• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KAJIAN EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NO. 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KAJIAN EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NO. 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA SEMARANG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KAJIAN

EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

NO. 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA SEMARANG

Penyusun:

Aryani Pujiyanti

Wiwik Trapsilowati

Kusumaningtyas Sekar Negari

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

BalaiBesar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

(2)

Ringkasan Eksekutif

Penyebaran DBD saat ini semakin meningkat baik jumlah kasus maupun luas wilayah yang terjangkit. Kota Semarang merupakan urutan ke-tiga wilayah dengan

kasus DBD tertinggi di Jawa Tengah pada tahun 2013, setelah Kabupaten Jepara

dan Kota Magelang. Jumlah kasus DBD di Kota Semarang fluktuatif, dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 89,12% dibandingkan tahun 2012.

Upaya penanggulangan DBD ditekankan pada pengendalian DBD dengan

memutus mata rantai siklus hidup nyamuk vektor melalui kegiatan pemberantasan

sarang nyamuk (PSN) dengan kegiatan 3M (menguras, menutup penampungan air dan mengubur barang bekas). Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi DBD, antara lain penyelidikanepidemiologi

sebagai tindak lanjut penemuan kasus DBD oleh fasilitas kesehatan, larvasidasi

selektif,fogging fokus, penatalaksanaan kasus, penyuluhan dan sebagainya.

Dalam rangka mendukung terwujudnya pengendalian DBD yang terkoordinasi, terintegrasi dan kerjasama berbagai pihak, maka Pemerintah Kota

Semarang menetapkan Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2010 tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue. Regulasi dan/atau kebijakan merupakan salahsatu faktor pemungkin (enablingfactors) yangmenjadi salahsatu faktor perubahan perilaku masyarakat. Pelaksanaan regulasi yang baik akan mendorong masyarakat serta pihak terkait untuk melaksanakan kegiatan dalam upaya pencegahan DBD seperti yang gariskan dalamperaturan tersebut.

Berdasarkan situasijumlah kasus DBD yang meningkatpada tahun 2012 dan

2013, sedangkan Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian DBD telah dilaksanakan, maka perlu kiranya melakukan evaluasi terhadap

implementasi Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010 sebagai upaya menilai

efektivitas keberadaan regulasi tersebut. Hasil evaluasi diharapkan dapat memberikan masukan kepada politisi maupun pelaku kebijakan untuk memperbaiki

proses pelaksanaannya, ataupun memberikan masukan untuk perubahan/perbaikan

atas materi dalam peraturan daerah tersebut.

Tujuan umum kajian ini adalah mengevaluasi terhadap implementasi

kebijakan pada Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian

Penyakit Demam Berdarah Dengue diKota Semarang. Tujuan khusus adalah untuk

menganalisis aspek kebijakan yaitu pelaku (actor), materi, sasaran dan proses

pelaksanaan Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010, menganalisis kinerja

kebijakan yang tertuang dalam Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010, dan

menganalisis masa depan kebijakan yang tertuang dalam Perda Kota Semarang

Nomor 5 Tahun 2010.

Kajian ini merupakan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan berupa

Peraturan Daerah tentang Pengendalian DBD, dengan rancangan Effectiveness

Evaluation. Lokasi pengumpulan data adalah Kota Semarang. Pengumpulan data

dilakukan pada Bulan September - Awal Desember 2015. Sumber data adalah data

sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota

Semarang dan 2 (dua) kelurahan dengan kriteria 1 (satu) kelurahan yang pernah

ditunjuk sebagai percontohan dalam pelaksanaan Perda Nomor 5 Tahun 2010 dan

1 (satu) kelurahan bukan wilayah percontohan. Data primer dari wawancara

(3)

mendalam kepada individu yang terlibat sebagai pelaku pelaksanaan Perda

digunakan sebagai data tambahan untuk mengevaluasi proses pelaksanaan Perda

Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010.

Peraturan Daerah Kota Semarang No.5 Tahun 2010 berisi 12 Bab dan 29

Pasal. Isi Perda adalah kewenangan dan tanggung jawab serta peran, hak dan kewajiban dari pemerintah, pemangku kepentingan dan warga masyarakat; upaya pengendalian penyakit DBD; KLB DBD; koordinasi, pengawasan; pendanaan dalam kegiatan pengendalian penyakit DBD; sanksi administrasi; penyidikan; ketentuan Pidana dari pelanggaran pasal-pasal di dalam Perda tersebut.

Sasaran dalam upaya pengendalian penyakit DBD menurut Perda Kota

Semarang Nomor 5 Tahun 2010 adalah warga masyarakat dan pemangku

kepentingan. Warga masyarakat adalah individu bagian dari masyarakat yang berdomisili di Kota Semarang, sedangkan pemangku kepentinganmeliputi pejabat lintas sektoral, unsur organisasi/ikatan profesi, kelompok Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pemuka masyarakat, tokoh agama, pengelola tempatumum, dunia usaha dan swasta.

Pelaku utama dalam kemandirian pencegahan DBD adalah warga masyarakat

dan pemangku kepentingan. Selain sebagai pelaku dalam kemandirian pencegahan DBD, pemangku kepentingan juga sebagai pelaku perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi kegiatan pengendalian DBD.

Proses pelaksanaan Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2010 diawali di tahun 2011 dengan kegiatan sosialisasi untuk seluruh kelurahan dan uji coba

penerapan Perda di Kelurahan Pedurungan Kidul. Penerapan selanjutnya dilakukan

secara bertahap di kelurahan-kelurahan yang diprioritaskan oleh Dinas Kesehatan

Kota Semarang, dengan mempertimbangkan jumlah kasus. Jumlah kelurahan yang

telah diterapkan Perda No. 5 tahun 2010 sebanyak 30 kelurahan dari tahun 2012

-2015 dari 177 kelurahan yang ada di Kota Semarang. Kegiatan utama yang

dilakukan sebagai tindak lanjut penerapan Perda adalah pemantauan jentik rutin

(PJR) oleh petugas pemantau jentik (PPJ) yang ditunjuk oleh Kepala Kelurahan.

Incidence rate Kasus DBD di Kota Semarang dari tahun 2010 - 2015

cenderung menurun, namun berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi jawa

Tengah, Kota Semarang menduduki peringkat 3tertinggi untuk IR DBD pada tahun

2013 dan peringkat 1 pada tahun 2014. Case fatality rate DBD dari tahun 2010

-2015 cenderung fluktuatif. Tahun 2013 CFR sebesar 1,14%, meningkat menjadi

1,66% pada Tahun 2014, dan turun menjadi 1,1 pada Tahun 2015 (per Bulan

September). Angka bebas jentik (ABJ) Kota Semarang Tahun 2011 - 2014

cenderung menurun. Data ABJ berturut-turut dari 2011 - 2014 adalah 89,59%,

91,99%, 84,94%, dan 84,31%. Pemeriksaan jentik oleh Gasurkes 2015 dari bulan

Januari - September 2015 menunjukkan kecenderungan meningkat dari 63,38%

pada Bulan Januari menjadi 86,95% pada Bulan September.

Dinas Kesehatan Kota Semarang membentuk petugas surveilans kesehatan

(Gasurkes) DBD sebagai bentuk konsekuensi atas diterbitkannya Perda no 5Tahun

2010. Petugas surveilans kesehatan ditempatkan di seluruh kelurahan di Kota

Semarang.

Salah

satu

tugas

Gasurkes

DBD

adalah

merencanakan,

mengkoordinasikan, mengevaluasi kegiatan penanggulangan penyakit Demam

Berdarah Dengue; melakukan surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

(4)

faktor risiko di wilayah masing-masing; dan berperan sebagai fasilitator/narasumber tentang DBD dalam pertemuan di masyarakat baik tingkat Dasawisma, Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), dan kelurahan.

Sosialisasi Perda No. 5 dilakukan sejak tahun 2011, dengan adanya

pergantian dan belum ada refreshing, maka ada petugas kelurahan yang telah lupa.

Pemantauan Jentik Rutin sebagaibentuk penerapan Perda No. 5 tahun 2010 belum

diiringi dengan sosialisasi perda tersebut kepada masyarakat, sehingga masyarakat

belum mengenal Perdatersebut. Kegiatan pemantauan jentik rutin baik seminggu

sekali atau sebulan sekali telah tersosialisasi dan dilakukan dengan baik oleh setiap

kelurahan, baikdaerah yangsudah maupun belumadapenerapan Perda. Kerjasama

lintas sektor (pemangku kepentingan) yang aktifselama ini adalah PKK, kelurahan

dan kecamatan.

Perencanaan ke depan dalam pelaksanaan Perda oleh Dinas Kesehatan Kota

Semarang yaitu pada tahun 2016 akan merekrut tenaga Gasurkes dengan tugas dan

fungsi yang terpisah antara DBD dan Kesehatan Ibu dan Anak. Penegakan Perda

No. 5 Tahun 2010 akan diujicobakan sosialisasi penerapan sanksi dengan

melibatkan Satpol PP, Kepolisian, Koramil, Kodim dan SKPD lainnya.

Kesimpulan dari kajian ini adalah berdasarkan output kasus dan ABJ, Perda

Kota Semarang No. 5 tahun 2010 dianggap belum dapat menunjukkan kinerja

seperti yang diharapkan. Komitmen pemerintah daerah dan pemangku kepentingan

lainnya akan mendukung dalam pelaksanaan Perda Kota Semarang No. 5 tahun

2010 ke depan. Kerjasama antar pemangku kepentingan belum berjalan seperti

yang diharapkan.

Rekomendasi yang dapat diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota Semarang

adalah optimalisasi tugas dan fungsi Gasurkes DBD sebagai petugas sosialisasi

Perda Kota Semarang No. 5 Tahun 2010 terutama tentang kewajiban, hak dan

sanksi bagi sasaran kebijakan khususnya masyarakat dan petugas promosi dalam

pengendalian DBD. Percepatan perluasan wilayah penerapan Perda Kota Semarang

No. 5tahun 2010 dengan upaya optimalisasi dan efisiensi anggaran yang ada. Perda

Kota Semarang No. 5 tahun 2010 ke depan dapat berjalan dengan baik dengan

kerjasama dan komitmen semua pemangku kepentingan.

(5)

Abstrak

Latar belakang: PemerintahKota Semarang menetapkan Peraturan Daerah Nomor

5 tahun 2010 tentang Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

untuk mendukung terwujudnya pengendalian DBD yang terkoordinasi, terintegrasi dan kerjasama berbagai pihak. Situasi jumlah kasus DBD di Kota Semarang masih

berfluktuatif walaupun Perda Pengendalian DBD telah dilaksanakan. Tujuan:Tujuan kajian adalah mengevaluasi implementasi kebijakan Perda Kota

Semarang Nomor 5 Tahun 2010 di Kota Semarang. Metode: Pengumpulan data

dilakukan di Kota Semarang pada Bulan September - Awal Desember 2015. Sumber data dalam kajian ini adalah data sekunder dan data primer. Cara

pengumpulan data menggunakan metode telaah dokumen/kebijakan, literatur

review, serta telaah data sekunder dan primer. Hasil: Pelaku utama dalam

kemandirian pencegahan DBD adalah warga masyarakat dan pemangku

kepentingan. Proses pelaksanaan Perda dilakukan secara bertahap, diawali dengan

sosialisasi pada tahun 2011. Jumlah kelurahan yang sudah diterapkan Perda adalah

30 kelurahan dari 177 kelurahan di Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota

Semarang membentuk petugas surveilans kesehatan (Gasurkes) DBD sebagai

bentukkonsekuensi atas diterbitkannya Perdano 5 Tahun2010. Pemantauan Jentik

Rutin sebagai bentuk penerapan Perda No. 5 tahun 2010 belum diiringi dengan

sosialisasi perda kepada masyarakat, sehingga masyarakat belum mengenal Perda

tersebut. Kerjasama antar pemangku kepentingan belum berjalan seperti yang

diharapkan.

Rekomendasi:

Dinas

Kesehatan

Kota

Semarang

dapat

mengoptimalisasi tugas dan fungsi Gasurkes DBD sebagai petugas sosialisasi Perda

dan mempercepat jumlah kelurahan yang diterapkan Perda Kota Semarang dengan

meningkatkan kerjasama dan koordinasi lintas sektor terutama dalam perencanaan

kegiatan pengendalian DBD.

Kata kunci: Evaluasi, demam berdarah dengue, Peraturan Daerah, Kota Semarang,

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengungkap persepsi petani terhadap program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani berkontribusi dalam program

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan di atas, peneliti menemukan bahwa sebagian mahasiswa pendidikan biologi sains dan teknologi memiliki perilaku beragama dalam hal

 Faktor non teknis meliputi : ketidak beradaan pedagang disekitar terminal, ketidak beradaan tukang ojek di areal terminal pada malam hari, perilaku penumpang untuk

Beragam konvensi internasional yang telah disahkan ke dalam peraturan di Indonesia maupun regulasi yang ada di Indonesia berkenaan dengan pemanfaatan ruang angkasa sampai saat

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa persentase migran keluar terhadap angkatan kerja pada periode 1985-2005 mengalami penurunan pada Pulau Jawa dan Sulawesi, dimana

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah bahwa karakteristik motif belang yang menentukan harga jual

Temubual ini adalah untuk kajian cikgu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat pelajar terhadap soalan penyelesaian masalah dalam matematik.. Boleh