• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEFEKTIFKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN KTSP MELALUI MGMP SWADAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGEFEKTIFKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN KTSP MELALUI MGMP SWADAYA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

48

MENGEFEKTIFKAN KEMAMPUAN GURU

DALAM MENERAPKAN KTSP MELALUI MGMP SWADAYA

Budi Prasetiyo

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ibnu Rusyd, Jl. Raya Tanah Periuk, Tanah Grogot e-mail: s2bpum@yahoo.co.id

Abstract: The background of this study is the teachers’ ability that has not been optimalized in

applying Learning Unit Curriculum (KTSP). One of the reasons is the information about the curriculum given to the teachers is not equal. Therefore, independent teacher discussion (MGMP) was initiated by using Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) analy-sis to overcome this problem. The result of this study showed the increase of teachers’ ability in applying the curriculum in the learning process. The increase could be seen from the know-ledge both theoretically and practically. The illustration of increase in the teachers’ ability could also be seen through observation process during the MGMP activity and monitoring on practical activity at on service level.

Key Words: to make effective, teacher’s ability, KTSP, independent MGMP

Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan nasional dise-lenggarakan dengan tujuan untuk mencerdaskan kehi-dupan bangsa dan mengembangkan manusia Indone-sia seutuhnya, yaitu manuIndone-sia yang beriman dan ber-takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pe-ngetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebang-saan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut perlu keterlibatan berbagai komponen (stake-holder) dan berbagai cara implementasinya. Hal ter-sebut dilakukan agar pengembangan pendidikan, khususnya di sekolah dapat dilakukan dengan baik dan optimal sehingga memberikan peluang yang sa-ngat besar untuk keberhasilan pendidikan.

Komponen yang paling penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan salah satunya adalah guru. Komponen ini dianggap paling penting karena merupakan ujung tombak pelaksanaan suatu program pendidikan yang dilakukan pada kegiatan pembelaja-ran di kelas. Oleh sebab itu, tinggi rendahnya kualitas

guru sangat mempengaruhi tinggi rendahnya keber-hasilan tujuan pembelajaran. Artinya adalah bahwa suatu kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik dan optimal untuk mencapai tujuan yang diha-rapkan jika guru memiliki kompetensi dan perfoman-si pada bidang yang diajarkannya. Sebaliknya, kegia-tan pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik jika guru tidak memiliki kompetensi dan perfomasi untuk mengelola pembelajaran secara baik dan benar.

Di antara kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh seorang guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah kom-petensi pedagogik. Komkom-petensi pedagogik salah satu-nya adalah dalam hal melaksanakan pembelajaran se-suai kurikulum, dalam hal ini Kurikulum Tingkat Sa-tuan Pendidikan (KTSP). Hal itu penting, karena KTSP yang merupakan landasan guru dalam melak-sanakan pembelajaran memiliki nuansa dan paradig-ma yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Per-bedaannya adalah KTSP membutuhkan kreativitas dan inovasi yang lebih tinggi dari guru di dalam me-nerapkannya.

(2)

ku-rikulum yang menekankan pada pengembangan ke-mampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas de-ngan standar perfomansi tertentu. Dede-ngan demikian, hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan kompetensi tertentu. KTSP merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, serta minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahi-ran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tang-gung jawab (Mulyasa, 2002).

Perubahan kurikulum selalu membawa impli-kasi yang luas bagi dunia pendidikan karena tidak ha-nya mempengaruhi iklim pembelajaran di kelas, teta-pi banyak berkaitan dengan aspek yang kompleks, bahkan cenderung rumit. Pada tataran institusi seko-lah misalnya, kesiapan kepala sekoseko-lah dan guru untuk memahami dan mengaplikasikan kurikulum itu men-jadi salah satu faktor penentu. Hal ini penting dipaha-mi karena pemberlakuan kurikulum baru menghen-daki pembaharuan pula dalam penyiapan, pemilihan, dan pengembangan materi, strategi, serta sistem eva-luasi pembelajaran.

KTSP sudah mulai diberlakukan sejak tahun 2006. SMP Negeri 5 Tanah Grogot sebagai salah satu lembaga pendidikan sudah memulai untuk menerap-kan KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran sejak ta-hun pembelajaran 2006/2007. Namun demikian, pe-laksanaan KTSP itu belum dapat dilakukan secara maksimal. Hal itu terjadi karena banyak faktor, salah satunya yang paling mendesak adalah belum maksi-malnya pemberdayaan kemampuan guru dalam me-nerapkannya. Masih banyak guru yang belum mum-puni dalam menerapkan kurikulum ini. Hal ini dise-babkan belum meratanya fasilitas pelatihan yang di-berikan oleh pemerintah dalam melakukan sosialisa-si. Indikasinya adalah masih ada guru yang tidak me-mahami secara jelas konsep KTSP, baik secara teori-tis maupun prakteori-tis. Misalnya, dalam hal membuat Rencana Pembelajaran (RP), silabus, dan sistem pe-nilaiannya. Hal ini berdampak pada proses pembela-jaran yang diciptakan di kelas.

Untuk itu, diperlukan solusi agar pelaksanaan KTSP sebagai salah satu kebijakan pemerintah dapat diwujudkan. Sekolah sebagai suatu sistem memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjawab permasa-lahan dan menemukan solusi itu. Untuk menemukan solusi terhadap permasalahan itu dilakukan melalui analisis Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT). Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari

keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Analisis SWOT dila-kukan terhadap keseluruhan faktor, baik internal maupun eksternal (Departemen Pendidikan Nasional, 2001).

Dari hasil analisis terhadap kekuatan, kelema-han, peluang, dan ancaman dari faktor-faktor yang ada, ditemukanlah solusi yang diharapkan dapat me-ngatasi permasalahan. Solusi yang dimaksud adalah dengan memberdayakan Manajemen Pendidikan Ber-basis Sekolah (MPBS) di SMP Negeri 5 Tanah Gro-got. Solusi yang dimaksud adalah dengan mengada-kan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) swa-daya yang dilakukan secara rutin setiap bulan. Mela-lui kegiatan ini diharapkan pengetahuan dan kemam-puan guru tentang KTSP secara bertahap akan ber-kembang.

MPBS adalah model manajemen yang membe-rikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan bersama atau partisipatif dari semua warga sekolah dan masyarakat untuk mengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Otonomi yang demikian akan membuat se-kolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya. Sekolah akan berupaya dalam mengembang-kan program-program yang lebih sesu-ai dengan kebutuhan dan potensinya. Pengambilan keputusan bersama akan meningkatkan rasa memili-ki, tanggung jawab, dan dedikasi warga sekolah ter-hadap sekolahnya (Departemen Pendidikan Nasional, 2001).

Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/ kemandirian pada seseorang/badan/lembaga untuk dapat mengatur dan mengurus dirinya sendiri dan ti-dak tergantung pada pihak lain. Adapun otonomi se-kolah adalah kewenangan sese-kolah untuk mengatur dan mengurus kebutuhan warga sekolah yang didu-kung kemampuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berla-ku.

Dengan demikian, iklim yang diciptakan di da-lam mengelola sekolah adalah kebersamaan dan ke-terbukaan. Dalam hal ini, keputusan dan kebijakan untuk peningkatan dan kemajuan sekolah dilakukan secara partisipatif. Keputusan partisipatif adalah ke-putusan yang dibuat secara terbuka dan demokratik, karena warga sekolah dan masyarakat terlibat secara langsung dalam proses pembuatan keputusan terse-but. Dengan demikan, semua warga sekolah dan ma-syarakat akan bertanggung jawab dan berdedikasi

(3)

penuhnya untuk menjalankan keputusan tersebut se-cara benar.

MPBS memiliki karakteristik yang sama de-ngan karakteristik sekolah efektif. Dan hal itu harus dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya. Karakteristik yang dimaksud meliputi seluruh kom-ponen pendidikan dan perlakuannya pada setiap ta-hap pendidikan, baik yang berupa masukan (input), proses, maupun hasil (output) pendidikan (Departe-men Pendidikan Nasional, 2002).

Pelaksanaan kegiatan pengembangan guru da-lam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap kegia-tan, yaitu inservis dan onservis. Pada tahap inservis kegiatan yang dilakukan dalam MGMP adalah: (1) mengkaji dan membahas tentang konsep dasar KTSP, baik secara teoritis maupun praktis, (2) mengkaji tek-nik pengembangan silabus dan mengembangkannya, (3) mengkaji cara mengembangkan RPP yang meng-gambarkan pembelajaran yang sesuai KTSP dan da-pat mengembangkannya, (4) mengkaji cara menyu-sun alat penilaian dan dapat membuatnya, dan (5) melakukan simulasi tentang pembelajaran yang ber-basis KTSP.

Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara aktif, kreatif, inovatif, dan partisipatif oleh semua gu-ru. Peran fasilitator dalam kegiatan ini hanya sebagai pemandu kegiatan dan memberikan solusi pada per-masalahan yang mengalami kebuntuan dan stagnasi. Semua dilakukan berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi guru dan dapat memecahkannya sendiri.

Sejalan dengan itu penelitian ini dilakukan de-ngan tujuan untuk mendeskripsikan upaya mengefek-tifkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembe-lajaran sesuai KTSP di SMP Negeri 5 Tanah Grogot. Upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai KTSP dilakukan melalui kegiatan MGMP swadaya yang dilakukan se-cara rutin.

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara te-oritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi-kan manfaat berupa sumbangan pengetahuan dalam bidang manajemen pengelolaan sumber daya tenaga pengajar di sekolah. Sumbangan pengetahuan tentang manajemen pengelolaan sekolah yang dimaksud ada-lah program MGMP yang dilakukan secara swadaya oleh sekolah.

Sementara itu secara praktis, penelitian ini ber-manfaat bagi guru, kepala sekolah, dan masyarakat. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada upaya mengembangkan diri menjadi

guru yang profesional. Bagi kepala sekolah, hasil pe-nelitian ini dapat menjadi dasar pemetaan dan analisis kebutuhan sekolah dan dasar perencanaan kegiatan-kegiatan sekolah. Adapun bagi masyarakat, hasil nelitian ini dapat bermanfaat pada terciptanya ningkatan pelayanan pada siswa, terutama dalam pe-layanan pembelajaran di kelas.

METODE

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Ta-nah Grogot. Subjek data pada penelitian ini adalah semua guru yang mengajar di SMP Negeri 5 Tanah Grogot sebanyak 26 orang. Subjek penelitian itu me-miliki latar pendidikan yang berbeda dengan kualifi-kasi minimal sarjana (S1).

Penelitian dilaksanakan sejak bulan November 2007 sampai dengan bulan November 2008. Pelaksa-naan penelitian itu sejalan dengan pelaksaPelaksa-naan pro-gram MGMP yang dilaksanakan. Pelaksanaan MG-MP dilakukan dengan dua pola, yakni inservis dan onservis.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan secara seksama dalam kegia-tan MGMP, serta pemantauan yang dilakukan pada saat kegiatan onservis. Proses pemantauan dilakukan kepala sekolah bersama dengan fasilitator untuk me-ngetahui perkembangan kemajuan guru, baik secara teoritik maupun praktik. Untuk keperluan tersebut, alat pengumpul data yang digunakan adalah format pengamatan dan instrumen pemantauan kegiatan on-servis.

Adapun secara rinci langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan pada kedua tahap kegiatan itu diu-raikan berikut ini.

Tahap inservis meliputi: (1) melakukan sosiali-sasi kegiatan pada komite sekolah/masyarakat, (2) menyusun program kegiatan beserta pendanaan, (3) melaksanakan kegiatan yang dilakukan dalam bentuk diskusi partisipatif (MGMP), (4) mengembangkan pemahaman konsep KTSP, (5) mengembangkan pe-rangkat pembelajaran dan penilaian KTSP, serta (6) menyusun dan mengembangkan materi kegiatan. Se-dangkan tahap onservis meliputi: (1) menyusun ins-trumen monitoring, (2) melakukan monitoring terha-dap pelaksanaan pembelajaran, dan (3) melakukan diskusi dan umpan balik.

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini ada dua. Pertama, analisis SWOT yang digunakan untuk mencari alternatif dan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kedua, analisis kualitatif model alir,

(4)

untuk menganalisis atas semua data dan informasi yang diperolah dalam penelitian.

Analisis SWOT dilakukan dengan maksud un-tuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari ke-seluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sa-saran yang telah ditetapkan. Analisis SWOT dilaku-kan terhadap keseluruhan faktor, baik internal mau-pun eksternal. Analisis dilakukan dengan memper-timbangkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan anca-man setiap faktor. Analisis terhadap persoalan itu di-sajikan pada tabel 1 berikut.

Berdasarkan formulasi strategi SWOT terse-but, dirumuskanlah strategi yang akan menjadi solusi untuk pencapaian sasaran. Sasaran yang dimaksud adalah tercapainya peningkatan kemampuan guru da-lam mengimplementasikan KTSP dada-lam pembelaja-ran melalui kegiatan MGMP swadaya. Perumusan sa-saran itu juga sebagai hasil analisis terhadap strategi SO, WO, ST, dan WT.

Sementara itu, analisis data penelitian yang di-gunakan adalah analisis data kualitatif ‘model alir’ yang dikembangkan oleh Miles & Huberman (1992). Analisis dilakukan dalam empat langkah, yaitu mene-laah data, mereduksi data, menyajikan data, dan me-nyimpulkan data.

Semua informasi yang dilakukan di dalam me-lakukan perbaikan untuk mencapai sasaran tersebut

dikumpulkan dan dianalisis. Pengumpulan data dila-kukan melalui observasi dan hasil unjuk kerja guru, baik pada saat inservis maupun pada saat onservis. Semua data yang terkumpul direduksi dan kemudian ditelaah untuk kemudian dibuat penyimpulan terus-menerus.

Untuk melaksanakan penelitian tersebut dila-kukan melalui pendekatan pemecahan masalah. Pen-dekatan ini dipakai karena sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Melalui pendekatan ini, diharapkan ke-mampuan guru di dalam menguasai KTSP dapat ber-kembang secara bertahap dan berkesinambungan. Guru dapat lebih leluasa untuk mengembangkan diri- nya, baik secara individu maupun secara kelompok. Selain itu, keterlibatan semua komponen yang ada di sekolah termasuk kepala sekolah dapat dilihat secara jelas peran dan fungsinya. Semua memiliki tugas dan peran masing-masing dalam melakukan suatu proses. Pendekatan ini dilandasi oleh perpaduan antara teori behaviorisme (perilaku) dengan teori konstruktivis-me. Kegiatan ini juga dilandasi prinsip MPBS. HASIL

Kegiatan MGMP swadaya dilakukan dalam bentuk dua pola kegiatan. Kedua bentuk pola kegia-tan yang dimaksud adalah inservis dan onservis.

Ke-Tabel 1 Analisis SWOT Persoalan

Faktor Internal

Strenght (S)

(1) Memiliki guru berkualifikasi pendidikan memadai, (2) memiliki guru yang berpotensi sebagai fasili-tator, dan (3) memiliki dana.

Weakneeses (W) (1) Tidak semua guru pernah me-ngikuti sosialisasi KTSP, (2) rata-rata guru masih baru/lulusan baru, (3) terbatasnya sarana penunjang.

F a k to r E k st e r n a l Opportunities (O) (1) Ada kesempatan dan fasilitas untuk mengadakan MGMP secara swadaya, (2) tenaga insruktur yang memadai, (3) dukungan dana baik, dan (4) kemudahan dari pemda.

Strategi SO

Mengoptimalkan guru dan instruk-tur yang berpotensi sebagai fasilita-tor.

Strategi WO

Tingkatkan kemampuan guru de-ngan dukude-ngan masyarakat dan pimpinan.

Threats (T)

(1) kesempatan untuk mengikuti pe-latihan KTSP secara formal yang difasilitasi dinas pendidikan kurang, dan (2) tidak semua guru pernah ikut pelatihan KTSP.

Strategi ST

Memanfaatkan dana untuk menga-dakan kegiatan MGMP secara swa-daya.

Strategi WT

Tingkatkan kualitas guru untuk mendapatkan informasi tentang KTSP.

(5)

giatan inservis dilakukan dalam bentuk kegiatan dis-kusi dan tatap muka antara sesama guru dan fasilita-tor. Sementara itu, kegiatan onservis dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan inservis dilakukan dengan tujuan un-tuk membangun pemahaman, pengetahuan, dan ke-mampuan guru tentang KTSP. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah diskusi interaktif antara sesa-ma guru dengan fasilitator tentang konsep dasar kuri-kulum. Selain kegiatan diskusi, kegiatan juga dilaku-kan dalam bentuk workshop sehingga dapat mengha-silkan karya dan unjuk kerja. Melalui kegiatan disku-si ini, pemahaman tentang kurikulum dapat lebih baik dan mendalam. Ambiguitas informasi tentang KTSP yang selama ini diperoleh oleh guru dapat diminima-lisir. Artinya, guru memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding sebelumnya.

Selain pengetahuan dan pemahaman, pening-katan juga terjadi pada kemampuan. Hal itu dapat di-lihat dari unjuk kerja yang dihasilkan selama dan se-telah kegiatan. Sebagai besar guru (75%) sudah lebih baik dan tidak memiliki kesulitan lagi untuk me-ngembangkan kurikulum dalam bentuk silabus, RPP, dan instrumen penilaian. Langkah-langkah mengem-bangkan silabus dapat lebih mudah dipahami melalui kerja yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipa-tif. Hal ini merupakan salah satu perwujudan tujuan pelaksanaan MPBS yakni meningkatkan mutu pendi-dikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah da-lam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia (Depdiknas, 2001).

Sementara itu, pelaksanaan kegiatan onservis dilakukan setelah pemahaman, pengetahuan, dan ke-mampuan guru tentang KTSP sudah tampak. Kegia-tan ini dilakukan setelah kegiaKegia-tan inservis. KegiaKegia-tan- Kegiatan-nya berupa monitoring kegiatan belajar yang dilaku-kan oleh guru di kelas. Pemantauan dilakudilaku-kan oleh kepala sekolah dan fasilitator. Pemantauan dilakukan dengan mengacu pada instrumen pemantauan yang telah dibuat sebelumnya.

PEMBAHASAN

Hasil pemantauan yang dilakukan menunjuk-kan adanya peningkatan kemampuan guru dalam me-ngajar yang sesuai dengan KTSP. Kemampuan guru itu dilihat dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Aspek perencanaan yang digunakan guru di dalam mengajar rata-rata sudah mengacu pada ku-rikulum dan silabus yang telah dibuat sebelumnya. Perencanaan yang dipakai juga sudah lebih detil

se-hingga benar-benar dapat digunakan sebagai panduan oleh guru dalam mengajar.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, tampak rata-rata guru sudah dapat menciptakan situasi belajar yang benar-benar memberdayakan aktivitas dan krea-tivitas siswa. Peran guru sebagai fasilitator sudah mu-lai tampak. Guru juga dapat mengelola waktu belajar dengan baik sehingga pembelajaran dapat berjalan se-cara efektif dan efisien. Melalui kegiatan belajar yang demikian, kompetensi-kompetensi yang diajarkan pa-da setiap mata pelajaran pa-dapat dikuasai dengan baik. Sementara itu, penilaian yang dipakai guru da-lam mengukur keberhasilan belajar siswa tidak lagi dengan melihat hasil belajar saja. Guru juga memper-hatikan proses kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Untuk itu, guru sudah terlebih dahulu mempersiapkan instrumen-instrumen penilaian yang akan digunakan-nya, seperti rubrik, profil, skala penilaian, format ob-servasi, dan lain-lain. Dengan demikian, penilaian yang dilakukan guru tidak hanya mengukur aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan aspek psi-komotorik. Hal itu sesuai dengan Standar Kompeten-si Lulusan yang diisyaratkan di dalam Peraturan Pe-merintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Na-sional Pendidikan pada pasal 26 ayat 1, yang berbu-nyi: “Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendi-dikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecer-dasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”

Hasil-hasil tersebut di atas sebenarnya tidak terlepas dari tipe kepemimpinan yang diterapkan di sekolah. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kepe-mimpinan partisipatif karena proses pengambilan ke-putusan dilakukan bersama-sama dengan memperha-tikan pendapat pimpinan dan bawahan secara lang-sung memberikan peluang yang lebih besar untuk ter-selenggaranya manajemen pendidikan di sekolah. Hasil ini sesuai dengan pendapat Dryden (1999) yang menyatakan bahwa mutu profesionalitas guru akan terbentuk, terbina, berkembang, dan meningkat seca-ra optimal bila mereka memiliki kebebasan, kedaula-tan, dan keberdayaan untuk melaksanakan dan mem-pertanggungjawabkan tugas profesional mereka. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelaksanaan MGMP yang dilakukan

(6)

secara swadaya di SMP Negeri 5 Tanah Grogot dapat meningkatkan kemampuan guru mengimplimentasi-kan KTSP. Keberhasilan peningkatan itu dilihat dari kemampuan guru dalam merancang, melaksanakan, dan melakukan penilaian dalam pembelajaran.

Peningkatan terjadi melalui dua kegiatan, yakni kegiatan tahap inservis dan tahap onservis. Pada ta-hap inservis upaya yang dilakukan adalah melakukan diskusi partisipatif antarsesama guru dengan dipandu oleh fasilitor. Kegiatan diskusi difokuskan untuk me-ngkaji lebih mendalam tentang konsep kurikulum, dari silabus, perencanaan, penilaian, dan teknik pe-laksanaannya. Sementara itu pada tahap onservis upa-ya upa-yang dilakukan adalah unjuk kerja secara langsung dalam bentuk implimentasi KTSP dalam pembelaja-ran. Kepala sekolah dan fasilitator melakukan peman-tauan dan mendiskusikannya pada kegiatan diskusi berikutnya.

Saran

Sementara itu, berdasarkan hasil pembahasan dan temuan-temuan dalam penelitian, maka dikemu-kakan saran-saran kepada berbagai pihak, yakni para kepala sekolah, komite sekolah, dan guru. Saran-sa-ran yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Kepada kepala sekolah disarankan untuk mem-programkan kegiatan peningkatan sumber daya ma-nusia (SDM) guru melalui MGMP. Kepada komite sekolah atau orang tua siswa disarankan lebih aktif berperan dalam mendukung program peningkatan SDM guru yang dilakukan sekolah, tidak saja dalam hal pendanaan, tetapi juga masukan-masukan untuk perbaikan program. Kepada para guru agar lebih aktif dan kreatif mengembangkan kualitas diri melalui ke-giatan pembelajaran yang lebih inovatif sebagai pe-ngembangan kegiatan MGMP yang dilakukan.

DAFTAR RUJUKAN

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Buku 2 Panduan Penyusunan Proposal dan Pelaporan. Jakarta: Direktorat SLTP.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Dryden, G. & Vos, J. 1999. The Learning Revolution. New Zealand: The Learning Web.

Kemmis, S. & McTaggart, R. 1992. The Action Rese-arch Planer. Victoria: Deakin University. Milles, M. B. & Huberman, A. M. Tanpa tahun.

Ana-lisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep

Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta: UI.

Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten-tang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Jakar-ta: Tanpa penerbit.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Ta-hun 2005 Tentang Guru dan Dosen. 2006. Jakar-ta: Depdiknas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Ta-hun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Bandung: Citra Umbara.

Gambar

Tabel 1   Analisis SWOT Persoalan

Referensi

Dokumen terkait

fundamental yang terdiri dari PRICE BOOK VALUE (PBV ) PRICE EARNING RATIO.. (PER) OPERATING PROFIT MARGIN ( OPM ) EARNING PER SHARE ( EPS ) ,

Saudara diharapkan membawa Dokumen Asli Perusahaan dan menyerahkan Fotocopynya antara lain : Dokumen Penawaran, Jaminan Penawaran, Surat Dukungan Keuangan Dari Bank,

organisasi harus memperhatikan pengupahan untuk pegawai sesuai dengan. pekerjaan maupun prestasi yang dicapai

Sampel pada penelitian ini diambil secara acak ( random sampling ), Perbedaan (gain) antara tes awal dan tes akhir diasumsikan merupakan effek dari perlakuan dan selama

Selain manfaat yang diperoleh dari pembelajaran Model Group Investigation, terdapat juga kelemahan dari Model Group Investigation sebagaimana pendapat dari Huda (2011) yaitu

Istilah yang sama untuk tebangan B.1 dari kelas hutan tidak produktif (TK) dan tanaman Acacia mangium bertumbuhan kurang (TABK) adalah persiapan rehabilitasi,

S1 Ekonomi Akuntansi III/a 1 Layanan Khusus Pendidikan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Pengumpul dan Pengolah Data Program dan Anggaran Pembinaan Pendidik dan

This is a soft file publication Against Doctor's Orders By Radclyffe, so you can download and install Against Doctor's Orders By Radclyffe by acquiring to obtain the soft file.. It