• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1957, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1958, maka pemerintah pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1957, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1958, maka pemerintah pada"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

76

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan

Dengan terbentuknya Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) pada tahun 1957, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1958, maka pemerintah pada tanggal 5 Desember 1958 meningkatkan status Panitia Negara untuk Pengukuran Radioaktiviteit (berstatus sebagai lembaga penasihat) menjadi lembaga baru yang dapat merealisasikan pelaksanaan program nuklir di Indonesia, yaitu Lembaga Tenaga Atom (LTA) dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Dirjen LTA dirangkap oleh Mentri Kesehatan Bapak Prof. G.A. Siwabessy.

Terbentuknya LTA memperoleh tanggapan dari para tenaga pengajar Bagian Fisika, Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, UI Bandung (sekarang ITB), karena LTA yang baru dibentuk membutuhkan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya, maka mulailah perekrutan tenaga pengajar dan mahasiswa untuk dikirim keluar negeri untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan dalam bidang nuklir.

Beberapa dari mereka dikirim ke Amerika di berbagai universitas pusat penelitian dan pengembangan nuklir, serta untuk training pada pabrik pemasok calon reaktor pertama di Indonesia, Reaktor TRIGA Mark II, yaitu di General Atomic di San Diego, California.

(2)

Berdasarkan Undang-undang No.31 tahun 1964, LTA diubah menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), dan terakhir, berdasarkan Keppres No. 197 tahun 1998, diubah lagi menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional tanpa merubah singkatan, tetap BATAN.

4.1.2 Visi dan Misi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

• Visi dari BATAN, yaitu:

BATAN Unggul di Tingkat Regional, Berperan dalam Percepatan Kesejahteraan Menuju Kemandirian Bangsa

• Misi dari BATAN, yaitu:

1. Merumuskan kebijakan dan strategi nasional iptek nuklir

2. Mengembangkan iptek nuklir yang handal, berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat

3. Memperkuat peran BATAN sebagai pemimpin di tingkat regional, dan berperan aktif secara internasional

4. Melaksanakan layanan prima pemanfaatan iptek nuklir demi kepuasan pemangku kepentingan

5. Melaksanakan diseminasi iptek nuklir dengan menekankan pada asas kemanfaatan, keselamatan dan keamanan

4.1.3 Struktur Organisasi

Berikut merupakan struktur organisasi dari Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan – BATAN.

(3)

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Batan

Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – BATAN merupakan salah satu unit kerja yang ada pada Kedeputian Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir (SATN).

Visi dan Misi Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – BATAN

• Visi dari PSTNT-BATAN, yaitu:

“Terwujudnya Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan yang andal dan berperan aktif dalam percepatan kesejahteraan bangsa”.

(4)

• Misi dari PSTNT-BATAN, yaitu:

1. Mengembangkan sains dan teknologi nuklir terapan yang andal di bidang energi, industri, kesehatan dan lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat.

2. Meningkatkan peran reaktor TRIGA2000 untuk pelayanan masyarakat. 3. Mengimplementasikan sistem manajemen terintegrasi untuk memastikan

keandalan pengembangan sains dan teknologi nuklir terapan.

4. Melaksanakan layanan prima dalam pemanfaatan sains dan teknologi nuklir terapan untuk mempercepat kesejahteraan bangsa.

Gambar 4.2

(5)

4.2 Karakteristik Karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan

Karakteristik karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan adalah seluruh identitas responden yang dipandang relevan dengan permasalahan yang diidentifikasi, berikut disajikan karateristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status perkawinan, bidang kerja dan lama kerja dengan uraian sebagai berikut:

• Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Karakteristik karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki 32 55,17

Perempuan 26 44,83

Total 58 100

Sumber: Hasil survey (data diolah), 2019

Tabel 4.1 merupakan rekapitulasi karakteristik karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan berdasarkan jenis kelamin. Dari tabel tersebut diketahui bahwa mayoritas dari 58 responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan jenis pekerjaan dibidang nuklir yang membutuhkan karyawan laki – laki.

(6)

• Berdasarkan Usia

Tabel 4.2

Karakteristik karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Berdasarkan Usia Usia Frekuensi % <20 tahun 0 0,00 21-30 11 18,96 31-40 10 17,24 41-50 16 27,59 >50 21 36,21 Total 58 100

Sumber: Hasil survey (data diolah), 2019

Tabel 4.2 merupakan rekapitulasi karakteristik karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan berdasarkan usia, terlihat bahwa mayoritas dari 58 responden berusia >50 tahun.

Menurut Rivai (2007:224) Ada suatu keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot sejalan dengan makin tuanya usia seseorang. Tetapi hal itu tidak terbukti, karena banyak orang yang sudah tua tapi masih enerjik.

• Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4.3

Karakteristik karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekuensi % SMA/SMK 10 17,24 Diploma 14 24,14 S-1 23 39,65 S-2 11 18,97 Total 58 100

(7)

Tabel 4.3 menjelaskan distribusi karakteristik karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan dari 58 responden merupakan lulusan S-1. Banyaknya kayawan yang memiliki tingkat pendidikan Sarjana di Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) mengindikasikan bahwa karyawan harus memiliki tingkat pendidikan yang baik, karena karyawan dengan tingkat pendidikan yang baik akan memudahkan manajemen dalam memberikan arahan dalam bekerja. Selain itu tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki kinerja perusahaan.

Kreitner Robert, Angelo Kinicki, (2003:277) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan mempengaruhi pola pikirnya yang nantinya berdampak pada tingkat kepuasan kerja.

• Berdasarkan Status Pernikahan

Tabel 4.4

Karakteristik karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Berdasarkan Status Pernikahan

Status Frekuensi %

Belum Menikah 11 18,97

Menikah 47 81,03

Total 58 100

(8)

Tabel 4.4 menjelaskan karakteristik karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan berdasarkan status pernikahan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas dari 58 karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan sebanyak 47 orang telah menikah. Hal ini menggambarkan bahwa kebanyakan responden sudah berkeluarga sehingga memiliki tanggung jawab ganda baik diranah pekerjaan maupun keluarga, sehingga kompleksitas individu yang sudah menikah memiliki tingkat konflik pekerjaan dan keluarga yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang belum menikah. Pernikahan memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan penting (Stephen P Robbins, 2006:50).

• Berdasarkan Masa Kerja

Tabel 4.5

Karakteristik karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Frek %

0 – 5 tahun 5 8,6

6 – 10 tahun 13 22,42

11 – 15 tahun 17 29,32

> 15 tahun 23 39,66

Total 58 100

Tabel 4.5 menjelaskan distribusi karakteristik karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan berdasarkan masa kerja. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas dari 58 karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan telah bekerja sekitar >15 tahun.

(9)

Menurut Ranupendoyo dan Saud (2005) lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak menekuni pekerjaan. Lama kerja dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam menguasai bidang tugasnya. Pada umumnya, pegawai dengan pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan bimbingan dibandingkan dengan pegawai yang pengalaman kerjanya sedikit.

4.3 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk melihat gambaran hasil penelitian mengenai variabel insentif, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kinerja karyawan, dengan responden penelitian sebanyak 58 orang. Sedangkan untuk melihat jawaban atau penilaian responden terhadap setiap pernyataan yang diajukan dalam kuesioner, maka dilakukan analisis deskriptif dengan pendekatan distribusi frekuensi dan persentase, dan untuk melihat penilaian responden terhadap setiap variabel yang diteliti dapat dilihat dari nilai persentase dari hasil skor aktual dan ideal yang diperoleh. Adapun untuk keperluan analisis distribusi jawaban responden disajikan dalam bentuk garis kontinum. Agar lebih mudah dalam menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti, dilakukan kategorisasi terhadap persentase skor tanggapan responden yang diperoleh dengan dengan menggunakan kriteria menurut Umi Narimawati (2009:84) sebagai berikut:

(10)

Tabel 4.6

Kriteria Pengklasifikasian Presentase Skor Tanggapan Responden

No Rentang Interval Kriteria

1 20.00% - 36.00% Tidak Baik

2 36.01% - 52.00% Kurang Baik

3 52.01% - 68.00% Cukup Baik

4 68.01% - 84.00% Baik

5 84.01% - 100% Sangat Baik

Sumber: Umi Narimawati (2007:85)

4.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Insentif (X1)

Berdasarkan hasil kuesioner dari 58 responden, variabel insentif akan terungkap melalui jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti dalam kuesioner yang diberikan kepada responden.

Variabel insentif diukur menggunakan 10 item pernyataan yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya, sedangkan untuk mengetahui gambaran mengenai variabel tersebut secara menyeluruh, berikut diperoleh hasil rekapitulasi tanggapan responden sebagai berikut:

Tabel 4.7

Rekapitulasi Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Insentif

No Indikator Item Skor

Aktual

Skor

Ideal (%) Kriteria 1 Pembayaran Sederhana 2 410 580 70,69% Baik 2 Penghasilan yang diterima 2 390 580 67,24% Cukup Baik 3 Pembayaran yang cepat 2 424 580 73,10% Baik 4 Standar Kerja 2 365 580 62,93% Cukup Baik 5 Upah Normal 2 373 580 64,31% Cukup Baik

Total 10 1962 2900 67,66% Cukup Baik

(11)

Tabel 4.7 merupakan rekapitulasi jawaban responden pada insentif yang di ukur menggunakan lima indikator dengan sepuluh item pernyataan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai tertinggi berada pada indikator pembayaran yang cepat, hal ini dikarenakan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan tidak menunda dalam pembayaran insentif. Oleh karena itu Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan perlu mempertahankan pembayaran yang cepat ini agar karyawan menikmati penghasilan diwaktu yang tepat. Sedangkan persentase terendah berada pada indikator standar kerja, hal ini dikarenakan karyawan merasa standar pelaksaan insentif belum memperhatikan kebutuhan karyawan. Hal ini tentunya perlu diperbaiki oleh Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan dalam menentukan standar kerja agar sesuai dengan kebutuhan para karyawan.

Pembayaran sederhana merupakan pembayaran yang mudah dimnegerti dan dihitung oleh karyawan yang mendapatkan insentif tersebut dan pembayaran insentif yang ada di Batan termasuk kriteria yang baik karena para karyawan dapat menghitung pembayaran insentif tersebut. Sedangkan penghasilan yang diterima termasuk kriteria cukup baik, hal ini karena penghasilan yang didapat karyawan belum sepenuhnya menaikkan output dan efisiensi kerjanya para karyawan. Dalam indikator upah normal masuk kriteria cukup baik, ini dikarenakan masih terdapat karyawan yang merasa komposisi insentif yang diterima belum tepat. Jika disajikan dalam bentuk gambar garis kontinum, nilai persentase skor tersebut adalah sebagai berikut:

(12)

Gambar 4.3 Garis Kontinum Insentif

Agar lebih jelas, maka peneliti menyajikan tanggapan – tanggapan responden mengenai insentif berdasarkan indikatornya masing-masing dengan uraian – uraian sebagai berikut:

Tabel 4.8

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Pembayaran Sederhana

No Butir Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS 1 Pembayaran insentif mudah dimengerti dan dihitung F 0 29 29 0 0 203 70,00% % 0,0 50,0 50,0 0,0 0,0 2 Masih belum terdapat kejelasan mengenai pembayaran insentif yang dilaksanakan perusahaan F 0 4 24 23 7 207 71,38% % 0,0 6,9 41,4 39,7 12,1 Total Akumulasi 410 70,69%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.8 merupakan rekapitulasi untuk item ke-1 diperoleh hasil seimbang yang menyatakan setuju dan kurang setuju, artinya pembayaran insentif belum sepenuhnya dimengerti dan dihitung dengan perolehan skor sebesar 70,00%.

20% 36,0% 52,0% 68,0% 84,0% 100%

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik 67,66%

(13)

Sednagkan item ke-2 sebagian besar karyawan menyatakan kurang setuju, artinya pembayaran insentif yang dilaksanakan sudah jelas dengan perolehan skor 71,38%.

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 70,69% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pembayaran insentif sudah jelas, mudah dimengerti dan dihitung oleh para karyawan hal ini tentunya perlu dipertahankan oleh Batan agar karyawan yang mendapatkan insentif tetap mudah untuk menghitung penghasilannya.

Menurut Mangkunegara (2012:90) pembayaran hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan itu sendiri.

Tabel 4.9

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Penghasilan yang Diterima

No Butir Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

3

Saya diberi tahu secara terperinci mengenai perhitungan insentif yang diterima F 10 19 21 8 0 205 70,69% % 17,2 32,8 36,2 13,8 0,0 4 Terkadang perusahaan memberikan informasi yang belum akurat mengenai pembayaran insentif F 1 1 42 14 0 185 63,79% % 1,7 1,7 72,4 24,1 0,0 Total Akumulasi 390 67,24%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.9 merupakan rekapitulasi untuk item ke-3 sebagian besar karyawan menyatakan kurang setuju artinya sebagian besar karyawan belum sepenuhnya diberi tahu terperinci mengenai insentif yang diterima dengan perolehan skor

(14)

70,69%. Sedangkan untuk item ke-4 menyatakan kurang setuju artinya perusahaan memberikan informasi yang akurat mengenai pembayaran insentif dengan perolehan skor presentase sebesar 63,79%.

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 67,24% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong cukup baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan informasi yang diberikan mengenai insentif pada penghasilan yang diterima belum akurat, hal ini tentunya perlu ditingkatkan oleh Batan agar karyawan yang mendapatkan insentif dapat mengetahui informasi yang akurat mengenai penghasilan yang diterima.

Menurut Mangkunegara (2012:90) penghasilan yang diterima karyawan seharusnya benar – benar dapat menaikkan motivasi kerja sehingga output dan efisiensi kerjanya meningkat.

Tabel 4.10

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Pembayaran yang Cepat

No Butir Kuesioner Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

5

Saya mengetahui secara jelas waktu pemberian insentif F 9 34 15 0 0 226 77,93% % 15,5 58,6 25,9 0,0 0,0 6 Perusahaan pernah menunda pemberian insentif kepada karyawan F 0 1 35 19 3 198 68,28% % 0,0 1,7 60,3 32,8 5,2 Total Akumulasi 424 73,10%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.10 merupakan rekapitulasi untuk item ke-5 sebagian besar karyawan menyatakan setuju artinya para karyawan mengetahui secara jelas waktu pemberian insentif dengan perolehan skor 77,93%. Sedangkan untuk item ke-6

(15)

menyatakan sebagian besar karyawan kurang setuju artinya perusahaan tidak menunda pemberian insentif kepada karyawan dengan perolehan skor presentase sebesar 68,28%.

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 73,10% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembayaran insentif diberikan tepat pada waktunya, hal ini tentunya perlu dipertahankan oleh Batan agar karyawan dapat menikmati hasil yang dicapai diwaktu yang tepat.

Menurut Mangkunegara (2012:90) Pembayaran sebaiknya dilakukan tepat waktu agar karyawan mendapatkan kepuasan atas hasil yang dicapai.

Tabel 4.11

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Standar Kerja

No Butir Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

7

Standar pelaksanaan insentif tidak terlalu tinggi untuk dicapai

F 0 13 43 2 0 185 63,79% % 0,0 22,4 74,1 3,4 0,0 8 Standar pelaksanaan insentif sudah memperhatikan kebutuhan karyawan F 0 10 44 4 0 180 62,07% % 0,0 17,2 75,9 6,9 0,0 Total Akumulasi 365 62,93%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.11 merupakan rekapitulasi untuk item ke-7 sebagian besar menyatakan kurang setuju artinya standar pelaksanaan insentif cukup tinggi untuk dicapai dengan perolehan skor presentase sebesar 63,79%. Sedangkan untuk item ke-8 sebagian besar karyawan menyatakan kurang setuju artinya standar

(16)

pelaksanaan insentif belum memperhatikan kebutuhan karyawan dengan perolehan skor presentase sebesar 62,07%.

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 62,93% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong cukup baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan masih terdapat karyawan yang merasa standar pelaksanaan insentif belum sepenuhnya memperhatikan kebutuhan karyawan. Hal ini tentunya perlu ditingkatkan oleh Batan agar sepenuhnya karyawan merasa standar pelaksanaan insentif sudah sesuai dengan kebutuhan para karyawan.

Menurut Mangkunegara (2012:90) Standar kerja ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi maupun rendah dapat berakibat buruk.

Tabel 4.12

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Upah Normal

No Butir Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

9

Komposisi insentif yang saya terima sudah tepat

F 2 24 21 11 0

191 65,86% % 3,4 41,4 36,2 19,0 0,0

10

Saya merasa belum puas atas insentif yang diberikan perusahaan F 0 13 40 5 0 182 62,76% % 0,0 22,4 69,0 8,6 0,0 Total Akumulasi 373 64,31%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.12 merupakan rekapitulasi untuk item ke-9 menyatakan bahwa sebagian besar karyawan menyatakan setuju artinya komposisi insentif yang diterima sudah tepat dengan perolehan skore presentase sebesar 65,86%. Sedangkan untuk item ke-10 sebagian besar menyatakan kurang setuju artinya

(17)

sebagian besar karyawan merasa puas atas insentif yang diberikan perusahaan dengan perolehan skor presentase sebesar 62,76%.

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 64,31% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong cukup baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa masih terdapat karyawan yang merasa komposisi insentif yang diterima belum tepat. Hal ini sebaiknya perlu ditingkatkan oleh Batan agar seluruh karyawan merasa puas dengan komposisi insentif yang tepat.

Menurut Mangkunegara (2012:90) Besarnya upah normal dengan standar jam kerja hendaknya cukup merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.

4.3.2 Analisis Deskriptif Variabel Tingkat Pendidikan (X2)

Berdasarkan hasil kuesioner dari 58 responden, variabel tingkat pendidikan akan terungkap melalui jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti dalam kuesioner yang diberikan kepada responden. Variabel tingkat pendidikan diukur menggunakan 6 item pernyataan yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya, sedangkan untuk mengetahui gambaran mengenai variabel tersebut secara menyeluruh, berikut diperoleh hasil rekapitulasi tanggapan responden sebagai berikut:

Tabel 4.13

Rekapitulasi Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Tingkat Pendidikan

No Indikator Item Skor

Aktual

Skor

Ideal (%) Kriteria 1 Jenjang Pendidikan 2 399 580 68,79% Baik 2 Kesesuaian Jurusan 2 385 580 66,38% Cukup Baik

3 Kompetensi 2 396 580 68,28% Baik

Total 6 1180 1740 67,82% Cukup Baik

(18)

Tabel 4.13 merupakan rekapitulasi jawaban responden pada tingkat pendidikan yang di ukur menggunakan tiga indikator dengan enam item pernyataan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai tertinggi berada pada indikator jenjang pendidikan sebesar, hal ini dikarenakan salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja adalah dengan terus melanjutkan pendidikan agar pengetahuan terus bertambah. Sedangkan persentase terendah berada pada indikator kesesuaian jurusan sebesar, hal ini dikarenakan sebagian besar posisi jabatan karyawan tidak sesuai dengan jurusannya. Kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Hal yang membuat kompetensi itu menjadi baik salah satunya adalah pendidikan, karena didalam pendidikan seseorang dilatih dan dididik dengan ilmu pengetahuan untuk lebih mengembangkan kemampuannya tersebut. Secara keseluruhan tingkat pendidikan masuk kriteria cukup baik. Jika disajikan dalam bentuk gambar garis kontinum, nilai persentase skor tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 4.4

Garis Kontinum Tingkat Pendidikan

20% 36,0% 52,0% 68,0% 84,0% 100%

67,82%

(19)

Agar lebih jelas, maka peneliti menyajikan tanggapan – tanggapan responden mengenai tingkat pendidikan berdasarkan indikatornya masing-masing dengan uraian – uraian sebagai berikut:

Tabel 4.14

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Jenjang Pendidikan

No Butir Kuesioner Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS 11 Saya perlu melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kinerja saya F 1 25 30 2 0 199 68,62% % 1,7 43,1 51,7 3,4 0,0 12 Perusahaan belum memberikan kesempatan mengikuti pendidikan untuk mendukung kinerja F 0 7 20 29 2 200 68,97% % 0,0 12,1 34,5 50,0 3,4 Total Akumulasi 399 68,79%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.14 merupakan rekapitulasi untuk item ke-11 sebagian besar karyawan menyatakan kurang setuju artinya sebagian besar karyawan merasa tidak perlu melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kinerjanya dengan perolehan skor presentase sebesar 68,62%. Sedangkan untuk item ke-12 sebagian besar karyawan menyatakan tidak setuju artinya perusahaan memberikan kesempatan mengikuti pendidikan untuk mendukung kinerja dengan perolehan skor presentase sebesar 68,97%.

(20)

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 68,79% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa karyawan merasa perlu untuk melanjutkan pendidikan untuk mendukung dan meningkatkan kinerja yang dimiliki.

Menurut Tirthahardja (2005:53) Jenjang pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang ditemukan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.

Tabel 4.15

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Kesesuaian Jurusan

No Butir Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS 13 Perusahaan memberikan tugas sesuai dengan jurusan pendidikan yang diambil F 3 19 28 8 0 191 65,86% % 5,2 32,8 48,3 13,8 0,0 14

Posisi jabatan saya saat ini belum sesuai dengan tingkatan Pendidikan F 2 18 36 2 0 194 66,90% % 3,4 31,0 62,1 3,4 0,0 Total Akumulasi 385 66,38%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.15 merupakan rekapitulasi untuk item ke-13 menyatakan sebagian besar karyawan kurang setuju artinya perusahaan belum sepenuhnya memberikan tugas sesuai dengan jurusan pendidikan yanhg diambil karyawan dengan perolehan skor presentase sebesar 65,86%. Sedangkan untuk item ke-14 menyatakan sebagian besar karyawan menyatakan kurang setuju artinya sebagian besar karyawan posisi jabatan saat ini belum sesuai dengan tingkatan pendidikan dengan perolehan skor presentase sebesar 66,90%.

(21)

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 66,38% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong cukup baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa masih terdapat karyawan yang merasa posisi jabatannya belum sesuai dengan jurusan, hal ini tentunya perlu diperhatikan oleh Batan agar posisi jabatan karyawan dapat sesuai dengan jurusannya.

Menurut Tirthahardja (2005:53) Keseuaian jurusan adalah sebelum karyawan direkrut terlebih dahulu perusahaan menganalisis tingkat pendidikan dan kesesuaian jurusan pendidikan karyawan tersebut agar hadir bisa ditempatkan pada posisi jabatannya yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan.

Tabel 4.16

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Kompetensi

No Butir Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS 15 Saya mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab F 1 23 21 12 1 185 63,79% % 1,7 39,7 36,2 20,7 1,7 16 Saya sering mengalami kesulitan dalam melakukan tugas yang diberikan

F 0 2 22 29 5

211 72,76% % 0,0 3,4 37,9 50,0 8,6

Total Akumulasi 396 68,28%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.16 merupakan rekapitulasi untuk item ke-15 sebagian besar karyawan menyatakan setuju artinya karyawan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dengan perolehan skore presentase sebesar 63,79%. Sedangkan untuk item ke-16 sebagian besar

(22)

karyawan menyatakan tidak setuju artinya sebagian karyawan tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tugas yang diberikan dengan perolehan skor presentase sebesar 72,76%.

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 68,38% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa para karyawan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab, hal ini tentunya perlu dipertahankan agar Batan tetap mempunyai para karyawan bertanggung jawab sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Tirthahardja (2005:53) Kompetensi merupakan pengetahuan, penguasaan terhadap tugas, keterampilan dan nilai – nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

4.3.3 Analisis Deskriptif Variabel Pengalaman Kerja (X3)

Berdasarkan hasil kuesioner dari 58 responden, variabel pengalaman kerja akan terungkap melalui jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti dalam kuesioner yang diberikan kepada responden. Variabel pengalaman kerja diukur menggunakan 6 item pernyataan yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya, sedangkan untuk mengetahui gambaran mengenai variabel tersebut secara menyeluruh, berikut diperoleh hasil rekapitulasi tanggapan responden sebagai berikut:

(23)

Tabel 4.17

Rekapitulasi Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Pengalaman Kerja

No Indikator Item Skor

Aktual

Skor

Ideal (%) Kriteria 1 Lama waktu / masa kerja 2 382 580 65,86% Cukup Baik 2 Tingkat pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki 2 398 580 68,62% Baik 3 Penguasaan terhadap pekerjaan

dan peralatan 2 425 580 73,28% Baik

Total 6 1205 1740 69,25% Baik

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.17 merupakan rekapitulasi jawaban responden pada pengalaman kerja yang di ukur menggunakan tiga indikator dengan enam item pernyataan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai tertinggi berada pada indikator penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan,hal ini dikarenakan karyawan yang berpengalaman sering mendapatkan berbagai macam pekerjaan oleh karena itu karyawan menguasai teknik pekerjaan yang diberikan. sedangkan persentase skor terendah berada pada indikator lama waktu / masa kerja, hal ini dikarenakan karyawan yang sudah lama bekerja terkadang mengalami kesulitan jika diberikan pekerjaan yang belum pernah dikerjakan sebelumnya. Dalam pengalaman kerja tingkat pengetahuan dan keterampilan dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan dan agar pekerjaan yang dihasilkan berkualitas. Secara keseluruhan pengalaman kerja termasuk dalam kriteria baik. Jika disajikan dalam bentuk gambar garis kontinum, nilai persentase skor tersebut adalah sebagai berikut:

(24)

Gambar 4.5

Garis Kontinum Pengalaman Kerja

Agar lebih jelas, maka peneliti menyajikan tanggapan – tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan mengenai pengalaman kerja berdasarkan indikatornya masing-masing dengan uraian – uraian sebagai berikut:

Tabel 4.18

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Lama Waktu / Masa Kerja

No Butir Kuesioner Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

17

Saya telah lama bekerja disini, namun sering ada pekerjaan yang sulit untuk diselesaikan F 0 7 22 26 3 199 68,62% % 0,0 12,1 37,9 44,8 5,2 18 Pengalaman yang saya miliki membantu saya dalam bekerja, baik dari pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan F 3 13 32 10 0 183 63,10% % 5,2 22,4 55,2 17,2 0,0 Total Akumulasi 382 65,86%

Sumber: data olah kuisioner 2019

20% 36,0% 52,0% 68,0% 84,0% 100%

69,25%

(25)

Tabel 4.18 merupakan rekapitulasi untuk item ke-17 sebagian besar karywan menyatakan cukup artinya karyawan sudah lama bekerja dan terkadang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dengan perolehan skor presentase sebesar 68,62%. Sedangkan untuk item ke-18 sebagian besar karyawan menyatakan cukup artinya pengalaman yang dimiliki karyawan membantu dalam bekerja, baik dari pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan dengan perolehan skor presentase sebesar 63,10%.

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 65,86% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong cukup baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa masih ada karyawan yang sudah lama bekerja tetapi terkadang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya, hal ini tentunya perlu ditingkatkan lagi oleh para karyawan agar karyawan tersebut dapat menyelesaikan tugasnya tanpa mengalami kesulitan.

Menurut Foster dalam Aristarini (2014:2) Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.

(26)

Tabel 4.19

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan yang Dimiliki

No Butir Kuesioner Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

19

Tingkat pengetahuan yang saya miliki membuat kualitas kerja saya optimal

F 2 10 36 9 1

177 61,03% % 3,4 17,2 62,1 15,5 1,7

20

Saya belum cukup memiliki

keterampilan yang memadai untuk pekerjaan saat ini, dikarenakan latar belakang pengalaman kerja yang berbeda

F 1 3 12 32 10

221 76,21% % 1,7 5,2 20,7 55,2 17,2

Total Akumulasi 398 68,62%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.19 merupakan rekapitulasi untuk item ke-19 sebagian besar karyawan menyatakan cukup artinya tingkat pengetahuan yang dimiliki karyawan membuat kualitas kerja optimal dengan perolehan skor presentase sebesar 61,03%. Sedangkan untuk ke-20 sebagian karyawan menyatakan tidak setuju artinya karyawan sudah memiliki keterampilan yang cukup memadai untuk pekerjaan saat ini, dikarenakan latar belakang pengalaman kerja yang berbeda dengan perolehan skor presentase sebesar 76,21%.

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 68,62% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan membuat kualitas kerja optimal hal ini tentunya perlu dipertahankan oleh para

(27)

karyawan agar Batan tetap mempunyai para karyawan yang hasil kerjanya berkualitas.

Menurut Foster dalam Aristarini (2014:2) Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan.

Tabel 4.20

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Penguasaan Terhadap Pekerjaan dan Peralatan

No Butir Kuesioner Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

21

Selama saya bekerja saya hampir tidak pernah melakukan kesalahan karena saya menguasai pekerjaan F 8 29 19 2 0 217 74,83% % 13,8 50,0 32,8 3,4 0,0 22

Saya belum dapat menguasai pekerjaan yang diberikan oleh atasan dengan baik

F 0 1 23 33 1

208 71,72% % 0,0 1,7 39,7 56,9 1,7

Total Akumulasi 425 73,28%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.20 merupakan rekapitulasi untuk item ke-21 sebagian besar karyawan menyatakan setuju artinya sebagian besar karyawan hampir tidak melakukan kesalahan karena menguasai pekerjaan dengan perolehan skor presentase sebesar 74,83%. Sedangkan untuk item ke-22 sebagian besar karyawan menyatakan tidak setuju artinya karyawan dapat menguasai pekerjaan yang diberikan oleh atasan dengan baik dengan perolehan skor presentase sebesar 71,72%.

(28)

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 73,28% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar karyawan dapat menguasai tugas yang diberikan atasan dengan baik hal ini tentunya perlu dipertahankan oleh para karyawan agar Batan tetap mempunyai karyawan yang dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik karena telah menguasai pekerjaannya.

Menurut Foster dalam Aristarini (2014:2) Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek - aspek teknik peralatan dan teknik pekerjaan.

4.3.4 Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Karyawan (Y)

Berdasarkan hasil kuesioner dari 58 responden, variabel kinerja karyawan akan terungkap melalui jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti dalam kuesioner yang diberikan kepada responden. Variabel kinerja karyawan diukur menggunakan 10 item pernyataan yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya, sedangkan untuk mengetahui gambaran mengenai variabel tersebut secara menyeluruh, berikut diperoleh hasil rekapitulasi tanggapan responden sebagai berikut:

Tabel 4.21

Rekapitulasi Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Kinerja Karyawan

No Indikator Item Skor

Aktual

Skor

Ideal (%) Kriteria 1 Kuanitas dari hasil 2 388 580 66,90% Cukup Baik 2 Kualitas dari hasil 2 374 580 64,48% Cukup Baik 3 Ketepatan waktu dari hasil 2 402 580 69,31% Baik 4 Kehadiran 2 389 580 67,07% Cukup Baik 5 Kemampuan Bekerja Sama 2 398 580 68,62% Baik

Total 10 1951 2900 67,28% Cukup Baik

(29)

Tabel 4.21 merupakan rekapitulasi jawaban responden pada variabel kinerja karyawan yang di ukur menggunakan lima indikator dengan sepuluh item pernyataan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai tertinggi berada pada indikator ketepatan waktu dari hasil, hal ini dikarenakan karyawan dapat memanfaatkan waktu kerjanya dengan baik. sedangkan nilai terendah berada pada indikator kualitas dari hasil, hal ini dikarenakan hasil tugas para karyawan belum sepenuhnya sesuai dengan kualitas kerja yang ditentukan. Kuantitas hasil kerja dapat dilihat dari prestasi kerja yang dicapai karyawan dan pencapaian target pekerjaan karyawan. kuantitas hasil kerja merupakan jumlah produksi kegiatan yang dihasilkan atau diselesaikan. Dalam indikator kinerja terdapat kemampuan bekerja sama karena dapat menciptakan kekompakan sehingga dapat meningkatkan rasa kerja sama antar karyawan. Secara keseluruhan kinerja karyawan termasuk dalam kriteria cukup baik. Jika disajikan dalam bentuk gambar garis kontinum, nilai persentase skor tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 4.6

Garis Kontinum Kinerja Karyawan

20% 36,0% 52,0% 68,0% 84,0% 100%

67,28%

(30)

Agar lebih jelas, maka peneliti menyajikan tanggapan – tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan mengenai kinerja karyawan berdasarkan indikatornya masing-masing dengan uraian – uraian sebagai berikut:

Tabel 4.22

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Kuanitas Dari Hasil

No Butir Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

23

Saya merasa menikmati jika diberi beban dan tanggung jawab yang lebih besar dari yang biasa dilakukan

F 1 19 28 7 3

182 62,76% % 1,7 32,8 48,3 12,1 5,2

24

Saya belum dapat melaksanakan tugas secara efisien dan efektif

F 0 6 17 32 3

206 71,03% % 0,0 10,3 29,3 55,2 5,2

Total Akumulasi 388 66,90%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.22 merupakan rekapitulasi untuk item ke 23 sebgaian besar karyawan menyatakan kurang setuju artinya para karyawan tidak merasa menikmati jika diberi beban dan tanggung jawab yang lebih besar dari apa yang biasa dilakukab dengan perolehan skor presentase sebesar 62,76%. Sedangkan untuk item ke-24 sebagian besar karyawan menyatakan tidak setuju artinya karyawan dapat melaksanakan tugas secara efisien dan efektif dengan perolehan skor presentase sebesar 71,03%.

(31)

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 66,90% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong cukup baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa masih terdapat karyawan yang belum dapat melaksanakan tugas secara efisien dan efektif. Hal ini tentunya harus lebih diperhatikan oleh Batan agar para karyawan dapat meningkatkan kuantitas dari hasil kerjanya.

Menurut Robbins, (2012: 155) kuantitas hasil kerja merupakan jumlah produksi kegiatan yang dihasilkan atau diselesaikan. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan. Kuantitas hasil kerja dapat dilihat dari prestasi kerja yang dicapai karyawan dan pencapaian target pekerjaan karyawan.

Tabel 4.23

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Kualitas Dari Hasil

No Butir Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

25

Hasil tugas yang saya kerjakan sudah sesuai dengan kualitas kerja yang telah ditentukan

F 0 19 32 6 1

185 63,79% % 0,0 32,8 55,2 10,3 1,7

26

Perusahaan pernah merasa kecewa atas hasil tugas yang saya kerjakan

F 0 27 20 10 1

189 65,17% % 0,0 46,6 34,5 17,2 1,7

Total Akumulasi 374 64,48%

(32)

Tabel 4.23 merupakan rekapitulasi untuk item ke-25 sebagian besar karyawan menyatakan kurang setuju artinya sebagian karyawan hasil tugas yang dikerjakan belum sepenuhnya sesuai dengan kualitas kerja yang telah ditentukan dengan perolehan skor presentase sebesar 63,79%, sedangkan untuk ke-26 sebagian besar karyawan menyatakan setuju artinya perusahaan pernah merasa kecewa atas hasil tugas yang dikerjakan karyawan dengan perolehan skor presentase sebesar 65,17%.

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 64,48% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong cukup baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil tugas para karyawan belum sepenuhnya sesuai dengan kualitas kerja yang ditentukan. Hal ini tentunya para karyawan perlu meningkatkan kinerjanya agar tugas yang dihasilkan sesuai dengan kualitas yang telah ditentukan. Menurut Robbins, (2012: 155) kualitas hasil kerja merupakan mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran menceminkan pengukuran “tingkat kepuasan”, yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran seperti keterampilan, kepuasan pelanggan, ataupun inisiatif.

(33)

Tabel 4.24

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Ketepatan Waktu Dari Hasil

No Butir Kuesioner Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

27

Saya dapat

menyelesaikan tugas dengan cepat dan efisien

F 3 25 19 11 0

194 66,90% % 5,2 43,1 32,8 19,0 0,0

28

Tugas lebih banyak dari target perusahaan terkadang belum sepenuhnya dapat terselesaikan tepat waktu F 0 3 21 31 3 208 71,72% % 0,0 5,2 36,2 53,4 5,2 Total Akumulasi 402 69,31%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.24 merupakan rekapitulasi untuk item ke-27 sebagian besar karyawan menyatakan setuju artinya sebagian besar karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan cepat dan efisien dengan perolehan skor presentase sebesar 66,90%. Sedangkan untuk item ke-28 sebagian besar karyawan menyatakan tidak setuju artinya tugas lebih banyak dari target perusahaan terkadang belum sepenuhnya dapat terselesaikan tepat waktu dengan perolehan skor presentase sebesar 71,72%.

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 69,31% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa para karyawan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, hal ini tentunya perlu dipertahankan oleh para karyawan agar Batan tetap mempunyai karyawan disiplin karena menyelesaikan tugas tepat waktu.

(34)

Menurut Mathis dan Jackson (2011:378) Waktu harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan secara optimal. Penundaan penggunaan waktu dapat menimbulkan berbagai konsekuensi biaya besar dan kerugian.

Tabel 4.25

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Kehadiran

No Butir Kuesioner Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

29

Saya berusaha datang lebih awal dari jam kantor F 0 19 35 2 2 187 64,48% % 0,0 32,8 60,3 3,4 3,4 30 Terkadang saya mengalami kendala sehingga saya terpaksa harus tidak hadir bekerja

F 0 4 27 22 5

202 69,66% % 0,0 6,9 46,6 37,9 8,6

Total Akumulasi 389 67,07%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.25 merupakan rekapitulasi untuk item ke-29 sebagian karyawan menyatakan cukup artinya sebagian karyawan berusaha datang lebih awal dari jam kantor dengan perolehan skor presentase sebesar 64,48%. Sedangkan untuk ke-30 sebagian besar karyawan menyatakan kurang setuju artinya sebagian karyawan terkadang karyawan mengalami kendala sehingga saya terpaksa harus tidak hadir bekerja dengan perolehan skor presentase sebesar 69,66%.

Secara keseluruhan nilai persentase sebesar 67,07% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong cukup baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa para karyawan belum sepenuhnya datang lebih awal dari jam kantor dan terkadang absen karena mengalami kendala. Hal ini perlu

(35)

diperhatikan oleh Batan agar para karyawan meningkatkan disiplinnya terutama dalam kehadiran.

Menurut Robbins (2012: 156) tingkat kehadiran menjadi salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat kedisiplinan karyawan semakin tinggi kehadirannya atau rendahnya kemangkiran maka karyawan tersebut telah memiliki disiplin kerja yang tinggi yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut.

Tabel 4.26

Tanggapan karyawan Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) - Batan Mengenai Indikator Kemampuan Bekerja Sama

No Butir Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

Aktual (%) SS S KS TS STS

31 Saya mampu bekerja sama dalam tim kerja

F 5 26 15 12 0

198 68,28% % 8,6 44,8 25,9 20,7 0,0

32

Saya belum mampu berdiskusi

memberikan ide dan menerima masukan pendapat dari anggota lainnya

F 4 5 17 25 7

200 68,97% % 6,9 8,6 29,3 43,1 12,1

Total Akumulasi 398 68,62%

Sumber: data olah kuisioner 2019

Tabel 4.26 merupakan rekapitulasi untuk item ke-31 sebagian karyawan menyatakan setuju artinya para karyawan mampu bekerja sama dalam tim kerja dengan perolehan skor presentase sebesar 68,28%. Sedangkan untuk item ke-32 sebagian besar karyawan menyatakan tidak setuju artinya sebagian besar karyawan mampu berdiskusi memberikan ide dan menerima masukan pendapat dari anggota lainnya dengan perolehan skor presentase sebesar 68,97%.

(36)

Secara keseluruhan nilai persentase yang diperoleh sebesar 68,62% menurut kriteria yang dikemukakan Umi Narimawati (2007:85) tergolong baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa para karyawan mampu bekerja sama seperti memberikan ide dan menerima pendapat yang ada. Hal ini tentunya perlu dipertahankan oleh para karyawan agar Batan tetap mempunyai para karyawan yang mampu meciptakan kekompakan.

Menurut Mathis dan Jackson (2011:378) Kemampuan bekerja sama dapat menciptakan kekompakan sehingga dapat meningkatkan rasa kerja sama antar karyawan.

4.4 Analisis Verifikatif

Analisis verifikatif dalam penelitian adalah untuk mengatahui analisis pengaruh insentif, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan, dengan menggunakan metode statistik regresi linier berganda. 4.4.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pembentukan model regresi, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi terlebih dahulu supaya model yang terbentuk memberikan estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimated). Pengujian asumsi ini terdiri atas tiga pengujian, yakni uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji

heteroskedastistias.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model

(37)

regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Uji normalitas data dengan menggunakan metode grafik yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik normal probability plot (P-P Plot of Regression Standardized residual) dan Kolmogorov-Smirnov. Sebagai dasar pengambilan keputusannya, jika titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal dan nilai probabilitas (asymtotic significance) lebih besar dari 0,05 maka data residual tersebut telah normal.

Gambar 4.7 Uji Normalitas

Berdasarkan grafik normalitas menggunakan normal p-plot di atas, diketahui bahwa titik-titik menyebar mengikuti garis diagonal yang menunjukan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas terbukti dari normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut:

(38)

Tabel 4.27 Uji Normalitas

Berdasarkan tabel output uji kolmogorov smirnov di atas, diperoleh nilai probabilitas (Asymp. Sig. (2-tailed)) sebesar 0,831. Nilai signifikansi (p-value) tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data model regresi sudah berdistribusi normal.

2. Uji Multikoliniearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat korelasi linier/ hubungan yang kuat antara variabel bebasnya.

Jika dalam model regresi terdapat gejala multikolinearitas, maka model regresi tersebut tidak dapat menaksir secara tepat sehingga diperoleh kesimpulan yang salah tentang variabel yang diteliti.

(39)

Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan

variance inflation factor (VIF) dengan kriteria pengujian nilai tolerance harus lebih

dari 0,1 dan Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10.

Tabel 4.28 Uji Multikolinieritas

Berdasarkan output di atas, diketahui bahwa ketiga variabel bebas memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak memiliki masalah multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi kesalahan atau ketidaksamaan variance pada residual (error) dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk menguji adanya gejala

heteroskedastisitas digunakan pengujian dengan metode scatter plot, dengan

kriteria hasil sebagai berikut:

1. Jika pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

(40)

2. Jika tidak ada yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.8 Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar di atas, diketahui titik-titik yang diperoleh menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu atau menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada data yang diteliti tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas.

Berdasarkan uji asumsi klasik di atas, diketahui bahwa semua pengujian data tidak ditemukan adanya pelanggaran asumsi klasik, sehingga data dapat dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda.

4.4.1.1 Persamaan Regresi Linier Berganda

Persamaan regresi linier berganda yang akan dibentuk adalah: Ŷ = β0 + β 1X1 + β2X2 + β3X3

(41)

Keterangan: Y = Kinerja Karyawan β0 = Konstanta X1 = Insentif, X2 = Tingkat Pendidikan X3 = Pengalaman Kerja

βi = Koefisien regresi masing-masing variabel independen

Dengan menggunakan bantuan software SPSS v.21, diperoleh hasil analisis regresi linier berganda sebagai berikut:

Tabel 4.29

Koefisien Regresi Berganda

Berdasarkan hasil output SPSS di atas terlihat nilai koefesien regresi pada nilai Unstandardized Coefficients “B”, sehingga diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Ŷ = 0,547 + 0,429X1 + 0,493X2 + 0,430X3

Dari hasil persamaan regresi tersebut masing-masing variabel dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

(42)

a. Nilai konstanta sebesar 0,547, memiliki arti bahwa jika semua variabel bebas yakni insentif, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja bernilai 0 (nol) dengan kata lain tidak ada perubahan, maka diprediksikan kinerja karyawan akan bernilai sebesar 0,547.

b. Nilai insentif sebesar 0,429, memiliki arti bahwa jika insentif mengalami peningkatan sebesar 1 atau semakin baik sedangkan variabel bebas lainnya konstan, maka diprediksikan kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0,429. c. Nilai tingkat pendidikan sebesar 0,493, memiliki arti bahwa jika tingkat pendidikan mengalami peningkatan sebesar 1 atau semakin baik sedangkan variabel bebas lainnya konstan, maka diprediksikan kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0,493.

d. Nilai pengalaman kerja sebesar 0,430, memiliki arti bahwa jika pengalaman kerja mengalami peningkatan sebesar 1 atau semakin baik sedangkan variabel bebas lainnya konstan, maka diprediksikan kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0,430.

Dari persamaan tersebut dapat diprediksikan bahwa dimana semakin baik insentif, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja maka akan diikuti oleh semakin baiknya kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan.

4.4.1.2 Analisis Koefesien Korelasi (R)

Analisis korelasi bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat hubungan atau keeratan yang terjadi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Berikut disajikan nilai koefesien korelasi dengan bantuan Software SPSS v21.1.

(43)

Tabel 4.30

Koefisien Korelasi Berganda

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa nilai korelasi (R) yang diperoleh antara insentif, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja dengan kinerja karyawan adalah sebesar 0,799. Nilai 0,799 menurut Syahri Alhusin (2003:157) berada pada interval 0,61-0,80 termasuk kategori cukup tinggi. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang cukup tinggi antara insentif, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja dengan kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan. Berikut disajikan analisis korelasi parsial antara variabel bebas dengan variabel terikatnya masing-masing.

Tabel 4.31

(44)

Diperoleh informasi bahwa nilai korelasi (R) yang diperoleh antara insentif dengan kinerja karyawan adalah sebesar 0,634. Nilai 0,634 menurut Syahri Alhusin (2003:157) berada pada interval 0,61-0,80 termasuk kategori cukup tinggi dengan arah positif. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang cukup tinggi antara insentif dengan kinerja karyawan, dimana semakin baik insentif maka akan diikuti semakin baiknya kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan begitupun sebaliknya.

Sejalan dengan hasil penelitian Aidil Amin Effendy (2018) bahwa insentif berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Calibramed Jakarta Selatan, begitu pula dengan penelitian Diah Maha Dwijayanthi dkk (2013) bahwa Insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja individu pengguna sistem informasi akuntansi pada SKPD Dispenda Pemerintah Kota Denpasar.

Tabel 4.32

Koefisien Korelasi Parsial X2

Diperoleh informasi bahwa nilai korelasi (R) yang diperoleh antara tingkat pendidikan dengan kinerja karyawan adalah sebesar 0,633. Nilai 0,633 menurut Syahri Alhusin (2003:157) berada pada interval 0,61-0,80 termasuk kategori cukup tinggi dengan arah positif. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

(45)

positif yang cukup tinggi antara tingkat pendidikan dengan kinerja karyawan, dimana semakin baik tingkat pendidikan maka akan diikuti semakin baiknya kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan begitupun sebaliknya.

Sejalan dengan hasil penelitian Rahel Mutiara Ratu dkk (2018) bahwa Tingkat Pendidikan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado.

Tabel 4.33

Koefisien Korelasi Parsial X3

Diperoleh informasi bahwa nilai korelasi (R) yang diperoleh antara pengalaman kerja dengan kinerja karyawan adalah sebesar 0,651. Nilai 0,651 menurut Syahri Alhusin (2003:157) berada pada interval 0,61-0,80 termasuk kategori cukup tinggi dengan arah positif. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang cukup tinggi antara pengalaman kerja dengan kinerja karyawan, dimana semakin baik pengalaman kerja maka akan diikuti semakin baiknya kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan begitupun sebaliknya.

(46)

Sejalan dengan hasil penelitian Wanceslaus Bili dkk (2018) bahwa Pengalaman kerja mempunyai hubungan (korelasi) yang positif terhadap kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Laham Kabupaten Mahakam Ulu.

4.4.1.3 Analisis Koefesien Determinasi (r2)

Koefisien Determinasi (r2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel independen secara bersama-sama dalam memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan

SoftwareSPSS v.21, diperoleh output sebagai berikut:

Tabel 4.34

Koefisien Determinasi (R-square)

Dari tabel hasil output SPSS di atas, diketahui nilai koefisien determinasi atau R square sebesar 0,639 atau 63,9%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan mampu dipengaruhi oleh insentif, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja mencapai 63,9%, sedangkan sisanya sebesar 36,1% merupakan pengaruh atau kontribusi dari variabel lain yang tidak diteliti contohnya adalah pelatihan, kompetensi dan sebagainya. Sedangkan untuk melihat besar kontribusi dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat dari hasil perkalian antara nilai beta dengan zero order sebagai berikut:

(47)

Tabel 4.35

Koefisien Determinasi Parsial

Berikut disajikan hasil pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan rumus beta X zero order:

1. Variabel insentif = 0,368 x 0,634 = 0,234 atau 23,4%

2. Variabel tingkat pendidikan = 0,312 x 0,633 = 0,197 atau 19,7%

3. Variabel pengalaman kerja = 0,319 x 0,651 = 0,208 atau 20,8%

Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa dari total konstribusi sebesar 63,9% ternyata sebesar 23,4% diberikan oleh variabel insentif, dari variabel tingkat pendidikan sebesar 19,7% dan dari pengalaman kerja sebesar 20,8%. Sehingga dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa insentif merupakan variabel yang dominan diantara tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, hal ini dikarenakan insentif merupakan hal yang dibutuhkan dalam bekerja dan melekat pada diri seorang karyawan.

4.4.1.4 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Hipotesis yang akan diuji pada pengujian secara simultan ini adalah: H0: β1:β2:β3 = 0 Insentif, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja tidak

(48)

Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan

H1: β1:β2:β3 ≠ 0 Insentif, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 0,05 atau 5%

Kriteria: tolak H0 jika nilai Fhitung > Ftabel dan terima H1

Dengan menggunakan Software SPSS v.21, diperoleh output sebagai berikut:

Tabel 4.36 Uji Signifikansi (Uji F)

Berdasarkan output SPSS di atas diketahui nilai Fhitung sebesar 31,826

dengan p-value (sig.) = 0,000. Dengan α = 0,05, df1 = 3, dan df2= (n-k-1) = 54, maka

di dapat Ftabel = 2,776. Dikarenakan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (31,826 >

2,776) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya

secara simultan insentif, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan. Jika disajikan dalam gambar, maka nilai Fhitung dan Ftabel tampak sebagai berikut:

(49)

Gambar 4.9

Kurva Uji Hipotesis Simultan

Untuk melihat signifikansi secara parsial, berikut disajikan pengujian parsial menggunakan uji t.

4.4.1.5 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Dengan menggunakan program Software SPSS v21, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.37

Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

a. Hipotesis X1

H0: β1 = 0 Insentif tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan

H1: β1 ≠ 0 Insentif berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada

Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan Ftabel = 4,737 (α= 0,05 ; db1 =2; db2 = 7) 7,310 Daerah Penerimaan H0 Daerah Penolakan H0 F tabel = 2,776 F hitung = 31,826

(50)

Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, df = 54, sehingga diperoleh ttabel

untuk uji dua pihak sebesar -2,005 dan 2,005.

Kriteria : Tolak H0 jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel, terima H1

Tolak H1 jika thitung < ttabel atau -thitung > -ttabel, terima H0

Dari tabel 4.37 hasil output SPSS diperoleh nilai thitung untuk variabel

insentif terhadap kinerja karyawan sebesar 3,946 dan nilai p-value (Sig.) sebesar 0,000. Dikarenakan nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (3,946 > 2,005) dan nilai

signifikansi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara parsial

insentif berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan. Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian hipotesis tersebut maka tampak sebagai berikut:

Gambar 4.10 Kurva Uji Hipotesis Parsial X1

Berdasarkan kurva uji hipotesis di atas, dapat diketahui bahwa nilai thitung

lebih besar dari nilai ttabel sehingga H1 diterima, yang menunjukan bahwa dengan

tingkat kesalahan 5% dapat diketahui bahwa secara parsial insentif berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan, sehingga hipotesis penelitian diterima.

-t-tabel = -2,005 0 t-tabel = 2,005

(51)

b. Hipotesis X2

H0: β2 = 0 Tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan

H1: β2 ≠ 0 Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan

Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, df = 54, sehingga diperoleh ttabel

untuk uji dua pihak sebesar -2,005 dan 2,005.

Kriteria: Tolak H0 jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel, terima H1

Tolak H1 jika thitung < ttabel atau -thitung > -ttabel, terima H0

Dari tabel 4.37 hasil output SPSS diperoleh nilai thitung untuk variabel tingkat

pendidikan terhadap kinerja karyawan sebesar 3,126 dan nilai p-value (Sig.) sebesar 0,003. Dikarenakan nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (3,126 > 2,005) dan nilai

signifikansi 0,003 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara parsial

tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan.

Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian hipotesis tersebut

(52)

Gambar 4.11

Kurva Uji Hipotesis Parsial X2

Berdasarkan kurva uji hipotesis di atas, dapat diketahui bahwa nilai thitung

lebih besar dari nilai ttabel sehingga H1 diterima, yang menunjukan bahwa dengan

tingkat kesalahan 5% dapat diketahui bahwa secara parsial tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan, sehingga hipotesis penelitian diterima.

c. Hipotesis X3

H0: β3 = 0 Pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan

H1: β3 ≠ 0 Pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan pada Bagian Tata Usaha Pusat Sains Dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) – Batan

Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%, df = 54, sehingga diperoleh ttabel

untuk uji dua pihak sebesar -2,005 dan 2,005.

Kriteria: Tolak H0 jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel, terima H1

-t-tabel = -2,005 0 t-tabel = 2,005

Gambar

Gambar 4.1   Struktur Organisasi Batan
Tabel  4.2  merupakan  rekapitulasi  karakteristik  karyawan  Pusat  Sains  dan  Teknologi  Nuklir  Terapan  (PSTNT)  -  Batan  berdasarkan  usia,  terlihat  bahwa  mayoritas dari 58 responden berusia &gt;50 tahun
Tabel  4.3  menjelaskan  distribusi  karakteristik  karyawan  Pusat  Sains  dan  Teknologi  Nuklir  Terapan  (PSTNT)  -  Batan  berdasarkan  tingkat  pendidikan  terakhir
Tabel  4.4  menjelaskan  karakteristik  karyawan  Pusat  Sains  dan  Teknologi  Nuklir  Terapan  (PSTNT)  -  Batan  berdasarkan  status  pernikahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat khususnya Badiklatkop berperan dalam melakukan

Target audience dari “Dongeng Monyet dan Kura-kura dengan Multiending” adalah anak laki-laki dan perempuan yang berusia 6-8 tahun, mengingat anak pada usia dini memiliki rasa

1) Untuk menambah pengetahuan bagi guru dalam memilih media untuk meningkatkan kreativitas. 2) Sebagai tambahan pengetahuan keprofesian bagi gurudi TKBina Anaprasa Kencana

Proses enkripsi dengan menggunakan suatu kunci akan mengubah plaintext menjadi Chipertext dan proses dekripsi dengan menggunakan kunci yang sama dengan kunci

dari kemampuan kognitif, dan sosial VLVZD NHODV 9,, 07V 0X¶DOOLPLQ Muhammadiyah Yogyakarta, dapat dilihat dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan

Padahal di DKI Jakarta Sendiri, terdapat 3(tiga) Instansi Badan Narkotika Nasional yaitu Badan Narkotika Nasional Pusat, Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta,

Penerapan model latihan kelincahan pada pembelajaran dribble dalam permainan bola basket pada penelitian tindakan kelas ini telah memberikan dampak yang positif terhadap