• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Pasar eceran atau pasar ritel di Indonesia merupakan pasar besar dengan jumlah penduduk Indonesia pada awal tahun 2010 sekitar 237.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Pasar eceran atau pasar ritel di Indonesia merupakan pasar besar dengan jumlah penduduk Indonesia pada awal tahun 2010 sekitar 237."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

2 PENDAHULUAN

Pasar eceran atau pasar ritel di Indonesia merupakan pasar besar dengan jumlah penduduk Indonesia pada awal tahun 2010 sekitar 237.556 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, total belanja rumah tangga akhir 2010 mencapai 115 triliun rupiah (http://detikfinance.com). Industri ritel di Indonesia terus mengalami pertumbuhan minimal sekitar 10 persen/tahun (blogdetik.com). Belanja tersebut mencangkup seluruh kebutuhan rumah tangga, mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti gula, sabun mandi, pakaian, hingga kebutuhan barang tahan lama (durable) seperti kulkas, emas dan mobil. Pasar ritel dapat terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai bidang seperti daya beli yang terus meningkat dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi tahunan yang kokoh. Pasar ritel yang tumbuh secara nasional tidak saja menguntungkan peritel besar atau produsen barang ritel, melainkan juga para peritel kecil yang melayani masyarakat setempat. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan pasar ritel adalah perkembangan populasi. Jumlah penduduk yang bertambah menyebabkan permintaan barang dan jasa meningkat (swamagazine.com).

Syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha ritel agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk mempertahankan pelanggan sehingga perusahaan harus mampu memuaskan apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggannya melebihi apa yang diberikan oleng pesaing. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha ritel belum tentu memberikan jaminan bahwa usaha ritelnya akan berhasil, karena keputusan akhir jatuh pada konsumen yang akan memilih produk. Sekarang ini konsumen semakin pintar, kritis, dan selalu membandingkan satu dengan yang lain. Ketika konsumen dihadapkan pada keputusan membeli, seringkali mereka menggunakan sudut pandang, pemahaman, pengetahuan dan pengalaman, informasi serta persetujuan dan opini dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Pada usaha ritel konsumen juga memiliki pengetahuan serta informasi tentang tempat-tempat belanja yang banyak dikunjungi. Pemasar harus menganalisis perilaku pembelian konsumen karena reaksi pembeli terhadap strategi pemasaran suatu perusahaan memiliki dampak yang besar bagi keberhasilan perusahaan (Fauzan, 2008:22).

(2)

3

Ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian barang dan jasa. Seperti faktor yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang dan faktor yang berasal dari lingkungan sekitar. Mempelajari dan menganalisis perilaku konsumen untuk mengambil keputusan pembelian sangat penting, karena dengan adanya pengetahuan dasar yang baik dari perilaku konsumen akan dapat memberi masukan berarti bagi perencanaan strategis perusahaan (Heribertus, 2012). Era globalisasi saat ini mengakibatkan pergeseran pola belanja konsumen yang lebih suka berbelanja di pasar ritel modern (Mini Market, Supermarket, atau Hypermarket) dibanding dengan pasar tradisional. Tampaknya kehadiran ritel modern ini semakin menggeser peranan pasar tradisional dan toko eceran kecil lainnya, karena selain berkembangnya konsep one stop shopping, supermarket juga memberikan layanan lebih baik dengan berbagai fasilitas yang memberikan kenyamanan berbelanja bagi konsumen. (Nova, 2008:9)

NIKI BARU termasuk swalayan yang cukup terkenal di kota Salatiga, tepatnya berada di jalan Jendral Sudirman. Peneliti tertarik meneliti NIKI BARU karena di tengah persaingan yang ada saat ini swalayan NIKI BARU mampu membuka cabang lagi. Selain itu meneliti Retailing Mix karena keseluruan dari variabel mempermudah konsumen untuk berbelanja dalam sebuah toko. Peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh Retailing Mix terhadap keputusan pembelian pada swalayan NIKI BARU karena persaingan ritel yang ada di Salatiga (Supermarket, Alfamart, Indomaret, dll) sangat sengit tetapi swalayan Niki Baru dapat membuka swalayan lain yang memungkinkan konsumen senang dengan retailing mix perusahaan.

Usaha ritel atau eceran dapat di pahami sebagai kegiatan dalam penjualan barang secara langsung kepada konsumen akhir yang kebanyakan untuk penggunaan pribadi. Peran Retailing Mix sangat penting dan berpengaruh karena tanpa adanya Retailing Mix yang tepat bagi perusahaan eceran akan mengalami kesulitan dalam pemasarannya.

Ada enam bauran eceran (retailing Mix) keluasan dan kedalaman keragaman produk (product mix), keputusan penetapan harga dalam seiap produk

(3)

4

(price mix), penempatan lokasi yang strategis dalam bersaing (location mix), memperkenalkan merek dalam benak konsumen (promotion mix), suasana atau atmosfer dalam gerai yang sekiranya menentukan konsumen dalam pengambilan keputusan membeli atau tidak (presentation mix), pelayanan pelanggan dan penjualan pribadi (personnel mix) (Lamb, et al.2001:96).

Dalam persaingan untuk menarik konsumen sebanyak mungkin masing-masing swalayan mempunyai kiat tersendiri. Misalnya sebuah swalayan sejak pertama memilih lokasi yang strategis agar tingkat aksesbilitas untuk menuju toko atau swalayan lebih mudah. Hal ini membuat konsumen tidak merasa enggan untuk berkunjung karena kemudahaan yang di dapat. Aspek lainnya yaitu sebuah swalayan harus memperhatikan kelengkapan produk agar konsumen tidak merasa kecewa. Dengan menyediakan produk-produk dengan berbagai ukuran dan merek, maka konsumen dapat memilih sesuai dengan keinginannya.

Selanjutnya swalayan juga harus memperhatikan harga-harga produk yang di perdagangkan. Sebaiknya harga yang diberikan mampu bersaing dengan kompetitor lainnya, sehingga konsumen tidak berpaling. Yang terakhir, sebuah swalayan harus mempertimbangkan kenyamanan konsumen dalam berbelanja yang meliputi ketersediaan fasilitas yang memadai. Jika fasilitas yang disediakan semakin baik, maka dapat di jamin tingkat kenyamanan konsumen dalam berbelanja akan semakin baik. Oleh sebab itu swalayan NIKI BARU perlu melakukan pengelolaan yang lebih baik lagi dalam hal meliputi tingkat aksesibilitas, kelengkapan produk, harga, dan kenyamanan berbelanja. Hal ini diupayakan agar tetap eksis di persaingan yang semakin ketat dan supaya menjaga agar konsumen tetap loyal.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa faktor-fakor dalam retailing mix dapat menjadi pengaruh terhadap keberhasilan sebuah toko. Maka dapat dirumuskan persoalan penelitian sebagai berikut :

Adakah pengaruh retailing mix yang terdiri dari bauran produk, bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi, dan bauran personalia terhadap keputusan pembelian pada swalayan Niki Baru ?

(4)

5

Sehubungan dengan persoalan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka dapat diperoleh tujuan penelitian sebagai berikut :

Untuk mengetahui apakah retailing mix yang terdiri dari bauran produk, bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi, dan bauran personalia berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada swalayan Niki Baru Sedangkan kegunaan hasil penelitian ini adalah :

1. Kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membawa kontribusi positif untuk menambah wawasan tentang retailing mix.

2. Kegunaan praktis bagi perusahaan penelitian ini dapat memberikan masukan obyektif tentang bauran eceran yang mempengaruhi keputusan pembelian pada swalayan Niki baru selain itu, penulis dapat memperoleh pengalaman meneliti dan mengaplikasikan teori-teori yang didapat di bangku perkuliahan ke dalam kenyataan yang sesungguhnya di lapangan. 3.

TELAAH TEORITIS

Bauran Eceran (Retailing Mix)

Pengertian bauran eceran (retailing mix)

Kotler (2003:215) mengatakan bahwa eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan non-bisnis. Pengecer (retailer) atau toko eceran (retail store) adalah setiap usaha bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari eceran. Retailing mix merupakan suatu kombinasi dari faktor-faktor yang digunakan retail untuk memuaskan kebutuhan pelanggan dan mempengaruhi keputusan pembelian (Levy and Weitz, 2001:23).

(5)

6 Komponen bauran eceran (retailing mix)

Gambar 1.1 Bauran Eceran (retailing mix)

Sumber: buku Utami “Manajemen Ritel”(2006:57)

Bagan diatas menunjukan enam bauran eceran (Retailing mix) yaitu: keluasan dan kedalaman keragaman produk (product mix), keputusan penetapan harga dalam setiap produk (price mix) penempatan lokasi yang startegis dalam bersaing (place mix), memperkenalkan merek dalam benak konsumen (promotion mix), suasana atau atmosfer dalam gerai yang sekiranya menentukan konsumen dalam pengambilan keputusan membeli atau tidak (presentation mix), pelayanan pelanggan dan penjualan pribadi (personnel mix).

Unsur-unsur bauran eceran dapat dijabarkan sebagai berikut (Lamb et al ,2001) : • Bauran Produk (Product Mix)

Produk-produk yang dijual peritel dalam gerainya, disebut merchandise, adalah salah satu dari unsur bauran pemasaran ritel (ritel marketing mix). Merchandising adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko (produk berbasis makanan, pakaian, barang kebutuhan rumah, produk umum, dan lain-lain atau kombinasi) untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu, dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel.

(6)

7

a. Assortment (Keragaman) Produk

Keragaman produk terdiri dari dua hal yaitu wide/lebar dan deep /dalam. Wide berarti banyaknya variasi kategori produk yang dijual, sedangkan deep berarti banyaknya item pilihan dalam masing-masing kategori produk.

b. Brand (merek)

Merek produk membantu memperkuat nilai gerai. Semakin tinggi dan terkenalnya suatu merek maka semakin tinggi pula nilai yang diciptakan pada gerai tersebut karena konsumen menganggap gerai tersebut menjual produk-produk bermerek bagus dan menimbulkan kepercayaan konsumen untuk membeli produk pada gerai tersebut.

c. Timing atau Alokasi

Persediaan barang di dalam gerai harus disiapkan secara terencana agar dapat disajikan dengan cepat setiap harinya. Rencana yang disusun berdasarkan perkiraan penjualan mencakup waktu pemesanan, pemilihan pemasok, kategori produk yang dipesan dari masing-masing pemasok, jumlah masing-masing kategori dan masing-masing item produk yang dipesan, waktu penerimaan barang dari masing-masing pemasok, tempat penyimpanan barang, cara penyimpanan barang, dan sebagainy (Ma’ruf 2005:135-153).

• Bauran Harga (Price Mix)

Menurut Kotler dalam Dahmiri (2009), ” harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pembeli untuk mendapatkan produk tertentu”. Harga juga dapat mengkomunikasikan posisi nilai tentang produk atau merek tersebut kepada pasar. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran retail yang dapat mendatangkan laba bagi peritel. Indikator harga yaitu :

1. Harga produk sesuai dengan harapan 2. Harga sesuai dengan kualitas produk

(7)

8

3. Perbedaan harga dengan swalayan lain

Berman dan Evan dalam Ma’ruf (2005:164) mengelompokkan strategi harga menjadi tiga orientasi, yaitu :

• Orientasi permintaan (demand)

Harga ditetapkan berdasarkan permintaan konsumen, yaitu dengan cara melihat pada perubahan belanja mereka pada harga-harga yang berbeda kemudian dipilih harga yang merujuk pada tingkat belanja yang ingin dicapai peritel.

• Orientasi biaya

Harga ditetapkan dengan cara menambah biaya perolehan produk (harga pokok produk) per unit dengan semua biaya operasional beserta laba yang diinginkan. Penetapan harga semacam ini disebut juga dengan markup pricing.

• Orientasi persaingan

Harga ditetapkan dengan cara mengikuti harga yang telah ditetapkan oleh pesaing. Perubahan harga baru diberlakukan apabila pesaing yang dijadikan benchmark (patokan) mengubah harga jual mereka. • Bauran Lokasi (location mix)

Salah satu faktor yang penting untuk mendirikan sebuah toko adalah menentukan lokasi yang tepat dan strategis dimana lokasi tersebut harus mudah dijangkau. Menurut Lamb, dkk. (2001:98) tersedianya transportasi publik, jarak dengan pertokoan lain, tersedianya tempat atau area parkir, serta keamanan dari lokasi merupakan variabel-variabel yang membentuk pemilihan lokasi.

• Bauran Promosi (Promotion mix)

Bisnis ritel berkaitan dengan pemasaran barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Kualitas perusahaan eceran secara umum akan berpengaruh pada konsumen. Komunikasi sebagai dasar promosi bertujuan mendorong target market untuk mau menjadi pembeli atau bahkan menjadi pelanggan setia.

(8)

9 • Bauran Presentasi (Presentation mix)

Atribut fisik atau penampilan toko memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan penampilan dan suasana yang menarik dibenak konsumen, dapat membuat konsumen nyaman saat berbelanja, dan membuat konsumen mudah menemukan barang-barang yang dicarinya.

Pengaruh bagian depan toko (eksterior bangunan) hendaknya tidak diremehkan, karena ini merupakan bagian pertama dari toko yang dilihat oleh pelanggan. Didalam toko, penataan serta tampilan, susunan serta penempatan posisi barang dagangan, warna dinding dan warna lantai, gaya pencahayaan yang digunakan, wewangian, musik, dan rupa personalia penjualan juga memberikan kontribusi atau sumbangan bagi citra sebuah toko.

• Bauran Personalia (Personnel mix)

Personel atau personalia memberikan pelayanan kepada pelanggan mereka sesuai dengan ketentuan yang sudah ditentukan didalam strategi eceran gerai. Pelayanan yang baik bahkan merupakan hal penting dimasa pertumbuhan ekonomi yang lambat, ketika banyak perusahaan masih bertahan mempertahankan pelanggan yang mereka miliki. Tenaga penjual eceran melayani fungsi penjualan yang penting antara lain membujuk pelanggan untuk membeli. Lamb, et al (2001:110).

Menurut Ma’ruf (2006:218) ada beberapa jenis pelayanan diantaranya:

1. Customer service;

a. Pramuniaga dan staf lain (seperti kasir dan SPG/sales promotion girl) yang terampil dengan cara pelayanan dan kesigapan membantu. b. Personal shopper, yaitu staf perusahaan ritel yang melayani pembeli

melalui telepon dan menyiapkan barang pesanan yang nantinya tinggal diambil oleh pelanggan.

(9)

10 2. Terkait fasilitas gerai;

a. Jasa pengantaran (delivery) b. Gift wrapping

c. Gift certificates (voucher)

d. Jasa pemotongan pakaian jadi (atau perbaikan). e. Cara pembayaran dengan credit card atau debit card f. Fasilitas tempat makan (food corner)

g. Fasilitas kredit

h. Fasilitas kenyamanan dan keamanan berupa tangga jalan dan tangga darurat

i. Fasilitas telepon dan mail orders 3. terkait jam operasional toko;

Jam buka yang panjang atau buka 24 jam. 4. fasilitas-fasilitas lain;

a. Ruang/lahan parkir b. Gerai laundry c. Gerai cuci cetak film Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Amstrong (2001:196) Purchase decision is the stage of the buyer decision process in which the consumer actually buys the product (merupakan salah satu tahapan proses keputusan pembelian dimana konsumen pada akhirnya membeli suatu produk).

Kotler dan Keller (2009:184) mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian dapat dibagi menjadi lima tahapan sebagai berikut :

1. Pengenalan Kebutuhan (Problem Recognation)

Proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat timbul ketika pembeli merasakan adanya rangsangan eksternal atau internal yang mendorong dirinya untuk mengenali kebutuhan. Rangsangan internal timbul dari dalam diri manusia itu sendiri, sedangkan dorongan eksternal berasal dari luar diri manusia atau

(10)

11

lingkungan. Kebutuhan mempunyai tingkat intensitas tertentu. Makin besar tingkat intensitasnya, maka akan semakin kuat dorongan yang timbul untuk menguranginya dengan jalan mencari obyek baru yang dapat memuaskan kebutuhannya.

2. Pencarian Informasi (Information Search)

Konsumen yang merasakan rangsangan akan kebutuhannya kemudian akan terdorong untuk mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Rangsangan tersebut dibagi dalam dua level. Level pertama adalah penguatan perhatian dimana pada level ini orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Level selanjutnya adalah pencarian informasi secara aktif dimana pada level ini orang mulai mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Sumber informasi konsumen dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik, dan sumber eksperimental. Melalui pengumpulan informasi yang didapat dari berbagai sumber tersebut, konsumen kemudian dapat mempelajari merek-merek yang bersaing beserta fitur merek tersebut.

3. Evaluasi Alternatif (Evaluation Of Alternatives)

Setelah menerima banyak informasi, konsumen akan mempelajari dan mengolah informasi tersebut untuk sampai pada pilihan terakhir. Terdapat banyak proses evaluasi atau penilaian konsumen terhadap produk. Namun model yang terbaru adalah orientasi kognitif yang memandang konsumen sebagai pembuat pertimbangan mengenai produk terutama berlandaskan pada pertimbangan yang standar dan rasional. Untuk mengetahui proses evaluasi yang dilakukan oleh konsumen perlu dipahami beberapa konsep dasar yaitu :

• Atribut produk.

• Bobot pentingnya ciri bagi konsumen. Pemasar harus memahami bahwa tidak setiap konsumen mementingkan suatu atribut produk.

(11)

12

• Kepercayaan terhadap merek. Konsumen cenderung memperoleh keyakinan bahwa setiap merek mempunyai kelebihan dalam atribut tertentu berdasarkan pengalaman atau informasi yang diperoleh.

4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)

Jika keputusannya adalah membeli, maka konsumen harus mengambil keputusan menyangkut merek, harga, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayaran. Keputusan tersebut tidak terpaku harus dilakukan melalui proses urutan seperti diatas, dan tidak semua produk memerlukan proses keputusan tersebut. Misalnya barang keperluan sehari-hari seperti makanan tidak perlu perencanaan dan pertimbangan yang sangat serius. 5. Perilaku Pasca Pembelian (Postpurchase Behavior)

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami kepuasan atau ketidakpuasan, hal ini akan mempengaruhi tindakan setelah pembelian. Apabila konsumen memperoleh kepuasan maka sikap konsumen terhadap produk tersebut menjadi lebih kuat atau sebaliknya. Para pemasar dapat melakukan sesuatu dari konsumen yang merasa puas misalnya dengan memasang iklan yang menggambarkan perasaan puas seseorang yang telah memilih salah satu merek atau lokasi belanja tertentu.bagi konsumen yang tidak puas, pemasar dapat memperkecil ketidakpuasan tersebut dengan cara menghimpun saran pembeli untuk penyempurnaan produk, maupun pelayanan tambahan terhadap konsumen dan sebagainya. Kotler (2009:184-190).

Pengaruh Bauran Eceran (Retailing Mix) dengan Keputusan Pembelian Para pengecer mengembangkan strategi-strategi pemasaran berdasarkan sasaran dan rencana strategi perusahaan secara keseluruhan. Hal ini tidak terlepas dari tujuan eceran untuk dapat mencakup lebih banyak orang datang, penjualan produk tertentu yang lebih tinggi, citra yang lebih berskala tinggi, atau kesadaran publik yang ditingkatkan tentang operasi eceran. Lamb, dkk. (2001:95).

Pengecer memakai unsur-unsur bauran eceran (retailing mix) untuk mencapai tujuan perusahaan berkaitan dengan orientasi perusahaan dan asumsinya mengenai perilaku konsumen serta bagaimana konsumen membuat keputusan

(12)

13

pembelian. Lebih lanjut, konsumen membuat dua keputusan yang saling mempengaruhi dalam memilih tempat belanja, baik mengenai pilihan produk atau merek dan pilihan mengenai toko.

Dengan memahami perilaku konsumen serta bagaimana konsumen membuat keputusan pembelian maka pengkombinasian unsur-unsur bauran eceran ( Retailing mix ) yang tepat oleh pengecer diharapkan akan dapat menarik pasar sasaran melalui pembelian oleh konsumen.

Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan pada berbagai objek penelitian, terkait dengan pengaruh retailing mix terhadap keputusan pembelian pada perusahaan yang terpilih oleh penelitinya.

No Judul dan Peneliti Variabel Dependen

Variabel Indipenden

Hasil Penelitian 1 Pengaruh

variabel-variabel retailing mix terhadap Keputusan Pembelian konsumen di Supermarket Kota Manado Nova Christian Immanuel Mamuaya (2008) Lokasi, nilai, produk, karyawan, komunikasi. Keputusan Pembelian

Secara simultan variabel lokasi, nilai, produk, karyawan, dan

komunikasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.

2 Pengaruh retailing mix terhadap Keputusan Pembelian pada Alfamart JL. Gajayana Malang. Fauzan Sulistyawan (2008)

Retailing Mix Keputusan Pembelian

Variabel-variabel dalam retailing mix secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian pada Alfamart JL. Gajayana Malang. 3 Pengaruh Bauran

eceran (retailing Mix) terhadap Keputusan

Retailing Mix Keputusan Pembelian konsumen

Terdapat pengaruh secara parsial bauran eceran yang terdiri dari

(13)

14 Pembelian konsumen

(studi pada Apolo Swalayan Jombang) Retno Sari Dewanti (2011)

merchandise, harga, lokasi, promosi, retail service, atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen. Tabel1. Penelitian terdahulu

Di lihat dari penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yang akan diteliti, terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan. Kesamaannya yaitu dilihat dari variabel dependen dan variabel indipenden dimana retailing mix berpengaruh terhadap keputusan pembelian, selain itu alat analisis juga menggunakan analisis regresi sederhana. Peneliti melakukan replikasi dari penelitian-penelitian tersebut karena ingin melihat besarnya pengaruh retailing mix dalam setiap toko yang dilihat dari penelitian sebelumnya dengan mengambil variabel dependen semua bauran ritel dan melakukan penelitian di Swalayan Niki Baru Salatiga.

Indikator Empirik Retailing Mix

Variabel Dimensi Indikator Empirik

Retailing Mix (Lamb ,2001)

1.Bauran Produk 1.Produk yang ditawarkan beragam atau banyak variasi

2.Menjual produk dengan merek-merek yang dikenal pelanggan. (Fauzan sulistyawan,2008) 2.Bauran Harga 1.Harga yang ditawarkan oleh swalayan sesuai

dengan produk / terjangkau

2.Harga barang sesuai dengan kualitas produk 3.Harga lebih terjangkau dibandingkan dengan swalayan lain. (Fauzan sulistyawan,2008) 3.Bauran Lokasi 1.Lokasi swalayan mudah di jangkau

2.memiliki tempat parkir yang memadai dan aman saat parkir kendaraan.

4.Bauran Promosi Promosi barang-barang tertentu untuk mendorong target market untuk mau menjadi pembeli. (Fauzan sulistyawan,2008)

5.Bauran Presentasi 1.Penampilan toko terlihat menarik

2.suasana di dalam swalayan membuat nyaman untuk berbelanja. (Fauzan sulistyawan,2008)

(14)

15

6.Bauran Personalia 1.Karyawan dapat melayani pelanggan dengan ramah

2.Karyawan cepat tanggap saat pelanggan memerlikan bantuan.(Fauzan sulistyawan,2008) Tabel2. Indikator Empirik Retailing Mix

Indikator Empirik Keputusan Pembelian

Variabel Dimensi Indikator Empirik

Keputusan Pembelian Kotler (2009:184)

1.Pengenalan Kebutuhan Konsumen membeli barang-barang sesuai kebutuhan / yang diperlukan. 2.Pencarian Informasi Pelanggan mendapatkan beberapa

informasi untuk berbelanja di swalayan Niki Baru.

3.Evaluasi Alternatif Swalayan Niki Baru menjadi alternatif pilihan dalam berbelanja.

4.Keputusan Pembelian Konsumen terdorong untuk melakukan pembelian dan merasa yakin untuk membeli.

Tabel3. Indikator Empirik Keputusan Pembelian Model Penelitian

Retailing Mix merupakan kombinasi dari faktor-faktor yang didalamnya terdiri dari bauran produk, bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi dan bauran personalia dimana semakin baik pengkombinasian dari faktor-faktor tersebut maka akan dapat mempengaruhi dan meningkatkan keputusan pembelian.

Berdasarkan uraian tersebut maka model kerangka penelitian ddalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut

H

Gambar 2.1

H : Retailing Mix berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian Retailing Mix

(15)

16 METODE PENELITIAN

Tempat yang dijadikan objek penelitian ini adalah pada Swalayan Niki baru, yang berlokasi di Jl. Jendral sudirman No 67-69, Salatiga. Objek dari penelitian adalah setiap orang yang pernah mengunjungi atau pelanggan swalayan Niki baru yang berdomisili di Salatiga.

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah orang yang pernah datang ke Swalayan Niki Baru atau pelanggan Swalayan Niki Baru yang tinggal di Salatiga. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling dengan metode purposive sampling, dengan kriteria minimal sudah 3 kali datang ke Swalayan Niki Baru dan merupakan orang yang berdomisili di Salatiga dengan criteria sampel 100 responden. Non probability sampling merupakan “teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada tiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel” (Ridwan ,2009). Purposive sampling adalah pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan peneltian (Sugiono, 2007).

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan teknik pengumpulan data dan informasi. Penelitian ini menggunakan dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui penelitian lapangan dan diolah sendiri (Supramono & Haryanto, 2005). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden yang terpilih sebagai sampel di wilayah Salatiga, yang terdiri dari beberapa pertanyaan sebagai instrument pengumpul data.

2. Data sekunder merupakan data primer yang sudah diperoleh atau tersedia oleh pihak lain yang berguna untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pihak lain yang berguna untuk diproses lebih lanjut (Siagian, Sugiarto, 2002). Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari hasil perhitungan.

(16)

17

Dalam penelitian ini pengumpulan data primer menggunakan metode survey dengan kuesioner. Kuesioner menggunakan pertanyaan tertutup langsung kepada responden. Skala Likert didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan (Sekaran, 2006). Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-5 untuk mewakili pendapat dari responden. Nilai untuk skala tersebut adalah : skala 1 = Sangat Tidak Setuju (STS), 2 = Tidak Setuju (TS), 3 = Netral (N), 4 = Setuju (S), 5 = Sangat Setuju (SS).

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan digunakan alat analisis berupa : 1. Statistik deskriptif

Merupakan alat statistik yang memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata, standar deviasi, varian, range, kurtosis, skweness (Gozali, 2001). alasan menggunakan statistic deskriptif adalah untuk mempermudah peneliti dalam memberikan gambaran atau deskripsi suatu data.

2. Analisa regresi

Merupakan suatu studi ketergantungan dari variabel dependen terhadap variabel indipenden, dengan tujuan mengestimasi atau memprediksi rata-rata nilai variabel dependen berdasar nilai variabel independen yang diketahui. Hasil regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen, yang akan digunakan untuk memprediksi variabel dependen dalam suatu persamaan.

Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas

Menurut Ghozali; 2005, uji validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukan tingkat kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Dalam uji validitas digunakan perhitungan Product Moment dan dibandingkan dengan r kritisnya.

(17)

18

dalam melakukan pengukuran untuk menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.

Keterangan :

Rxy = koefisien korelasi (r hitung) X = instrument indikator Y = variabel yang bersangkutan N = jumlah

Angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan angka tabel korelasi pada baris N dengan taraf signifikasi 5%. Apabila r hitung > r tabel korelasi antar butir dengan skor total (pada taraf signifikasi 5%), maka pertanyaan yang digunakan tersebut valid. Sebaliknya, apabila r hitung < r tabel korelasi atara butir dengan skor total (pada taraf signifikasi 5%), maka pertanyaan yang digunakan tersebut tidak valid.

Uji Reliabilitas

Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Secara empirik, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Tinggi rendahya reliabilitas tes dicerminkan oleh koefisien korelasi antara skor pada dua tes yang paralel yang dikenakan pada sekelompok individu yang sama. Semakin tinggi koefisien korelasi termaksud, berarti konsistensi antara hasil pengenaan dua tes tersebut semakin baik dan hasil ukur kedua tes itu dikatakan semakin reliabel. Sebaliknya, apabila dua tes yang dianggap paralel ternyata menghasilkan skor yang satu dengan yang lain berkorelasi rendah, maka dapat dikatakan bahwa reliabilitas hasil ukur tes tersebut tidak tinggi.

Alasan menggunakan uji Reliabilitas karena untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengukuran untuk mendapat hasil yang dapat dipercaya.

( )

[

. 2 2

]

[

. 2

( )

2

]

. Y Y n X X n Y X XY n Rxy − − − − =

(18)

19 Rumus uji reliabilitas :

Keterangan :

α = Cronbach’s alpha i = bilangan konstan

r = rata-rata korelasi antar butir k = jumlah butir

SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik cronbach alpha . Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,6 (Ghozali;2005).

Ukuran reliabilitas adalah :

• Apabila nilai cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,5 maka item pertanyaan x tersebut dapat dinyatakan reliabel.

• Apabila nilai cronbach’s Alpha lebih kecil dari 0,5 maka item pertanyaan x tersebut dapat dinyatakan tidak reliabel.

Uji Hipotesis

Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Jika hanya terdapat satu variabel bebas, maka digunakan regresi linier sederhana, sedangkan jika terdapat variabel bebas lebih dari satu maka digunakan regresi linier berganda. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana, hal ini dikarenakan hanya terdapat dua variabel yaitu retailing mix sebagai variabal independen atau bebas dan keputusan pembelian sebagai variabel dependen atau tak bebas. Alasan menggunakan uji hipotesis ini adalah untuk mempermudah peneliti dalam membentuk model hubungan antara variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas.

Bentuk persamaannya sebagai berikut : Y= a+ bx+e

(

r

)

K r K 1 1 . − + = α

(19)

20 Dimana :

Y = Keputusan Pembelian di Swalayan Niki Baru Salatiga a = Konstanta

b = Koefisien regresi X = Retailing Mix e = Error

Uji R-Square (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R-Square) digunakan untuk menguji persentase total variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen. Nilai R-Square berkisar antara 0 sampai dengan 1. Bila R-Square semakin mendekati 1, maka model regresi tersebut semakin baik. Semakin mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabilitas dari variabel dependen. Alasan menggunakan uji R-square karena untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengujian untuk mengetahui persentase total variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya.

Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Kolom (signifikansi) jika hasilnya < 0,05 maka dapat diartikan bahwa hubungan variabel dependen dengan variabel independen signifikan. Uji signifikansi dengan nilai p (p value), jika besarnya nilai p < 0,05 bearti signifikan. Alasan menggunakan uji Signifikansi Parsial karena untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengujian untuk mengetahui persentase signifikansi hubungan variabel dependen dengan variabel independen.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Bagian ini akan menjelaskan mengenai gambaran umum responden, yang meliputi usia, jenis kelamin (gender), pekerjaan, pengeluaran per bulan, dan dalam satu bulan berapa kali berkunjung ke Swalayan Niki baru. Untuk mencapai nilai yang valid dalam proses pengolahan data, maka diambil sampel sebanyak 100 orang, melalui penyebaran kuesioner di Swalayan Niki Baru dan khususnya masyarakat Salatiga yang berbelanja lebih dari 3 kali dalam sebulan.

(20)

21 Tabel 4. Karakteristik Responden

Kategori Sub Kategori Frekuensi Presentase (%)

Usia < 25 tahun 25-50 tahun > 50 tahun 32 47 21 32 47 21 Gender Laki-laki Perempuan 34 66 34 66 pekerjaan Mahasiswa Karyawan Lainnya 38 43 19 38 43 19 Pengeluaran per bulan < Rp.1.500.000,-

Rp.1.500.000 - Rp.3.000.000,- > Rp.3000.000,- 42 48 10 42 48 10 Dalam satu bulan berapa

kali berkunjung ke Swalayan Niki Baru

3 – 4 kali 4 – 5 kali > 5 kali 52 28 20 52 28 20 (Sumber Data Primer Diolah 2013)

Dari Tabel diatas, dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan usia responden yang paling dominan adalah berusia 25-50 tahun dengan presentase sebesar 47%, dan sisanya adalah berusia < 25 tahun dengan presentase 32%. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang dominan adalah jenis kelamin perempuan dengan presentase sebesar 66%. Hal ini karena biasanya perempuan yang lebih sering untuk pergi berbelanja. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan yang dominan adalah responden yang bekerja sebagai karyawan dengan presentase sebesar 43% . Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran per bulan yg terbesar adalah responden dengan pengeluaran per bulan Rp1.500.000 – 3.000.000,- dengan presentase 48%. hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengeluaran konsumen per bulan bisa dikatakan cukup besar. Dan jika dilihat dari karakteristik responden yang dalam satu bulan datang ke Swalayan Niki baru yang paling sering adalah 3 – 4 kali dengan presentase sebesar 52%.

(21)

22 Uji Validitas dan Reliabilitas

Dari penyebaran kuesioner yang telah diberikan kepada 100 orang responden, maka diperoleh data yang akan digunakan untuk menjawab persoalan penelitian. Dalam melakukan pengujian, langkah awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian validitas dan reliabilitas dengan menggunakan taraf signifikan sebesar 5%. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Indikator Empirik Validitas (Corrected

item - Total Corelation)

Reliabilitas (Cronbach’s - Alpha)

Retailing Mix Produk 1 .314 .735

Produk 2 .423 Harga 1 .440 Harga 2 .415 Harga 3 .370 Lokasi 1 .207 Lokasi 2 .276 Promosi 1 .190 Promosi 2 .253 Presentasi 1 .376 Presentasi 2 .429 Presentasi 3 .294 Personalia 1 .452 Personalia 2 .456 Keputusan Pembelian Keputusan Pembelian 1 .579 .702 Keputusan Pembelian 2 .401 Keputusan Pembelian 3 .356 Keputusan Pembelian 4 .722 (Sumber Data Primer Diolah 2013)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa setiap pernyatan dari masing-masing variabel dapat dikatakan valid, karena nilai r hitung > dari r tabel yaitu 0,117. Dan dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 (Ghozali,2005:41). Dari

(22)

23

tabel diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan variabel dapat dikatakan reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.

Analisis Regresi Sederhana

Pengujian Hipotesis menggunakan nilai koefisien determinasi (R²) dan uji t.

Tabel 6. Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the Estimate

1 .294 .062 .052 1.542

(Sumber Data Primer Diolah 2013)

Dari Tampilan output SPSS model summary besarnya R² adalah 0,062 artinya 6,2% variasi keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh retailing mix yang terdiri dari bauran produk, bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi dan bauran personalia. Sedangkan sisanya (100% - 6,2% = 93,8%) dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Faktor- faktor yang mungkin mempengaruhi keputusan pembelian adalah store image (Jeffri, 2006), word of mouth (Anggraeni, 2012).

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Dalam pengujian hipotesis ingin mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan uji t. Tabel dibawah ini menyajikan hasil uji t

Tabel 7. Hasil perhitungan Regresi Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11.590 1.512 7.665 .000 Retailing_mix .076 .030 .249 2.546 .012

(23)

24 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11.590 1.512 7.665 .000 Retailing_mix .076 .030 .249 2.546 .012

a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian

Dari tabel diatas diketahui bahwa uji t menggunakan tingkat signifikansi = 5% maka variabel retailing mix berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada swalayan Niki Baru di Salatiga. Persamaan untuk model regresi sederhana variabel retailing mix (bx), keputusan pembelian (Y) adalah: Y = 11.590 + 0,76 bx + e Hipotesis Pernyataan Hipotesis Sig. Keterangan H retailing mix berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian .012 Signifikan

Dari hasil uji regresi linear sederhana ditemukan bahwa pengaruh retailing mix terhadap keputusan pembelian di atas, dapat dilihat bahwa variabel retailing mix memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikasi variabel retailing mix lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,012 serta nilai dari variabel retailing mix sebesar 0,076. Hal ini menunjukan hipotesa retailing mix berpengaruh terhadap keputusan pembelian terpenuhi. Dalam penelitian ini retailing mix diukur melalui bauran produk, bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi dan bauran personalia. Berkenaan dengan bauran produk hasil penelitian menunjukkan 68%

(24)

25

responden menyatakan produk yang ditawarkan swalayan Niki baru beragam dan 66% responden menyatakan niki baru menjual produk dengan merek merek yang di kenal. Berkenaan dengan bauran harga 65% responden menyatakan harga yang di tawarkan oleh swalayan niki baru sesuai dengan nilai produk, 68% responden menyatakan harga sesuai dengan kualitas produk dan 33% responden menyatakan harga lebih rendah disbanding swalayan lain. Dalam hal bauran lokasi 44% responden menyatakan lokasi mudah di jangkau dan 17% responden menyatakan swalayan memiliki tempat parkir yang memadai. Dari segi bauran promosi 61% responden menyatakan promosi barang mempengaruhi konsumen untuk membeli dan 44% responden menyatakan spanduk produk tertentu mempengaruhi konsumen untuk membeli produk. Berkenaan dengan bauran presentasi 35% responsen menyatakan penataan toko swalayan terlihat menarik, 58% responden menyatakan penataan barang di swalayan menarik dan 63% responden menyatakan suasana di dalam swalayan membuat konsumen nyaman berbelanja. Dilihat dari bauran personalia 40% responden menyatakan karyawan swalayan Niki Baru melayani konsumen dengan ramah dan 21% responden menyatakan karyawan swalayan Niki Baru cepat tanggap saat konsumen memerlukan bantuan. Dari hasil keseluruhan diatas terdapat nilai terendah pada variabel bauran lokasi dimana hanya 17% responden yang menyatakan swalayan memiliki tempat parkir yang memadai, itu berarti swalayan harus dapat meningkatkan tempat parkir yang lebih memadai lagi dan keseluruhan dari hasil dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju retailing mix di swalayan Niki Baru sudah bagus, itu yang menjadikan konsumen mengambil keputusan untuk membeli atau berbelanja di Swalayan Niki baru.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh Retailing Mix yang terdiri dari bauran produk, bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi, dan bauran personalia memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada Swalayan Niki Baru. Hal ini dapat dilihat dari hasil regresi linear sederhana mendapatkan persamaan regresi berikut ini Y = 11.590 + 0,76 bx + e.

(25)

26

Sebesar 6,2% variasi Retailing Mix dapat dijelaskan oleh keputusan pembelian. Penerapan bauran eceran (Retailing Mix) yang baik dan sesuai dengan keinginan konsumen mempengaruhi konsumen untuk terus melakukan keputusan pembelian di Swalayan Niki Baru dengan harapan dapat memenuhi semua kebutuhan para konsumen dengan mudah. Rata-rata pelanggan Swalayan Niki Baru tertarik datang kembali karena pengaruh Retailing Mix yang diberikan dapat memuaskan konsumen dan mempermudah untuk mencari kebutuhan mereka, ini yang membuat pelanggan loyal terhadap Swalayan Niki baru sehingga pelanggan akan datang lagi dan berbelanja di Swalayan Niki baru.

Keterbatasan penelitian dan Penelitian Mendatang

Terdapat beberapa keterbatasan penelitian dalam hal ini penelitian deskriptif dan tidak menggali lebih dalam pendapat responden tentang retailing mix, diantara responen banyak yang mengisi cepat-cepat tanpa mempedulikan kepentingan peneliti. Hasil pengolahan data dengan analisis regresi sederhana menunjukan R² untuk keenam variabel retailing mix (bauran produk, bauran harga, bauran lokasi, bauran promosi, bauran presentasi dan bauran personalia) sangat kecil yaitu sebesar 6,2% terhadap keputusan pembelian pada Swalayan Niki Baru Salatiga. Sedangkan sisanya 93,8% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Faktor yang mungkin mempengaruhi keputusan pembelian adalah store image (Jeffri, 2006), word of mouth (Anggraeni, 2012).

(26)

27

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Danita Dwi. 2012. “Pengaruh Word Of Mount Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Konsumen Illy Cafe Lai-Lai Malang)”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (tidak dipublikasikan).

Christian, Nova, 2008:9. “Pengaruh variabel-variabel retailing mix terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Supermarket Kota Manado”. Jurnal formas : media informasi dan komunikasi ilmiah mahasiswa Sulawesi Utara di Malang.

Dahmiri. 2009. Pengaruh bauran penjualan eceran (Retailing Mix) terhadap Citra Departemen Store (Studi pada Ramayana Departemen Store Kota Jambi). Jurnal Pemasaran Modern. Vol . 1, no . 1. Januari – Juli : 7 – 18.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

! "

Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid 2, edisi ke-8, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1, edisi 13, Terjemahan Bob Sabran, MM. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 2, edisi 13, Terjemahan Bob Sabran, MM. Jakarta: Erlangga.

Lamb, Charlesh W. Joseph F. Hair, dan Carl Mc Danield, 2001. Marketing, Terjemahan oleh David Octarevia, Edisi Pertama, Jakarta; Salemba Empat. Levy, Michael and Barton Weitz, 2007, Retailing Management, Sixth Edition, Mc

Graw-Hill / Irwin.

Ma’ruf, Hendri. 2005. Pemasaran Ritel, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Siagian P. Sondang, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara

(27)

28

Sulistyawan, Fauzan, 2008:22. “Pengaruh Retailing Mix terhadap Keputusan Pembelian pada Alfamart JL. Gajayana Malang”.

Supramono dan Haryanto. 2005. Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset.

Uma Sekaran, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.

Uma Sekaran, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 2, Jakarta: Salemba Empat.

Utami Cristina Whidya, 2006. Manajemen Ritel. Salemba Empat. Jakarta http://detikfinance.com

Darandono (2012). Bisnis Ritel di Indonesia Kian Menjanjikan. From H:\sumber\2012-bisnis-ritel-di-indonesia-kian-menjanjikan.htm

Heribertus (2012). Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Suatu Produk. From H :\sumber\faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perilaku- konsumen-dalam-pembelian-suatu-produk.htm Retno Arieswanti (2010). Perkembangan Bisnis Ritel di Indonesia. From

H://RETNO ARIESWANTI HAPSARINI » Blog Archive » PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA.htm

Gambar

Gambar 1.1 Bauran Eceran (retailing mix)
Tabel 5. Uji Validitas dan Reliabilitas  Variabel  Indikator Empirik  Validitas (Corrected
Tabel 6. Koefisien Determinasi

Referensi

Dokumen terkait

activity are know n as jengek. Trading in Sabang is domina ted hy nen - indi gen ouo businessmen by the Chinese minorily.. Kemudian de~gan Undang - Undang No. Dengan

Sebab peneliti menduga ada berbagai mitos-mitos pantangan atau tabu seputar wanita hamil etnik Jawa di Bakaran Batu yang berbeda dari etnik Jawa di Pulau Jawa,

Kendala yang dihadapi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis Dalam berbagai pertemuan yang diselenggarakan baik oleh himpunan mahasiswa maupun oleh lembaga pendidikan

Berdasarkan hasil analisis data terhadap kesalahan penulisan汉字 (Hànzì) dalam pembelajaran bahasa Mandarin siswa kelas VIII SMP Islam Athirah II Makassar berjumlah 96

Bentuk kegiatan terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Kegiatan utama terdiri dari beberapa kegiatan yang merupakan target utama. Sedangkan kegiatan pendukung merupakan

STMIK BNJ merupakan lembaga pendidikan tinggi di bidang ICT dimana internet adalah salah satu fasilitas yang harus ada dalam proses pengembangan pendidikan di

Isikan Tabel 2 dengan Jumlah Siswa RA TP saat ini berdasarkan kategori usia yang ditanyakan dan jenis kelamin3. Isikan Tabel 3 dengan Jumlah Siswa RA TP saat ini berdasarkan

Perusahaan seperti Samsung yang sangat memperhatikan needs, wants dan consumer desire pada setiap inovasi produknya dirasa perlu untuk mengetahui pengaruh respon emosi