• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Penetapan Upah Minimum Kota pada Tahun 2016 Untuk Masa Berlaku 2017 di Kota Semarang - PELAKSANAAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA SEMARANG TAHUN 2017 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Penetapan Upah Minimum Kota pada Tahun 2016 Untuk Masa Berlaku 2017 di Kota Semarang - PELAKSANAAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA SEMARANG TAHUN 2017 BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAH"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

31 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Penetapan Upah Minimum Kota pada Tahun 2016 Untuk Masa Berlaku 2017 di Kota Semarang

a. Pembentukan Dewan Pengupahan Kota Semarang

Berdasarkan hasil wawancara, untuk susunan keanggotaan Depeko diatur dalam Keputusan Walikota Semarang Nomor 560/384/2015 tentang Pengupahan Kota Semarang Masa Bhakti Tahun 2015-2016. Keputusan walikota tersebut menyebutkan mengenai struktur anggotanya sebagai berikut :

NO NAMA INSTANSI KEDUDUKAN

Maruto Umar Basuki, SE, Msi

(2)

32

Sumber Lampiran Keputusan Walikota Semarang Nomor 560/384/2015

Tabel 3.1 Daftar anggota dewan pengupahan

Berikut susuan keanggotaan Sekretariat Dewan Pengupahan Kota Semarang Masa Bhakti Tahun 2015-2018 sebagai berikut :

NO NAMA INSTANSI KEDUDUKAN

Sumber Lampiran Keputusan Walikota Semarang Nomor 560/384/2015

b. Sidang Pleno Dewan Pengupahan Kota Semarang

(3)

33 Tripartid. Unsur Tripartid sendiri terdiri dari Pemerintah, Serikat Buruh/ Serikat Pekerja, dan Wakil dari Pengusaha (APINDO). Sidang pleno tersebut dilakukan pada hari Selasa tanggal Empat bulan Oktober Tahun Dua Ribu Enam Belas yang bertempat diruang Disnakertrans Kota Semarang yang saat ini telah berganti nama menjadi Disnaker Kota Semarang. Rapat Pleno Dewan Pengupahan Kota Semarang dipimpin oleh Ketua Dewan Pengupahan Kota Semarang dan dihadiri oleh Anggota dan Sekretariat Dewan Pengupahan Kota Semarang.

Agenda pada rapat tersebut adalah Pembahasan Rekomendasi UMK Tahun 2017. Dalam Sidang Pleno Dewan Pengupahan adapun tata tertib dalam pelaksanaanya. Tata tertib tersebut ialah :

1) Sebagai dasar hukum dalam Sidang Pleno adalah ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Keppres Nomor 107 Tahun 2004.

2) Peserta Sekretariat Dewan Pengupahan adalah Anggota Dewan Pengupahan dan Anggota Sekretariat Dewan Pengupahan, apabila ada kehadiran Pihak Lain dalam Sidang Pleno atas ijin Pimpiman Sidang.

(4)

34 4) Sidang Pleno sah apabila dihadiri oleh 2/3 Dewan Pengupahan dan sudah memenuhi semua unsur. Apabila pada waktu yang telah ditentukan belum mencapai quorum. Sidang Pleno ditunda untuk 1 (satu) kali dan setelah penundaan tersebut ternyata tetap belum memenuhi quorum maka Sidang Pleno tetap dilanjutkan.

5) Apabila salah satu anggota/beberapa anggota tidak bisa hadir wajtu Sidang Pleno, maka dianggap telah menyetujui keputusan hasil Sidang Pleno dan Sidang Pleno beserta keputusannya dinyatakan sah apabila telah memenuhi angka 4.

6) Anggota Dewan Pengupahan wajib hadir tepat waktu dan Sidang Pleno dimulai paling lambat 30 menit dari jadwal yang telah ditetapkan Sekretariat Dewan Pengupahan.

7) Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua Dewan Pengupahan. Apabila Ketua berhalangan hadir maka sidang dipimpin oleh Wakil Ketua. 8) Apabila Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pengupahan berhalangan

hadir maka Sidang Pleno ditunda walaupun telah memenuhi quorum.

9) Anggota Dewan Pengupahan tidak boleh mewakilkan kehadirannya dalam Sidang Pleno.

10)Pengambilan keputusan dalam Sidang Pleno, diambil secara musyawarah mufakat.

(5)

35 Wakil Unsur Apindo dan Wakil Unsur Serikat Pekerja dengan mempertimbangkan pendapat eksternal (Instansi terkait, Pakar, dll).

12)Pengesahan keputusan Sidang Pleno Dewan Pengupahan, dituangkan dalam Berita Acara Sidang Pleno Dewan Pengupahan yang dibuat/dicetak dalam kertas kop Dewan Pengupahan.

13)Berita Acara Sidang Pleno Dewan Pengupahan ditandatangani oleh Ketua Dewan Pengupahan dan Sekretariat Dewan Pengupahan serta Wakil Unsur Apindo dan Wakil Unsur Serikat Pekerja dengan dibubuhi stempel Dewan Pengupahan.

14)Hal-hal yang menjadi hambatan atupun penolakan oleh anggota/sebagian anggota akan dibuat catatan khusus dan menjadi bagian dalam Berita Acara Sidang Pleno yang tidak terpisahkan. 15)Hal-hal lain yang disepakati.

Dengan adanya tata tertib tersebut, maka diharapkan Sidang Pleno berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang sesuai dengan ketentuan. Adapun isi dan hasil dari Sidang Pleno, yakni:

1) Membuka data kenaikan UMK Tahun 2012-2016, sebagai berikut:

NO URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016 JUMLAH

1. Kota

Semarang

991.500 1.209.100 1.423.500 1.685.000 1.909.000 7.218.100

(6)

36

Demak

3. Kab.

Kendal

904.500 953.100 1.206.000 1.383.450 1.639.600 6.086.650

4. Kab.

Semarang

941.600 1.051.000 1.208.200 1.419.000 1.610.000 6.229.800

5. Kota

Salatiga

901.396 974.000 1.170.000 1.287.000 1.450.953 5.783.349

Sumber data : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Semarang Tahun 2016

2) Setelah meninjau data yang telah dibuka (seperti di atas), maka Dewan Pengupahan merumuskan usulan atau rekomendasi UMK Tahun 2017 menurut perhitungan dari masing-masing unsur. Usulan dari unsur pemerintah yang telah sesuai dengan ketentuan PP Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dengan rumusan

UMn = UMt + {UMt x (Inflasit+ % Δ PDBt)}

Inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional berdasarkan data dari BPS Kota Semarang yakni :

- Tingkat inflasi nasional tahun ke tahun (September 2016 terhadap September 2015) sebesar 3,07%

- PBD Triwulan III tahun 2015 : 4,73% - PBD Triwulan IV tahun 2015 : 5,04% - PBD Triwulan I tahun 2016 : 4,92% - PBD Triwulan II tahun 2016 : 5,18%

Jumlah : 19,87% / 4

(7)

37 Sehingga perhitungan UMK Kota Semarang Tahun 2017 berdasarkan PP Nomor 78 Tahun 2015 yaitu :

UMn = UMt + {UMt x (Inflasit+ % Δ PDBt) + % Adj} = 1.909.000 + {1.909.000 x (3,07% + 4,97%) + 0,01%} = 1.909.000 + 153.647,50

= 2.062.674,50 = 100% KHL

Dapat diperhatikan perhitungan di atas Dewan Pengupahan dari Unsur Pemerintah dalam Rapat Pleno pada hari Selasa tanggal 04 Oktober telah melakukan perhitungan sesuai dengan formulasi PP Nomor 78 Tahun 2015 dengan hasil perhitungan sebesar Rp 2.062.674,50 (dua juta enam puluh dua ribu enam ratus tujuh puluh empat rupiah lima puluh sen). Perhitungan tersebut yang kemudian direkomendasikan untuk usulan UMK Tahun 2017 oleh Dewan Pengupahan Unsur Pemerintah kepada Walikota Semarang.

(8)
(9)

39 Hasil Survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Dari Serikat Pekerja

Sumber data dari usulan saran dan pertimbangan dewan pengupahan unsur buruh untuk penetapan upah minimum Kota Semarang tahun 2017 No Nama Pasar

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

1. Langgar 2.263.330 2.286.451 2.290.699 2.290.699 2.291.462 2.294.629 2.296.212 2.315.021

2. Pedurungan 1.973.025 1.982.387 1.985.300 1.986.682 1.988.298 1.998.289 2.000.538 2.033.141

3. Karang Ayu 1.990.585 1.992.814 1.994.280 1.996.216 1.992.284 2.001.317 2.007.870 2.012.481

4. Mangkang 1.992.152 1.996.529 1.997.287 1.999.340 1.999.828 2.002.115 2.010.304 2.055.458

5. Jatingaleh 2.318.266 2.318.754 2.320.552 2.321.325 2.321.940 2.324.169 2.332.125 2.333.515

Jumlah

Jumlah Rata –

Rata

(10)

39 Secara matematis usulan dari unsur Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dapat ditulis seperti berikut Rp 2.157.239,67 + 4,97% = 2.264.454,48. Perhitungan tersebut merupakan usulan yang diajukan untuk pekerja kepada Walikota Semarang untuk UMK Tahun 2017 dengan ketentuan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, sedangkan untuk masa kerja lebih dari 1 (satu) tahun diberikan prosentase sebagai berikut :

1) Masa kerja 0 (nol) tahun adalah sebesar Upah Minimum Kota yang sesuai dengan Kebutuhan Hidup Layak bulan Desember tahun 2016 + pertumbuhan ekonomi sebesar Rp 2.264.454,48

2) Masa kerja 1 (satu) tahun keatas kurang dari 3 (tiga) tahun ditambah 3% dari angka UMK 0 (nol) tahun

3) Masa kerja 3 (tiga) tahun keatas kurang dari 6 (enam) tahun ditambah 4% dari angka UMK 0 (nol) tahun

4) Masa kerja 6 (enam) tahun keatas dari 9 (sembilan) tahun ditambah 5% dari angka UMK 0 (nol) tahun

5) Masa kerja 9 (sembilan) tahun keatas dari 12 (dua belas) tahun ditambah 6% dari angka UMK 0 (nol) tahun

6) Masa kerja 12 (dua belas) tahun keatas dari 15 (lima belas) tahun ditambah 7% dari angka UMK 0 (nol) tahun

(11)

40 8) Masa kerja 18 (delapan belas) tahun keatas dari 21 (dua puluh satu)

tahun ditambah 9% dari angka UMK 0 (nol) tahun

9) Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun keatas ditambah 10% dari angka UMK 0 (nol) tahun

10)Masa Kerja 0 (nol) tahun adalah UMK

11)Untuk yang 1 (satu) tahun keatas dengan rumusan = UMK Tahun 2016 + Selisih kenaikan UMK (2017-2016) + prosentasi masa kerja

Kemudian setelah unsur pemerintah dan unsur serikat pekerja/ serikat buruh, unsur dari perwakilan pengusaha (APINDO) juga memberikan usulan pertimbangan UMK Semarang Tahun 2017 kepada Walikota Semarang dalam rapat Pleno tersebut. Dalam merumuskan perhitungan usulan UMK Semarang Tahun 2017 tersebut unsur pengusaha (APINDO) menggunakan formula perhitungan sesuai PP No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. Perhitungan yang dilakukan seperti berikut :

Dasar perhitungan Upah Minimum Kota Semarang Tahun 2017

1) UMn : Upah Minimum tahun yang akan datang (UMK Tahun

2017)

2) UMt : Upah Minimum tahun berjalan (UMK tahun 2016). Upah

(12)

41 3) Inflasilt : Inflasi Nasional yang dihitung dari periode September tahun lalun (2015) sampai dengan periode September tahun berjalan tahun (2016) sebesar 3,07%

4) ΔPDBt : pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional yang dihitungdan pertumbuhan PDB yang mencakup periode kuartal III dan IV tahun sebelumnya (2015) dan periode kuartal I dan II tahun berjalan (2016) sebesar 4,97%

5) Pertahapan KHL : penyesuaia pencapaian KHL sebesar 0,01% Hasil Perhitungan Usulan Upah Minimum Kota Semarang Tahun 2017, sebagai berikut :

UMn = UMt + {UMt x (Inflasit+ % Δ PDBt + Pentahapan KHL)}

= 1.909.000 + {1.909.000 x ( 3,07% + 4,97% + 0,01%)}

= 1.909.000 + (1.909.000 x 8,05% ) = 1.909.000 + 153.674,5

= 2.062.674,5

(13)

42 Tahun 2017. Surat tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang.

Dengan memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut :

1. Surat Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang Nomor : 561/4952/2016 tanggal 05 Oktober 2016 Perihal Rekomendasi Usulan Upah Minimum Kota (UMK) Kota Semarang Tahun 2017.

2. Surat Gubernur Jawa Tengah Nomor : 560/0017380 tanggal 01 Oktober 2016 perihal Rekomendasi Upah minimum Kabupaten/ Kota Tahun 2017.

Walikota Semarang melakukan pengkajian dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut

1. Peraturan Perundang-undangan di bidang Ketenagakerjaan.

2. Ketenangan bekerja dan berusaha serta iklim kondusif di Kota Semarang.

3. Hasil Rapat Pleno Dewan Pengupahan Kota Semarang.

4. Hal-hal lain terkait dengan kebijakan Ketenagakerjaan khususnya masalah pengupahan.

(14)

43 2.125.000,00 melalui surat Nomor : 561.64846 perihal Rekomendasi Upah Minimum Kota Semarang Tahun 2017.

Dengan memperhatikan Berita Acara Sidang Pleno Dewan Pengupahan Provinsi Jawa Tengah yang berlangsung pada hari Senin tanggal 14 November 2016 dan surat rekomendasi usulan upah dari Walikota Semarang maka Gubernur Jawa Tengah menerbitkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/ 50 Tahun 2016 Tentang Upah Minimum pada 35 (Tiga Puluh Lima) Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017. Isi keputusan tersebut diantara lain menetapkan :

1) Upah Minimum pada 35 ( Tiga Puluh Lima ) Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017, yang terdaftar sebagai berikut :

NO KABUPATEN / KOTA UPAH MINIMUM

TAHUN 2017

1. Kota Semarang Rp 2.125.000,00

2. Kabupaten Demak Rp 1.900.000,00

3. Kabupaten Kendal Rp 1.774.867,00

4. Kabupaten Semarang Rp 1.745.000,00

5. Kota Salatiga Rp 1.596.844,87

6. Kabupaten Grobogan Rp 1.435.000,00

7. Kabupaten Blora Rp 1.438.100,00

8. Kabupaten Kudus Rp 1.740.900,00

(15)

44

10. Kabupaten Pati Rp 1.420.500,00

11. Kabupaten Rembang Rp 1.408.000,00

12. Kabupaten Boyolali Rp 1.519.289,00

13. Kota Surakarta Rp 1.534.985,00

14. Kabupaten Sukoharjo Rp.1.513.000,00

15. Kabupaten Sragen Rp.1.422.585,52

16. Kabupaten Karanganyar Rp.1.560.000,00

17. Kabupaten Wonogiri Rp.1.401.000,00

18. Kabupaten Klaten Rp.1.528.500,00

19. Kota Magelang Rp.1.453.000,00

20. Kabupaten Magelang Rp.1.570.000,00

21. Kabupaten Purworejo Rp.1.445.000,00

22. Kabupaten Temanggung Rp.1.431.500,00

23. Kabupaten Wonosobo Rp.1.457.100,00

24 Kabupaten Kebumen Rp.1.433.900,00

25. Kabupaten Banyumas Rp.1.461.400,00

26. Kabupaten Cilacap Rp.1.693.689,00

27. Kabupaten Banjarnegara Rp.1.370.000,00

28. Kabupaten Purbalingga Rp.1.522.500,00

29. Kabupaten Batang Rp.1.603.000,00

30. Kota Pekalongan Rp.1,623.750,00

31. Kabupaten Pekalongan Rp.1.583.697,50

32. Kabupaten Pemalang Rp.1.460.000,00

(16)

45

34. Kabupaten Tegal Rp.1.487.000,00

35 Kabupaten Brebes Rp.1.418.100,00

Sumber data Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun2016

2) Upah minimum adalah upah bulanan terendah, terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

3) Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja/ buruh dengan tingkat paling rendah yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun.

4) Upah pekerja dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih ditetapkan sesuai kesepakatan antara pekerja/ buruh atau serikat pekerja dengan pegusaha secar bipartit, dengan mempertimbangkan produktivitas dan kemapuan perusahaan. 5) Pengusaha yang tidak mampu melaksanakan ketentuan upah

minimum dapat mengajukan pengangguhan upah minimum keada Gubernur Jawa Tengah atau Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku paling lama 10 (sepuluh) hari sebelum berlakunya Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun 2016 ini.

6) Pengusaha yang telah memberikan upah lebih tinggi dari ketentuan upah minimum dilarang mengurangi atau menurunkan besarnya upah yang telah diberikan.

(17)

46 8) Pengawasan pelaksanaan Keputusan Gubernur Jawa Tengan Nomor 560/50 Tahun 2016 dilaksanakan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan kompetensinya.

9) Pada saat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun 2016 berlaku maka Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/66 Tahun 2015 Tanggal 20 Nopember 2015 tentang Upah Minimum pada 35 (tiga puluh lima) kabupaten/ kota di Propinsi Jawa Tengah dan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/46 Tahun 2016 tentang upah minimum tahun 2017 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

10)Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun 2016 ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2017.

2. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun 2016 tentang Upah Minimum Pada 35 (Tiga Puluh Lima) Kota Tahun 2016

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber Ibu Budi Prabawaningdyah selaku Kepala Bagian Pengawasan Disnakertrans Jateng, pengawasan terhadap Pelaksanaan Ketetapan Upah Minimum dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan.

(18)

47 (satu) tahun berjalan sejak awal tahun 2017 sampai dengan September 2017. Di Semarang dengan total perusahaan sebanyak 4.180 terjadi 45 pelaporan mengenai masalah ketenagakerjaan, sedangkan pelaporan mengenai upah minimum dibawah ketetapan yang telah ditetapkan UMK tahun 2016 untuk tahun 2017 hanya terjadi 11 (sebelas) pelaporan saja.

Hal tersebut bisa terjadi, karena adanya kecurangan dari pengusaha yang dengan sengaja tidak memberikan upah sesuai dengan ketentuan upah minimum kota atau dapat dikatan para pengusaha tersebut membayar upah di bawah ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah pada tahun 2017. Tindak lanjut dari pelaporan yang ada, maka sesuai dengan perintah undang-undang terkait dalam pengawas ketenagakerjaan, Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan mengambil tindakan berupa:

1) Memeriksa,

2) Memberikan nota pemeriksaan, 3) Melakukan pembinaan,

4) Apabila perusahaan tidak mengindahkan aturan atau pembinaan serta himbauan maka dibuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) untuk gelar perkara.

(19)

48 3. Hambatan Dalam Menetapkan Upah Minimum Kota

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis kepada narasumber terpercaya yaitu Ibu Umi Kholifa selaku wakil dari Dinas Ketenagakerjaan Kota Semarang bidang Hubungan Indstrial dan sekaligus anggota Dewan Pengupahan Kota Semarang masa jabatan berlangsung, dapat diketahui bahwa setiap proses penetapan Upah Minimum Kota (UMK) Semarang memiliki tingkat kesulitan atau hambatan yang berbeda.

Pada proses penetapan Upah Minimum Kota (UMK) Semarang tahun 2015 untuk masa berlaku 2016 yang lalu peredebatan sengit terjadi di ruang rapat pleno Dewan Pengupahan Kota Semarang sehingga drama perseteruan antara unsur tripartit (Serikat Pekerja, Asosiasi Pengusaha Indonesia dan Pihak Pemerintah) tidak dapat dihindarkan. Hal demikian terjadi karena pada saat itu peraturan yang digunakan belum menggunakan PP 78 tahun 2015 tentang Pengupahan. Peraturan yang digunakan pada saat itu adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pengupahan.

(20)

tahun-49 tahun sebelumnya hanya mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Penetapan UMK dengan mengacu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dinilai relatif lebih banyak menimbulkan perdebatan akibat isi ketentuan yang kurang menjawab keinginan buruh dan pengusaha, tidak memberikan satu acuan pasti, menimbulkan perselisihan paham teori perhitungan dari perbedaan hasil survey kebutuhan hidup layak, sehingga hasil keputusan kurang memberikan rasa keadilan bagi buruh dan pengusaha.

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan Penetapan Upah Minimum Kota pada Tahun 2016 Untuk Masa Berlaku 2017 di Kota Semarang

a. Pembentukan Dewan Pengupahan Kota Semarang

(21)

50 terdiri dari Ketua yang merangkap sebagai anggota dan unsur Pemerintah, Wakil Ketua merangkap sebagai anggota dan unsur Perguruan Tinggi/ Pakar, Sekretaris merangkap sebagai anggota dari unsur Pemerintah yang mewakili Satuan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan, dan lainya sebagai Anggota. Anggota Depekab/Depeko diangkat dan diberhentikan oleh Bupati/ Walikota atas Usul Pimpinan Satuan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab di bidang ketenaga kerjaan. Syarat menjadi anggota Depekab/Depeko harus memenuhi persyaratan yakni, warga negara Indonesia dengan pendidikan paling rendah Diploma 3 (D-3) serta memiliki pengalaman dan pengetahuan di bidang pengupahan dan pengembangan sumber daya manusia. Untuk masing-masing anggota diangkat untuk 1 (satu) kali masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Berdasarkan hasil wawancara, untuk susunan keanggotaan Depeko diatur dalam Keputusan Walikota Semarang Nomor 560/384/2015 tentang Pengupahan Kota Semarang Masa Bhakti Tahun 2015-2016. Keputusan walikota tersebut menyebutkan mengenai struktur anggotanya sebagai berikut :

NO NAMA INSTANSI KEDUDUKAN

1

2

Drs. Eddy Riyanto, MM

Maruto Umar Basuki, SE, Msi

Disnakertrans Kota Semarang

Universitas Diponegoro Semarang

KETUA

(22)

51

Sumber Lampiran Keputusan Walikota Semarang Nomor 560/384/2015

Tabel 3.1 Daftar anggota dewan pengupahan

Dewan Pengupahan dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan tugasnya, maka pelu dibentuk suatu Sekretariat Dewan Pengupahan Kota Semarang. Mengingat Sekretariat Dewan

(23)

52 Pengupahan Kota Semarang Masa Bhakti sebelumnyak yakni Tahun 2012-2015 telah habis maka dibentuk Sekretariat Dewan Pengupahan yang baru. Berikut susuan keanggotaan Sekretariat Dewan Pengupahan Kota Semarang Masa Bhakti Tahun 2015-2018 sebagai berikut :

NO NAMA INSTANSI KEDUDUKAN

Sumber Lampiran Keputusan Walikota Semarang Nomor 560/384/2015

b. Sidang Pleno Dewan Pengupahan Kota Semarang

(24)

53 Agenda pada rapat tersebut adalah Pembahasan Rekomendasi UMK Tahun 2017. Dalam Sidang Pleno Dewan Pengupahan adapun tata tertib dalam pelaksanaanya. Tata tertib tersebut ialah :

1) Sebagai dasar hukum dalam Sidang Pleno adalah ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Keppres Nomor 107 Tahun 2004.

2) Peserta Sekretariat Dewan Pengupahan adalah Anggota Dewan Pengupahan dan Anggota Sekretariat Dewan Pengupahan, apabila ada kehadiran Pihak Lain dalam Sidang Pleno atas ijin Pimpiman Sidang.

3) Hak suara hanya dimiliki oleh Anggota Dewan Pengupahan, sedangkan Anggota Sekretariat Dewan Pengupahan hanya memiliki hak bicara diminta oleh Pimpinan Sidang.

4) Sidang Pleno sah apabila dihadiri oleh 2/3 Dewan Pengupahan dan sudah memenuhi semua unsur. Apabila pada waktu yang telah ditentukan belum mencapai quorum. Sidang Pleno ditunda untuk 1 (satu) kali dan setelah penundaan tersebut ternyata tetap belum memenuhi quorum maka Sidang Pleno tetap dilanjutkan.

(25)

54 6) Anggota Dewan Pengupahan wajib hadir tepat waktu dan Sidang Pleno dimulai paling lambat 30 menit dari jadwal yang telah ditetapkan Sekretariat Dewan Pengupahan.

7) Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua Dewan Pengupahan. Apabila Ketua berhalangan hadir maka sidang dipimpin oleh Wakil Ketua. 8) Apabila Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pengupahan berhalangan

hadir maka Sidang Pleno ditunda walaupun telah memenuhi quorum.

9) Anggota Dewan Pengupahan tidak boleh mewakilkan kehadirannya dalam Sidang Pleno.

10)Pengambilan keputusan dalam Sidang Pleno, diambil secara musyawarah mufakat.

11)Apabila selama Sidang Pleno Dewan Pengupahan tidak tercapai kesepakatan maka keputusan diambil Pemimpin Sidang dibantu Wakil Unsur Apindo dan Wakil Unsur Serikat Pekerja dengan mempertimbangkan pendapat eksternal (Instansi terkait, Pakar, dll).

12)Pengesahan keputusan Sidang Pleno Dewan Pengupahan, dituangkan dalam Berita Acara Sidang Pleno Dewan Pengupahan yang dibuat/dicetak dalam kertas kop Dewan Pengupahan.

(26)

55 serta Wakil Unsur Apindo dan Wakil Unsur Serikat Pekerja dengan dibubuhi stempel Dewan Pengupahan.

14)Hal-hal yang menjadi hambatan atupun penolakan oleh anggota/sebagian anggota akan dibuat catatan khusus dan menjadi bagian dalam Berita Acara Sidang Pleno yang tidak terpisahkan. 15)Hal-hal lain yang disepakati.

Dengan adanya tata tertib tersebut, maka diharapkan Sidang Pleno berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang sesuai dengan ketentuan. Adapun isi dan hasil dari Sidang Pleno, yakni:

Pertama, membuka data kenaikan UMK Tahun 2012-2016, sebagai berikut :

UMK

NO URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016 JUMLAH

1. Kota

Semarang

991.500 1.209.100 1.423.500 1.685.000 1.909.000 7.218.100

2. Kab.

Demak

893.000 995.000 1.280.000 1.535.000 1.745.000 6.448.000

3. Kab.

Kendal

904.500 953.100 1.206.000 1.383.450 1.639.600 6.086.650

4. Kab.

Semarang

941.600 1.051.000 1.208.200 1.419.000 1.610.000 6.229.800

(27)

56

Salatiga

Sumber data : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Semarang Tahun 2016

KENAIKAN UMK

NO URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016 JUMLAH

1. Kota

Semarang

30.177 217.600 214.400 261.500 224.000 947.877

2. Kab.

Demak

45.113 102.000 285.000 255.000 210.000 897.113

3. Kab.

Kendal

60.750 48.600 252.900 177.450 256.150 795.850

4. Kab.

Semarang

61.600 109.400 157.200 210.800 91.000 630.000

5. Kota

Salatiga

61.396 72.604 196.000 117.000 163.953 610.953

Sumber data : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Semarang Tahun 2016

Kedua, setelah meninjau data yang telah dibuka (seperti di atas), maka Dewan Pengupahan merumuskan usulan atau rekomendasi UMK Tahun 2017 menurut perhitungan dari masing-masing unsur.

Yang pertama adalah usulan dari unsur pemerintah yang telah sesuai dengan ketentuan PP Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dengan rumusan

(28)

57 Inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional berdasarkan data dari BPS Kota Semarang yakni :

- Tingkat inflasi nasional tahun ke tahun (September 2016 terhadap September 2015) sebesar 3,07%

- PBD Triwulan III tahun 2015 : 4,73% - PBD Triwulan IV tahun 2015 : 5,04% - PBD Triwulan I tahun 2016 : 4,92% - PBD Triwulan II tahun 2016 : 5,18%

Jumlah : 19,87% / 4

: 4,97%

Sehingga perhitungan UMK Kota Semarang Tahun 2017 berdasarkan PP Nomor 78 Tahun 2015 yaitu :

UMn = UMt + {UMt x (Inflasit+ % Δ PDBt) + % Adj} = 1.909.000 + {1.909.000 x (3,07% + 4,97%) + 0,01%} = 1.909.000 + 153.647,50

= 2.062.674,50 = 100% KHL

(29)

58 direkomendasikan untuk usulan UMK Tahun 2017 oleh Dewan Pengupahan Unsur Pemerintah kepada Walikota Semarang.

(30)

59 Hasil Survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Dari Serikat Pekerja

Sumber data dari usulan saran dan pertimbangan dewan pengupahan unsur buruh untuk penetapan upah minimum Kota Semarang tahun 2017 No Nama Pasar

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

1. Langgar 2.263.330 2.286.451 2.290.699 2.290.699 2.291.462 2.294.629 2.296.212 2.315.021

2. Pedurungan 1.973.025 1.982.387 1.985.300 1.986.682 1.988.298 1.998.289 2.000.538 2.033.141

3. Karang Ayu 1.990.585 1.992.814 1.994.280 1.996.216 1.992.284 2.001.317 2.007.870 2.012.481

4. Mangkang 1.992.152 1.996.529 1.997.287 1.999.340 1.999.828 2.002.115 2.010.304 2.055.458

5. Jatingaleh 2.318.266 2.318.754 2.320.552 2.321.325 2.321.940 2.324.169 2.332.125 2.333.515

Jumlah

Jumlah Rata –

Rata

(31)

60 Secara matematis usulan dari unsur Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dapat ditulis seperti berikut Rp 2.157.239,67 + 4,97% = 2.264.454,48. Perhitungan tersebut merupakan usulan yang diajukan untuk pekerja kepada Walikota Semarang untuk UMK Tahun 2017 dengan ketentuan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, sedangkan untuk masa kerja lebih dari 1 (satu) tahun diberikan prosentase sebagai berikut :

1) Masa kerja 0 (nol) tahun adalah sebesar Upah Minimum Kota yang sesuai dengan Kebutuhan Hidup Layak bulan Desember tahun 2016 + pertumbuhan ekonomi sebesar Rp 2.264.454,48

2) Masa kerja 1 (satu) tahun keatas kurang dari 3 (tiga) tahun ditambah 3% dari angka UMK 0 (nol) tahun

3) Masa kerja 3 (tiga) tahun keatas kurang dari 6 (enam) tahun ditambah 4% dari angka UMK 0 (nol) tahun

4) Masa kerja 6 (enam) tahun keatas dari 9 (sembilan) tahun ditambah 5% dari angka UMK 0 (nol) tahun

5) Masa kerja 9 (sembilan) tahun keatas dari 12 (dua belas) tahun ditambah 6% dari angka UMK 0 (nol) tahun

6) Masa kerja 12 (dua belas) tahun keatas dari 15 (lima belas) tahun ditambah 7% dari angka UMK 0 (nol) tahun

(32)

61 8) Masa kerja 18 (delapan belas) tahun keatas dari 21 (dua puluh satu)

tahun ditambah 9% dari angka UMK 0 (nol) tahun

9) Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun keatas ditambah 10% dari angka UMK 0 (nol) tahun

10)Masa Kerja 0 (nol) tahun adalah UMK

11)Untuk yang 1 (satu) tahun keatas dengan rumusan = UMK Tahun 2016 + Selisih kenaikan UMK (2017-2016) + prosentasi masa kerja

Kemudian setelah unsur pemerintah dan unsur serikat pekerja/ serikat buruh, unsur dari perwakilan pengusaha (APINDO) juga memberikan usulan pertimbangan UMK Semarang Tahun 2017 kepada Walikota Semarang dalam rapat Pleno tersebut. Dalam merumuskan perhitungan usulan UMK Semarang Tahun 2017 tersebut unsur pengusaha (APINDO) menggunakan formula perhitungan sesuai PP No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. Perhitungan yang dilakukan seperti berikut :

Dasar perhitungan Upah Minimum Kota Semarang Tahun 2017

1) UMn : Upah Minimum tahun yang akan datang (UMK Tahun

2017)

2) UMt : Upah Minimum tahun berjalan (UMK tahun 2016). Upah

(33)

62 3) Inflasilt: Inflasi Nasional yang dihitung dari periode September tahun lalun (2015) sampai dengan periode September tahun berjalan tahun (2016) sebesar 3,07%

4) ΔPDBt : pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional yang dihitungdan pertumbuhan PDB yang mencakup periode kuartal III dan IV tahun sebelumnya (2015) dan periode kuartal I dan II tahun berjalan (2016) sebesar 4,97%

5) Pertahapan KHL : penyesuaia pencapaian KHL sebesar 0,01% Hasil Perhitungan Usulan Upah Minimum Kota Semarang Tahun 2017, sebagai berikut :

UMn = UMt + {UMt x (Inflasit+ % Δ PDBt + Pentahapan KHL)}

= 1.909.000 + {1.909.000 x ( 3,07% + 4,97% + 0,01%)}

= 1.909.000 + (1.909.000 x 8,05% ) = 1.909.000 + 153.674,5

= 2.062.674,5

(34)

63 Tahun 2017. Surat tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang.

Dengan memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut :

1) Surat Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang Nomor : 561/4952/2016 tanggal 05 Oktober 2016 Perihal Rekomendasi Usulan Upah Minimum Kota (UMK) Kota Semarang Tahun 2017.

2) Surat Gubernur Jawa Tengah Nomor : 560/0017380 tanggal 01 Oktober 2016 perihal Rekomendasi Upah minimum Kabupaten/ Kota Tahun 2017.

Walikota Semarang melakukan pengkajian dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut

1) Peraturan Perundang-undangan di bidang Ketenagakerjaan.

2) Ketenangan bekerja dan berusaha serta iklim kondusif di Kota Semarang.

3) Hasil Rapat Pleno Dewan Pengupahan Kota Semarang.

4) Hal-hal lain terkait dengan kebijakan Ketenagakerjaan khususnya masalah pengupahan.

(35)

64 2.125.000,00 melalui surat Nomor : 561.6/4846 perihal Rekomendasi Upah Minimum Kota Semarang Tahun 2017.

Dengan memperhatikan Berita Acara Sidang Pleno Dewan Pengupahan Provinsi Jawa Tengah yang berlangsung pada hari Senin tanggal 14 November 2016 dan surat rekomendasi usulan upah dari Walikota Semarang maka Gubernur Jawa Tengah dan menerbitkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/ 50 Tahun 2016 Tentang Upah Minimum pada 35 (Tiga Puluh Lima) Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017. Isi keputusan tersebut diantara lain menetapkan :

1) Upah Minimum pada 35 ( Tiga Puluh Lima ) Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017, yang terdaftar sebagai berikut :

NO KABUPATEN / KOTA UPAH MINIMUM

TAHUN 2017

1. Kota Semarang Rp 2.125.000,00

2. Kabupaten Demak Rp 1.900.000,00

3. Kabupaten Kendal Rp 1.774.867,00

4. Kabupaten Semarang Rp 1.745.000,00

5. Kota Salatiga Rp 1.596.844,87

6. Kabupaten Grobogan Rp 1.435.000,00

7. Kabupaten Blora Rp 1.438.100,00

8. Kabupaten Kudus Rp 1.740.900,00

(36)

65

10. Kabupaten Pati Rp 1.420.500,00

11. Kabupaten Rembang Rp 1.408.000,00

12. Kabupaten Boyolali Rp 1.519.289,00

13. Kota Surakarta Rp 1.534.985,00

14. Kabupaten Sukoharjo Rp.1.513.000,00

15. Kabupaten Sragen Rp.1.422.585,52

16. Kabupaten Karanganyar Rp.1.560.000,00

17. Kabupaten Wonogiri Rp.1.401.000,00

18. Kabupaten Klaten Rp.1.528.500,00

19. Kota Magelang Rp.1.453.000,00

20. Kabupaten Magelang Rp.1.570.000,00

21. Kabupaten Purworejo Rp.1.445.000,00

22. Kabupaten Temanggung Rp.1.431.500,00

23. Kabupaten Wonosobo Rp.1.457.100,00

24 Kabupaten Kebumen Rp.1.433.900,00

25. Kabupaten Banyumas Rp.1.461.400,00

26. Kabupaten Cilacap Rp.1.693.689,00

27. Kabupaten Banjarnegara Rp.1.370.000,00

28. Kabupaten Purbalingga Rp.1.522.500,00

29. Kabupaten Batang Rp.1.603.000,00

30. Kota Pekalongan Rp.1,623.750,00

31. Kabupaten Pekalongan Rp.1.583.697,50

32. Kabupaten Pemalang Rp.1.460.000,00

(37)

66

34. Kabupaten Tegal Rp.1.487.000,00

35 Kabupaten Brebes Rp.1.418.100,00

Sumber data Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun2016

2) Upah minimum adalah upah bulanan terendah, terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

3) Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja/ buruh dengan tingkat paling rendah yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun.

4) Upah pekerja dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih ditetapkan sesuai kesepakatan antara pekerja/ buruh atau serikat pekerja dengan pegusaha secara bipartit, dengan mempertimbangkan produktivitas dan kemapuan perusahaan. 5) Pengusaha yang tidak meampu melaksanakan ketentuan upah

minimum dapat mengajukan pengangguhan upah minimum keada Gubernur Jawa Tengah atau Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku paling lama 10 (sepuluh) hari sebelum berlakunya Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun 2016 ini.

6) Pengusaha yang telah memberikan upah lebih tinggi dari ketentuan upah minimum dilarang mengurangi atau menurunkan besarnya upah yang telah diberikan.

(38)

67 8) Pengawasan pelaksanaan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun 2016 dilaksanakan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan kompetensinya.

9) Pada saat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun 2016 berlaku maka Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/66 Tahun 2015 Tanggal 20 Nopember 2015 tentang Upah Minimum pada 35 (tiga puluh lima) kabupaten/ kota di Propinsi Jawa Tengah dan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/46 Tahun 2016 tentang upah minimum tahun 2017 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

10)Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun 2016 ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2017.

Dibandingkan dengan beberapa ulasan diatas maka sangat perlu diperhatikan hasil wawancara (tanya jawab) dengan narasumber selaku pihak yang berkompeten di bidang ketenagakerjaan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan atau ada beberapa hal yang tidak sesuai.

(39)

68 akhir terdapat selisih perhitungan akibat pertimbangan dari Walikota Semarang dengan alasan termuat di dalam surat rekomendasi kepada Gubernur Jawa Tengah yang kemudian menghasilkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun 2016 tentang Upah Minimum Pada 35 (tiga puluh lima) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Taghun 2017. Hasil dari Keputusan Gubernur Jawa Tengah di atas, menghasilkan Upah Minimum Kota Semarang tahun 2017 sebesar Rp 2.125.000,00 dengan rumusan yang sesuai dengan formulasi yang terdapat dalam PP No 78 Tahun 2015.

(40)

B-69 245/BPS/1000/10/2016 yakni besaran inflasi nasional sebesar 3,07% dan 5,18% untuk besaran Pertumbuhan Ekonomi (PDB).

Berdasarkan dari pembahasan tersebut di atas maka ada beberapa hasil yang diperoleh sehingga muncul ketetapan besaran upah minimum kota Semarang. Adapun hasil dari rapat tersebut telah disepakati pada tanggal 04 Oktober 2017 oleh Ketua Dewan Pengupahan, Sekertaris Dewan Pengupahan, Perwakilan Unsur Serikat Pekerja, dan Perwakilan Unsur Apindo.

Kesimpulan dari hasil rapat tersebut meliputi dari adanya inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional berdasarkan data dari BPS Kota Semarang yakni :

- Tingkat inflasi nasional tahun ke tahun (September 2016 terhadap September 2015) sebesar 3,07%

- PBD Triwulan III tahun 2015 : 4,73% - PBD Triwulan IV tahun 2015 : 5,04% - PBD Triwulan I tahun 2016 : 4,92% - PBD Triwulan II tahun 2016 : 5,18%

Jumlah : 19,87% / 4

: 4,97%

Sehingga perhitungan UMK Kota Semarang Tahun 2017 berdasarkan PP Nomor 78 Tahun 2015 yaitu :

(41)

70 = 1.909.000 + {1.909.000 x (3,07% + 4,97%) + 0,01%} = 1.909.000 + 153.647,50

= 2.062.674,50 = 100% KHL

Di dalam pembahasan di atas berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tata cara penetapan upah minimum kota Semarang tahun 2017 bisa dikatakan telah sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Namun demikian besaran upah minimum yang ditetapkan ini ternyata diniliai kurang menghargai kemampuan tiap individu pekerja/ buruh. Dalam halnya pekerja yang memiliki kemampuan lebih tinggi akan mendapatkan besaran upah minimum yang sama besarnya dengan pekerja yang memiliki kemampuan lebih rendah. Hal tersebut akan merugikan orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi sehingga mereka menjadi kurang produktif. Upah minimum semestinya ditinjau dari segi kemampuan per individu pekrja/ buruh agar mereka juga dapat terus mengembangkan diri untuk meningkatkan produktivitas dalam perusahaan. Para pekerja yang dibayar dengan upah memadai lebih banyak nutrisi, dan para pekerja yang lebih sehat akan lebih produktif.

Teori efisiensi upah tersebut menyatakan bahwa produktifitas produksi pekerja meningkat seiring dengan tingkat upah.14 Upah

14

(42)

71 minimum saat ini hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup layak pekerja/ buruh. Pemerintah perlu memperhatikan sistem pengupahan sedemikian rupa supaya tingkat kemampuan pekerja/ buruh/ sumber daya manusia Indonesia tidak lagi tertinggal oleh negara lain. Namum demikian banyak perusahaan yang telah memberikan upah lebih dengan sistem pembayaran upah minimum ditambah dengan tunjangan yang besaranya tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan juga dapat memenuhi kebutuhan sekunder.

Oleh karenanya, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan didasarkan dasar-dasar teori yang digunakan, penulis dapat menyimpulkan bahwa pekerja belum merasa puas atas hasil Sidang Pleno Dewan Pengupahan Kota Semarang, karena para pekerja merasa Upah Minimum Kota belum memenuhi Kebutuhan Hidup Layak. Namun disisi lain, bagi pihak pengusaha apabila usulan penetapan yang diberikan oleh para pekerja dipenuhi, maka akan menjadi keberatan bagi pihak pengusaha. Sedangkan, hasil dari keputusan Walikota Kota Semarang, yaitu Rp 2.125.000,00 (dua juta seratus dua puluh lima ribu rupiah).

(43)

72 2. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/50 Tahun 2016 tentang Upah Minimum Pada 35 (Tiga Puluh Lima) Kota Tahun 2016

Pada umumnya pengertian sempit terhadap pengawasan ketenagakerjaan adalah tugas yang diemban oleh instansi ketenagakerjaan untuk menjamin dilaksanakannya peraturan perlindungan kerja, dalam hal ini petugas pengawas ketenagakerjaan.15 Tujuan diadakanya pengawasan ketenagakerjaan tersebut dalam Pasal 1 Undang -Undang Nomor 23 Tahun 1948 adalah untuk :

a. Mengawasi berlakunya Undang-Undang dan peraturan perburuhan b. Mengumpulkan bahan keterangan tentang persoalan hubungan kerja

dan keadaan perburuhan dalam arti seluas-luasnya guna membuat Undang-Undang dan peraturan perburuhan16

Pegawai pengawas ketenagakerjaan ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk. Pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan diatur dengan Keputusan Presiden. Pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan oleh unit tersendiri pada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.17

Menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk seluruh Republik Indonesia bahwa, “Pegawai pengawas tersebut wajib merahasiakan segala

15

Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Medan,GhaliaIndonesia, 2010) halaman 79 16Ibid

., halaman 80 17

(44)

73 keterangan tentang rahasia-rahasia di dalam suatu perusahaan, yang

didapatnya berhubung dengan jabatanya.”

Menurut Pasal 181Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pegawai pengawas ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya wajib :

a. Merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan; b. Tidak menyalahgunakan kewenangannya;

Menurut Pasal 182 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, penyidik pegawai negeri sipil berwenang :

a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak pidana di bidang ketengakerjaan;

b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang ketengakerjaan;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana dibidang ketenagakerjaan;

d. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara tindak pidana di bidang ketenagakerjaan;

e. Melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang ketenagakerjaan;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan; dan

Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang ketenagakerjaan.

(45)

74 Departemen Tenaga Kerja. Peaturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan hanya akan melindungi buruh hanya secara yuridis dan tidak akan mempunyai arti bila dalam pelaksanaannya tidak diawasi oleh seorang ahli yang harus mengunjungi tempat kerja pekerja/ buruh pada waktu-waktu tertentu. Ada 3 (tiga) tugas pokok pengawas ketenagakerjaan, yaitu :

a. Melihat dengan jalan memeriksa dan menyelidiki sendiri apakah ketentuan perundang-undangan sudah dilaksanakan, dan jika tidak, mengambil tindakan-tindakan yang wajar untuk menjamin pelaksanaannya.

b. Membantu baik pekerja/buruh maupun pengusaha dengan jalan memberi penjelasan-penjelasan teknik dan nasihat yang mereka perlukan apakah mereka memahami dimintakan peraturan dan bagaimana melaksanakannya.

c. Menyelidiki keadaan ketengakerjaan dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk penyusunan pearturan perundangan ketenagakerjaan dan penetapan pemerintah.

Dengan demikian, pengawasan bukanlah sebagai alat perlindungan melainkan suatu cara untuk menjamin terlaksananya peraturan perundangan ketenagakerjaan.18

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang terindikasi sebagai suatu penyimpangan/ pelanggaran dari aturan perundangan yang dilakukan oleh pengusaha terhadap buruh/ pekerja dalam hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, dapat dilaporkan oleh buruh/ pekerja melalui perwakilah Serikat Buruh kepada pengawas ketenagakerjaan. Contohnya saja, apabila dalam penetapan Upah Minimum Kota tidak dilakukan sesuai dengan formulasi menurut perundangan maka pekerja/ buruh boleh melaporkan hal tersebut kepada pengawasan ketenagakerjaan Sebaliknya apabila buruh/ pekerja terdapat

18

(46)

75 indikasi melakukan pelanggaran/ penyimpangan, maka pengusaha melalui Asosiasi Pengusaha Indonesia juga dapat melaporkan pelanggaran tersebut kepada pengawas ketenagakerjaan.

Berdasarkan Pasal 181 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pegawai pengawas ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya memiliki kewajiban untuk :

1) Merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan 2) Tidak menyalahgunakan kewenangannya

Maka dapat disimpulkan bahwa pihak pengawas ketenagakerjaan tidak diperkenankan untuk sewenang-wenang dalam menjalankan tugasnya dan mempublikasikan hal-hal yang memang dinilai harus dirahasiakan.

(47)

76 pelaporan mengenai upah minimum dibawah ketetapan yang telah ditetapkan UMK tahun 2016 untuk tahun 2017 hanya terjadi 11 (sebelas) pelaporan saja. Hal tersebut bisa terjadi, karena adanya kecurangan dari pengusaha yang dengan sengaja tidak memberikan upah sesuai dengan ketentuan upah minimum kota atau dapat dikatan para pengusaha tersebut membayar upah di bawah ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah pada tahun 2017. Tindak lanjut dari pelaporan yang ada, maka sesuai dengan perintah undang-undang terkait dalam pengawas ketenagakerjaan, Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan mengambil tindakan berupa:

1) Memeriksa,

2) Memberikan nota pemeriksaan, 3) Melakukan pembinaan,

4) Apabila perusahaan tidak mengindahkan aturan atau pembinaan serta himbauan maka dibuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) untuk gelar perkara.

Dari hasil wawancara tersebut hingga bulan Desember 2017 terdapat 1 (satu) perusahaan di Kota Semarang yang sedang menjalani gelar perkara karena tidak mengindahkan aturan yang telah diberikan terkait pengupahan.

(48)

77 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.19

3. Hambatan dalam Menetapkan Upah Minimum Kota di Wilayah Kota Semarang

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis kepada narasumber terpercaya yaitu Ibu Umi Kholifa selaku wakil dari Dinas Ketenagakerjaan Kota Semarang bidang Hubungan Indstrial dan sekaligus anggota Dewan Pengupahan Kota Semarang masa jabatan berlangsung, dapat diketahui bahwa setiap proses penetapan Upah Minimum Kota (UMK) Semarang memiliki tingkat kesulitan atau hambatan yang berbeda. Pada proses penetapan Upah Minimum Kota (UMK) Semarang tahun 2015 untuk masa berlaku 2016 yang lalu peredebatan sengit terjadi di ruang rapat pleno Dewan Pengupahan Kota Semarang sehingga drama perseteruan antara unsur tripartit (Serikat Pekerja, Asosiasi Pengusaha Indonesia dan Pihak Pemerintah) tidak dapat dihindarkan. Hal demikian terjadi karena pada saat itu peraturan yang digunakan belum menggunakan PP 78 tahun 2015 tentang Pengupahan. Peraturan yang digunakan pada saat itu adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pengupahan. Di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dalam Pasal 92 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa, "Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau

19Ibid

(49)

78 serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku". Dalam hal ini kesepakatan antara keduanya sulit dicapai akibat perbedaan kepentingan dan perbedaan ideologi masing-masing dari perwakilan unsur tripartit Dewan Pengupahan Kota Semarang. Perdebatan tersebut tidak lain mempetahankan argumen mengenai hal struktur skala upah yang dibuat oleh pengusaha dan survey kebutuhan hidup layak yang menghasilkan beberapa perhitungan berbeda yang seringkali dianggap merugikan serikat pekerja.

(50)

Gambar

Tabel 3.1 Daftar anggota dewan pengupahan
Tabel 3.1 Daftar anggota dewan pengupahan

Referensi

Dokumen terkait

Pemodelan data survival time dengan peubah prediktor yang mempengaruhi fungsi hazard dilakukan dengan menggunakan regresi, tetapi jika analisis regresi biasa

Pengolahan air limbah domestik dengan alternatif teknologi Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic Filter dilakukan agar air buangan dari kegiatan domestik di

Peneliti dalam penelitian ini akan menganalisis tema penelitian berdasarkan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan yang berlaku di pengadilan agama serta bahan

Hasil penelitian ini didapat faktor utama kekuatan PT Perkebunan Tambi yaitu terdapat pemotivasian kepada karyawan secara teratur, dengan nilai skor 0,269, faktor

Berdasarkan hasil tes unjuk kerja yang telah dilaksanakan di kelas XII SMAN 2 Ciamis kemampuan menulis cerpen setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think

Menurut Prinyanto Hidayatullah (2012: 5) Visual Basic .Net adalah Visual Basic yang direkayasa kembali untuk digunakan pada platform .NET sehingga aplikasi yang dibuat

Pada motor injeksi, setiap melakukan perubahan bagian yang berhubungan dengan ruang bakar, saluaran isap atau saluran buang, maka harus dilakukan setting

Setelah mendapatkan ijin untuk melaksanakan kegiatan pengabdian, pengabdi kemudian melakukan pertemuan dengan pelatih ekstra kurikuler yoga di SMKN 2 Singaraa dan