• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN: 978-602-7998-43-8

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN

EKONOMI PERDESAAN I

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

(2)

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I

Penanggung Jawab:

Ketua Program Studi Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura

Editor:

Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah

Mardiyah Hayati

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014

(3)

Katalog dalam Terbitan

Proceeding: Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, UTM Press 2014

viii + 396 hlm.; 17x24 cm

ISBN 978-602-7998-43-8

Editor: : Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah

Mardiyah Hayati

Layouter : Taufik R D A Nugroho

Cover design : Didik Purwanto

Penerbit : UTM Press

* Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal Bangkalan

Telp : 031-3013234 Fax : 031-3011506

(4)

KATA PENGANTAR KETUA PANITIA

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji kami panjatkan ke hadapan Illahi atas terselenggaranya Seminar Nasional “Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I” Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 21 Mei 2014. Seminar ini merupakan seminar yang diselenggarakan secara mandiri oleh Program Studi Agribisnis untuk pertama kalinya dan direncanakan dilakukan secara rutin tiap tahun. Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah untuk: 1) Memberikan rekomendasi kebijakan, langkah dan strategi dalam upaya pengembangan sektor agribisnis yang terkait erat dengan wilayah perdesaan, 2) Memberikan wadah untuk berbagi pengalaman dan tukar menukar ide bagi semua stakeholder terkait baik akademisi, pelaku bisnis dan pemerintah, 3) Menumbuhkan komitmen bersama dalam pengembangan sektor agribisnis yang bertitik tumpu pada wilayah perdesaan dalam upaya mencapai visi pembangunan pertanian. Selanjutnya, pada akhir seminar diharapkan tergalang sinergi untuk meningkatkan mutu dan dayaguna penelitian dan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang berwenang dalam pengambilan kebijakan.

Makalah kunci disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS selaku Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, dan makalah utama oleh Dr.Ir. Agus Wahyudi, SE; MM (Badan Pengembangan Wilayah Suramadu/BPWS), Andrie Kisroh Sunyigono, PhD selaku Pakar Ekonomi Pertanian Universitas Trunojoyo Madura dan. Dr. Sitti Aida Adha Taridala, SP, M.Si sebagai pemakalah terbaik dari Universitas Halu Uleo. Disamping itu terdapat makalah penunjang bersumber dari berbagai instansi/lembaga penelitian seperti BPTP antara lain dari Bogor dan Jawa Timur, Loka Penelitian Sapi Potong Pasuruan, serta Perguruan Tinggi dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Gorontalo, Bandung, Tegal, Surabaya, Malang dan Madura. Topik-topik yang disajikan sangat bervariasi, secara garis besar terhimpun ke dalam 4 bidang yakni agribisnis, sosiologi, nilai tambah dan sosial ekonomi.

Terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi utamanya PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO).

Akhirnya selamat mengkaji makalah-makalah di prosiding ini. Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatu

Bangkalan, Juni 2014. Ketua Panitia,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KETUA PANITIA ... iv DAFTAR ISI ... v

AGRIBISNIS

MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERMASALAHANNYA ... 3 P. Julius F. Nagel

TANGGAPAN KONSUMEN TERHADAP ECO-LABEL PADA PRODUK PERTANIAN ... 14

Joko Mariyono

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP STRATEGI BERSAING DAN KINERJA PERUSAHAAN ... 21

Hary Sastrya Wanto, Ruswiati Suryasaputra

PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL UNTUK PENINGKATAN SEKTOR PERTANIAN ... 32

Renny Oktafia

PENINGKATAN MUTU BUAH APEL SEPANJANG RANTAI PASOK DARI PASCAPANEN SAMPAI DISPLAY SUPER MARKET ... 41

I Nyoman Sutapa, Jani Rahardjo, I Gede Agus Widyadana, Elbert Widjaja ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG ... 57

Selamet Joko Utomo

RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR UTAMA

KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN ... 68 Lilis Suryani, Aminah H.M Ariyani

KELAYAKAN EKONOMI USAHA GARAM RAKYAT DENGAN TEKNOLOGI MADURESSE BERISOLATOR ... 83

Makhfud Efendy, Ahmad Heryanto

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PLINTIR PISANG DI KECAMATAN ARJASA KEPULAUAN KANGEAN ... 107

Mu’awana, Taufik Rizal Dwi Adi Nugroho

SOSIOLOGI

RELASI AKTOR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PRODUK TERRA (TERONG RAKYAT) ... 121

(6)

PERLUNYA KECUKUPAN BAHAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SECARA NASIONAL ... 133

Isbandi dan S.Rusdiana

RELASI SEGI TIGA SISTEM KREDIT DALAM MASYARAKAT PERDESAAN STUDI KASUS DI DESA MAJENANG, KECAMATAN KEDUNGPRING, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR ... 146

Indah Rusianti, Faridatus Sholihah, Arini Nila Sari

DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PEMBANGUNAN AGROPOLITAN DI DESA NGRINGINREJO, KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN BOJONEGORO ... 159

Alifatul Khoiriyah, Santi Yuli Hartika, Yunny Noevita Sari, dan Ali Imron PEMANFAATAN PERAN MODAL SOSIAL PADA PEKERJA SEKTOR INFORMAL PEREMPUAN (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Perempuan Di Kota Malang) ... 168

Ike Kusdyah Rachmawati

PROGRAM AKSI MEDIA KOMUNITAS PEDESAAN BAGI WARGA KEPULAUAN TIMUR MADURA SEBAGAI SARANA PENINGKATAN AKSES, KETERBUKAAN INFORMASI, DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK ... 181

Surokim, Teguh Hidayatul Rachmad

MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI PROVINSI GORONTALO ... 194

Mohamad Ikbal Bahua

NILAI TAMBAH

PENERAPAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN WORTEL ... 213

Yurida Ekawati, Surya Wirawan Widiyanto

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS JAGUNG DI

KABUPATEN BANGKALAN ... 224 Weda Setyo Wibowo, Banun Diyah Probowati, Umi Purwandari

STRATEGI PENGUATAN POSISI TAWAR PETANI KENTANG MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN ... 234

Ana Arifatus Sa’diyah dan Dyanasari

INOVASI TEKNOLOGI SAPI POTONG BERBASIS MANAJEMEN BUDIDAYA DAN REPRODUKSI MENUJU USAHATANI KOMERSIAL ... 250

(7)

POTENSI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PELUANG BISNIS PUPUK ORGANIK DAN PAKAN TERNAK ... 258

Jajuk Herawati, Yhogga Pratama Dhinata, Indarwati

UJI KELAYAKAN PENGOLAHAN SERBUK INSTAN BEBERAPA VARIETAS JAHE DALAM UPAYA MENINGKATKAN NILAI EKONOMI ... 270

Indarwati, Jajuk Herawati, Tatuk Tojibatus, Koesriwulandari

POTENSI CACING TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS ... 280 Yhogga Pratama Dhinata, Jajuk Herawati, Indarwati

PEMBUATAN DAGING TIRUAN MURNI (MEAT ANALOG) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK ... 290

Sri Hastuti

STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHATANI TEBU DI MADURA301

Miellyza Kusuma Putri, Mokh Rum

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI

KABUPATEN BANGKALAN ... 312 Iffan Maflahah

SOSIAL EKONOMI

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PEKARANGAN MELALUI PROGRAM KRPL DI PUHJARAK, KEDIRI ... 331

Kuntoro Boga Andri dan Putu Bagus Daroini

PERSEPSI PETANI TERHADAP NILAI LAHAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN ... 343

Mustika Tripatmasari, Firman Farid Muhsoni, Eko Murniyanto

PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TUNAS MAJU DI KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO ... 351

Eni Istiyanti, Lestari Rahayu,Supriyadi

VEGETABLE CONSUMPTION PATTERN IN EAST JAVA AND BALI ... 367 Evy Latifah, Hanik A. Dewi, Putu B. Daroini, Kuntoro B. Andri,Joko Mariyono

ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM DI INDONESIA ... 381

Tutik Setyawati

KERAGAAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI

DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI DI LOKASI

PENDAMPINGAN SL-PTT KABUPATEN SAMPANG ... 389 Moh. Saeri, Sri Harwanti dan Suyamto

(8)

STRATEGI PENGUATAN POSISI TAWAR PETANI KENTANG MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN

Ana Arifatus Sa’diyah dan Dyanasari

PS. Agribisnis, Fak. Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Jl. Telaga Warna Blok C Tlogomas Malang 65144

arifatus_sa@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) saluran pemasaran usahatani kentang yang efisien; (2) kelembagaan dalam usahatani kentang dan perannya dalam pemasaran usahatani kentang; (3) posisi tawar petani kentang; (4) strategi penguatan kelembagaan petani kentang dan hubungannya dengan posisi tawar petani kentang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Hasil Penelitian menunjukkan: terdapat 4 rantai saluran pemasaran kentang di kabupaten Probolinggo, dan saluran VI merupakan saluran yang paling efisien; ada dua kelembagaan pertanian dilokasi penelitian yaitu KUD dan Kelompok Tani yang mempunyai peran terhadap pemasaran kentang; Posisi tawar petani dilokasi penelitian masih relatif rendah; dan Strategi Penguatan kelembagaan petani dalam rangka untuk meningkatkan posisi tawar petani salah satunya dapat dilakukan dengan pembinaan intensif pada anggota kelembagaan.

Kata Kunci: Tataniaga, Kentang, Posisi Tawar, Kelembagaan

STRATEGY FOR STRENGTHENING THE BARGAINING POSITION OF POTATOES FARMER THROUGH THE INSTITUTION

ABSTRACT

The purpose of this research are to determine: (1) the marketing channel that efficient potatoes cultivation ; (2) institutional in potatoes cultivation and its role in the marketing of potatoes cultivaion ; (3) To know the potato farmers' bargaining position ; (4) determine institutional strengthening strategy and its relationship with the potato growers bargaining potato farmers. The analytical method used in this research is descriptive method of analysis. The research results show: there are 4 chain marketing channels of potatoes in Probolinggo district, and VI channel is the most efficient channel ; There are two agricultural institutions in the location of research, namely cooperatives and farmer groups that have a role on the marketing of potatoes ; Bargaining position of farmers in the location of research is still relatively low ; and Institutional Strengthening Strategy farmers in order to improve the bargaining position of farmers one of them can be done with intensive training on institutional members

Keywords: Marketing, Potato, Bargaining position, Institutional

PENDAHULUAN

Problem mendasar bagi mayoritas petani Indonesia adalah ketidakberdayaan dalam melakukan negosiasi harga hasil produksinya. Posisi tawar petani pada saat ini umumnya lemah, hal ini merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan petani. Menurut Branson dan Douglas (1983), lemahnya posisi tawar

(9)

petani umumnya disebabkan petani kurang mendapatkan atau memiliki akses pasar, informasi pasar, dan permodalan yang kurang memadai.

Petani kesulitan menjual hasil panennya karena tidak punya jalur pemasaran sendiri, akibatnya petani menggunakan sistem tebang jual. Dengan sistem ini sebanyak 40% dari hasil penjualan panenan menjadi milik tengkulak.

Berdasarkan kondisi di atas maka terdapat dua keterkaitan yang harus dibangun dalam rangka mendorong terciptanya sistem agribisnis komoditi sayuran, yaitu keterkaitan fungsional atau kaitan vertikal yang bersifat hirarkis antar pelaku agribisnis, yaitu pedagang input, petani, dan pedagang output. Untuk mendorong terciptanya keterkaitan fungsional tersebut pemerintah tidak harus mengubah atau memperkenalkan bentuk kelembagaan baru, tetapi dapat dengan melakukan pembenahan kelembagaan yang sudah berfungsi dengan baik di dalam masyarakat (Hastuti, 1986). Hal ini disebabkan karena di dalam kelembagaan tersebut secara umum sudah diperhitungkan pula masalah pemerataan dan aspek keberlanjutan usaha bagi pihak-pihak yang bermitra (Suradisastra, 1999).

Peningkatan produktivitas pertanian tidak lagi menjadi jaminan akan memberikan keuntungan layak bagi petani tanpa adanya kesetaraan pendapatan antara petani yang bergerak di sub sistem on farm dengan pelaku agribisnis di sub sektor hulu dan hilir.

Kesetaraan p endapatan hanya dapat dicapai dengan peningkatan posisi tawar petani. Kondisi ini menyebabkan perlu adanya penelitian tentang strategi peningkatan posisi tawar petani melalui penguatan kelembagaan.

Permasalahan pokok pengembangan agribisnis sayuran termasuk didalamnya komoditas kentang adalah belum terwujudnya ragam, kualitas, kesinambungan pasokan, dan kuantitas yang sesuai dengan dinamika permintaan pasar dan preferensi konsumen, permasalahan tersebut nampak nyata pada produk hortikultura untuk tujuan pasar konsumen institusi dan ekspor. Permasalahan lain adalah ketimpangan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, aset utama lahan, modal, dan akses pasar antar pelaku agribisnis menyebabkan struktur kelembagaan kemitraan usaha

Kecamatan Sukapura yang berada di Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang potensial untuk tanaman kentang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Sa’diyah (2011) yang menyatakan bahwa ternyata pasca bencana meletusnya gunung Bromo para petani di Kecamatan Sukapura masih bisa bangkit untuk mengusahakan kentang dengan dukungan Lembaga Keuangan Mikro) dalam pembiayaan. Dalam penelitian ini dikemukakan pasca bencana tersebut justru terjadi peningkatan produktivitas hasil panen. Namun kendala yang sering muncul adalah ketidakstabilan harga. Pada saat panen harga yang diterima petani sangat murah. Kondisi ini menyebabkan perlu adanya kerjasama yang baik antar kelembagaan dalam usahatani kentang.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui saluran pemasaran usahatani kentang yang efisien; (2) Untuk mengetahui kelembagaan dalam usahatani kentang dan perannya dalam pemasaran usahatani kentang; (3) Untuk mengetahui posisi

(10)

tawar petani kentang; (4) Untuk mengetahui strategi penguatan kelembagaan petani kentang dan hubungannya dengan posisi tawar petani kentang

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada daerah sentra produksi kentang di Kabupaten Probolinggo. Penelitian dilaksanakan di Desa Ngadisari Desa Ngadirejo Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah disamping sebagai salah satu daerah sentra produksi kentang, dua desa tersebut juga merupakan wilayah yang lahannya memiliki produktivitas kentang terbesar dibanding desa lainnya

Metode Penentuan Petani Sampel

Penentuan petani sampel (responden) di masing-masing desa digunakan “Metode Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling Methode)”. Sampel Size dalam penelitian ini mengacu kepada rumus yang dikemukakan oleh Nursalam (2003) sebagai berikut:

... (1) Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Bound of error (diharapkan tidak melebihi 10%)

Jumlah petani sampel dari masing-masing desa dialokasikan secara proporsional terhadap jumlah sub populasinya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

... (2)

Dimana:

ni = jumlah responden dari desa sampel ke-i Ni = jumlah populasi di desa sampel ke-i N = Jumlah seluruh populasi di desa sampel n = jumlah seluruh responden (dari persamaan 2)

Dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) jumlah responden dan distribusi jumlah responden menurut desa untuk komoditas kentang disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Responden Menurut Desa

Desa Sampel Jumlah Populasi Jumlah Sampel

Ngadirejo 117 23

Ngadisari 147 33

Jumlah 264 56

(11)

Penentuan sampel lembaga pemasaran (pedagang perantara) yang terlibat dalam pemasaran sayuran mulai dari pedagang tingkat desa hingga pedagang pengecer, digunakan metode “Snow Ball Sampling”, yaitu penentuan sampel lembaga pemasaran yang mula-mula berdasarkan informasi dari petani responden, berikutnya berdasarkan lembaga pemasaran yang ditunjuk oleh petani responden, dan seterusnya sampai kejenuhan sampel sulit dicapai. Model ini digunakan karena target populasi lembaga pemasaran tidak diketahui dengan jelas dan sulit didekati dengan cara lainnya. Metode Penetapan Sampel diatas secara skematis dapat dilihat seperti pada gambar 1.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan atas dua jenis yakni data sekunder dan data primer. Data sekunder dikumpulkan dari dokumentasi pada berbagai instansi terkait meliputi BPS pusat, BPS kabupaten, Dinas Pertanian Tanaman Pangan kabupaten, kantor Statistik kecamatan, Monografi Desa, internet, media massa, dan berbagai sumber data resmi lainnya.

Pengambilan data primer terhadap petani dilakukan terhadap kepala rumah tangga. Wawancara dilakukan berpedoman pada kuesioner yang telah dibuat, observasi langsung dan mengumpulkan catatan yang dibuat petani dalam usahatani hortikultura, hal ini dilakukan untuk mendapatkan keakuratan data.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dianalisa, masing-masing analisa tersebut adalah sebagai berikut:

(12)

1. Untuk melihat saluran pemasaran yang paling efisien digunakan metode deskriptif. Metode ini digunakan dengan menggali masing-masing saluran pemasaran yang dilakukan oleh petani dihubungkan dengan pendapatan yang diterima oleh masing-masing petani

2. Untuk melihat kelembagaan pada usaha tani sayuran dan perannya terhadap posisi tawar petani digunakan skala likert

3. Untuk mengetahui posisi tawar petani digunakan Indeks Lerner (L) dengan rumus (Djojodipuro, 2004) sebagai berikut:

... (3)

Dimana:

L = Indeks Lerner P = Harga

BM = Biaya Marginal

Indeks Lerner mempunyai nilai antara 0 dan 1, dengan nilai yang makin tinggi menggambarkan posisi tawar petani makin tinggi.

4. Untuk mengetahui strategi penguatan kelembagaan digunakan analisis SWOT yang diteruskan dengan melihat Perkembangan posisi tawar yang diukur dengan parameter persentasi MP, BP dan KP (Anindita, 2001) dilakukan melalui 3 tahap. Pertama, menghitung margin, biaya dan keuntungan pemasaran untuk setiap tingkat pemasaran; kedua, menghitung persentasi MP, BP dan KP untuk setiap tingkat pemasaran terhadap masing-masing nilai totalnya; dan ketiga, membandingkan persentasi MP, BP dan KP untuk setiap tingkat pemasaran hasil penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya.

1) Margin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran

Margin, biaya dan keuntungan pemasaran dihitung dengan rumus sebagai berikut: a. Margin pemasaran (MP)

MPi = HJi – HBi...(4)

dimana:

MPi = margin pemasaran pada tingkat pemasaran i (Rp/kg) HJi = harga jual pada tingkat pemasaran i (Rp/kg)

HBi = harga beli pada tingkat pemasaran i (RP/kg)

I = tingkat pemasaran yang terdiri dari petani, pedagang desa, pedagang kecamatan dan eksportir

b. Biaya pemasaran (BP)

Dimana:

BPi = biaya pemasaran pada tingkat pemasaran i (Rp/kg) Bj = biaya untuk kegiatan pemasaran j (Rp/kg)

(13)

c. Keuntungan pemasaran

(KP) KPi = MPi – BPi...(5) dimana:

KPi = keuntungan pemasaran pada tingkat pemasaran i (Rp/kg)

2) Persentasi Margin, Keuntungan dan Biaya Pemasaran Terhadap Nilai Totalnya Persentasi margin, keuntungan dan biaya pemasaran terhadap masing-masing nilai totalnya dihitung dengan rumus sebagai berikut:

a. Persentase Margin

100%... (6) b. Persentase Biaya 100%... (7) c. Persentase Keuntungan 100%... (8)

HASIL DAN PEMBAHASAN Saluran Pemasaran Usahatani Kentang

Pemasaran Kentang di lokasi penelitian melibatkan lembaga pemasaran Pedagang Pengumpul Desa (PPD), Pedagang Besar Kabupaten (PBK), Pedagang Besar Propinsi (PBP), serta Pedagang Pengecer (PP).

Pemasaran memegang peranan vital dalam suatu sistem agribisnis dengan membentuk mata rantai distribusi produk yang menghubungkan petani dengan konsumen akhir. Sistem pemasaran akan mempengaruhi pembelian produk oleh konsumen dan efisiensi tataniaga secara keseluruhan. Pemasaran kentang dari petani produsen ke konsumen akhir selalu menggunakan jasa lembaga pemasaran. Di kecamatan Sukapura pemasaran kentang dilakukan melalui lembaga-lembaga pemasaran pedagang pengumpul desa (PPD), pedagang besar kabupaten (PBkab), pedagang besar Propinsi (PBprop), dan pedagang pengecer (PP).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 saluran pemasaran kentang di lokasi penelitian, seperti terlihat pada gambar 2.

(14)

G amba r 2 menu njukkan bahwa pemasaran sayur-sayuran di kecamatan Sukapura kabupaten Probolinggo memilki saluran pemasaran sebagai berikut:

1. Petani PPD PP Konsumen

2. Petani PPD PBKab PP Konsumen

3. Petani PPD PBP PP Konsumen

4. Petani PBKab PP Konsumen

Efisiensi Saluran Pemasaran

Daniel (2002), mengemukakan pemasaran dikatakan efisien apabila: (1) Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen ke konsumen dengan biaya serendah-rendahnya; (2) Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang di bayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat saluran pemasaran yang ditemukan terlihat bahwa besarnya keuntungan untuk setiap petani tidak sama. Kondisi ini disajikan pada tabel 2

Keterangan: PPD: Pedagang Pengumpul Desa; Pbkab: Pedagang Besar Kabupaten; PBP: Pedagang Besar Propinsi; PP: Pedagang Pengecer; K: Konsumen

I: Saluran Pemasaran I; II: Saluran Pemasaran II; III: Saluran Pemasaran III; IV: Saluran Pemasaran IV

(15)

Tabel 2. Perbedaan Keuntungan Petani dengan Berbagai Saluran Pemasaran Yang Dilalui Pada Pemasaran kentang di Kabupaten Probolinggo

Tahun 2013 Saluran Keuntungan I 16.549.677,67 II 14.073.725,82 III 12.171.425,62 IV 18.361.020,00

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013

Tabel 2 menunjukkan bahwa petani yang menjual hasil produksinya dengan mengikuti saluran pemasaran IV memperoleh keuntungan paling besar dibandingakn dengan saluran lainnya. Petani yang mengikuti saluran pemasaran 4 seringkali merupakan petani yang memilki luas areal tanam diatas1 ha. Dan petani ini biasanya memiliki transporati berupa truck sendiri, sehingga tidak kesulitan dalam menjual produksinya ke pedagang besar kabupaten (PBKab). Jika dilihat dari pendapatan petani maka saluran pemasaran IV merupakan saluran pemasaran yang paling efisien dibanding dengan yang lainnya.

Efisiensi saluran pemasaran juga dapat dilihat dari hasil analisis tentang Share harga di tingkat petani, analisis margin pemasaran, distribusi margin pemasaran, serta dari analisis ratio keuntungan dan biaya. Hasil dari masing-masing analisis dapat dijabarkan sebagai berikut:

Share Harga di Tingkat Petani

Share harga yang diterima petani adalah merupakan bagian dari harga yang dibayar konsumen akhir. Share harga yang diterima petani, dibedakan menurut saluran pemasaran yang dilalui oleh petani di lokasi penelitian. Keadaan penjualan sayuran yang dilakukan petani, menunjukkan bahwa harga yang diterima petani terlihat ada perbedaan. Perbedaan share harga yang diterima petani disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Share Harga di Tingkat Petani dan Lembaga Pemasaran Pada

Berbagai Saluran Pemasaran Kentang Tahun 2013

Saluran Pemasaran

Share Harga di Tingkat Petani (%) PPD (%) PBP (%) PB Kab. (%) PP (%) Saluran 1 50,08 16,59 33,33 Saluran 2 47,41 19,26 11,67 21,67 Saluran 3 41,18 25,49 20 13,33 Saluran 4 58,83 19,50 21,67

Tabel 3 menunjukkan share harga jual tertinggi diterima oleh petani pada saluran pemasaran 4 yaitu sebesar 91,35%. Kondisi ini disebabkan pada saluran ini petani langsung menjual hasil panennya ke pedagang besar kabupaten karena memang petani pada saluran ini adalah petani dengan luas lahan lebih dari satu ha dan mayoritas mereka masuk dalam kelompok tani dan memiliki alat transporatasi (truk) sendiri.

(16)

Kondisi ini juga terjadi pada komoditas bawang daun. Untuk komoditas kubis share harga di tingkat petani tertinggi ada pada saluran pemasaran pertama. Faktor penyebabnya adalah bahwa pada saluran pertama pada saat penelitian petani disaluran ini mengalami keberhasilan usahataninya dibanding dengan saluran pemasaran yang lain.

Analisis Margin Pemasaran

Margin pemasaran merupakan selisih harga di tingkat konsumen dengan selisih harga di tingkat produsen. Margin pemasaran, distribusi keuntungan maupun biaya dari lembaga pemasaran, mencerminkan efisiensi pemasaran. Besarnya margin pemasaran pada berbagai saluran pemasarandapat berbeda, karena tergantung pada panjang pendeknya saluran pemasaran dan aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan serta keuntungan-keuntungan yang diharapkan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran. Hasil analisis margin pemasaran dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4. Margin Pemasaran Sayur-Sayuran Di Kabupaten Probolinggo Tahun 2013

Saluran Margin

Kentang Kubis Bawang Daun

Saluran 1 2.995,46 419,23 1.427,73

Saluran 2 3.155,56 1.250,00 3.122,22

Saluran 3 3.529,30 1.650,00 3.172,73

Saluran 4 2.470,00 950,00 1.800,00

Tabel 4 menunjukkan bahwa margin tertinggi untuk komoditas kentang terdapat pada saluran 3 dan margin terndah ada pada saluran 4. Ini memang sesuai dengan teori yang ada semakin panjang saluran pemasaran maka margin pemasaran juga akan semakin tinggi, mengingat masing-masinglembaga pemasaran yang terlibat dalam rantai pemasaran mengeluarkan biaya pemasaran dalam melakukan fungsi pemasaran, sehingga pada akhirnya mereka juga mengambil keuntungan. Untuk komoditas kubis margin pemasaran terendah ada pada saluran pertama. Kondisi ini disebabkan pada saluran ini para petani menghasilkan kualitas yang tinggi sehingga harga di tingkat petani tinggi.

Rasio Keuntungan dan Biaya

Besarnya rasio keuntungan dan biaya pemasaran pada masing-masing tingkat pasar di berbagai saluran pemasaran dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rasio Keuntungan dan Biaya pada Masing-masing Tingkat Pasar di

Berbagai Saluran Pemasaran Pemasaran Kentang Tahun 2013 Saluran Pemasaran Tingkat Pemasaran Petani PPD PBKab PBP PP Saluran 1 0,25 2,08 32,3 Saluran 2 0,37 2,08 24,93 7,28 Saluran 3 0,11 3,74 6,64 4,10 Saluran 4 0,60 42,33 7,28

(17)

Rasio Keuntungan dan biaya untuk komoditas kentang pada berbagai saluran pemasaran sangat bervariasi. Rasio keuntungan dan biaya yang didapatkan petani kentang pada saluran pemasaran satu sebesar 0,25 berarti setiap pengeluaran biaya sebesar satu satuan, maka akan diperoleh keuntungan sebesar 0,25 satuan. Pada komoditas kentang ratio K/B terbesar ada pada pedagang besar kabupaten di saluran pemasaran ke 4.

Analisis SWOT

Analisis SWOT bertujuan untuk melihat potensi/kekuatan, kelemahan peluang ancaman usahatani kentang, potensi dan kelemahan merupakan faktor internal atau yang bersumber dari dalam, sedangkan peluang dan ancaman merupakan eksternal.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats) proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (Strategic

Planner) harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan (Kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada pada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Freddy Rangkuti, 2000).

Sebagai suatu proses yang melakukan kegiatan ekonomi, maka sebuah usahatani termasuk usahatani kentang tidak terlepas dari kondisi lingkungan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Lingkungan sebagai mana umumnya diartikan sebagai suatu tempat yang tidak terlepas dari suatu kondisi, situasi dan keadaan peristiwa yang mempengaruhi perkembangan setiap usaha. Setiap pengelolaan usaha diupayakan sedapat mungkin menyederhanakannya melalui penyelidikan terhadap berbagai faktor lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya penetapan kriteria untuk mempelajari secara efektif tentang keadaan lingkungan internal dan eksternal.

Untuk mencapai keberhasilan usahatani maka kedua faktor tersebut perlu diperhatikan. Kedua faktor ini dapat diidentifikasi antara lain, faktor internal yang meliputi pendidikan, produktivitas umur, modal, tenaga kerja, dan pengalaman berusahatani. Sedangkan faktor eksternal meliputi kelembagaan, pemasaran, infrastruktur dan kebijakan pemerintah.

1. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal akan mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan (Strength), sekaligus juga merupakan kelemahan

(Weakness).

a. Pendidikan

Kemajuan yang dicapai dalam segala bidang adalah produk dari pendidikan, bahkan dapat dikatakan bahwa taraf hidup yang rendah adalah pencerminan dari taraf pendidikan yang rendah. Sesuai pengamatan, masyarakat Di kecamatan Sukapura telah menampakkan adanya wujud berkembangnya nilai-nilai positif tentang kritikan

(18)

terhadap suatu masalah yang disampaikan kepada mereka sebagai bagian dari bahan pesan-pesan pembangunan. Terdapat gejala bahwa bagi mereka yang sempat menikmati pendidikan, baik formal maupun non formal yang relatif tinggi menempati urutan pertama sebagai orang terpandang di kalangan masyarakat dan aparat pemerintah.

Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian merupakan kelemahan, karena sebagian besar responden petani sayuran hanya menempuh pendidikan sampai SLTP. Hal ini berkaitan dengan adopsi teknologi dan inovasi teknologi baru yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan usahatani kentang berupa pelatihan dan kursus-kursus. Petani yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menyerap dan menerapkan materi pelatihan yang diberikan dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah.

b. Produktivitas

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Produktivitas lahan untuk komoditas kentang saat ini masih berfluktuasi tergantung dari cara pengelolaannya, untuk satu tahun terakhir ini produktivitas tertinggi mencapai 40 ton/Ha dan tingkat produktivitas terendah mencapai 20 ton/Ha.

c. Umur

Kemampuan berpikir dan bekerja sangat dipengaruhi oleh umur petani. Pada umumnya petani yang berumur muda mempunyai kemampuan fisik yang lebih kuat serta relatif lebih mudah menerima inovasi baru dibandingkan dengan petani yang berumur lebih tua. Oleh karena itu perbedaan umur yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan sebagai salah satu indikator untuk menilai tingkat memampuan kerjanya, sedangkan petani yang berumur tua kemampuan fisiknya telah berkurang.

Berdasarkan teori kependudukan menyatakan bahwa umur produktif pada kisaran 15 sampai 55 tahun, dimana pada umur tersebut kemampuan berpikir dan bekerja seseorang relatif lebih produktif. Golongan umur produktif di daerah penelitian terdapat 29 responden (96,67 %) dari jumlah responden 30 orang. Hal demikian merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki petani sayuran untuk mengembangkan komoditas sayuran di masa datang.

d. Modal

Pada prinsipnya, modal dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: barang-barang tidak habis dalam sekali produksi, misalnya peralatan pertanian dan bangunan, barang-barang yang langsung habis dalam sekali proses produksi misalnya pupuk dan pestisida. Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah uang yang dibutuhkan oleh petani sayuran dalam mengelola usahataninya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya petani di daerah penelitian mengalami kekurangan modal, utamanya dalam hal pengadaan sarana produksi (input) misalnya pupuk dan pestisida. Keadaan demikian merupakan salah satu kelemahan yang perlu dicari suatu alternatif pemecahannya agar kelemahan tersebut dapat diminimalkan.

(19)

e. Pengalaman Berusahatani kentang

Pada umumnya petani sayuran mempunyai pengalaman berusahatani antara 7 tahun sampai 40 tahun. Pengalaman berusahatani sayuran dalam jangka waktu tersebut dapat dianggap memadai dan cukup banyak pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh, sehingga akan mendorong pengembangan usahatani sayuran kearah yang lebih efektif dan efisien.

2. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal, akan mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan sayuran. Faktor-faktor eksternal yang dimaksudkan dalam penelitian ini meliputi kelembagaan, pemasaran, infrastruktur serta kebijakan pemerintah.

a. Kelembagaan

Kelembagaan yang menunjang pengembangan pertanian pada umumnya dan pengembangan komoditas sayuran pada khususnya telah tersedia lembaga penunjang yaitu kelembagaan penyuluhan pertanian dan kelembagaan ekonomi (koperasi tani) Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan penyuluhan pertanian maka telah terbentuk institusinya yakni satu buah kantor Penyuluhan Pertanian, 16 buah, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan juga terdapat 5 buah kelompok tani

Disamping itu juga terdapat koperasi sebagai lembaga yang ada di pedesaan yang dapat membantu petani dalam pengembangan usahataninya.

b. Pemasaran

Masalah yang dihadapi petani sayuran adalah pada saat panen raya harga sayuran ditingkat produsen masih sangat rendah karena pada umumnya petani kekurangan modal sehingga petani tidak bisa menunda penjualannya dimana harga sayuran setelah panen raya biasanya lebih tinggi.

c. Infrastruktur

Sarana dan prasarana sangat menunjang pemasaran sayuran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi infrastruktur belum optimal utamanya prasarana pengairan yaitu sistem irigasi air dan prasarana jalan usahatani di wilayah sentra sayuran, sedangkan jalan Kabupaten dan Propinsi yang menghubungkan produsen ke konsumen sudah baik yakni jalan aspal dan pengerasan.

d. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah menitikberatkan pembangunan pertanian pada sub sektor pertanian tanaman pangan yaitu pengembangan komoditas sayuran sebagai salah satu komoditas andalan di kecamatan Sukapura didominasi oleh lahan kering dimana komoditas sayuran sebagai salah satu komoditas andalan yang sangat potensial untuk meningkatkan pendapatan petani.

Dari hasil analisis potensi sumberdaya, maka dapat dijadikan kajian dalam analisis SWOT sebagai berikut:

1. Kekuatan/potensi (Strength)

(20)

a. Potensi sumberdaya ekologis sesuai dan tersedia

b. Teknologi pra panen dan pasca panen tersedia dan berkembang c. Tanaman kentang di kenal dan sudah lama diusahakan petani. d. Tenaga kerja cukup tersedia dan berpengalaman

e. Prasarana jalan dan transportasi yg memadai f. Produktivitas yang tinggi

2. Kelemahan/hambatan (Weakness)

Variabel kelemahan/hambatan (weakness) yang dimiliki meliputi: a. Kualitas produksi rendah

b. Modal petani terbatas c. Sistem Irigasi terbatas

d. Informasi pasar masih kurang bagi petani 3. Peluang (Opportunities)

Variabel peluang (opportunities) yang dimiliki meliputi: a. Letak kecamatan Sukapura yang strategis

b. Pasar dalam dan luar negeri cukup tersedia c. Adanya kebijakan pemerintah

d. Tersedianya kelembagaan 4. Ancaman (Threat)

Variabel ancaman (Threat) meliputi: a. Harga input/saprodi semakin mahal b. Harga produksi berfluktuasi c. Ketergantungan pada benih impor d. Hama/penyakit

e. Pencemaran dari bahan input kimia. f. Pengaruh iklim

(21)

Tabel 7: Analisis SWOT Eksternal

Internal

Peluang/Kesempatan (O)

1. Letak kecamatan Sukapura yang strategis 2. Pasar dalam dan luar negeri cukup tersedia 3. Adanya kebijakan pemerintah

4. Tersedianya kelembagaan

Ancaman (T)

1. Harga input/saprodi semakin mahal 2. Harga produksi berfluktuasi 3. Ketergantungan pada benih impor 4. Hama/penyakit

5. Pencemaran dari bahan input kimia. 6. Pengaruh iklim

7. Persaingan pasar

Kekuatan (Strenght) Strategi Maksi-Maksi (S-O) Strategi Maksi – Mini (S-T)

1. Potensi sumberdaya ekologis sesuai dan tersedia

2. Teknologi pra panen dan pasca panen tersedia dan berkembang

3. Tanaman kentang di kenal dan sudah lama diusahakan petani.

4. Tenaga kerja cukup tersedia dan berpengalaman

5. Prasarana jalan dan transportasi yg memadai

6. Produktivitas yang tinggi

1. Pemanfaatan lahan secara optimal 2. Perluasan pangsa pasar

3. Diperlukan prioritas kebijakan pemerintah 4. Pengembangan kelembagaan usaha

agribisnis.

5. Pengembangan usaha tani

1. Usahatani ramah lingkungan 2. Pemberdayaan penangkar benih

3. Penerapan komponen pengendalian hama terpadu (PHT).

Kelemahan/Hambatan (W) Strategi Mini-Maksi (W-O) Strategi Mini-Mini (W-T)

1. Tingkat pendidikan di kalangan petani sayuran masih rendah

2. Kualitas produksi rendah 3. Modal petani terbatas 4. Sistem Irigasi terbatas

5. Informasi pasar masih kurang bagi petani

1. Peningkatan mutu dan kualitas produk 2. Penguatan sarana prasarana usaha

pertanian

3. Diversifikasi, pengaturan pola tanam sesuai permintaan pasar.

4. Peningkatan kualitas SDM

1. Peningkatan efisiensi biaya produksi. 2. Perluasan informasi pasar

3. Minimisasi pemakaian imput kimia. 4. Penerapan pemberdayaan kubis secara

(22)

3. Hasil Analisis SWOT

Dari hasil analisis SWOT maka dapat dikemukakan beberapa isu strategi yang akan dilakukan yaitu:

1. Strategi S - O, dengan memaksimalkan potensi/kekuatan untuk meraih peluang semaksimal mungkin.

a. Pemanfaatan lahan secara optimal b. Perluasan pangsa pasar

c. Diperlukan prioritas kebijakan pemerintah d. Pengembangan kelembagaan usaha agribisnis. e. Pengembangan usaha tani

2. Strategis S – T, dengan memaksimalkan potensi/kekuatan untuk mengurangi seminimal mungkin ancaman yang ada.

a. Usahatani ramah lingkungan b. Pemberdayaan penangkar benih c. Penerapan komponen PHT.

3. Strategi W – O, dengan meminimalkan kelemahan/hambatan untuk meraih peluang semaksimal mungkin.

a. Peningkatan Kualitas produksi.

b. Penguatan sarana-prasarana usaha pertanian (pengembangan bios saprodi, perbaikan jalan usahatani, penyediaan irigasi, pemanfaatan alat dan mesin pertanian, penyediaan pupuk, pemanfaatan lembaga keuangan mikro, optimalisasi skim kredit perbankan dan non perbankan, memotivasi GEMAS = gemar menabung nasional.

c. Diversifikasi dan pengaturan pola tanam sesuai permintaan pasar.

d. Peningkatan kualitas SDM, dengan diadakan penyuluhan lapangan bidang Pertanian dari lembaga tani terkait maupun pemerintah.

4. Strategi W – T, dengan meminimalkan kelemahan dan hambatan untuk meniminalkan ancaman.

a. Peningkatan efesiensi biaya produksi b. Perluasan informasi pasar

c. Minimalisasi pemakaian input kimia.

d. Penerapan pemberdayaan kubis secara organik, (mampu menekan biaya pemakaian pupuk pertanian)

PENUTUP

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Terdapat 4 rantai saluran pemasaran kentang di kabupaten Probolinggo. Dari keempat saluran pemasaran yang ada, saluran pemasaran keempat merupakan saluran pemasaran yang paling efisien.

2. Ada dua kelembagaan pertanian dilokasi penelitian yaitu KUD dan Kelompok Tani. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelembagaan mempunyai peran terhadap pemasaran kentang.

3. Posisi tawar petani dilokasi penelitian masih relatif rendah hal ini ditandai oleh tingginya nilai Indeks Lerner.

(23)

4. Strategi Penguatan kelembagaan petani dalam rangka untuk meningkatkan posisi tawar petani salah satunya dapat dilakukan dengan pembinaan intensif pada anggota kelembagaan.

Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perlu adanya himbauan kepada para petani untuk bergabung dengan kelembagaan petani.

2. Perlu adanya pembinaan intesif dari aparat pemerintahan (badan penyuluh pertanian, dan sebagainya) kepada anggota kelembagaan petani.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang model pemasaran berbasis kelembagaan dari hulu sampai hilir.

DAFTAR PUSTAKA

Anindita, R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya

Baqa, L.M. 2006. Peran Koperasi Pertanian dalam Peningkatan Posisi Tawar Petani. Diklat Matakuliah Koperasi. Departemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Buharman, G. 1993. Tataniaga Kentang Sumatera Barat Keluar Daerah. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta

Dimyati, A. 2007. Pembinaan Petani dan Kelembagaan Petani. Balitjeruk Online. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tlekung Batu. Jawa Timur Direktorat Jenderal Hortikultura. 2006. Produksi Sayuran Indonesia. jakarta Ginting, P. 2006. Pemasaran Produk Pertanian. USU Press. Medan

Maliati, N. 2002. Kelembagaan Pemasaran Pertanian: Permasalahan, Tantangan, dan Alternatif Solusinya. Jakarta

Sa’diyah, AA. 2011. Peran Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Penguatan Usahatani Hortikultura (Sayur-sayuran). Laporan Penelitian. Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Malang

Suradisastra, K. 2008. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Suradisastra, K. 2011. Revitalisasi Kelembagaan untuk Mempercepat Pembangunan Sektor Pertanian dalam Era Otonomi Daerah. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 4 (2) 2011: 118-136

Gambar

Gambar 2. Saluran Pemasaran Sayur-Sayuran
Tabel 7: Analisis SWOT                  Eksternal

Referensi

Dokumen terkait

Pada akhirnya yang menentukan kesan, karakter dan image seperti apa yang akan ditampilkan adalah sifat dari bisnis yang dijalankan oleh perusahaan (company profile

Setiap bangsa di dunia senantiasa memiliki suatu cita- cita serta pandangan hidup yang merupakan suatu basis nilai dalam setiap pemecahan masalah yang dihadapi oleh bangsa

Berdasarkan penelitian tersebut, maka penelitian ini mengangkat Cause Related Marketing (CRM) yang dilakukan oleh The Body Shop di Indonesia yakni kampanye “Share for Women –

2) Membantu guru dalam menyusun perencanaan mengajar dalam menjabarkan kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). 3) Kemampuan melaksanakan pengelolaan kelas dan

Desa wisata Sidoakur merupakan desa wisata yang terletak di 22 Km kearah selatan Kota Kabupaten Sleman yakni didesa Sidokarto, Kecamatan Godean, Kabupaten

melakukan beberapa pengujian untuk menentukan dugaan hubungan yang mana yang paling mendekati gambaran perilaku dari peubah-peubah yang dikaji. Ketidakpastian ini membuat

Persaingan tidak lagi antar perusahaan, tetapi antara rantai pasokan yang satu dengan rantai pasokan yang lain, atau antara jaringan perusahaan yang satu dengan jaringan

Penelitian ini tergolong deskriptif kualitatif. Sumber data adalah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Menulis Naskah Drama dan Skenario Film. Data penelitian ini