institut Kesenian Jakarta dengan Yayasan Visual Indonesia.)
2.1.2 Film Dokumenter
Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Tapi sebuah film dokumenter belom bisa diesebut sebuah film jika hanya mendokumentasikan saja. Dalam sebuah film, kita juga harus membangun sebuah cerita, menciptakan seorang karakter utama, atau memberikan arti yang mengandung pesan. Hal-hal itulah yang menjadikan sebuah dokumentasi tersebut layak untuk disebut film dokumenter.
Kata dokumentasi, menurut mitos yang beredar, dicetuskan pertama kali oleh John Greison, seorang dokumenter dari Skotlandia, dalam ulasan yang ditulisnya mengenai film “Moana” (1926) yang dicetak dalam koran New York Sun. John Greison mendefiniskan dokumentasi sebagai “ Penerapan kreatifitas dalam sebuah kenyataan”. John Greison pernah juga mengatakan bahwa memfilmkan sebuah dokumentasi akan sebuah kehidupan, bisa menjadi sebuah bentuk seni yang baru.
Film dokumenter sendiri sering digunakan sebagai cara untuk menceritakan kembali sebuah kejadian di masa lalu atau menceritakan tentang biografi
seseorang yang penting dalam sejarah. Dalam berbagai macam film dokumenter yang ada, ada beberapa cara dalam menyampaikan sebuah narasinya. Ada yang menggunakan suara naratornya saja, sang narator tidak pernah muncul dalam film. Kemudian ada cara dimana narator memberikan juga suaranya dalam menarasikan cerita, tapi juga muncul di depan kamera sebagai pewawancara narasumber. Ada juga cara dengan tidak menggunakan narator sama sekali. Narasi disampaikan melalui teks yang ditampilkan dalam film.
Film dokumenter tidak hanya digunakan untuk mendokumentasikan sebuah kejadian penting atau tokoh-tokoh dunia saja. Saat ini, film dokumenter sudah mendokumentasikan segala aspek yang ada, misalanya seperti dokumenter sebuah konser, dokumenter tentang travelling, dokumeter tentang alam dan isinya dan masih banyak lagi. Film dokumenter juga bisa disuguhkan dalam bentuk animasi. Contohnya adalah film “The Sinking of Lusitania” pada tahun 1918. Film ini merupakan sebuah propaganda yang disuguhkan kepada rakyat AS, yang menceritakan tentang tenggelamnya kapal Lusitania setelah terkena torpedo misil yang ditembakkan oleh kapal milik Jerman.
Sumber :
(Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta : FFTV – IKJ Press.)
(Nulph, Robert G. (2008). Directing documentaries. Diakses 2 Maret 2014 dari http://www.videomaker.com/article/13541-directing-documentaries) (Paar, Morgan. (2010). How to Make a Documentary. Diakses 2 Maret 2014 dari http://www.videomaker.com/article/14803-how-to-make-a-documentary-part-1-story-development)
2.1.3 Jenis – Jenis Dokumenter
Dalam bukunya, Ayawaila ( 2008 : 40 ) menyatakan bahwa film dokumenter memiliki bentu dan gaya bertutur yang bervariasi. Berikut adalah beberapa jenis film dokumenter berdasarkan gaya dan bentuk penuturannya.
- Perjalanan
Mendokumentasikan sebuah perjalanan ekspedisi. Dokumentasi perjalanan sendiri memiliki banyak macam, seperti, travel film, travel documentary, adventure film, road movies, dan lain-lain. Dokumenter ini mengetengahkan adegan-adegan yang serba menantang, yang dijumpai secara langsung dalam perjalannya. Adegan-adegan ini, merupakan daya tarik film perjalanan.
- Sejarah
Menceritakan sebuah peristiwa yang sudah terjadi. Awalnya diproduksi sebagai media untuk propaganda. Pertama dibuat saat perang dunia I meletus, yang kemudian dibuat juga saat perang dunia II berlangsung. Dalam dokumenter sejarah, terdapat 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu periode (waktu peristiwa sejarah), tempat (lokasi peristiwa sejarah) dan pelaku sejarah.
- Potret / Biografi
Merupakan representasi kisah pengalaman hidup seorang tokoh terkenal ataupun masyarakat biasa yang memiliki riwayat hidup yang unik dan menarik untuk diceritakan. Memiliki isi yang berkaitan dengan kritik, penghormatan atau simpati. Potret ini sendiri tidak harus selalu mengenai individu, tapi dapat pula mengenai sebuah kelompok ataupun komunitas. - Perbandingan
Menyajikan sebuah perbandingan yang umunya menampilkan perbedaan suatu kondisi atau kondisi dari satu objek dengan objek yang lainnya. - Kontradiksi
Dari segi isi, jenis ini memiliki kemiripan dengan perbandingan, namun jenis kontradiksi cenderung lebih kritis dalam mengupas perbedaan ditampilkan. Oleh karena itu, jenis ini lebih banyak menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan juga lebih banyak opini dari publik, yang kadang disertai oleh komentar-komentar kritis. Berbeda dengan jenis perbandingan yang hanya
menjabarkan perbedaan, kemudian memaparkan beberapa alternatif, jenis kontradiksi lebih menekankan pada visi dan solusi.
- Ilmu Pengetahuan
Berisi penyampaian informasi mengenai suatu teori, sistem, berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Dokumenter ilmu pengetahuan terbagi dalam dua jenis bedasarkan target audiencenya. Jika ditujukan untuk audience khusus disebut dengan film edukasi, sedangkan jika ditujukan kepada audience umum disebut dengan film instruksional.
- Nostalgia
Kisah yang biasa diceritakan dalam dokumenter nostalgia adalah kisah kilas balik dan napak tilas para veteran perang yang kembali mengunjungi medan perangnya. Jenis ini terkadang dikemas dalam bentuk perbandingan mengenai kondisi sekarang dengan kondisi masa lampau. - Rekontruksi
Dokumenter bentuk ini, biasa ditemudalam dokumenter investigasi dan sejarah. Pecahan-pecahan peristiwa yang telah terjadi, disusun dan direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah.
- Investigasi
Menyajikan cerita yang mengetengahkan adegan demi adegan pelacakan terhadap sebuah peristiwa. Dokumenter ini mencoba untuk mengungkap sebuah peristiwa yang belum dan tidak pernah terungkap kebenarannya. Unsur dramatic sangan memegang peranan penting dalam dokumenter ini. Tujuan utama dalam dokumenter ini adalah melacak fakta-fakta yang tersembunyi.
- Associate Picture Story
Disebut juga sebagai film eksperimen atau film seni. Gabungan antara gambar, music dan suara atmosfer secara artistik menjadi syarat utama dalam film ini. Dokumenter tipe ini, biasanya disajukan tanpa narasi, dialog ataupun komentar. Karena satu-satunya suara yang ditampilkan hanyalah background music nya saja, maka musi disini memiliki peranan
penting, yaitu memberi nuansa gerak kehidupan yang dapat membangkitkan emosi.
- Buku Harian
Memiliki bentuk penuturan sama seperti catatan pengalaman hidup sehari-hari. Karena buku harian bersifat pribadi, maka tidak heran jika isi dari film ini bersifat sangat subjektif.
- Dokudrama
Cerita yang disampaikan merupakan rekonstruksi suatu peristiwa atau potret mengenai sosok seseorang. Sosok yang diceritakan dalam film ini, tidak diperankan oleh tokoh itu sendiri, melainkan oleh seorang aktor.
Sumber :
(Ayawaila, Gerzon R. 2008. Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta : FFTV – IKJ Press.)
2.1.4 Wiji Thukul
Wiji Thukul adalah seorang penyair yang lahir pada tanggal Sorogenen, Solo pada tanggal 26 Agustus 1963. Wiji Thukul terlahir dengan nama Wiji Widodo. Nama Thukul, didapatkannya saat dia menjadi anggota Bengkel Teater, sebuah teater yang diasuh oleh penyair W.S. Rendra, pada sekitar tahun 1981. Di sini, dia bertemu dengan Cempe Lawu Warta, yang kelak akan menjadi gurunya, dan menuntunnya menjadi seorang penyair. Oleh Lawu, nama Widodo dihilangkan dan diganti dengan nama Thukul. Wiji Thukul mempunyai arti Biji Tumbuh. Setahun berikutnya, Thukul memutuskan untuk berhenti sekolah, dan memilih aktif di Teater Jagat, teater milik Cempe Lawu Warta.
Aktif di Teater Jagat, Lawu melihat sebuah potensi dalam diri Thukul. Menurut Lawu, Thukul mempunyai bakat dalam bidang puisi. Setelah melihat potensi ini, Lawu mulai melatih vokal Thukul. Lawu melatihnya dengan cara, memaksanya untuk mengucap kata sejelas dan sekeras mungkin. Perlahan, cara ini mengurangi sifat tukul yang pendiam dan kurang percaya
diri. Cara ini juga ditujukan untuk mengurangi “kepeloan”, tidak bisa melafalkan huruf “r”, yang dimiliki Thukul. Lawu juga sering mengajak Thukul untuk mengamen keliling Solo. Mereka mengamen dengan membacakan puisi – puisi karangan mereka sendiri. Hasil latihan Thukul pun membuahkan hasil. Thukul menjadi lebih percaya diri dan berani untuk tampil di depan publik. Bahkan sejak saat itu, Thukul menjadi salah satu anggota jagat yang paling berani pada saat mengamen. Di Teater Jagat, Thukul mulai produktif dalam menulis puisi. Menurut Lawu, puisi – puisi yang dibuat Thukul adalah puisi yang kontemplatif tentang dirinya dan lingkungannya.
Pada tahun 1986 – 1987, Thukul mulai mengamen keliling Jawa dengan bantuan temannya, Halim H.D. Sejak saat itu, Thukul mulai terkenal. Dia bahkan mempunyai jaringan dan publik sendiri. Mulai saat itu, hubungan Thukul dengan Lawu, gurunya, mulai menjauh akibat perbedaan pendapat. Thukul berpikir, bahwa puisi harus ditonton, harus mempunyai publik dan mampu membentuk kesadaran publik. Sedangkan Lawu berpikiran bahwa, puisi bukanlah mengenai ditonton dan mempengaruhi banyak orang, tapi bagaimana kita menjalankannya. Sejak itu, Thukul tidak lagi aktif di Teater Jagat.
Thukul juga sudah mempunyai keluarga. Satu orang istri, Siti Dyah Sujirah atau biasa dipanggil Sipon, dan mempunyai 2 orang anak, Fitri Nganthi Wani dan Fajar Merah. Thukul bertemu dengan Sipon pada sekitar bulan Januari
Gambar 2.1 Wiji Thukul Sumber : ( http://www.tempo.co/ )
1988, dan menikah pada bulan Oktober di tahun yang sama.Pada tahun 1994, Thukul bersama dengan 2 orang temannya, Moelyono dan Semsar Siahaan, membentuk Jaringan Kesenian Rakyat, sebagai wadah para seniman. Pada tahun 1995, Thukul dan beberapa anggota Jaker, mengikuti demo buruh di PT. Sritex, Sukoharjo, Solo. Di sini, thukul mendapat lukadi mata kanannya akibat bentrokan dengan aparat. Luka ini pun membuat Thukul harus menjalani operasi.
Pada tahun 1996, Thukul memasukkan Jaker sebagai bagian dari Partai Rakyat Demokratik (PRD) secara sepihak. Hal ini membuat beberapa anggota lain, termasuk Semsar dan Moelyono, marah. Dan mereka pun memutuskan untuk tidak terlibat lagi di dalamnya. Hingga pada tanggal 22 Juli 1996, PRD resmi didirikan. Dan pada pendeklarasian ini, Thukul membacakan puisi berjudul, “Sajak Suara dan Peringatan”, salah satu puisinya yang terkenal. Dan pada tanggal 27 Juli 1996, terjadi kerusuhan di markas PDI di Jakarta. Dan PRD yang dianggap sebagai dalang kerusuhan, menyebabkan beberapa anggotanya ditetapkan sebagai buron oleh pemerintah, termasuk Thukul.
Thukul yang saat itu berada di Solo, memutuskan untuk lari dari sana. Dengan beberapa bantuan temannya, Thukul dilarikan ke banyak tempat. Dalam pelariannya ini, Thukul sempat memakai nama samaran, yaitu Paulus, Aloysius Soemadi dan Martinus Martin. Hingga pada akhirnya, saat kerusuhan terjadi pada Mei 1998, Thukul menelepon Sipon, istrinya, untuk menanyakan bagaimana kabarnya dan memberi tahu bahwa dirinya baik – baik saja. Sejak saat itu, tidak pernah terdengar lagi kabar dari Wiji Thukul.
Sumber :
Tempo. 2013. Wiji Thukul : Teka – Teki Orang Hilang. Jakarta : PT Gramedia.)
2.1.5 Partai Rakyat Demokratik (PRD)
Memiliki nama awal Persatuan Rakyat Demokratik, hingga akhirnya pada tanggal 22 Juli 1996 resmi didirikan dengan nama, Partai Rakyat Demokratik. Diprakarsai oleh sejumlah intelektual muda, termasuk ketua pertamanya, Budiman Sudjatmiko. Belum lama berdiri, beberapa anggota PRD dijadikan buronan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan oleh peristiwa yang terjadi pada tanggal 27 Juli 1996, dimana terjadi kerusuhan di markas PDI di Jakarta, dan PRD dituduh sebagai dalang kerusuhan.
Sejak didirikan, partai ini sudah menunjukkan perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru. Deklarasi berdirinya PDR, adalah sebuah deklarasi yang secara tajam menyerang dan mengkritik kondisi politi dan sosial ekonomi di bawah pemerintahan Soeharto. Kondisi politik yang dikritik adalah bahwa jauhnya model pemerintahan Orde Baru dari sistem yang seharunsya demokratis. Sedangkan kondisi sosial ekonomi yang dikritik adalah kesenjangan sosial akibat kebijakan berorientasi pertumbuhan, dengan melupakan pemerataan dab distribusi yang adil.
Sumber :
(Tempo. 2013. Wiji Thukul : Teka – Teki Orang Hilang. Jakarta : PT Gramedia.)
2.1.6 Jaringan Kesenian Rakyat (Jaker)
Berawal dari inisiatif 3 orang seniman, Wiji Thukul, Semsar Siahaan dan Moelyono, yang ingin mendirikan sebuah wadah bagi para seniman, maka berdirilah Jaringan Kesenian Rakyat (Jaker), pada tahun 1994. Anggota Jaker pun tidak terbatas pada seniman saja. Selain mereka bertiga, Jaker juga memiliki Hilmar, Daniel, Jati, Yuli dan Linda Christanty. Kecuali Hilmar, mereka adalah anggota inti PRD.
Agenda utama Jaker adalah membentuk jaringan kebudayaan terkecil pada sanggar seni di basis petani dan buruh di kampung-kampung yang belum terjamah oleh dewan-dewan kebudayaan yang menjadi elitis di kota besar
sehingga tidak menyentuh kebutuhan kekaryaan para seniman lapisan bawah. Namun menurut Linda, anggota Jaker yang juga anggota inti PRD, Jaker juga berfungis sebagai tempat para seniman untuk mengorganisasikan warga. Hal ini menjadikan Jaker sebagai onderbouw PRD secara tidak resmi.
Moelyono, Semsar dan Hilmar, tidak setuju jika Jaker bergerak dalam bidang politik. Dengan adanya beberapa anggota PRD dalam Jaker, mereka khawatirkan jika para seniman Jaker akan ikut bergerak dalam bidang politik. Hingga akhirnya, pada April 1996, Thukul secara sepihak memasukkan Jaker ke dalam PRD, dengan Thukul sebagai ketuanya. Mengetahui hal ini, Semsar, Moelyono dan Hilmar, memutuskan untuk berhenti dari Jaker.
Sumber :
(Tempo. 2013. Wiji Thukul : Teka – Teki Orang Hilang. Jakarta : PT Gramedia.)
2.1.7 Peristiwa 27 Juli 1996
Peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa Kudatuli (akronim dari Kerusuhan dua puluh tujuh juli) atau dikenal juga Peristiwa Sabtu Kelabu (karena peristiwa ini terjadi pada hari sabtu). Yang terjadi pada tanggal 27 Juli ini adalah peristiwa pengambilalihan secara paksa kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jl. Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai oleh pendukung Megawati Soekarnoputri. Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung Soerjadi, Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan, dengan bantuan dari aparat kepolisian dan TNI.
Sumber :
(Tempo. 2013. Wiji Thukul : Teka – Teki Orang Hilang. Jakarta : PT Gramedia.)
2.1.8 Penculikan Aktivis 1997 / 1998
Penculikan ini adalah peristiwa penghilangan secara paksa terhadap para aktivis yang pro-demokrasi, yang terjadi menjelang pemilihan umum tahun 1997 dan Sidang Umum Majelis Permusyawaratn Rakyat tahun1998.
Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, pada saat menjelang Pemilu Mei 1997, yang kedua pada saat menjelang sidang MPR pada Maret 1998 dan yang ketiga adalah pada saat menjelang pengunduran diri Soeharto sebagai Presiden pada 21 Mei 1998. Pada Mei 1998, sembilan dari mereka yang diculik pada periode kedua, dilepasdan muncul kembali di masyarakat. Mereka menceritakan pengalamannya dalam penculikan itu kepada publik.
Selam periode 1997 / 1998, KONTRAS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) mencatat sudah 23 orang yang hilang akibat alat-alat negara. Sembilan orang di anataranya sudah dilepaskan kembali, satu orang ditemukan meninggal, dan 13 orang lainnya sampai saat ini belum ditemukan. Mereka yang diculik ini berasal dari berbagai organisasi, seperti PRD, PDI Pro Mega, Mega Bintang dan juga para mahasiswa.
Sumber :
(Adala Eka Putra Manza. 2010. Refleksi Tragedi Mei 1998 : Mengurai Kasus Orang Hilang di Indonesia. Diakses 27 Maret 2014 dari
http://www.kontras.org/index.php?hal=dalam_berita&id=3091 )
( Kompas. 2000. Penyair Wiji Thukul Dipastikan Hilang. Diakses 27 Maret 2014 dari http://www.kontras.org/index.php?hal=dalam_berita&id=367 )
2.1.9 Sinopsis Cerita
Dalam film animasi dokementer ini, cerita akan dimulai dengan biografi Wiji Thukul. Dan kemudian adalah penjabaran atas aktivitas – aktivitas signifikan dan juga perantauan yang dilakukan oleh Wiji Thukul hingga dia menjadi korban penculikan.
2.1.10 Data Observasi Lapangan
Dalam rangka pengumupulan data, penulis mengunjungi Siti Dyah Sujirah, istri dari Wiji Thukul, yang berdomisili di Solo. Dalam kesempatan ini, penulis menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan Wiji Thukul, dari sudut pandang istrinya sendiri.
Gambar 2.2 Foto rumah Wiji Thukul dan keluarga.
Sumber : Pribadi
Gambar 2.3 Foto penulis dengan Siti Dyah Sujirah, beserta dengan pihak – pihak lainnya yang juga
membantu.
2.1.11 Pembanding dan Referensi
Berikut adalah film-film yang penulis jadikan sebagai bahan referensi dan juga sebagai bahan pembanding.
- Infographic “Care to Click”
- Film Dokumenter “Once Upon a Time in Benbrook”
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teknik Sinematografi
Teknik-teknik sinematografi memegang peranan penting dalam setiap pembuatan film. Sinematografi menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan emosi penonton dan menciptakan suasana yang sesuai dengan sebuah adegan.
Gambar 2.4 Screenshot dari Infographic “ Care to Click”.
Sumber : ( https://www.youtube.com/watch?v=-8r9rHiJxbo )
Gambar 2.5 Screenshot dari Dokumenter “ Once Upom a Time in Benbrook”.
Terdapat berbagai macam teknik dalam pengambilan gambar. Di antaranya dapat ditentukan dari ukuran shot ataupun melalui pergerakan kamera. Melalui ukuran shot, terdapat 5 teknik yaitu, extreme close up, close up, over the shoulder, medium shot dan wide shot. Setiap teknik menciptakan suasana yang berbeda dan digunakan pada saat yang berbeda pula. Melalui pergerakan kamera pun terdapat beberapa teknik yaitu, pan, tilt, zoom, tracking dan crane.
Sumber :
( Tony Weiss. Camera Blocking for Emotional Impact. Pixel 4.0 )
2.2.2 Teori Warna
Dalam bukunya, Bride M. Whelan (2004 : 7) mengutip pernyataan Walt Disney yang menyatakan bahwa, “We live in a wonderful world of color.”, dunia yang menjadi tempat kita tinggal ini memang terdiri dari macam-macam warna. Dan tidak jarang kita melihat, banyak sekali perpaduan-perpaduan warna yang ada di alam ini, yang dapat membuat kita terpukau dan takjub. Perasaan terpukau dan takjub seperti ini, adalah salah satu bukti bahwa, warna dapat mempengaruhi efek terhadap emosi dan psikologis kita. Oleh karena itu, warna menjadi salah satu faktor yang diperhatikan dalam sebuah industri, baik barang maupun jasa. Karena warna, diyakini merupakan salah satu elemen yang dapat menarik perhatian konsumen.
Warna sendiri, terdiri dari 3 jenis, yaitu warna primer, warna sekunder dan warna tersier. Warna primer terdiri dari merah, kuning dan biru. Warna sekunder terdiri dari, ungu, jingga dan hijau, yang masing-masing merupakan kombinasi dari dua warna primer. Sedangkan warna tersier, merupakan kombinasi dari dua warna primer dan warna sekunder. Setiap warna inipun mempunyia ciri khas sendiri, dan dapat menimbulkan efek yang berbeda-beda.
Sumber :
( Whelan, Bride M. dan Sutton, Tina 2013. The Complete Color Harmony. Massachusetts : Rockport Publishers, Inc. )
2.2.3 Kriteria Film Non-fiksi
Dokumenter adalah sebuah tayangan non-fiksi, yang diproduksi berdasarkan realita yang telah terjadi. Dan dalam memproduksi sebuah film non-fiksi, tentunya ada aspek-aspek yang harus diperhatikan. Ayawaila (2008 : 23) menyatakan, ada 4 aspek-aspek yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film non-fiksi.
- Merupakan rekaman kejadian sebenarnya. Latar belakang yang digunakan dalam setiap adegan harus spontan dan dengan kondisi aslinya.
- Cerita yang difilmkan merupakan peristiwa nyata, bukan hasil karangan. Dokumenter, yang merupakan sebuah karya non-fiksi, merupakan interpretasi kreatif, sedangkan film-film fiksi merupakan sebuah interpretasi imajintaif.
- Dalam memproduksi sebuah sebuah non-fiksi, lakukanlah observasi pada suatu kejadian yang terjadi, dan dan ambil gambar kejadian-kejadian tersebut apa adanya.
- Cerita non-fiksi, lebih berkonsentrasi pada isi dan pemaparan, sedangkan cerita fiksi, lebih kepada alur cerita dan plot.
Sumber :
(Gerzon R. Ayawaila. 2008. Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta : FFTV – IKJ Press.)
2.2.4 Struktur Cerita
Dalam meproduksi sebuah film, struktur dalam menyampaikan cerita merupakan elemen yang penting. Rapi tidaknya struktur yang kita gunakan dalam menyampaikan sebuah cerita menjadi salah satu faktor yang menentukan apakah penonton dapat menikmati ceritanya atua tidak. Begitu juga dalam film dokumenter. Struktur cerita sangat memegang peranan penting dalam film dokumenter. Karena dokumenter itu sendiri bertujuan
untuk menceritakan. Oleh karena itu, jika cerita tidak disajikan dengan struktur yang rapi, maka nantinya penonton akan susah untuk mengikuti jalannya cerita, dan akhirnya tujuan dari dokumenter itupun tidak tercapai. Melalui bukunya, Ayawaila (2008 : 90) menyatakan bahwa ada 3 struktur cerita yang dapat digunakan dalam membuat film dokumenter, yaitu sebagai berikut.
- Secara kronologis
Peristiwa dituturkan secara berurutan dari awal hingga akhir. Konstruksi alur kisah yang menggunakan cara ini, bedasarkan pada waktu. Sering digunakan dalam menceritakan sejarah. Contohya adalah membuat film tentang perang dunia 2. Perang dunia 2, terjadi dari tahun 1939 hingga 1945. Ceritakan bagaimana bisa terjadi pada tahun 1939 hingga bagaimana perang ini berakhir pada tahun 1945. Urutan penceritaan tidak terpaku hanya dengan menceritakan awal mula, kemudian perjalanan peristiwanya, lalu di akhiri dengan selesainya. Sutradara bebas ingin bercerita dari bagian mana saja, asalkan masih dalam kurun waktu yang sebenarnya dan mampu membawakan cerita dengan baik. - Secara tematis
Cerita dipecah dalam beberapa kelompok tema, yang setiap kelompok tema saling berhubungan secara sebab dan akibat dalam setiap sequence nya. Biasa digunakan dalam menceritakan sebuah tempat. Contohnya adalah jika kita menceritakan kehidupan di dalam kampus. Kampus mempunyai banyak elemen di dalamnya, seperti mahasiswa, dosen, satpam, petugas kebersihan, dll. Mereka akan menceritakan bagaimana kehidupan di kampus berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing dalam setiap sequence yang berbeda.
- Secara dialektik
Cara ini lebih dramatik dibandingkan dengan dua cara sebelumnya. Karena dalam dialektik, ketika kita menyuguhkan sebuah masalah, jawabannya akan langsung diberikan. Ketika terjadi sebuah aksi, maka akan diikuti reaksinya.
Sumber :
(Gerzon R. Ayawaila. 2008. Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta : FFTV – IKJ Press.)
2.2.5 12 Prinsip Animasi
12 prinsip animasi adalah prinsip – prinsip yang dikemukakan oleh animator Disney, Ollie Jhonston dan Frank Thomas dalam buku mereka “The Illusion of Life” pada tahun1981. 12 prinsip ini sudah lama digunakan oleh para animator sebagai panduan dalam mengerjakan sebuah film animasi. 12 prinsip itu melingkupi, solid drawing, appeal, staging, timing, squash and stretch, anticipation, straight ahead action and pose to pose, follow through and overlapping action, slow in and slow out, arcs,secondary action dan exaggeration.
Squash and Stretch
Squash and Stretch dalam animasi, merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh para animator, yang menambahkan efek lentur pada sebuah objek yang bergerak, sehingga akan terlihat proses melentur dari mengkerut hingga meregang. Teknik ini bertujuan untuk menimbulkan efek ‘lebih hidup’ terhadap sebuah objek yang digerakkan.
Anticipation
Seperti halnya kita dalam dunia nyata, dimana saat kita akan melakukan sesuatu, kita akan, secara sadar atau tidak, melakukan sebuah ancang-ancang sebelum melakukannya. Itulah dasar dari teknik Anticipation. Teknik anticipation diterapkan dalam animasi, agar hasil animasi terlihat seasli mungkin.
Staging
Staging dalam animasi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan setting lingkungan dan posisi karakter yang ada dalam animasi tersebut. Bagaimana kita merancang lingkungan tersebut agar dapat menciptakan mood yang kita inginkan, dan bagaimana kita menempatkan seorang karakter sehingga karakter tersebut dapat terlihat jelas oleh penonton.
Straight Ahead Action and Pose to Pose
Straight ahead action dan pose to pose adalah 2 teknik animasi yang berbeda. Straight ahead action, membuat animasi dengan menggambar setiap frame, dari awal hingg akhir. Sedangkan pose to pose, membuat animasi dengan menggamabar hanya pada keyframe-keyframe tertentu dan selanjutnya ditambahkan inbetween di antara keyframe tersebut.
Follow Through and Overlapping Action
Follow through sendiri adalah gerakan minor yang terjadi sesaat setalah berhenti bergerak. Sedangkan overlapping action adalah serangkaian gerakan yang saling medahului.
Slow in and slow out
Slow in and slow out adalah sebuah teknik yang memasukkan unsur percepatan dan perlambatan dalam sebuah pergerakan. Dimana slow ini adalah percepatan, dari lambat kemudian makin cepat, dan slow out adalah perlambatan, dari cepat kemudian makin lambat.
Arcs
Pada dasarnya, setiap gerakan selalu berpusat pada sebuah pusat mereka sendiri-sendiri. Hal ini menyebabkan, setiap gerakan yang terjadi memiliki sebuah pola melingkar, yang berpusat pada pusatnya tersebut. Hal inilah yang dinamakan arcs, yaitu sebuah pola melingkar yang terjadi dalam setiap gerakan.
Secondary action
Sederhanya, secondary action adalah sebuah gerakan yang mendukung sebuah gerakan utama. Gerakan ini menjadi penting karena, dapat membuat sebuah gerakan menjadi lebih alami, dan juga dapat lebih menonjolkan sifat dari karakter tersbut.
Timing and spacing
Timing and spacing berhubungan dengan penentuan waktu dalam animasi. Timing berkaitan dengan kapan gerakan itu harus dilakukan, dan spacing berkaitan dengan seberapa cepat gerakan itu harus dilakukan. Pengaturan
waktu menjadi sangat penting karena, akan menjelaskan maksud dari gerakan tersebut kepada penonton.
Exaggeration
Exaggeration adalah upaya untuk membuat sebuah adegan terlihat lebih dramatis. Seringkali prinsip ini digunakan dalam gerakan-gerakan yang mustahil dilakukan di dunia nyata.
Solid drawing
Sebuah gambar yang kuat, dalam konsep maupun visual, merupakan sebuah fondasi bagi film animasi. Karena dengan memiliki sebuah gambar yang kuat, para animator akan mengerti apa yang harus mereka lakukan terhadap gambar tersebut.
Appeal
Appeal berkaitang dengan kesan yang diciptakan oleh keseluruhan unsur dalam sebuah film animasi. Sebuah appeal yang kuat, akan menjadi ciri khas tersendiri dari film animasu tersebut.
Sumber :
(Gotot Prakosa. 2010. Animasi : Pengetahuan Dasar Film Animasi Indonesia. Jakarta : FFTV – IKJ Press.)
2.3
Analisa
2.3.1 Analisa Film Pembanding
Menolak Lupa : Dara Puspita (Metro TV)
- Diawali dengan cerita kesuksesan mereka di manca negara.
- Penceritaan secara kronologis, dari awal terbentuknya hingga bubar. - Diceritakan oleh seorang narator.
- Menampilakan beberapa foto Dara Puspita dan orang-orang yang berhubungan, disertai dengan narasi.
- Menampilkan juga wawancara dengan anggota Dara Puspita dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka.
Einstein (History Channel)
- Penceritaan secara kronologis, dari lahir hingga meninggal. - Diceritakan oleh seorang narator.
- Cerita diawali dengan detik-detik sebelum kesuksesannya, kemudian kilas balik sesaat pada saat kelahirannya dan masa kecilnya, lalu kembali lagi kepada masa suksesnya hingg meninggal.
- Menampilkan beberapa foto dan video Einstein dan beberapa orang yang berhubungan dengannya, disertai dengan narasi.
- Menampilkan wawancara dengan para ahli dalam bidang fisika dan astronomi.
- Menceritakan sedikit tentang teman-teman, orang yang berhubungan dan juga keluarganya.
Apocalypse : The Rise of Hitler part 1 (National Geographic)
- Penceritaan secara kronologis, dari lahir hingga meninggal. - Diceritakan oleh seorang narator.
- Cerita diawali dengan awal Hitler masuk ke dalam militer, kemudian kilas balik pada saat kelahirannya dan masa kecilnya, diteruskan hingga masa kesuksesannya.
- Menampilkan beberapa foto dan video Hitler dan beberapa orang yang berhubungan dengannya, disertai dengan narasi.
Gambar 2.6 Screenshot dari “Einstein”.
- Menceritakan sedikit tentang teman-teman, orang yang berhubungan dan juga keluarganya.
The Secret Life of Mary Poppins (BBC)
- Penceritaan secara kronologis, dari lahir hingga meninggal. - Diceritakan oleh seorang pembawa acara.
- Cerita diawali dengan awal kesuksesan buku Mary Poppin, kemudian kilas balik pada saat kelahirannya dan masa kecilnya, lalu kembali lagi kepada masa suksesnya hingga meninggal.
- Menampilkan beberapa foto dan video P.L. Travers dan beberapa orang yang berhubungan dengannya, disertai dengan narasi.
- Menampilkan wawancara dengan para ahli dan orang-orang yang berhubungan.
- Menceritakan sedikit tentang teman-teman, orang yang berhubungan dan juga keluarganya.
Gambar 2.7 Screenshot dari “Apocalypse : The Rise of Hitler part 1”.
Sumber : ( http://www.youtube.com/watch?v=3fWXrSQtTio)
Gambar 2.8 Screenshot dari “The Secret Life of Mary Poppins”.
Billy the Kid (History Channel)
- Penceritaan secara kronologis, dari lahir hingga meninggal. - Diceritakan oleh seorang narator.
- Cerita diawali dengan sedikit ulasan tentang Billy the Kid, kemudian kilas balik pada saat kelahirannya dan masa kecilnya, lalu kembali lagi kepada masa suksesnya hingg meninggal.
- Menampilkan beberapa foto Billy the Kid dan beberapa orang yang berhubungan dengannya, disertai dengan narasi.
- Menampilkan reka ulang kejadian.
- Menampilkan wawancara dengan para sejarawan dan para ahli lainnya. - Menceritakan sedikit tentang teman-teman, orang yang berhubungan dan
juga keluarganya.
Kesimpulan
-
Menggunakan sistem kronologis.- Diawali dengan masa-masa suksesnya, baru kemudian menceritakan kelahiran hingga masa-masa terakhirnya.
- Menampilkan wawancara dengan narasumber.
- Menggunakan foto atau video sebagai elemen yang menunjukan pemeran utama, dan jika tidak mempunyai cukup foto atau video, bisa dengan reka ulang adegan.
- Dengan narator.
- Juga menceritakan sedikit tentang orang-orang di sekitarnya. Gambar 2.9 Screenshot dari “Billy the Kid”.
2.3.2
Analisa SWOT- Strength
Menceritakan perjuangan seorang aktivis yang berjuang dalam salah satu momen penting dalam sejarah Indonesia.
- Weakness
Kurang dikenalnya sosok Wiji Thukul di masyarakat, terutama kalangan muda. Sehingga dikhawatirkan akan susah untuk menarik perhatian masyarakat.
- Oppurtunity
Mendapat dukungan dan apresiasi dari aktivis masa kini, yang sedang memperjuangkan nasib aktivis pada zaman dulu.