• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui naskah kuna. Jenis isi dari naskah kuna sangat beragam. Jenis teks tersebut antara lain berisi tentang sejarah, silsilah, hukum dan peraturan, wayang, dan beragam teks sastra. Teks sastra tersebut diantaranya adalah sastra wayang, babad, piwulang, suluk, primbon, pawukon, bahasa, musik, dan juga tari-tarian (Behrend, 1990). Kajian penelitian ini akan lebih fokus pada teks yang berjenis sastra wayang.

Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu akar kata çās yang berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk atau intruksi dan akhiran tra yang artinya alat atau sarana. Dengan demikian ‘sastra’ dapat diartikan sebagai alat untuk mengajar (Zoetmulder, 2011:1052). Werren dan Welek (1990:9) mengartikan sastra sebagai suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sedangkan kata wayang berasal dari kata bahasa Jawa Kuna wawayang yang dapat diartikan bayangan (Senawangi, 1999:1409). Dalam bahasa Jawa Kuna, istilah wayang kemudian mendapat arti khusus, yakni pertunjukkan cerita dengan boneka atau penari, tokoh dalam pertunjukkan wayang, dan boneka wayang (Zoetmulder, 2011:1406). Dari beberapa uraian tersebut ‘sastra wayang’ dapat diartikan sebagai karya seni berbentuk tulisan yang berisi tentang cerita, naratif, dan ajaran yang digunakan dalam pertunjukan wayang. Menurut Behrend sastra wayang merupakan jenis teks yang isinya merupakan saduran langsung dari pakem

(2)

wayang yang disajikan dalam bentuk tembang macapat (Behrend, 1990). Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, tidak semua teks sastra wayang berbentuk tembang macapat, namun adapula yang berbentuk prosa.

Naskah yang bergenre sastra wayang sangat beragam, umumnya mengambil siklus cerita dari cerita wayang purwa, wayang madya, dan wayang gědhog (Behrend, 1990:170-200). Wayang purwa didasarkan pada cerita Ramayana dan Mahabarata. Wayang madya didasarkan cerita setelah wayang purwa yaitu setelah pemerintahan raja Parikesit, dari Prabu Yudayana sampai Prabu Jayabaya, sedangkan wayang gědhog menceritakan kisah zaman Kerajaan Kediri (Bratasiswara, 2000:873-874). Sěrat Kalimataya (selanjutnya disingkat SK) merupakan salah satu sěrat yang berjenis sastra wayang dengan mengambil siklus cerita wayang purwa.

Teks yang mengambil siklus cerita wayang purwa ini berisi tentang cerita Pandawa dan keadaan kerajaan Astina setelah perang Baratayuda yang disajikan dalam bentuk tembang macapat. Beberapa peristiwa setelah perang Baratayuda dalam teks SK antara lain tentang kemunculan kereta kencana di Astina, muksanya Bagawan Destarata, kelahiran Parikesit, dan munculnya kembali Aswatama, Kartamarma, dan Karpa (Kurawa yang masih hidup) yang hendak membunuh Parikesit. Berikut kutipan awal prolog dari teks SK yang berisi ringkasan isi:

“Wiwit para nata Pandhawa juměněng ratu wontěn ing nagari Ngastina nulya sami muksa, karaton kagantosakěn Prabu Parikěsit salajěngipun. Parikěsit grogol dumugi lolosipun Prabu Parikěsit saking pagrogol lan panggih lan Prabu Sayakesthi Muka Bumi.” (SK, hal. i)

(3)

Terjemahan:

‘Bermula (dari) para raja Pandawa bertahta di negeri Astina sampai mereka muksa, Keraton digantikan oleh Parikesit dan keturunannya. Parikesit grogol sampai lolosnya Prabu Parikesit dari pagrogol dan bertemu dengan Prabu Sayakesti Muka Bumi.’

Pesebaran SK sangat luas, hal ini didapat diliat dari tempat asalnya. Selain terdapat di Solo (yang merupakan tempat asal naskah ini dibuat), SK dapat ditemukan di beberapa tempat berbeda. Di Yogyakarta sendiri SK dapat ditemukan di Perpustakaan Sanabudaya, Perpustakaan Balai Pelestarian Nilai Budaya (selanjutnya disingkat BPNB), Perpustakaan Pura Pakualaman. Selain di Yogyakarta naskah SK juga disimpan di perpustakaan FIB UI, Jakarta (Behrend, 1989;1990;1997 & Saktimulya, 2005). Tidak hanya di Indonesia, naskah SK juga disimpan di Inggris (Ricklefs, 1977).

Pada bait awal disebutkan bahwa teks SK ditulis pada masa pemerintahan Mangkunegara ke IV. Pada masa Mangkunegara IV (1853-1881) (Lindsay, 1994:232) merupakan masa produktif dalam produksi naskah. Hal ini dibuktikan banyak naskah yang dihasilkan ataupun disalin. Naskah-naskah tersebut antara lain Sěrat Tripama, Sěrat Salokatama, Sěrat Salokantara, Sěrat Warayagnya, Sěrat Wedhatama, Sěrat Darmalaksita, dan masih banyak lagi. Tercatat ada lebih dari 30 naskah diproduksi atau disalin pada masa pemerintahan raja tersebut (Padmasusastra, 1899 via sastra.org).

Penelitian terhadap SK perlu dilakukan. Hal ini diperlukan untuk melestarikan warisan naskah kuna yang ada. Naskah kuna ini ditulis menggunakan bahasa dan aksara Jawa, yang mayoritas masyarakat sudah tidak mengenalnya. Selain itu penelitian tentang cerita pasca perang Baratayuda tidak

(4)

banyak diangkat dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini diharapkan dapat mengungkap warisan kuna tersebut agar masyarakat umum dapat mengetahui cerita pasca perang Baratayuda.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang ditemukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Teks SK disajikan dalam aksara Jawa sehingga tidak semua orang dapat membacanya.

2. Teks SK disajikan dalam bahasa Jawa sehingga tidak semua orang dapat memahami isi teks.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menyunting teks SK dari aksara Jawa ke aksara latin Jawa. Suntingan teks tersebut dilakukan dengan metode kritik teks. Terbitan in dibuat agar teks dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca.

2. Menerjemahkan teks SK dari bahasa Jawa menjadi bahasa indonesia agar pembaca dapat mengerti isi dari teks tersebut.

(5)

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian terhadap teks SK kode koleksi S.369 koleksi perpustakaan BPNB ini dibatasi pada penyajian deskripsi naskah, suntingan teks, terjemahan teks, ringkasan teks, dan kekhasan teks. Perlu diketahui teks SK berisi 60 pupuh, adapun teks yang diteliti yaitu pada pupuh I sampai pupuh III. Bagian tersebut berisi tentang turunnya wahyu, muksanya Bagawan Abiyasa, kelahiran Parikesit, sampai kematian Aswatama, Kartamarma, dan Karpa.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang naskah SK sebelumnya sudah dilakukan oleh Laginem dan Adi Triyono dalam bentuk buku yang berjudul Sěrat Kalimataya tahun 1981. Buku Sěrat Kalimataya karya Laginem dan Adi Triyono ini berisi cerita singkat isi Serat Kalimataya. Selain itu, terdapat juga alih aksara dari bait-bait tembang yang ada di Sěrat Kalimataya. Setelah dilakukan pencocokan, isi tembang yang ada pada buku Laginem dengan objek penelitian ini berbeda. Selain itu, penelitian yang dilakukan ini tidak hanya membahas tentang ringkasan dan alih aksara tembang seperti yang dilakukan pada penelitian sebelumnya gambaran fisik naskah, latar belakang Sěrat Kalimataya, alih aksara, terjemahan, kekhasan isi, dan amanat yang terkandung akan dibahas dalam penelitian ini. Hal-hal tersebut dimaksudkan agar pembaca dapat mengerti dengan jelas apa yang ada dalam Sěrat Kalimataya.

(6)

1.6 Landasan teori

Teks SK masih ditulis dengan aksara Jawa. Selain aksara Jawa, bahasa yang digunakanpun adalah bahasa Jawa. Oleh karena itu kajian filologi tepat digunakan sebagai teori penelitian ini.

Filologi adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang naskah dan teks kuna. Ada dua hal yang harus dilakukan untuk mengkaji naskah dan teks, yaitu menyajikan dan menafsirkan (Robson, 1994:12). Penyajian teks SK menggunakan metode penyuntingan perbaikan bacaan karena banyak kata-kata yang sulit, sedangkan untuk penafsirannya disajikan terjemahan teks.

Menurut Wiryamartana (1990:32) perbaikan bacaan berarti campur tangan peneliti sebagai pembaca sedemikian rupa sehingga teks dapat dipahami oleh penelti. Sedapat mungkin penyunting mengembalikan teks sesuai dengan aturan tembang tanpa mengubah makna dan konteksnya. Metode ini dipilih karena dapat mengatasi berbagai kesulitan yang bersifat tekstual atau yang berkenaan dengan interpretasi dan dengan demikian terbebas dari kesulitan mengerti isinya (Robson, 1994:25). Selain itu metode tersebut sesuai dengan tugas utama filologi yaitu membuat teks terbaca atau dimengerti melalui suntingan (Robson, 1994:11). Dengan demikian metode suntingan perbaikan bacaan dipilih untuk mempermudah pembaca untuk mengerti isi teks SK.

Untuk lebih mempermudah pembaca dalam mengerti isi teks, maka diperlukanlah terjemahan. Penerjemahan menurut Nida dan Taber (1969) (via Suryawinata:2003) adalah usaha mencipta kembali pesan dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan padanan sedekat mungkin, pertama-tama dalam

(7)

hal makna dan kemudian gaya bahasanya. Dalam hal ini menerjemahkan teks SK pupuh I-III yang menggunakan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.

Terjemahan yang digunakan adalah kombinasi dua terjemahan, yaitu terjemahan harfiah (literal), dan terjemahan bebas (free) (Hanafi, 1986:54). Metode terjemahan harfiah (literal) adalah terjemahan yang berdasarkan teks aslinya. Terjemahan bebas (free) adalah terjemahan yang tidak terlalu terikat oleh bentuk maupun struktur kalimat pada bahasa sumber. Penggunaan kombinasi terjemahan harfiah (literal) dan bebas (free) dipilih karena jika hanya menggunakan terjemahan harfiah (literal), maka akan banyak terdapat kata yang tidak sesuai dengan konteks dan tidak saling berkatian satu dengan lainnya. Oleh karena itu, penggunaan terjemahan bebas (literal) akan dimaksudkan untuk meminimalisir ketidaksesuaian konteks dan kalimat, sehingga kata yang diterjemahkan sesuai dengan konteks dan dapat dipahami oleh pembaca.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini akan melewati beberapa langkah. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi. Inventarisasi di sini dilakukan untuk mengetahui tempat-tempat penyimpanan naskah antara lain, Perpustakaan Pura Pakualaman, Perpustakaan Sanabudaya, Perpustakaan Balai Bahasa, Perpustakaan Keraton, Perpustakaan BPNB, dan Perpustakaan Taman Siswa.

Setelah menemukan lokasi penyimpanan naskah-naskah berada, maka dilakukanlah studi katalog. Studi katalog dilakukan di setiap tempat penyimpanan naskah. Katalog sendiri berisi tentang latar belakang naskah dan

(8)

keterangan-keterangan singkat mengenai naskah. Hal ini sangat berguna sebagai sarana untuk mengetahui naskah-naskah yang ada di tempat penyimpanan naskah. Melalui studi katalog peneliti dapat mengetahui ringkasan cerita, latar belakang naskah, dan yang paling penting untuk mengetahui pesebaran dan jumlah dari suatu naskah. Setelah melakukan studi katalog, terpilihlah naskah SK dengan kode koleksi S.369 koleksi Perpustakaan BPNB sebagai objek penelitian.

Naskah SK koleksi Perpustakaan BPNB dipilih karena naskah tersebut belum pernah diteliti sebelumnya. Selain belum pernah diteliti, kolofon yang terdapat pada naskah SK koleksi Perpustakaan BPNB cukup lengkap, sehingga dapat menjelaskan asal-usul dari naskah tersebut. Kandungan isi teks SK juga menarik, yaitu cerita tentang setelah perang Baratayuda yang memang belum banyak diteliti.

Setelah mendapatkan naskah sebagai objek penelitian, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data melewati dua tahap, yaitu suntingan teks dan terjemahan teks. Suntingan teks dapat disebut juga transliterasi, yaitu pemindahan dari satu tulisan ke tulisan yang lain (Robson, 1994:24). Pemindahan tulisan di sini adalah memindah tulisan aksara Jawa ke tulisan latin berbahasa Jawa. Suntingan teks dilakukan menggunakan metode perbaikan bacaan.

Setelah suntingan selesai, maka teks kemudian diterjemahkan. Teks diterjemahkan dengan menggunakan kombinasi terjemahan secara harafiah dan bebas. Setelah itu kemudian akan disusun menjadi kalimat yang baik dan benar, sehingga dapat dipahami oleh masyarakat umum.

(9)

1.8 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian penelitian ini disajikan dalam lima bab dengan susunan sebagai berikut:

BAB I berisi pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tuang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

BAB II berisi deskripsi naskah dan teks SK.

BAB III berisi pengantar suntingan, pedoman suntingan, pengantar terjemahan, pedoman terjemahan, suntingan teks, dan terjemahan teks SK pupuh I-III.

BAB IV berisi ringkasan isi dan kekhasan teks SK pupuh I-III.

BAB V merupakan penutup yang memuat kesimpulan dari bab-bab sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hasil penelitian tentang penerapan tindak tutur yang terdapat dalam proses jual beli di pasar tradisional Surakarta sesuai dengan teori tindak tutur yang dikemukakan

Sedangkan jika p-value lebih kecil sama dengan dari α* maka akan muncul type atau antitype yang berarti terjadi penyimpangan dari base model yang terbentuk.. HASIL

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi marketing politik yang digunakan pada saat pemilu 2014 berhasil untuk mendapatkan dukungan dari para pemilih pada

Menimbang : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2), Pasal 17 ayat (2), dan Pasal 20 ayat (1) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 tahun 2017 tentang

Hasil: Uji statistik Mann Whitney U test menyatakan adanya perbedaan pada praktik buang air besar antara desa belum ODF (Kelurahan Jagir) dan desa ODF (Kelurahan Ketintang)

Penelitian Clikeman dan Henning (2000) menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi memiliki sikap yang lebih positif dibandingkan mahasiswa jurusan lain terhadap

Untuk itu secara garis besar, dengan menggunakan training framing dan self-leadership sebagai variabel independen, kinerja karyawan sebagai variabel dependen dan

Dari hasil yang memiliki pengaruh positif terhadap ROA, bank bisa saja menyalurkan seluruh dana yang telah dihimpun (likuiditas) dari deposan kepada masyarakat untuk