• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

38 4.1 Pelaksanaan Tindakan

4.1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kaliwungu 04 yang beralamatkan di desa Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Dalam hal sarana dan prasarana, SD Negeri Kaliwungu 04 sudah memadai, yang terdiri dari 6 (enam) ruang kelas, 1 (satu) ruang guru, 1 (satu) ruang kepala sekolah, 1 (satu) ruang perpustakaan, 1 (satu) ruang penerima tamu, 1 (satu) gudang sekolah, 2 (dua ruang) WC/kamar mandi dan fasilitas penunjang lainnya antara lain pesawat telepon, alat-alat peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya pun masih terawat. Adapun jumlah pengajar yang ada di SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang berjumlah 6 (enam) guru pegawai negeri, 3 (tiga) wiyata bakti dan 1 penjaga sekolah. Sedangkan jumlah siswa di SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang dari kelas I sampai kelas VI adalah sebanyak 107 siswa. Kesemuanya berasal dari wilayah sekitar sekolah dengan keadaan bakat, minat, ketrampilan, kemampuan intelegensi yang berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan dikelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang yang berjumlah 15 siswa, siswa laki-laki 8 dan siswa perempuan 7.

4.1.2 Kondisi Awal

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 15 siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terlihat bahwa tingkat pemahaman siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi peserta didik pada mata pelajaran IPS yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65). Ditunjukkan dengan deskpripsi hasil belajar IPS sebelun dilakukan tindakan (Pra siklus) pada tabel 4.1 sebagai berikut:

(2)

Tabel 4.1

Deskripsi Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Tindakan (Pra siklus) Jumlah siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata - rata

15 40 85 63,33

Hasil belajar sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui dari tabel 4.1 bahwa nilai terendah siswa adalah 40 dan nilai tertinggi siswa adalah 85. Rata – rata nilai siswa kelas IV sebelum dilakukan tindakan adalah 62,33.

Data hasil belajar IPS sebelum dilakukan tindakan dapat dilihat dalam tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Tindakan (Pra siklus)

No Nama siswa kelamin Jenis Nilai Kualifikasi

1 BP L 60 Tidak Tuntas 2 DN P 70 Tuntas 3 MT L 60 Tidak Tuntas 4 BA L 85 Tuntas 5 EW L 65 Tuntas 6 JE L 50 Tidak Tuntas 7 OG P 65 Tuntas 8 RM L 60 Tidak Tuntas 9 SA P 75 Tuntas 10 WT L 60 Tidak Tuntas 11 WF P 60 Tidak Tuntas 12 BN P 60 Tidak Tuntas 13 IS P 80 Tuntas 14 NG P 60 Tidak Tuntas 15 JS L 40 Tidak Tuntas Jumlah nilai 950

Rata – rata nilai 63,33

Nilai Terendah 40

Nilai Tertinggi 85

Untuk lebih jelasnya, hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dapat dijabarkan pada tabel distribusi hasil belajar sebelum dilakukan tindakan (pra siklus) pada tabel 4.3 sebagai berikut:

(3)

Tabel 4.3

Distribusi Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Tindakan

No Nilai Sebelum Dilakukan Tindakan Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%) Tuntas Tidak tuntas

1 95 - 100 - 0 - - 2 89 - 94 - 0 - - 3 83 - 88 1 6,67 √ - 4 77 - 82 1 6,67 √ - 5 71 - 76 1 6,67 √ - 6 65 - 70 3 20 √ - 7 <65 9 60 - √ Jumlah 15 100

Nilai rata – rata 63,33

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa untuk nilai < 65 sebanyak 9 orang siswa dengan presentase 60 %, nilai 65 s/d 70 sebanyak 3 siswa dengan persentase 20%, nilai 71 s/d 76 sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%, nilai 77 s/d 82 sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%, nilai 83 s/d 88 sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%, nilai 89 s/d 94 tidak ada dengan persentase 0%, dan nilai 95 s/d 100 tidak ada dengan persentase 0%. Berdasarkan distribusi atau sebaran hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, dapat dituangkan dalam bentuk diagram yang dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1

(4)

Untuk lebih jelasnya, ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 sebelum dilakukan tindakan (Pra siklus) dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4. 4

Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan

No Ketuntasan Belajar Jumlah

Siswa Persentase (%)

1 Tuntas (≥ 65) 6 40 %

2 Belum Tuntas (≤ 65) 9 60 %

Jumlah 15 100 %

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa persentase siswa yang tuntas sebanyak 40% (6 orang siswa) dan yang tidak tuntas sebanyak 60% (9 orang siswa). Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, dapat dijabarkan dalam gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan

Berdasarkan data nilai sebelum dilakukan tindakan pada mata pelajaran IPS, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan masih rendah dikarenakan guru kurang memiliki ketrampilan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif atau selalu menggunakan pembelajaran yang monoton atau konvensional, dimana metode ceramah masih mendominasi proses

(5)

kegiatan pembelajaran, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang berakibat tingkat pemahaman siswa menjadi rendah dan siswa pun kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga terjadi hambatan dalam transformasi ilmu pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif.

Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas IV di SD Negeri Kaliwungu 04 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012, penulis akan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan model pembelajaran Make a Match, guna meningkatkan pemahaman belajar siswa yang akan dilakukan dalam dua siklus. Siklus I pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar “Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, dan siklus II pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar “Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”. 4.1.3 Siklus I

4.1.3.1 Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus I diuraikan sebagai berikut :

Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi yangdipilih dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar “Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. Berdasarkan materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materi yang digunakan dalam siklus I tentang koperasi. Berdasarkan materi tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam RPP di berikan alokasi waktu sebanyak 4 x 35 menit, artinya RPP disampaikan dalam 2 kali pertemuan (tatap muka).

Pada siklus I persiapan yang dilakukan peneliti adalah menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match, menyiapkan kartu-kartu yang berisi beberapa konsep atau topik tentang pengertian koperasi,tujuan dan manfaat koperasi, lambang dalam koperasi jenis-jenis koperasi dan pentingnya usaha bersama dalam koperasi, kemudian menyiapkan lembar observasi atau pengamatan.

(6)

Pembelajaran yang direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dimana pembelajaran ini dengan menggunakan kartu yang berisi soal maupun jawaban kemudian dibagikan kepada setiap siswa. Setiap siswa yang mendapatkan kartu berisi soal, siswa tersebut harus mencari jawaban dari kartunya tersebut. Begitu juga sebaliknya yang mendapatkan kartu jawaban harus mencari soal yang sesuai dengan soal dari kartunya tersebut. Adapun skenario pembelajaran diatur dan alokasi waktu direncanakan sebagai berikut:

Waktu pembelajaran 2 x 35 menit = 70 menit terdiri dari: 1. Pra pembelajaran (apersepsi dan motivasi) 5 menit

2. Penyampaian materi, pemberian informasi tata cara melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match 20 menit

3. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match 35 menit 4. Tanya jawab tentang materi 5 menit

5. Kegiatan penutup 5 menit 4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan

1. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama pada siklus I dilaksankan pada hari Jumat, 13 April 2012. Pada tahap apersepsi guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang koperasi yang ada di sekolah. Setelah apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi yang akan di sampaikan hari ini tentang pengertian koperasi, tujuan dan manfaat koperasi, lambang koperasi, dilanjutkan tata cara melaksanakan model pembelajaran Make a Match dan menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau topik tentang pengertian koperasi, tujuan dan manfaat koperasi, lambang koperasi. Selanjutnya guru mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak kepada siswa. Setelah peluit ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban maupun soal dari kartu – kartu yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi yaitu 1 menit. Setelah siswa yang menemukan kartu pasangannnya (soal dan jawaban), siswa tersebut maju kedepan kelas dan di bahas bersama- sama. Sedangkan bagi siswa yang belum menemukan kartu pasangannya (soal dan jawaban), siswa tersebut diarahkan untuk menempati tempat duduknya kembali. Setelah itu kartu

(7)

dikumpulkan kembali dan dikocok dan dibagikan kepada siswa secara acak,dan begitu seterusnya. Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran ini.

2. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 April 2012.

Pada tahap apersepsi guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang pembelajaran kemarin. Setelah apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi yang akan di sampaikan hari ini tentang jenis-jenis koperasi dan peranan usaha bersama dalam koperasi, dilanjutkan tata cara melaksanakan model pembelajaran Make a Match dan menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau topik tentang jenis-jenis koperasi dan pentingnya usaha bersama dalam koperasi. Selanjutnya guru mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak kepada siswa. Setelah peluit ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban maupun soal dari kartu – kartu yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi yaitu 1 menit. Setelah siswa yang menemukan kartu pasangannnya (soal dan jawaban), siswa tersebut maju kedepan kelas dan di bahas bersama- sama. Sedangkan bagi siswa yang belum menemukan kartu pasangannya (soal dan jawaban), siswa tersebut diarahkan menempati tempat duduknya kembali. Setelah itu kartu dikumpulkan kembali dan dikocok dan dibagikan kepada siswa secara acak,dan begitu seterusnya.

Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran hari ini, kemudian guru memberikan soal evaluasi siklus I.

4.1.3.3 Observasi

Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi atau pengamatan yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada pertemuan berikutnya.

4.1.3.4 Hasil Analisis Data Tes Formatif Siklus I

Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif yang

(8)

dikerjakan siswa pada akhir pembelajaran siklus I. Deskripsi hasil belajar tes formatif I pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Deskripsi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I Jumlah siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata – rata

15 55 90 71,67

Hasil belajar siswa pada Tes Formatif siklus I dapat diketahui dari tabel 4.5 bahwa nilai terendah siswa adalah 55 dan nilai tertinggi siswa adalah 90. Rata- rata nilai siswa kelas IV pada siklus I adalah 71,67. Rata – rata nilai siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata – rata nilai siswa sebelum dilakukan tindakan (63,33). Data Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Nama siswa kelamin Jenis Nilai Kualifikasi

1 BP L 85 Tuntas 2 DN P 60 Tidak Tuntas 3 MT L 60 Tidak Tuntas 4 BA L 90 Tuntas 5 EW L 75 Tuntas 6 JE L 65 Tuntas 7 OG P 55 Tidak Tuntas 8 RM L 80 Tuntas 9 SA P 75 Tuntas 10 WT L 85 Tuntas 11 WF P 70 Tuntas 12 BN P 60 Tidak Tuntas 13 IS P 80 Tuntas 14 NG P 60 Tidak Tuntas 15 JS L 75 Tuntas Jumlah nilai 1075

Rata – rata nilai 71,67

Nilai Terendah 55

(9)

Untuk lebih jelasnya, hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I dapat dijabarkan pada tabel distribusi hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I yang dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Nilai Sesudah Siklus I Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%) Tuntas Tidak tuntas

1 95 - 100 - 0 - - 2 89 - 94 1 6,67 √ - 3 83 - 88 2 13,33 √ - 4 77 - 82 2 13,33 √ - 5 71 - 76 3 20 √ - 6 65 - 70 2 13,33 √ - 7 <65 5 33,33 - √ Jumlah 15 100

Nilai rata – rata 71,67

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. Untuk nilai < 65 sebanyak 5 orang siswa dengan presentase 33,33%, nilai 65 s/d 70 sebanyak 2 siswa dengan persentase 13,33%, nilai 71 s/d 76 sebanyak 3 siswa dengan persentase 20%, nilai 77 s/d 82 sebanyak 2 siswa dengan persentase 13,33%, nilai 83 s/d 88 sebanyak 2 siswa dengan persentase 13,33%, nilai 89 s/d 94 sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%, dan nilai 95 s/d 100 tidak ada dengan persentase 0%. Jadi dengan menggunakan model pembelajaran make a match pada siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 10 siswa. Berdasarkan distribusi atau sebaran hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, dapat dituangkan dalam bentuk diagram yang dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut:

(10)

Gambar 4.3

Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

Untuk lebih jelasnya, ketuntasan hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8

Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Ketuntasan Belajar Jumlah

Siswa Persentase (%)

1 Tuntas (≥ 65) 10 66,67%

2 Belum Tuntas (≤ 65) 5 33,33%

Jumlah 15 100 %

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa persentase siswa yang tuntas sebanyak 66,67% (10 orang siswa) dan yang tidak tuntas sebanyak 33,33% (5 orang siswa). Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I, dapat dijabarkan dalam gambar 4.4 sebagai berikut:

Gambar 4.4

Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

(11)

4.1.3.5 Refleksi

Berdasarkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan model Make a Match, hasil belajar siswa pada siklus I telah mengalami peningkatan. Tetapi masih ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM dan belum mencapai ketuntasan 80%. Siswa yang mencapai nilai tuntas menjadi 10 orang siswa, yang sebelumnya hanya 6 orang siswa. Selain itu, sebagian besar siswa sudah aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match. Berdasarkan kekurangan hasil belajar dari pembelajaran siklus I, maka peneliti akan memperbaiki hasil belajar dengan melakukan pembelajaran pada siklus II.

4.1.4 Siklus II

4.1.4.1 Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus I diuraikan sebagai berikut :

Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar “Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”. Berdasarkan materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materi yang digunakan dalam siklus I tentang perkembangan teknologi. Berdasarkan materi tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam RPP di berikan alokasi waktu sebanyak 4 x 35 menit, artinya RPP disampaikan dalam 2 kali pertemuan (tatap muka).

Pada siklus II persiapan yang dilakukan peneliti adalah menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match, menyiapkan kartu-kartu yang berisi beberapa konsep atau topik tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi, transportasi pada masa lalu dan masa sekarang, kemudian menyiapkan lembar observasi atau pengamatan.

Pembelajaran yang direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dimana pembelajaran ini dengan menggunakan kartu yang berisi soal maupun jawaban kemudian dibagikan kepada setiap siswa. Setiap siswa yang mendapatkan kartu berisi soal, siswa tersebut harus mencari jawaban dari kartunya tersebut. Begitu juga sebaliknya yang mendapatkan kartu jawaban harus mencari soal yang sesuai dengan soal

(12)

dari kartunya tersebut. Adapun skenario pembelajaran diatur dan alokasi waktu direncanakan sebagai berikut:

Waktu pembelajaran 2 x 35 menit = 70 menit terdiri dari: 1. Pra pembelajaran (Apersepsi dan motivasi) 5 menit

2. Penyampaian materi, pemberian informasi tata cara melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match 20 menit

3. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match 35 menit 4. Tanya jawab tentang materi 5 menit

5. Kegiatan penutup 5 menit 4.1.4.2 Pelaksanaan Tindakan

1. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksankan pada hari Rabu, 18 April 2012. Pada tahap apersepsi guru memperlihatkan sebuah gambar “Mesin jahit” dan bertanyan kepada siswa kegunaan mesin jahit pada zaman sekarang. Setelah apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi yang akan di sampaikan hari ini tentang perkembangan teknologi produksi dan komunikasi pada masa lalu dan masa sekarang, dilanjutkan tata cara melaksanakan model pembelajaran Make a Match dan menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau topik tentang perkembanga teknologi produksi dan komunikasi pada masa lalu dan masa sekarang. Selanjutnya guru mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak kepada siswa. Setelah peluit ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban maupun soal dari kartu - kartu yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi yaitu 1 menit. Setelah siswa yang menemukan kartu pasangannnya (soal dan jawaban), siswa tersebut maju kedepan kelas dan di bahas bersama- sama. Sedangkan bagi siswa yang belum menemukan kartu pasangannya (soal dan jawaban), siswa tersebut diarahkan untuk menempati tempat duduknya kembali. Setelah itu kartu dikumpulkan kembali dan dikocok dan dibagikan kepada siswa secara acak, dan begitu seterusnya.

Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran ini.

(13)

2. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 19 April 2012. Pada tahap apersepsi guru memperlihatkan gambar sebuah truk, kemudian bertanya kepada siswa” Truk merupakan salah satu contoh teknologi?”. Setelah apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi yang akan di sampaikan hari ini tentang perkembangan teknologi transportasi pada masa lalu dan masa sekarang, dilanjutkan tata cara melaksanakan model pembelajaran Make a Match dan menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau topik tentang perkembangan teknologi transportasi pada masa lalu dan masa sekarang. Selanjutnya guru mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak kepada siswa. Setelah peluit ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban maupun soal dari kartu - kartu yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi yaitu 1 menit. Setelah siswa yang menemukan kartu pasangannnya (soal dan jawaban), siswa tersebut maju kedepan kelas dan di bahas bersama- sama. Sedangkan bagi siswa yang belum menemukan kartu pasangannya (soal dan jawaban), siswa tersebut diarahkan menempati tempat duduknya kembali. Setelah itu kartu dikumpulkan kembali dan dikocok dan dibagikan kepada siswa secara acak,dan begitu seterusnya.

Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran hari ini, kemudian guru memberikan soal evaluasi siklus II.

4.1.4.3 Observasi

Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi atau pengamatan yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada pertemuan berikutnya.

4.1.4.4 Hasil Analisis Data Tes Formatif Siklus II

Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif yang dikerjakan siswa pada akhir pembelajaran siklus II. Deskripsi hasil belajar tes formatif pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:

(14)

Tabel 4.9

Deskripsi Hasil Belajar Tes Formatif Pada Siklus II Jumlah siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata - rata

15 70 100 84

Hasil belajar siswa pada tes formatif siklus II dapat diketahui dari tabel 4.9 bahwa nilai terendah siswa adalah 70 dan nilai tertinggi siswa adalah 100. Rata- rata nilai siswa kelas IV pada siklus II adalah 84. Rata – rata nilai siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata – rata nilai tes formatif siswa pada siklus I yaitu 71,67.

Data hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10

Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Siklus II

No Nama siswa kelamin Jenis Nilai Kualifikasi

1 BP L 90 Tuntas 2 DN P 85 Tuntas 3 MT L 70 Tuntas 4 BA L 100 Tuntas 5 EW L 75 Tuntas 6 JE L 85 Tuntas 7 OG P 95 Tuntas 8 RM L 80 Tuntas 9 SA P 85 Tuntas 10 WT L 75 Tuntas 11 WF P 100 Tuntas 12 BN P 85 Tuntas 13 IS P 80 Tuntas 14 NG P 75 Tuntas 15 JS L 80 Tuntas Jumlah nilai 1260

Rata – rata nilai 84

Nilai Terendah 70

Nilai Tertinggi 100

Untuk lebih jelasnya, hasil belajar tes formatif siswa pada siklus II dapat dijabarkan pada tabel distribusi hasil belajar tes formatif siswa pada siklus II yang dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut:

(15)

Tabel 4.11

Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No Nilai Sesudah Siklus II Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%) Tuntas Tidak tuntas

1 95 - 100 3 20 √ - 2 89 - 94 1 6,67 √ - 3 83 - 88 4 26,67 √ - 4 77 - 82 3 20 √ - 5 71 - 76 3 20 √ - 6 65 - 70 1 6,67 √ - 7 <65 0 0 - - Jumlah 15 100

Nilai rata – rata 84

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas IV dari siklus I ke siklus II di SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. Untuk nilai < 65 tidak ada dengan presentase 0%, nilai 65 s/d 70 sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%, nilai 71 s/d 76 sebanyak 3 siswa dengan persentase 20%, nilai 77 s/d 82 sebanyak 3 siswa dengan persentase 20%, nilai 83 s/d 88 sebanyak 4 siswa dengan persentase 26,67%, nilai 89 s/d 94 sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%, dan nilai 95 s/d 100 sebanyak 3 dengan persentase 20%. Jadi dengan menggunakan model pembelajaran make a match pada siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat sebanyak 14 siswa. Berdasarkan distribusi atau sebaran hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, dapat dituangkan dalam bentuk diagram yang dapat dilihat pada gambar 4.5 sebagai berikut:

(16)

Gambar 4.5

Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

Untuk lebih jelasnya, ketuntasan hasil belajar tes formatif siswa pada siklus II kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12

Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Persentase (%) 1 Tuntas (≥ 65) 15 100% 2 Belum Tuntas (≤ 65) 0 0% Jumlah 15 100 %

Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa persentase siswa yang tuntas sebanyak 100% dan yang tidak tuntas sebanyak 0% .Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar tes formatif siswa pada siklus II, dapat dijabarkan dalam gambar 4.6 sebagai berikut:

Gambar 4.6

Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

(17)

4.1.4.5 Refleksi

Berdasarkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan model Make a Match, hasil belajar siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan. Nilai seluruh siswa kelas IV 100% tuntas pada siklus II dan mencapai KKM. Dan sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80%. Siswa sudah aktif dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match. Dan Indikator keberhasilan penelitian untuk variabel hasil belajar sudah tercapai pada siklus II.

4.1.5 Analisis Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan, Siklus I dan Siklus II

Perbandingan ketuntasan siswa sebelum dilakukan tindakan, siklus I dan siklus II dapat dijabarkan dalam tabel 4.13 sebagai berikut:

Tabel 4.13

Perbandingan Ketuntasan Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan, Siklus I dan Siklus II

No Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II

1 Tuntas (≥ 65) 6 10 15

2 Belum Tuntas (≤ 65) 9 5 0

Jumlah 15 15 15

Dari tabel 4.14, Perbandingan ketuntasan siswa diatas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan jumlah siswa yang tuntas hanya 6 orang, sedangkan setelah siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa dan siklus II jumlah siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa atau semua siswa tuntas. Pada klasifikasi tidak tuntas, sebelum diadakan tindakan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 9 orang pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, setelah siklus I jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 5 orang dan siklus II tidak ada siswa tidak tuntas artinya semua siswa atau 15 siswa mengalami ketuntasan belajar (≥ KKM=65). Hal ini membuktikan bahwamelalui model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan table 4.13 diatas maka perbandingan siswa tuntas dan tidak tuntas dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

(18)

Gambar 4.7

Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan,

Siklus I, dan Siklus II

Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, siklus I dan siklus II, dapat dijabarkan dalam bentuk tabel 4.14 sebagai berikut:

Tabel 4.14

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan, Siklus I dan Siklus II

No Tindakan Persentase Ketuntasan

1 Sebelum Tindakan 40%

2 Siklus I 66,67%

3 Siklus II 100%

Dari tabel 4.14 diatas dapat dilihat persentase ketuntasan sebelum dilakukan tindakan adalah 40%, pada siklus I persentase ketuntasan meningkat menjadi 66,67% dan pada siklus II persentase ketuntasan menjadi 100%. Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, siklus I dan siklus II, dapat dijabarkan dalam gambar 4.8 sebagai berikut:

(19)

Gambar 4.8

Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan, Siklus I dan Siklus II 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang menyatakan tingkat pemahaman siswa kelas IV khususnya Mata pelajaran IPS masih rendah, dan hasil belajar siswa masih banyak yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini salah satu penyebabnya adalah karena guru dalam penyampaian pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Dimana guru hanya berceramah di depan kelas dan siswa mendengarkan, sehingga siswa hanya pasif saat pembelajaran dan pembelajaran terkesan membosankan. Siswa terlihat jenuh karena pembelajaran selalu monoton sehingga menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS rendah. Proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan menunjukkan hasil belajar yang rendah yaitu siswa yang nilainya memenuhi KKM sebanyak 6 siswa atau 40% dari 15 siswa dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 40 dengan rata-rata hanya 63,33.

Adanya perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan (6 siswa) telah mampu menangkap materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah, dan mempunyai kemampuan belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang lain, sedangkan 9 siswa yang belum bisa menangkap materi yang disampaikan guru dengan ceramah karena kemampuan dalam belajar mereka masih rendah jika menerima pembelajaran dengan

(20)

bentuk ceramah. Oleh karena itu diperlukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajara siswa di kelas agar lebih baik dalam memahami materi pembelajaran.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nana sudjana (2010 : 8) menyatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.

Peningkatan hasil belajar siswa didapatkan dari hasil perolehan nilai siklus I dan II adalah sebagai berikut:

i. Siklus I

Pada Siklus I melalui model pembelajaran Make a Match, rata-rata kelas meningkat menjadi 71,67. Siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 5 siswa atau 33,33% dan siswa yang memenuhi KKM sebanyak 10 siswa atau 66,67%. Dengan nilai terendah siswa yaitu 55 dan nilai tertinggi siswa yaitu 95.

ii. Siklus II

Pada Siklus II melalui model pembelajaran Make a Match, rata-rata kelas meningkat menjadi 84. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 15 siswa atau 100% dan artinya semua siswa telah tuntas. Dengan nilai terendah siswa yaitu 70 dan nilai tertinggi siswa 100.

Dari uraian diatas dapat dilihat kondisi sebelum dilakukan tindakan nilai rata-rata siswa 63,33 dan terdapat 6 siswa tuntas (40%) dari 15 siswa. Pada Siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 71,67 dan terdapat siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa (66,67%) dari 15 siswa. Pada Siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 84 dan 15 siswa tuntas (100%). Dapat dilihat dari hasil tersebut bahwa pembelajaran melalui model pembelajaran Make a Match lebih baik digunakan pada saat proses pembeljaran karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bagus Edi Rosanto “Penerapan Model Pembelajaran Make a Match Pada Mata Pelajaran IPS

Tentang Keadaan Alam Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V di SD Negeri Semanggi 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora “. Selain itu penelitian

(21)

Raehanum, dan Heny Ambarwati. Peneliti menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran sebelum dilakukan tindakan, siklus I dan siklus II terjadi peningkatan rata-rata kelas dan persentase ketuntasan hasil belajar. Adanya peningkatan ini menunjukan bahwa model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar.

Tujuan pembelajaran Make a Match ini untuk mengembangkan atau membangun keaktifan dan pengetahuan siswa dalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran Make a Match tidak lain sebagai fasilitator, moderator, motivator dan evaluator pada proses pembelajaran yang selanjutnya mengarahkan atau membimbing siswa. Model pembelajaran Make a Match sangat efektif karena siswa akan terlihat aktif saat pembelajaran dan sistem kerja sama, komunikasi antar siswa terjalin dengan baik. Kondisi pembelajaran seperti ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa, karena siswa akan lebih memahami materi ketika siswa menemukan pengetahuannya sendiri yaitu dengan cara berdiskusi atau bekerjasama dengan temanya. Pada akhirnya model pembelajaran Make a Match membawa perubahan positif pada siswa dalam pembelajaran IPS. Dan siswa tidak akan merasa bosan dalam pembelajaran, karena dengan model pembelajaran make a match ini, siswa bisa belajar sambil bermain.

Gambar

Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Tindakan
Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa  Pada Siklus I
Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa  Pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Menyediakan biaya-rendah, cara yang mudah untuk mengorganisir informasi dan komunikasi data. Handheld

Dengan penelitian deskriptif ini diharapkankesesuaian komponen lembar kerja siswa (LKS) pola 5M bermuatan nilai kreatif dalam pembuatan alat penjernih air dapat digambarkan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil pemecahan masalah matematika siswa SMP kelas VIII ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ) tinggi yang

The model of corporate governance system in western perspective raises an issue of the design of an efficient corporate governance structure of the Islamic financial

Khutbah Rasulullah saw menyongsong bulan suci Ramadhan sebagai bulan mulia, bulan ibadah, bulan santunan. Dari Salman RadhiyaLlahu ‘anhu, katanya: Rasulullah saw berkhutbah

ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR BAHASA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.. Nomenklatur, Lokasi, dan Wilayah Kerja

a. Program pelatihan strategi/metode pembelajaran. Program ini menempati urutan nomor satu berdasarkan dari pemetaan kebutuhan peningkatan kompetensi guru PAI SD

Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu untuk peruntukan air (j) dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang