• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pajak Secara Umum

Pajak mempunyai beberapa arti, dimana para ahli dalam bidang perpajakan mrmpunyai definisi masing-masing mengenai pengertian pajak. Beberapa definisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Menurut Andriani dalam (Santoso, 2005:3) :

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan.

2. Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2006:1)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari definisi-definisi diatas tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

1. Iuran dari rakyat kepada Negara

Yang berhak memungut hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang bukan barang.

(2)

2. Berdasarkan Undang-undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta antara pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

B. Pendapatan dan Beban Menurut Standar Akuntansi Keuangan 1. Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan

Penghasilan didefinisikan dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan paragraf 74 (IAI, 2007) sebagai berikut :

Penghasilan (Income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Pada Paragraf 74 Kerangka Dasar Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2007) pengertian penghasilan yaitu “Penghasilan (Income) meliputi baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam aktivitas perusahaan seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, deviden, royalty dan sewa”

(3)

Sedangkan pendapatan dapat didefinisikan menurut PSAK No. 23 paragraf Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk ini mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari penanaman modal.

Pendapatan dapat diakui sebagai penghasilan pada periode kapan kegiatan utama yang perlu menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai. Jadi, pengakuan pendapatan mengacu pada periode selesainya penyediaan barang atau jasa yang diserahkan. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.

2. Beban Menurut Standar Akuntansi Keuangan

Biaya adalah semua pengurangan terhadap penghasilan. Sehubungan dengan periode akuntansi pemanfaatan pengeluaran dipisahkan antara pengeluaran kapital (Capital Expenditure) yaitu pengeluaran yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan dicatat sebagai aktiva, sedangkan pengeluaran penghasilan (Revenue Expenditure) yaitu pengeluaran yang hanya memberi manfaat untuk satu periode akuntansi yang bersangkutan yang dicatat sebagai beban.

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 78 (IAI, 2007), beban didefinisikan :

Beban (Expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut bagian kepada penanaman modal.

(4)

Beban juga menyangkup kerugian yang belum direalisasi misalnya kerugian yang timbul dari pengaruh selisih kurs mata uang asing. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan penghasilan tertentu yang diperoleh.

Kalau Manfaat ekonomi yang timbul lebih dari satu periode akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tidak langsung maka beban diakui berdasarkan alokasi yang rasional dan sistematis. Misalnya, pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva tetap, goodwill, paten dan merek dagang. Beban ini dikenal dengan istilah penyusutan (amortisasi).

Beban usaha pada dasarnya dapat diperhitungan dalam laporan keuangan secara penuh hanya apabila manfaat ekonomi yang timbul dari suatu pengeluaran baik kas maupun pengorbanan ekonomi lainnya tidak melebihi satu periode akuntansi dan terdapat hubungan upaya mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan usaha dalam periode yang sama.

C. Pendapatan dan Beban Menurut Undang-Undang Perpajakan

1. Pendapatan Menurut Undang-Undang Perpajakan

Menurut Undang-undang No. 36 tahun 2008 pasal 4 ayat (1) menyebutkan yang dimaksud objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari

(5)

luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun.

Yang termasuk dalam pengertian penghasilan adalah :

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan c. Laba usaha

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : 1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya.

3. Keuntungan karena likuiditas, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun.

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan,

(6)

badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan.

5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang diterapkan dengan peraturan pemerintah

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

(7)

n. Premi asuransi

o. Iuran yang diterima atau diperolah perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan

s. Surplus Bank Indonesia

2. Beban Menurut Undang-Undang Perpajakan

a. Beban atau Biaya yang boleh dikurangkan (Deductible Expenses) 1)Biaya yang boleh dikurangkan dalam menghitung penghasilan

kena pajak menurut Gunadi (2002 : 81) berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1) yaitu :

a) Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan termasuk biaya pembelian bahan baku, biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya

(8)

promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri keuangan, biaya administrasi dan pajak kecuali pajak penghasilan.

b) Penyusutan atau pengeluaran

c) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

d) Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

e) Kerugian selisih kurs mata uang asing

f) Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia

g) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

h) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat tertagih, dengan syarat :

1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial

2. Wajib pajak menyerahkan daftar putang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat jenderal Pajak

3. Telah diserahkan penagihannya kepada Pengadilan Negeri

4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 huruf k

(9)

Yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

i) Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah

j) Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah

k) Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah

l) Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah

m) Sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan pemerintah

a. Beban atau Biaya yang tidak boleh dikurangkan (Non Deductible Expenses)

1) Biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak menurut Liberty (2002 : 194) berdasarkan atas Undang-Undang dasar No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat (1) dan (2), yaitu :

1. untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam Negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan.

(10)

a Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti deviden, termasuk deviden yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi

b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota

c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali : 1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dbadan

usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang

2. Cadangan usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial

3. Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan

4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan 5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha

kehutanan

6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri

(11)

Yang ketentuan dan syarat-syarat diatur dengan atau berdasarkan Peraturan menteri Keuangan

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa, yang dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan

atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan didaerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan

g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan

(12)

i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya

j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham

k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

2) Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusuran atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 atau pasal 11A.

Menurut pasal 4 PP No. 138 tahun 2000 pengeluaran dan biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap termasuk :

a. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

b. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final

(13)

c. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Norma Perhitungan Khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 Undang-undang Pajak Penghasilan.

d. Pajak penghasilan yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali pajak atau penghasilan yang dimaksud dalam pasal 26 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan tetapi tidak termasuk dividen sepanjang Pajak Penghasilan tersebut ditambahkan dalam perhitungan dasar untuk pemotongan pajak, dan

e. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.

D. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal

Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan penghasilan kena pajak sehingga perlu rekonsiliasi fiskal. Perbedaan antara laporan keuangan komersial dan laporan laba rugi fiskal dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1. Perbedaan Waktu (timing differences)

“perbedaaan waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya perbedaan waktu pengakuan atau pembebanan penghasilan atau biaya untuk perhitungan pajak dan akuntansi” (sophai, 2005:72).

(14)

Perbedaan waktu dapat dibagi menjadi perbedaan waktu positif dan perbedaan waktu negatif. Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk pajak atau pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi. Perbedaan waktu negatif terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan pajak. Perbedaan waktu yang terjadi dalam satu periode dapat mengakibatkan laba menurut pajak yang lebih besar atau lebih kecil dari laba akuntansi. Ada empat macam jenis transaksi yang dapat menimbulkan perbedaan waktu, transaksi-transaksi tersebut adalah :

a. Pendapatan diakui lebih dahulu akuntansi daripada menurut pajak. Contoh : Laba bruto penjualan cicilan

b. Biaya atau beban diakui lebih dahulu menurut pajak daripada menurut akuntansi.

Contoh : Penyusutan aktiva tetap menggunakan taksiran umur yang lebih pendek daripada taksiran ekonomis yang digunakan untuk tujuan akuntansi

c. Pendapatan diakui lebih dahulu menurut pajak daripada menurut akuntansi

Contoh : Sewa-sewa yang diterima dimuka

d. Biaya atau beban diakui lebih dahulu menurut akuntansi daripada menurut pajak.

(15)

2. Perbedaan Tetap (Permanent Diferences)

“Perbedaan tetap adalah perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau biaya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan prinsip akuntansi yang bersifat permanen” (Sophar, 2005 : 74).

Perbedaan permanen dapat positif karena ada laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dan relief pajak, sedangkan perbedaan permanen negatif disebabkan adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan fiskal. Perbedaan tetap contohnya seperti, pemberian kenikmatan atau natura, biaya jamuan tamu, sumbangan, rugi penarikan harta tetap dari pemakaian, pajak penghasilan pasal 26 atas royalti yang ditanggung oleh pemberi hasil pendapatan bunga, hibah dan warisan, bunga dan dividen.

E. Contoh Rekonsiliasi Fiskal

Berikut adalah contoh laporan laba rugi fiskal menurut Mansyur, Muhammad dan Teguh Hadi Wardoyo (2005 : 209)

PT. INTI LOGGING dengan NPWP 01.937.654.2.031.00 Jl. S. Parman Kav. 26 Jakarta Barat, bergerak dibbidang usaha perkayuan. WP memiliki kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan sebesar Rp. 159.000.000,-.

Data-data pembukuan tahun 2004 adalah sbb :

Penjualan Bersih Rp. 23.200.000.000 Harga Pokok Penjualan Rp. 17.900.000.000

(16)

Gaji dan upah Rp. 1.256.400.000 Biaya Operasi :

PPH 21 dibayar perusahaan Rp. 56.000.000 Biaya penyusutan Rp. 1.285.000.000 Biaya rekreasi/piknik pegawai Rp. 22.600.000

Biaya HP Rp. 24.000.000

Biaya Astek/Jamsostek Rp. 60.600.000 Biaya penyisihan piutang ragu-ragu Rp. 98.600.000 Biaya perjalanan dinas Rp. 301.000.000 Biaya bunga bank Rp. 180.000.000 Biaya bunga leasing Rp. 20.000.000 Biaya Royalty Rp. 125.000.000 Biaya pemeliharaan inventaris Rp. 230.400.000

Biaya PPN Rp. 132.500.000

Biaya makan minum dan seragam Rp. 400.000.000 Biaya alat tulis kantor Rp. 163.800.000 Biaya listrik, telepon, air Rp. 36.000.000 Biaya perawatan forklip & dump-truck Rp. 10.000.000 Biaya fiskal LN Rp. 21.000.000 Biaya profesional fee Rp. 59.700.000

Biaya lain-lain Rp. 25.800.000

Bunga deposito Rp. 10.000.000

(17)

Laba penjualan gudang Rp. 100.000.000 Pendapatan sewa forklip & dump truck Rp. 150.000.000 Laba selisih kurs Rp. 99.200.000 Rugi penjualan wisma Rp. (80.000.000) Laba anak perusahaan Rp. 200.000.000

Keterangan lain :

a. PT. Inti Logging memiliki kebijakan untuk menanggung pph 21 semua karyawan berapapun jumlahnya dalam bentuk pph 21 ditanggung perusahaan, bukan berbentuk tunjangan pph (gross-up)

b. Biaya penyusutan untuk fiskal dan komersial dihitung dengan cara yang saama oleh WP yaitu sebesar Rp. 1.285.000.000 (metode garis lurus). Demikian juga dengan penentuan biaya penyusutan HP dinas sebesar Rp. 4.000.000,- pertahun dan biaya penyusutan mobil sedan sebesar Rp. 50.000.000,- pertahun dengan KEP-220/PJ./2002.

c. Dalam biaya penyusutan termasuk juga biaya penyusutan atas aktiva finance lease sebesar Rp. 150.000.000,- dan biaya penyusutan wisma tersebut dijual sebesar Rp. 10.000.000,-

d. Biaya HP adalah pengeluaran untuk pembayaran pulsa para direksi.

e. Biaya Astek/Jamsostek adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembayaran premi asuransi kecelakaan kerja karyawan.

f. Dalam perjalanan dinas, para direksi sesekali membawa keluarga mereka, ternyata setelah diperinci terdapat sejumlah Rp. 55.000.000 yang

(18)

merupakan pengeluaran tiket pesawat terbang untuk para pejabat sejumlah Rp. 64.000.000

g. Biaya bunga bank sebesar Rp. 180.000.000,- terjadi karena hutang PT. Inti Logging kepada Bank Buana Indonesia sebesar rata-rata setahun Rp. 1.000.000.0000,- dengan tingkat bunga pinjaman rata-rata 18% p.a. h. Perusahaan menyewa alat-alat berat dan United Tractor secara Finance

Lease dengan pembayaran SGU tiap bulan Januari dan Juli sebesar Rp. 100.000.000,- dengan perincian bunga tetap Rp. 10.000.000,- dan cicilan pokok leasing Rp. 90.000.000. Selama tahun 2004 perusahaan telah membayar cicilan leasing 2 kali yang terdiri dari pembayaran bunga Rp. 20.000.000 dan pembayaran pokok Rp. 180.000.000,-.

i. Perusahaan membayar biaya royalty teknologi pemrotetan ke Blitz Gmbh

Germany sebesar Rp. 125.000.000,- jumlah tersebut termasuk Rp. 25.000.000 yang merupakan pph pasal 26 yang ditanggung oleh PT. Inti Logging.

j. Dalam biaya perbaikan/reparasi terdapat biaya perbaikan mobil sedan perusahaan yang digunakan oleh Direktur Utama PT. Inti Logging sejumlah Rp. 180.000.000 dan biaya perawatan wisma perusahaan di puncak sebesar Rp. 10.000.000,-

k. Biaya jamuan untuk relasi yang lengkap dengan perincian (daftar nominatif) dan bukti-buktinya ada hanya sejumlah Rp. 101.000.000,-

(19)

l. Biaya PPN adalah PPN pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan karena faktur pajak yang diterima dan penjual cacat.

m. Perusahaan menanggung makan minum dan seragam seluruh pegawainya dengan menyediakan kantin di kantor dan di lokasi HPH serta membelikan seragam. Total biaya makan minum Rp. 360.000.000 sedangkan biaya seragam sebesar Rp. 40.000.000.

n. Biaya perawatan forklift dan dump truck adalah biaya perawatan forklift dan dump truck yang disewakan.

o. Biaya fiskal LN adalah pembayaran Fiskal LN atas nama perusahaan untuk kepergian para direktur ke Amerika dan Singapura dalam rangka dinas.

p. Biaya profesional fee adalah biaya jasa audit dan appraisal. Dari total biaya tersebut sebesar Rp. 19.700.000,- adalah biaya audit anak perusahaan yaitu PT. Nusantara Plywood.

q. Perincian biaya lain-lain sebesar :

• Bantuan bea siswa dalam rangka GN-OTA sebesar Rp. 12.500.000 • Sumbangan Amal Bhakti Muslim Pancasila Rp. 3.300.000

• Iuran keanggotaan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Rp. 10.000.000

r. Penghasilan bunga deposito adalah bunga deposito Bank Mandiri sebesar

Rp. 10.000.000,- dan telah dipotong pajak sebesar 2% yaitu Rp. 2.000.000,- rata-rata besarnya deposito PT. Inti Logging di Bank

(20)

s. Perusahaan menjual gudang dengan nilai sisa buku sebesar Rp 900.000.000,- seharga Rp. 1.000.000.000,- atas penjualan gudang ini

perusahaan telah membayar PPH atas pengalihan tanah sebesar 5% yaitu Rp. 50.000.000,-

t. Perusahaan juga menyewakan forklift serta dump trucknya kepada perusahaan sesama pemegang HPH yaitu PT. Hutrindo di lokasi usaha. Atas jasa sewa ini perusahaan telah dipotong pajak sebesar 6% yaitu Rp. 9.000.000,-

u. Pada akhir tahun 2004 perusahaan menjual wisma perusahaan di puncak dengan harga Rp. 400.000.000,- karena kesulitan likuiditas. Nilai buku wisma tersebut pada saat dijual adalah Rp. 480.000.000. Perusahaan telah membayar PPH atas pengalihan tanah sebesar 5% yaitu Rp. 20.000.000,- sebelum dijual wisma tersebut beberapa kali disewakan dengan penghasilan sewa setahun Rp. 50.000.000 dan telah dipotong PPH oleh penyewa Rp. 5.000.000,-

v. PT. Inti Logging memiliki anak perusahaan yang bergerak dibidang kayu lapis yaitu PT. Nusantara Plywood (kepemilikan 40%). Selama tahun 2004 PT. Nusantara Plywood mengumumkan laba setelah pajak sebesar Rp. 500.000.000 tapi tidak membagi deviden. PT. Inti Logging mengakuinya dengan mencatat kenaikan nilai investasi dan laba dari anak perusahaan sebesar Rp. 200.000.000

w. Perusahaan mengimpor alat-alat berat (truk, traktor, dll) dan telah dipotong pajak PPH 22 oleh Ditjen Bea Cukai sebesar Rp. 46.000.000,-

(21)

x. Selama tahun 2004 perusahaan telah membayar PPH pasal 25 sebesar Rp. 209.000.000.

1. Buatlah rekonsiliasi fiskal yang diperlukan guna menghitung penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan terutang tahun 2004 dan PT. Inti Logging?

Diminta :

2. Menghitung angsuran PPH 25 tahun 2005? Jawab :

(22)

Tabel 2.1 PT. INTI LOGGING

Rekonsiliasi Fiskal (Dalam Ribuan)

No Uraian Komersial Positif Negatif Fiskal

1 Penjualan Bersih 23,200,000 23,200,000

2 Harga Pokok Penjualan 17,900,000 17,900,000

3 Laba Bruto 5,300,000 5,300,000

4 Biaya Operasi :

5 Gaji dan upah 1,256,400 1,256,000

6 PPH 21 dibayar perusahaan 56,000 56,000

7 Biaya penyusutan 1,285,000 187,000 1,098,000

8 Biaya rekreasi/piknik pegawai 22,600 22,600

9 Biaya HP 24,000 12,000 12,000

10 Biaya Astek/Jamsostek 60,600 60,600

11 Biaya penyisihan piutang ragu-ragu 98,600 98,600

12 Biaya perjalanan dinas 301,000 119,000 182,100

13 Biaya bunga bank 180,000 18,000 162,000

14 Biaya bunga leasing 20,000

15 Biaya Angsuran Leasing 180,000 180,000

16 Biaya Royalty 125,000 25,000 100,000

17 Biaya pemeliharaan inventaris 230,400 19,000 211,400

18 Biaya representasi 132,500 31,500 101,000

19 Biaya PPN 9,500 9,500

20 Biaya makan minum dan seragam 400,000 400,000

21 Biaya alat tulis kantor 163,800 163,800

22 Biaya listrik, telepon, air 36,000 36,000

23 Biaya perawatan forklip & dump-truck 10,000 10,000

24 Biaya fiskal LN 21,000 21,000

25 Biaya profesional fee 59,700 19,700 40,000

26 Biaya lain-lain 25,800 3,300 22,500

27 Jumlah Biaya Operasional 4,518,600 633,300 180,000 4,065,300

28 Laba Operasional 781,400 1,234,700

29 Penghasilan / Beban lain :

30 Bunga deposito 10,000 10,000

31 Laba penjualan gudang 100,000 100,000

32

Pendapatan sewa forklip & dump

(23)

Lanjutan tabel 2.1

33 Laba selisih kurs 99,200 99,200

34 Rugi penjualan wisma (80,000) (80,000)

35 Pendapatan sewa wisma 50,000 50,000

36 Laba anak perusahaan 200,000 200 ,000

37 Jumlah Penghasilan / Beban 529,200 349,200

38 Laba Bersih 1,310,600 1,583,900

39 Kompensasi Kerugian 159,000 159,000

40 Penghasilan Kena Pajak 111,600 713,300 1,424,900

41 PPh Terutang 409,970

42 Kredit pajak dipotong pihak lain

43 PPH pasal 22 46,000

44 PPH pasal 23 9,000

45 PPH dibayar sendiri 34,970

46 Kredit Pajak yang dibayar sendiri

47 Pasal 25 209,000

48 Fiskal LN 21,000

49 PPHTB 70,000

50 PPH kurang bayar 54,970

Sumber : Mansyur, muhammad dan teguh Hadi W.2005 Pajak Terapan Brevet A&B Perhitungan PPh Pasal 25 :

Penghasilan neto Rp. 1.583.900.000 Penghasilan tidak teratur :

- Laba penjualan gudang Rp. 100.000.000 - Laba kurs

Penghasilan teratur Rp. 1.384.700.000 Rp. 99.200.000

PPh terutang

Kredit pajak dipotong pihak lain

PPh pasal 22 Rp. 46.000.000

PPh pasal 23 Rp. 9.000.000 Total Kredit Pajak Rp. 55.000.000 PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 349.910.000 Angsuran per bulan Rp. 28.576.000

(24)

Biaya penyusutan :

Perhitungan Koreksi Fiskal :

- Penyusutan HP Rp. 2.000.000,- - Penyusutan Sedan Dinas Rp. 25.000.000,- - Penyusutan Aktiva Finance Lease Rp. 150.000.000,- - Penyusutan Wisma

Jumlah Rp. 187.000.000,-

Rp. 10.000.000,-

Biaya pemeliharaan Inventaris :

- Biaya perbaikan mobil Sedan Dinas Rp. 9.000.000,- - Biaya perawatan Wisma

Jumlah Rp. 19.000.000,-

Rp. 10.000.000,-

Rata-rata saldo bunga pinjaman =Rp. 1.000.000.000,- Perhitungan bunga pinjaman : (SE-46/PJ.4/1995)

Tingkat bunga =18%

Biaya bunga pinjaman =Rp. 180.000.000,- Rata-rata Saldo deposito =Rp. 100.000.000,-

Bunga pinjaman yang menjadi biaya =(Rp1.000.000.000–Rp.100.000.000)x18%

Gambar

Tabel 2.1  PT. INTI LOGGING

Referensi

Dokumen terkait

Data untuk penentuan debit banjir rencana pada adalah data curah hujan, dimana curah hujan merupakan salah satu dari beberapa data yang dapat digunakan untuk

Tetapi dapat digambarkan titik- titik kuwa eliptik yang merupakan elemen grup eliptik E(a, b) atas Zp , seperti yang terlihat pada Gambar 8 berikut ini.. Smlterpbt dari

TIM II - POKJA PEKERJAAN KONSTRUKSI - UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/ JASA KABUPATEN KARAWANG TAHUN ANGGARAN 2013 akan melaksanakan PEMILIHAN LANGSUNG DAN PELELANGAN UMUM

Yang berperan sebagai dokter melakukan kegiatan: menjelaskan mengenai pemeriksaan fisis yang akan dilakukan, mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan fisis,

Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya

Tujuan penelitian dan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan motif batik khas Bali yang mempunyai bentuk unik dan karakteristik sehingga dapat mencerminkan

Primary house merupakan salah satu bangunan yang terdapat didalam area PRSPP teratai Surabaya yang berfungsi sebagai tempat rehabilitasi narkoba pada tahapan

Untuk pelaporan disusun format laporan yang dapat digunakan untuk menampilkan data baku mutu, data kualitas air dalam bentuk angka dan grafik serta data lokasi sumber limbah?.