• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro, 2004). Hal ini terbukti, menurut pemerintah dalam kurun waktu sepanjang tahun 2013, sektor pariwisata mampu menyumbangkan devisa sebesar US $ 10,054 juta (Kemenparekraf & BPS, 2015). Angka tersebut merupakan nilai yang besar dan menjadi pencapain yang baik, mengingat industri pariwisata di Indonesia masih berkembang dan belum merata ke seluruh daerah. Sektor pariwisata berada di urutan ke- 4 sebagai penyumbang devisa terbesar setelah sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mendorong proses pertumbuhan kota menjadi lebih cepat. Pertumbuhan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Untuk itu, maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi pendapatan yang lebih merata (Masli, 2009).

Selain menjadi penyumbang devisa yang besar pada sektor ekonomi, tidak kalah pentingnya bahwa pariwisata sebagai penggerak roda ekonomi nasional mampu menyerap banyak tenaga kerja. Sektor pariwisata mampu memberi banyak kesempatan kerja sehingga hal ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Manfaat tersebut tidak berhenti hanya pada hal tersebut, beberapa manfaat lain dari sektor pariwisata adalah meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dan mempercepat pembangunan pada umumnya.

(2)

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tahun 2009 - 2013 No Tahun Jumlah Persentase pertumbuhan

(%) 1 2009 6.323.730 - 2 2010 7.002.944 9,70 3 2011 7.649.731 8,46 4 2012 8.044.462 4,91 5 2013 8.802.129 8,61

Sumber: Kemenparekraf & BPS, 2015

Perkembangan pariwisata di Indonesia dapat dilihat melalui jumlah kedatangan wisatawan, khususnya mancanegara yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan signifikan. Menurut tabel 1.1, Indonesia telah dikunjungi oleh hampir 9 juta wisatawan mancanegara pada kurun waktu sepanjang tahun 2013. Melihat data tersebut, rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara mengalami peningkatan sekitar 8% tiap tahunnya. Namun, kunjungan wisatawan tersebut masih terpusat di beberapa daerah saja di Indonesia, khususnya di daerah-daerah dengan industri pariwisata yang sudah berkembang, salah satunya adalah Bali.

Menurut Cooper, dkk. (1993) agar pariwisata dapat berkembang, haruslah terdapat beberapa komponen-komponen utama berupa atraksi (attraction), fasilitas (amenities), aksesibilitas (acces), dan pelayanan tambahan (ancillary service). Bali sudah memiliki keseluruhan komponen tersebut, maka dari itu pariwisata di Bali dapat berkembang dengan pesat dan dijadikan contoh pembangunan pariwisata oleh pemerintah di daerah-daerah lain di Indonesia. Selain itu, dari kesuluruhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia, Bali dikunjungi oleh sekitar 40% dari jumlah total kunjungan tersebut. Hal ini dapat dilihat melalui data jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Bali pada tabel 1.2.

(3)

Tabel 1.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali Tahun 2010 - 2014 No Tahun Jumlah Persentase pertumbuhan

(%)

1 2010 2.493.058 -

2 2011 2.756.579 9,56

3 2012 2.892.019 4,69

4 2013 3.278.598 11,8

Sumber: Dinas Pariwisata Prov. Bali, 2015

Dengan jumlah kunjungan wisatawan yang besar dan industri pariwisata yang sudah berkembang. Baik pemerintah daerah maupun masyarakat setempat sangat bergantung pada sektor pariwisata dalam segi ekonomi. Namun, selain membawa manfaat bagi perekonomian setempat, pariwisata juga berimplikasi pada segi sosial kehidupan masyarakat. Salah satu implikasi yang sampai saat ini belum menemukan solusi adalah masalah kemacetan. Beberapa titik kemacetan terparah yang ada di Bali diantaranya adalah di Kuta, Denpasar dan Ubud.

Kemacetan lalu lintas yang terjadi di Bali sudah sangat memprihatinkan. Masalah ini menjadi pemandangan sehari-hari baik oleh wisatawan maupun masyarakat lokal. Menurut MKJI (1997) Kemacetan terjadi ketika arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Namun, tiap titik-titik kemacetan tersebut memiliki karakteristik kemacetan yang berbeda.

Pada tabel 1.3, dapat dilihat sejumlah ruas jalan yang ada di berbagai kabupaten dan kota yang ada di Bali. Jumlah keseluruhan panjang jalan yang ada di Bali sampai tahun 2014 adalah 7.843,99 km. Apabila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kendaraan yang ada di Bali tahun sampai tahun 2014 yaitu

(4)

berjumlah 3.003.688 kendaraan maka dapat dikatakan bahwa jumlah jalan yang ada di Bali tidak seimbang dengan jumlah kendaraan yang ada.

Tabel 1.3

Data Ruas Jalan di Bali Tahun 2014

No Kota/Kab.

Status Jalan Jumlah

Jalan Negara (km) Jalan Provinsi (km) Jalan Kota/Kab. (km) Panjang Jalan (km) Presentase (%) 1 Jembrana 71.92 28.87 941.02 1.041.81 13.28 2 Tabanan 65.38 130.78 860.95 1.057.11 13.48 3 Badung 46.28 103.58 628.74 778.61 9.93 4 Gianyar 40.66 111.11 555.54 707.31 9.02 5 Klungkung 29.37 17.39 492.92 539.68 6.88 6 Bangli - 149.84 733.27 883.11 11.26 7 Karangasem 62.80 170.22 794.49 1.027.51 13.10 8 Buleleng 168.24 105.90 878.19 1.152.33 14.69 9 Denpasar 50.58 42.84 563.10 656.52 8.37 Total 535.23 860.53 6.448.22 7.843.99 100 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2015

Kemacetan lalu lintas terjadi karena beberapa faktor, seperti banyak pengguna jalan yang tidak tertib, pemakai jalan melawan arus, kurangnya petugas lalu lintas yang mengawasi, adanya mobil yang parkir di badan jalan dan permukaan jalan yang tidak rata (Boediningsih, 2011). Ubud sebagai salah satu daerah dengan kemacetan lalu lintas yang memprihatinkan memiliki kondisi jalan yang cukup sempit, ditambah dengan banyaknya jenis kendaraan yang diparkir di badan jalan. Jadi, ketika jumlah kendaraan wisatawan yang datang meningkat, ditambah dengan aktivitas dari masyarakat lokal sendiri akibatnya kemacetan tidak dapat terelakkan.

Pada tabel 1.4, terlihat data jumlah kendaraan yang ada di Bali sampai tahun 2014. Jumlah kendaraan di Bali sudah mencapai angka tiga juta lebih kendaraan, belum termasuk data perhitungan terbaru pada tahun 2015. Dengan jumlah kendaraan sebanyak ini, mengingat jumlah penduduk di Bali yang berkisar

(5)

di angka lima juta penduduk menandakan bahwa hampir 50% lebih penduduk di Bali memiliki kendaraan.

Tabel 1.4

Jumlah Kendaraan Bermotor di Bali Tahun 2014 No Nama Kota/Kab. Jumlah Kendaraan

1 Jembrana 147.484 2 Tabanan 305.838 3 Badung 381.122 4 Gianyar 314.527 5 Klungkung 88.008 6 Bangli 80.294 7 Karangasem 123.151 8 Buleleng 203.978 9 Denpasar 1.260.286 Total 3.003.688

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2015

Menurut Wibawa (1996) terdapat kecenderungan bahwa berkembangnya suatu kota bersamaan pula dengan berkembangnya masalah transportasi yang terjadi. Implikasi negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan transportasi salah satunya disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk yang memberikan pengaruh pada meningkatnya permintaan terhadap sarana maupun prasarana transportasi.

Kondisi tersebut memang seringkali terjadi di berbagai daerah tujuan wisata. Hal ini membuktikan bahwa roda perekonomian sedang bergerak. Bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan transportasi yang menjadi sarana pendukung kegiatan masyarakat, memiliki implikasi positif namun juga tidak lepas dari impikasi negatifnya. Salah satunya terlihat pada kondisi lalu lintas yang kurang baik serta terjadinya kemacetan. Masalah ini membutuhkan solusi secepatnya agar tidak semakin merugikan baik wisatawan yang berkunjung maupun masyarakat lokal setempat.

(6)

Keberadaan transportasi sebagai pendukung pergerakan masyarakat akan memberikan implikasi positif terhadap semakin meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan suatu kota. Namun, perkembangan transportasi sampai saat ini tidak hanya memberikan implikasi positif tetapi juga implikasi negatif, seperti kemacetan, kesemrawutan, dan kecelakaan lalu lintas (Sari, 2011). Dalam hal ini, pembuat kebijakan perlu lebih mendalami dan memahami perlunya pengelolaan transportasi yang lebih baik.

Ubud merupakan salah satu destinasi unggulan yang dimiliki Bali. Sebagai suatu desa yang sudah dikenal luas di mancanegara, bahkan dijuluki banyak kalangan sebagai desa internasional menjadikan Ubud suatu penggerak utama industri pariwisata di Bali. Ubud dikenal oleh banyak wisatawan karena keindahan alamnya seperti kontur alam persawahan, kawasan hutan yang diapit oleh jurang-jurang dengan sungai, dan juga seni dan budaya Bali yang masih sangat kental.

Sebagai salah satu pusat kesenian dan budaya di Bali, menjadikan Ubud dipenuhi oleh berbagai galeri-galeri seni dan sanggar-sanggar tari. Banyak wisatawan yang mengunjungi Ubud tidak hanya untuk berbelanja barang kesenian, namun juga untuk belajar tentang seni dan budaya Bali. Mulai dari belajar tari Bali, membuat kerajinan seperti patung dan ukiran-ukiran serta ikut serta dalam berbagai jenis upacara yang diselenggarakan oleh masyarakat Hindu Bali.

Perekonomian masyarakat Ubud sangat bergantung terhadap kegiatan pariwisata. Ubud menjual keindahaan alamnya, keunikan budaya Bali dan kegiatan tambahan seperti yoga sebagai modal utama untuk menggerakkan

(7)

industri pariwisata. Maka dari itu, apabila ada permasalahan yang dapat merusak keseimbangan ini memungkinkan Ubud kehilangan daya tarik utamanya sebagai destinasi wisata di Bali dan pada akhirnya membuat kunjungan wisatawan menurun.

Salah satu masalah yang saat ini sedang dihadapi oleh Ubud adalah kemacetan lalu lintas. Meskipun Ubud memilki berbagai sarana dan prasarana yang baik di bidang pariwisata seperti atraksi dan fasilitas namun penting juga untuk memperhatikan komponen utama pariwisata yaitu aksesibilitas. Karakteristik wilayah Ubud yang memiliki jalan cukup sempit, namun dengan jumlah kendaraan yang banyak membuat terjadinya kemacetan lalu lintas. Hal ini diperparah dengan kurangnya prasarana tambahan seperti tempat parkir umum, jalan untuk pejalan kaki yang kurang luas serta garasi milik masyarakat lokal yang minim.

Tabel 1.5

Jumlah Transportasi Publik Kabupaten Gianyar Tahun 2005 – 2013 Tahun Angkutan Pedesaan Angkutan Antar Kota Angkutan Wisata

2005 269 - 242 2006 169 166 320 2007 91 93 280 2008 131 463 594 2009 75 83 301 2010 79 97 252 2011 67 55 480 2012 65 55 955 2013 65 - 1399

Sumber: BPS Kab. Gianyar, 2015

Transportas publik merupakan salah solusi yang tepat untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Pada tabel 1.5, terlihat data transportasi publik yang masih aktif sampai tahun 2013. Angkutan pedesaan berjumlah 65 kendaraan, namun menurut Kepala Dinas Perhub, Infokom Kabupaten Gianyar sampai tahun 2015

(8)

terdapat 163 angkutan pedesaan. Angkutan pedesaan tersebut beroperasi salah satunya di Kelurahan Ubud.

Kemacetan lalu lintas di Ubud harus cepat diselesaikan. Baik dari masyarakat lokal dan Pemerintah Kabupaten Gianyar perlu bersinergi untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Apabila masalah tersebut tidak kunjung mendapat solusi yang tepat, dikhawatirkan kemacetan lalu lintas akan menjadi lebih parah dan mengakibatkan wisatawan mencari tempat lain untuk berwisata. Hal ini sangat buruk, karena perekonomian masyarakat dapat terganggu.

Dalam sistem pariwisata, masyarakat lokal sebagai pemilik modal pariwisata dan pemerintah daerah sebagai regulator dan fasilitator perlu bersinergi untuk mencari solusi atas masalah kemacetan tersebut. Proses integrasi yang terjadi antara keduanya dan berbagai pihak yang terkait melalui serangkaian interaksi dan koordinasi akan menghasilkan gabungan yang lebih besar dibandingkan jumlah dari pengaruh mereka secara individual.

Pada dasarnya baik masyarakat lokal maupun pemerintah daerah terdiri atas sub-sub sistem, jadi apabila sub-sub sistem dapat digabungkan dan mampu untuk bekerjasama maka hasil yang diperoleh akan lebih efektif dibandingkan bekerja sendiri-sendiri. Hal itu terjadi karena mereka dapat melakukan tindakan-tindakan yang sinergis lebih baik.

Kemacetan telah menimbulkan kerugian yang besar, baik dari segi kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat. Masyarakat lokal dan wisatawan sama-sama dirugikan karena masalah ini mengakibatkan hilangnya waktu dan jam kerja produktif, pemborosan biaya operasional kendaraan, dan pemborosan bahan

(9)

bakar, serta mengganggu psikologi individu karena mengakibatkan stres dan cepat marah.

1.2 Rumusan Masalah

Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud? 2. Bagaimana respon wisatawan terhadap kemacetan lalu lintas di Kelurahan

Ubud?

3. Bagaimana masyarakat lokal dan Pemerintah Kabupaten Gianyar bersinergi dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud? 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud.

2. Untuk mengetahui respon wisatawan terhadap kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud.

3. Untuk mengetahui sinergitas masyarakat lokal dan Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud.

(10)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik berupa manfaat akademis maupun manfaat praktis sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat akademis pada mahasiswa berupa wawasan dan pengetahuan dalam penerapan aplikasi Konsep Sinergi, serta tentang kehidupan sosial dalam suatu masyarakat dengan berbagai dinamika yang ada, sehingga dapat memperkaya khasanah wawasan khususnya dalam bidang sosiologi pariwisata.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan maupun sumbangan pemikiran bagi masyarakat lokal dan Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud.

1.5 Sistematika Penulisan

Terdiri dari lima bab yaitu antara bab satu dengan bab lain merupakan suatu rangkaian satu kesatuan yang akan memberikan kemudahan dalam memahami dan mengerti dari isi laporan. Adapun sistematika laporan meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian yang dikaji.

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

Berisi tentang studi pendahuluan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dasar konsep dan teori dalam penggunaan penelitian untuk

(11)

menjelaskan arah permasalahan serta kemungkinan dilanjutkannya penelitian atau tidak.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang lokasi dilakukannya penelitian, ruang lingkup permasalahan, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penentuan informan dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang gambaran secara umum lokasi penelitian, hasil penelitian yang berupa faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas, respon wisatawan terhadap kemacetan lalu lintas dan tindakan sinergis yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Kelurahan Ubud.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan berupa uraian singkat dari penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan masalah dan saran yang membangun untuk dimanfaatkan sebagai pembenahan ke arah yang lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Kamu tidak akan jenuh mengamati Mars karena keindahannya, Dari seluruh planet, hanya Mars yang dapat teramati perubahan cuacanya.. Astronom amatir dapat melihat es

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa , Tuhan Yang Maha Kuasa, karena karunia-Nyalah, tesis yang berjudul: “Ekstrak

Hingga sekarang, pendidikan agama dipandang sebagai salah satu aspek kehidupan yang hanya berkaitan dengan aspek pribadi dan dalam bentuk ritual, karena itu nilai agama

Negara Republik Indoensia adalah negara berdasarkan hukum yang demokratis, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bukan

Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat aplikasi peta tiga dimensi gedung Medical Center Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang interaktif dan informatif, yang

Penelitian ini berjudul “Pemanfaatan Grup Facebook Ikatan Pustakawan Seluruh Indonesia Sebagai Media Information Sharing Pustakawan.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

Oleh sebab itu hipotesa dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: hopotesa alternatif Ha yaitu terdapat pengaruh yang positif antara tingkat penghasilan keluarga

Hasil wawancara dengan Suhenda, Direktur PT Anugerah Semesta Persada pada tanggal 15 Mei 2016.. tertulis muncul dengan alasan kepraktisan dan keeefektifitasan. 12 Pihak ekspeditur