• Tidak ada hasil yang ditemukan

KIMIAWI SISTEM KEKEBALAN (IMUNOKIMIA) Oleh : Yudi Purnomo, M.Kes, Apt.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KIMIAWI SISTEM KEKEBALAN (IMUNOKIMIA) Oleh : Yudi Purnomo, M.Kes, Apt."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

KIMIAWI

SISTEM KEKEBALAN

(IMUNOKIMIA)

Oleh :

(2)

SISTEM IMUN

Sistem imun : semua mekanisme yg

digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan

terhadap bahaya yg dapat ditimbulkan berbagai bahan dlm lingkungan hidup.

Imunitas : adalah merupakan jawaban

reaksi tubuh terhadap bahan asing secara molekuler maupun seluler.

(3)

SISTEM IMUN

SISTEM PERTAHANAN NEGARA SISTEM PERTAHANAN TUBUH MUSUH / LAWAN ;  DARI LUAR  DARI DALAM ; - SUBVERSI - SEPARATISME MUSUH / LAWAN ;  DARI LUAR : - MIKROORGANISME - CHEMICAL AGENT  DARI DALAM ; - MUTASI SEL - SEL KANKER

(4)

SISTEM IMUN

SISTEM PERTAHANAN NEGARA SISTEM PERTAHANAN TUBUH SISTEM KOMUNIKASI  RADIO  TELEPON  SATELIT SISTEM KOMUNIKASI  SITOKIN  KEMOKIN  RESEPTOR

(5)

SISTEM IMUN

SISTEM PERTAHANAN NEGARA SISTEM PERTAHANAN TUBUH  SISKAMLING  HANSIP  POLRI  ANGKATAN DARAT  ANGKATAN LAUT  ANGKATAN UDARA  IMUNITAS BAWAAN = INNATE = NON SPESIFIK  IMUNITAS DIDAPAT = ADAPTIVE = SPESIFIK

(6)

SISTEM IMUN

INNATE / NON ADAPTIF (TIDAK SPESIFIK) AQURIED / ADAPTIVE (SPESIFIK)  Sejak lahir  Barisan pertahanan : - Fisik / Mekanik - Biokimiawi - Humoral - Selular

 Menghancurkan zat asing

 Berkembang sepanjang

hidup.

 Mengenal zat asing &

beradaptasi secara

individual terhadap tiap jenis patogen.

(7)

SISTEM IMUN

PERTAHANAN FISIK / MEKANIK / BIOKIMIAWI

Kulit, Mukosa, Silia, Batuk, Bersin, Asam Lambung

IMUNITAS BAWAAN / NON SPESIFIK Monosit, Makrofag, Basofil, Eosinofil, NK sel, Sitokin, Kemokin, Protein Fase Akut, Komplemen

IMUNITAS ADAPTIF / SPESIFIK

(8)

SISTEM IMUN

SISTEM IMUN

Innate / non adaptive Acquiried / adaptive

Defence Homeostasis Immune survaillance Specificity Diversity Immunological memory Discriminative

(9)

SISTEM IMUN

ACTORS IN THE IMMUNE RESPONSE

Innate immunity Adaptive immunity

Molecules Cells Molecules Cells

IFN Lysozyme Complement C-RP Prostaglandins Kinins Leukotrienes Cytokines Macrophages Microglia,Dendritic cella Langerhans cells,Kuffer cells

Alveolar M , Neutrophils, Eosinophils, Basophils

Mast cells, Platelets NK cells, Endothelial cells

Kidney mesangial cells Reticular cells

Ig T cells B cells

(10)

SISTEM IMUN NON SPESIFIK

(Innate Immunity System)

 Pertahanan tubuh yg tdk spesifik & mrp

bagian dari sistem immun yg berfungsi sbg barier terdepan pada awal terjadinya infeksi penyakit 

Natural / native immunity

 Sistem imun non spesifik meliputi :

1. Pertahanan Fisik / Mekanik 2. Pertahanan Biokimiawi

3. Pertahanan Humoral 4. Pertahanan Seluler

(11)

1. PERTAHANAN

FISIK / MEKANIK

1. Kulit, Selaput lendir, Silia, Batuk & Bersin 2. Kulit rusak akibat luka bakar

3. Selaput lendir rusak krn asap rokok 4. Tekanan oksigen ↑ paru bagian atas

(12)

2. PERTAHANAN

BIOKIMIAWI

1. pH asam keringat, sekresi sebaseus serta

asam lemak yg dilepas kulit  b’sifat asam  denaturasi protein membran bakteri  # infeksi.

2. Lisozim di keringat, ludah, air mata, ASI

 perlindungan thd bakteri gram (+) ve  m’rusak peptidoglikan dinding sel bakteri

3. Enzim Lakto oksidase di ASI & Saliva 

m’rusak dinding sel mikroba  kebocoran sitoplasma.

(13)

2. PERTAHANAN

BIOKIMIAWI

4. Antibodi & Komplemen di Saliva berfungsi sbg opsonisasi bakteri.

5. Asam Neuraminik di ASI bersifat sbg

antibakterial terhadap E. Coli & Stafilokokus 5. Asam Klorida di Lambung  m’ciptakan

suasana asam yg dpt m’cegah infeksi.

6. Enzim Proteolitik, Antibodi & Empedu

di usus halus  menciptakan suasana yg dpt m’cegah infeksi.

(14)

2. PERTAHANAN

BIOKIMIAWI

7. pH asam di Vagina  m’cegah infeksi M.O 8. Spermin di Sperma  m’cegah infeksi M.O 9. Laktoferin & Transferin di serum 

m’ikat Fe (besi) yg mrp metabolit esensial utk pertumbuhan M.O spt Pseudomonas.

(15)

3. PERTAHANAN

HUMORAL

1.

Komplemen (C)

2.

Interferon (IFN)

3.

C-Reaktif Protein (CRP)

4.

Kolektin

(16)

KOMPLEMEN (C)

 Tdd sejumlah protein yg jika diaktifkan akan

memberi proteksi thd infeksi & berperan dlm respon Inflamasi.

 Diproduksi o/ Monosit & hepatosit

 Di serum normal C bersama Antibodi mampu

membunuh bakteri gram (-) ve

 C diaktifkan langsung oleh :

- M.O/produknya (jalur alternatif imun inate) - Antibodi (jalur klasik imunitas adaptif)

(17)

KOMPLEMEN (C)

 Lisis sel bakteri dan virus

 Opsonisasi dg meningkatkan fagositosis Ag  Mengikat reseptor komplemen sel immun

 meningkatkan fungsi sel immun

(18)

INTERFERON (IFN)

 Mrp sitokin glikoprotein

 Diproduksi o/ Makrofage yg teraktivasi,

Natural Killer Sel (NK sel) & sel tubuh yg m’kandung nukleus.

 Respon thd infeksi virus.

 Mpy efek anti virus & dpt m’induksi sel di

sekitar sel yg terinfeksi virus  sel resisten thd virus.

(19)

INTERFERON (IFN)

Fungsi membantu respon immun dg :

 Menghambat replikasi virus pada host  Aktivasi NK sel dan Makrofage

 Meningkatkan presentasi Ag thd Limfosit  Meningkatkan resistensi sel host yg

(20)

C-REACTIVE PROTEIN

(CRP)

 Mrp protein fase akut

 Dg bantuan Ca mampu mengikat

fosforikolin yg mrp penyusun dinding M.O

 Peningkatan sintesa CRP pada kondisi

Infeksi  Viskositas plasma ↑  Laju

(21)

KOLEKTIN

 Mrp protein yg berfungsi sbg opsonin yg

mampu mengikat karbohidrat pada permukaan M.O

(22)

4. PERTAHANAN

SELULAR

 Fagosit

 Makrofage

 Natural Killer Sel (NK)  Sel Mast

(23)

SEL FAGOSIT

Termasuk sistim kekebalan non-spesifik

Terdiri dari : 1. Makrofag

2. Monosit = prekursor makrofag 3. Granulosit

Fungsi :

a. Mencerna bakteri/partikel  fagositosis

b. Produksi sitokin → a.l. aktivasi sel limfosit c. Presentasi antigen

(24)

SEL FAGOSIT

Sel fagosit terdiri atas dua kelompok, yaitu :

1. Granulosit ( PMN ) : 70%

ε

lekosit

 Netrofil : 68% lekosit.  Eosinofil : 1% lekosit  Basofil : 1% lekosit

2. Agranulosit (Sel mononuklear): 30%

ε

lekosit

- Limfosit : 25% lekosit - Monosit / makrofag : 5% lekosit

(25)
(26)
(27)

ZAT IMUNOAKTIF

Bekerja secara : - Independen

- Mendukung kerja sel-sel imun

Terdiri dari :

1. Sistem komplemen 2. Antibodi

(28)

SITOKIN

 Sitokin (sito= sel ; kinos= pergerakan)

adalah suatu molekul signaling yg digunakan komunikasi sel.

 Sitokin adalah peptida, protein atau

glikoprotein yg diproduksi sbg respon thd mikroba /Ag lain yg memperantarai &

mengatur sistem immun.

 Sitokin memperantarai reaksi inflamasi dan

(29)

SITOKIN

 Sitokin disekresikan oleh sel immun yg

terpapar patogen.

 Semua sel berinti khususnya sel endo/epitel

dan makrofage potensial memproduksi IL-1, IL-6, and TNF-α

 Kadar Sitokin (IL-6) meningkat 1000 x pada

kondisi infeksi dan trauma

 Sitokin berperan dalam pertahanan spesifik

(30)

SITOKIN

 Aksi Sitokin adalah

- autocrine :

bekerja pd sel yg memproduksi dirinya - paracrine,

bekerja pd sel tetangga - endocrine.

(31)

SITOKIN

 Sitokin yg berikatan dg Ab memiliki efek

immun lebih kuat daripada sitokin sendiri.

 Hal ini berperan untuk penurunan dosis

terapi.

 Stimulasi berlebihan terhadap sitokin

merupakan pemicu syndrome yg berbahaya 

cytokine storm

(32)

SITOKIN

 Sitokin diklasifikasikan berdasarkan

fungsinya, sel yg mensekresi /target aksinya

 Klasifikasi dari Sitokin :

-Lymphokine (cytokines made by lymphocytes), -Monokine (cytokines made by monocytes),

-Chemokine (cytokines w/ chemotactic activities) -Interleukin (cytokines made by one leukocyte & acting on other leukocytes).

(33)

SITOKIN

 Sitokin dibuat oleh beberapa sel immun dan

yg paling dominan adalah sel T helper (Th) dan Makrofage.

 Kelompok Sitokin yg memiliki struktur 3

dimensi dg 4 bundles of α-helices dibagi menjadi 3 sub kelompok :

- the IL-2 subfamily

- the interferon (IFN) subfamily - the IL-10 subfamily

(34)

SITOKIN

 Kelompok IL-1 family, anggotanya adalah

IL-1 and IL-18

 Kelompok IL-17 family, memiliki karakter

yang lengkap  kelompok sitokine ini mempunyai efek khusus meningkatkan proliferasi sel T yg menyebabkan efek sitotoksik,

(35)

SITOKIN

 Peningkatan respon sitokin type 1 (IFN-γ,

TGF-β, etc.), dan type 2 (IL-4, IL-10, IL-13, etc.), untuk membantu respon terhadap

Ab.

 Gangguan regulasi sitokin diatas berperan

(36)

SITOKIN

 Pada sistem imun non spesifik sitokine

memperantarai rx inflamasi terhadap

Mikroba dan stimulasi sistem imun spesifik.

 Pada sistem imun spesifik sitokine

m’stimulasi proliferasi dan diferensiasi Limfosit yg distimulasi Ag dan aktivasi efektor sel.

(37)

SITOKIN

 Interleukin 1 (IL-1), which activates T cells;  IL-2, which stimulates proliferation of

antigen-activated T and B cells;

 IL-4, IL-5, and IL-6, which stimulate proliferation

and differentiation of B cells;

 Interferon gamma (IFN-Ÿ), which activates

macrophages;

 and IL-3, IL-7 and Granulocyte Monocyte

Colony-Stimulating Factor (GM-CSF), which stimulate hematopoiesis.

(38)

SITOKIN

Peran Innate Adaptive

Jenis TNF, IL-1, IL-2, IL-12, IFN IL-2, IL-4, IL-5, IFN Sumber Sel NK, Makrofage Limfosit T

Fgs Fisiologi Mediator imun non

spesifik, RX Inflamasi Regulasi Limfosit & aktivator sel efektor Stimulus LPS (endotoxin), Virus,

Bakteri Peptidoglikan Protein Ag Efek Lokal & Sistemik Lokal

(39)

SIFAT SITOKINE

1. Pleiotropism

Satu sitokin memiliki beberapa efek pada sel yang berbeda.

Contoh peran IL-4 pada : - Sel B  Produksi Ig E

- CD4 Sel T  Diferensiasi TH2 - Makrofage  Inhibisi

(40)

SIFAT SITOKINE

2. Rebundancy

Beberapa jenis sitokin mempunyai efek yang sama (overlapping).

Contoh : IL-2, IL-4, IL-5 memiliki efek yg sama pada sel Limfosit B  utk keperluan Proliferasi.

(41)

SIFAT SITOKINE

3. Sinergy

2 atau lebih jenis sitokine secara sinergis memiliki efek yg lebih besar dr pada

penjumlahan efek yg dimiliki keduanya. Contoh : a = 1, b = 2

Sinergi : a + b > 3

IFN dan TNF  meningkatkan expresi MHC kelas I pada sejumlah sel.

(42)

SIFAT SITOKINE

4. Antagonisme

Satu sitokine mempunyai efek berlawanan dengan sitokine yg lain.

Contoh :

IFN  Meningkatkan Aktivasi Makrofage IL-4  Menghambat aktivasi Makrofage

(43)

KEMOKIN

 Kemokin adalah singkatan dari Kemotaktik

sitokin.

 Kelompok homolog sitokine yg berperan

stimulasi pergerakan leukosit dan mengatur perpindahan leukosit dari darah ke jaringan.

 Semua kemokin adalah polipeptide dg masa

8-12 KD.

 Jenis kemokin yg telah teridentifikasi 50

(44)

FUNGSI BIOLOGI

KEMOKIN

 Kemokin bukan hanya memiliki peran sbg

Kemoatraktan

Leukosit (seny. Kimia penarik leukosit ke tempat terinfeksi) tapi memiliki sejumlah fungsi a.l. :

1. Rekruit sel yg berperan dlm imunitas ke tempat yg terinfeksi.

2. Mengatur lalu lintas Limfosit dan Leukosit lain melalui jaringan perifer Limphoid.

3. Berhubungan dengan perkembangan berbagai organ.

(45)

SISTEM IMUN SPESIFIK

(Adaptive Immunity System)

 Sistem pertahanan tubuh lapis kedua bila

innate immunity tdk mampu mengeliminasi agen penyakit.

 Fagosit tdk mengenali agen infeksi krn

hanya sedikit reseptor yg cocok utk agen tsb atau agen tsb tdk bertindak sbg faktor

antigen terlarut (soluble antigen) aktif.

 Sistem ini melibatkan kerjasama antara

Antibodi, Komplemen, Fagosit, Sel T, Makrofage.

(46)

LIMFOSIT T

Sistem imun selular spesifik

Efek :

Sel inducer → aktivasi sitotoksik

Sel sitotoksik → menghancurkan antigen

Tugas khusus sebagai :

a.T helper 1 : mengaktifkan makrofag

b.T helper 2 : membantu sel B hasilkan antibodi

c. T killer : sel pembunuh

d.T-supressor/T-regulator : mengontrol kerja agar tak berlebihan

(47)

LIMFOSIT B

Sistem imun humoral spesifik Berkembang jadi :

-

Sel plasma yg memproduksi antibodi

Ig G, Ig M, Ig A, Ig D, Ig E

-

Sel-sel B-memori

:

Menyimpan informasi ttg Antigen segera mengenali pd kontak ulang

(48)

ANTIBODI

ANTIBODI ( Imunoglobulin = Ig):

 Bahan yg dibentuk sbg akibat rangsangan

imunogen dan bereaksi secara spesifik dg imunogen yg menginduksinya .

 Dapat bereaksi dgn Ag yg struktural

mendekati Ag penginduksi Ab spesifik, shg menyebabkan  Reaktifitas Silang

(49)

TEORI SINTESA ANTIBODI

1. Ehrlich’s Side-chain Theory :

Substansi dihasilkan setelah terpapar benda asing.

2. Instructive Theory ( Landsteiner ) :

Spesifisitas Ab terbentuk setelah bergabung dgn Ag , jadi antigen sbg template.

3. Selective Theory ( Jerne ) :

Ab yg keluar sudah spesifik.

4. Clonal Selection Theory ( Burnet ) : 5. Germ line & Somatic mutation

(50)

ANTIBODI

Fungsi :

1. Mengikat molekul antigen

2. Membangun fenomena biologi sekunder

- Opsonisasi

- Aktifasi Komplemen - Efek Sitotoksik

(51)

ANTIBODI

-semua Ig mengandung sedikitnya 2 rantai

berat & 2 rantai ringan -rantai ringan : 23kDa

-rantai berat : 53-75kDa -bentuknya seperti huruf

Y dengan pengikatan antigen terletak pada kedua ujung

(52)

ANTIBODI

-separuh rantai ringan menuju terminal karboksil ,disebut

regio konstan ( CL)

-3/4 rantai berat menuju terminal karboksil disebut

regio konstan (HL)

-bagian ujung terminal amino merupakan regio variabel

( ½ rantai ringan=VL, ¼ rantai berat = VH)

-semua rantai ringan bertipe : kappa atau lambda

(53)

ANTIBODI

- Tipe rantai berat (λ, μ, β, ε,

α) menentukan jenis imunoglobulin

- Rantai ringan-berat dan

antar rantai berat dihub oleh

ik disulfida

- Pada regio variabel

ditemukan regio yang

hipervariabel  menentukan spesifitas antibodi (CDR

=regio penentu komplementaritas)

(54)

STRUKTUR & FUNGSI

ANTIBODI (Ig)

(55)

ANTIBODI

- Yang berikatan dengan

epitop adalah CDR

- Ikatan Ab – Ag : non

kovalen

( ik.van der waals, ik

hidrogen, hidrofobik, gaya elektostatik)

- Fragmen konstan ( Fc)

menentukan fungsi efektor yang spesifik terhadap

(56)

PENGGOLONGAN

IMUNOGLOBULIN

1. Imunoglobulin G (Ig G) 2. Imunoglobulin D (Ig D) 3. Imunoglobulin M (Ig M) 4. Imunoglobulin E (Ig E) 5. Imunoglobulin A (Ig A)

(57)

Imunoglobulin G (Ig G)

Fungsi utama :

 Ab utama pada respon sekunder

 melakukan opsonisasi bakteri sehingga

mudah di fagosistosis

 mengikat komplemen

 menetralkan toksin bakteri dan virus  melintasi plasenta

(58)

Imunoglobulin G (Ig G)

 75 % Ig

 CSF, Urin, Darah, Cairan SSP, Peritoneal  Menembus plasenta imunitas bayi 6-9

bulan

 Meningkat pd Infeksi kronis & autoimun  Mengaktifkan C via jalur klasik

(59)
(60)

Imunoglobulin M (Ig M)

Fungsi :

 Mencegah gerakan M patogen  Memudahkan fagositosis

 Aglutinator

 Mengaktifkan C via jalur klasik

 Respon primer terhadap suatu antigen  Fiksasi komplemen

(61)
(62)

Imunoglobulin D (Ig D)

• Marker diferensiasi sel B yg sudah matang

• Kadar meningkat pada infeksi dini (akut)

• Fungsi utama belum jelas

• Ditemukan pada banyak permukaan sel B

(63)
(64)

Imunoglobulin A (Ig A)

 Terdapat dengan 2 struktur,

1. IgA serum ( monomer atau dimer ) 2. Ig A sekretori ( dimer )

 keduanya mempunyai rantai J (J Chain) FUNGSI UTAMA :

-Ig A sekretori menghalangi pengikatan bakteri dan virus pada membran mukosa -tidak mengikat komplemen

(65)

 Kadar dalam serum sedikit, meningkat pada

infeksi kronik saluran napas & GIT.

 Menetralisir & mencegah kontak toxin, virus  Terdapat di cairan sekresi RT, GIT, UGT, air

mata, keringat, saliva, ASI

eq :TB, Sirosis alkoholik, Coeliac D’, Kolitis Ulseratif, Crone D’

 Mengaktifkan C via jalur alternatif

(66)
(67)
(68)

Imunoglobulin E (Ig E)

Fungsi Utama :

 melepaskan mediator dari sel mast dan

basofil setelah seseorang terkena allergen

 pertahanan utama thd infeksi cacing

( dengan melepas enzim dari eosinofil )

(69)

Imunoglobulin E (Ig E)

 Mudah diikat sel mast, basofil,

eosinofil

 Kadar meningkat pada :

 Alergi, infeksi cacing,

Schistosomiasis, trikinosis

(70)
(71)
(72)

OVER & UNDERPRODUCTION

OF IMMUNOGLOBULINS

 Gangguan Ig, termasuk diantaranya

peningkatan produksi Ig tertentu misalnya pada kasus multiple myeloma (suatu

kondisi neoplastik),

 Melalui elektroforesis pada serum atau

urin, akan menghasilkan peningkatan Ig tertentu atau satu partikel rantai ringan ( disebut bence jones protein)

(73)

OVER & UNDERPRODUCTION

OF IMMUNOGLOBULINS

 Penurunan produksi salah satu Ig, atau

penurunan semua jenis Ig berhubungan erat dengan suatu penyakit.

 Misalnya pada gangguan genetik /

abnormalitas  misalnya a-gamma

(74)

ANTIGEN

 Antigen : substansi yang dapat mengikat

antibodi spesifik.

 Tdk semua Ag menghasilkan respon

imunogenik

 Tetapi semua imunogen adalah Ag

(Immunobiology, Janeway and Travers, 1994).

(75)

ANTIGEN

 Ag umumnya suatu proteins/polysaccharides.

 Antigen meliputi bagian (coats, capsules, dinding

sel, flagella, fimbrae, dan toxins) dari bacteria, viruses, dan atau M.O lain.

 Lipids dan asam nukleat bersifat antigenik ketika

berikatan dg protein dan polisakarida.

 Non mikroba exogen Ag meliputi polen, putih telur,

protein dari transplantasi jaringan / organ atau permukaan sel darah ditransfusi.

(76)

ANTIGEN

 Tolerogen : substansi yg tidak

mencetuskan respon immun krn bentuk

molekul, bila bentuk molekul berubah maka Tolerogen  Imunogen.

 Allergen : substansi yg dpt menyebabkan

reaksi alergi. Reaksi timbul setelah expose dg Alergen melalui ingestion, inhalation, injection, atau kontak dg kulit

(77)

Exogenous antigens

 Exogen Ag masuk ke dalam tubuh melalui

inhalation, ingestion, atau injection.

 Via endocytosis / phagocytosis,  Ag diikat APC

(antigen-presenting cells) dan diproses menjadi fragmen.

 APCs kmd mempresentasi fragmen pada sel T

helper (CD4+) melalui MHC II

 Sel T spesifik terhadap ikatan peptida-MHC

komplek  m’aktivasi & memproduksi Sitokin.

 Sitokin ; substansi yg dpt mengaktivasi cytotoxic T

lymphocytes (CTL), sekresi Ab oleh sel B, Makrofage dan partikel lain.

(78)

Endogenous antigens

 Endogen Ag dibentuk dalam sel sbg hasil

metabolisme sel normal atau karena infeksi virus / bakteri intra sel.

 Ag diikat APC  Fragmet kmd dipresentasikan APC

pada sel T helper (CD 8 +) melalui MHC I.

 Bila cytotoxic CD8+ T cells mengenali akan terjadi

aktivasi dan sel T akan mensekresi toksin yang

menyebabkan lisis atau apoptosis sel yg terinfeksi.

 Endogenous antigens meliputi xenogenic

(heterologous), autologous and idiotypic or allogenic (homologous) antigens

(79)

Autoantigens

 Autoantigen pada umumnya adalah normal

protein atau komplex protein (DNA or RNA) yg dikenali sistem imun px yg menderita

penyakit autoimun spesifik.

 Ag tsb seharusnya pada kondisi normal

bukan menjadi target immun sistem tapi karena faktor genetik dan lingkungan,

dianggap Ag shg dimusnahkan sistem immun.

(80)

NATIVITY OF ANTIGEN

 Native antigen adalah Ag yg masih belum

diproses oleh APC menjadi partikel lebih kecil (fragment).

 T cells tdk dpt mengikat native antigens,

tetapi memerlukan pemrosesan oleh APC agar sel B dapat teraktivasi oleh Native Ag yg lain.

(81)

ANTIGEN

IMUNOGEN :

 Molekul yg dapat menginduksi timbul-nya

respon imun pd host ybs.

 BM >>, epitope >>

ANTIGEN :

 BM < 5.000 dalton, single epitope.

EPITOPE :

bagian Ag yg dpt menginduksi pembentukan Ab & dpt diikat secara spesifik oleh bagian Ab atau reseptor pd limfosit.

(82)

SIFAT KIMIAWI ANTIGEN

A. KARBOHIDRAT (Polisakarida)

 Umumnya imunogenik.

 Glikoprotein pada permukaan membran sel.  Gol. Darah ABO.

B. LIPID

 Biasanya tidak imunogenik, menjadi

imunogenik bila diikat carrier protein.

(83)

SIFAT KIMIAWI ANTIGEN

C. PROTEIN

 Kebanyakan imunogenik multideterminan & univalen.

D. ASAM NUKLEAT

 Tidak imunogenik, menjadi imunogenik bila diikat carrier protein.

 Respon imun thd DNA terjadi pd penderita SLE.

(84)

STRUKTUR & KIMIAWI

DINDING SEL BAKTERI

(85)
(86)

REAKSI ANTIGEN - ANTIBODI

A. NATURE OF ANTIGEN-ANTIBODY REACTIONS :

 Lock and Key Concept

 Non-covalent Bonds : hydrogen bonds,

electrostatic bonds, Coulombic, Van der Waals forces and hydrophobic bonds

Reversible ( disosiasi )

B. AFFINITY AND AVIDITY

 Afinitas Ab : Kekuatan ikatan satu Ab & Epitop  Aviditas : Kekuatan ikt Ab dg Epitop k’seluruhan

(87)
(88)

REAKSI ANTIGEN - ANTIBODI

C. SPECIFICITY AND CROSS REACTIVITY

Specificity.

Perbedaan Ab, dipengaruhi :

a. Struktur primer. b.Bentuk isomer.

c. Struktur sekunder & tersier

(89)
(90)

UJI LABORATORIUM REAKSI

ANTIGEN - ANTIBODI

Rx. Ag/Ab  Use to Diagnostik

Factors affecting measurement of

Ag/Ab reactions :

Affinity

Avidity

Ag : Ab ratio

(91)

UJI LABORATORIUM

REAKSI ANTIGEN - ANTIBODI

Agglutination Tests :

Agglutination / HemagglutinationPassive hemagglutination

Coombs Test (Antiglobulin Test)Hemagglutination Inhibition

Precipitation tests :

Radial Immunodiffusion ( Mancini )Immunoelectrophoresis

(92)

UJI LABORATORIUM

REAKSI ANTIGEN - ANTIBODI

Radioimmunoassay (RIA) / Enzyme

Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Tests for Cell Associated Antigens

(93)

AGLUTINASI

 Peristiwa terjadinya agregasi yg tampak sbg

akibat interaksi antara ANTIGEN yg tak larut ( Aglutinogen ) dengan ANTIBODI ( Aglutinin ).

 Faktor-faktor yg mempengaruhi Aglutinasi

A. Rasio Ag & Ab.

B. Jenis Ab : Ig M > mudah d/p Ig G.

C. Waktu Inkubasi, u/ m’beri waktu ikatan Ag- Ab D. Medium : Suhu, pH, kekuatan ion-ion,

viscositas, molaritas E. Enzim proteolitik.

(94)

JENIS REAKSI

ANTIGEN - ANTIBODI

1. Agglutination / Hemagglutination

Memakai Ag permukaan sel SDM,

bakteri.

Fungsi : u/ mengetahui adanya Ab.

Eq : Widal Test, Gol. darah

(95)

JENIS REAKSI

ANTIGEN - ANTIBODI

2. Passive & Reverse Passive agglutination

Ag diikatkan partikel carrier ( Latex,

gelatin, Eritrosit, karbon, kolodion )

Eq : Deteksi Ab nontreponemal pd Sifilis Faktor Reumatoid, Ab Rubella

Ab Thyroglobulin

RPHA u/ menentukan ANTIGEN

IHA / PHA u/ menentukan ANTIBODI

(96)

JENIS REAKSI

ANTIGEN - ANTIBODI

3. INHIBITITION AGGLUTINATION

Eq : tes HCG

4. COOMB’S TEST

a. Test Antiglobulin langsung ( DAT ) :

 Ikatan Ag-Ab telah terjadi invivo.

 u/ deteksi coating SDM oleh Ab / C

(97)

RESPON IMMUN NORMAL

Butuh kesempurnaan komponen :

 Utuhnya barrier eksternal  Pengenalan Antigen

 Pemrosesan & Presentasi Antigen  Mekanisme bacterial killing

 Jumlah, maturasi dan fungsi efektor sel

imunokompeten

 Produksi Antibodi, sitokin, kemokin, molekul

(98)

TANDA–TANDA

IMUNODEFISIENSI

 Sering / rentan terhadap Infeksi :

- Bakteri & patogen ekstra sel - Virus & patogen intrasel

- Patogen yg tdk umum / jarang

 Cenderung menderita kanker  Menderita penyakit autoimmun

(99)

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan MK untuk menjadi peradilan yang modern dan terpercaya secara bertahap disusun dan dievaluasi setiap tahun dan baru pada tahun 2009 kebijakan ini secara resmi menjadi

Peningkatan pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan pemahaman konsep siswa pada aspek translasi, interpretasi, dan

“Katalog adalah daftar buku yang memiliki satu atau beberapa perpustakaan dan disusun menurut sistem tertentu. Dalam katalog dicamtumkan hal-hal yang penting dari buku

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat Sistem Informasi Ruang Baca Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya yang mencakup empat proses,meliputi proses

Sickle cell  Anemia adala satu keadaan di mana jumla sel dara mera atau emo(lo$in 9%rotein &amp;an( mem$a'a oksi(en: dalam sel dara mera $erada di $a'a

Hasil analisis (Tabel 3.) menunjukkan bahwa varietas dan perlakuan jerami padi hanya berpengaruh nyata terhadap emisi gas N 2 O pada umur 21 hst dan terjadi interaksi antara kedua

Bahan baku crude oil dan naphtha yang diolah berasal dari beberapa sumber dengan mengacu pada pembatasan yang sudah ada pada PT PERTAMINA (Persero) pusat.. Crude oil

Investor menganggap bahwa perusahaan dengan ROA yang besar telah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola modal yang akan ditanamkan investor, sehingga