Jumlah rumah tangga usaha
pertanian di Jawa Barat Tahun 2013
sebanyak 3.057.424 rumah tangga
Jumlah perusahaan pertanian
berbadan hukum di Jawa Barat
Tahun 2013 sebanyak 695
Perusahaan
Jumlah perusahaan tidak berbadan
hukum atau bukan usaha rumah
tangga usaha pertanian di Jawa Barat
Tahun 2013 sebanyak 705 Unit
Jumlah sapi/kerbau di Jawa Barat
pada 1 Mei 2013 sebanyak 587.284
Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang
diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan amanat Undang-Undang Nomor 16
Tahun 1997 Tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari
FAO yang menetapkan “
The World Programme for the 2010 Around Agricultural
Censuses Covering Periode 2006-2015
”.
Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap
usaha pertanian pada bulan Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci
melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada bulan
November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis
dalam setiap subsektor pertanian pada bulan Mei-Oktober 2014.
Buku ini disusun untuk memberi gambaran awal hasil ST2013 mengenai jumlah
rumah tangga usaha pertanian, jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum,
dan jumlah usaha pertanian selain perusahaan pertanian berbadan hukum dan
rumah tangga di seluruh Jawa Barat. Di samping itu, publikasi ini juga
menyajikan jumlah sapi dan kerbau dari hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi
Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 dan hasil ST2013. Informasi lebih lanjut dapat
dilihat pada website http://st2013.bps.go.id.
Publikasi ini merupakan persembahan perdana dari berbagai publikasi yang
akan diterbitkan BPS Provinsi Jawa Barat terkait dengan pelaksanaan ST2013.
Kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas bantuan semua
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah ikut berpartispiasi
dalam menyukseskan Sensus Pertanian 2013.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan publikasi ini, kami
juga mengucapkan terima kasih.
Bandung, 17 Agustus 2013
Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat
H. Gema Purwana, S.E., M.Si.
Seuntai
Kata
Dukungan
Kepala
Daerah
“
Sensus Pertanian 2013
Provinsi Jawa Barat
untuk Petani yang Lebih
Rangkaian
Kegiatan
ST2013
Workshop Internal BPS dan
Rapat Interkementerian/Lembaga
Pembahasan Konsep dan Definisi ST2013
Pelatihan Instruktur Nasional (INNAS)
Pelatihan Instruktur Daerah (INDA)
Pelatihan Petugas Pencacah Lengkap (PCL)
Pengolahan ST2013-P di Kabupaten
Diseminasi Angka Sementara ST2013
Pengolahan ST2013-L di Provinsi
Diseminasi Angka Tetap ST2013
Pelaksanaan Sensus Pertanian 1-31 Mei 2013
Pemutakhiran
ST2013-P
Pencacahan
ST2013-L
1. Pelatihan
Petugas Pengolah
2. Monitoring Kualitas
3. Evaluasi Pasca Survey
4.
Editing
/
Coding
Rangkaian
Kegiatan
1963
Sensus pertanian pertama.
Cakupan wilayah: daerah perdesaan di seluruh Indonesia, kecuali Irian Jaya (Papua).
Satuan wilayah sensus terkecil adalah lingkungan.
Tujuan utama: mendapatkan data statistik di sektor pertanian yang dapat menggambarkan struktur pertanian di Indonesia.
Data yang dikumpulkan: penggunaan lahan, irigasi, penggunaan pupuk, ternak, rumah tangga pertanian, tenaga kerja pertanian, fasilitas transportasi untuk menjual hasil pertanian, alat-alat pertanian.
Hasil sensus belum sempura, disebabkan antara lain presisi
sampling design rendah, response rate belum optimal, dan adanya Landreform yang dilancarkan pemerintah dengan Undang-Undang No.5 Tahun 1960 yang berpengaruh terhadap jawaban responden.
1973
Sensus Pertanian yang kedua
Cakupan wilayah: daerah perdesaan dan perkotaan di seluruh Indonesia, kecuali Irian Jaya.
Satuan wilayah sensus terkecil adalah blok sensus.
Pengumpulan data pada pertanian rakyat, perkebunan rakyat dan perkebunan besar, perikanan laut dan perikanan tambak dilakukan secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda.
Pencacahan perkebunan besar dilakukan secara lengkap, sedangkan untuk perikanan laut dan tambak hanya dilakukan pada blok sensus terpilih di Sumatera, Jawa, dan Bali.
Data yang dikumpulkan: (a) struktur pertanian rakyat yang meliputi data penguasaan dan penggunaan lahan pertanian; struktur tanaman musiman dan tahunan; peternakan; perikanan laut dan darat; peralatan pertanian; pengairan; pemupukan; dsb. (b) Potensi pertanian masing-masing desa yang meliputi luas dan penggunaan tanah; keadaan pengairan dan potensi pengairan; fasilitas pengolahan; pemasaran; pengangkutan dan
penggudangan; mekanisme pertanian; perikanan; koperasi; dsb. (c) Data perkebunan besar seperti struktur
perkebunan; jenis tanaman; luas dan produksi; pengolahan hasil perkebunan dan pemasarannya; dsb. (d) Data perikanan laut yang meliputi rumah tangga perikanan; alat-alat penangkap ikan; perahu/kapal perikanan; penanaman modal; dan jumlah nelayan.
1983
Sensus pertanian yang ketiga.
Cakupan: semua kegiatan di sektor pertanian (kecuali kehutanan dan perburuan) di seluruh Indonesia, termasuk Irian Jaya dan Timor Timur, baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
Satuan wilayah sensus terkecil adalah blok sensus.
Data yang dikumpulkan: sama dengan Sensus Pertanian 1973.
Konsep pertanian 1983 rumah tangga pertanian mencakup: - Rumah tangga pertanian pengguna lahan:
Tanaman padi/palawija, tanaman hortilkultura, tanaman perkebunan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/sawah, dan budidaya ikan/biota lain di tambak air payau.
- Rumah tangga pertanian yang tidak menggunakan lahan:
Budidaya ikan/biota lain di laut, budidaya ikan/biota lain di perairan umum, Penangkapan ikan/biota lain di laut, dan penangkapan ikan/biota lain di perairan umum
Pengumpulan data pokok di sektor pertanian, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, dilakukan melalui pendaftaran rumah tangga pertanian pada blok sensus terpilih.
Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yaitu pencacahan lengkap untuk perusahaan pertanian, KUD, Podes dan pencacahan sampel untuk rumah tangga pertanian.
1993
Sensus pertanian yang keempat.
Pendaftaran bangunan dan rumah tangga dilakukan di seluruh Indonesia, baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.
Pencacahan sampel untuk rumah tangga pertanian hanya dilakukan di wilayah kabupaten daerah perdesaan.
Satuan wilayah sensus terkecil adalah wilayah pencacahan (wilcah).
Sebagai persiapan pencacahan, setahun sebelumnya dilakukan pemutakhiran wilcah.
Konsep rumah tangga pertanian mengalami perluasan dibanding Sensus Pertanian 1983, yaitu untuk konsep rumah tangga pertanian pengguna lahan ditambah dengan usaha budidaya kayu-kayuan kehutanan, dan setiap komoditas yang diusahakan harus memenuhi Batas Minimal Usaha |(BMU) sedangkan untuk rumah tangga pertanian tidak menggunakan lahan ditambah dengan usaha pemungutan hasil hutan dan atau penangkapan satwa liar serta usaha di bidang jasa pertanian.
2003
Sensus pertanian yang kelima.
Pendaftaran bangunan dan rumah tangga, baik di daerah perdesaan dan perkotaan, dilakukan di seluruh Indonesia pada bulan Agustus 2003, kecuali di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang dilaksanakan pada bulan Mei 2004.
Pendaftaran bangunan dan rumah tangga dilakukan secara lengkap di daerah perdesaan dan perkotaaan kecuali daerah perkotaan bukan pantai dan non konsentrasi pertanian dilakukan secara sampel.
Pedaftaran bangunan dan rumah tangga dilakukan diseluruh Indonesia pada bulan Agustus 2003, kecuali Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dilaksanakan pada bulan Mei 2004.
Satuan wilayah sensus terkecil adalah blok sensus.
Setahun sebelumnya dilakukan pemutakhiran blok sensus sebagai persiapan pencacahan.
Beberapa perubahan mendasar dibanding Sensus Pertanian 1993: (a) perusahaan pertanian dan KUD tidak dicacah yang dilakukan dalam Sensus Pertanian hanya up dating direktori perusahaan pertanian, (b) kegiatan listing dilakukan secara lengkap di daerah perdesaan dan sampel di daerah perkotaan, (c) penarikan sampel untuk subsektor palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan dilakukan per komoditas sedangkan perikanan menurut jenis budidaya atau sarana penangkapan, (d) jumlah komoditas yang dicakup diperluas.
Konsep rumah tangga pertanian sama dengan 1993.
Pengolahan data dilakukan dengan scanner.
2013
Sensus Pertanian keenam.
Pelaksanaan di seluruh wilayah Indonesia pada bulan Mei 2013.
Satuan wilayah sensus terkecil adalah Blok Sensus.
Dalam pelaksanaan pencacahan lengkap, dilakukan dua kali kunjungan yaitu pertama melakukan pemutakhiran rumah tangga dan identifikasi rumah tangga pertanian pada kunjungan kedua melakukan pencacahan lengkap usaha pertanian.
Dalam pelaksanaan pemutakhiran wilayah administrasi dikelompokkan berdasarkan konsentrasi pertaniannya. Untuk daerah konsentrasi usaha pertanian, dilakukan secara door to door, dan untuk daerah nonkonsentrasi secara snowball.
Cakupan: usaha pertanian rumah tangga, perusahaan pertanian berbadan hukum, dan lainnya yaitu usaha pertanian yang dikelola bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum dan bukan oleh rumah tangga.
Konsep rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya melakukan dan bertanggungjawab dalam kegiatan pembudidayaan, pemeliharaan, pengembangbiakan, pembesaran/penggemukan komoditas pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dan termasuk jasa pertanian.
Usaha Pertanian
adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha.
Rumah Tangga Usaha Pertanian
adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian.
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum
adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda.
Lainnya
adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan perusahaan pertanian berbadan hukum dan bukan oleh rumah tangga seperti, pesantren, seminari, kelompok usaha bersama, tanksi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain-lain yang mengusahakana pertanian.
Jumlah Sapi dan Kerbau
adalah jumlah sapi dan kerbau yang dipelihara pada tanggal 1 Mei 2013 baik untuk usaha (pengembangbiakan/ penggemukan/pembibitan/pemacekan) maupun bukan untuk usaha (konsumsi/hobi/angkutan/perdagangan/ lainnya).
Catatan:
1. Dalam publikasi hasil Sensus Pertanian 2003 yang diterbitkan BPS, rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang mengusahakan komoditas dimana setiap komoditas harus memenuhi batas minimal usaha (BMU).
2. Dalam tabel-tabel di booklet ini data rumah tangga pertanian 2003 menggunakan konsep ST2013 dan master wilayah ST2013 untuk rumah tangga usaha pertanian.
Konsep dan Definisi
Sensus Pertanian 2013
Gambaran
Umum Usaha
Pertanian di
Provinsi
Jawa Barat
Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan
lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha
pertanian di Jawa Barat sebanyak 3.057.424 dikelola
oleh rumah tangga, sebanyak 695 dikelola oleh
perusahaan pertanian berbadan hukum dan sebanyak
705 dikelola oleh selain rumah tangga dan perusahaan
berbadan hukum.
Kabupaten
Sukabumi,
Kabupaten
Cianjur,
dan
Kabupaten Tasikmalaya merupakan tiga wilayah
dengan urutan teratas yang mempunyai jumlah rumah
tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu
masing-masing 291.192 rumah tangga, 282.964 rumah tangga,
dan 282.673 rumah tangga. Sedangkan Kota Cirebon
merupakan wilayah yang paling sedikit jumlah rumah
tangga usaha pertaniannya, yaitu sebanyak 2.381
rumah tangga.
Sementara itu jumlah perusahaan pertanian berbadan
hukum terbanyak berlokasi di Kabupaten Sukabumi
yaitu sebanyak 150
perusahaan dan paling sedikit di
Kota Cimahi
yaitu sebanyak 1 perusahaan. Sedangkan
jumlah perusahaan tidak berbadan hukum atau bukan
usaha rumah tangga terbanyak terdapat di Kabupaten
Bogor, yaitu sebanyak 73 unit dan paling sedikit di
Kabupaten Bekasi, yaitu sebanyak 1 unit.
Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha
Pertanian dan Perusahaan Pertanian Berbadan
Hukum di Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 dan
2013
Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan
lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga
usaha pertanian di Provinsi Jawa Barat mengalami
penurunan sebanyak 1.272.918 rumah tangga dari
4.330.342 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi
3.057.424 rumah tangga pada tahun 2013, yang berarti
menurun rata-rata sebesar 3,42 persen per tahun.
Penurunan terbesar terjadi di Kota Bekasi dan
penurunan terendah terjadi di Kabupaten Tasikmalaya,
yaitu masing-masing sebesar 89,10 persen dan 11,89
persen selama sepuluh tahun.
Perusahaan pertanian berbadan hukum mengalami
peningkatan sebanyak 215 unit. Pada tahun 2003
jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum
berjumlah 480 unit dan meningkat menjadi 695 unit
pada tahun 2013
Berikut diagram perbandingan jumlah rumah tangga
usaha pertanian dan jumlah perusahaan pertanian
berbadan hukum pada tahun 2003 dan tahun 2013.
Banyaknya Usaha Pertanian Berdasarkan Hasil Sensus Pertanian 2003 dan 2013
Menurut Kabupaten/Kota dan Cakupan Usaha
No Kabupaten/Kota 2003 2013 Pertumbuhan (2003−2013) RTP Peru saha an RTP Perusa haan Lain nya RTP Perusahaan Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Bogor 255.224 48 204.468 134 73 -50.756 -19,89 86 179,17 2 Sukabumi 354.218 138 291.192 150 59 -63.026 -17,79 12 8,70 3 Cianjur 327.237 66 282.964 65 14 -44.273 -13,53 -1 -1,52 4 Bandung 186.663 78 141.553 34 46 -45.110 -24,17 -44 -56,41 5 Garut 320.242 19 268.628 30 27 -51.614 -16,12 11 57,89 6 Tasikmalaya 320.832 21 282.673 16 27 -38.159 -11,89 -5 -23,81 7 Ciamis 349.182 17 275.212 34 48 -73.970 -21,18 17 100,00 8 Kuningan 165.202 2 113.239 3 67 -51.963 -31,45 1 50,00 9 Cirebon 191.781 4 89.016 8 47 -102.765 -53,58 4 100,00 10 Majalengka 204.519 4 156.626 9 20 -47.893 -23,42 5 125,00 11 Sumedang 173.881 6 134.429 5 49 -39.452 -22,69 -1 -16,67 12 Indramayu 268.516 2 166.527 56 6 -101.989 -37,98 54 2.700,00 13 Subang 239.313 9 158.031 35 18 -81.282 -33,96 26 288,89 14 Purwakarta 103.610 17 73.129 30 10 -30.481 -29,42 13 76,47 15 Karawang 258.832 5 123.085 8 45 -135.747 -52,45 3 60,00 16 Bekasi 202.999 6 85.587 5 1 -117.412 -57,84 -1 -16,67 17 Bandung Barat 181.630 0 137.467 24 38 -44.163 -24,31 24 - 18 Kota Bogor 22.053 8 4.588 2 20 -17.465 -79,20 -6 -75,00 19 Kota Sukabumi 10.870 2 5.601 4 9 -5.269 -48,47 2 100,00 20 Kota Bandung 11.367 14 4.520 4 13 -6.847 -60,24 -10 -71,43 21 Kota Cirebon 7.461 1 2.381 4 14 -5.080 -68,09 3 300,00 22 Kota Bekasi 58.961 3 6.424 4 15 -52.537 -89,10 1 33,33 23 Kota Depok 45.985 9 9.884 19 5 -36.101 -78,51 10 111,11 24 Kota Cimahi 5.355 0 2.798 1 5 -2.557 -47,75 1 - 25 Kota Tasikmalaya 38.872 1 21.267 6 5 -17.605 -45,29 5 500,00 26 Kota Banjar 25.537 0 16.135 5 24 -9.402 -36,82 5 - Jawa Barat 4.330.342 480 3.057.424 695 705 -1.272.918 -29,40 215 44,79
Catatan: Untuk tahun 2003 tidak dilakukan pendataan terhadap non-rumah tangga usaha pertanian
Keterangan: RTP (Rumah Tangga Pertanian), Perusahaan (Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum), Lainnya (Perusahaan Tidak Berbadan Hukum atau Bukan Usaha Rumah Tangga Usaha Pertanian)
Perbandingan Jumlah Sapi dan Kerbau
di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 dan
2013
Pelaksanaan Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan
Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di
seluruh Indonesia mulai 1-30 Juni 2011, mencatat
populasi sapi dan kerbau kondisi 1 Juni 2011. Populasi
sapi dan kerbau hasil PSPK di Jawa Barat mencapai
693.116 ekor. Sementara itu, dari hasil sensus
pertanian 2013, populasi sapi dan kerbau mencapai
587.284 ekor.
Berdasarkan hasil sensus pertanian 2013 apabila dirinci
menurut wilayah, kabupaten yang memiliki sapi dan
kerbau paling banyak adalah Kabupaten Bogor dengan
jumlah populasi sebanyak 63.385 ekor, kemudian
Kabupaten Garut (58.473 ekor), dan Kabupaten
Tasikmalaya (54.846 ekor). Sedangkan kabupaten yang
memiliki sapi dan kerbau paling sedikit adalah Kota
Cirebon dengan jumlah populasi sebanyak 317 ekor.
Jumlah Sapi dan Kerbau Berdasarkan Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah,
dan Kerbau (PSPK) 2011 dan Sensus Pertanian 2013 Menurut Kabupaten/Kota
(ekor)
No Provinsi 2011 2013 Pertumbuhan 2011-2013 Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Bogor 69.546 63.385 -6.161 -8,86 2 Sukabumi 36.218 29.494 -6.724 -18,57 3 Cianjur 40.910 37.833 -3.077 -7,52 4 Bandung 76.892 54.198 -22.694 -29,51 5 Garut 67.608 58.473 -9.135 -13,51 6 Tasikmalaya 66.671 54.846 -11.825 -17,74 7 Ciamis 41.165 29.917 -11.248 -27,32 8 Kuningan 39.611 32.992 -6.619 -16,71 9 Cirebon 7.795 6.824 -971 -12,46 10 Majalengka 14.814 14.321 -493 -3,33 11 Sumedang 56.110 48.135 -7.975 -14,21 12 Indramayu 11.860 11.560 -300 -2,53 13 Subang 36.812 33.681 -3.131 -8,51 14 Purwakarta 20.167 21.647 1.480 7,34 15 Karawang 13.696 11.087 -2.609 -19,05 16 Bekasi 26.751 22.336 -4.415 -16,50 17 Bandung Barat 49.412 41.271 -8.141 -16,48 18 Kota Bogor 1.366 1.197 -169 -12,37 19 Kota Sukabumi 937 792 -145 -15,47 20 Kota Bandung 1.867 1.676 -191 -10,23 21 Kota Cirebon 360 317 -43 -11,94 22 Kota Bekasi 2.505 2.987 482 19,24 23 Kota Depok 3.787 3.368 -419 -11,06 24 Kota Cimahi 848 744 -104 -12,26 25 Kota Tasikmalaya 4.251 2.906 -1.345 -31,64 26 Kota Banjar 1.157 1.297 140 12,10 Jawa Barat 693.116 587.284 -105.832 -15,27Penyebaran Rumah Tangga
Usaha Pertanian di Jawa Barat
Tahun 2013
Penyebaran Perusahaan
Pertanian Berbadan Hukum
di Jawa Barat Tahun 2013
Penyebaran Non-Rumah
Tangga Usaha Pertanian di
Jawa Barat Tahun 2013
Penyebaran Sapi dan Kerbau
di Jawa Barat Tahun 2013
Setiap pembangunan, termasuk pula pembangunan di bidang pertanian, bila
diharapkan berhasil baik maka memerlukan perencanaan yang matang dan teliti
serta didasarkan atas angka-angka statistik khususnya di bidang pertanian yang
lengkap, aktual, dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, dengan dilaksanakannya
Sensus Pertanian 2013 ini, diharapkan dapat memberi solusi dan pencerahan dari
berbagai kalangan baik pemerintah maupun swasta sebagai bahan untuk
membuat kebijakan dan evaluasi program pembangunan pertanian.
Semoga dengan tema “Menyediakan Informasi untuk Masa Depan Petani yang
Lebih Baik”, kiranya dapat menjadi penyemangat bagi semua kalangan pengambil
kebijakan demi terwujudnya masa depan petani yang lebih baik.
Ucapan
Terima
Kasih
Seluruh jajaran Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
mengucapkan ribuan terima kasih atas bantuan dan
dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam
rangka menyukseskan seluruh rangkaian kegiatan Sensus
Pertanian 2013.
Dalam kesempatan ini secara khusus kami sampaikan
terima kasih kepada:
• Gubernur Jawa Barat
• Wakil Gubernur Jawa Barat
• Para Bupati/Walikota Seluruh Jawa Barat
• Pangdam III Siliwangi
• Kapolda Jawa Barat
• Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat
• Pimpinan DPRD Provinsi Jawa Barat
• Lembaga/Dinas/Instansi yang terkait
• Para Camat seluruh Jawa Barat
• Para Lurah/Kepala Desa seluruh Jawa Barat
• Para Petugas Lapangan Sensus Pertanian 2013
• Seluruh Warga Jawa Barat yang telah membantu
menyukseskan Sensus Pertanian 2013
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT
Jl. PHH. Mustofa No. 43 Bandung 40124
Telp.: (022) 7272595; (022) 701696; Fax.: (022) 7213572 Homepage: http://jabar.bps.go.id; E-mail : bps3200@bps.go.id