• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan penyisipan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemupukan, sensus produksi, dan pemanenan.

Pelaksanaan kerja di perkebunan PT. SAL 1 secara umum dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja rata–rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00–12.00 WIB, istirahat selama dua jam (12.00–14.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 14.00 sd. 16.00 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti antrian pagi yang dimulai pukul 06.00 WIB bersama asisten, mandor dan SKU (Standar Karyawan Umum). Selama kegiatan magang, penulis diikutsertakan dalam pengontrolan kebun secara langsung di lapangan bersama staf perkebunan PT. SAL 1. Kegiatan ini di sebut gemba yang dilakukan dua kali dalam seminggu. Selain itu, setiap hari sabtu mengikuti kegiatan olahraga bersama staf dan administratur.

Aspek Teknis

Aspek teknis dipelajari dengan berperan sebagai karyawan harian lepas selama 2 bulan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengendalian gulma, pemupukan, sensus produksi, dan pemanenan. Sebelum melaksanakan kegiatan selalu diawali dengan apel pagi jam 06 00-07 00 WIB, kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO2, dan air. Pengendalian gulma juga mempermudah pengontrolan kerja dan menghindari serangan hama dan penyakit. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan secara kimiawi.

a. Pengendalian Gulma Secara Manual

Pengendalian gulma secara manual yang diikuti adalah circle weeding manual (CWM), pengendalian gulma di piringan dan gawangan pada tanaman

(2)

kelapa sawit secara manual (Gambar 1). Rotasi CWM untuk tanaman belum menghasilkan (TBM1-2) dilakukan 2 bulan sekali, tanaman menghasilkan (TM1) dilakukan 4 kali dalam setahun, untuk TM2 dan selanjutnya dilakukan 3 kali dalam setahun. Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma secara manual adalah parang, cangkul, dan arit. Pelaksanaan babat gawangan dengan menggunakan parang dengan hasil babatan dengan ketinggian gulma 20–30 cm dari permukaan tanah atau babat pandas, membersihkan gulma yang tumbuh di pohon kelapa sawit serta gulma yang merambat naik ke tanaman yang disebut rayutan.

Gambar 1. Pengendalian Gulma Secara Manual

Menurut Lubis (1992), gawangan mati adalah areal yang terdapat di luar piringan tanaman yang harus dikendalikan dari gulma jahat yang menjadi penghambat pertumbuhan tanaman utama agar tercipta kondisi yang tidak terlalu lembab sehingga penyerbukan tandan dapat lebih lancar dan penyakit tidak berkembang. Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan di gawangan dan di piringan membutuhkan tenaga kerja yang besar karena luasan yang besar dan kerapatan gulma pada gawangan mati tinggi serta alat yang digunakan masih sederhana.

Jenis gulma-gulma yang tumbuh adalah Melastoma malabatrichum, Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, Mikania micrantha, Asystasia coromandeliana, Clidemia hirta, Axonopus compressus, Digitaria nuda, Cyperus rotundus, Neprolepis biserrata, Stenochlaena palustris, Ottocloa arnotiana, Clidemia hirta, dan Borreria alata. Dalam pelaksanaan rawat gawangan jika ditemukan gulma alang-alang (Imperata cylindrica) dibiarkan karena gulma

(3)

tersebut dikerjakan secara khusus. Rotasi yang digunakan dalam rawat gawangan adalah tiga kali setahun. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem harian dengan upah Rp 15 000,-/hari dengan lama kerja 5 jam/hari. Norma yang digunakan untuk babat gawangan adalah 0.5 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata– rata 0.5 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan.

b. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi

CPT Chemist. CPT (Circle, Path, TPH) Chemist merupakan pengendalian gulma yang dilakukan pada circle (piringan), path (jalan kontrol/pikul), dan tempat pengumpulan hasil (TPH) dengan menggunakan bahan kimiawi sistemik dan kontak (Gambar 2). CPT Chemist dilakukan dengan menggunakan herbisida yang disimpan dalam wadah botol mineral 600 ml, knapsack sprayer kapasitas 15 liter, nozzle berwarna hitam tipe polijet (kipas), ember kecil sebagai wadah pengambil air, dan takaran dosis. Sebelum melakukan kegiatan pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimiawi, herbisida yang akan digunakan terlebih dahulu diambil di gudang Afdeling dimana pembagiannya diatur oleh mandor rawat chemist.

Saat di lapang, dilakukan briefing terlebih dahulu untuk menentukan area yang akan disemprot. Air diambil dari sumber mata air atau parit, kemudian dicampur dengan herbisida. Pada beberapa kasus dimana air sulit didapatkan, maka air ditransportasikan di dalam galon 20 liter menggunakan motor atau mobil pick-up.

Setelah dilakukan penyemprotan di piringan, diharapkan gulma yang di sekitar piringan menjadi mati dan bersih sehingga mempermudah pengumpulan berondolan pada waktu panen dan mempermudah aplikasi pupuk pada saat pemupukan. Standar pengendalian gulma di piringan adalah: tidak ada anak kayu maupun anak sawit di piringan, tidak ada gulma yang merambat pada keliling dua meter dari tanaman sawit, pakis dan alang–alang tidak tumbuh pada piringan. Penyemprotan dilakukan pada keliling dua meter searah jarum jam. Pada aplikasi herbisida untuk pengendalian gulma di path atau jalan pikul dilakukan dengan lebar 1.5 meter dengan hasil yang diharapkan dalam keadaan bersih, dan tidak ada anak kayu yang melintang karena path atau jalan kontrol/pikul berfungsi sebagai jalan dalam pengerjaan dan pengawasan pemanenan dan pemupukan. TPH

(4)

merupakan tempat tandan buah segar dan berondolan yang sudah dipanen dikumpulkan sebelum diangkut ke pabrik. Pada pengendalian gulma di TPH dilakukan dengan luas 3 × 4 m dengan standar yang harus dipertahankan adalah tidak ada gulma, tidak ada anak sawit, brondolan tinggal dan tidak ada kotoran di TPH.

Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi (CPT chemist) Dalam pengendalian gulma di CPT menggunakan herbisida yang bersifat sistemik dan bersifat kontak. Herbisida yang bersifat kontak yang digunakan yaitu Primaxone 276 SL dengan bahan aktif Paraquat diklorida 276 gram/liter. Dosis yang digunakan 0.65-0.7 liter/ha (80 cc/knapsack), volume semprot 135 liter/ha dengan konsentrasi 0.5%. Herbisida kontak cara kerjanya langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwama hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran yang tidak meluas.

Herbisida sistemik menggunakan Round-up 486 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 486 gram/liter dan Pilar-up 480 AS dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 480 gram/liter dengan dosis yang digunakan 0.7-0.9 liter/ha (100 cc/knapsack), volume semprot 135 liter/ha dengan konsentrasi 0.67%. Bahan aktif herbisida sistemik dapat diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian atau jaringan gulma, mulai dari daun sampai ke perakaran atau sebaliknva. Reaksi kematian gulma terjadi sangat lambat karena proses bahan aktif herbisida sistemik tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara mengganggu proses fisiologis jaringan tersebut. Efek

(5)

kematian yang ditimbulkan hampir merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama. Penggunaan herbisida sistemik secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja dan biaya aplikasi.

Bahan pembasah dan perata yang digunakan adalah Agral dengan bahan aktif nonifenol etilen oksida 250 gram/liter dengan konsentrasi 0.25 kg/20 liter air. Tinggi semprotan 30 cm di atas permukaan tanah dan rotasi yang digunakan 3 kali setahun untuk aplikasi CPT chemist. Norma yang digunakan untuk CPT chemist adalah 0.5 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata–rata 0.5 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan.

Wiping Lalang. Kegiatan wiping lalang merupakan kegiatan khusus

„memburu‟ lalang yang tumbuh di areal (Gambar 3). Alat yang digunakan antara lain: ember, lap, sarung tangan. Wiping lalang menggunakan herbisida sistemik berbahan aktif glifosat 480 gram/liter dengan merek dagang Supremo.

Gambar 3. Wiping Lalang: a. Aplikasi; b. Kain dan Sarung Tangan

Herbisida tersebut dicampur dengan air dan diaplikasikan dengan dosis 1 liter/ha dan konsentrasi 1 %. Lalang diburu didalam blok, diaplikasikan dengan menggosokkan kain yang telah direndam campuran herbisida hingga seluruh bagian lalang dibasahi, kemudian ujung lalang dilipat untuk menandakan bahwa lalang sudah diaplikasikan herbisida. Norma yang digunakan untuk CPT chemist adalah 2 HK/ha, sedangkan prestasi kerja penulis rata–rata 2 HK/ha, sesuai norma kerja yang ditetapkan.

(6)

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan dan produktivitas tanaman. Sasaran dari kegiatan pemupukan adalah memberikan tanaman kelapa sawit unsur hara yang memadai agar pertumbuhannya sehat pada saat proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif, untuk memperoleh hasil maksimum dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Biaya kegiatan rawat sekitar 40 sampai dengan 60 % digunakan untuk kegiatan pemupukan, oleh karena itu perlu perhatian dan tindakan khusus untuk mempersiapkan program kegiatan pemupukan dari sejak penetapan rekomendasi pemupukan hingga aplikasi di lapangan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pemupukan melibatkan aspek manajemen, aspek teknis, dan administrasi pemupukan.

Aspek Manajemen Pemupukan

Dalam pelaksanaan program pemupukan di PT. SAL I melibatkan banyak pihak yang berperan, mulai dari bawah hingga manajemen atas. Secara umum siklus manajemen pemupukan disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Siklus Manajemen Pupuk 1. Pengambilan Sampel Daun

Leaf sampling unit (LSU) atau kesatuan contoh daun (KCD) adalah unit suatu sampel daun yang diambil dari kelompok lahan dengan tanaman yang diamati mewakili dan homogen dimana satu sampel mewakili luasan 20–30 ha, bahkan dapat mencapai 50 ha. Manfaat dari KCD adalah sebagai indikator status

(7)

hara tanaman yang mencerminkan kecukupan hara dan indikasi kekurangan atau kelebihan hara yang menjadi pertimbangan dalam pemberian dosis pupuk.

Pengambilan KCD hanya boleh dilakukan pada pagi hari pada pukul 06.30–12.00 sehingga tidak dibenarkan melakukan pengambilan sampel daun pada sore hari. Pengambilan sampel daun dapat ditunda apabila (1) malam sebelum pengambilan sampel daun terjadi hujan dengan CH > 20 mm maka pengambilan KCD dilakukan keesokan harinya, dan (2) saat pengambilan sampel daun terjadi hujan maka ditunda sampai berhenti dan bintik hujan tidak ada lagi.

Pengambilan pohon sampel berjumlah 33–36 pohon tiap blok KCD, dimana penetapan pohon sampel tergantung sistem misalnya: 12 × 13, yang artinya pemilihan pohon sampel setiap 12 pohon dalam barisan, dan setiap 13 baris dalam blok. Pemilihan pohon sampel dimulai dari pohon ketiga setiap masuk barisan KCD. Pemilihan pohon sampel harus mewakili blok tersebut, yang berarti kondisi pohon sampel relatif sama dengan kondisi tanaman di blok tersebut. Pada pengambilan sampel daun, pohon yang tidak boleh dijadikan sampel adalah: pohon sakit (abnormal), tumbuh miring; tumbuh di pinggir jalan ataupun pinggir parit/sungai; merupakan pohon hasil penyisipan; dan disekelilingnya ada tanaman kosong/tidak ditanam.

Pada pohon sampel yang telah ditentukan, contoh daun yang diambil adalah daun ke-17. Kemudian dari daun yang sudah dipotong dicari titik bagian tengah. Titik bagian tengah adalah bagian dari tulang daun (rachis) yang berbentuk seperti jarum. Anak daun (leaflets) yang ada tepat di sebelah titik bagian tengah dipotong pada bagian tengahnya sama rata. Anak daun dipotong pada bagian tengahnya kira-kira sepanjang 15-20 cm, tulang anak daun (midrib) dibuang, helaian (lamina) yang tertinggal dipotong kecil dengan panjang kira–kira satu cm. hasil sampel daun harus disimpan dalam kantong plastik atau amplop yang bersih dan diberi label; tidak boleh terkena tanah, kotoran/debu, pupuk, keringat, dan asap rokok; juga tidak boleh terkena sinar matahari langsung.

2. Analisis hara

Sampel daun yang sudah diambil, disarankan untuk dikeringkan didalam amplop berlubang pada hari yang sama dengan menggunakan oven pada suhu 80°C selama 12 jam untuk menghindari timbulnya jamur akibat kondisi hasil

(8)

sampel daun yang lembab. hasil KCD kemudian dikirim ke bagian Research and Development (R&D) untuk kemudian dianalisis kandungan hara pada tiap sampel daun yang ada.

3. Rekomendasi Pemupukan Final

Bagian R&D mengirim hasil sampel ke laboratorium untuk diuji apakah terjadi kondisi kekurangan hara, hara tersebut cukup atau terjadi kelebihan hara bagi tanaman dengan cara analisis daun. Dari hasil uji laboratorium, R&D membuat rekomendasi pemupukan dengan mengobservasi mengenai unsur hara tanaman yang dibandingkan dengan standar yang ada. Rekomendasi kebutuhan dan dosis rata–rata pemupukan pada kebun inti I pada tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Selanjutnya, rekomendasi kemudian dikirim ke bagian operasional kebun.

4. Lembar Pemesanan

Pengadaan pupuk dimulai dengan menyusun purchasing requition (PR) tentang jumlah kebutuhan pupuk dan jenis pupuk yang berasal dari rekomendasi pemupukan final, yang kemudian selanjutnya menyusun lembar pemesanan atau purchasing order (PO). PO dibuat oleh bagian operasional kebun. PO yang sudah dibuat, kemudian dikirim ke kantor pusat (HO, Head Office).

5. Pengadaan pupuk dan Pembelian

Dalam pengadaan pupuk, pihak Procurement dan Finance harus melakukan beberapa tahapan mulai dari menyusun daftar pembelian sampai dengan pengikatan kontrak/perjanjian. Kegiatan tender dan proses pembelian harus dilakukan segera dengan harapan mendapatkan kebutuhan pupuk dan harga yang bersaing. Pemilihan supplier melibatkan pihak manajemen tingkat atas (kantor pusat) sebagai pemegang keputusan. Barang yang dikirim oleh pihak supplier diserahkan ke bagian gudang dengan memberikan surat tanda terima barang. Dalam hal ini pembayaran akan diserahkan ke bagian keuangan kantor pusat.

6. Pengiriman

Pupuk yang telah dikirim oleh supplier kemudian disimpan dalam gudang khusus untuk pupuk. Manajemen gudang bertanggung jawab atas penyaluran

(9)

pupuk ke masing–masing kebun. Administrasi pengambilan pupuk menggunakan SPM (Surat Pengambilan Material) yang berisi keterangan blok yang akan dipupuk, jenis pupuk, bobot pupuk. Surat pengambilan material ditandatangani oleh pemohon (Asisten afdeling), kepala gudang, kepala tata usaha, dan administratur (Lampiran 9).

7. Aplikasi pupuk

Umur tanaman menentukan dosis dan jenis pupuk yang digunakan dalam aplikasi pupuk. Pemupukan di areal TM dengan dosis yang tepat dan interval yang teratur dapat mencapai status hara tanah dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produktivitas yang optimal dan berkelanjutan bila didukung oleh faktor-faktor pemeliharaan lainnya. hal lain yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan pemupukan adalah keadaan infrastruktur blok yang akan dipupuk, seperti kondisi jalan, jembatan, dan jembatan panen, alat transportasi, dan alat– alat yang lain seperti takaran pupuk. Blok yang akan dipupuk harus jelas karena perlakuan dosis tiap blok mungkin akan berbeda. Interval pemupukan antar jenis aplikasi pemupukan rata–rata adalah dua bulan. Aplikasi pemupukan dijelaskan lebih lanjut dalam aspek teknis pemupukan.

Aspek Teknis Pemupukan

Waktu pelaksanaan pemupukan dilakukan pada musim hujan kecil, dimana curah hujan rata–rata bulan tersebut diantara 75–200 mm. Pemupukan TM dilakukan dalam dua semester yaitu pada semester satu, Januari sampai Juni dan semester dua, pada Juli sampai Desember. Kegiatan pemupukan pada semester satu yang belum tuntas harus segera diselesaikan pada semester dua. Kegiatan penaburan pemupukan dilakukan dengan sistem gang (baca: geng), yang berarti pada saat pemupukan dilakukan pada satu area dan tidak boleh dilakukan di area lain dalam hari yang sama. Pemupukan tidak dilakukan sendiri oleh masing-masing afdeling melainkan secara global dalam satu kebun inti I. Aplikasi pemupukan dilakukan mulai dari penguntilan pupuk, pengeceran pupuk, penaburan pupuk, pengumpulan karung untilan, dan aplikasi tandan kosong.

Penguntilan Pupuk. Pupuk yang terdapat di gudang ditransportasikan ke tempat untilan untuk segera diuntil sesuai dosis dan jenis pupuk yang akan

(10)

diaplikasikan. Tiap satu untilan berisi pupuk untuk dosis enam pohon tanaman kelapa sawit. Sebagai contoh: Rekomendasi dosis pupuk dolomit untuk semester satu pada blok OC-5 sebesar satu kilogram per tanaman, maka satu untilan untuk pupuk dolomit pada blok OC-5 sebesar enam kilogram per untilan. Takaran besar untuk penguntilan mengikuti dosis untilan, dimana takaran tersebut dibuat dari wadah bekas herbisida yang dipotong dan dikalibrasi. Perlu dilakukan kontrol dengan menggunakan timbangan agar dosis pupuk sesuai dengan bobot untilan yang dibuat. Basis kerja penguntilan adalah 1 250 kg/orang. Untilan kemudian disusun rapi sesuai blok per blok yang akan dipupuk dan diberi label (Gambar 5).

Gambar 5. Susunan Untilan yang Sudah Diberi Label

Pengeceran Pupuk. Untilan kemudian ditransportasikan atau diecer ke blok pada hari-H pemupukan dengan menggunakan truk bak terbuka. Untuk tiap dua baris (satu jalur) tanaman kelapa sawit dari pinggir hingga ke jalan kontrol (path control) dengan jumlah tanaman sekitar 24 tanaman, dapat diberikan masing–masing empat buah untilan pada tiap sisi dalam satu jalur. Untilan dialokasikan di jalan koleksi (collection road) pada kedua sisi blok yang akan ditabur. Upah kerja pengecer / pelangsir Rp 15,-/kg.

Pelangsiran dan Penaburan Pupuk. Tenaga pelaksana pada kegiatan pemupukan adalah PHL (pekerja harian lepas). Tenaga kerja pemupukan diperoleh dari tenaga kerja yang datang pada hari pemupukan yang sebagian besar didatangkan dari luar kebun.

Penabur diberi takaran pupuk yang sesuai untuk jenis dan dosis pupuk yang akan diberikan. Takaran pupuk dibuat dari pipa PVC berdiameter empat

(11)

inchi yang mempunyai alas (tutup bawah) berupa papan bulat setebal satu cm (Gambar 6).

Gambar 6. Takaran Pupuk untuk Berbagai Dosis Pupuk RP

Penabur dibagi dalam dua grup, disisi timur dan barat blok. Dalam tiap grup, penabur harus genap sehingga dapat berpasangan dalam menabur pupuk. Setiap pasang penabur mendapat satu jalur sesuai nomor penabur. Jalur tersebut diberi pancang bernomor, kemudian penabur tersebut mengangkut untilan kedalam blok, untuk diletakkan pada tanaman keenam dari pinggir blok dan pada tanaman batas jalan kontrol, kemudian keluar blok untuk melangsir untilan berikutnya. Demikian pupuk dilangsir kedalam blok hingga blok tersebut selesai oleh penabur, dimana nomor pasangan penabur harus sesuai dengan nomor pancang (Gambar 7a).

Untuk melakukan penaburan pupuk, penabur kembali masuk kedalam blok sampai ke batas jalan kontrol, sehingga pasangan penabur yang berasal dari masing–masing sisi blok bertemu. Penabur masuk ke dalam jalur berdasarkan nomor pancang sesuai dengan nomor penabur. Penabur tidak diperkenankan menabur sebelum seluruh penabur dalam dua grup tersebut masuk kedalam blok dan ada aba-aba peluit dari mandor. Peluit dibunyikan kemudian penabur mengaplikasikan pupuk tersebut menggunakan takaran pupuk. Setelah satu jalur pada pasangan penabur selesai, penabur masuk kembali ke dalam jalur berikutnya sesuai nomor pancang, menunggu aba-aba dari mandor kemudian menabur pupuk hingga blok tersebut selesai (Gambar 7b). Basis kerja penabur adalah 300 kg/HK atau tujuh jam kerja, selebihnya dihitung lembur. Prestasi kerja penulis rata–rata 350 kg/HK.

(12)

Gambar 7. Kegiatan Pemupukan: a. pelangsiran; b. Penaburan Pupuk Pengumpulan Karung Untilan. Karung untilan yang sudah kosong kemudian dikumpulkan dan diangkut ke gudang untuk dipergunakan lagi untuk penguntilan berikutnya (Gambar 8). Pekerjaan pemupukan kemudian dilanjutkan ke blok berikutnya, hingga blok yang direncanakan selesai dikerjakan pada hari itu juga.

Gambar 8. Pengumpulan Karung Untilan

Aplikasi Tandan Kosong. Kebun PT. SAL I juga mengaplikasikan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai sumber pupuk organik. TKKS adalah sisa dari pengolahan kelapa sawit berbentuk padat (janjangan) yang berasal dari TBS yang telah diolah. hasil analisis menunjukkan bahwa TKKS memiliki kandungan hara dengan nilai 42.8% C, 0.80% N, 2.90 % K2O, 0.22% P2O5, 0.30% MgO, dan unsur mikro, antara lain 10 ppm B, dan 23 ppm Cu (Winarna et al., 2003). Rasio C/N yang tinggi menyebabkan proses dekomposisi oleh mikroorganisme dan mineralisasi di lapangan relatif lambat (Pahan, 2008). Kendala lainnya adalah biaya pengangkutan yang tinggi karena sifatnya yang meruah (bulky).

TKKS yang berasal dari pabrik dikumpulkan terlebih dahulu di terminal limbah, yang selanjutnya diangkut menggunakan truk berkapasitas 4–5 ton.

(13)

TKKS kemudian dibawa ke kebun, diecer di jalan koleksi pada blok yang akan diaplikasikan, dan diecer oleh pekerja secara merata di luar piringan tanaman. Pengaplikasian dilakukan dengan ketebalan satu lapis untuk mencegah perkembangbiakan hama kumbang (Oryctes sp.) dan mempercepat penguraian. Kegiatan pemberian TKKS dilakukan hanya satu kali dalam satu tahun.

Administrasi Pemupukan

Administrasi pemupukan digunakan sebagai pelaporan jumlah tenaga kerja dan pembiayaan hari kerja (HK) yang harus dibayar pada kegiatan pemupukan, selain itu administrasi dibuat sebagai tanda bukti pertanggunggjawaban secara tertulis. Bagian yang terkait dengan administrasi pemupukan adalah jurnal harian dan buku absensi yang keduanya diisi oleh mandor, data dan informasi yang terdapat pada jurnal harian dan buku absensi mandor lalu dibuat dalam bentuk laporan harian oleh kerani afdeling. Kumpulan data laporan harian dibuat dalam laporan bulanan dan laporan tahunan.

Jurnal harian adalah buku pelaporan oleh semua mandor dan juga termasuk kerani untuk setiap kegiatan yang dilakukan setiap harinya. Khusus untuk kegiatan pemupukan, pelaporan pada jurnal harian meliputi nama mandor, jenis kegiatan, jumlah tenaga kerja (dalam HK), jumlah pupuk, jenis pupuk, dosis pupuk, blok dan afdeling yang diaplikasikan, jumlah tenaga kerja penabur, jumlah tenaga kerja pengecer, tenaga kerja penguntil, dan premi total tenaga kerja.

Buku absensi mandor berisi pelaporan yang sama dengan jurnal harian dengan tambahan data nama dari tenaga kerja, jumlah HK dan premi yang secara rinci untuk masing–masing tenaga kerja. hal ini berguna untuk memberikan upah sesuai dengan catatan buku absensi mandor. Mandor juga melakukan tugas asisten dengan mengisi berita acara pemupukan blok tuntas (Lampiran 10).

Sensus Produksi

Sensus produksi adalah kegiatan mendata jumlah bunga, buah hitam (buah mentah), dan buah matang (merah) dalam blok tertentu. Sensus dilakukan untuk mengetahui kerapatan panen, potensi buah yang akan dipanen dan distribusinya dengan menggunakan sampel minimal 10% dari total populasi tanaman dan mewakili blok tersebut.

(14)

Sensus produksi yang dilakukan pada blok tertentu dilakukan sebelum pemanenan. Sensus produksi harian dilakukan sehari sebelum panen oleh mandor I atau mandor panen, sedangkan sensus produksi bulanan dilakukan setiap empat bulan oleh mandor I atau petugas khusus yang ditunjuk oleh afdeling yang bersangkutan.

Sensus produksi dilakukan dengan menentukan baris sampel yang mewakili blok tersebut. Sebagai contoh pada afdeling OF blok 3, sampel baris yang ditentukan adalah baris 26, 44, 62, 80, dan 98. Penyensus masuk mulai dari baris paling pinggir blok (baris 98 atau baris 26) dengan memilih pasangan baris disebelah kanan atau kiri baris tersebut. Pasangan baris tanaman yang dipilih adalah pasangan baris 97-98 atau 98-99 untuk baris sampel 98, sedangkan pada baris 26 yang dipilih adalah 25-26 atau 26-27. Penentuan pasangan baris sampel tidak boleh dipisahkan oleh gawangan mati. Selanjutnya penyensus mencatat jumlah buah merah (BM), dan buah hitam (BH) yang terdapat pada pasangan baris tanaman. Nomor pohon satu, tiga, lima, dan seterusnya pada blangko sensus produksi adalah tanaman sebelah kiri pada pasangan baris sensus, sedangkan nomor pohon dua, empat, enam, dan seterusnya adalah tanaman sebelah kanan pada pasangan baris sensus. Blangko sensus produksi dapat dilihat pada Lampiran 11. Norma yang digunakan untuk sensus produksi adalah 0.25 HK/blok, sedangkan prestasi kerja penulis rata–rata 0.5 HK/blok.

Pemanenan

Panen adalah pengambilan buah kelapa sawit yang memenuhi standar atau kriteria matang panen dari pohonnya, mengumpulkan dan mengutip berondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH), selanjutnya bersama– sama berondolannya dikumpulkan untuk diangkut ke pabrik. Tujuan panen adalah mendapatkan jumlah tandan buah segar (TBS) yang tinggi, biaya panen yang efisien, eksploitasi berjalan dengan baik sehingga mencapai umur produktif yang lama, mendapatkan jumlah minyak dan kernel dengan rendemen yang tinggi, dan mendapatkan mutu minyak yang tinggi. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain: menjalankan ketentuan panen yang baik seperti sistem panen, kriteria buah matang, dan persentase brondolan; mengangkut hasil panen

(15)

sesegera mungkin ke pabrik pengolahan TBS dengan menggunakan angkutan panen; dan melakukan pengolahan TBS secepat mungkin di pabrik.

a. Kriteria Panen

Mutu minyak dan rendemen yang dihasilkan dipengaruhi oleh kualitas buah yang dipanen. TBS yang paling baik dipanen pada saat buah memberondol. Buah tersebut mempunyai kadar minyak yang tertinggi dengan kandungan asam lemak bebas (ALB) yang rendah. Buah yang harus dipanen mempunyai kriteria dua brondolan setiap kg buah atau sekitar sepuluh berondolan per tandan. Kwalitas panen ideal mempunyai komposisi berikut: F1= 15%, F2&F3= 65%, dan F4= 20% (Tabel 9).

Tabel 9. Fraksi Panen

Fraksi % Brondolan lepas Derajat Kematangan

0 0 Sangat mentah 0 1-12.5 % Mentah 1 12.5-25 % Matang 2 25-50 % Matang I 3 50-75 % Matang II 4 75-100 % Lewat Matang I

5 Buah dalam membrondol Buah Lewat Matang II

6 Tandan kosong

Standar panen yang diterapkan adalah:

1. Panen menggunakan alat panen yang benar dan sesuai standar.

2. Setiap buah matang harus diambil sehingga tidak ada buah matang yang tertinggal di pohon.

3. Tidak diperbolehkan memanen buah mentah, yaitu buah yang masih keras, belum memberondol dan berwarna hitam.

4. Pada waktu memanen buah, tidak ada bagian buah yang tertinggal di pohon.

5. Tidak meninggalkan brondolan di piringan, di ketiak daun maupun di gawangan.

(16)

6. Buah yang dikumpulkan di TPH harus dialasi dengan terpal, sedangkan brondolan yang terkumpul harus dikarungkan.

b. Sistem Panen

Sistem panen yang diharapkan adalah 6/7, artinya areal dibagi menjadi 6 seksi dan dipanen selama enam hari dalam tujuh hari. Ada juga sistem panen 9/10 yang berarti areal dibagi menjadi sembilan seksi dan dipanen setiap sepuluh hari. hanca panen adalah setiap seksi panen dibagi menjadi hanca kecil yang luasnya sekitar 3,5–5 ha tiap pemanen. Rotasi panen adalah interval waktu antara satu perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya yang dinyatakan dalam hari. Rotasi yang diharapkan adalah tujuh hari sekali. Alat–alat panen yang digunakan adalah dodos, gancu, egrek, dan angkong. Kegiatan pemanenan pada tanaman kelapa sawit disajikan pada Gambar 9.

c. Pengangkutan

Buah yang sudah dipanen, diangkut menggunakan angkong ataupun gendongan dari bahan terpal, lalu dibawa ke TPH. Kemudian buah disusun rapi dengan dialasi terpal, untuk memudahkan krani menghitung jumlah TBS dan buah tidak kotor akibat bersentuhan dengan tanah. Buah dimasukkan ke dalam truk bak terbuka dengan menggunakan tojok, sedangkan brondolan dimasukkan kedalam truk dengan menggunakan karung. Jumlah buah yang sudah dipanen dan jumlah karung brondolan ditulis kedalam kupon panen seperti pada Lampiran 12.

Gambar 9. Pemanenan Buah Kelapa Sawit

Penulis melakukan kegiatan sebagai PHL panen di Afdeling OC, blok 5 dengan prestasi kerja pemanenan sebanyak 18 janjang dengan bobot janjang rata–

(17)

rata 7 kg/tandan. Basis kerja pemanenan adalah 850 kg/hari untuk bobot janjang rata–rata 7 kg/tandan, sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata 126 kg/hari, dibawah standar yang telah ditetapkan.

Aspek Manajerial Pendamping Mandor/Mandor I

Pada bulan ketiga penulis bertugas sebagai pendamping mandor. Mandor merupakan manajer tingkat bawah yang bertanggung jawab dan bertugas mengawasi kegiatan langsung di lapangan. Pengawasan dilakukan sampai akhir kegiatan dan kemudian dilakukan pemeriksaan kualitas dan kuantitas pekerjaan. hasil dari pekerjaan tersebut dilaporkan kepada kepala afdeling dalam bentuk laporan harian. Laporan yang dibuat oleh mandor dapat mempermudah pengontrolan yang dilakukan oleh asisten afdeling. Mandor juga melaporkan jika ada masalah yang terjadi di lapangan.

Setiap mandor bertanggung jawab terhadap hasil kerja karyawan yang dipimpinnya, mandor juga harus mampu memotivasi pekerja untuk bekerja optimal sesuai dengan standar operasional perusahaan. Dalam pelaksanaan kerjanya mandor selalu berpedoman pada lembar rencana kerja (LRK) yang telah dibuat oleh kepala afdeling dan perusahaan.

Mandor I merupakan orang yang posisinya tepat dibawah asisten untuk mengatur semua pekerjaan yang ada di lapangan, dan berperan sebagai wakil dari asisten di kebun sehingga fungsi dan tanggung jawab mandor I lebih luas apabila dibandingkan dengan mandor.

Kegiatan penulis selama menjadi pendamping mandor adalah membantu mandor dalam mengarahkan dan mengawasi kegiatan operasional di lapangan.

a. Mandor Pemupukan

Kegiatan pemupukan direncanakan pada jumlah blok yang akan dikerjakan tuntas dalam satu hari kerja. Sebelum melakukan pemupukan, mandor membuat perencanaan blok–blok yang akan dipupuk dan jenis serta jumlah pupuk yang akan diaplikasikan ke blok tersebut. Kegiatan pemupukan dimulai dengan membuat surat pengambilan material (SPM) pupuk yang ditujukan ke bagian gudang. SPM berisi keterangan blok yang akan dipupuk, jenis pupuk, bobot

(18)

pupuk. Surat pengambilan material ditandatangani oleh pemohon (Asisten afdeling), kepala gudang, kepala tata usaha, dan administratur (Lampiran 9).

Setelah pupuk diambil dari gudang, mandor melakukan perhitungan penguntilan pupuk sesuai jenis pupuk dan dosis pada blok yang akan diaplikasikan pupuk. Sebagai contoh: blok yang akan dipupuk OC-5 ( jumlah pohon = 3 405 tanaman) dengan jenis pupuk Dolomit dengan dosis 1kg/tanaman , maka pupuk yang dibutuhkan 3 405 kg, sekitar 68 zak Dolomit (satu zak = 50 kg). Dengan ketetapan bahwa dosis satu untilan sama dengan dosis enam tanaman, maka jumlah untilan yang dibutuhkan untuk blok OC-5 dengan pupuk Dolomit (dosis 1 kg/tanaman) adalah 566 untilan (3 400 kg ÷ [6 × 1 kg]). Sebelum PHL melakukan penguntilan, terlebih dahulu di-briefing tentang jenis pupuk yang akan diuntil, dosis tiap untilan, cara membuka karung goni pupuk, dan tempat peletakan pupuk yang sudah diuntil. Mandor yang mengawasi PHL dibagian penguntilan harus melakukan spot check bobot untilan dengan menggunakan timbangan agar bobot untilan sesuai dengan bobot untilan yang diharapkan.

Satu hari sebelum pemupukan, kendaraan pengangkut pupuk sudah harus dipastikan kesiapannya pada bagian teknik yang mengurusi transportasi. Pukul 06.30 pada hari pemupukan, kendaraan sudah terisi untilan pupuk dan siap untuk mengecer pupuk sesuai blok yang akan dipupuk.

Sebelum melaksanakan pemupukan, mandor harus memberikan pengarahan terhadap karyawan. Mandor memberikan pengarahan tentang dosis yang digunakan per tanaman dengan menggunakan takaran, cara pengaplikasian pupuk harus merata, pengumpulan karung untilan yang sudah kosong. Selama pemupukan, mandor tidak boleh meninggalkan lapangan.

Mandor yang berada di jalan kontrol blok memastikan untilan sudah diletakkan dekat tanaman di batas jalan kontrol, pupuk ditabur merata dan juga mengawasi apabila terdapat kecurangan yang dilakukan karyawan misalnya membuang pupuk ke rawa dan penaburan ke bongkahan–bongkahan kayu. Mandor yang berada pada tanaman keenam dari pinggir blok mengawasi dan memastikan untilan sudah ada di tanaman keenam dan mengawasi penaburan pupuk; dan mandor yang berada di luar mengatur pergerakan penabur dengan menggunakan pancang bernomor, pengecekan untilan dan takaran dan pengaturan

(19)

pengumpulan karung untilan yang sudah kosong untuk dikirim kembali ke gudang. Jumlah rata-rata PHL penabur yang diawasi penulis rata–rata 52 PHL dan rata–rata luasan areal pengawasan sebesar 80 ha tiap harinya. Prestasi tenaga kerja penabur belum sesuai dengan norma yang berlaku karena masih dibawah norma perusahaan yaitu dibawah 300 kg/HK berdasarkan bobot dan 2 ha/HK berdasarkan luas areal yang dikerjakan.

b. Mandor Pemanenan

Karyawan pemanen yang dipakai mempunyai status serikat kerja unit (SKU). Setiap pagi sebelum panen, karyawan panen, mandor dan asisten melakukan apel pagi mulai pukul 06.00 WIB. Pada apel pagi mandor membacakan jumlah janjang TBS yang diperoleh tiap karyawan dan membagi hanca panen. Mandor I dan asisten memberikan arahan mengenai keselamatan kerja, motivasi yang bertujuan membangun semangat kerja karyawan.

Kegiatan pemanenan dilakukan dengan beberapa persyaratan, yaitu tidak diperbolehkan memanen buah mentah, meninggalkan buah masak, dan meninggalkan brondolan, pemotongan tangkai harus sedekat mungkin pada batang tanaman sehingga tidak terjadi buah sisa pantat monyet, tangkai buah harus dipotong berbentuk V atau cangkem kodok, terpal dipasang di TPH sebagai alas TBS, tidak diperbolehkan pelepah tinggal atau sengkleh, dan pelepah harus disusun rapi di gawangan mati. Pelanggaran terhadap syarat-syarat yang dibuat akan diberi sanksi atau pinalti. Pinalti yang dibuat merupakan kesepakatan antara karyawan, asisten, dan mandor. Tujuan diberlakukannya pinalti untuk mengoptimalkan kuantitas dan kualitas buah.

Dalam kegiatan panen ada dua mandor yang berperan yaitu mandor panen dan krani panen. Tugas mandor panen adalah mengawasi pemanen, membagi hanca serta melakukan taksasi satu hari, sedangkan krani panen mengikuti truk dan mencatat TBS yang dipanen setiap TPH dan setiap pemanen, membuat surat pengantar pengangkutan buah ke pabrik, dan pembuatan upah harian. Surat pengantar pengangkutan buah dapat dilihat pada Lampiran 13.

Cara panen yang dilakukan di Afdeling OD dan seluruh kebun inti murni telah memenuhi kriteria matang panen yaitu membrondol lima. Rotasi panen yang digunakan di Afdeling OD adalah 7/8 yang artinya luasan areal dibagi menjadi 7

(20)

seksi dan kembali ke seksi pertama setelah hari ke-8. Rotasi panen adalah frekuensi lamanya waktu antara panen hari ini dengan panen berikutnya dalam seksi panen tertentu. Seksi panen adalah luasan areal yang dipanen dalam sekali panen oleh beberapa pemanen. Sistem panen yang digunakan adalah sistem hanca tetap. Kebaikan dari hanca tetap yaitu pemanen tidak perlu pindah–pindah dan pengawasan lebih efektif. Pemanen lebih bertanggung jawab akan kebersihan hanca tersebut sesuai dengan peraturan yang ada. Kelemahan hanca tetap adalah sering terjadi hanca yang diberikan kepada pemanen tidak dapat diselesaikan dalam satu hari apabila produksi tinggi (Astra Agro Niaga, 2006).

Selama menjadi pendamping krani panen, masalah yang pernah dihadapi adalah truk pengangkut buah terbenam di jalan yang berlumpur sehingga pengiriman buah dari dalam blok menjadi terhambat. Masalah yang pernah dihadapi selama menjadi pendamping mandor panen adalah mengatur ulang hanca kerja pemanen dalam blok tertentu ketika terdapat pemanen yang tidak bekerja karena cuti atau sakit.

Pendamping Asisten

Kegiatan penulis sebagai pendamping asisten dilakukan selama satu bulan. Kepala asisten afdeling bertugas mengarahkan dan mengkoordinasikan semua pekerjaan untuk mencapai target yang telah ditentukan. Asisten langsung bertanggungjawab atas semua kegiatan di afdeling yang dipimpinnya kepada kepala kebun dan administratur.

Asisten afdeling melakukan pengawasan terhadap mandor, kontrol lapangan, mengambil keputusan atas masalah yang dihadapi di afdeling, mengajukan permohonan kepada kepala kebun mengenai kegiatan yang akan dilakukan, dan melakukan pembinaan terhadap karyawan dan mandor yang kinerjanya kurang memuaskan.

Asisten afdeling harus membuat laporan progress produksi harian (LPPH) rawat, LPPH panen, menyusun anggaran biaya, membuat laporan bulanan yang dibagi menjadi rencana bulan ke depan (LRK dan anggaran dana) dan bulan ini yaitu membuat berita acara bulanan panen dan rawat.

(21)

1. Merencanakan, mengorganisasikan dan mengawasi pekerjaan perawatan tanaman kelapa sawit dalam rangka mewujudkan pertumbuhan tanaman yang standar.

2. Merencanakan, mengorganisasikan dan mengawasi pekerjaan pemanenan dalam rangka pencapaian target produksi baik kuantitas maupun dalam kualitas.

3. Menggunakan budget tahunan untuk operasional afdeling sesuai dengan norma.

4. Mengorganisasikan sumber daya manusia sesuai kebutuhan.

Selama menjadi pendamping asisten, masalah yang ditemukan adalah beberapa kesalahan yang dilakukan penabur pupuk walau sudah diberikan pengarahan setiap hari pada saat apel pagi, misalnya: menabur tanpa mengelilingi tanaman dan hanya menabur pupuk dari jalan pikul (path).

Gambar

Gambar 3. Wiping Lalang: a. Aplikasi; b. Kain dan Sarung Tangan
Gambar 5. Susunan Untilan yang Sudah Diberi Label
Gambar 6. Takaran Pupuk untuk Berbagai Dosis Pupuk RP
Gambar 7. Kegiatan Pemupukan: a. pelangsiran; b. Penaburan Pupuk  Pengumpulan  Karung  Untilan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berpengaruhnya pengungkapan CSR ini disebabkan pemenuhan kewajiban CSR dilakukan untuk menutupi citra perusahaan melakukan agresivitas pajak agar semata- mata

Nutrifood Indonesia di Surabaya dan teori di atas maka sangat menarik untuk melihat lebih jauh tentang pengaruh gaya kepemimpinan pada kepuasan kerja karyawan dengan

Menimbang, bahwa terhadap bantahan Terbanding II semula Tergugat II yang menyatakan gugatan Pembanding semula Penggugat adalah orror in persona, Majelis Hakim Tingkat

Karakter yang memiliki koefisien keragaman yang luas dan heritabilitas tinggi adalah ASI, bobot kering tongkol, bobot kering biji, jumlah biji/tongkol, bobot tongkol/plot

Factor Disposisi, berdasarkan hasil penelitian ini, masih kurang tegasnya Implementator dalam menerapkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel yang

Kebiasaan yang terjadi di dalam masyarakat adat Desa Pencong Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa harta warisan dibagi-bagi kepada ahli waris meskipun pewaris

Kajian terhadap Muzikal Pi Mai Pi Mai Tang Tu yang menggunakan pendekatan moral bertujuan untuk mendedahkan aspek dalaman teks, pengajaran dan termasuk juga

Berdasarkan penelitian tentang Perubahan Rumah Bersubsidi Tipe 27 Layak Huni dikabupaten Kendal, ada beberapa kesimpulan yang didapatkan yaitu : faktor ekonomi dan faktor