• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Strategis dan Leader ter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Budaya Strategis dan Leader ter"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Budaya Strategis dan

Leader

terhadap Arah

Kebijakan Luar Negeri Pakistan Sejak Tahun 2013

Tugas Pengganti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Analisis Politik Luar Negeri

DOSEN PENGAMPU : ACHMAD FATHONI KURNIAWAN, S.IP., MA. Oleh

Kurnia Islami 135120401111036

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

1

KATA PENGANTAR

Segala puji tercurah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memperkenankan penulis dengan rahmat dan nikmatNya untuk menyelesaikan penelitian berjudul Penga ruh Budaya Strategis dan Leader terhadap Arah Kebijakan Luar Negeri Pa kistan Sejak Tahun 2013 . Penulis mengucapkan permohonan maaf kepada para pembaca sebab penulisan makalah penelitian yang memiliki banyak sekali kekurangan. Penulis merasa masih banyak yang harus diteliti lebih dalam namun tidak dapat penulis lakukan sebab keterbatasan waktu dan banyaknya sumber data yang harus diolah dan digabungkan fakta-faktanya. Penulis harap dengan adanya makalah peneilitian ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan pembaca dan menjadi alat bantu meneropong masa depan Pakistan, kawasan Asia Selatan, bahkan politik internasional.

(3)

2

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakistan merupakan sebuah negara yang berdiri pada Agustus 1947 dari sebuah peristiwa separatisme Islam di India sejak tahun 1930. Setelah berhasil memisahkan diri dari India, negara ini memiliki luas wilayah 796.095 km² dan terletak di sebelah barat laut India, berbatasan dengan Afganistan, Iran dan Cina.

Sejak pertama mendapatkan kemerdekaan, Pakistan sudah mengalami berbagai permasalahan, hubungan tidak baik dengan tetangganya bahkan permasalahan domestik yang terjadi bersamaan. Pakistan juga menghadapi berbagai tantangan dalam memenuhi kepentingan nasionalnya sebagai sebuah negara yang baru merangkak dan mengenal dunia internasional. Berbagai cara dilakukan Pakistan untuk mendapatkan bantuan dalam rangka memperbaiki domestiknya sebagai sebuah negara baru yang belum stabil dan mandiri.

Sebagai negara yang berlandaskan ideology Islam yang kuat maka negara ini melakukan upaya lain dengan mencoba melirik dan berteman dengan negara-negara Arab. Bukan hanya itu, Pakistan juga mencoba mencari bantuan dari negara-negara Barat seperti Amerika Serikat yang mana tentu mengandung beberapa resiko. Demikian dilakukan Pakistan dalam menyelamatkan diri dan mencoba menyeimbangkan kemampuan dengan India agar tidak terjadi dominasi India yang kuat di Asia Selatan. Akibatnya, Pakistan hingga saat ini menjadi ladang kepentingan banyak negara besar melalui pemberian bantuan seperti Amerika Serikat, Cina dan Arab Saudi.

(4)

3 kebijakan luar negeri Pakistan sebab negara ini merupakan salah satu negara poros yang menentukan masa depan hubungan internasional di regional maupun internasional.

Tak heran, salah seorang sejarawan bernama Paul Kennedy bahwa masa depan Pakistan ini akan menentukan masa depan regional dan kestabilan internasional khususnya dalam mempromosikan kepentingan Amerika Serikat.1

Makalah ini lebih lanjut akan membahas arah kebijakan luar negeri Pakistan dewasa ini utamanya sejak tahun 2013, paska pemilihan presiden terbaru yang dilakukan parlemen. Analisis penulis menggunakan peran budaya strategis dan leader dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri Pakistan sebab kedua faktor ini sangat menonjol dari waktu ke waktu sejak pertama Pakistan menjadi negara merdeka.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui peran budaya strategis dan pemimpin negara dalam kebijakan luar negeri Pakistan

2. Mengetahui arah kebijakan luar negeri Pakistan sejak tahun 2013

Rumusan Penilitian

1. Bagaimana peran budaya strategis dan pemimpin negara dalam kebijakan luar negeri Pakistan?

2. Bagaimana arah kebijakan luar negeri Pakistan sejak tahun 2013?

Manfaat Penelitian

Praktis

Melalui pengetahuan yang didapatkan tentang arah kebijakan luar negeri Pakistan dewasa ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan memberikan gambaran pengaruh kebijakan luar negeri Pakistan terhadap level regional maupun internasional mengingat Pakistan merupakan salah satu negara poros.

1

(5)

4

BAB II

PEMBAHASAN

Budaya Strategis

Budaya strategis atau strategic culture merupakan kumpulan norma, nilai dan yang diyakini elit politik suatu negara dan mempengaruhi interpretasi dan pemahamannya terhadap isu internasional yang kemudian membentuk respon terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi.23 Budaya strategis muncul sebagai hasil pengetahuan dan pengalaman di masa lampau. Selain faktor pengetahuan dan pengalaman, terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi budaya strategis dalam suatu negara yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok yakni faktor sosial, fisik ,dan politik. Faktor sosial dapat berupa mitos, legenda, simbol atau arti tulisan. Sementara faktor fisik dapat berupa geografi, iklim, sumber daya alam dan teknologi. Terakhir, faktor politik misalnya sejarah dan militer.

Faktor Pembentuk Strategic Culture dalam kebijakan luar negeri Pakistan di awal

kemerdekaan

Sejarah berdirinya Pakistan dan hubungan dengan India

Pendirian negara Pakistan bermula dari separatisme muslim yang terjadi di India pada 1930an. Ide memisahkan diri dari India diusung oleh Dr Muhammad Iqbal yang menyatakan bahwa pendirian sebuah negara muslim berarti membangun keamanan di area utara India, dan area barat dan selatan India akan menjadi tanggungjawab keamanan India. Selain itu diharapkan hubungan keduanya berjalan harmonis, sebagaimana ucapannya “Kita bersatu sebagai kawan dan tetangga baik dan mengatakan pada dunia „Hands off India‟.”4 Berbagai kerjasama pun dilakukan antara pemerintah India dan Pakistan dalam pembagian sumberdaya ketika sebelum dan setelah kemerdekaan Pakistan. Sayangnya peristiwa kerukunan pembagian sumberdaya dan pertemanan India-Pakistan tidak berlangsung lama.

Selang beberapa waktu, hubungan keduanya memburuk dan tumbuh rasa kebencian Pakistan terhadap India. Terdapat tiga faktor yang menjadi penyebab rusaknya hubungan keduanya menurut Hasan Askari yakni : adanya kericuhan saat pemisahan Pakistan dari India yang menimbulkan gelombang pengungsi yang sangat besar di India, sengketa pembagian asset pemerintahan India dimana Pakistan tidak mendapatkan pembagian yang memadai

2

Colin S. Gray, Nuclear Strategy and National Style, (1986), Hamilton Press 3

(6)

5 cukup untuk membangun administrasi pemerintahan dan militer, serta terjadinya perang Kashmir pada tahun 1947-1948 disebabkan sengketa teritori Jammu dan Kashmir.

Berbagai permasalahan yang menghancurkan kerukunan India dan Pakistan ini sebenarnya telah tampak pada konflik kepentingan antara partai Kongres dan Liga Muslim di India sebelum terjadi separatisme Pakistan. Konflik tersebut terus berkepanjangan dan menimbulkan buruknya hubungan India dan Pakistan ditambah lagi dengan perilaku tidak hangat dari India terhadap Pakistan dalam berbagai masalah seperti kelompok agama minoritas, sengketa perairan, hingga perdagangan (dimana India melakukan blokade perdagangan secara unilateral tahun 1950). Akibatnya Pakistan berprasangka dan meyakini bahwa India tidak mendukung eksistensi Pakistan bahkan berusaha mengancamnya5.

Perma salahan keamanan dengan Afghanistan

Peristiwa berikutnya yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Pakistan adalah klaim teritori yang dilakukan Afghanistan di bagian barat laut Pakistan tepatnya di Balochistan. Afghanistan yang mengetahui bahwa pemerintah Inggris pada saat itu meninggalkan India dan Pakistan akan berdiri, mengambil kesempatan klaim Balochistan dan mengajukan hal ini pada PBB di tahun 1947. Sebenarnya pasukan militer Afghanistan tidak lebih kuat dari Pakistan, akan tetapi India memberi dukungan atas klaim yang dilakukan Afghanistan sehingga memberatkan Pakistan. Fokus keamanan pada tahun 1950-1960 an kemudian harus terbagi menjadi dua, di perbatasan dengan India dan perbatasan dengan Afghanistan. Pakistan dalam kondisi ini dituntut memiliki fasilitas militer yang cukup untuk mengamankan teritorinya. Terlebih lagi kota-kota besar dan ibukota Pakistan terletak dekat dengan perbatasan yakni Lahore, Sialkot, Kasur dan Islamabad. Sayangnya Pakistan sangat kekurangan kapasitas ini di awal kemerdekaanya.

Dampak terhadap strategi politik luar negeri Pakistan dalam bidang ekonomi dan keamanan

di a wal 30 tahun kemerdekaan

Mengingat ancaman keamanan dari dunia luar tidak hanya datang dari India melainka juga dari Afghanistan serta lemahnya keamanan Pakistan, maka pencarian keamanan menjadi fokus utama kepentingan nasional Pakistan di awal kemerdekaannya. Meskipun kebutuhan manusia di Pakistan sangat kekurangan dan terjadi kemiskinan, pemerintah mengeluarkan

(7)

6 anggaran sebanyak 73% di tahun 1949-1950 untuk mengejar operasional militer yang memadai.

Pada tahun-tahun berikutnya, pemerintah masih merasa fasilitas militer Pakistan belum cukup memadai untuk menjamin keamanan negara, Pakistan kemudian mulai membeli persenjataan dari Inggris dan negara persemakmuran lainnya hingga terjadi kerjasama militer dengan Amerika Serikat di tahun 1954-1955. Pakistan dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian Mutual Defense Assistance yang mengizinkan adanya pasukan AS di Pakistan, pelatihan militer oleh ahli dari AS, dan bantuan senjata dan peralatan militer dalam jumlah besar. Tujuan Pakistan dalam kerjasama ini sebanrnya adalah untuk mengamankan diri dari serangan luar dan menyeimbangkan kekuatan militer dengan India dimana pada saat itu pasukan militer Pakistan berjumlah tidak sampai separuh pasukan militer India dan Pakistan sangat kekurangan senjata dan teknologi militer lainnya. Ini berbeda dengan tujuan AS yang sebenarnya memberi bantuan untuk membendung pengaruh Uni Soviet di Asia Selatan.

Beberapa puluh tahun kemudian, tepatnya Desember 1979 Uni Sovyet melakukan intervensi militer di Afganistan. Amerika Serikat merespon peristiwa ini dengan mengirimkan bantuan militer untuk Pakistan agar menyeimbangkan kekuatan dengan Uni Sovyet. Bantuan ini diberikan secara langsung oleh Amerika Serikat tanpa melalui perjanjian terlebih dahulu. Tahun 1981-1987 AS memberikan bantuan militer dan ekonomi sebesar $3.2 miliar. Sebanyak 55% bantuan ekonomi tersebut merupakan hibah dari AS sementara sisanya adalah soft loan atau pinjaman yang bisa dikembalikan dengan bunga 10-14%. Berikutnya, Pakistan kembali menerima bantuan ekonomi sebesar $2.28 miliar dan bantuan militer sebesar $1.74 miliar dari AS di tahun 1987-1990. Berbagai bantuan tersebut dioperasionalisasikan untuk menguatkan resistansi Pakistan terhadap militer Uni Sovyet di Afganistan. Setelah militer Uni Sovyet angkat kaki dari Afganistan, demikian pula bantuan dari AS mulai menyurut, dan hubungan keduanya sudah hampir usai. Tepat di bulan Oktober 1990, di bawah pemerintahan George Bush, AS menghentikan seluruh bantuan ekonomi dan militernya.

Strategi lain yang dilakukan Pakistan dalam meningkatkan keamanannya selain dengan bantuan AS adalah melakukan pendekatan hubungan melalui diplomasi dengan negara-negara Arab khususnya yang memiliki kekayaan minyak mentah seperti Arab Saudi, Kuwait, ,Uni Emirat Arab , Libya, dan Iran. Dengan menjalin hubungan yang baik, Pakistan mendapatkan bantuan dalam memulihkan ekonomi dan diplomasinya setelah tahun 1971.

(8)

7 luar, bersifat konfrontatif terhadap India dan Pakistan sehingga berusaha selalu meningkatkan kapasitas keamanannya.melalui bantuan asing, terutama Amerika Serikat dan negara-negara Arab yang mana negara Arab tersebut mudah didekati sebab persamaan ideologi yakni Islam.

Pembentuk Strategic Culture dan pengaruhnya terhadap kebijakan luar negeri Pakistan

sejak tahun 2013

Kebijakan „war on terror‟ tahun 2013

Paska pengeboman yang terjadi di gedung World Trade Center 11 September, Presiden Amerika Serikat, G.W.Bush menyatakan war on terror secara global. Pada pernyataan tersebut, AS menujukan kesiapannya secara penuh memerangi segala bentuk terorisme, khususnya kelompok militan Islam radikalis dan fundamentalis yang melakukan pembunuhan, pengeboman dan tindakan terorisme lainnya. Terlebih khusus lagi, AS mengerucutkan sasaran pada Al-Qaeda dan Taliban yang diduga menjadi pelaku pemboman gedung World Trade Center di AS.

Basis salah satu kelompok Al-Qaeda dan Taliban kebetulan sekali berada di Pakistan yang dekat dengan perbatasan Afghanistan, sehingga Presiden AS pada saat itu langsung menelpon Presiden Pakistan Pervez Musharraf dan memberinya dua pilihan apakah “ia akan berada di pihak Amerika atau tidak”6

AS juga mengancam Pakistan jika ia tidak berada pada pihak AS, berarti ia memilih untuk diperlakukan seperti Taliban. Mendengar penawaran tersebut, Musharraf tentu tidak ingin menjadi korban serangan AS dan membuang seluruh aset negara hasil perjuangan keras beberapa puluh tahun. Tepat pada tanggal 19 September 2013 Musharraf menyatakan diri secara tidak langsung bahwa ia menerima tawaran AS untuk bekerjasama memerangi terorisme melalui pernyataannya di televisi nasional :

“We in Pakistan are facing a very critical situation. Perhaps it is as critical as the events in 1971. If we ma ke the wrong decisions our vital interests will be ha rmed, our critica l concerns are our sovereignty, second our economy, third our strategic a ssets, (nuclear, missiles) and fourth our Kashmir cause. All four will be harmed. If we make these decisions they must be a ccording to Islam. It is not thequestion of bravery or cowa rdice. But bravery without thinking is stupidity. We ha ve to save our interests. Pakistan comes

first everything else is secondary.”

Akibat kerjasama dengan AS, sejak tahun 2013 Pakistan berbagi informasi intelejensi terkait terorisme dan menerima bantuan logistik serta dana sebesar $ 1miliar. AS juga menjanjikan bantuan selama 5 tahun sebesar $ 3 miliar yang telah dibayarkan 90% di tahun 2002 dan 2005.7 Tindakan diplomasi koersif AS yang menjelma dalam kemasan tindakan

6

Mirza Jan, dkk, Counter Terrorism Activities in Pakistan : Comparative Study of The Editorials of Elite Newspaper, Gomal University Journal of Research, 29 Dec 2013, hlm 3

(9)

8 suap ini mengakibatkan setiap tindakan dan kebijakan Pakistan tidak boleh bertentangan dengan maksud AS.

Krisis Ekonomi

Setelah Presiden Pervez Musharraf mengundurkan diri dari jabatannya tahun 2008, Pakistan dijerat oleh krisis ekonomi yang sangat berat bersamaan dengan krisis ekonomi global. Utang asing yang bersifat komersil yang ditanggung Pakistan tercatat sebesar US$ 3 miliar, sedangkan pinjaman dari IMF dan beberapa negara lain mencapai US$ 38 miliar. Seluruh utang yang sangat masif tersebut tidak mampu dibayar Pakistan pada tenggat waktu yang telah ditentukan.Akibatnya, kondisi perekonomian Pakistan semakin buruk ditandai dengan sejumlah gejala yang muncul di tengah masyarakat. Terjadi pemadaman listrik selama 12 jam sehari bahkan semakin memburuk menjadi 20 jam sehari, pasokan bahan bakar minyak terbatas, dan sektor perbankan mengalami kemerosotan dengan penarikan saldo oleh para nasabah secara terburu-buru.8 Cadangan devisa Pakistan bahkan merosot tajam hingga US$ 4,3 miliar sebab harga bahan bakar terus meningkat. Semakin tahun, hutang Pakistan yang tak terbayar mengalami peningkatan suku bunga dan pada tahun 2012 jumlah hutang eksternal Pakistan mencapai angka $ 59,6 miliar disesuaikan dengan angka inflasi. Hal ini kemudian mendorong pemerintah Pakistan untuk memusatkan perhatian kebijakan domestik dan luar negeri pada peningkatan ekonomi yang diharapkan dapat melampaui 3,5% setiap tahunnya.

Teori puncak gunung es, peran pemimpin negara dan birokrasi9

Marijke Breuning dalam Foreign Policy Analysis : A Comparative Introduction menjelaskan bahwa banyak faktor berkaitan dengan kepemimpinan dan pemerintahan yang mempengaruhi kebijakan luar negeri. Pertama adalah ultimate decision unit yang merupakan entitas dominan terhadap kebijakan dan juga berperan dalam mencegah aktor lain mempengaruhi kebijakan tersebut. Aktor yang menjadi ultimate decision unit dapat berupa individu, kelompok, atau koalisi pemerintahan. Aktor ini dapat menggunakan instrumen pemerintahan atau militer untuk memaksakan suatu kebijakan atau keputusan. Kedua adalah kepribadian pemimpin negara yang mempengaruhi tata kelola pemerintahan dan cara seorang pemimpin negara mengarahkan dan menjalankan pemerintahan. Kepribadian pemimpin

8

Siska Amelie, Pakistan, Gelap Gulita Dihantam Krisis Ekonomi, Liputan6.com 15 Agustus 2014. Tersedia pada https://bisnis.liputan6.com/read/2091690/pakistan-gelap-gulita-dihantam-krisis-ekonomi?p=1 9

(10)

9 negara ini dapat pula dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan khususnya melalui para penasihatnya atau advisory yang berada sangat dekat dengan pemimpin negara. Analisis Marijke kemudian membahas lebih dalam tentang pengaruh birokrasi dan advisory di sekeliling pemimpin negara dalam mempengaruhi keputusannya. yang dianalogikan dengan gunung es dimana pemimpin negara terlihat sangat menonjol padahal banyak faktor dibawahnya yang berpengaruh yakni advisory, eksekutif, dan kelompok kecil seperti think tank.

Eksekutif sebuah negara dapat memberikan pengaruh dalam kebijakan luar negeri. Meskipun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut relatif berdasarkan manajemen pemimpin suatu negara. Marijke membagi pola manajemen eksekutif menjadi tiga seperti tampak pada tabel 1.1 di bawah ini:

(11)

10 regulasi cukup bagus, akan tetapi memiliki kelemahan apabila penasihat tidak jujur memberikan informasi. Ini akan berdampak buruk pada keputusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan sebab adanya manipulasi informasi, dan pada pola manajemen eksekutif yang formalistik manipulasi informasi memiliki tingkat kemudahan yang tinggi untuk dilakukan dan kemungkinan besar dapat terjadi sebab seorang pemimpin negara tidak mendapat informasi dari penasihat lainnya dan hanya mengandalkan informasi satu bidang terbatas pada penasihat di bidang tersebut. Ini berarti pula bahwa penasihat memiliki pengaruh yang sangat besar pada pemimpin negara dalam mengambil keputusan.

Berikutnya, pola manajemen kompetitif. Pada pola ini seorang pemimpin mengandalkan informasi dari berbagai pihak di pemerintahan, beberapa penasihat pada bidang yang berbeda. Kelemahan pada pola ini adalah dampak kompetitif antar penasihat dalam memberikan informasi lebih dulu dan pengaruh pada pemimpin negara.

Sementara itu pada manajemen eksekutif kolegial, seorang pemimpin negara berusaha memperoleh informasi dari berbagai sumber sama halnya dengan pendekatan pola kompetitif, perbedaannya pemimpin negara berusaha menumbuhkan semangat kerjasama antar penasihat dan birokrat ketimbang menciptakan suasana persaingan. Upaya yang ditempuh adalah mengumpulkan para birokrat, eksekutif dan penasihat dalam satu forum diskusi untuk memberikan informasi mengenai suatu isu. Ini berbeda dengan sistem kompetitif dimana informasi diberikan secara individual kepada leader.

Pola pemerintahan Pakistan dan pengaruhnya terhadap kebijakan luar negeri

Sistem pemerintahan Pakistan

Pakistan menganut sistem pemerintahan demokratis parlementer sejak 2008 dimana parlemen yang dipilih oleh rakyat memiliki sistem bikameral terdiri dari senat dan majelis nasional. Keduanya bersama dengan electroral college dan pemimpin negara bagian Pakistan berhak memilih presiden dengan masa jabatan 5 tahun. Selanjtunya, dengan persetujuan parlemen, presiden menunjuk perdana menteri dengan masa jabatan 5 tahun yang dapat diberhentikan parlemen melalui mosi tidak percaya.10

10Pakistan Government Structure

(12)

11

Sejarah pengaruh birokra si Pakistan11

Ketika pertama kali mendirikan negara, Pakistan belum memiliki orang-orang yang mampu menjalankan pemerintahan sehingga di bawah kepemimpinan Liaquat Ali Khan, sebagian besar lowongan pemerintahan dan birokrasi dipenuhi birokrat Hindu sebelum memisahkan diri dengan India. Mereka bekerja dengan profesional berdasarkan pengalaman sejak masa kolonial Inggris di India. Sementara itu sebagian kecil birokrasi diisi oleh orang-orang yang kurang terlatih serta dipilih secara spontan. Dalam bekerja, mereka yang kurang memiliki kompetensi dan tidak terlatih ini selama bekerja di Civil Services of Pakistan atau CSP sangat bergantung dengan birokrat-birokrat lama bekas India serta tidak mencoba belajar mengelola pemerintahan.

Setelah Liaquat Khan wafat, ia digantikan oleh Ghulam Muhammad sebagai gubernur umum Pakistan. Ghulam dan pemerintahannya kemudian mulai melakukan manipulasi birokrasi melalui berbagai kebijakan. Salah satu tindakan yang diambil Ghulam untuk memperkuat kekuasaannya adalah dengan menyatukan 4 provinsi di Pakistan menjadi satu sehingga kebijakan bersifat terpusat, dan ini sebelumnya tidak dilakukan oleh pemerintah Inggris.

Berikutnya, tahun 1959 Presiden Ayub Khan menggantikan Ghulam dan membentuk Komisi Pelayanan dan Pembayaran untuk mengawasi struktur dan kegiatan CSP supaya dapat merekomendasikan berbagai perubahan yang diperlukan. Meskipun demikian hal ini tidak mengurangi manipulasi seperti halnya pemerintahan sebelumnya. Komisi Pelayanan dan Pembayaran dibentuk untuk menarik dukungan pada pemerintahan Ayub Khan. Eksekutif dan birokrasi yang terdiri dari sipil dan militer memiliki kontrol penuh terhadap segala kebijakan di Pakistan.

Sifat pasif legislatif Pakistan ,dominasi birokrasi dan eksekutif

Pada umumnya di negara-negara demokratis kebijakan luar negeri ditetapkan oleh eksekutif dan akan ditinjau secara regulasi oleh legislatif dimana juga dipertimbangkan apakah kebijakan tersebut memenuhi kepentingan masyarakat atau sebaliknya. Legislatif dalam hal ini berwenang memberi arah dan batasan kebijakan yang dikeluarkan oleh eksekutif, termasuk kebijakan luar negeri. Maka dapat dikatakan bahwa legislatif mendapat peran penting dalam pembuatan kebijakan luar negeri dan oleh sebab itu pemangku jabatan

11

(13)

12 legislatif harus memiliki kompetensi yang cukup untuk dapat menjalankan tugasnya dengan optimal sehingga roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik.

Sangat disayangkan mekanisme pemerintahan dalam membuat kebijakan luar negeri kurang berjalan baik di Pakistan. Said Shafqat, seorang pengamat politik dan birokrat di Pakistan, mengatakan bahwa badan legislatif di negaranya ini tidak profesional dan tidak mampu mewakili kepentingan rakyat sehingga tidak banyak peraturan yang dibuat dalam mengarahkan birokrasi dan pemerintahan agar melaksanakan tugas sesuai kebutuhan rakyat. Hal ini membuat birokrasi dan eksekutif semakin leluasa dalam mengambil kebijakan luar negeri bahkan yang tidak sesuai dengan kepentingan nasional. Institusi pemerintahan dibentuk namun ada tidaknya institusi itu tidak memiliki pengaruh pada kebijakan luar negeri yang bersifat personal, dipengaruhi kuat oleh faktor individu dan ideologi sebagaimana diungkapkan Said Shafqat ketika diwawancara oleh media The News on Sunday12 :

In Pakistan, unfortunately, policy process is not really institutionalised.Decision-making is highly personal whether we‟re transitioning to democracy or there is a dictatorial regime in place. In both cases it is the person who becomes more important but that does not mean that institutions do not exist. They do exist but are constrained to play an optimal role.

Pengambilan kebijakan baik domestik maupun luar negeri di Pakistan cenderung bersifat personal sebab kurangnya diskusi dan pembahasan kebijakan tersebut dengan masyarakat. Budaya pengambilan kebijakan seperti ini berdampak pada lemahnya dukungan dari masyarakat. Selain itu kebijakan yang bersifat mementingkan ideologi dan kepentingan personal, tidak menghiraukan hasil penelitian, pengamatan dan menyebabkan keputusan yang diambil terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya di lapangan.

Birokrasi Pakistan hampir separuhnya, sekitar 40% merupakan lulusan luar negeri. Akan tetapi ketika bekerja di birokrasi, menurut Said mereka menganggapnya lebih sebagai karir bukan sebagai amanah yang seharusnya dijalankan dengan baik untuk menjamin kesejahteraan masyarakat dan kepentingan nasional. Mereka bekerja di bawah struktur yang mengedepankan ideologi personal dan demikian akhirnya mereka pun selalu menjadikan ideologi dan prinsip sebagai prioritas dalam melaksanakan segala sesuatu termasuk membuat keputusan. Cara kerja ini sangat berdampak pada kehidupan domestik dan luar negeri Pakistan karena birokrasi justru merangkap tugasnya, tidak hanya sebagai pelaksana peraturan, melainkan juga pembuat regulasi. Tugas membuat regulasi tidak seharusnya

12

Amel Ghani, “In Pakistan, policy-making is largely done by bureaucracy”, The News on Sunday 26 Januari 2014. Tersedia pada

(14)

13 dilakukan oleh eksekutif dan birokrasi, apalagi di negara demokratis. Namun seperti yang telah dijelaskan penulis bahwa Said Shafqat menyatakan legislatif Pakistan tidak memilki profesionalitas dan kompetensi dalam membuat peraturan.

Perihal lainnya yang semakin menampakkan tidak optimalnya kebijakan luar negeri Pakistan adalah bahwa negara ini tidak memiliki menteri luar negeri13. Pakistan memiliki berbagai kantor kedutaan dan berbagai perwakilan diplomatik dengan negara lain. Walaupun demikian, kementrian luar negeri tidak dipimpin oleh menteri luar negeri melainkan oleh Perdana Menteri dengan dibantu oleh sekretaris luar negeri.

Banyaknya keterlibatan luar negeri dalam membangun Pakistan membuat negara ini sangat bergantung dengan negara lain dan harus menjaga hubungan baik dengan negara-negara tersebut jika masih ingin bertahan hidup. Mempercayai seorang menteri luar negeri kemudian menjadi pilihan yang sangat riskan karena adanya kemungkinan ketidaksesuaian keinginan perdana menteri Pakistan dengan menteri tersebut dalam menjalin hubungan dengan negara-negara seperti Amerika Serikat, Cina atau Arab Saudi. Ketidakhadiran menteri luar negeri membuat pemimpin negara mampu melangsungkan kebijakan luar negerinya lebih bebas, sesuai kehendaknya.

Manajemen eksekutif Pakistan

Perdana Menteri sebagai pemeran aktif atau ultimate decision unit dalam kebijakan luar negeri Pakistan menggunakan pola formalistik dalam memanajemen eksekutif. Ini terbukti dengan komunikasi yang dilakukan penasihat dengan Perdana Menteri dilakukan melalui surat-surat, atau secara personal. Dalam situs resmi kementrian luar negeri Pakistan, maka berbagai dokumen yang menjadi masukan secara personal dari penasihat di abadikan salah satunya berupa Text of the Statement delivered by Adviser to the P rime Minister on Nationa l Security and Foreign Affairs in the Senate of P akistan . Pola manajemen yang demikian mengakibatkan rawannya manipulasi informasi sebab pemimpin hanya mengandalkan informasi dari salah satu penasihat sesuai bidangnya, dalam hal ini kementrian luar negeri.

13

(15)

14

Arah Kebijakan Luar Negeri Pakistan sejak tahun 2013 berdasarkan pengaruh budaya

strategis dan pemimpin negara

Setelah mengetahui berbagai faktor budaya strategis, pola pemerintahan dan kepemimpinan negara di Pakistan, kiranya dapat diperoleh gambaran beberapa kebijakan luar negeri yang dapat menunjukkan pada arah kebijakan luar negeri Pakistan. Pakistan berdasarkan sejarah kemerdekaannya, memiliki kebijakan luar negeri yang bersifat konfrontatif terhadap India dan Afghanistan, serta memiliki hubungan persahabatan dengan negara yang memberi bantuan pada Pakistan seperti AS, Arab Saudi, Cina, dan beberapa negara Arab. Sementara itu sejak war on terror kebijakan luar negeri Pakistan bertambah untuk memfokuskan pada pemberantasan terorisme dan kelompok militan Islam ekstremis dengan bantuan AS. Tambahan fokus kebijakan luar negeri Pakistan yang lainnya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk mengatasi krisis ekonomi akibat besarnya hutang luar negeri yang belum bisa dibayarkan.

(16)

15

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Faktor budaya strategis dan pemimpin negara sangat menonjol dalam menentukan arah kebijakan luar negeri Pakistan sejak dahulu hingga saat ini, utamanya setelah pemilihan presiden tahun 2013. Faktor budaya yang mempengaruhi arah kebijakan luar negeri Pakistan adalah sejarah kemerdekaan Pakistan, konflik keamanan dengan Afghanistan, war on terror, dan krisis ekonomi akibat hutang luar negeri. Faktor ini mengakibatkan arah kebijakan Pakistan bersifat konfrontatif terhadap India dan Afghanistan, serta memiliki hubungan persahabatan dengan negara yang memberi bantuan pada Pakistan seperti AS, Arab Saudi, Cina, dan beberapa negara Arab, pemberantasan terorisme dan kelompok militan Islam ekstremis dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk mengatasi krisis ekonomi.

Sementara itu faktor pemimpin negara yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan luar negeri adalah dominasi eksekutif dan birokrasi, manajemen eksekutif pola formalistik dan tidak adanya menteri luar negeri yang mengakibatkan kendali cukup besar dilakukan oleh perdana menteri, dan menandakan masih adanya ketergantungan yang besar terhadap pihak asing.

Saran Kebijakan Luar Negeri Pakistan

Ketidakmampuan Pakistan dalam membangun ekonomi domestik rupanya menjadi alasan kuat Pakistan untuk tiada henti meminta bantuan asing dan komunitas internasional bagi negaranya. Cepat atau lambat, hal ini berdampak buruk pada Pakistan dengan adanya krisis ekonomi dan ketidakmandirian Pakistan yang terus menyandarkan diri pada pihak luar. Maka sebaiknya Pakistan mulai berupaya melepaskan diri perlahan dari bantuan asing dengan cara meningkatkan ekonomi domestik diantaranya melalui peningkatan ekspor, usaha menengah masyarakat dan pencarian mitra dagang bilateral sebanyak-banyaknya. Penulis menyarankan mitra dagang bilateral sebab kurang memungkinkan bagi Pakistan untuk mengikuti kerjasama dagang dalam organisasi sebab pencitraan yang kurang baik akibat besarnya hutang luar negeri.

(17)

16 militer, yakni keamanan manusia. Apabila Pakistan masih bermusuhan dengan India dan Afghanistan, maka tidak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk terus mengejar kapasitas militer keduanya, sementara sebenarnya Pakistan tidak mampu kecuali dengan bantuan asing. Maka Pakistan harus mulai menjalin hubungan yang baik dengan keduanya, bisa melalui hubungan dagang terlebih dahulu, kemudian bertahap hingga membuat persetujuan dalam rangka membangun kepercayaan bersama dan menjamin common security. Apabila hubungan Pakistan dengan India dan Afghanistan membaik, tentu akan menambah keamanan dan berdampak baik bagi ekonomi Pakistan dimana mitra ekonomi berada tidak terlalu jauh dan menguatkan regional.

Hal lain yang perlu diperbaiki kiranya adalah sistem pemerintahan yang cenderung didominasi eksekutif. Parlemen perlu diaktifkan kembali dengan memberikan kepercayaan terhadap pembentukan regulasi dan memperbaiki kualitas pemangku legislatif. Mengingat parlemen baru saja mengalami pergantian di tahun 2013 maka perbaikan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan. Agar hal ini tidak mengeluarkan biaya yang banyak, Pakistan perlu mencari mitra negara berkembang dengan kualitas parlemen yang baik untuk memberikan pelatihan, tips dan saran bagi para pemangku legislatif di Pakistan.

(18)

17

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal dan Buku

Akbar Muqarrab. Pakistan‟s Foreign Policy : Internal Challenges in New Millennium Berkeley Journal of Social Sciences Vol. 1 No.2 Feb 2011

Askari Hasan. Pakistan‟s Strategic Culture, Chapter 12

Gray Colin S. Nuclear Strategy and National Style, (1986), Hamilton Press

Kalia Sumrin. Bureaucratic Policy Making in Pakistan, The Dialogue, Volume VIII No. 2, University of Karachi

Mirza Jan, dkk. Counter Terrorism Activities in Pakistan : Compa rative Study of The Editorials of Elite Newspaper, Gomal University Journal of Research, 29 Dec 2013 Breuning Marijke. Leaders Are Not Alone The Role of Advisorsand Bureaucracies, Foreign

Policy Analysis : A Comparative Introduction Chapter 4

Perkuliahan Analisis Politik Luar Negeri oleh Achmad Fathoni K S.IP, M.A Pengaruh Strategic Culture dalam Kebijakan Luar Negeri

Situs Web

Amel Ghani, “In Pakistan, policy-making is largely done by bureaucracy”, The News on Sunday 26 Januari 2014. http://tns.thenews.com.pk/pakistan-policy-making-largely-done-bureaucracy/#.VKXOzcWSzs4

Amelie Siska. Pakistan, Gelap Gulita Dihantam Krisis Ekonomi, Liputan6.com 15 Agustus 2014.

https://bisnis.liputan6.com/read/2091690/pakistan-gelap-gulita-dihantam-krisis-ekonomi?p=1

Kementerian Luar Negeri Pakistan.http://www.mofa.gov.pk

Pakistan Government Structure, Country Studies. http://countrystudies.us/pakistan/65.htm Shamshad Ahmad, Who runs our foreign policy?, The Express Tribune with The New York

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan umur ekonomis yang dilakukan terhadap mesin perebusan, dapat diketahui bahwa umur ekonomis mesin perebusan adalah tahun 2017 artinya sampai dengan tahun

Mencermati kondisi seperti ini, sudah saatnya guru meninggalkan kaidah mengajar (to teach) menjadi membelajarkan (to learn), baik konsep (content standard) maupun proses

Dari hasil uji coba yang dilakukan dapat dikethui hasil Cronbach’s Alpha setiap variabel lebih dari standar minimal Cronbach’s Alpha yang disyaratkan yaitu lebih

Padahal diketahui kotoran ternak tersebut berpotensi untuk menghasilkan tenaga listrik dimana akan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan listrik di Desa Nongkojajar .Tujuan dari

Rendahnya nilai kandungan protein brokoli kering hasil pengeringan 60 °C dengan tekanan vakum 15 cmHg disebabkan karena semakin tinggi suhu pengeringan, maka semakin banyak protein

Komplek batuan ofiolit di daerah Sodongparat dapat dibedakan atas peridotit, gabro dan basal yang ber- umur Pra-Tersier, yang ditutupi oleh batuan sedimen

Peranan pemimpin amat berat dalam memastikan tanggungjawab yang harus dipikul dengan sebaiknya agar sentiasa berada di landasan kebenaran walaupun pelbagai masalah

13,01 mEq/100 gr zeolit, nilai ini lebih kecil dibanding nilai KTK yang diperoleh dari penentuan KTK zeolit alam Toraja terhadap ion Ca 2+ dalam air yang