• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Menurut Subarinah dalam Wahyudi dan Kriswandani (2013) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya adalah sebuah sistem matematika yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata. Matematika juga berguna untuk membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Matematika adalah berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkies penalarannya deduktif. Mengingat adanya perbedaan karakteristik itu, maka diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk mengetahui antara dunia anak yang belum berfikir secara deduktif dan dunia Matematika yang bersifat deduktif.

Selain itu, Matematika adalah terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah Matematika sering disebut ilmu deduktif. Berdasarkan teori tersebut, Matematika merupakan ilmu deduktif dimana dari dalil-dalil yang bersifat deduktif tersebut setelah dibuktikan kebenarannya akan diakui secara umum. Matematika merupakan pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berkaitan.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar Matematika di Sekolah Dasar adalah memahami setiap konsep secara bertahap untuk mendapatkan pengertian, hubungan-hubungan, simbol-simbol, kemudian mengaplikasikan konsep-konsep ke situasi yang baru.

2.1.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya baik yang berupa pengetahuan, ketrampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai sikap. Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan yang dihasilkan digolongkan ke dalam hasil belajar. Misalnya perubahan perilaku yang terjadi karena kematangan. Perubahan perilaku sebagai hasil

(2)

belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan) dimana proses mental dan emosional terjadi. Hasil belajar anak didik dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :

a. Motivasi adalah sebagai sumber motor penggerak aktivitas.

b. Perhatian adalah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan terhadap suatu obyek)

c. Aktivitas adalah keadaan siswa pada waktu kegiatan pembelajaran.

Perubahan perilaku pada hasil belajar dikelompokkan ke dalam 3 ranah yaitu pengetahuan (kognitif), ketrampilan motorik (psikomotorik), dan penguasaan nilai atau sikap (afektif).

Menurut Sudjana (dalam Wartiningsih, 2012) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dimyati dan Mudjiono (2009) menyatakan bahwa belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, sedangkan menurut Uno (dalam Wartiningsih, 2012) hasil belajar merupakan perubahan peilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tersebut dapat ada karena siswa telah melakukan proses belajar, dan dalam proses belajar tersebut siswa mendapat pengalaman dari pengajaran gurunya, baik itu langsung maupun tidak langsung, sehingga terjadi perubahan perilaku sebagai akibat dari pengaruh lingkungan belajarnya. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring . Dampak pengajaran yaitu hasil yang dapat diukur, seperti nilai rapor, angka dalam ijazah, sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain atau suatu transfer data. Hasil belajar tidak hanya tertuang dalam nilai-nilai angka dalam rapor saja tetapi penerapan dari pengetahuan yang didapat merupakan hasil belajar, dimana mereka belajar dan kemudian menerapakn apa yang telah dipelajari.

Hasil belajar yang ditandai oleh perubahan perilaku menurut Suprijono (2010) memiliki ciri-ciri:

1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari 2. Berkesinambungan dengan perilaku lainnya

(3)

4. Positif atau berakumulasi

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan 6. Permanen atau tetap

7. Bertujuan atau terarah

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mencakup seluruh aspek kemanusiaan yang menjadi bekal untuk kehidupannya, terutama bagi siswa untuk mengahdapi kehidupan sosialnya kelak.

Adapun tujuan penilaian hasil belajar menurut Arifin (2011) adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah

diberikan

2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap rogram pembelajaran

3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan

4. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan peserta didik

5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik sesuai dengan jenis pendidikan tertentu

6. Untuk menentukan kenaikkan kelas

7. Untuk menetapkan peserta didik sesuai dengan potensi yang telah dimilikinya

Oleh karena itu penilaian hasil belajar sangat bermanfaat, terutama bagi peserta didik. Bagi peserta didik, hasil belajar berguna untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan serta untuk mengetahui kelebihan atau potensi dan kekurangan yang dimilikinya. Adapun fungsi hasil belajar (Arifin, 2011) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik dan memperbaiki proses pembelajaran serta mengadakan remedial bagi peserta didik.

2. Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai/ angka kemajuan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan laporan kepada pihak tertentu, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus tidaknya peserta didik.

(4)

3. Fungsi diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, dan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan tertentu.

4. Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.

Berdasarkan fungsi hasil belajar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tidak hanya menilai tentang bagaimana pemahaman siswa tetapi juga untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan, mengatasi kesulitan belajar peserta didik serta untuk mengontrol kemajuan peserta didik. Dalam penelitian ini, hasil belajar dari fungsi sumatif diartikan sebagai peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diukur melalui pretest dan posttest guna memperoleh data berupa nilai.

2.1.2 Pembelajaran

Menurut Slameto (2010) Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam hasil interaksinya dengan lingkungannya. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sedangkan menurut Arifin (2011) belajar adalah proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman. Sedangkan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional, dan sosial. Dalam pembelajaran tidak hanya melibatkan aspek intelektual siswa saja tetapi aspek sosial dan emosional juga terlibat, dimana mereka belajar tidak hanya aspek inteletualnya saja, tetapi juga bagaimana mereka belajar hidup berdampingan bersama dengan orang lain secara sosial. Proses pembelajaran sangat penting bagi seorang guru terlebih untuk evalusi, sebagaimana dinyatakan oleh Syarafuddin dan Nasution (2005) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, hasil penilaian dapat menolong guru untuk memperbaiki keterampilan profesional guru dan juga membantu mereka mendapat fasilitas serta sumber belajar yang lebih baik.

(5)

Kegiatan pembelajaran merupakan pengalaman bagi guru setelah melakukan kegiatan belajar, dimana pembelajaran menjadi refleksi untuk mengetahui kekurangan pembelajaran dan juga mengetahui pembelajaran yang bagaimana yang dapat meningkatkan aktivitas siswa, sehingga dengan reflesi tersebut para guru akan lebih meningkatkan daya profesionalnya sebagai seorang pendidik. Adapun dalam pelaksanan pembelajaran seorang guru juga harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menyampaikan materi pembelajaran, sebagaimana dikemukan oleh Hanafiah dan Suhana (2010) bahwa tingkatan prose pembelajaran dapat terjadi mulai dari yang konkret menuju ke yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari yang faktual menuju yang konseptual. Pembelajaran untuk anak sekolah dasar harus mengingat bahwa anak-anak usia SD dalam berpikirnya masih membutuhkan contoh-contoh yang bisa dilihat oleh mata/ konkret, kemudian setelah dirasa siap untuk dengan pola berpikir imajinasi/ membayangkan mereka akan dapat berpikir secara abstrak. Selain itu juga dalam pembelajaran siswa harus dimulai dari hal-hal yang mudah terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan kehal-hal yang lebih rumit atau komplek. Arifin (2011) menjelaskan lebih lanjut tentang pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran adalah suatu program.

2. Setelah pembelajaran berproses, tentu guru perlu mengetahui keefektifan dan efisiensi semua komponen yang ada dalam proses pembelajaran.

3. Pembelajaran bersifat interaktif dan komunikatif.

4. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar peserta didik.

5. Proses pembelajaran dimaksudkan agar guru dapat mencapai tujuan pembelajaran dan peserta didik dapat menguasai kompetensi yang ditetapkan.

Dengan demikian, pembelajaran merupakan suatu proses yang interaktif dan komunikatif, sehingga dengan komunikasi dan interaksi memungkinkan terjadinya kegiatan peserta didik dan tercapai penguasaan kompetensi yang diharapkan melalui kegiatan tersebut. Selain itu tugas seorang guru adalah menciptakan iklim belajar yang memungkinkan terjadinya interaksi, baik itu dengan teman, guru, maupun dengan lingkungan sekitar, sehingga terjadi kegiatan belajar yang komunikatif bagi peserta didik.

(6)

2.1.2.1 Pembelajaran Matematika

Menurut Gatot Muhsetyo dkk (2009), Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah menggunakan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan topik yang dibicarakan, tingkat perkembangan intelektual siswa, prinsip dan teori belajar, keaktifan siswa, keterkaitan dengan kehidupan siswa, dan pengembangan penalaran matematis.

Sanusi (dalam Wartiningsih, 2012) mengemukakan bahwa Model Pembelajaran Group Investigation berawal dari perspektif filosofis terhadap konsep belajar yaitu untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki teman atau pasangan. Kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi.

2.1.3 Hasil Belajar Matematika

Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Hasil belajar seseorang tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian,hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Sudjana (dalam Wartiningsih, 2012) menyatakan bahwa: ”Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu”. Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan karena kebetulan. Tingkat pencapaian hasil belajar oleh siswa disebut hasil belajar.

Hasil belajar ini diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan guru biasanya mengadakan tes hasil belajar.Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siwa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran.

(7)

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor. Hasil belajar juga dapat dilihat dari 3 aspek , yaitu secara kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Aspek kuantitatif menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta-fakta yang berarti. Aspek institusional atau kelembagaan menekankan pada ukuran seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka-angka. Sedangkan aspek kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman dan penafsiran siswa terhadap lingkungan disekitarnya. Sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan definisi dan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah melakukan program belajar mengajar dalam bentuk tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian, hasil belajar Matematika harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan Matematika yang telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakekat Matematika itu sendiri.

Hasil belajar dikelompokkan berdasarkan hakekat Matematika yang meliputi Matematika sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Matematika meliputi pencapaian produk, proses, dan sikap ilmiah. Dalam segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep Matematika dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, pengetahuan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Dari segi ilmiah siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda yang ada di sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, dapat bekerjasama dan mandiri serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian hasil belajar yang dikembangkan di SD adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan produk, proses, dan sikap ilmiah.

(8)

2.1.4 Model Pembelajaran Group Investigation

Peran guru sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Fungsi dan peran guru adalah sebagai motivator dan inovator dalam pembangunan pendidikan, perintis dan pelopor pendidikan, penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, dan pengabdian. Sebagai motivator guru harus mampu untuk meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran agar hasil belajar juga mengalami peningkatan. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas pembelajaran adalah dengan mengganti metode atau cara pembelajaran yang selama ini hanya dilakukan dengan metode ceramah dan kurang diminati siswa. Hamdani (2011) mendefinisikan model pembelajaran sebagai pengembangan serangkaian proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan pernagnkat pembelajaran berdasarkan teori pengembangan. Dengan demikian model pembelajaran sangat penting untuk merancang atau mempersiapkan proses penyampaian materi ajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembelajaran matematika dengan menggunakan Model Group Investigation merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang inovatif. Menurut Hamdani (2011) Group Investigation adalah suatu metode pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Thelen ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dari tahap awal sampai akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa mempunyai kebebasan untuk memilih materi yang akan dipelajari sesui dengan topik yang sedang dibahas. Menurut Suprijono (2011) mengemukakan bahwa dalam penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation maka setiap kelompok akan bekerja untuk melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang mereka pilih. Sesuai dengan pengertian-pengertian tersebut maka dapat diketahui maka pembelajaran dengan Model Group Investigation adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dan tentu akan membangkitkan semangat serta motivasi siswa untuk belajar. Kondisi ini ternyata sejalan dengan apa yang dikemukakan Narudin (dalam Wartiningsih, 2012) Group Investigation merupakan salah satu bentuk Model Pembelajaran Kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.

(9)

Di antara model-model belajar yang tercipta, Group Investigaton merupakan salah satu Model Pembelajaran yang bersifat demokrasi karena siswa menjadi aktif belajar dan melatih kemandirian siswa dalam belajar. Slavin (dalam Wartiningsih, 2012) mengemukakan enam langkah pembelajaran menggunakan Model Group Investigation yaitu:

1. Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok)

2. Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa).

3. Investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi).

4. Organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji,moderator, dan notulis).

5. Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan).

6. Evaluating (masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing).

Menurut Hamdani (2011) langkah-langkah pembelajaran menggunakan Model Group Investigation terdiri dari :

1. Seleksi topik (siswa memilih berbagai subtopik, para siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok secara heterogen).

2. Merencanakan kerjasama (bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum).

3. Implementasi (siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan).

4. Analisis dan siintesis (siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh).

5. Penyajian hasil akhir (semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajarai)

6. Evaluasi (guru beserta siswa melakukan evaluasi baik secara individu atau kelompok). Model Pembelajaran ini melatih siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri secara aktif dan tekanan terletak pada proses pembelajaran yang berlangsung, selain pada hasil yang akan dicapai dan menekankan pada partisipasi siswa dan guru.

(10)

Peran guru dalam pengajaran dengan menggunakan Model Group Investigation adalah sebagai fasilitator yang terlibat dalam proses kelompok (membantu pembelajar dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok) serta beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian (pengetahuan tentang metode yang digunakan). Guru berfungsi sebagai konselor akademik, dimana saat siswa mengalami kebingungan maka guru membantu mereka dalam memecahkan masalah dan mengumpulkan data yang relevan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Group Investigation terdapat dampak instruksional dan dampak pengiringnya yaitu,

Dampak instruksional:

1. Proses dan pengelolaan kelompok efektif 2. Pandangan konstruktifis tentang pengetahuan 3. Disiplin dalam penelitian kolaboratif

Dampak pengiring:

1. Kemandirian sebagai pembelajar 2. Penghargaan pada martabat orang lain 3. Penelitian sosial sebagai pandangan hidup 4. Kehangatan dan interpretasi interpersonal

Dampak instruksional dan dampak pengiring tersebut merupakan manfaat dari Model Pembelajaran Group Investigation, disamping merupakan penelitian akademik yang mandiri bagi siswa, metode ini juga memadukan interaksi sosial dalam proses pembelajarannya sehingga timbul hubungan yang positif antar siswa, selain itu juga meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-teman yang berbeda dengan dirinya, baik itu ras, etnik, maupun dari sisi akademis. Selain itu juga meningkatkan rasa kepedulian dan ketergantungan yang positif antar sesama.

Selain manfaat yang diperoleh dari pembelajaran Model Group Investigation, terdapat juga kelemahan dari Model Group Investigation sebagaimana pendapat dari Huda (2011) yaitu setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, dan karena hal tersebut maka seringkali siswa hanya fokus pada materi yang menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian materi kelompok lain tidak dihiraukan. Berdasarkan pendapat Huda tersebut, maka dapat setiap kelompok hanya mendalami bagian materi yang menjadi

(11)

tugasnya saja sementara materi yang menjadi bagian kelompok lain kurang mereka pahami betul, mereka dapat memahami materi lain setelah mereka mendapatkan penjelasan dari kelompok lainnya.

Dalam hal ini ada beberapa hal penting yang harus diketahui dalam pelaksanaan Model Pembelajaran Group Investigation menurut Slavin (dalam Wartiningsih, 2012) berpendapat bahwa hal tersebut diantaranya :

1. Menguasai kemampuan kelompok

Kesuksesan implementasi dari Group Investigation sebelumnya menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial untuk memperoleh informasi. Fase ini sering disebut sebagai meletakkan landasan kerja atau pembentukan tim. Menurut Huda (dalam Wartiningsih, 2012) merencanakan ukuran kelompok (jumlah anggota setiap kelompok) dibutuhkan untuk menghindari terjadinya ketidakseimbangan kerja antar kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi antar siswa serta meningkatkan rasa saling menghargai dalam perbedaan (jenis kelamin serta kemampuan pemahaman), selain itu semakin kecil kelompok, maka membuat semua anggota didalamnya aktif terlibat dan berpatisipasi.

Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik dalam maupun luar kelas. Sumber-sumber seperti bermacam buku, institusi, orang menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevalusi dan mensistesiskan informasi yang disumbangkan oleh tiap anggota kelompok supaya dapat menghasilkan buah pemikiran karya kelompok.

2. Perencanaan kooperatif

Penting bagi Group Investigation adalah perencanaan kooperatif. Siswa menentukan apa yang akan mereka investigasikan sehubungan dengan upaya untuk “menyelesaikan masalah yang mereka hadapi; sumber apa yang mereka butuhkan; siapa akan melakukan apa; dan bagaimana mereka menampilkan proyek mereka yang sudah selesai ke hadapan kelas“. Biasanya ada pembagian tugas dalam kelompok yang mendorong tumbuhnya interdependensi yang bersifat positif di antara anggota kelompok. Siswa bersama-sama melakukan penyelidikan masalah dengan menggali sumber yang dibutuhkan serta membagi tugas dan kemudian

(12)

mempresentasikannya di hadapan kelompok lain. Selain itu juga diharapkan semua siswa untuk bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan, pengumpulan data, maupun dalam presentasi hasilnya meskipun terdapat perbedaan pendapat yang kadang kala muncul.

3. Peran guru

Dalam kelas yang melaksanakan proyek Group Investigaton guru bertindak sebagai nara sunber dan fasiitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, dan membantu setiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Hal pertama yang harus dilakukan adalah guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan dari para siswa. Peningkatan kemampuan komunikasi yang dapat dilakukan dengan membuat model- model dari berbagai kemampuan seperti mendengarkan, membuat ungkapan, memberi reaksi yang tidak menghakimi, mendorong partisipasi, dan sebagainya.

Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menurut Rusman (dalam Wartiningsih, 2012), yaitu:

1. Untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreativitas menuju suatu kedasaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas

2. Komponen emosional lebih penting daripada intelektual

3. Untuk meningkatkan keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami emosional dan irrasional.

Model Pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan kreativitas siswa, melalui kegiatan penelitian serta penyajian hasil penelitian, selain itu juga aspek emosional lebih penting karena mereka belajar bagaimana bekerja dengan kelompok.

Berdasarkan pendapat Slavin dalam Wartiningsih (2012) dan Hamdani (2011), maka dapat dikaji langkah-langkah pembelajaran menggunakan Group Investigation yang terdiri dari:

(13)

a. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal langkah-langkah yang ditempuh antara lain: 1) Guru menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran, 2) Guru mengatur tempat duduk siswa, 3) Guru melakukan apersepsi untuk kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran 4) guru menyampaiakan tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan dilaksanakan, 5) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dilaksanakan, 6) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti langkah-langkah yang ditempuh antara lain: 1) Guru menyampaiakan materi secara singkat, 2) Guru menyampaikan aturan main pembelajaran, 3) Guru menyiapkan instrumen kerja 4) Guru membimbing siswa memilih topik yang akan dibahas. Langkah-langkah yang ditempuh siswa adalah: 1. Mengidentifikasi topik dan bergabung kedalam kelompok/ Grouping.

Pada tahap ini para siswa bergabung dalam kelompoknya yang dibentuk secara heterogen (baik itu dari jenis kelamin, kemampuan akademik (nilai pretest yaitu nilai rendah, sedang, dan tinggi), dan etnik).

2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari/ Planning.

a. Kelompok mendiskusikan bersama didalam kelompok hal apa yang ingin mereka ketahui terkait dengan topik yang telah ditentukan.

b. Kelompok menentukan apa yang akan mereka ketahui terkait topik dengan kalimat tanya.

c. Setiap kelompok merencanakan koordinasi pembagian tugas masing-masing anggota dalam kelompok

3. Melaksanakan investigasi/ Investigation. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Siswa mengumpulkan informasi dari sumber yang telah diarahakan guru. b. Siswa mendata informasi.

Ditahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap obyek yang akan diteliti, serta mengumpulkan data dari pengamatan, baik itu berupa gambar maupun data tertulis. Dalam kegiatan ini para anggota kelompok berkontribusi/ berpartisipasi untuk usaha

(14)

yang dilakukan kelompoknya serta selama proses siswa bertukar pendapat dan berdiskusi.

4. Menyiapkan laporan akhir/ Organizing. Tahapan yang terdapat dalam tahap ini yaitu:

a. Mengorganisasi/ menata data yang diperoleh melalui kegiatan investigasi b. Menulis laporan

c. Merencanakan presentasi laporan: penentuan penyaji, moderator, dan notulis. d. Waktu/ durasi

5. Mempresentasikan laporan akhir/ Presenting.

a. Setiap kelompok mempresentasikan hasil penelitian b. Presentasi dilakukan secara klasikal

Salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengklarifikasi, dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga semua siswa dapat mendengarkan penjelasan materi dari kelompok lain yang berbeda materi dengan kelompoknya.

c. Bagian presentasi tersebut melibatkan pendengar aktif, dalam hal ini yaitu teman sekelas mereka.

Kegiatan akhir pembelajaran 6. Evaluasi/ Evaluation.

Dalam tahap evaluasi meliputi:

a. Para siswa saling memberikan umpan balik berupa masukan, kritik, saran, dan pujian mengenai topik yang mereka presentasikan. Berbagi pengalaman mengenai proses kerjasama kelompok antar anggota.

b. Setiap kelompok mendata informasi dan menyimpulkan informasi dari kelompok lain.

c. Guru melakukan konfirmasi tentang informasi dari masing-masing kelompok guna mengecek/memastikan kebenarannya. Selain itu guru dan siswa mengevaluasi proses pembelajaran (menejemen waktu, pembagian tugas dalam kelompok, dan keefektifan pencarian informasi).

(15)

c. Kegiatan Akhir

Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui apakah tujuan pembelajarannya yang ditentukan tercapai atau tidak.

Berdasarkan tahapan pembelajaran Group Investigation menurut Slavin dalam Wartiningsih (2012) dan Hamdani (2011) tersebut, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran yang mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran bahkan semua kegiatan dari tahap perencanaan hingga evaluasi dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini siswa lebih aktif dalam belajar disamping juga belajar untuk bersosialisasi dengan teman lainnya.

2.1.4.1 Kelemahan dan Kelebihan Model Group Investigation Kelemahan :

1. Memakan banyak waktu. 2. Banyak siswa yang pasif.

3. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. Kelebihan :

1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2. Melatih berpikir lebih logis dan sistimatis.

3. Memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat.

Untuk mengatasi kelemahan Model Group Investigation di atas dapat dilakukan dengan cara merancang media pembelajaran yang tepat, memotivasi siswa agar berani berkomunikasi dalam pembelajaran, dan menyajikan materi dalam bentuk benda-benda konkrit.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Wartiningsih (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Dan Aktifitas Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas III SD Negeri 1 Kemiri Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012” menyatakan bahwa penerapan Model Pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitiaanya didapati bahwa terdapat segi positif dalam penelitiaanya yaitu pembelajaran dengan menggunakan Model Group Investigation sangat menyenangkan

(16)

sehingga pembelajaran tidak monoton serta membuat siswa aktif bekerja diantaranya aktif berpendapat dalam berdiskusi, disamping itu juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa, Peningkatan hasil belajar nampak dari hasil ulangan harian siswa yang mulanya hanya 66 kemudian meningkat menjadi 88. Sedangkan hasil analisis data dari aktivitas siswa yaitu pada kondisi awal hanya 51%, siklus I mencapai persentase 77%, dan siklus II dengan persentase 89%.

Sugiyanto (2012) dalam skripsi PTK yang berjudul “Peningkatan Hasil belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Group Investigation Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Rejosari Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Kondisi awal siswa yang sebelum menggunakan Model Group Investigaton terlihat ramai, tapi keramaian itu tidak disebakan siswa membahas tentang pembelajaran tetapi karena hal lain selain itu pembelajaran masih berpusat pada guru/ guru mendominasi. Setelah Model Pembelajaran Group Investigation dilakukan selama 2 siklus, diperoleh hasil yaitu siswa yang tuntas pada siklus I bertambah 12 siswa dengan total siswa yang tuntas 27 siswa dengan ketuntasan klasikal 71%, sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 11 siswa atau 39%. Meningkat lagi pada siklus II yaitu siswa yang tuntas bertambah 8 siswa menjadi 35 siswa dengan ketuntasan klasikal 92%.

2.3 Kerangka Pikir

Model Pembelajaran Group Investigation merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Ada empat unsur penting dalam Model Pembelajaran Group Investigation, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Siswa dalam Model Pembelajaran Group Investigation menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin, anggota

(17)

kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.

Tujuan Model Pembelajaran Group Investigation adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Secara garis besar Model Pembelajaran Group Investigation sangat mempengaruhi terhadap peningkatan hasil belajar siswa terutama hasil belajar Matematika pada siswa kelas VI SD Negeri Kuripan 02.

2.4 Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian ini penulis membuat hipotesis tindakan, Penerapan model pembelajaran Group Investigation diduga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas VI SD Negeri Kuripan 02 Kecamatan Subah Kabupaten Batang Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tampilan layout berisi tentang pembelajaran media Interaktif huruf Hijaiyah , ada kotak yang berisi huruf hijaiyah, cara menggunakan media pembelajaran

Sedangkan dua anggota yang memiliki konsep diri negative memiliki pemahaman tentang diri mereka sebagai penggemar yang cukup dalam sampai tahap mencintai idolanya dan

Struktur PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun..

Gambar 4.54 Nilai Faktor Keamanan Setelah Proses Penggalian Akibat Kenaikan Muka Air Laut .... Gambar 4.55 Faktor Keamanan Setelah Proses Penggalian,Pemancangan, dan

Selama proses penelitian, analisis dilakukan, akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan dasar untuk melacakterus kasus yang diteliti sampai diperoleh data anggota

Kulit kering atau xerosis adalah kelainan kulit terjadi akibat modifikasi lipid dan hidrasi yang terganggu pada sawar stratum korneum.. Perubahan struktur lipid pada

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diperoleh suatu rumusan masalah yaitu bagaimana membuat suatu alat pembangkit pola video untuk monitor komputer komputer yang

disebabkan oleh desain pembelajaran yang kurang menciptakan atau memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan penalaran logisnya. Upaya yang