• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

10

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah sebuah hasil survei yang disusun oleh Wiranatha dan Pujaastawa (2011), suatu penelitian oleh Pusat Penelitian Kebudayaan Dan Pariwisata Universitas Udayana bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Provinsi Bali. Merupakan sebuah hasil survei berkala setiap tahunnya yang menyajikan informasi mengenai persentase wisatawan nusantara dari keseluruhan jumlah penumpang domestik yang meninggalkan Bali melalui dua pintu gerbang utama. Dua pintu gerbang utama tersebut yaitu terminal keberangkatan domestik Bandara Ngurah Rai bagi wisatawan nusantara yang meninggalkan Bali melalui udara, dan juga Pelabuhan Gilimanuk bagi wisatawan nusantara yang meninggalkan Bali melalui jalur penyebrangan laut. Di samping itu hasil survei ini juga menyajikan informasi mengenai karakteristik demografis dan geografis wisatawan nusantara, serta persepsi wisatawan nusantara terhadap daya tarik wisata di Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik dan mengeksplorasi persepsi wisatawan nusantara terhadap daya tarik wisata serta faktor-faktor penunjang terkait dengan kepariwisataan Bali.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terdapat pada lokasi tempat persebaran kuesioner jika penelitian ini memilih Pelabuhan Gilimanuk sebagai tempat persebaran kueseioner, namun pada penelitian sebelumnya memilih tiga pintu gerbang utama Bali, yaitu Pelabuhan Padang Bai, Pelabuhan Gilimanuk, Bandara Ngurah Rai sebagai tempat wisatawan nusantara

(2)

menggunakan transportasi jalur udara. Selain itu waktu analisis yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya menggunakan dua periode yaitu tahap pertama pada bulan Mei (mewakili periode low season) dan akhir Juni (mewakili periode high

season) dengan memperlibatkan 1. 080 responden, dan dalam penelitian ini hanya

menggunakan sampel bulan Juni sebagai perwakilan periode high season, dengan memperlibatkan 57 responden. Sedangkan persamaannya sama-sama meneliti karakteristik wisatawan dan persepsi wisatawan.

Penelitian lainnya yang dijadikan sebagai referensi dilakukan oleh Ashari (2006) yang melakukan penelitian terkait dengan motivasi dan persepsi wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi dan persepsi wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Danau Serangan Jawa Tengah. Jenis data yang dipergunakan meliputi data kualitatif dan kuantitatif. sumber data primer dan sekunder. Pengambilan sampel wisatawan dilakukan dengan metode

quota sampling dengan cara accidental dan data analisis secara deskriptif

kualitatif.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashari terletak pada bidang kajian, yaitu psikologi pariwisata namun, lokasi dan waktu penelitian yang berbeda serta yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian sebelumnya hanya memfokuskan pada satu lokasi yaitu objek wisata danau Serangan dan memfokuskan pada persepsi dan motivasi wisatawan, sedangkan penelitian ini meneliti karakteristik dan persepsi wisatawan Malang yang berwisata ke Bali ke beberapa daearah tujuan wisata yang diminati oleh wisatawan Malang dan pelabuhan Gilimanuk yang merupakan pintu gerbang wisatawan meninggalkan Bali.

(3)

2.2 Deskripsi Konsep

Berpedoman pada judul penelitian, kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka dikemukakan beberapa konsep untuk menunjang penelitian. Konsep-konsep tersebut adalah:

2.2.1 Pariwisata

Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta (Yoeti; 1992: 8) adalah “gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya”.

Menurut Richard Sihite (dalam Marpaung dan Bahar 2000;46-47) menjelaskan bahwa pariwisata, adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang dilakukan dari tempat satu ketempat yang lain meninggalkan tempat semula, bukan dalam rencana mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata ingin menikmati kegiatan bertamasya untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam.

“Pengertian pariwisata menurut Salah Wahab (1975:55) adalah suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang diderah lain (daerah tertentu, suatu negara) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminyadimana dia memperoleh pekerjaan tetap”.

James J.Spillane (1982:20), periwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

(4)

mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas dan berziarah.

Sedangkan pariwisata menurut Yoeti (1992:8) merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, bukan maksud untuk berusaha (business) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keingginan yang beraneka ragam.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan yang dilakukan orang mengunjungi daerah lain bukan untuk bekerja tetapi untuk mendapatkan suatu kepuasan rekreasi. Selain memenuhi kepuasan dan keinginan dari para wisatawan/ pengunjung. Pariwisata juga berdampak pada pertumbuhan dan perekembangan daerah yang menjadi tujuan wisata atau sering disebut objek wisata karena dengan menjadi objek wisata daerah tersebut menjadi tumbuh dan berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah pengunjung.

Pitana dan Cecep Rukendi (2009:348) mengklasifikasikan pariwisata menurut daya tariknya dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Daya Tarik Alam

Pariwista daya tarik alam yaitu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan daya tarik alamnya, seperti laut, pesisir pantai, gunung, lembah, air terjun, danau, airterjun, persawahan, sungai, hutan, dan objek wisata yang masih alami.

(5)

2. Daya Tarik Budaya

Pariwisata daya tarik wisata merupakan suatu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki keunikan dan kekhasan budaya, seperti kampong naga, tanah toraja, kampong adat Banten, kraton kesepuhan Cirebon, kraton Yogyakarta, dan objek wisata budaya lainnya.

3. Daya Tarik Minat Khusus

Pariwisata daya tarik minat khusus ini merupakan pariwisata yang dilakukan dengan mengunjungi objek wisata yang sesuai dengan minat seperti wisata olah raga, wisata rohani, wisata kuliner, wisata belanja.

2.2.2 Wisatawan Nusantara

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Sedangkan Sihite (2000:49) pengertian wisatawan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Wisatawan mancanegara adalah warga negara suatu negara yang mengadakan perjalanan wisata keluar lingkungan dari negaranya (memasuki negara lain).

2. Wisatawan nusantara adalah wisatawan dalam negeri atau wisatwan domestik.

Badan Pusat Statistik (BPS, 2010); misalnya, memformulasikan konsep wisatawan nusantara dengan mengacu pada sejumlah kriteria sebagai berikut:”[1] penduduk Indonesia; [2] perjalanan dilakukan di dalam negeri secara sukarela; [3]

(6)

dilakukan secara berkelompok maupun perorangan; [4] lama perjalanan kurang dari 6 bulan; [5] tidak untuk bersekolah/bekerja (memperoleh upah/penghasilan); [6] sifat perjalanan tidak rutin; [7] mengunjungi DTW (daya tarik wisata) walaupun tidak menginap di akomodasi komersial; [8] tidak mengunjungi DTW tetapi menginap di akomodasi komersial; dan [9] jarak perjalanan lebih dari 100 km pergi-pulang (pp)”. “Menurut Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas, 2004) wisatawan nusantara adalah penduduk Indonesia yang melaksanakan perjalanan dalam wilayah Indonesia secara sukarela kurang dari satu bulan, dan bukan untuk tujuan sekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji)”. Lebih detail mengenai kriteria wisatawan nusantara yang digunakan dalam Nesparnas, yaitu : 1. Mereka yang melakukan perjalanan ke daya tarik wisata komersial, baik

yang menginap ataupun tidak menginap di hotel/penginapan komersial; 2. Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke daya tarik wisata komersiil

tetapi menginap di hotel/penginapan komersiil;

3. Mereka yang melakukan perjalanan ke suatu tempat dengan jarak perjalanannya lebih dari 100 km pp.

Wisatawan nusantara dianggap sangat berpengaruh bagi pembangunan nasional. Pasar wisatawan nusantara tergolong stabil karena terbukti lebih tahan terhadap berbagai isu dan krisis daripada wisatawan mancanegara. Kedua, sebagian besar belanja wisatawan nusantara bersifat langsung kepada masyarakat lokal, sehingga perputaran ekonomi masyarakat menjadi lebih cepat dan lebih luas. Ketiga, kalangan dunia usaha cenderung lebih berorientasi pada kuantitas dari pada kualitas wisatawan. Dalam hal ini, tingginya jumlah kunjungan wisatawan nusantara akan mendorong tumbuhnya lingkungan usaha pariwisata

(7)

yang lebih dinamis sehingga memberi dampak ganda yang lebih luas pula. Keempat, manfaat serupa juga dirasakan oleh pemerintah daerah, di mana tingginya angka kunjungan dan pembelanjaan tidak saja meningkatkan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun juga mendorong tumbuhnya usaha pendukung di sektor lain yang memberikan dampak positif terhadap PAD.

Kelima, terpenting dari Itu, pertumbuhan positif dari kunjungan wisatawan

nusantara akan meningkatkan solidaritas nasional dan rasa cinta tanah air.

2.2.3 Karakteristik Wisatawan

Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin (1999), dijelaskan bahwa karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat. Pengertian karakteristik menurut Chaplin (dalam Syafaruddin 2012:117), “Karakter adalah kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal dan dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek atau kejadian.”

Karakteristik sosio-demografis mencoba menjawab pertanyaan “who

wants what”. Karakteristik ini sering dilakukan untuk kepentingan analisis

pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya (Kotler, 1996). Beberapa karakteristik sosio-demografis adalah jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain.

Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain secara tidak langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran keluarga. Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini paling nyata kaitannya dengan pola berwisata mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur

(8)

misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan (Seaton & Bennet, 1996). Jenis pekerjaan seseorang maupun tipe keluarga akan berpengaruh pada waktu luang yang dimiliki orang tersebut, dan lebih lanjut pada “kemampuan”nya berwisata. Selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang biasa digunakan dalam mengelompokkan wisatawan adalah karakteristik geografis, psikografis dan tingkah laku (behavior) (Smith, 1995).

Sementara menurut (Widyaningrum, 2000), “Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial seperti, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya.” Karakteristik adalah ciri-ciri khusus yang mempunyai sifat yang sesuai dengan perwatakan yang dimiliki seseorang (Menurut Depdikbud, 2003),.

Sementara itu karakteristik psikografis membagi wisatawan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial, life-style dan karakteristik personal. Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang sangat berbeda.

Beragamnya karakteristik dan latar belakang wisatawan menyebabkan beragamnya keinginan dan kebutuhan mereka akan suatu produk wisata. Pengelompokan-pengelompokan wisatawan dapat memberi informasi mengenai alasan setiap kelompok mengunjungi objek wisata yang berbeda, berapa besar ukuran kelompok tersebut, pola pengeluaran setiap kelompok, “kesetiaannya” terhadap suatu produk wisata tertentu, sensitivitas mereka terhadap perubahan harga produk wisata, serta respon kelompok terhadap berbagai bentuk iklan produk wisata.

(9)

Berdasarkan pendapat para ahli, maka pengertian karakteristik dalam penelitian ini adalah sifat yang kekal yang memiliki sifat yang sesuai dengan watak yang dimiliki seseorang seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status sosial dan jumlah keluarga.

2.2.4 Persepsi Wisatawan

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman (Thoha, 2007). Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Sobur, 2003).

Persepsi merupakan proses akal manusia yang sadar dan dipengaruhi oleh berbagai macam fisik dan psikologi yang menyebabkan berbagai getaran dan tekanan yang diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan dan fokus yang menarik perhatian seorang individu, seringkali juga diolah dalam suatu proses dengan akal yang menghubungkan penggambaran tadi dengan penggambaran lain sejenis yang pernah diterimanya dan proyeksi oleh akal masa lalu yang ditimbulkan sebagai kenangan atau penggambaran lama dalam kesadaran sehingga menghasilkan suatu penggambaran baru yang disebut apresiasi (Koentdjaraningrat, 2001).

Persepsi merupakan suatu proses yang diawali oleh pengindraan yaitu proses berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya, namun proses tersebut tidak berhenti sampai di situ saja selanjutnya terjadi proses

(10)

psikologis sehingga individu dapat menyadari apa yang dilihat, didengar dan sebagainya (Walgito, 1996).

persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan mentafsirkan kesan – kesan indera mereka agar memberikan sesuatu yang berharga (Rivai, 2003).

Batasan tentang persepsi, bahwa persepsi merupakan suatu kesadaran yang terpilih dan terorganisasi terhadap perangsangan yang muncul dari luar tubuh (Harry W. Karn, 2001). Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses menyimpulkan informasi, dan terdapat 3 (tiga) syarat untuk mendapatkan persepsi, yaitu :

1. Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulasi mengenai alat indra, stimulasi ini datang dari luar sedangkan mengenai alat indra dapat datang dari dalam yang langsung dapat mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai alat indra. 2. Adanya alat indra

Adalah alat penerima stimulasi, disamping itu harus ada syaraf sensoris untuk meneruskan stimulasi ke susunan syaraf sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respon yang diperlukan oleh syaraf motoris.

3. Perhatian

Merupakan syaraf psikologis individu mengadakan persepsi yang merupakan langkah persiapan. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh individu yang ditujukan pada suatu kelompok objek.

(11)

2.2.5 Daya Tarik Wisata

Menurut Yoeti (1997 : 59) suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan 3 (tiga) hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi, yaitu:

1. Adanya something to see

Maksudnya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat. 2. Adanya something to do

Maksudnya adalah sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu. 3. Adanya something to buy

Maksudnya adalah sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli.

Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :

1. Harus mampu bersaing dengan obyek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata di tempat lain.

2. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dari bidang pembangunan dan pengembangan.

3. Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.

4. Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat. (Editor : N. Raymond Frans),-

(12)

Daerah Tujuan Wisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat sehingga terwujudnya kepariwisataan yang saling dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata namun sesuai peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 obyek wisata sudah tidak relevan lagi untuk menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka digunakanlah kata “ Daya Tarik Wisata” maka untuk mengetahui apa arti dan makna dari daya tarik wisata di bawah ini adalah beberapa definisi/pengertian mengenai daya tarik wisata menurut beberapa ahli:

1. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.

2. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1997 menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

3. Nyoman S. Pendit dalam bukunya “ Ilmu Pariwisata” tahun 1999 mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.

(13)

Melihat dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.

Daya tarik sebuah objek wisata harus dikemas dan dibangun semaksimal mungkin agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Membangun suatu objek wisata harus memiliki kriteria dan dirancang sedemikian rupa. Pada umumnya daya tarik suatu objek wisata mempunyai 6 (enam) kriteria, Suwantoro(1997: 18) mengatakan:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa tenang, indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk mengunjunginya.

3. Adanya sarana atau prasarana penunjang untuk melayani wisatawan yang sedang melakukan perjalanan.

4. Ada ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahaan alam, pegunungan sungai, pantai, pasir, hutan, dan lain sebagainya.

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena mempunyai nilai khusus. dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam sebuah karya manusia masa lampau.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Undang undang No.12 tahun 2006 mengatur tentang pengaturan kewarganegaraan, pemberian kewarganegraan, hilangnya kewarganegaraan, tata cara

Pada hasil penelitian tentang penerapan tindak tutur yang terdapat dalam proses jual beli di pasar tradisional Surakarta sesuai dengan teori tindak tutur yang dikemukakan

Potongan harga merupakan diskon produk atau harga marginal rendah yang diberikan untuk mempengaruhi konsumen dalam berbelanja agar lebih impulsif Iqbal

No Judul Jenis Karya Penyelenggara/ Penerbit/Jurnal Tanggal/ Tahun Ketua/ Anggota Tim Sumber Dana Keterangan 1 NA NA NA NA NA NA NA GL. KEGIATAN

Semakin jauh jarak pelanggan dari sentral, maka akan semakin kecil nilai SNR (Signal to Noise Ratio) yang dihasilkan. Hal ini membuktikan bahwa jarak berbanding

Terkait dengan teori agency, hubungan manajemen laba dengan ukuran perusahaan dijelaskan bahwa agen (manajemen) perusahaan kecil cenderung akan menaikkan laba di dalam

Berdasarkan Fenomena gap dan riset gap yang terjadi maka penelitian ini bertujuan untuk menguji sejauh mana pengaruh antara variabel customer delight dan brand trust terhadap

(1) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) disampaikan kepada atasan masing-masing secara berjenjang dan sesuai dengan format dan jadwal yang telah