44 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diperoleh data-data berupa hasil tes formatif dan tes sub sumatif yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, hasil observasi guru dan siswa yang bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran di kelas, serta data hasil angket. Selain itu diperoleh juga data hasil jurnal siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan. Berikut ini adalah uraian hasil penelitian dan pembahasannya.
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas di mana objek kelas yang diambil merupakan kelas yang kemampuan penalaran induktif siswa-siswinya masih rendah.
1. Kegiatan Awal Penelitian
Sebelum penelitian, peneliti melakukan pengamatan di SMA Bina Dharma 2 Bandung pada tanggal 10 Januari 2010, dan tanggal 13 Januari. Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika kelas X-2 guna mengetahui kelas yang kemampuan penalaran induktifnya rendah. Banyaknya pertemuan tiap minggu adalah 2 kali pertemuan, dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Penyampaian materi ajar menggunakan metode ceramah dan sesekali guru bertanya kepada siswa, setelah itu siswa diberikan beberapa soal latihan yang sifatnya rutin. Kegiatan yang biasa
dilakukan siswa kurang mengoptimalkan kemampuan penalaran induktif yang telah dimiliki siswa.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus I
a. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus I
Tindakan Pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuaan yaitu pada hari Senin, 17 Januari 2011 dan pada hari Kamis, 20 Januari 2011 dengan sub pokok bahasan pernyataan, kalimat terbuka, ingkaran, disjungsi, konjungsi, implikasi, dan biimplikasi.
Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, dilakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa oleh 1 orang observer.
1. Pertemuan I pada hari Senin, 17 Januari 2011
Pembelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Tahap Pengelompokkan
Pada tahap ini, guru melibatkan siswa sejak perencanaan di antaranya dalam menentukan topik yang terlebih dahulu diinformasikan oleh guru kemudian para siswa mengidentifikasi dan memilih sub topik untuk dipelajari. Pengidentifikasi topik ini perlu dilakukan agar siswa mempunyai gambaran apa yang akan mereka investigasi dan siswa mempunyai bekal awal ketika melakukan investigasi. Dalam langkah ini juga, siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang untuk setiap kelompoknya. Pengelompokkan ini diperlukan agar nantinya parasiswa bisa bekerjasama
sehingga akan terjadi proses interaksi baik antarsiswa maupun antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran.
Setelah bahan ajar (Lembar Kegiatan Siswa) dibagikan kepada setiap kelompok, kemudian guru memberikan pengarahan kepada siswa dalam menggunakan waktu dan maksud dari petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam bahan ajar.
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini siswa harus memahami permasalahannya dengan jelas. Apabila dipandang perlu membuat rencana apa yang harus dikerjakan, mengartikan persoalan menurut bahasa mereka sendiri dengan jalan berdiskusi dalam kelompoknya.
Tahap Penyelidikan
Pada saat aktivitas pembelajaran berlangsung, guru mengamati dan membimbing siswa dari satu kelompok ke kelompok lainnya dan hampir semua kelompok ketika mengerjakan LKS meminta bimbingan guru. Siswa dalam kerja kelompok masih terlihat belum kompak, kurang adanya kerjasama antar anggota kelompok. Siswa cenderung aktif tetapi kurang mandiri dalam melaksanakan kegiatan dan siswa lebih banyak bertanya kepada guru mengenai soal yang dianggap kurangi dimengerti. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa mengerjakan soal yang materinya belum diajarkan terlebih dahulu. Sebagian besar siswa terlihat mengerjakan LKS sebaik mungkin. Guru lebih dominan membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. Waktu yang digunakan untuk kegiatan ini pun masih belum sesuai dengan rencana.
Tahap Pengorganisasian
Pada tahap ini parasiswa menganalisis berbagai informasi yang yang diperoleh pada tahap 3). Selain itu langkah ini parasiswa merencanakan suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
Tahap Persentasi
Semua perwakilan kelompok menyajikan hasil investigasinya di depan kelas untuk membahas LKS yang telah diberikan. Dalam tahap ini siswa terlihat belum berani untuk mengemukakan pendapatnya, hanya 1-2 orang saja yang berani mengemukakan pendapat mengenai jawaban temannya. Guru banyak memberikan rangsangan pada siswa agar siswa aktif mengemukakan pendapatnya.
2. Pertemuan II pada hari Kamis, 20 Januari 2011
Karena pada pertemuan I belum terlihat peningkatan penalaraan induktif maka dilanjutkan dalam pertemuan ke-2 pada hari Kamis, 20 Januari 2011.
Tahap Evaluasi
Dalam tahap ini guru beserta siswa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya.
Pada akhir siklus pembelajaran guru memberikan tes formatif I, yang berisi materi yang telah dipelajari guna mengukur kemampuan penalaran induktif siswa. Setelah tes formatif selesai, guru membahas tes formatif yang telah diberikan agar setiap kelompok lebih termotivasi lagi, mengetahui kekurangan sehingga diharapkan mereka termotivasi akan benar-benar dalam melakukan
investigasi berikutnya. Setelah itu guru memberikan jurnal harian untuk mengetahui pendapat atau komentar siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan harapan pembelajaran yang diinginkan siswa untuk pembelajaran berikutnya.
b. Analisis Tindakan Pembelajaran Siklus I
Berdasarkan pembelajaran siklus I, masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki untuk pembelajaran pada siklus berikutnya. Perbaikan kekurangan-kekurangan tersebut berdasarkan hasil observasi, jurnal harian, dan hasil tes formatif siswa.
Secara keseluruhan, tindakan siklus I belum berjalan secara baik. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak terbiasa belajar matematika dengan lembar kegiatan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran siklus I, kurang mengefektifkan waktu. Waktu banyak yang terbuang dalam mengerjakan LKS. Selain itu pada awal pembelajaran siswa duduknya masih belum berkelompok, apabila menemukan kesulitan siswa langsung bertannya kepada guru, masih ada beberapa kelompok yang anggotanya bekerja sendiri-sendiri, guru terlalu lama membimbing pada kelompok tertentu, ada beberapa kelompok yang tidak teramati oleh guru, siswa dalam kerja kelompok masih belum kompak, kurang adanya kerjasama antar anggota kelompok, hanya sebagian siswa yang aktif tampil di depan kelas. Guru masih kesulitan dalam membagi waktu.
Guna mengetahui tingkat kemampuan penalaran induktif siswa maka dilaksanakan tes formatif I. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penalaran induktif siswa yang telah dimiliki siswa setelah mengikuti
pembelajaran serta memberikan jurnal harian siswa untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pembelajaran pada hari ini dan harapan pembelajaran yang diinginkan siswa pada pembelajaran berikutnya.
c. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I
Setelah dilakukan analisis terhadap data dari hasil observasi pada tindakan pertama, perlu dilakukan kegiatan refleksi. Kegiatan refleksi ini dilakukan bersama observer, maka yang harus diperbaiki untuk tindakan II yaitu: guru memberitahukan kepada siswa agar pada pertemuan selanjutnya siswa harus sudah duduk berkelompok pada awal pembelajaran, guru memotivasi siswa untuk bertanya dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya sebelum bertanya kepada guru, guru harus dapat memberikan bimbingan kepada ke seluruh kelompok, guru harus tegas dalam pengaturan waktu ketika mengerjakan LKS, sehingga waktu yang digunakan efektif.
3. Tindakan Pembelajaran Siklus II
a. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus II
Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada 24 Januari 2011 dengan sub pokok bahasan merumuskan pernyataan yang setara dengan pernyataan majemuk atau pernyataan kuantor yang diberikan. Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan kedua mulai mengalami peningkatan dibandingkan dengan tindakan pertama. Hal ini terlihat dari siswa-siswi yang mulai kompak dengan anggota kelompoknya, sehingga masing-masing anggota kelompok saling bantu untuk memahami atau menginvestigasi materi dan mengerjakan LKS yang diberikan.
Tahap Pengelompokkan
Pada tahap awal pembelajaran, guru menyebutkan konsep yang akan dibahas dan menyampaikan tujuan pembelajarannya. Dalam membangkitkan motivasi, guru melakukan tanya jawab mengenai materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Dalam tahap ini waktu yang digunakan telah sesuai dengan rencana dan parasiswa duduk dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya.
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, guru mengungkapkan konsep awal siswa dengan melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dibahas. Pernyataan yang diberikan mencakup materi yang akan diajarkan dan cakupannya lebih luas dibandingkan pada tindakan pertama, sehingga siswa lebih tertantang. Adapun desain bahan ajar II disajikan pada lampiran A.
Siswa berada dalam kelompoknya masing-masing dan mulai mengerjakan LKS 2, guru mengamati dan membimbing siswa dari satu kelompok ke kelompok lainnya dan hamper semua kelompok dalam mengerjakan LKS 2 tidak meminta bimbingan guru. Dalam kerja kelompok, telah terlihat adanya kerja sama dan diskusi antara anggota kelompoknya.
Tahap Penyelidikan
Siswa menganalisis dan membuat kesimpulan yang terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki. Siswa cenderung aktif dalam melaksanakan kegiatan. Siswa mulai terbiasa dengan soal-soal tanpa dijelaskan materinya terlebih dahulu. Siswa saling bertukar pendapat dan mempersatukan
pendapat mereka masing-masing. Guru selalu memperhatikan siswa yang tidak aktif dan berperilaku tidak relevan dengan KBM. Pada tahap ini waktu yang digunakan telah sesuai dengan rencana.
Tahap Pengorganisasian
Tahap ini adalah tahap persiapan laporan akhir. Siswa mempersiapkan dan merencanakan apa yang mereka akan laporkan di depan kelas.
Tahap Presentasi
Semua perwakilan kelompok tampil di depan kelas untuk membahas jawaban soal LKS 2. Semua soal LKS dikerjakan siswa di depan kelas dan dijelaskan oleh setiap perwakilan kelompok secara bergantian. Siswa mulai berani mengemukakan pendapat mengenai jawaban temannya yang dianggap kurang tepat, dan berani bertanya jika ada soal atau materi yang belum dimengerti. Ini terbukti dari mulai bertambahnya aktivitas siswa dalam mengemukakan pendapat. Guru banyak memberikan rangsangan pada siswa agar siswa aktif mengemukakan pendapat. Pada tahap ini juga waktu yang digunakan telah sesuai dengan rencana.
Tahap Evaluasi
Guru memberikan contoh soal yang bervariasi dan membahasnya secara bersama-sama. Setelah itu guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari dan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Kemudian menugaskan siswa untuk membaca dan mempelajarinya terlebih dahulu. Kemudian guru melaksanakan evaluasi akhir berupa tes formatif II dan memberikan jurnal harian siswa.
b. Analisis Tindakan Pembelajaran Siklus II.
Berdasarkan data hasil observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan analisis kegiatan refleksi sebagai berikut:
Pada saat diskusi kelas penggunaan waktu masih belum efektif. Masih ada siswa yang langsung bertanya kepada guru.
Belum semua siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok, masih ada siswa yang hanya ikut-ikutan kelompoknya.
Pada saat presentasi hasil diskusi, siswa yang ke depan belum percaya diri, sehingga selalu bertanya dulu kepada guru mengenai benar atau tidaknya jawaban.
Masih ada siswa yang berperilaku tidak relevan terhadap KBM. c. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II.
Berdasarkan hasil analisis kegiatan refleksi pada tindakan kedua, maka yang perlu diperbaiki untuk tindakan III yaitu:
Guru hendaknya bersikap tegas untuk membatasi tanggapan-tanggapan yang dikeluarkan siswa.
Guru mengingatkan kembali kepada siswa mengenai unsur-unsur dasar belajar kooperatif, sehingga masing-masing anggota bertanggung jawab pada kelompoknya untuk memahami materi, tidak hanya sekedar ikut-ikutan.
Guru diharapkan bertindak tegas pada siswa yang berperilaku tidak relevan terhadap KBM.
4. Tindakan Pembelajaran Siklus III
a. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus III
Tindakan pembelajaran siklus III dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2011 dengan sub pokok bahasan menggunakan prinsip logika matematis yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor dalam penarikan kesimpulan dan pemecahan masalah. Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan III mengalami peningkatan dibandingkan dengan tindakan sebelumnya. Hal ini terlihat siswa mulai berani mengungkapkan pendapatnya baik dalam diskusi kelompok maupun dalam penyajian hasil kerja kelompok di dalam kelas. Tahap Pengelompokkan
Guru membuka pelajaran dengan menyebutkan konsep yang akan dibahas dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Untuk membangkitkan motivasi, guru melakukan tanya jawab mengenai materi sebelumnya yang berkaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Dan setiap kelompok berada dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya.
Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan ini, siswa berdiskusi untuk merencana tujuan yang mereka lakukan untuk mengerjakan LKS yang diberikan.
Tahap Penyelidikan
Dalam tahap ini, guru mengamati dan membimbing siswa dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Hampir semua kelompok tidak meminta
bimbingan guru, dan siswa bekerja mandiri. Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya mengerjakan LKS secara mandiri. Hampir seluruh siswa kelihatan aktif dalam melaksanakan kegiatan dan saling bertukar pikiran untuk mempersatu pendapat masing-masing.
Tahap Pengorganisasian
Pada tahap ini parasiswa menganalisis berbagai informasi yang yang diperoleh pada tahap 3). Selain itu langkah ini parasiswa merencanakan suatu penyajian yang menarik di depan kelas. Aktivitas guru dan siswa telah sesuai dengan yang diharapkan. Guru selalu memperhatikan siswa yang tidak aktif dan berperilaku yang tidak relevan dengan KBM.
Tahap Presentase
Sewaktu diskusi kelas dengan tampilnya perwakilan dari tiap kelompok, tampak suasana kelas ramai dengan adanya diskusi kelas dan bertukar pendapat antar kelompok. Guru menciptakan suasana di mana siswa antar kelompok diminta membandingkan pendapat yang satu dengan yang lainnya dan menggungkap keunggulan dari pendapat mereka. Guru lebih banyak memberikan stimulus pada siswa agar siswa lebih aktif mengemukakan pendapatnya. Waktu yang digunakan telah sesuai dengan rencana.
Tahap Evaluasi
Guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari dan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, kemudian menugaskan siswa untuk membaca dan mempelajarinya terlebih dahulu. Pada akhir pembelajaran guru melaksanakan evaluasi akhir berupa tes
formatif III dan memberikan jurnal harian siswa. Pada tahap ini waktu yang digunakan telah sesuai dengan rencana.
b. Analisis Tindakan Pembelajaran Siklus III
Berdasarkan tindakan pembelajaran siklus III yang dilihat dari jurnal harian, lembar observasi, dan tes formatif III dilakukan analisis terhadap pelaksanaan siklus III yaitu: Masih ada kelompok yang kurang aktif dalam diskusi kelas, masih kurang efektif menggunakan waktu pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusi.
c. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus III
Berdasarkan hasil analisis kegiatan refleksi pada tindakan III, maka yang harus diperbaiki yaitu: Guru harus terus memotivasi semua kelompok agar berani menanggapi saat diskusi kelas berlangsung, guru harus tegas dalam membatasi waktu presentasi siswa di depan kelas, sehingga waktu untuk diskusi kelas lebih banyak.
B. Analisis Data Hasil Penelitian
Selain situasi pembelajaran yang dianalisis, hasil tes formatif dan tes subsumatif pun perlu dianalisis. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar yang telah diterapkan pada kurikulum 1994, siswa telah belajar tuntas jika sekurang-kurangnya dapat mengerjakan soal dengan benar sebanyak 65% dalam ulangan harian. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal dikatakan baik apabila sekurang-kurangnya 85% jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya. Apabila siswa yang tuntas belajarnya hanya mencapai 75% maka secara klasikal dikatakan cukup.
Hasil belajar dikatakan kurang secara klasikal jika persentase siswa yang tuntas belajarnya dari 60%. Tingkat ketuntasan belajar siswa dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Ketuntasan Belajar Siswa
Ketuntasan belajar siswa
I II III IV
Persentase siswa yang tuntas belajar (%)
Persentase daya serap kelas (%)
Rata-rata skor tes
74.07 (20 siswa) 67.78 6.78 88.89 (24 siswa) 72.40 7.24 88.89 (24 siswa) 74.44 7.40 92.59 (25 siswa) 83.70 8.37
Ketuntasan belajar siswa yang disajikan pada tabel memperlihatkan bahwa rata-rata skor tes pada tindakan I sebesar 6.78, sedangkan siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 20 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes formatif I (74.07%) dalam hal ini sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu tergolong cukup.
Pada tindakan kedua, rata-rata skor tes siswa sebesar 7.24 dan jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 24 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes formatif II (88.89%), ini berarti telah mencapai ketuntasan yang sangat ideal.
Pada tindakan ketiga, rata
siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 24 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes formatif II (88.89%), ini berarti telah mencapai ketuntasan yang sangat ideal. Pada tes sub sumatif,
siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 25 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes sub sumatif (92.59%). Ini berarti telah mencapai ketuntasan belajar klasikal yang ideal.
Data pada T berikut. (Diagram 4.1).
Diagram 4.1 : Nilai
Belajar Kelas Hasil Tes Formatif
Sedangkan data pada tabel tes sub sumat Diagram 4.2. 0 20 40 60 80 100
Pada tindakan ketiga, rata-rata skor tes siswa sebesar 7.24 dan jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 24 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes formatif II (88.89%), ini berarti telah mencapai ketuntasan yang sangat ideal.
Pada tes sub sumatif, rata-rata skor tes siswa sebesar 8.37 dan jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 25 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes sub sumatif (92.59%). Ini berarti telah mencapai ketuntasan belajar klasikal
Data pada Tabel 4.1 dapat disajikan dalam bentuk diagram batang berikut. (Diagram 4.1).
: Nilai Rata-rata kelas, Daya serap kelas, dan Ketuntasan Belajar Kelas Hasil Tes Formatif
Sedangkan data pada tabel tes sub sumatif dapat disajikan dalam Tes Formatif I Tes Formatif II Tes Formatif III
Nilai Rata-rata Kelas
Daya Serap Kelas (%)
Ketuntasan Belajar kelas
rata skor tes siswa sebesar 7.24 dan jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 24 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes formatif II (88.89%), ini berarti telah mencapai ketuntasan yang sangat ideal.
rata skor tes siswa sebesar 8.37 dan jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 25 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes sub sumatif (92.59%). Ini berarti telah mencapai ketuntasan belajar klasikal
m bentuk diagram batang
rata kelas, Daya serap kelas, dan Ketuntasan
if dapat disajikan dalam rata Kelas
Daya Serap Kelas (%)
Diagram 4.2: Nilai Rata
Belajar Kelas Hasil Tes
b. Data Hasil Non Tes
1. Pendapat Siswa tentang Pembelajaran yang Berlangsung Berdasarkan Jurnal Harian
Jurnal harian adalah salah satu media siswa untuk memberikan pendapat mengenai pembelajaran yang menggunakan model
investigation. Jurnal harian ini diberikan setiap akhir pembelajaran pada satu siklus yang kemudian diisi oleh siswa. Hasil dari ju
bahan masukan dari siswa untuk memperbaiki pada pembelajaran berikutnya. Pertanyaan pada jurnal harian terdiri atas dua pertanyaan, yang pertama apa yang anda dapatkan dari pembelajaran matematika hari ini, yang kedua bagaimana pendapat anda tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model
Masing-masing siswa mempunyai pendapat sendiri mengenai kesan yang diperoleh terhadap pembelajaran ada yang berkomentar positif, netra negatif. Hal tersebut sangat berpengaruh oleh kondisi siswa pada saat
75 80 85 90 95
: Nilai Rata-rata kelas, Daya serap kelas, dan Ketuntasan Belajar Kelas Hasil Tes Sub sumatif
b. Data Hasil Non Tes
1. Pendapat Siswa tentang Pembelajaran yang Berlangsung Berdasarkan Jurnal
Jurnal harian adalah salah satu media siswa untuk memberikan pendapat mengenai pembelajaran yang menggunakan model
Jurnal harian ini diberikan setiap akhir pembelajaran pada satu siklus yang kemudian diisi oleh siswa. Hasil dari jurnal setiap siklus sebagai bahan masukan dari siswa untuk memperbaiki pada pembelajaran berikutnya. Pertanyaan pada jurnal harian terdiri atas dua pertanyaan, yang pertama apa yang anda dapatkan dari pembelajaran matematika hari ini, yang kedua endapat anda tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual. masing siswa mempunyai pendapat sendiri mengenai kesan yang diperoleh terhadap pembelajaran ada yang berkomentar positif, netra negatif. Hal tersebut sangat berpengaruh oleh kondisi siswa pada saat
Tes Sub sumatif
Nilai Rata-rata Kelas
Daya Serap Kelas (%)
Ketuntasan Belajar Kelas
rata kelas, Daya serap kelas, dan Ketuntasan
1. Pendapat Siswa tentang Pembelajaran yang Berlangsung Berdasarkan Jurnal
Jurnal harian adalah salah satu media siswa untuk memberikan pendapat mengenai pembelajaran yang menggunakan model group Jurnal harian ini diberikan setiap akhir pembelajaran pada satu rnal setiap siklus sebagai bahan masukan dari siswa untuk memperbaiki pada pembelajaran berikutnya. Pertanyaan pada jurnal harian terdiri atas dua pertanyaan, yang pertama apa yang anda dapatkan dari pembelajaran matematika hari ini, yang kedua endapat anda tentang pembelajaran matematika dengan melalui pendekatan kontekstual. masing siswa mempunyai pendapat sendiri mengenai kesan yang diperoleh terhadap pembelajaran ada yang berkomentar positif, netral, dan negatif. Hal tersebut sangat berpengaruh oleh kondisi siswa pada saat
pembelajaran. Tabel 4.2 berikut akan menyajikan secara umum pendapat siswa setelah menerima pembelajaran berdasarkan jurnal harian.
Tabel 4.2
Komentar Siswa pada Jurnal Harian
Siklus Pendapat Siswa
1 1. Apa yang anda dapatkan dari pembelajaran hari ini? Materi disjungsi, implikasi, konjungsi,
biimplikasi, dan cara mengerjakannya.
Jadi bisa mengerti dan memahami pelajaran matematika tentang logika matematis.
2. Bagaimana pendapat anda tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual?
Bisa tukar pikiran tentang pelajaran yang sedang dipelajari.
Soal yang sulit dikerjakan dikerjakan bersama-sama
2 1. Apa yang anda dapatkan dari pembelajaran hari ini? Mengetahui pernyataan majemuk
Membedakan kuantor universal dan kuantor eksistensial
2. Bagaimana pendapat anda tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual?
Sangat menyenangkan Senang tetapi rada ribet
3 1. Apa yang anda dapatkan dari pembelajaran hari ini? Mengetahui cara penarikan kesimpulan dalam
logika matematis
Modus ponens, modus tollens, silogisme dll 2. Bagaimana pendapat anda tentang pembelajaran
matematika dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual?
Soal-soal yang diberikan terasa ringan karna dikerjakan berkelompok
a. Jurnal harian siklus I
Berdasarkan jurnal harian, secara umum siswa berkomentar positif terhadap pembelajaran siklus I. Persentase komentar
dalam Tabel 4.3 Kategori Komentar Positif Netral Negatif Untuk le
dalam Diagram 4.3 berikut.
Berdasarkan Tabel 4. berkomentar positif, yai
positif terhadap pembelajaran (Pembelajaran menarik, menyenangkan, 0 5 10 15 20 Positif
Jurnal harian siklus I
Berdasarkan jurnal harian, secara umum siswa berkomentar positif terhadap pembelajaran siklus I. Persentase komentar
abel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Persentase Komentar Siswa
Kategori Komentar Jumlah Siswa Persentase (%)
Positif 17 62.96
Netral 7 25.93
Negatif 3 11.11
Untuk lebih jelasnya data pada Tabel 4.3 akan dikon dalam Diagram 4.3 berikut.
Diagram 4.3 Komentar Siswa
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Diagram 4.3 Secara umum siswa berkomentar positif, yaitu sebanyak 17 siswa (62.96%) berkomentar positif terhadap pembelajaran (Pembelajaran menarik, menyenangkan,
Positif Netral Negatif
jumlah siswa
Berdasarkan jurnal harian, secara umum siswa berkomentar positif terhadap pembelajaran siklus I. Persentase komentar siswa tertuang
Persentase (%)
kan dikonversikan ke
Secara umum siswa tu sebanyak 17 siswa (62.96%) berkomentar positif terhadap pembelajaran (Pembelajaran menarik, menyenangkan,
dan bagus), sebanyak 7 siswa (
(pembelajaran susah gampang), dan siswa yang berkomentar negatif sebanyak 3 siswa (1
tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tertarik untuk belajar matematika dengan menggunakan model
b. Jurnal Harian Siklus II Pada siklus II
meningkat, untuk lebih berikut.
Kategori Komentar Positif
Netral Negatif
Untuk lebih jelasnya data pada Tabel 4. dalam Diagram 4.4 berikut.
0 5 10 15 20
dan bagus), sebanyak 7 siswa (25.93%) siswa berkomentar netral (pembelajaran susah gampang), dan siswa yang berkomentar negatif sebanyak 3 siswa (11.11%) (pembelajaran kurang dimengerti). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tertarik untuk belajar matematika dengan menggunakan model group investigation.
Jurnal Harian Siklus II
Pada siklus II siswa yang berkomentar positif terhadap pembelajaran meningkat, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada T
Tabel 4.4
Persentase Komentar Siswa
Kategori Komentar Jumlah Siswa Persentase (%)
Positif 20 74.08
Netral 5 18.52
Negatif 2 7.40
Untuk lebih jelasnya data pada Tabel 4.4 akan dikon dalam Diagram 4.4 berikut.
Diagram 4.4 Komentar Siswa 0 5 10 15 20
Positif Netral Negatif
jumlah siswa
%) siswa berkomentar netral (pembelajaran susah gampang), dan siswa yang berkomentar negatif 1.11%) (pembelajaran kurang dimengerti). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tertarik untuk belajar matematika
siswa yang berkomentar positif terhadap pembelajaran lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4
Persentase (%)
akan dikonversikan ke
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Diagram 4.4 persentase siswa yang berkomentar positif mengalami peningkatan sebesar 11.12% menjadi 74.08% dan siswa yang berkomentar netral menjadi 18.52%, sedangkan siswa yang berkomentar negatif berkurang menjadi 7.40%. Hal ini berarti siswa mengalami peningkatan dalam ketertarikan belajar melalui model group investigation.
c. Jurnal Harian Siklus III
Berdasarkan data dari jurnal harian diketahui siswa semakin tertarik belajar matematika melalui model group investigation karena tidak ada satu siswa pun yang berkomentar negatif mengenai pembelajaran siklus III. Tabel 4.5 menyajikan persentase komentar siswa.
Tabel 4.5
Persentase Komentar Siswa
Kategori Komentar Jumlah Siswa Persentase (%)
Positif 25 92.60
Netral 2 7.40
Negatif 0 0
Untuk lebih jelasnya data pada Tabel 4.5 akan dikonversikan ke dalam Diagram 4.5.
Berdasarkan Tabel 4.
berkomentar positif mengalami peningkatan menjadi 92.60%, dua siswa berkomentar netral terhadap pembelajaran yang dilakukan, dan tidak ada satu siswa pun yang berkomentar negatif. Hal ini berarti siswa semakin tertarik belajar mela
melalui pendekatan kontekstual.
2. Sikap Siswa t
Angket sikap siswa digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang diberikan setelah semua tindakan pembelajaran diberikan. Angket siswa ini berisi tentang sikap siswa terhadap matematika dan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika. Angke
Lampiran
(Setuju), TS (Tida
Hasil yang diperoleh dari data angket siswa disajikan dalam Tabel 4.6 0 10 20 30 Diagram 4.5 Komentar Siswa
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Diagram 4.5, persentase siswa yang berkomentar positif mengalami peningkatan menjadi 92.60%, dua siswa berkomentar netral terhadap pembelajaran yang dilakukan, dan tidak ada satu siswa pun yang berkomentar negatif. Hal ini berarti siswa semakin tertarik belajar melalui model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Berdasarkan Angket
Angket sikap siswa digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang diberikan setelah semua an pembelajaran diberikan. Angket siswa ini berisi tentang sikap siswa terhadap matematika dan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika. Angket siswa ini dapat dilihat pada ampiran C. Lembar angket terdiri dari SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).
Hasil yang diperoleh dari data angket siswa disajikan dalam 6 sebagai berikut.
0 10 20 30
Positif Netral Negatif
jumlah siswa
persentase siswa yang berkomentar positif mengalami peningkatan menjadi 92.60%, dua siswa berkomentar netral terhadap pembelajaran yang dilakukan, dan tidak ada satu siswa pun yang berkomentar negatif. Hal ini berarti group investigation
erhadap Pembelajaran Berdasarkan Angket
Angket sikap siswa digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang diberikan setelah semua an pembelajaran diberikan. Angket siswa ini berisi tentang sikap siswa terhadap matematika dan sikap siswa terhadap t siswa ini dapat dilihat pada . Lembar angket terdiri dari SS (Sangat Setuju), S
k Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).
Hasil yang diperoleh dari data angket siswa disajikan dalam jumlah siswa
Tabel 4.6
Persentase Data Angket Sikap Siswa
No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%) 1 Saya senang belajar matematika dengan
menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
18.51 81.49 0 0
2 Saya senang belajar tentang logika matematika dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
18.51 81.49 0 0
3 Pembelajaran matematika dengan menggunakan model group investigation hanya menghamburkan waktu saja.
0 3.71 77.78 18.51
4 Belajar matematika dengan menggunakan model group investigation hanya menghambat kegiatan belajar.
3.71 11.11 74.07 11.11
5 Belajar matematika dengan model group investigation menambah kemandirian saya dalam belajar matematika.
29.63 62.96 7.41 0
6 Saya sulit memahami materi logika matematika
0 7.41 77.78 14.18
7 Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual membuat saya berani bertanya tentang materi yang belum saya pahami kepada guru.
18.51 74.08 7.41 0
8 Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual saya dapat menarik kesimpulan tentang materi yang dipelajari.
3.71 88.88 7.41 0
9 Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual serasa membosankan.
7.41 11.11 66.67 14.81
10 Belajar matematika dengan model group
investigation melalui pendekatan
kontekstual tidak menambah kemampuan saya dalam matematika apalagi tentang logika matematis.
0 11.11 74.08 14.18
11 Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual tidak berbeda dengan
Perhitungan persentase tiap pernyataan angket di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
pembelajaran seperti biasa.
12 Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual memusingkan dan membuat saya bingung.
3.72 29.62 51.85 14.81
13 Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual kurang menarik.
0 33.34 51.85 14.81
14 Saya ingin topik yang lain diajarkan dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
3.71 81.48 14.81 0
15 Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual membuat saya semakin tidak menyukai matematika.
3.71 18.51 55.56 22.22
16 Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual perlu diteruskan dan dikembangkan.
18.51 77.78 3.71 0
17 Saya merasa lebih tegang dan pusing belajar matematika dengan model group
investigation melalui pendekatan
kontekstual.
0 11.11 14.81 74.08
18 Penyajian materi logika matematis dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual sulit dipahami.
0 33.33 59.26 7.41
19 Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual dapat membantu saya mengingat lebih lama mengenai materi yang diberikan.
33.33 51.85 14.82 0
20 Nilai matematika saya akan lebih baik jika belajarnya menggunakan pembelajaran matematika dengan model group
investigation melalui pendekatan
kontekstual.
Pernyataan no 1. Sebagian besar siswa (81.49%) setuju bahwa membuat saya senang belajar matematika dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
Pernyataan no. 2. Sebagian besar siswa (81.49%) setuju bahwa membuat saya senang belajar tentang logika matematis dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual. Pernyataan no 3. Sebagian besar siswa (77.78%) tidak setuju bahwa
pembelajaran matematika dengan menggunakan model group investigation hanya menghamburkan waktu saja.
Pernyataan no 4. Sebagian besar siswa (74.07%) tidak setuju bahwa belajar matematika dengan menggunakan model group investigation hanya menghambat kegiatan belajar.
Pernyataan no 5. Sebagian besar siswa (62.96%) setuju bahwa belajar matematika dengan model group investigation menambah kemandirian saya dalam belajar matematika.
Pernyataan no 6. Sebagian besar siswa (77.78%) tidak setuju bahwa saya sulit memahami materi logika matematis.
Pernyataan no 7. Sebagian besar siswa (74.08%) setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual membuat saya berani bertanya tentang materi yang belum saya pahami.
Pernyataan no 8. Sebagian besar siswa (88.88%) setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual saya dapat menarik kesimpulan tentang materi yang dipelajari.
Pernyataan no 9. Sebagian besar siswa (66.67%) tidak setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model
group investigation melalui pendekatan
kontekstual serasa membosankan.
Pernyataan no 10. Sebagian besar siswa (74.08%) tidak setuju bahwa belajar matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual tidak menambah kemamapuan saya dalam matematika apalagi tentang logika matematis. Pernyataan no 11. Sebagian besar siswa (62.96%) tidak setuju
bahwa pembelajaran matematika dengan model
kontekstual tidak berbeda dengan pembelajaran seperti biasa.
Pernyataan no 12. Sebagian besar siswa (51.85%) tidak setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model
group investigation melalui pendekatan
kontekstual memusingkan dan membuat saya bingung.
Pernyataan no 13. Sebagian besar siswa (51.85%) tidak setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model
group investigation melalui pendekatan
kontekstual kurang menarik.
Pernyataan no 14. Sebagian besar siswa (81.48%) setuju bahwa saya ingin topik yang lain diajarkan dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
Pernyataan no 15. Sebagian besar siswa (55.56%) tidak setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model
group investigation melalui pendekatan
kontekstual membuat saya semakin tidak menyukai matematika.
Pernyataan no 16. Sebagian besar siswa (77.78%) setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group
investigation melalui pendekatan kontekstual perlu diteruskan dan dikembangkan.
Pernyataan no 17. Sebagian besar siswa (74.08%) sangat tidak setuju bahwa saya merasa lebih tegang dan pusing belajar matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual. Pernyataan no 18. Sebagian besar siswa (59.26%) tidak setuju
bahwa penyajian materi logika matematis dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual sulit dipahami.
Pernyataan no 19. Sebagian besar siswa (51.85%) setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual dapat membantu saya mengingat lebih lama materi yang diberikan.
Pernyataan no 20. Sebagian besar siswa (62.96%) setuju bahwa nilai matematika saya akan lebih baik jika belajarnya menggunakan pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
C. Pembahasan Hasil Penelitian keseluruhan
Pembelajaran matematika menggunakan model group investigation yang dilaksanakan selama tiga siklus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran induktif siswa.
Hasil analisis data kemampuan penalaran induktif siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari setiap tes formatif, rata-rata skor tes formatif untuk setiap indikator, maupun dari tes akhir yang diberikan.
Adanya peningkatan kemampuan penalaran induktif setiap siklus mengindikasikan bahwa melalui model group investigation melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran induktif. Hal ini karena model group investigation membuat siswa merasa bahwa belajar matematika itu menyenangkan, lebih mudah dalam mengerjakan permasalahan matematika, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi matematika, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan siswa yang lain maupun dengan guru.
Respons siswa terhadap pembelajaran melalui model group investigation secara umum merespons positif. Hal ini dpat dilihat dari data jurnal harian, angket, dan data observasi. Siswa beranggapan bahwa melalui model group investigation melalui pendekatan kontekstual mengajak siswa untuk melatih cara menginvestigasi dengan siswa yang lainnya sehingga siswa dapat menarik kesimpulan sendiri dari materi ajar yang telah dilakukan.
Pembelajaran melalui model group investigation melalui pendekatan kontekstual menurut guru matematika sangat bagus untuk diterapkan, karena siswa lebih termotivasi untuk belajar matematika. Model group investigation ini menuntut siswa untuk menyusun materi sehingga siswa terlibat aktif di dalam pembelajaran akibatnya materi ajar yang disajikan akan lebih membekas dalam pikiran siswa.