BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian diperoleh dari data hasil observasi yang terdiri dari empat observer. Setiap satu observer mengobservasi dua kelompok diskusi. Berikut adalah hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Tiap Siklus
No Jenis Aktivitas
Siklus I Siklus II Siklus III Prosentasi (%) Prosentasi (%) Prosentasi (%) 1 Aktivitas Motorik 40 67 79
Kurang Baik Baik
1.a Tetap berada dalam tempat
kerja kelompok 64 77 80
1.b Tetap berada dalam tugas/memilih alat dan melakukan praktek
30 64 78
1.c Mempraktekkan informasi
yang disampaikan teman 25 61 67
2 Aktivitas Lisan 29 54 71
Kurang Cukup Baik 2.a Bertanya kepada teman atau
guru 41 50 73 2.b Mengemukakan pendapat 27 57 62 2.c Menjawab pertanyaan 18 55 78 3 Aktivitas visual/menggambar/menulis 31 53 70
Kurang Cukup Baik
3.a Mengerjakan soal 45 55 69
3.bMelihat/mencatat/menggamba
rkan temuan-temuan 23 52 73
3.b Mencatat hasil diskusi 25 52 67
Rerata Total 33 58 73
B. Deskripsi Data 1. Siklus Pertama
1.1 Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan tindakan, penulis melakukan tindakan-tindakan perencanaan, yaitu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing, menyusun lembar kerja siswa (LKK), dan mempersiapkan alat observasi. RPP, LKK, dan lembar observasi terlampir. Materi pembelajaran pada siklus I ini adalah mengenal fungsi, konstruksi dan reaksi kimia pada beterai.
1.2 Tindakan a. Kegiatan Awal
• Guru menjelaskan materi tentang fungsi, konstruksi dan reaksi kimia pada baterai.
• Guru menjelaskan tata cara diskusi kelompok dengan model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing.
• Guru mengkondisikan siswa kedalam kelompok-kelompok yang sudah ditentukan.
b. Kegiatan Inti
• Guru membimbing diskusi kelompok agar berjalan lancar.
• Guru membimbing siswa menyelesaikan LKK.
• Guru memberikan penguatan kepada siswa yang aktif.
c. Kegiatan Akhir
• Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling bagus.
• Guru mempersilahkan kelompok paling bagus untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
1.3 Observasi dan Evaluasi
Guru dan observer mengobservasi kelompok-kelomok diskusi. Jumlah kelompok terdiri dari 8 kelompok dan jumlah observer empat orang. Setiap observer bertanggung jawab terhadap dua kelompok. Mengacu pada tabel 4.1, berikut adalah grafik hasil observasi aktivitas motorik.
Gambar 4.1
Hasil Observasi Aktivitas Motorik Siklus I
Dari data di atas kita dapat mengetahui bahwa 36 % atau 15 siswa tidak berada tempat kerja kelompok, 70 % atau 33 siswa tidak berada dalam tugas, dan 75 % atau 35 siswa tidak mempraktekkan informasi yang disampaikan teman dari
64% 30% 25% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Aktifitas Motorik
Berada Dalam Tempat Kerja Kelompok
Tetap Berada dalam tugas/memilih alat dan melakukan praktek mempraktekkan informasi yang disampaikan teman
jumlah siswa 45 siswa. Rerata aktivitas motorik yang dicapai pada siklus I adalah 40 %.
Hasil observasi aktivitas lisan didapat hasil rerata indikator aktivitas lisan dengan perincian sebagai berikut: 59 % atau 27 siswa tidak bertanya kepada guru atau teman, 73 % atau 34 siswa tidak mengemukakan pendapat, dan 82 % atau 35 siswa tidak menjawab pertanyaan dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 45 siswa. Rerata aktivitas lisan yang dicapai pada siklus I sebesar 29 %. Mengacu pada tabel 4.1, berikut adalah grafik hasil observasi terhadap aktivitas lisan.
Gambar 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Lisan Siklus I
Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Lisan Siklus I
Rerata indikator aktivitas visual/menggambar/menulis menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan aktivitas lainnya, yaitu masih rendahnya aktivitas belajar siswa dengan rarata sebesar 31 % dengan perincian, sebesar 55 % atau 24 siswa tidak mengerjakan soal, 77 % atau 34 siswa mencatat, dan 75 % atau 33
41% 27% 18% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Aktifitas Lisan
Bertanya kepada teman atau guru
Mengemukakan Pendapat
siswa tidak mencatat hasil diskusi. Mengacu pada tabel 4.1 berikut adalah tabel hasil observasi terhadap aktivitas visual/menggambar/menulis.
Gambar 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Visual/Menggambar/Menulis Siklus I
Dari setiap indikator aktivitas belajar yang diukur (motoik, lisan, dan visua/menggambar/menulis) pada siklus I, aktivitas belajar siswa pada siklus I dikategorikan kurang yaitu mencapai 33 %. Karena belum memenuhi target tindakan, maka dilakukan perbaikan-perbaikan untuk diterapkan pada siklus selanjutnya (siklus kedua).
1.4 Refleksi
Berdasarkan analisis terhadap hasil observasi aktivitas belajar siswa, maka penulis mengidentifikasi beberapa kekurangan pembelajaran pada siklus I:
1. Masih banyak siswa yang tidak berada dalam tugas atau tidak berkontribusi dalam kerja kelomok.
2. Siswa banyak yang tidak mempraktekkan informasi dari teman.
45% 23% 25% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Aktifitas visual/menggambar/menulis Mengerjakan Soal Mencatat Temuan-temuan Mencatat hasil diskusi
3. Siswa masih merasa malu mengemukakan pendapat. 4. Siswa kesulitan menjawab pertanyaan.
5. Siswa masih merasa malu bertanya kepada teman atau guru. 6. Siswa masih banyak yang tidak mengerjakan tugas.
7. Siswa banyak yang tidak mencatat temuan-temuan. 8. Siswa banyak yang tidak mencatat hasil diskusi.
Berdasarkan analisis terhadap lembar observasi aktivitas guru (terlampir), penulis mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pada pembelajaran siklus I, yaitu :
1) Penjelasan guru tentang prosedur model pembelajaran tipe round table belum jelas.
2) Guru tidak membimbing diskusi secara merata. 3) Persiapan guru masih kurang.
4) Guru kurang mengatur alokasi jam pelajaran.
Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan pada pembelajaran siklus I, maka penulis menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada siklus II:
1) Guru menegur siswa yang tidak berkontribusi dalam kerja kelompok. 2) Guru meminta siswa untuk mengemukakan urgensi kebersamaan
dalam mengerjakan tugas dan kehidupan sehari-hari.
3) Guru menjelaskan bahwa apapun pendapat seseorang tetap akan berharga dan akan dihargai.
4) Guru menjanjikan penghargaan bagi siswa yang mengemukakan pendapat.
5) Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan.
6) Guru memunculkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari tentang baterai agar bertanya kepada guru atau teman jika menemukan kesulitan.
7) Guru menegur siswa yang tidak mengerjakan tugas.
8) Guru membimbing siswa untuk mencari hal-hal penting dalam disksusi.
9) Guru menegur siswa yang tidak mencatat hasil diskusi.
10) Guru menjelaskan kembali tentang metode pembelajaran yang menekankan pada pemberian penghargaan bagi individu dan kelompok yang aktif mengerjakan tugas dan berdiskusi.
11) Guru membimbing siswa secara merata agar dapat menyimpulkan dan mencatat temuan hasil diskusi.
12) Guru meminta siswa agar menyelesaikan tugas tepat waktu. 2. Siklus Kedua
2.1 Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan tindakan, penulis melakukan perencanaan, yaitu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing, menyusun lembar kerja siswa (LKK), dan mempersiapkan alat observasi. RPP, LKK, dan lembar observasi untuk siklus II terlampir. Kegiatan guru difokuskan pada hal-hal yang telah ditentukan pada hasil refleksi siklus I, yaitu:
2) Guru meminta siswa untuk mengemukakan urgensi kebersamaan dalam mengerjakan tugas dan kehidupan sehari-hari.
3) Guru menjelaskan bahwa apapun pendapat seseorang tetap akan berharga dan akan dihargai.
4) Guru menjanjikan penghargaan bagi siswa yang mengemukakan pendapat.
5) Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan.
6) Guru memunculkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari tentang baterai agar bertanya kepada guru atau teman jika menemukan kesulitan. 7) Guru menegur siswa yang tidak mengerjakan tugas.
8) Guru membimbing siswa untuk mencari hal-hal penting dalam disksusi. 9) Guru menegur siswa yang tidak mencatat hasil diskusi.
10) Guru menjelaskan kembali tentang metode pembelajaran yang menekankan pada pemberian penghargaan bagi individu dan kelompok yang aktif mengerjakan tugas dan berdiskusi.
11) Guru membimbing siswa secara merata agar dapat menyimpulkan dan mencatat temuan hasil diskusi.
12) Guru meminta siswa agar menyelesaikan tugas tepat waktu.
Materi pembelajaran pada siklus kedua mengenai perawatan dan perbaikan baterai. Materi pada perawatan dan perbaikan meliputi langkah-langkah perawatan, perawatan secara visual, perawatan menggunakan alat, cara pengisian baterai secara cepat, dan cara pengisian baterai secara lambat.
2.2 Pelaksanaan a. Kegiatan Awal
• Guru menjelaskan materi tentang perawatan dan perbaikan baterai.
• Guru menjelaskan kembali tata cara diskusi kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dengan menekankan pada perolehan penghargaan bagi siswa dan kelompok yang aktif berdiskusi.
• Guru mengkondisikan siswa kedalam kelompok-klompok yang sudah ditentukan.
b. Kegiatan Inti
• Guru meminta siswa untuk berdiskusi kelompok agar berjalan lancar.
• Guru meminta siswa menyelesaikan LKK dengan benar dan tepat waktu.
• Guru memberikan penguatan kepada siswa yang aktif dengan langsung menulis nilai didepan siswa.
• Guru meminta siswa yang belum aktif mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, dan bertanya kepada teman.
c. Kegiatan Akhir
• Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling bagus.
• Guru mempempersilahkan kelompok paling bagus untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
77% 64% 61% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Aktifitas Motorik
Berada Dalam Tempat Kerja Kelompok
Tetap Berada dalam tugas/memilih alat dan melakukan praktek mempraktekkan informasi yang disampaikan teman
2.3 Observasi
Berdasarkan hasil observasi, rerata indikator aktivitas motorik pada siklus II adalah 67 % dengan perincian sebagai berikut : 23 % atau 10 siswa tidak berada dalam tempat kerja kelompok, 36 % atau 16 siswa tidak berada dalam tugas, dan 39 % atau 17 siswa tidak mempraktekkan informasi yang disampaikan teman. Mengacu pada tabel 4.1, berikut adalah grafik hasil observasi terhadap aktivtas motorik.
Gambar 4. 4
Hasil Observasi Aktivitas Motorik Siklus II
Rerata indikator aktfitas lisan pada siklus II sebesar 54 % dengan perincian sebagai berikut : 50 % atau 22 siswa tidak bertanya kepada teman atau guru, 43 % atau 19 siswa tidak mengemukakan pendapat, dan 55 % atau 20 siswa tidak menjawab pertanyaan. Mengacu pada tabel 4.1, berikut adalah hasil observasi indikator aktivitas lisan.
Gambar 4.5
Hasil Observasi Aktivitas lisan Siklus II
Rerata indikator aktivitas visual/menggambar/menulis sebesar 53 % dengan perincian 45 % atau 20 siswa tidak mengerjakan soal, 48 % atau 21 siswa tidak mencatat atau menggambarkan temuan-temuan, dan 48 % atau 21 siswa tidak mencatat hasil diskusi. Mengacu pada tabel 4.1, berikut adalah grafik aktivitas mengerjakan visual/menggambar/mencatat pada siklus II :
Gambar 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Visual/menggambar/mencatat Siklus II
50% 57% 55% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Aktifitas Lisan
Bertanya kepada teman atau guru Mengemukakan Pendapat menjawab pertanyaan 55% 52% 52% 0 20 40 60 80 100 Aktifitas visual/menggambar/menulis Mengerjakan Soal Mencatat Temuan-temuan
Dari setiap indikator aktivitas belajar yang diukur (motorik, lisan, dan visual/menggambar/menulis), aktivitas belajar siswa pada siklus II dikategorikan cukup, prosentasi aktivitas belajar pada siklus II hanya mencapai 58 % atau meningkat dari siklus I yang menghasilkan prosentase aktivitas belajar sebesar 33 %. Sesuai dengan sasaran tindakan yang telah ditentukan, yaitu rerata perolehan minimal aktiviats belajar adalah 65 %, maka perolehan prosentasi aktivitas belajar pada siklus II masih tidak mencapai sasaran penelitian. Oleh karena itu perlu diadakan analisis-analisis pada pelaksaaan pembelajaran siklus II ini. Hasil analisis dituangkan dalam tahap refleksi. Berikut adalah rincian perolehan rerata aktivitas belajar pada siklus II.
1.4 Refleksi
Berdasarkan analisis terhadap hasil observasi aktivitas belajar siswa, maka penulis mengidentifikasi beberapa kekurangan pada siklus II:
1) Siswa masih merasa malu bertanya kepada teman atau guru, dikuasai oleh siswa tertentu.
2) Siswa masih kesulitan mengemukakan pendapat. 3) Siswa masih merasa malu menjawab pertanyaan. 4) Siswa masih kesulitan mengerjakan soal.
5) Siswa masih kesulitan menggambarkan temuan-temuan diskusi. 6) Siswa masih malas mencatat hasil diskusi.
Sedangkan berdasarkan analisis terhadap lembar observasi aktivitas guru (terlampir), penulis mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pada pembelajaran siklus I, yaitu :
1) Guru tidak membimbing diskusi secara merata. 2) Guru kurang mengatur alokasi jam pelajaran.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dari hasil observasi maka penulis dapat menentukan tindakan-tindakan perbaikan untuk dilakukan pada siklus III. Berikut adalah tindakan-tindakan yang dimaksud :
1) Guru mengkondisikan siswa yang aktif berdiskusi dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum aktif.
2) Menyebut siswa-siswa yang mendapatkan nilai bagus, hal ini dimaksudkan untuk memotivasi siswa yang belum aktif untuk mengikuti teman-temannya yang sudah mendapatkan nilai bagus.
3) Guru mengakrabi siswa, hal dilakukan untuk menghilangkan kecanggungan bertanya kepada guru atau teman.
4) Guru menjelaskan tanggung jawab individu terhadap kelompoknya, hal ini bertujuan agar siswa bekerja sama untuk mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.
5) Guru meminta siswa untuk diskusi kelompok agar siswa dapat menyimpulkan temuan-temuan dalam diskusi.
6) Guru meminta siswa untuk berdiskusi kelompok agar siswa dapat mencatat hasil diskusi.
7) Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang mengerjakan tugas tepat waktu.
3. Siklus III
1.1 Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan tindakan, penulis melakukan tindakan-tinadakan perencanaan, yaitu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing, menyusun lembar kerja siswa (LKK), dan mempersiapkan alat observasi. RPP, LKK, dan lembar observasi untuk siklus III terlampir.
Kegiatan guru difokuskan pada hal-hal yang telah ditentukan pada refleksi siklus II, yaitu:
1) Guru mengkondisikan siswa yang aktif berdiskusi dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum aktif.
2) Menyebut siswa-siswa yang mendapatkan nilai bagus, hal ini dimaksudkan untuk memotivasi siswa yang belum aktif untuk mengikuti teman-temannya yang sudah mendapatkan nilai bagus.
3) Guru mengakrabi siswa, hal dilakukan untuk menghilangkan kecanggungan bertanya kepada guru atau teman.
4) Guru menjelaskan tanggung jawab individu terhadap kelompoknya, hal ini bertujuan agar siswa bekerja sama untuk mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.
5) Guru meminta siswa untuk diskusi kelompok agar siswa dapat menyimpulkan temuan-temuan dalam diskusi.
6) Guru meminta siswa untuk berdiskusi kelompok agar siswa dapat menyimpulkan hasil diskusi.
7) Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang mengerjakan tugas tepat waktu.
Pertemuan ini adalah melakukan pemeriksaan baterai secara visual dan pemeriksaan menggunakan AVO meter dan hydrometer. Hasil pemeriksaan secara visual maupun menggunakan alat, didugunakan untuk melakukan perawatan baterai. Perawatan yang dimaksud adalah mengisi kembali cairan elektrolit, menghilangkan karbon pada terminal, dan mengisi kembali baterai kalau semuanya diperlukan.
3.2 Pelaksanaan a. Kegiatan Awal
• Guru menjelaskan materi menjelaskan kembali langkah pekerjaan yang harus dilakukan siswa dan keselamatan dan kesehatan kerja.
• Guru mengumumkan siswa-siswa yang mendapatkan nilai bagus.
• Guru mengkondisikan siswa kedalam kelompok-kelompok yang sudah ditentukan.
b. Kegiatan Inti
• Guru membimbing diskusi kelompok agar berjalan lancar.
• Guru membimbing siswa menyimpulkan temuan-temuan.
• Guru membimbing siswa menyelesaikan LKK dengan benar dan tepat waktu.
• Guru memberikan penguatan kepada siswa yang aktif dengan langsung menulis nilai didepan siswa.
• Guru memotivasi siswa yang belum aktif mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, dan bertanya kepada teman.
c. Kegiatan Akhir
• Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling bagus.
• Guru mempersilahkan kelompok paling bagus untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
3.3 Observasi
Berdasrkan hasil observasi pada siklus III, rerata indikator aktivitas motorik sebesar 79 % dengan perincian sebagai berikut : 20 % atau 8 siswa tidak berada dalam tempat kerja kelompok, 22 % atau 9 siswa tidak berada dalam tugas/memilih alat dan melakukan praktek, dan 33 % atau 14 siswa tidak mempraktekkan informasi yang disampaikan teman. Mengacu pada tebel 4.1, berikut adalah grafik aktivitas belajar siswa untuk indikator aktivitas motorik.
Gambar 4.7
Hasil Observasi Aktivitas Motorik Siklus III
Rerata indikator aktivitas lisan pada siklus III sebesar 72 % dengan perincian sebagai berikut: 27 % atau 11 siswa tidak bertanya kepada teman atau guru, 38 % atau 16 siswa tidak mengemukakan pendapat, dan 22 % atau 9 siswa
tidak menjawab pertanyaan. Mengacu pada tabel 4.1, berikut grafik aktfivitas belajar siswa untuk indikator aktivitas lisan.
Gambar 4.8
Hasil Observasi Aktivitas Lisan Siklus III
Sedangkan rerata indikator aktivitas visual/menggambar/menulis sebesar 70 % dengan perincian 31 % atau 13 siswa tidak mengerjakan soal, 27 % atau 11 siswa tidak mencatat atau menggambarkan temuan-temuan, dan 33 %atau 14 siswa tidak mencatat hasil diskusi. Mengacu pada tabel 4.1, berikut grafik Aktivitas visual.
Gambar 4.9
Hasil observasi aktivitas visual/menggambar/mencatat Siklus III 3.4 Refleksi
Dari seluruh indikator aktivitas belajar (motorik, lisan, dan visual/menggambar dan menulis) yang diukur, diperoleh aktivitas belajar pada siklus III sebesar 73 %. Karena penelitian tindakan kelas sudah mencapai sasaran
69% 73% 67% 0 20 40 60 80 100 Aktifitas visual/menggambar/menulis Mengerjakan Soal Mencatat Temuan-temuan
tindakan, maka penelitian tindakan dianggap cukup. Oleh karena itu, dalam pembahasan pembelajaran siklus III tidak mengungkap refleksi proses pembelajarn siklus III. Berikut adalah grafik hasil observasi aktivitas belajar siswa tiap siklus untuk seluruh indikator aktivitas belajar siswa yang diukur.
Gambar 4.10
Grafik Aktivitas Belajar Tiap Siklus
Secara keseluruhan, aktivitas belajar siswa meningkat dari setiap siklus yang telah dilaksanakan. Pada siklus I, rerata prosentase aktivitas motorik hanya 40 % atau diketagorikan kurang dan meningkat 67 % pada siklus II. Sedangkan pada siklus ke III, rerata prosentase aktivitas motorik siswa meningkat lagi mejadi 79 % atau diketagorikan baik. Aktivitas belajar untuk indikator aktivitas lisan, pada siklus I didapat rerata prosetasi sebesar 29 % atau diketagorikan kurang. Pada siklus II, aktivitas lisan meningkat dari 29 % menjadi 54 % atau diketagorikan cukup. sedangkan pada siklus III, rerata prosentasi aktivitas lisan meningkat menjadi 72 % atau dikategorikan baik. Akitifitas visual/menggambar/menulis pada setiap siklus juga meningkat. Pada siklus I, rerata prosentasi akifitas visual/menggambar/menulis sebesar 31 % atau dikategorikan kurang. Pada siklus II meningkat menjadi 55 % atau diketagorikan, dan meningkat lagi menjadi 69 % atau dikategorikan baik.
4 0 % 29 % 3 1% 6 7 % 54 % 5 3 % 7 9 % 71 % 7 0 % 0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0
A ktifitas Motor ik A ktifitas L isan A ktifitas Visua/Menggambar/menulis P r o se n ta se S is w a ( 0 % )
Indikator Aktifitas Be lajar
Grafik Aktifitas Belajar Tiap Siklus
Siklus I Siklus II Siklus III
C. Pembahasan
Peningkatan aktivitas belajar ini sesuai dengan pernyataan Isjoni (2007) yang menyatakan bahwa salah satu manfaat dari pembelajaran kooperatif adalah dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.
Peningkatan aktivitas belajar siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing, karena menurut Lie (2008) pada kancing gemerincing semua siswa dipastikan mempunyai kesempatan untuk berdiskusi secara aktif. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan aktivitas diskusi, yaitu dua kali kesempatan. Bagi siswa yang telah habis jatahnya tidak boleh melakukan aktivitas belajar diskusi kelompok kecuali jatah setiap siswa sudah habis dan tugas kelompok masih belum selesai.
Selain siswa dipastikan mendapatkan kesempatan berdiskusi yang sama, siswa juga mendapatkan penghargaan secara individu maupun kelompok. Penghargaan ini menjadi salah satu pendorong siswa untuk berperan aktif dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan teori operant conditioning dari Skinner yang merupakan pengembangan dari teori koneksionismenya Thorndike. Menurut teori operant conditioning, siswa akan belajar dengan giat dan dia dapat menjawab
semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, jika guru memberikan penghargaan kepada anak tersebut dengan nilai tinggi, pujian atau hadiah.
1) Siklus Pertama
Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan aktivitas belajar berada dalam kategori cukup tapi belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Hasil observasi setelah melakukan pembelajaran siklus I, rerata aktivitas belajar siswa sebesar 33 %. Kekurangan-kekurangan yang menyebabkan tidak tercapai kriteria keberhasilan tindakan diidentifikasi sebagai berikut.
1) Masih banyak siswa yang tidak berada dalam tugas atau tidak berkontribusi dalam kerja kelomok.
2) Siswa banyak yang tidak mempraktekkan informasi dari teman. 3) Siswa masih merasa malu mengemukakan pendapat.
4) Siswa kesulitan menjawab pertanyaan.
5) Siswa masih merasa malu bertanya kepada teman atau guru. 6) Siswa masih banyak yang tidak mengerjakan tugas.
7) Siswa banyak yang tidak mencatat temuan-temuan. 8) Siswa banyak yang tidak mencatat hasil diskusi.
9) Penjelasan guru tentang prosedur model pembelajaran tipe round table belum jelas.
10) Guru tidak membimbing diskusi secara merata. 11) Persiapan guru masih kurang.
Hamalik (2009: 170) mengemukakan adanya temuan-temaun baru dalam psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Berdasarkan hasil penelitian para ahli pendidikan ternyata, bahwa:
Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku siswa. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku dan perbuatan itu menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang, tanpa pengarahan dikhawatirkan terjadi penyimpangan perkembangan dari tujuan yang telah ditentukan.
Guru sudah mengarahkan tingkah laku siswa kepada lingkungan belajar yang aktif dan dalam suasana kebersamaan. Tapi lingkungan yang diciptakan guru belum bisa meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditargetkan.
Ketidak tercapaian target aktivitas belajar siswa bisa dimaklumi karena aktivitas belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu aktivitas jasmani yang bisa diamati langsung dan aktivitas rohani yang relatif sulit diukur. Selain itu aktivitas belajar juga dipengaruhi oleh motivasi dan minat siswa.
Tugas guru adalah merangsang agar minat dan motivasi siswa muncul. J. Dewey (Hamalik, 2009: 176) menggunakan metode problem solving untuk menarik minat dan motivasi belajar siswa. Dalam penelitian ini guru merangsang minat dan motivasi siswa dengan penghargaan dan penguatan tingkah laku siswa dalam lingkup metode pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing..
Pemberian penghargaan dan penguatan kepada siswa pada siklus I sudah dilakukan tapi masih kurang, hal ini bisa dilihat dari hasil observasi aktivitas guru yang tidak membimbing diskusi kelompok secara merata. Penghargaan dan penguatan tingkah laku siswa lebih diintensifkan pada siklus kedua.
2) Siklus Kedua
Pada siklus kedua, aktivitas belajar siswa meningkat dari 33 % menjadi 58 %. Kekurangan-kekurangan proses pembelajaran pada siklus kedua lebih sedikit dibandingkan kekurangan-kekurangan pada siklus pertama. Berikut adalah kekurangan-kekurangan proses pembelajaran pada siklus kedua.
1) Siswa masih merasa malu bertanya kepada teman tau guru, dikuasai oleh siswa tertentu.
2) Siswa masih kesulitan mengemukakan pendapat.
3) Siswa masih merasa malu bertanya kepada teman atau guru. 4) Siswa masih kesulitan mengerjakan soal.
5) Siswa masih kesulitan menggambarkan temuan-temuan diskusi. 6) Siswa masih malas mencatat hasil diskusi.
7) Guru tidak membimbing diskusi secara merata. 8) Guru kurang mengatur alokasi jam pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran berjama'ah, keberhasilan jama'ah ditentukan oleh para angotanya sendiri. Lie (2008: 30) mengemukakan bahwa dua dari lima karakteristik pembelajaran kooperaitf adalah:
1) Saling Ketergantungan Positif. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada setiap anggotanya. Dengan Cooperative Learning mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.
2) Tanggung Jawab Perseorangan. Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Seharusnya siswa tidak merasa malu bertanya kepada teman atau guru, mengemukakan pendapat, dan menjawab pertanyaan jika siswa memiliki rasa tanggung jawab terhadap kelompok dan dirinya sendiri. Karena pembelajaran kooperatif menilai kerjasama kelompok.
Guru juga harus menjelaskan urgensi dan nilai-nilai gotong royong seperti saling introspeksi antar anggota kelompok dan saling mendengarkan pendapat teman anggota kelompoknya. Karena keberhasilan kelompok juga bergantung kepada anggota yang lainnya. Lie (2008: 30) mengemukakan sebagai berikut. Komunikasi Antar Anggota. Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa memiliki keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
Sikap saling introspeksi diri antar anggota kelompok, diharapkan akan terjalin kerja sama dan saling ketergantungan positif antar siswa. Karena menurut Jarolimek & Parker (Isjoni, 2007 : 24-25) di situlah letak keunggulan pembelajaran kooperatif dibandingkan model pembelajaran yang lain. Menurut Jarolimek & Parker, keunggulan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1) Saling ketergantungan yang positif.
2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
5) terjalannya hubungan yang hangat.
6) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi menyenangkan.
3) Siklus Ketiga
Aktivitas belajar siswa pada siklus ketiga sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang telah ditentukan. Aktivitas belajar siswa pada siklus ketiga mencapai 73 %, sedangkan kriteria keberhasilan tindakan adalah 65 %. Keberhasilan tindakan ini tidak hanya ditentukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing, tapi dipengaruhi juga oleh penerapan konsep pembelajaran kooperatif pada umumnya dan kreatif guru dalam menggunakan beberapa teknik dan teori belajar.
Konsep pembelajaraan kooperatif yang mempengaruhi peningkatan aktivitas belajar pada penelitian ini adalah penerapan penghargaan individu maupun kelompok, penerapan karakteristik pembelajaran kooperatif dan penerapan keunggulan pembelajaran koopratif.
Teori yang mempengaruhi peningkatan aktivitas belajar siswa pada penelitian ini adalah teori penguatan tingkah laku dan operant conditioning. Teori operant conditioning digunakan untuk memberikan penghargaan terhadap kerja
sama kelompok dan tanggung jawab kelompok karena menurut teori operant conditioning, siswa akan belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua
pertanyaan dalam ulangan atau ujian, jika guru memberikan penghargaan kepada anak tersebut dengan nilai tinggi, pujian atau hadiah. (Sukmadinata, 2007: 169).