• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 1 Struktur Hierarki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 1 Struktur Hierarki"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

* Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi Melalui Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Proces

EVALUASI PRIORITAS SPM (STANDAR

PELAYANAN MINIMUM) JALAN TOL

JAGORAWI DARI SISI PENGGUNA,

PENGELOLA JALAN TOL DAN AHLI

TRANSPORTASI

MELALUI PEMBOBOTAN DENGAN

METODE

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS*

Alexsander Sandrio

Binus University, Jl. KH. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat, 5345830, Xaverius_alexander@hotmail.com

Alexsander Sandrio, Eduardi Prahara

ABSTRAK

Jalan tol merupakan sarana transportasi yang memerlukan penanganan khusus untuk menjaga kenyamanan, keamanan serta keselamatan penggunanya. Maka dari itu dibuatlah SPM (Standar Pelayanan Minimum). Untuk melihat prioritas menurut beberapa bagian yang memiliki kaitan dengan jalan tol seta pemenuhan SPM (Standar Pelayanan Minimum) maka dilakukanlah penelitian ini. Untuk melihat prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) digunakan program Expert Choice dengan cara memasukan setiap kriteria dalam SPM (Standar Pelayanan Minimum) dan program Expert Choice akan mengeluarkan perbandingan yang dapat digunakan sebagai kuisioner. Hasil survei menggunakan kuisioner kemudian diolah menggunakan program Expert Choice dan hasil yang dikeluarkan merupakan prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) dari ketiga tipe responden. Dari hasil pengolahan data didapatkan keselamatan yang menjadi prioritas, kemudian dilakukan pengamatan dilapangan mengenai kriteria keselamatan yaitu kondisi jalan tol, penerangan dan ditambahkan kecepatan transaksi pembarayan dengan cara mengambil data waktu sebanyak 3 kali dan di tarik rata-ratanya. Hasil yang didapat adalah untuk penerangan dan kecepatan transaksi masih memenuhi standar. Namun untuk kondisi jalan tol masih di temukan lubang dan ketidakrataan pada badan jalan. Untuk itu dimasukan saran untuk mempercepat proses perbaikan bagi kerusakan atau ketidaksesuaian dengan SPM (Standar Pelayanan Minimum) dan menambah jumlah responden untuk meningkatkan nilai kepercayaan data. (AS).

Kata Kunci : Prioritas, Standar Pelayanan Minimum, Jalan Tol.

PENDAHULUAN

Jalan tol Jagorawi termaksud infrastuktur penting yang merupakan penghubung utama antara kota Jakarta dengan kota Bogor dan juga kota-kota lainya, sehingga menjadi sebuah penunjang yang memiliki andil besar dalam pertumbuhan ekonomi kota-kota yang terhubung. Menurut Legowo (2009), Instruksi Presiden (Inpres) nomor 13 tahun 1976 menjadi kerangka dasar pembangunan wilayah Jakarta dengan wilayah sekitarnya. Menurut Suprayitno (2012), jalan tol merupakan salah satu sarana vital yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi perindustrian suatu perekonomian. Tol Jagorawi memilki panjang jalan 59 km dan dioperasikan mulai tahun 1978 oleh PT. Jasa Marga yang merupakan jalan tol pertama yang dioperasikan. Jalan tol Jagorawi menghubungkan Jakarta, Cibubur, Citeureup, Bogor serta Ciawi.

(2)

* Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi Melalui Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Proces

Menurut Hermawan (2009), dalam upaya mempercepat peningkatan kehidupan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah mencanangkan melakukan pembangunan infrastruktur, diantaranya jalan untuk mendukung percepatan peningkatan aktivitas perekonomian dengan skala yang relatif cukup besar. Sebagai bagian dari pembangunan infrastruktur jalan, pemerintah telah menargetkan dilaksanakannya pembangunan jalan tol sepanjang 1150 km dalam kurun waktu 5 tahun (BPJT, 2007). Menurut Muljono (2013), transportasi merupakan urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional. Ini menyatakan transportasi dan infrastruktur sama-sama memiliki korelasi yang berfungsi sebagai penopang kehidupan suatu negara.

Jalan tol Jakarta-Bogor memiliki lintas harian rata-rata mencapai 581.911 perhari (menurut data dari situs jasa marga pertahun 2012), kemacetan serta antrian panjang di gerbang loket pembayaran tol merupakan pemandangan yang sudah biasa terlihat di tol Jagorawi terutama pada saat pagi dan sore yang merupakan saat pengendara pergi dan pulang kerja. Menurut Syahrizal (2012), diperlukan adanya keseimbangan volume lalu lintas yang terjadi terhadap luas jalan yang ada sehingga tidak terjadi kemacetan. Menurut Solidikin (2006), sistem pengumpulan tol yang dioperasikan di Indonesia masih menggunakan sistem konvensional (tradisional) yaitu sistem pengumpulan tol yang masih dilakukan secara manual baik pada sistem terbuka maupun sistem tertutup, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan antrian panjang terutama pada saat pagi (jam pergi kerja) dan sore (jam pulang kerja).

Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang telah ditetapkan oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) adalah ukuran yang harus dicapai dalam pelaksanaan penyelenggaraan jalan tol (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 392/PRT/M/2005 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan Tol). Sehingga pihak pengelola memiliki acuan untuk mengelolah dengan sebaik-baiknya, agar pengguna dapat menikmati jalan tol dengan aman, nyaman dan lebih menghemat waktu perjalanan.

Untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) tersebut, dibutuhkan penanganan yang professional dan mampu memberikan kenyamanan, keamananan, serta kemudahan bagi penggunanya. Menurut Hermawan, R et al., (2013), biaya tol yang dikenakan akan memberikan nilai lebih berupa penghematan biaya operasi kendaraan dan waktu, kenyamanan serta fasilitas yang lebih baik.

Gambar 1 Struktur Hierarki

dapat dijabarkan sebagai berikut, tujuan adalah mencari prioritas kemudian yang menjadi kriteria adalah substansi pelayanan yaitu kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksesibilitas, mobilitas, keselamatan dan unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan. Kemudian yang menjadi alternatif pertama adalah indikator dalam SPM seperti kekesatan, tidak ada lubang, ketidakrataan, kecepatan tempuh dalam kota, kecepatan tempuh luar kota, sarana pengatur lalu lintas, penerangan jalan umum wilayah perkotaan, pagar rumija, penanganan kecelakaan, pengamanan dan penegakan hukum, ambulans, patroli jalan raya, patroli jalan tol, sistem informasi kondisi lalu lintas, kendaraan rescue, kendaraan derek. Kemudian alternatif kedua adalah cakupan atau lingkupan seperti perambuan, marka jalan, reflektor, patok /1km, korban kecelakaan, kendaraan kecelakaan, LHR > 100.000 kendaraan perhari dan LHR < 100.000 kendaraan perhari. Setelah semua elemen yang

(3)

* Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi Melalui Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Proces

dibutuhkan dalam Expert Choice terpenuhi, maka program akan mulai menarik sebuah prioritas dari mulai alternatif paling bawah dengan cara membandingkan alternatif satu dengan alternatif yang lainnya berdasarkan nilai terbesar yang didapat dari hasil survei, untuk menentukan besaran bobot (1 hingga 9). Sebelum nya kita harus mencari jumlah minimum dari responden dengan menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin dapat juga di gunakan untuk mencari persentase kepercayaan data yang di uji. Rumus Slovinn dapat dilihat pada persamaan 1.

 

 .

...(1)

N

= Jumlah Populasi

n

= Jumlah Sample

e

= batas Kesalahan

METODE PENELITIAN

Berdasarkan Gambar 2, sistemasi pembuatan penelitian ini akan melalui tahapan sebagai berikut : a. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang menjadi faktor utama dilakukannya

penelitian ini, kemudian mengacu pada Standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol Jagorawi. b. Dari identifikasi tersebut, dilakukanlah studi pusaka dengan mencari teori serta referensi-referensi

yang berhubungan langsung dengan penerapan Standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol dan mencari metode untuk melakukan pengolahan data.

c. Setelah studi kasus, dilakukanlah pengambilan data dengan kuisioner dengan indikator sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol yang dibagikan kepada para responden yang terdiri dari pihak PT. Jasa Marga cabang Jagorawi bagian Standar Pelayanan Minimum (SPM) selaku pengelola, para ahli transportasi dan masyarakat atau pengguna jalan tol Jagorawi. Setelah data tersebut terkumpul, kemudian data diolah dengan menggunakan metode yang sama dengan yang di gunakan oleh Roseily pada jurnal Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) jalan tol jakarta-tangerang melalui pembobotan dengan metode analytical hierarchy proces namun dengan lokasi penelitian yang berbeda , yaitu pada ruas tol Jagorawi.

d. Setelah mendapatkan data, kemudian dilakukan analisis data menggunakan metode Analytic Hierarchy Process, yaitu metode matematika yang merumuskan masalah pengambilan keputusan dengan memecah-mecahkan kriteria dari setiap substansi pelayanan secara bertingkat (hierarki) untuk dapat dinilai secara numerik sehingga terlihat mana substansi yang memiliki prioritas lebih tinggi dan berpengaruh paling besar dalam suatu kondisi tersebut (Roseily (2013)).

Metode ini diterapkan ke dalam pengolahan data secara komputerisasi dengan bantuan program berbasis Analytic Hierarchy Process (AHP) yaitu Expert Choice versi 11. Data dari setiap responden diinput ke dalam program untuk mendapatkan hasil berupa peringkat hasil pembobotan dari setiap substansi pelayanan dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol. Dari data ini dapat terlihat mana yang paling berpengaruh terhadap pemenuhan Standar Pelayanan Minimum (SPM) di ruas tol Jagorawi sekaligus menjadi prioritas berdasarkan indikator di dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol ruas Jagorawi.

e. Setelah semua data dari kuisioner yang telah disebarkan di olah, akan didapatkan prioritas-prioritas berdasarkan ketiga tipe responden (pihak PT. Jasa Marga cabang Jagorawi bagian Standar Pelayanan Minimum (SPM) selaku pengelola, para ahli transportasi dan masyarakat atau pengguna jalan tol Jagorawi ). Yang kemudian disusun agar dapat terlihat dengan jelas.

f. Dari hasil data yang didapat, kemudian data dari pengguna jalan tol Jagorawi dibandingkan dengan data pengguna jalan tol Jakarta-Tanggerang (Roseily(2013)).

g. Setelah itu, kemudian dilakukan survei lapangan untuk melihat dan membuktikan pemenuhan kriteria Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang menjadi prioritas.

h. Tahap berikutnya adalah membuat kesimpulan mengenai bagian Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang belum terpenuhi dan memasukan saran yang membangun.

(4)

* Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi Melalui Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Proces

Gambar 2 Bagan Alir Tahapan Penelitian

HASIL DAN BAHASAN

Tabel 1 Tipe Responden

Tipe Responden Jumlah Responden Persentase

Pengguna jalan tol Jagorawi 80 orang 80 %

Karyawan PT. Jasa Marga cabang Jagorawi 10 Orang 10 %

Ahli transportasi 10 Orang 10 %

Sumber : Survey Lapangan di Jalan Tol Jagorawi, 2014

Pengambilan data atau penyebaran lembar kuisioner untuk responden pengguna jalan dilakukan di beberapa titik peristirahatan jalan tol Jagorawi, yaitu 2 tempat peristirahatan dari arah Jakarta dan 2 tempat peristirahatan dari arah Ciawi. Kemudian untuk karyawan PT. Jasa Marga cabang Jagorawi pada kantor PT Jasa Marga cabang jagorawi yang terletak di jalan Taman Mini Indonesia Indah Jakarta dan ahli-ahli transportasi di beberapa universitas yang memiliki jurusan teknik sipil yang berada di wilayah DKI Jakarta. Untuk menentukan jumlah responden, maka di gunakanlah rumus Slovin. Menurut Setiawan, N. (2007), Rumus Slovin masih memberikan kebebasan untuk menentukan nilai batas kesalahan.

100 

544714

1  544714. 



e = 0,1000 atau 10 %

Berdasarkan LHR (Lintas Harian Rata-rata) jalan tol Jagorawi tahun 2013 sebesar 544.714 kendaraan/hari, perhitungan menggunakan rumus Slovin mendapatkan nilai eror sebesar 10% atau nilai kepercayaan data sebesar 90%.

(5)

* Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi Melalui Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Proces

Rentang Usia Jumlah Responden Persentase

17-19 8 Orang 10% 20-24 20 Orang 25% 25-29 12 Orang 15% 30-34 10 Orang 13% 35-39 8 Orang 10% 40-44 6 Orang 8% 45-49 6 Orang 8% 50-54 6 Orang 8% 55-60 4 Orang 5% Total 80 Orang 100%

Sumber : Survey Lapangan di Jalan Tol Jagorawi, 2014

Pada tabel 2 dapat dilihat usia responden di tentukan antara 17 tahun hingga usia 60 tahun agar responden tidak merasa kesulitan dan masih dapat dengan mudah dalam mengingat apa yang secara langsung pernah di rasakan mengenai pelayanan minimum jalan tol.

Tabel 2 Hasil Analisa Pembagian Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Responden Persentase

Mahasiswa 48 Orang 60%

Pelajar 16 Orang 20%

Pegawai negri 12 Orang 15%

Pegawai swasta 4 Orang 5%

Total 80 Orang 100%

Sumber : Survey Lapangan di Jalan Tol Jagorawi, 2014

Untuk pembagian responden berdasarkan pekerjaan pada tabel 3, banyak didominasi oleh mahasiswa atau mahasiswi, dikarenakan penyebaran kuisioner dilakukan pada saat hari libur, sehingga responden pengguna jalan tol banyak yang merupakan mahasiswa atau mahasiswi yang sedang melangsungkan liburan. Selain itu pelajar kebanyakan merupakan penumpang dari kendaraan yang di kemudikan oleh orang tua yang bekerja sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri.

Tabel 3 Hasil Analisa Pembagian Responden Berdasarkan Jarak Tempuh Jarak Perjalanan Jumlah Responden Persentase

Jauh 58 Orang 73%

Dekat 22 Orang 28%

Total 80 Orang 100%

Sumber : Survey Lapangan di Jalan Tol Jagorawi, 2014

Pembagian responden berdasarkan jarak tempuh pejalanan pada tabel 4, di dominasi oleh pengendara yang melakukan perjalanan jarak jauh seperti dari Jakarta menuju Bogor dan Tanggerang menuju Bogor atau yang menuju Sukabumi melalui tol Jagorawi.

Tabel 4 Hasil Analisa Pembagian Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan Jenis Kendaraan Jumlah Responden Persentase

Berat 13 Orang 16%

Ringan 67 Orang 84%

Total 80 Orang 100%

Pembagian responden berdasarkan jenis kendaraan pada tabel 5, didominasi oleh kendaraan ringan. Kendaraan berat yang ada hampir keseluruhannya mengantarkan barang seperti kendaraan

(6)

* Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi

Hierarchy Proces

bermotor, material semen dan lain sebagainya ke luar kota, seperti dari Gunung Putri ke Jakarta, namun ada juga bis rombongan yang mengantarkan penumpang dari Sukabumi menuju Taman Mini Indonesia Indah.

Tabel 5 Hasil Analisa Responden Berdasarkan Pengemudi atau Penumpang

Pengemudi atau Penumpang

Pengemudi Penumpang

Total

Sumber : Survey Lapangan di Jalan Tol Jagorawi, 2014 Pembagian responden

pengemudi dibandingkan penumpang, dengan perbedaan mencapai hampir setengah nya.

Hasil Pengolahan Data dari Pengguna Jalan Tol Jagorawi

Hasil yang didapat dari pengolahan data untuk data tingkat kepentingan kriteria adalah, keselamatan lalu lintas menjadi prioritas dengan nilai sebesar 29,1 %. Kemudian, untuk unit pertolongan, penyelamatan dan pelayanan mendapatkan nilai sebesar 20,2 %, un

nilai sebesar 18,4 %, untuk mobilitas mendapatkan nilai sebesar 11,3 %. Kemudian disusul dengan aksesibilitas yang mendapatkan nilai sebesar 10,9 % dan yang terakhir adalahkecepatan tempuh rata rata dengan nilai sebesar 1

dilihat pada gambar 3. Dengan nilai inkonsistensi 0,613 %, menurut Primantari, L (2008), batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beber eksperimen dan pengalaman tingkat inkonsistensi sebesar 10 % kebawah adalah tingkat inkonsisten yang masih bisa diterima. Masih menurut Primantari, L (2008), lebih dari itu harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapa

Gambar 3 Hasil Pengolahan Data Tingkat Kepentingan Kriteria dari Responden Pengguna Jalan Tol

Hasil Pengolahan Data dari Ahli Transportasi

Diperlukan pandangan dari sisi ahli transportasi, untuk lebih mengetahui secara lebih detail, mana yang menjadi sebuah prioritas dalam SPM (Standar Pelayanan Minimum). Ahli transportasi yang menjadi responden tentunya yang sudah pernah melewati jalan tol

merasakan sendiri tentang SPM (Standar Pelayanan Minimum). Hasil yang didapatkan adalah, keselamatan lalu lintas yang menjadi prioritas dengan nilai sebesar 29,9 %, kemudian unit pertolongan, penyelamatan dan pelayanan mendapatkan

nilai sebesar 14,3 %, mobilitas dengan nilai sebesar 12,8 %, aksesibilitas dengan nilai 10,1 5 dan yang terakhir adalah kecepatan tempuh rata

program Expert Choice dapat dilihat pada gambar 4

Primantari, L (2008), batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman tingkat inkonsi

kebawah adalah tingkat inkonsisten yang masih bisa diterima. Masih menurut Primantari, L (2008), lebih dari itu harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus pada suatu kesalahan.

Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi Melalui Pembobotan dengan Metode

bermotor, material semen dan lain sebagainya ke luar kota, seperti dari Gunung Putri ke Jakarta, namun ada juga bis rombongan yang mengantarkan penumpang dari Sukabumi menuju Taman Mini

esponden Berdasarkan Pengemudi atau Penumpang

Pengemudi atau Penumpang Jumlah Responden Persentase

49 Orang 61%

31 Orang 39%

80 Orang 100%

Sumber : Survey Lapangan di Jalan Tol Jagorawi, 2014

Pembagian responden berdasarkan pengemudi atau penumpang pada tabel pengemudi dibandingkan penumpang, dengan perbedaan mencapai hampir setengah nya.

Hasil Pengolahan Data dari Pengguna Jalan Tol Jagorawi

Hasil yang didapat dari pengolahan data untuk data tingkat kepentingan kriteria adalah, keselamatan lalu lintas menjadi prioritas dengan nilai sebesar 29,1 %. Kemudian, untuk unit pertolongan, penyelamatan dan pelayanan mendapatkan nilai sebesar 20,2 %, untuk kondisi jalan tol mendapatkan nilai sebesar 18,4 %, untuk mobilitas mendapatkan nilai sebesar 11,3 %. Kemudian disusul dengan aksesibilitas yang mendapatkan nilai sebesar 10,9 % dan yang terakhir adalahkecepatan tempuh rata rata dengan nilai sebesar 10,2 %. Hasil perhitungan menggunakan program

. Dengan nilai inkonsistensi 0,613 %, menurut Primantari, L (2008), batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beber eksperimen dan pengalaman tingkat inkonsistensi sebesar 10 % kebawah adalah tingkat inkonsisten yang masih bisa diterima. Masih menurut Primantari, L (2008), lebih dari itu harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus pada suatu kesalahan.

Hasil Pengolahan Data Tingkat Kepentingan Kriteria dari Responden Pengguna Jalan Tol Jagorawi

Hasil Pengolahan Data dari Ahli Transportasi

Diperlukan pandangan dari sisi ahli transportasi, untuk lebih mengetahui secara lebih detail, mana yang menjadi sebuah prioritas dalam SPM (Standar Pelayanan Minimum). Ahli transportasi yang menjadi responden tentunya yang sudah pernah melewati jalan tol Jagorawi, sehingga sudah merasakan sendiri tentang SPM (Standar Pelayanan Minimum). Hasil yang didapatkan adalah, keselamatan lalu lintas yang menjadi prioritas dengan nilai sebesar 29,9 %, kemudian unit pertolongan, penyelamatan dan pelayanan mendapatkan nilai sebesar 24,1 %, kondisi jalan tol dengan nilai sebesar 14,3 %, mobilitas dengan nilai sebesar 12,8 %, aksesibilitas dengan nilai 10,1 5 dan yang terakhir adalah kecepatan tempuh rata-rata dengan nilai 8,8 %. Hasil perhitungan menggunakan dapat dilihat pada gambar 4. Dengan nilai inkonsistensi sebesar 2 %, menurut Primantari, L (2008), batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman tingkat inkonsi

kebawah adalah tingkat inkonsisten yang masih bisa diterima. Masih menurut Primantari, L (2008), lebih dari itu harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus

Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Melalui Pembobotan dengan Metode Analytical bermotor, material semen dan lain sebagainya ke luar kota, seperti dari Gunung Putri ke Jakarta, namun ada juga bis rombongan yang mengantarkan penumpang dari Sukabumi menuju Taman Mini

pada tabel 6, didominasi oleh pengemudi dibandingkan penumpang, dengan perbedaan mencapai hampir setengah nya.

Hasil yang didapat dari pengolahan data untuk data tingkat kepentingan kriteria adalah, keselamatan lalu lintas menjadi prioritas dengan nilai sebesar 29,1 %. Kemudian, untuk unit pertolongan, tuk kondisi jalan tol mendapatkan nilai sebesar 18,4 %, untuk mobilitas mendapatkan nilai sebesar 11,3 %. Kemudian disusul dengan aksesibilitas yang mendapatkan nilai sebesar 10,9 % dan yang terakhir adalahkecepatan tempuh

rata-0,2 %. Hasil perhitungan menggunakan program Expert Choice dapat . Dengan nilai inkonsistensi 0,613 %, menurut Primantari, L (2008), batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman tingkat inkonsistensi sebesar 10 % kebawah adalah tingkat inkonsisten yang masih bisa diterima. Masih menurut Primantari, L (2008), lebih dari itu harus ada revisi

t menjurus pada suatu kesalahan.

Hasil Pengolahan Data Tingkat Kepentingan Kriteria dari Responden Pengguna Jalan Tol

Diperlukan pandangan dari sisi ahli transportasi, untuk lebih mengetahui secara lebih detail, mana yang menjadi sebuah prioritas dalam SPM (Standar Pelayanan Minimum). Ahli transportasi yang Jagorawi, sehingga sudah merasakan sendiri tentang SPM (Standar Pelayanan Minimum). Hasil yang didapatkan adalah, keselamatan lalu lintas yang menjadi prioritas dengan nilai sebesar 29,9 %, kemudian unit nilai sebesar 24,1 %, kondisi jalan tol dengan nilai sebesar 14,3 %, mobilitas dengan nilai sebesar 12,8 %, aksesibilitas dengan nilai 10,1 5 dan yang rata dengan nilai 8,8 %. Hasil perhitungan menggunakan . Dengan nilai inkonsistensi sebesar 2 %, menurut Primantari, L (2008), batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman tingkat inkonsistensi sebesar 10 % kebawah adalah tingkat inkonsisten yang masih bisa diterima. Masih menurut Primantari, L (2008), lebih dari itu harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus

(7)

* Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi

Hierarchy Proces

Gambar 4 Hasil Pengolahan Data Tingkat Kepentingan Kriteria dari Responden Ahli Transportasi

Hasil Pengolahan Data dari Karyawan PT. Jasa Marga Cabang Jagorawi

Karyawan PT. Jasa Marga cabang Jagorawi dibagian SPM (Standar Pelayanan Minimum) menjadi tipe responden ke 3 yang datanya telah diambil dan dibagikan secara acak. Keselamatan lalu lintaslah yang menjadi prioritas dengan nilai sebesar 44,8 %, kemudian disusul oleh unit pertolongan, penyelamatan dan pelayanan dengan nilai sebesar 17,5 %, kondisi jalan tol denga

%, kecepatan tempuh rata

yang terakhir adalah aksesibilitas dengan nilai sebesar 7,1 %. Hasil perhitungan menggunakan program Expert Choice

Primantari, L (2008), batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman tingkat inkonsistensi sebesar 10 % kebawah adalah tingkat inkonsisten yang masih bisa diterima. Masih menurut Primantari, L (2008), lebih dari itu harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus pada suatu kesalahan.

Gambar 5 Hasil Pengolahan Data Tingkat

Perbandingan dengan Pengguna Jalan Tol Jakarta Tanggerang

Untuk melihat apakah ada kesamaan mengenai prioritas SPM (standar Pelayanan Minimum) maka dilakukanlah perbandingan denga

2013)).

Tabel 7 Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya

Tingkat Kepentingan

Kriteria

1 Keselamatan Lalu Lintas ( 2

Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi Melalui Pembobotan dengan Metode

asil Pengolahan Data Tingkat Kepentingan Kriteria dari Responden Ahli Transportasi

Hasil Pengolahan Data dari Karyawan PT. Jasa Marga Cabang Jagorawi

Karyawan PT. Jasa Marga cabang Jagorawi dibagian SPM (Standar Pelayanan Minimum) menjadi e 3 yang datanya telah diambil dan dibagikan secara acak. Keselamatan lalu lintaslah yang menjadi prioritas dengan nilai sebesar 44,8 %, kemudian disusul oleh unit pertolongan, penyelamatan dan pelayanan dengan nilai sebesar 17,5 %, kondisi jalan tol denga

%, kecepatan tempuh rata-rata dengan nilai sebesar 10,5 %, mobilitas dengan nilai sebesar 7,5 % dan yang terakhir adalah aksesibilitas dengan nilai sebesar 7,1 %. Hasil perhitungan menggunakan Expert Choice dapat dilihat pada gambar 5. Dengan nilai inkonsistensi 4 %, menurut Primantari, L (2008), batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman tingkat inkonsistensi sebesar 10 % gkat inkonsisten yang masih bisa diterima. Masih menurut Primantari, L (2008), lebih dari itu harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus

Hasil Pengolahan Data Tingkat Kepentingan Kriteria dari Responden Karyawan PT. Jasa Marga Cabang Jagorawi

Perbandingan dengan Pengguna Jalan Tol Jakarta Tanggerang

Untuk melihat apakah ada kesamaan mengenai prioritas SPM (standar Pelayanan Minimum) maka dilakukanlah perbandingan dengan data terdahulu (pengguna jalan tol Jakarta

Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya

Pengguna Jalan Tol Jagorawi (Sandrio,2014)

Pengguna Jalan Tol Jakarta Tanggerang

Keselamatan Lalu Lintas (29,1%) Keselamatan Lalu Lintas ( Unit Pertolongan, Penyelamatan

dan Pelayanan (20,2%) Kondisi Jalan Tol (21,0%)

Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Melalui Pembobotan dengan Metode Analytical asil Pengolahan Data Tingkat Kepentingan Kriteria dari Responden Ahli Transportasi

Karyawan PT. Jasa Marga cabang Jagorawi dibagian SPM (Standar Pelayanan Minimum) menjadi e 3 yang datanya telah diambil dan dibagikan secara acak. Keselamatan lalu lintaslah yang menjadi prioritas dengan nilai sebesar 44,8 %, kemudian disusul oleh unit pertolongan, penyelamatan dan pelayanan dengan nilai sebesar 17,5 %, kondisi jalan tol dengan nilai sebesar 12,6 rata dengan nilai sebesar 10,5 %, mobilitas dengan nilai sebesar 7,5 % dan yang terakhir adalah aksesibilitas dengan nilai sebesar 7,1 %. Hasil perhitungan menggunakan . Dengan nilai inkonsistensi 4 %, menurut Primantari, L (2008), batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman tingkat inkonsistensi sebesar 10 % gkat inkonsisten yang masih bisa diterima. Masih menurut Primantari, L (2008), lebih dari itu harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus

Kepentingan Kriteria dari Responden Karyawan PT. Jasa

Untuk melihat apakah ada kesamaan mengenai prioritas SPM (standar Pelayanan Minimum) maka n data terdahulu (pengguna jalan tol Jakarta-tanggerang. (roseily,

Pengguna Jalan Tol Jakarta Tanggerang (RoseilyF, 2013)

Keselamatan Lalu Lintas (26,8%) Kondisi Jalan Tol (21,0%)

(8)

* Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi Melalui Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Proces

3 Kondisi Jalan Tol (18,4%) Unit Pertolongan, Penyelamatan dan Pelayanan (16,9%)

4 Mobilitas (11,3%) Mobilitas (16,0%)

5 Aksesibilitas (10,9%) Aksesibilitas (10,7%)

6 Kecepatan Tempuh Rata-rata

(10,2%) Kecepatan Tempuh Rata-rata (8,5%)

Dari data pengguna jalan tol Jagorawi dan data jalan tol Jakarta-Tanggerang (Roseily, 2013) didapatkan kesamaan hasil pada prioritas utama, dimana keselamatan lalu lintas lah yang menjadi prioritas. Kemudian untuk data jalan tol Jakarta-Tanggerang (Roseily, 2013), diikuti dengan kondisi jalan tol, unit pertolongan, penyelamatan, dan keselamatan, mobilitas, aksesibilitas dan yang terakhir adalah kecepatan tempuh rata-rata. Sedangkan untuk jalan tol Jagorawi diawali dengan keselamatan lalu lintas, unit pertolongan, penyelamatan, dan keselamatan, kondisi jalan tol, mobilitas, aksesibilitas dan yang terakhir adalah kecepatan tempuh rata-rata.

Disini dapat dilihat, kriteria SPM (Standar Pelayanan Minimum) dijalan tol Jagorawi dan jalan tol Jakarta-Tanggerang memiliki tingkat prioritas yang hampir sama secara keseluruhan bila melihat tingkat kesalahan data sebesar 10 % dan tingkat kepercayaan data mencapai 90 % setelah di hitung dengan menggunakan rumus (persamaan 4.1). Misalnya kriteria keselamatan, hasil perhitungan data pengguna jalan tol Jagorawi dengan menggunakan program adalah 29,1 %, bila dikurangi tingkat kesalahan sebesar 10 %, maka hasil yang didapat adalah 26,19 %. Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil yang didapat dari pengguna jalan tol Jakarta-Tanggerang sebesar 26,8 % (Roseily, 2013).

Maka dilakukanlah survei lapangan untuk melihat bagaimana penunjang keselamatan yang merupakan prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum), seperti ada atau tidaknya lubang dan lampu penerangan pada malam hari. Karena kedua faktor tersebut merupakan kriteria yang berkaitan erat dengan keselamatan pengguna jalan tol. Kemudian akan ditambahkan kecepatan transaksi untuk mendukung aksesibilitas yang berhubungan dengan kenyamanan pengguna jalan tol, gardu pintu tol yang diambil datanya diambil secara acak, dimana gardu pintu tol yang dilewati kendaraan paling banyak, yaitu gardu pintu tol dari Jakarta menuju Bogor dan gardu pintu tol dari Ciawi menuju Jakarta.

Hasil Survei Lapangan

Selain hasil data survei dengan menggunakan kuisioner, dilakukan juga survei lapangan dengan melihat mengamati lubang yang ada di badan jalan serta lampu penerangan jalan dikarenakan dari hasil survei dengan menggunakan kuisioner mendapatkan keselamatan lalu lintas yang menjadi prioritas. Kemudian ditambahkan juga penghitungan kecepatan transaksi di gardu pembayaran. Jalan yang mulus tanpa ada lubang serta lampu penerangan menjadi suatu faktor penting penunjang keselamatan lalu lintas. Dari hasil pengamatan langsung ke lokasi (jalan tol Jagorawi), didapatkan lampu penerangan yang berfungsi adalah sebanyak 100 % pada malam hari, namun untuk lubang, masih ditemukan lubang dibeberapa titik. Untuk lubang dan kecepatan transaksi di gerbang tol di ambil secara ajak dan dilakukan pengambilan sebanyak 3 kali di masing-masing gerbang loket pembayaran, yaitu pada jalan tol dan gerbang tol Jakarta-Bogor serta Ciawi-Jakarta kemudian dibuat rata-rata waktu yang didapatkan. Pada tabel 8 hingga tabel 11 akan dijelaskan mengenai hasil survey lapangan.

Tabel 8 Kecepatan Transaksi Gerbang Tol Arah Jakarta – Bogor

Gerbang tol Jakarta - Bogor

Pengambilan

I Pengambilan II Pengambilan III a. Cimanggis (Tertutup) 5,28 detik 4,97 detik 4,21 detik

b. Bogor (Terbuka) 8,45 detik 9,23 detik 10,22 detik

Tabel 4.8 menunjukan 3 kali pengambilan pengitungan waktu kecepatan transaksi. Pengambilan waktu kecepatan transaksi dilakukan pada hari dan waktu yang berbeda. Termaksud pada pagi hari

(9)

* Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi Melalui Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Proces

dan malam hari kemudian pada hari libur dan hari biasa. Setelah diambil waktu kecepatan transaksi sebanyak 3 kali, di buat lah rata-rata yang ditulis pada tabel 4.10.

Tabel 9 Kecepatan Transaksi Gerbang Tol Ciawi – Jakarta

Gerbang tol Ciawi - Jakarta

Pengambilan I Pengambilan II Pengambilan III a. Ciawi (Tertutup) 3,86 detik 3,29 detik 5,28 detik b. Cimanggis utama

(Terbuka) 5,32 detik 4,98 detik 6,62 detik

Tabel 9 menunjukan 3 kali pengambilan pengitungan waktu kecepatan transaksi. Pengambilan waktu kecepatan transaksi dilakukan pada hari dan waktu yang berbeda. Termaksud pada pagi hari dan malam hari kemudian pada hari libur dan hari biasa. Setelah diambil waktu kecepatan transaksi sebanyak 3 kali, di buat lah rata-rata yang ditulis pada tabel 11.

Tabel 10 Keberadaan Lubang dan Kecepatan Transaksi Tol arah Jakarta – Bogor

Jakarta - Bogor

1. Lubang km10, km 11 dan km 12

2. Gerbang tol

a. Cimanggis (Tertutup) 4,82 detik

b. Bogor (Terbuka) 9,33 detik

Tabel 10 menujukan keberadaan lubang yang ada pada badan jalan arah Jakarta-Bogor dan juga hasil perhitungan rata-rata kecepatan transaksi yang dihitung berdasarkan data yang ditulis pada tabel 8.. Tabel 11 Keberadaan Lubang Serta Kecepatan Transaksi arah Ciawi Jakarta

Ciawi - Jakarta

1. Lubang km 23, km 19, km 18 dan km 16

2. Gerbang tol

a. Ciawi (Tertutup) 4,14 detik

b. Cimanggis utama (Terbuka) 5,64 detik

Tabel 11 menujukan keberadaan lubang yang ada pada badan jalan arah Ciawi-Jakarta dan juga hasil perhitungan rata-rata kecepatan transaksi yang dihitung berdasarkan data yang ditulis pada tabel 9.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data dalam penulisan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan. Berikut adalah kesimpulan yang didapatkan.

1. Hasil yang didapat dari program AHP (Analitical Hierarchy Process) menunjukan keselamatan lalu lintas adalah prioritas, hal ini berdasarkan hasil pembobotan nilai, dimana nilai kriteria keselamatan menjadi yang paling besar, atau paling banyak dipilih oleh responden.

2. Dari perbandingan hasil analisa berdasarkan tingkat kepentingan kriteria jalan tol Jagorawi dan data jalan tol Jakarta-Tanggerang (Roseily (2013) ) didapatkan kesamaan hasil pada prioritas utama, dimana keselamatan lalu lintas yang menjadi prioritas. Namun susunan prioritas kriteria yang lain berbeda.

3. Dari hasil survei langsung ke lokasi (tol Jagorawi) untuk melihat pemenuhan kriteria lubang dan lampu penerangan dimana kedua kriteria tersebut berkaitan erat dengan keselamatan lalu lintas yang menjadi prioritas, masih didapatkan lubang dibeberapa titik badan jalan antara arah Jakarta-Bogor dan arah Ciawi-Jakarta. Untuk lampu penerangan jalan umum didapatkan seluruh lampu penerangan menyala pada malam hari dan berfungsi dengan baik. Pada survei langssung dilapangan ditambahkan pula pengamatan kecepatan transaksi di gardu pintu tol, hasil yang

(10)

* Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi Melalui Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Proces

didapatkan adalah seluruh pintu tol berada diatas standar yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM).

Saran

Saran diambil dari tujuan penulisan serta hasil yang didapat dari proses pengolahan data serta survei atau pengamatan langsung dilapangan. Saran yang dibuat merupakan saran yang membangun, agar kedepannya didapatkan jalan tol yang benar-benar dapat menunjang pertumbuhan ekonomi serta pengembangan daerah di seluruh Indonesia dan pembuatan karya tulis yang lebih baik. Saran-saran yang telah di rangkum adalah :

1. Mempercepat perbaikan atas kerusakan atau kekurangan yang tidak sesuai dengan atau yang ada dibawah standar dalam SPM (Standar Pelayanan Minimum) jalan tol.

2. Untuk meningkatkan persentase nilai kepercayaan data, bisa dilakukan dengan menambah jumlah responden. Untuk mendapatkan tingkat kepercayaan data hingga 95%, maka jumlah responden harus sebanyak 400 orang (berdasarkan persamaan 4.1).

REFRENSI

Ahmad, M. (2005). Dasar-dasar Teknik Transportasi. Jogjakarta: Beta Offset. Cochran, W. (1991) Teknik penarikan sampel. Jakarta: Universitas Indonesia.

Direktorat Jenderal Bina Marga nomor 018/T/BNKT/1990. Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan jalan Kota.

Hermawan, R. (2009). Kajian Ulang penentuan tarif dan sistem penggolongan kendaraan jalan tol di Indonesia. Jurnal Teknik Sipil Volume 16 Nomor 2. Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil. Bandung: Institute Teknologi Bandung.

Hermawan, R et al. (2013). Hubungan Antara Variasi Tarif Tol dengan Pendapatan dan Tingkat Pelayanan. Jurnal Teknik Sipil Volume 16 Nomor 2. Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil. Bandung: Institute Teknologi Bandung.

Keputusan Mentri Pekerjaan Umum nomor 370/KPTS/M/2007. (2007). Penetapan Golongan Jenis Kendaraan Bermotor Pada Ruas Jalan Tol Yang Sudah Beroperasi Dan Besarnya Tarif Tol Pada Beberapa Ruas Jalan Tol.

Legowo, P. (2009). Dampak Keterkaitan Infrastruktur Jaringan Jalan Terhadap Pertumbuhan Sektoral Wilayah di Jabodetabek. Siposium XII FSTPT, Universitas Kristen Petra Surabaya, 14 November 2009.

Menteri Pekerjaan Umum. (2005). Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 295/PRT/M/2005 Tentang Badan Pengatur Jalan Tol. Jakarta : Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Menteri Pekerjaan Umum. (2005). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 392/PRT/M/2005

Tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol. Jakarta : Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia.

Miro, F. (2005). Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana dan Praktisi. Jakarta : Erlangga.

Muljono, S et al. (2013). Dampak Pembangunan Jalan Terhadap Pendapatan Faktor Produksi Intra Dan Inter Regional KBI-KTI. Teknik Sipil : Jurnal Transportasi Volume 10 Nomor 2: 99-100. Nasution, S.R. (2013). Proses Hirarki Analitik Dengan Expert Choice 2000 Untuk Menentukan

Fasilitas Pendidikan Yang Diinginkan Kondumen. Jurnal Fakultas Teknik, Teknik Industri Volume 26 Nomor 2. tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Pancasila.

Oglesby, C., Hicks, R. (1996). Teknik Jalan Raya. Jakarta: Erlangga.

Presiden Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol.

Primantari, L. (2008). Aplikasi Analitical Hierarchy Process (AHP) Pada Pemeberdayaan Landas Pacu Bandara Internasional Adisumarmo Surakarta. Tesis S2 Fakultas Teknik ,Teknik Sipil. tidak diterbitkan. Surakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.

Retnoningsih, D. (2011). Pemanfaatan Aplikasi Expert Choice Sebagai Alat Bantu Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Kasus: Pemilihan Program Studi Di Universitas Sahid Surakarta). Roseily, S. (2013). Evaluasi Prioritas Standar Pelayanan Minimum Jalan Tol Jakarta-Tanggerang Melalui Pembobotan dengan Metode Analytic Hierarcy Process. Skripsi Tidak di Terbitkan. Jakarta: Jurusan Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara.

(11)

* Evaluasi Prioritas SPM (Standar Pelayanan Minimum) Jalan Tol Jagorawi dari Sisi Pengguna, Pengelola Jalan Tol dan Ahli Transportasi Melalui Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Proces

Saaty, Thomas L. (1990). European Journal of Operational Research 48 : How to make a decision: The Analytic Hierarchy Process. North Holland : Elsevier Science Publishers B.V., p 9-26. Solidikin. (2006). Kajian Masalah Antrian pada Sistem Pengumpulan Tol Konvensional Terhadap

Rancangan Sistem Pengumpulan Tol Elektronik. Tesis S2. Program Pasca Sarjana, Teknik Sipil. Tidak diterbitkan. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

Supardi. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Change Publication. Jurnal Penelitian Jurusan Sipil, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Suprayitno, B. (2012). Privatisasi jalan tol sebagai solusi dalam mempercepat terwujudnya infrastruktur jalan tol yang memadai di indonesia. Jurnal Economia Volume 8 Nomor 1. tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta.

Syahrizal, R. (2012). Pemetaan Perkembangan Tata Guna Lahan pada Jalan Tol Kota Makasar. Toto, S dan Nanang, G. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: CV Pusaka Setia. Warpani, S. (2002). Pengelolah lalu lintas dan angkutan jalan. Bandung: ITB.

Yani, A et al. (2012). Evaluasi Jenis dan Tingkat Kerusakan dengan Menggunakan Metode Pavement Condition Index (PCI) (Studi Kasus: Jalan Arifin Ahmad, Dumai 13+000-19+800).

RIWAYAT HIDUP

Alexsander Sandrio lahir di Jakarta pada tanggal 18 Oktober 1990, Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam Bidang Teknik Sipil pada tahun 2014.

Gambar

Gambar 1 Struktur Hierarki
Gambar 2 Bagan Alir Tahapan Penelitian
Tabel 2 Hasil Analisa Pembagian Responden Berdasarkan Pekerjaan  Pekerjaan  Jumlah Responden  Persentase
Tabel 5 Hasil Analisa Responden Berdasarkan Pengemudi atau Penumpang Pengemudi atau Penumpang
+4

Referensi

Dokumen terkait

35 George R. Terry, Asas-asas Manajemen, Terj.. Di samping itu, dengan perencanaan dakwah akan mempermudah pemimpin dakwah melakukan pengawasan dan penelitian

Penelitian ini akan meneliti pengalaman belanja sebelumnya, orientasi kenikmatan belanja, orientasi harga, orientasi kenyamanan, orientasi merek dan orientasi kualitas.

imanentinis procesas. Kraštutinio idealistinio požiūrio laikėsL A. Toinbis, viso istofijos pro­ ceso priežasčių ieškojęs „dievo apreiškime&#34;. Jokia visuomenė,

Dilihat dari elastisitas produksi dan daerah produksi dalam proses produksi dapat diketahui bahwa faktor-faktor produksi berupa luas lahan, pupuk organik, pupuk

Membuat alat pengontrol hak akses kunci pintu dalam penggunaan ruangan, sehingga diharapkan security tidak perlu bergerak berpindah tempat untuk mengontrol siapa

Mitra Tim KKN-PPM UNDIP adalah petani di desa Montongsari, khususnya yang bergabung dengan Kelompok Tani Maju I dan Kelompok Tani Maju II. Kegiatan ini

terletak di bagian selatanwilayah Kabupaten Indragiri Hulu yang mengarah ke perbatasan dengan Provinsi Jambi, di mana terdapat komplek Bukit Tigapuluh dan perbukitan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor '125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor