• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV memuat hasil penelitian dan pembahasan menguraikan 3 (tiga) hal pokok yaitu, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan. Deskripsi hasil penelitian memaparkan tentang, (1) deskripsi keadaan awal (prasiklus), (2) pelaksanaan penelitian siklus I tentang upaya meningkatkan prestasi belajar matematika tentang volume melalui demonstrasi, pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejoagung 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati semester I tahun pelajaran 2011/2012, sampai dengan pelaksanaan siklus II, (3) pembahasan hasil penelitian. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus yang berdaur-ulang dan berkelanjutan dari siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari tiga tahap, yakitu: (1) tahap perencanaan (planning), (2) tindakan (acting) dan observasi (observing), dan (3) refleksi (reflecting).

4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal)

Pembelajaran yang dilakukan sebelum tindakan diberikan disebut dengan keadaan awal (prasiklus). Dalam kondisi ini pembelajaran berjalan seperti biasanya belum diberi tindakan, sehingga perbaikan pembelajaran belum ada. Pembelajaran yang berlangsung merupakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Selama pembelajaran berlangsung, guru menyampaikan materi sementara siswa mendengarkan, dan guru sesekali memberikan pertanyaan dengan maksud agar siswa ikut aktif di dalam pembelajaran. Tetapi guru sangat dominan dan memegang kendali penuh atas pembelajaran yang sedang berlangsung. Sehingga alur pembelajaran banyak dari atas ke bawah atau dengan kata lain informasi hanya searah yang menyebabkan interaksi antara siswa dengan guru kurang aktif. Demikian juga interaksi antar siswa tidak terjadi karena dibatasi oleh dominasi guru. Siswa belajar sendiri dalam kelas, tidak ada pendampingan dari guru. Begitu pula, guru mengajar tanpa menggunakan alat peraga yang dapat membantu pemahaman siswa. Jarang siswa diberi contoh

(2)

menyelesaikan soal. Di akhir pembelajaran guru langsung memberikan tugas kepada siswa atau tes.

Pada akhir pembelajaran diadakan tes untuk memberikan penilaian. Hasil tes ini merupakan prestasil belajar siswa, meskipun pembelajaran yang berlangsung bersifat konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, dan dalam menyampaikan materi guru menggunakan metode ceramah. Secara rinci hasil tes yang merupakan prestasi belajar matematika disajikan dalam tabel 4.1 di halaman berikut.

Prestasi belajar siswa yang diperoleh dari tes tersebut berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa yaitu skor minimal yang dicapai siswa sebesar 35, skor maksimal 75.

Berdasarkan observasi hasil belajar siswa kelas V SDN Rejoagung Kecamatan Trangkil sebelum dilaksanakan penelitian pada awal semester I tahun pelajaran 2011/2012, banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika. Hal tersebut mempengaruhi perolehan nilai ulangan siswa. Setiap tes evaluasi banyak siswa yang perolehan nilainya di bawah KKM. KKM yang ditetapkan dalam semester I sebesar 70, sehingga banyak siswa yang mengikuti program remedial. Berdasarkan tabel 4.1 distribusi skor tes pada kondisi prasiklus di atas, menunjukkan distribusi yang condong kepada siswa yang tidak tuntas, yakni banyaknya siswa yang memperoleh skor di bawah KKM. Jumlah siswa yang mencapai skor 70 dicapai oleh 11 dari 26 siswa 42,31%. Dengan demikian siswa yang belum mencapai 70 sebanyak 15 dari 26 siswa (57,69%). Jumlah siswa yang belum mencapai skor 70 ini menunjukkan angka yang tinggi, mengingat bahwa persentase mencapai lebih 50 %. Begitu pula skor minimal yang dicapai jauh dari skor KKM yang ditetapkan sebesar 70 yakni 35, dan skor maksimal yang dicapai mendekati 70 yakni 75. Persoalan yang dialami adalah distribusi pencapaian prestasi belajar yang condong ke bawah, masih banyak siswa yang berada di bawah KKM. Adapun persentase siswa yang tertinggi, terletak pada skor 70 yakni 40 %. Persentase yang lumayan tinggi pada batas KKM.

(3)

Tabel 4.1

Distribusi Skor Tes Pada Kondisi Prasiklus

Nilai Frekuensi Persentase (%) Jml=N * F Ketuntasan

35 5 19.23 175 Belum Tuntas 40 3 11.54 120 Belum Tuntas 45 2 7.69 90 Belum Tuntas 50 2 7.69 100 Belum Tuntas 55 1 3.85 55 Belum Tuntas 60 1 3.85 60 Belum Tuntas 65 1 3.85 65 Belum Tuntas 70 10 40.00 700 Tuntas 75 1 3.85 75 Tuntas Jumlah 26 100 1440 Rata-rata 55.38

Sayangnya, tidak diikuti dengan skor yang tinggi lainnya. Sedangkan persentase tertinggi ke dua, terletak pada skor yang terbawah (minimal) yakni 35 dicapai 19,23 %. Begitu pula rata-rata skor tes kelas V berada di bawah KKM yang ditetapkan 70 yakni sebesar 55,38. Ketidak merataan perolehan skor ini, dimungkinkan sekali karena pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas lebih bersifat individual, sehingga kemampuan siswa satu tidak dapat disharekan kepada siswa yang lain.

Berdasarkan analisis perolehan skor tes pada kondisi pra siklus ini, baik skor tes tertinggi, skor tes terendah dan rata-rata perolehan hasil evaluasi, maupun masih besarnya siswa yang belum tuntas, maka perlu adanya perbaikan pembelajaran di kelas V SD Negeri Rejoagung.

Distribusi persentase skor tes berdasarkan ketuntasan dapat dilihat pada tabel 4.2 halaman berikut. Tabel 4.2 menunjukkan distribusi persentase ketuntasan belajar matematika tentang menentukan volume balok dan kubus bagi siswa kelas V SDN Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada semester I tahun 2011/2012, nampak bahwa hasil belajar pada kondisi

(4)

pra siklus yaitu kondisi sebelum diberi tindakan yang belum tuntas dengan skor di bawah 70 ada 15 sebesar 57,69 %.

Tabel 4.2

Distribusi Persentase Ketuntasan Belajar Pada Prasiklus

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )

1. Tuntas dengan skor 70 11 42.31 2. Tidak tuntas dengan skor < 70 15 57.69

Kondisi kelas seperti ini, menunjukkan kegagalan dalam proses pembelajaran, sehingga seolah-olah pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak ada artinya, sehingga sebenarnya tanpa pembelajaranpun, ya kemampuan siswa seperti itu. Kondisi tersebut secara lebih jelas ditunjukkan juga melalui gambar 4.1 tentang perbandingan ketuntasan belajar matematika tentang menentukan volume balok dan kubus bagi siswa kelas V SDN Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada semester I tahun 2011/2012 pada kondisi pra siklus disajikan berikut ini.

Gambar 4.1

(5)

4.2 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Siklus I

Kegiatan pelaksanaan siklus I adalah pemberian tindakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dalam menentukan volume bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejoagung 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 melalui demonstrasi. Dalam pelaksanaan siklus I ini melalui 3 tahapan kegiatan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan, dan refleksi. Penjelasan masing-masing tahap sebagai berikut.

4.2.1 Tahap Perencanaan (planning)

Tahap awal penelitian siklus I adalah perencanaan. Perencanaan dilaksanakan untuk mempersiapkan proses pembelajaran di kelas sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar matematika menentukan volume bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejoagung 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 melalui metode demonstrasi. Pembelajaran yang sering dilakukan di kelas dengan menggunakan metode ceramah yang berpusat pada guru, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengamati obyek dari apa yang didengar, dilihat, dan bacanya yang bersumber dari materi ajar. Permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran adalah penerapan metode pembelajaran yang kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktivitas dan menggali sendiri potensi yang dimiliki siswa untuk menjadi terampil, aktif menggali, menemukan, yang selanjutnya membuat simpulan, dan sekaligus menyampaikan hasil simpulan kepada orang lain (teman sekelas, antar kelas, dan guru).

Guru masih kesulitan dalam mengembangkan keterampilan dan sikap karena penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Melihat kenyataan tersebut, guru secara profesional harus melakukan uji coba dalam proses belajar mengajar dengan berbagai pendekatan dan metode mengajar, agar siswa mampu menguasai materi pelajaran dengan optimal. Dalam pembelajaran matematika menentukan volume bagi siswa kelas V

(6)

Sekolah Dasar Negeri Rejoagung 01 disusunlah strategi pembelajaran dengan metode demonstrasi.

Perencanaan (planning) yang merupakan langkah pertama dari siklus I penelitian tindakan kelas, upaya meningkatkan prestasi belajar matematika menentukan volume bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejoagung 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 melalui metode demonstrasi, diawali dengan kegiatan sebagai berikut.

1. Penentuan kesulitan belajar siswa terhadap kompetensi dasar menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

2. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kompetensi dasar menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah melalui demonstrasi. 3. Menyusun lembar kerja siswa dan bahan demonstrasi.

4. Penyusunan alat evaluasi.

5. Penyiapan lembar pengamatan (observasi), baik untuk guru maupun siswa, guna mencatat dan mengamati perkembangan dan situasi belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

6. Menyiapkan tenaga observasi.

7. Penyiapan format ruang kelas dan kelompok yang paling tepat untuk berdemonstrasi.

8. Menyiapkan format evaluasi dan analisis hasil evaluasi siklus I.

4.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Langkah penelitian tahap kedua adalah tindakan yang sekaligus dibarengi dengan kegiatan pengamatan/observasi. Tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahap pelaksanaan (actuating) aksi pembelajaran. Sedang kegiatan pengamatan/observasi adalah kegiatan mengobservasi aktifitas siswa dan kemampuan guru selama pelaksanaan pembelajaran.

(7)

Pada kegiatan ini seluruh langkan-langkah pembelajaran meningkatkan prestasi belajar untuk kompetensi dasar menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah melalui demonstrasi yang telah dirancang diterapkan. Kegiatan tahap pelaksanaan (actuating) sebagai berikut.

1. Membuka pelajaran dengan memberikan salam kepada siswa dilanjutkan presensi siswa.

2. Kegiatan apersepsi dengan mengingatkan tentang bangun datar, bangun ruang, dan volume melalui sejumlah pertanyaan.

3. Memaparkan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar pembelajaran yang dicapai.

4. Penataan tempat duduk/ruang kelas berdasarkan kelompok.

5. Memberikan penjelasan ringan tentang mencari volume balok dan kubus,

6. Mempersiapkan peralatan dan bahan demonstrasi mencari volume balok dan kubus.

a. Memberikan lembar tugas siswa kepada kelompok untuk dipratikkan dengan berdemonstrasi beserta langkah-langkahnya.

7. Memberikan kesempatan siswa pada setiap kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompoknya.

8. Melakukan pembimbingan dan memberikan motivasi siswa/kelompok untuk menyelesaikan tugas dengan berdiskusi/bekerjasama.

9. Memberikan kesempatan pada beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.

10. Memberikan kesempatan kepada siswa/kelompok lain untuk mengamati dan mengidentifikasi hasil presentasi kelompok lain.

11. Memberikan kesempatan kelompok yang melakukan presentasi untuk memberikan tanggapan/jawaban.

12. Memberikan bimbingan dan penegasan apabila diperlukan.

13. Memberikan penilaian hasil presentasi dan diskusi kelompok dan menyimpulkan bersama dengan siswa.

(8)

14. Memberikan contoh mencari volume balok dan kubus sebagai penguatan atas penguasaan materi bahan ajar.

15. Memberikan evaluasi sebagai bagian yang tidak terpisah dari seluruh proses pembelajaran.

Kegiatan proses belajar mengajar sebagai bentuk pelaksanaan peneltian tindakan kelas di atas dibarengi dengan kegiatan observasi. Observasi dilakukan untuk memperoleh data dari guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I untuk memperoleh gambaran, bahwa guru telah berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan, dan semua aturan yang harus dikerjakan oleh siswa disampaikan dengan jelas. Selain itu guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa terhadap tugas yang diberikan. Temuan selama pengamatan pada pertemuan pertama siklus I untuk guru maupun siswa sebagai berikut.

a. Siswa belum aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Rata-rata skor keaktifan siswa berdasarkan lembar pengamatan pada lampiran 4, sebesar 67,92.

c. Pada kegiatan tertentu masih harus mendapatkan perhatian guru, pada lembar observasi ditemukan persentase aktivitas siswa yang masih rendah yaitu 74,71%.

Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi siklus I meningkatkan prestasi belajar matematika menentukan volume melalui demonstrasi bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejoagung 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada semester I tahun pelajaran 2011/2012, disajikan pada tabel 4.3 di halaman berikut.

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata 67,31 yang telah menunjukkan adanya kenaikan dari skor tes sebelumnya yakni

(9)

55,38 dengan skor minimal yang naik 10 yakni dari skor 33 pada kondisi prasiklus naik menjadi 45 pada siklus I, kenaikan ini merupakan kenaikan yang berarti dan bermakna.

Tabel 4.3

Distribusi Skor Tes Siklus I

Artinya tindakan yang diberikan berupa demontrasi dalam kelompok dapat mendorong siswa pada golongan terbawah naik skornya. Skor maksimal mengalami kenaikan sebesar 15 yakni dari 75 menjadi 90. Ini artinya pemberian tindakan memiliki dampak yang berarti bagi siswa pada golongan teratas. Meskipun demikian, besarnya persentase ketuntasan belajar klasikal mengalami kenaikan yang tidak signifikan yakni dari kondisi pra siklus 42,31 % (11 siswa) menjadi 46.15 % (12 siswa) pada siklus I. Dengan demikian adanya tindakan, hanya menaikkan 1 siswa untuk tuntas.

Mendasarkan pada tabel 4.3 tersebut di atas, maka distribusi hasil belajar matematika bagi siswa kelas V SDN Rejoagung Trangkil Pati terutama untuk materi menentukan volume balok dan kubus yang mencapai persentase terbesar adalah pada skor 55 dan tidak tuntas yakni sebesar Nilai Frekuensi Persentase (%) Jml=N * F Ketuntasan

45 2 7.69 90 Belum Tuntas 50 2 7.69 100 Belum Tuntas 55 5 19.23 275 Belum Tuntas 60 3 11.54 180 Belum Tuntas 65 2 7.69 130 Belum Tuntas 70 1 3.85 70 Tuntas 75 2 7.69 150 Tuntas 80 3 12.00 240 Tuntas 85 5 19.00 425 Tuntas 90 1 3.85 90 Tuntas Jumlah 26 100 1750 Rata-rata 67.31

(10)

19,23 % atau 5 siswa, sedangkan persentase terkecil sebesar 3,85 % atau 1 siswa dengan skor 70 dan 90 dicapai pada batas skor KKM 70 dan di atas KKM, perolehan skor tersebut dinyatakan tuntas. Kondisi ini menunjukkan peningkatan hasil belajar yang bermakna namun tipis, sehingga tindakan yang diberikan perlu mendapat perhatian. Ketuntasan belajar ini juga dapat ditunjukkkan melalui tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Distribusi Ketuntasan Belajar Matematika Pada Siklus I

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar yang diukur dengan KKM diatas atau sama dengan 70, dicapai oleh 12 siswa atau 46,15 % dan ada 14 siswa lainnya atau sebesar 53,85% dari seluruh siswa yang ada belum mencapai ketuntasan dalam belajar matematika untuk menentukan volume balok dan kubus. Ini artinya 53,85% dari jumlah siswa atau setidaknya 14 (empat belas) siswa masih mengalami kesulitan belajar dalam menentukan volume.

Rata-rata prestasi belajar 67,31, yang berada di bawah KKM. Kondisi ini memerlukan tindakan yang benar-benar tepat, sehingga dapat menaikkan rata-rata di atas KKM.

Deskripsi hasil penelitian siklus I lebih rinci dapat dilihat pada gambar 4.2 di halaman berikut.

Berdasarkan hasil penelitian di lampiran 1, tabel dan gambar, telah menghasilkan 12 siswa memperoleh kriteria tunas dari KKM yang ditetapkan atau 46,15% keberhasilan dalam proses belajar mengajar dan Kategori Jumlah Siswa Persen ( % ) 1. Tuntas dengan skor ≥70 12 46.15 2. Tidak tuntas dengan skor < 70 14 53.85

(11)

14 siswa tidak tuntas atau 53,85%. Lebih dari 50% siswa yang tidak tuntas menjadi perhatian khusus untuk dicari penyebab kegagalannya.

Gambar 4.2

Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Pada Kondisi Siklus I

Rata-rata prestasi belajar 67,31, yang berada di bawah KKM juga pendapatkan perhatian. Keberhasilan siklus I yang mendekati 50%, atau tepatnya 46,15% ini menunjukkan perkembangan yang baik untuk pembelajaran, sehingga siklus penelitian dilanjutkan ke siklus II untuk mendapatkan hasil prestasi belajar anak yang lebih baik.

Kegiatan selanjutnya adalah masuk pada siklus II untuk meningkatkan prestasi belajar matematika menentukan volume bagi siswa kelas V Sekolah Dasar melalui demonstrasi. Hasil siklus I dijadikan dasar untuk menyusun perbaikan kerangka pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan demonstrasi.

Proses pembelajaran siklus I yang menunjukkan adanya kelemahan ditingkatkan dengan menyempurnakan kelemahan-kelemahan yang ada.

(12)

Hasil dari penyempunaan tersebut dilaksanakan di penelitian tindakan kelas siklus II.

4.2.3 Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus I, terhadap proses belajar mengajar dan evaluasi peningkatkan prestasi belajar matematika menentukan volume bagi siswa kelas V Sekolah Dasar melalui demonstrasi, dikemukakan beberapa hal sebagai berikut.

1. Kesungguhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dalam memperhatikan penjelasan guru belum maksimal. Hasil yang belum maksimal didasarkan pada perolehan data 12 siswa berhasil memperoleh kriteria tunas dari KKM yang ditetapkan atau hanya 46,15% keberhasilan dalam proses belajar mengajar dan 14 siswa tidak tuntas atau 53,85%.

2. Berdasarkan data tersebut kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran dipersiapkan lebih awal.

3. Hasil evaluasi siklus I menjadi dasar penyempurnaan kegiatan pada sikulis II.

4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan penelitian pada siklus I sebagai tindakan pelaksanaan pembelajaran atau pelaksanaan proses belajar mengajar upaya meningkatkan prestasi belajar matematika menentukan volume bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejoagung 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 melalui demonstrasi, seluruh proses belajar mengajar dengan langkah-langkahnya telah dilaksanakan sampai pada akhir pembelajaran yaitu proses evaluasi dan hasil analisisnya. Hasil siklus I dengan segala kekurangannya dari hasil nontes, digunakan dasar perbaikan perencanaan pembelajaran melalui RPP pada siklus II untuk dapat memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan signifikan pada prestasi belajar anak dan pengalaman belajar anak.

(13)

4.3.1 Tahap Perencanaan

Perencanaan (planning) pada siklus I dievaluasi dan diperbaiki pada siklus II. Penyempurnaan dan perbaikan tersebut pada aspek sebagai berikut.

a. Menentukan kesulitan belajar siswa terhadap kompetensi dasar menghitung volume kubus dan balok pada siklus I berdasarkan hasil pengamatan.

b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kompetensi dasar menghitung volume kubus dan balok dengan pendekatan demonstrasi.

c. Menyusun lembar kerja siswa dan bahan demonstrasi. d. Penyusunan alat evaluasi.

e. Penyiapan lembar pengamatan (observasi), baik untuk guru maupun siswa untuk mencatat dan mengamati perkembangan dan situasi selama proses pembelajaran berlangsung.

f. Menyiapkan tenaga observasi.

g. Penyiapan format ruang kelas dan kelompok dan penyebaran anggota kelompok untuk melakukan demonstrasi.

4.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Langkah penelitian tahap kedua berupa tindakan, merupakan tahap pelaksanaan (actuating) aksi pembelajaran. Pada kegiatan ini seluruh langkah-langkah pembelajaran meningkatkan prestasi belajar untuk kompetensi dasar menghitung volume kubus dan balok dengan penerapan model demonstrasi yang telah dirancang diterapkan. Kegiatan tahap pelaksanaan (actuating) sebagai berikut.

a. Membuka pelajaran dengan memberikan salam kepada siswa dilanjutkan presensi siswa.

b. Kegiatan apersepsi dengan mengingatkan tentang menghitung volume kubus dan balok dengan sejumlah pertanyaan.

(14)

c. Memaparkan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar pembelajaran yang dicapai.

d. Penataan tempat duduk/ruang kelas berdasarkan kelompok.

e. Memberikan penjelasan ringan tentang menghitung volume kubus dan balok operasinya penekanannya pada kesulitan pada siklus I.

f. Memberikan lembar kerja siswa yang merupakan langkah-langkah untuk melakukan demonstrasi di dalam kelompok.

g. Memberikan kesempatan siswa pada setiap kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompoknya.

h. Melakukan pembimbingan dan memberikan motivasi siswa/kelompok untuk menyelesaikan tugas dengan berdiskusi/bekerjasama.

i. Memberikan kesempatan pada beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.

j. Memberikan kesempatan kepada siswa/kelompok lain untuk mengamati dan mengidentifikasi hasil presentasi kelompok lain.

k. Memberikan kesempatan kelompok yang melakukan presentasi untuk memberikan tanggapan/jawaban.

l. Memberikan bimbingan dan penegasan apabila diperlukan.

m. Memberikan penilaian hasil presentasi dan diskusi kelompok dan menyimpulkan bersama dengan siswa.

n. Memberikan contoh operasi menghitung volume kubus dan balok sebagai penguatan atas penguasaan materi bahan ajar (ditekankan pada penyelesaian soal cerita dan bangun kombinasi).

o. Memberikan evaluasi sebagai bagian yang tidak terpisah dari seluruh proses pembelajaran.

Bersamaan kegiatan pembelajaran kegiatan observasi/pengamatan juga dilaksanakan. Hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus II untuk memperoleh gambaran, bahwa guru telah berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan, dan semua aturan yang harus dikerjakan oleh siswa disampaikan dengan jelas. Selain itu guru

(15)

memberikan kesempatan bertanya kepada siswa terhadap tugas yang diberikan. Temuan selama pengamatan pada pertemuan pertama siklus II untuk guru maupun siswa sebagai berikut.

a. Siswa sangat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Rata-rata skor keaktifan siswa berdasarkan lembar pengamatan pada lampiran 5 sebesar 81,18, dengan persentase keberhasilan 92,60%. c. Pada kegiatan yang masih lemah dan siswa mengalami kesulitan telah

mendapatkan perhatian dan bimbingan guru, sehingga keaktivan siswa meningkat cukup signifikan .

Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi siklus II peningkatan prestasi belajar matematika menentukan volume melalui demonstrasi bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejoagung 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada semester I tahun pelajaran 2011/2012, dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Distribusi Skor Tes Siklus II

Nilai Frekuensi Persentase (%) Jml=N * F Ketuntasan

45 1 3.85 45 Belum Tuntas 50 1 3.85 50 Belum Tuntas 55 1 3.85 55 Belum Tuntas 65 2 7.69 130 Belum Tuntas 70 3 11.54 210 Tuntas 75 5 19.23 375 Tuntas 80 3 11.54 240 Tuntas 85 1 3.85 85 Tuntas 90 4 15.38 360 Tuntas 95 4 15.38 380 Tuntas 100 1 3.85 100 Tuntas Jumlah 26 101 2030 Rata-rata 78.08

(16)

Berdasarkan tabel 4.5 berikut menunjukkan bahwa skor rata-rata 78,08 yang telah menunjukkan adanya kenaikan dari skor tes sebelumnya yakni 67,31 dengan skor minimal yang tetap 45 seperti pada siklus I, kondisi ini merupakan kondisi yang tidak berarti dan tidak bermakna.

Artinya tindakan yang berupa demonstrasi dalam kelompok tidak mendorong siswa pada golongan terbawah naik skornya. Skor maksimal mengalami kenaikan sebesar 10 yakni dari 90 menjadi 100. Ini artinya pemberian tindakan memiliki dampak yang berarti bagi siswa pada golongan teratas. Meskipun demikian, besarnya persentase ketuntasan belajar klasikal mengalami kenaikan yang tidak signifikan yakni dari kondisi pra siklus 46.15 % (12 siswa) menjadi 80.77% (21 siswa) pada siklus II.

Persentase kenaikan sebesar 34,62 % merupakan kenaikan yang bermakna atau berarti, artinya kenaikan tersebut memberi dorongan yang besar sehingga dapat menaikkan 9 siswa untuk tuntas. Mendasarkan pada tabel 4.5 tersebut di atas, maka distribusi hasil belajar matematika bagi siswa kelas V SDN Rejoagung Trangkil Pati terutama untuk materi menentukan volume balok dan kubus yang mencapai persentase terbesar adalah pada skor 75 dan tuntas yakni sebesar 19,23 % atau 5 siswa, sedangkan persentase terkecil sebesar 3,85 % atau 1 siswa dengan skor 45, 50, 55 termasuk tidak tuntas, dan skor 85 dan 100 dinyatakan tuntas. Kondisi ini menunjukkan peningkatan hasil belajar yang bermakna dan penyebaran skor hampir merata. Ketuntasan belajar ini juga dapat ditunjukkkan melalui tabel 4.6 di halaman berikut.

Tabel 4.6

Distribusi Ketuntasan Belajar Matematika Pada Siklus II

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )

1. Tuntas dengan skor ≥70 21 80,77

(17)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar yang diukur dengan KKM diatas atau sama dengan 70, dicapai oleh 21 siswa atau 80,77 % dan ada 5 siswa lainnya atau sebesar 19,23% dari seluruh siswa yang ada belum mencapai ketuntasan dalam belajar matematika untuk menentukan volume balok dan kubus. Ini artinya setidaknya ada 5 (lima) siswa yang masih mengalami kesulitan belajar dalam menentukan volume.

Rata-rata prestasi belajar 78,08, berada di atas KKM berarti sebagian besar telah mengalami tuntas. Deskripsi pelaksanaan siklus II dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.3

Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Pada Kondisi Siklus II

4.3.3 Refleksi (Reflecting).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus II, terhadap proses belajar mengajar dan evaluasi peningkatan prestasi belajar matematika menentukan volume bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejoagung 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 melalui demonstrasi, dikemukakan beberapa hal sebagai berikut.

(18)

Kesungguhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dalam memperhatikan penjelasan guru menghasilkan maksimal. Hasil yang maksimal didasarkan pada perolehan 21 siswa yang berhasil memperoleh kriteria tunas dari KKM yang ditetapkan atau 80,77% keberhasilan dalam proses belajar mengajar dan hanya 2 siswa tidak tuntas atau 19,23% Berdasarkan data tersebut maka kegiatan belajar berhasil signifikan.

Hasil Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan untuk pengambilan data dan perubahan-perubahan selama proses kegiatan belajar mengajar upaya peningkatan prestasi belajar matematika menentukan volume melalui demonstrasi bagi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejoagung 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 dilaksanakan. Observasi dilakukan untuk mengetahui respon perilaku siswa dalam mengikuti dan menerima pembelajaran matematika. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dua orang guru teman sejawat untuk kompetensi dasar menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Kegiatan observasi meliputi; (1) Memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan materi pelajaran dari guru. (2) Aktif dan berani mencoba melakukan demonstrasi dengan bantuan buku sumber. (3) Aktif mencari dengan membaca buku pegangan untuk melakukan demonstrasi mencari volume. (4) Memperhatikan teman saat menjelaskan hasil kerja kelompok. (5) Terlihat aktif mengerjakan dengan gembira dan senang pada saat kerja kelompok. (6) Siswa aktif bertanya kepada teman atau guru jika ada kesulitan. (7) Berani mengeluarkan pendapat dalam kelompok dan menjelaskan di depan kelas. (8) Berani menyanggah pendapat teman dengan sopan. (9) Melaksanakan demonstrasi secara bersama-sama, (10) Aktif menyalin catatan di dalam buku catatan. (11) Aktif mengerjakan soal-soal dengan menggunakan waktu yang efektif. Hasil Observasi pada siklus I, dan siklus II, dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

(19)

Hasil pengamatan ada peningkatan aktivitas pembelajaran dengan demonstrasi. Dari siklus I yang rata-rata aktivitas siswa sebesar 74,71% meningkat pada siklus II yaitu sebesar 92,60%. Demikian juga yang terjadi pada setiap item kegiatan.

Hasil Catatan Lapangan dan Wawancara

Catatan lapangan yang dapat dihimpun adalah kesulitan siswa dalam kecepatan berhitung masih kurang terampil. Ditemukan juga ada 2 siswa yang harus mendapatkan bimbingan khusus, karena dugaan sementara mengalami keterlambatan perkembangan intelegensi.

4.4 Pembahasan

Perbandingan hasil penelitian yang diperoleh dari keadaan prasiklus, siklus I dan siklus II disajikan dalam tabel 4.7 dan gambar 4.4 berikut ini.

Tabel 4.7

Perbandingan Distribusi Skor Antara Keadaan Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Skor

Prasiklus Siklus I Siklus II

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

35 5 19.23 40 3 11.54 45 2 7.69 2 7.69 1 3.85 50 2 7.69 2 7.69 1 3.85 55 1 3.85 5 19.23 1 3.85 60 1 3.85 3 11.54 65 1 3.85 2 7.69 2 7.69 70 10 40.00 1 3.85 3 11.54 75 1 3.85 2 7.69 5 19.23 80 3 11.54 3 11.54 85 5 19.23 1 3.85 90 1 3.85 4 15.38 95 4 15.38 100 1 3.85 Jumlah 26 102 26 100 26 100

(20)

Besarnya skor minimal pada prasiklus 35 dan naik 10 pada siklus I menjadi 45. Keadaan ini tidak terjadi pada siklus II, skor minimal yang dicapai pada siklus II sama dengan skor minimal yang dicapai pada siklus I yakni 45. Pada tabel tersebut Nampak penyebaran skor yang sedikit merata, namun pada prasiklus, penyebaran Nampak tidak merata dengan adanya persentase perolehan skor mencapai 40 %, sementara lainnya 4-7 % agak merata, dan menengahnya 11 dan 19 %.

Adapun perbandingan skor masing-masing siklus lebih jelas lagi ditunjukkan melalui gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.4

Grafik Distribusi Skor Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Gambar 4.4 menunjukkan dengan jelas, perkembangan kenaikan perolehan skor keadaan prasiklus, siklus I dan siklus II. Dalam gambar terlihat pada kondisi prasiklus, skor yang diperoleh oleh jumlah siswa yang terbanyak adalah pada skor 35 dan 70. Kondisi ini berbeda dengan kondisi siklus 1 yang menunjukkan kecenderungan berbeda. Hal ini berbeda pula dengan kondisi siklus II yang distribusi pencapaiannya ke arah skor normal, yakni siswa mencapai skor menengah dicapai oleh hampir 50 % dari seluruh jumlah siswa yang ada.

(21)

Pada gambar 4.4. juga nampak jelas, perbedaan perolehan jumlah siswa pada masing-masing skor di masing-masing siklus. Nampak skor 35 dan 40 hanya diperoleh pada pra siklus. Sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor pada siklus 1 menunjukkan grafik yang fluktuatif. Namun jumlah siswa yang memperoleh skor di siklus II lebih menunjukkan kearah kurve normal. Ini artinya tindakan yang diberikan mulai bermakna terjadi pada siklus II. Hal ini dimungkinkan karena pemberian tindakan yang ke II lebih baik daripada tindakan pada siklus. Mungkin guru lebih mantap dan menguasai tindakan yang diberikan.

Gambar 4.5 menunjukkan perbandingan skor minimal pada masing-masing siklus.

Gambar 4.5

Perbandingan Skor Minimal Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Besarnya skor minimal pada prasiklus sebesar 35. Dan siklus I sebesar 45. Pada keadaan ini mengalami kenaikan 10 dari 35 menjadi 45. Pada siklus II tidak mengalami kenaikan sama sekali.

(22)

Adapun besarnya skor maksimal pada prasiklus dan siklus I sebesar 80. Pada keadaan ini tidak mengalami kenaikan. Pada siklus II mengalami kenaikan 10 menjadi 90. Hal ini ditunjukkan pada gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6

Perbandingan Skor Maksimal Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Perbandingan rata-rata hasil belajar siswa ditunjukkan melalui gambar 4.7.

Gambar 4.7

(23)

Besarnya rata-rata per kondisi selalu mengalami kenaikan, meskipun kenaikan itu tidak selalu signifikan. Pada siklus I rata-rata sebesar 55,38, pada siklus I mengalami kenaikan sebesar 11,93 menjadi 67,31, dan naik sebesar 10,77 pada siklus II yakni 78.08. Kenaikan angka rata-rata antar siklus yang terjadi dari prasiklus ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II ini signifikan artinya kenaikan rata-rata yang terjadi bermakna, seperti terlihat melalui gambar 4.14 di atas.

Ketuntasan belajar klasikal pada prasiklus terdapat 15 dari 26 siswa atau sebesar 57,69% belum memenuhi ketuntasan belajar secara klasikal, oleh karena itu perlu ada perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan penggunaan metode demonstrasi menghitung volume kubus dan balok. Hal ini dapat menaikkan ketuntasan 1 siswa menjadi 12 pada siklus 1, dan naik menjadi 9 pada siklus II. Mendasarkan pada hasil ketuntasan tersebut, maka kenaikan yang signifikan hanya terjadi pada kondisi siklus I ke siklus II. Sedangkan kenaikan ketuntasan dari prasiklus ke siklus I dirasa tidak bermakna, karena pemberian tindakan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kesalahan terjadi pada pelaksanaan tindakan. Keadaan inilah yang mendorong perlunya dilakukan tindakan lebih lanjut. Adapun perbandingan persentase ketuntasan yang dialami oleh masing-masing siklus dapat ditunjukkan melalui gambar 4.8 berikut ini.

(24)

Gambar 4.8

Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Gambar

Tabel  4.6  menunjukkan  bahwa  ketuntasan  belajar  yang  diukur  dengan  KKM diatas atau sama dengan 70,  dicapai oleh  21  siswa  atau 80,77 %  dan ada 5 siswa lainnya atau sebesar 19,23% dari seluruh siswa yang ada  belum  mencapai  ketuntasan  dalam
Gambar  4.5  menunjukkan  perbandingan  skor  minimal  pada  masing-masing  siklus.

Referensi

Dokumen terkait

Pengendaliam yang dilakukan pada jenis gulma dominan adalah secara kimia dan mekanik karena pengendalian dengan cara ini memberikan efek yang sangat baik dalam

Pengaruh tingkat umur terhadap produktivitas Wilayah Bantul Lampiran 6 Variabel umur terhadap produktivitas secara logaritmic dan. quadratic

pertumbuhan panjang ikan lele dumbo pada setiap perlakuan penambahan inokulan bakteri tidak terlalu berbeda semua perlakuan memiliki nilai yang hampir sama, hanya

2 atau lebih jenis sitokine secara sinergis memiliki efek yg lebih besar dr pada. penjumlahan efek yg

Alternatif yang layak untuk dijalankan ialah alternatif 1 karena suku bunga yang ditawarkan lebih dari faktor diskon, sedangkan alternatif 2 dan alternatif 3 tidak layak karena

Dari hasil uji F secara serempak diketahui bahwa F hitung &gt;F tabel yang berarti H0 ditolak, keadaan tersebut menunjukkan bahwa variable bebas (program Jamsostek) secara

Sequence diagram menjelaskan secara detil urutan proses yang dilakukan dalam sistem untuk mencapai tujuan dari use case: interaksi yang terjadi antar class, operasi apa

Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain.