• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SIG UNTUK PENDATAAN TATA RUANG WILAYAH RT (Studi Kasus : DPU Pemerintah Kota Madiun) Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI SIG UNTUK PENDATAAN TATA RUANG WILAYAH RT (Studi Kasus : DPU Pemerintah Kota Madiun) Skripsi"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Informatika

Oleh :

Mario Candra

NIM : 015314085

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

Final Project

Presented as Partial of the Requirements to Obtain theSarjana TeknikDegree

In Informatics Engineering

By :

Mario Candra

NIM : 015314085

STUDY PROGRAM INFORMATICS ENGINEERING

DEPARTEMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF ENGINEERING

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

iv

(6)

v

Skripsi ini kupersembahkan untuk

:

My Lord Jesus Christ.

Kedua orang tuaku yang terrcinta. Kakak dan adikku.

(7)

vi

IMPLEMENTASI SIG UNTUK PENDATAAN

TATA RUANG WILAYAH RT

(Studi Kasus : DPU Pemerintah Kota Madiun)

yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, Oktober 2007 Penulis

(8)

vii

berhubungan dengan tata ruang kota, dimana dalam setiap pengaturan bangunan

atau lahan mengacu pada zoning sesuai surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

yang diajukan oleh warga pemilik bangunan atau lahan. Hal ini diperlukan untuk

membantu Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Madiun dalam pengaturan

bangunan atau lahan berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah. Sangat diperlukan

penggunaan teknologi Sistem Informasi Geografis untuk inventarisasi,

pemantauan, evaluasi dan pembuatan model pengelolaan suatu wilayah secara

cepat, akurat dan efektif dalam pendataan dan penyajian pemetaan sehingga dapat

mengantisipasi kecepatan perubahan yang terjadi. Sampai saat ini Dinas Pekerjaan

Umum Pemerintah Kota Madiun belum menerapkan pemakaian dan

pengembangan Sistem Informasi Geografis pada proses pendataan bangunan atau

lahan dalam lingkup wilayah Rukun Tetangga.

Implementasi Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan ArcView

3.3 untuk mengolah data peta dijital dan Microsoft Access untuk menangani

database non atribut mendukung dalam pembuatan sistem yang dibutuhkan oleh

Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Madiun. Terutama dalam membantu

menyelesaikan permasalahan zoning penggunaan bangunan atau lahan lingkup

wilayah Rukun Tetangga. Sistem ini dapat melakukan penghapusan dan pencarian

data IMB berdasarkan obyek peta yang terpilih serta penambahan dan pengubahan

(9)

viii

on the zone division (zoning) of IMB (Izin Mendirikan Bangunan) letter proposed

by the owner. This way to helpDinas Pekerjaan UmumKota in order to manage buildings and lands according to Peraturan Daerah, and it needs System Information Geography for inventory, monitoring, evaluation and model design of

managing an area both accurately and effectively to record and present a map so

that it could anticipate fast change recently happen. Up to today,Dinas Pekerjaan Umum, represented by Kotamadya Madiun have not implement and develop System Information Geography in processing building and lands data of Rukun

Tetangga area.

Implementing System Information Geography by using ArcView 3.3 to

process digital map data and using Microsoft Access to handle non-attribute

database in supporting system design needed by Dinas Pekerjaan Umum of Government Kotamadya Madiun, especially in solving zoning problem of building and land using in Rukun Tetangga area. This system could perform data

IMB eraser and searcher based on map object chosen and also map digital adding

(10)

ix

YESUS atas kasih karunia dan keselamatan, serta kepada ROH KUDUS atas penyertaan, hikmat, akal dan budi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi SIG Untuk Pendataan Tata Ruang Wilayah RT”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana teknik program studi teknik informatika. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan bacaan dan pertimbangan bagi semua pihak yang memerlukan dan menggunakannya.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan petunjuk selama proses pengerjaan skripsi, pembuatan naskah skripsi, hingga tersusunnya naskah skripsi ini. Tidak lupa, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Romo Ir. Greg. Heliarko SJ, S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Agnes Maria Polina, S.Kom., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Alb. Agung Hadhiatma, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan petunjuk serta bimbingan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Kedua orang tua saya, atas doa, kasih, kesabaran, dan perhatian yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Lusi dan Tia, terima kasih untuk perhatian, dukungan dan doamu.

6. Lia, atas segala dukungan semangatnya yang tak pernah lelah sampai saat ini.

(11)

x

memberikan saran selama pengerjaan skripsi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan. Kepada peneliti lain mungkin masih bisa mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisa yang lebih tajam. Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, Oktober 2007 Penulis,

(12)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN……….ii

HALAMAN PENGESAHAN………iii

HALAMAN MOTTO……….iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….vi

ABSTRAK……….vii

ABSTRACT……….viii

KATA PENGANTAR………ix

DAFTAR ISI………..xi

DAFTAR TABEL..………...xvi

DAFTAR GAMBAR………...xvii

BAB I PENDAHULUAN………1

1.1 Latar Belakang Masalah…………..………....1

1.2 Rumusan Masalah………3

1.3 Batasan Masalah..……...………..3

1.4 Tujuan Penelitian ……….………..4

1.5 Manfaat Penelitian ……….………4

1.6 Metodologi Penelitian………...………...……4

1.7 Sistematika Penulisan………..………6

(13)

xii

2.1.3 Pertanyaan Konseptual………..12

2.1.4 Data SIG………14

2.1.4.1 Data Spasial………..14

2.1.4.1.1 Model Data Spasial……….14

2.1.4.1.2 Sistem Koordinat……….18

2.1.4.2 Data Non-Spasial……….19

2.1.4.3 Sumber Data SIG……….20

2.1.5 SIG Sebagai Ilmu Multi Disiplin………..21

2.1.6 Query dan Analisis Spasial………...25

2.2 Peta………..………..26

2.3 Arcview………...………...27

2.3.1 Konsep layer data dan atribut………28

2.3.2 Terminologi dan Fungsi……….………...29

2.3.3 User Interface………31

2.3.4 Dynamic Data Exchange………...32

2.3.5 Basisdata pada Arcview………33

2.3.6 Pemrograman Script Avenue………35

2.3.6.1 Penulisan PernyataanScriptAvenue………...35

2.3.6.2 Penulisan Komentar……….36

(14)

xiii

2.3.6.4 Kontrol Alur Program………..38

2.4 Microsoft Access……….………...40

2.5 Use Case Diagram………...………...41

2.6 Data Flow Diagram…...……….42

2.6.1 Simbol DFD………..42

2.7 ERD (Entity Relationship Diagram)...44

2.8 Database...44

2.9 Pengertian Rukun Tetangga (RT) ...46

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM………...48

3.1 Analisis Sistem………...48

3.1.1 Gambaran Umum Sistem Yang Lama ………48

3.1.2 Orang Yang Terlibat Dalam Sistem ………48

3.1.3 Gambaran Umum Sistem Yang Dianalisa………49

3.1.4 Uses Case ………49

3.1.5 Diagram Berjenjang………..50

3.1.5.1 Diagram Konteks……….50

3.1.5.2 Bagan Berjenjang……….51

3.1.5.3 Overview Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang………….52

(15)

xiv

(Informasi IMB) ………53

3.1.5.3.4 Overview Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang (Peta Bangunan/Lahan)………53

3.1.5.3.5 Overview Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang (Cetak)……….54

3.1.5.3.6 Overview Diagram Level 1 Proses 6………..54

3.1.5.3.7 Overview Diagram………..55

3.2 Perancangan Sistem………...56

3.2.1 Perancangan Database ………56

3.2.1.1 Pendefinisian Entitas………56

3.2.1.2 Hubungan Antar Entitas………...57

3.2.1.3 Pembentukan Tabel……….57

3.2.2 Perancangan Antarmuka ………59

3.2.2.1 Disain Menu Utama ………59

3.2.2.2 Sub Menu Informasi IMB………60

3.2.2.3 Sub Menu Edit IMB……….61

3.2.2.4 Sub Menu Tampilan……….62

BAB IV IMPLEMENTASI………63

4.1 Implementasi Program………...63

(16)

xv

4.1.4 Toolbar Lihat Denah……….……78

4.1.4 Toolbar Pilihan Tampil Peta……….…80

4.2 Analisa Hasil Implementasi.………...………...81

4.2.1 Perbandingan Pemetaan Tata Ruang Tidak Berbasis SIG dengan Pemetaan Tata Ruang Berbasis SIG………...81

4.2.1.1 Pemetaan Tata Ruang Tidak Berbasis SIG……….…..81

4.2.1.2 Pemetaan Tata Ruang Berbasis SIG……….…82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...83

5.1 Kesimpulan………83

5.2 Saran………...83

(17)

xvi

2.1b Tabel Line 16

2.1c Tabel Poligon 16

2.2a Tabel Atribut Titik 19

2.2b Tabel Atribut Garis 19

2.2c Tabel Atribut Poligon 20

2.3 Hubungan antara displin ilmu tradisional dengan SIG 22

2.4 Cakupan utama aplikasi SIG 24

2.5 Simbol–simbol ERD 44

3.1 Tabel Data IMB 58

(18)

xvii

2.2 Subsistem SIG berdasarkan jenis masukan, proses dan

jenis keluaran 10

2.3 Menjelaskan contoh pertanyaan konseptual yang harus

dijawab SIG 13

2.4 Data vektor 15

2.5 Data raster 17

2.6 Konsep Layer 29

2.7 Simbol Use Case 41

2.8 Simbol Aktor 41

2.9 Simbol Proses menurut Gane dan Sarson 42

2.10 Simbol dari arus data 43

2.11 Simbol kesatuan luar menurut Gane dan Sarson 43 2.12 Simbol penyimpanan data menurut Gane dan Sarson 43 2.13 Pembagian administratif Indonesia 47

3.1 Use Case 49

3.2 Diagram Konteks 50

3.3 Bagan Berjenjang 51

3.4 Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin (Zoom) 52 3.5 Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin (Edit

IMB) 53

3.6 Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin

(Informasi IMB) 53

3.7 Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin (Peta

Bangunan/Lahan) 53

3.8 Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin (Cetak

Peta) 54

3.9 Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin (Legenda) 54

3.10 Overview Diagram 55

3.11 Entitiy Relationship 57

3.12 Disain Menu Utama 59

3.13 Disain Informasi IMB 60

3.14 Disain Edit IMB 61

3.15 Disain Sub Menu Tampilan 62

4.1 Menu Informasi IMB 64

4.2a Menu Edit IMB 70

4.2b Menu Edit IMB 70

4.3a Menu Tampilan 75

4.3b Menu Tampilan 75

4.4a Toolbar cetak 76

(19)

xviii

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perencanaan dan pengelolaan suatu wilayah yang baik mutlak diperlukan untuk menjaga tata ruang kota terutama pada bagian lingkup terkecil yaitu Rukun Tetangga (RT). Untuk itu, diperlukan informasi yang memadai dalam merepresentasikan atau memodelkan data – data geografis, termasuk diantaranya informasi spasial dan basisdata spasial. Serta khususnya menyangkut suatu masalah peningkatan penggunaan lahan dan kebutuhan informasi wilayah perkotaan secara kuantitas maupun kualitas melalui lingkup terkecil yaitu RT. Informasi dalamSistem Informasi Geografi

bisa dilihat sebagai input dasar dari perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan evaluasi. Tidak adanya dan layaknya informasi bisa berakibat fatal pada program serta proyek perencanaan tata ruang suatu wilayah. Memperbaiki kekurangan dalam penggunaan dan pengelolaan informasi seharusnya menjadi prioritas utama untuk mengumpulkan serta memproses data yang relevan. Karena kebanyakan data yang relevan untuk perencanaan dan pengelolaan tata ruang wilayah kota merujuk kepada penyebaran spasial, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan teknologi yang tepat untuk melakukan inventori dan monitoring

(21)

Pada Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pemerintah Kota Madiun dalam memberikan perijinan pendirian suatu bangunan atau penggunaan suatu lahan dengan melakukan pendataan secara fisik yang tercantum sesuai dalam prosedur Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), apabila dari pemilihan kriteria sampai pemenuhan syarat IMB telah lolos. Maka data bangunan atau lahan tersebut akan dimasukkan dalam penyimpanan data pada kantor DPU bagian Tata Ruang, dalam hal ini pendataan masih dicatat dalam kertas dahulu baru setelah itu dipindahkan atau dicatat kembali ke komputer menggunakan program Bantu Microsoft Excel.

Belum adanya pemakaian dan pengembangan SIG pada proses pendataan bangunan atau lahan akan menimbulkan kesulitan dalam penyajian pemetaan perencanaan tata ruang suatu wilayah terutama lingkup RT. Khususnya jika pada penyajian tersebut membutuhkan pemetaan, inventarisasi, pemantauan, evaluasi dan pembuatan model pengelolaan suatu wilayah secara cepat, akurat dan efektif serta mengantisipasi kecepatan perubahan yang terjadi.

Dengan latar belakang inilah, maka salah satu alternatif yang dilakukan adalah membangun suatu aplikasi SIG dengan mengimplementasikan teknologi SIG menggunakan bahasa Script Avenue yang terintegrasi dengan

(22)

bidang perencanaan memungkinkan data IMB serta letak bangunan atau lahan tersebut dapat divisualisasikan menjadi kesatuan informasi peta dijital.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalahnya adalah bagaimana data-data IMB yang telah diproses dapat ditampilkan melalui aplikasi SIG berupa obyek peta sehingga data informasi tersebut ditampilkan berdasarkan letak bangunan atau lahan dalam suatu wilayah RT serta dapat melakukan pengelolaan data IMB dan wilayah zoning pada obyek peta tersebut.

1.3 Batasan Masalah

Sistem aplikasi yang akan dibuat ini dibatasi hanya beberapa hal, yaitu : 1. Data yang diproses dari suatu bangunan atau lahan adalah data IMB. 2. Data model berupa vektor dengan representasi grafis garis dan poligon. 3. Wilayah yang digunakan dalam pemetaan adalah RT 31 / RW 07

Lingkungan Madiun Lor.

4. Sistem ini hanya digunakan untuk mengetahui posisi dan data IMB suatu bangunan atau lahan dalam lingkup salah satu RT pada wilayah kota berdasarkan zoning atau daerah yang meliputi Ruko (Rumah Toko), Hunian, Kantor, Jalur Hijau dan Fasilitas Umum.

(23)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah membangun aplikasi SIG yang dapat menyajikan pemetaan tata ruang kota lingkup RT beserta attribut informasinya untuk keperluan pendataan IMB serta pengelolaan tata ruang kota berdasarkan

kriteria zoning (fasilitas umum, kantor, ruko, jalur hijau, hunian dan ruang industri) pada bagian Tata Ruang DPU menggunakan Arcview 3.3 sebagai pengolah data spasial (peta) dan Ms. Access 2000 untuk membangun basisdata atribut.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari pembuatan program ini adalah :

1. Memudahkan Tata Ruang DPU dalam pendataan IMB.

2. Memudahkan pengembangan wilayah kota lingkup RT berdasarkan zoning yang telah ditentukan oleh Tata Ruang DPU.

3. Mengetahui data IMB dan posisi obyek bangunan atau lahan pada salah satu lingkup RT.

4. Memudahkan mengelola data – data IMB yang terdapat dalam basisdata spasial.

1.6 Metodologi Penelitian

(24)

Pemerintah Kota Madiun adalah metodologi pendekatan terstruktur. Pada pendekatan terstruktur ini, alat-alat dan teknik-teknik yang digunakan adalah : 1. Wawancara

Melakukan wawancara dengan pihak yang bersangkutan dalam hal ini bagian staff Tata Ruang DPU untuk memperoleh informasi yang akurat berkaitan dengan masalah yang ada.

2. Studi pustaka

Mempelajari buku-buku, laporan-laporan, karya ilmiah maupun makalah dari internet yang dapat dijadikan sebagai bahasan masukkan informasi dalam memahami aplikasi SIG di bidang perencanaan beserta perangkat lunak dan perangkat keras yang mendukung pembangunan aplikasi tersebut.

3. Analisa

Analisis kebutuhan dan kondisi dari aplikasi yang akan dibangun baik pada tingkat perangkat lunak (menggunakan diagram relasi entitas dalam perancangan sistem) maupun perangkat keras.

4. Disain

Perancangan sistem dan aplikasi yang akan dibangun (disain database dan user interface).

5. Penulisan program

(25)

Melakukan pengimplementasian program untuk menguji program berjalan dengan baik atau terjadi kekurangan.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, rumusan masalah, dan metodologi penelitian yang digunakan serta sistematika isi penulisan laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan konsep dan teori dasar yang mendukung penulisan tugas akhir ini.

BAB III ANALISIS dan PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi pembahasan mengenai analisis dan perancangan terhadap aplikasi SIG dan sistem secara keseluruhan.

BAB IV IMPLEMENTASI dan ANALISA HASIL

Bab ini berisi implementasi dari hasil perancangan pada Bab III dan analisis terhadap hasil pengujian dari aplikasi yang telah dibangun.

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) mulai dikenal pada awal 1980-an.

Sejalan dengan berkembangnya perangkat komputer, baik perangkat lunak

maupun perangkat keras maka SIG berkembang dengan pesat pada era

1990-an.

Secara harafiah, SIG dapat diartikan sebagai :

“suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,

data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja secara efektif

untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,

memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data

dalam suatu informasi berbasis geografis“

Informasi spasial memakai lokasi, dalam suatu sistem koordinat tertentu,

sebagai dasar referensinya. Karenanya SIG mempunyai kemampuan untuk

menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi,

menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Aplikasi

SIG menjawab beberapa pertanyaan seperti : lokasi, kondisi, trend, pola dan

pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi

lainnya.

Dilihat dari definisinya, SIG adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai

(27)

komputer beserta dengan perangkat lunaknya belum berarti bahwa kita sudah

memiliki SIG apabila data geografis dan sumberdaya manusia yang

mengoperasikan belum ada. Sebagaimana sistem komputer pada umumnya,

SIG hanyalah sebuah “alat” yang mempunyai kemampuan khusus.

Kemampuan sumberdaya manusia untuk memformulasikan persoalan dan

menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam keberhasilan sistem SIG.

2.1.1 Subsistem SIG

Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling

keterhubungannya (inter-relasi) dalam mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

Subsistem adalah hubungan yang terjadi di antara masing–masing komponen

sistem, dimana terdapat keterkaitan antara suatu komponen dengan komponen

lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, SIG dapat diuraikan menjadi

beberapa subsistem (Demers, 1997) berikut ini :

1. Data Input.

Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data

spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang

bertanggungjawab dalam mengkonversikan atau mentransformasikan

format – format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh

(28)

2. Data Output.

Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau

sebagain basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy

seperti : tabel, grafik, peta, dan lain–lain.

3. Data Management.

Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke

dalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil,

di-update, dan di-edit.

4. Data Manipulation and Analysis.

Subsistem ini menentukan informasi – informasi yang dapat dihasilkan

oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan

pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

Data Manipulation

and Analysis

Data Ouput Data Input

Data Management

SIG

(29)

Jika subsistem SIG di atas diperjelas berdasarkan jenis masukan, proses

dan jenis keluaran yang ada di dalamnya, maka subsistem SIG dapat

digambarkan sebagai berikut :

2.1.2 Komponen SIG

SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan

lingkungan sistem – sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan

jaringan. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen berikut (Gistut, 1994):

1. Perangkat keras.

SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC

desktop, workstation, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh

banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, Tabel

Laporan

Pengukuran Laporan

Data dijital lain

Peta (tematik,

(30)

berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (harddisk) yang besar

dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun

demikian, fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap

karakteristik–karakteristik fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan

memori pada PC pun dapat diatasi. Adapun perangkat keras yang sering

digunakan untuk SIG adalah komputer (PC),digitizer,printer,plotter dan

scanner.

2. Perangkat lunak.

SIG merupakan perangkat sistem perangkat lunak yang tersusun secara

modular dimana basisdata memegang peranan kunci. Setiap subsistem

diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari

beberapa modul, hingga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang

terdiri dari ratusan modul program.

3. Data dan informasi geografis.

SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data serta informasi yang

diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng-import-nya dari

perangkat – perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung

dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data

attributnya dari tabel–tabel dan laporan melalui perangkat SIG.

4. Manajemen.

Suatu proyek SIG akan berhasil jika di-manage dengan baik dan

dikerjakan oleh orang – orang yang memiliki keahlian yang tepat pada

(31)

2.1.3 Pertanyaan konseptual

Kemampuan SIG dapat dilihat dari penyelesaiannya dalam menjawab

pertanyaan – pertanyaan (yang bersifat) konseptual sebagai berikut (Pu,

1992):

1. What is at...? Pertanyaan lokasional ; apa yang terdapat pada lokasi

tertentu.

2. Where is it...? Pertanyaan kondisional ; lokasi apa yang mendukung

untuk kondisif atau fenomena tertentu.

3. How has it changed...? Pertanyaan kecenderungan ; mengidentifikasi

kecenderungan atau peristiwa yang terjadi.

4. Which data are related ...? Pertanyaan hubungan ; menganalisis

hubungan keruangan antar objek dalam kenampakan geografis.

5. What if...? Pertanyaan berbasiskan model ; komputer dan monitor

dalam kondisi optimal, kecocokan lahan, resiko terhadap bencana, dan lain

(32)

Untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut melalui fungsi dasar

SIG yang harus dipenuhi sebagai berikut :

1. Akuisisi data dan proses awal.

Tahap pengambilan data dan pra-pengolahan dengan subfungsinya, yaitu :

digitasi, penyuntingan atau editing, pembangunan topologi, transformasi

proyeksi, konversi format data, pemberian atribut, dan lain - lain.

2. Pengelolaan database.

Tahap manajemen basisdata, penyimpanan dan pengambilan data dengan

subfungsinya, yaitu : pengarsipan data, permodelan bertingkat, pemodelan

jaringan, pemodelan relasional, pencarian atribut, database berorientasi

obyek, dan lain - lain.

3. Pengukuran keruangan dan analisis.

Tahap pengukuran dan analisis keruangan spatial (jenis data mengenai

(33)

daerah penyangga atau buffering, analisis tumpang tindih atau overlay,

operasi konetivitas, dan lain - lain.

4. Penayangan grafis dan visualisasi.

Tahap output grafis dan visualisasi dengan subfungsinya, yaitu :

transformasi skala, generalisasi, peta topografi, peta statistik, tampilan

perspektif, dan lain - lain.

2.1.4 Data SIG

Secara umum, terdapat dua jenis data yang dapat digunakan untuk

merepresentasikan atau memodelkan fenomena – fenomena yang terdapat di

dunia nyata, yaitu : data spasial dan data non-spasial.

2.1.4.1 Data Spasial

Data spasial adalah jenis data yang merepresentasikan aspek – aspek

keruangan dari fenomena yang bersangkutan. Contoh yang umum adalah

informasi lintang dan bujur, termasuk diantaranya informasi datum dan

proyeksi. Contoh lain dari informasi spasial yang bisa digunakan untuk

mengidentifikasikan lokasi misalnya adalah Kode Pos.

2.1.4.1.1 Model Data Spasial

Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua model, yaitu :

(34)

Dalam data format vektor, bumi kita direpresentasikan sebagai

suatu mosaik dari garis (arc atau line), yaitu : polygon (daerah yang

dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik

atau point (node yang mempunyai label), dan nodes (merupakan titik

perpotongan antara dua buah garis).

Gambar 2.4 : Data vektor

Dalam penjelasan diatas maka informasi grafis dapat dibedakan menjadi :

1. Titik ataupointadalah representasi grafis yang paling sederhana untuk

suatu objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat

diidentifikasikan diatas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor

dengan menggunakan symbol – symbol. Entiy titik meliputi semua

objek grafis dan geografis dengan pasangan koordinat (x,y).

2. Garis atauline adalah bentuk linear yang akan menghubungkan paling

sedikit dua titik dan digunakan untuk mempresentasikan objek– objek

satu dimensi. Entity garis yang paling sederhana memerlukan ruang

untuk menyimpan titik awal dan titik akhir (dua pasangan koordinat

x,y) beserta informasi lain mengenai symbol yang digunakan untuk

(35)

Tabel 2.1a Tabel Point, 2.1b Tabel Line, 2.1c Tabel Poligon 3. Poligon digunakan untuk mempresentasikan objek – objek dua

dimensi. Entity poligon dapat direpresentasikan dengan berbagai cara

di dalam model data vector. Cara yang paling sederhana

mempresentasikan setiap poligon sebagai kumpulan koordinat (x,y).

Relasi entity berdasarkan koordinat-koordinat objek diatas adalah

merupakan bagian dari perancangan basisdata SIG (disebut juga sebagai

basisdata spasial) sehingga membedakan dengan rancangan basisdata

biasa (basisdata non-spasial). Keuntungan utama dari format data vektor

adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis

lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan

posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh penggunaan

lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur.

Line_ID Koordinat

2. Model data Raster.

Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang

dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek

Point_ID X Y

1 24.4 26.5

2 23.8 44.1

3 26.6 49.4

4 27.9 42.7

(36)

geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan

pixel (picture element). Pada data raster, resolusi (definisi visual)

tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel

menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili

oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang

direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster

sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara

gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah, dan

lain - lain. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file;

semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya.

Gambar 2.5 : Data raster

Masing-masing model data mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Pemilihan model data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan

penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian

yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih

ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit

untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sebaliknya, data raster

(37)

presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara

matematis.

2.1.4.1.2 Sistem Koordinat

Data spasial ditentukan berdasarkan sistem koordinat, yang diantaranya

mencakup datum dan proyeksi peta. Datum adalah kumpulan parameter dan

titik kontrol yang hubungan geometriknya diketahui, baik melalui pengukuran

atau penghitungan. Sedangkan proyeksi peta adalah sistem yang dirancang

untuk mempresentasikan permukaan dari suatu bidang lekung atau spheroid

(misalnya bumi) pada suatu bidang datar. Proses representasi ini menyebabkan

distorsi yang perlu diperhitungkan untuk memperoleh ketelitian beberapa

macam properti, seperti jarak, sudut, atau luasan.

Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana

koordinat – koordinat yang bersangkutan mempresentasikan titik – titik.

Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal (origin) beserta beberapa sumbu

–sumbu dari kumpulan koordinat yang digunakan untuk mengukur jarak dan

sudut yang menghasilkan koordinat – koordinat (Rockville, 1986). Sistem

koordinat dapat dikelompokkan menurut :

1. Lokasi titik awal ditempatkan (geocentric1, topocentric2, heliocentric3, dan

lain - lain).

1

Merujuk pada titik pusat bumi. 2

Merujuk pada suatu titik yang terdapat di permukaan bumi. 3

(38)

2. Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi (bidang datar, bola,

ellipsoid).

3. Arah sumbu–sumbunya (horizontal dan ekuatorial).

2.1.4.2 Data Non-Spasial

Data Non-Spasial adalah jenis data yang mempresentasikan aspek– aspek

deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Aspek deskriptif ini mencakup

items dan properties dari fenomena yang bersangkutan hingga dimensi

waktunya. Suatu lokalitas bisa mempunyai beberapa atribut atau properti yang

berkaitan dengannya, contohnya : luas tanah, luas bangunan, alamat, nama,

populasi, pendapatan per tahun, dan lain – lain. Data non-spasial digunakan

oleh sistem –sistem manajemen basisdata (DBMS-Database Management

(39)

2.2(b)

2.2(c)

2.1.4.3. Sumber Data SIG

Sebagaimana telah kita ketahui, SIG membutuhkan masukan data yang

bersifat spasial maupun non-spasial. Beberapa sumber data tersebut antara

lain adalah:

1. Peta analog.

Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan (antara lain peta topografi,

peta tanah, dan lain - lain). Pada umumnya peta analog dibuat dengan

teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti

koordinat, skala, arah mata angin dan lain - lain. Peta analog dikonversi

menjadi peta digital dengan berbagai cara, yaitu digitasi, penggunaanGPS

(Global Positioning System) dan konversi dari sistem lain. Referensi

ID Nama Kode Pos

4 Jl. Jakarta 990102

2 Jl. Puri Cipaganti 990281

3 Jl. Cinangka 992722

5 Jl. Karang Setra 995733

1 Jl. Ciburial 995836

8 Jl. Katamso 996843

6 Jl. Kutu Buku 995837

7 Jl. Ujung Kulon 991233

ID Nama Luas (Ha)

3 Sawah 100

2 Kebun 120

5 Hutan 112

1 Pemukiman 121

4 Cagar Alam 129

4 1

5

2

3

(40)

spasial dari peta analog memberikan koordinat sebenarnya di permukaan

bumi pada peta digital yang dihasilkan. Biasanya peta analog

direpresentasikan dalam format vektor.

2. Data dari sistem Penginderaan Jauh

Data Pengindraan Jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang

terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala. Dengan adanya

bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya

masing-masing, kita bisa menerima berbagai jenis citra satelit untuk beragam

tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster

(antara lain citra satelit, foto-udara, dan lain - lain).

3. Data hasil pengukuran lapangan.

Contoh data hasil pengukuran lapang adalah data batas administrasi, batas

kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan, dsb., yang

dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data

ini merupakan sumber data non-spasial .

4. Data GPS.

Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data

bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan

berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam

format vektor.

(41)

SIG sebagai ilmu multi disiplin terpadu terdiri atas beberapa disiplin ilmu

berikut :

1. Geografi.

2. Kartografi.

3. Penginderaan Jauh.

4. Fotogrametri.

5. Ilmu Ukur Tanah.

6. Geodesi.

SIG kini menjadi disiplin ilmu yang independen dengan nama "Geomatic",

"Geoinformatics", atau "Geospatial Information Science" yang digunakan

pada berbagai departemen pemerintahan dan universitas.

Fungsi dalam SIG Displin Ilmu Akusisi

Data

Pemodelan Penanyangan Aplikasi

1.Geografi   

10.Matematika   

11.Perencanaan

8. Operasi Penelitian \ Operations Research.

9. Ilmu Komputer.

10. Matematika.

(42)

12.Perencanaan

Kota

SIG memiliki banyak nama alternatif yang sudah digunakan bertahun – tahun

menurut cakupan aplikasi dan bidang khusus masing–masing, sebagai berikut :

1. Sistem Informasi Lahan (Land Information System - LIS).

2. Pemetaan terautomatisasi dan Pengelolaan Fasilitas (Automated Mapping

and Facilities Management - AM/FM).

3. Sistem Informasi Lingkungan (Environmental Information System - EIS).

4. Sistem Informasi Sumber Daya (Resources Information System-RIS).

5. Sistem Informasi Perencanaan (Planning Information System-PIS).

6. Sistem Penanganan Data keruangan (Spatial Data Handling System

-SDHS).

Cakupan utama Aplikasi SIG dapat dikelompokkan ke dalam lima

kategori berikut :

1. Pengelolaan Fasilitas.

Peta skala besar dan akurat serta network analysist (analisis jaringan)

digunakan untuk pengelolaan utilitas kota. AM/FM biasanya digunakan

pada tujuan ini.

2. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.

Untuk tujuan ini digunakan peta skala menengah dan kecil serta overlay

(teknik tumpang tindih) digabungkan dengan foto udara dan citra satelit

untuk analisis dampak lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam.

3. Jaringan Jalan.

(43)

Untuk fungsi jaringan jalan digunakan peta skala besar dan menengah, dan

analisis keruangan yang digunakan untuk rute kendaraan, lokasi

perumahan dan jalan, dan lain - lain.

4. Perencanaan dan Rekayasa.

Digunakan peta skala besar dan menengah, dan model rekayasa untuk

perencanaan sipil.

5. Sistem Informasi Lahan.

Digunakan peta kadastral skala besar atau peta persil tanah, dan analisis

keruangan untuk informasi kadastral, pajak, dan lain - lain.

Bidang Aplikasi

1. Pengelolaan Fasilitas. - Penempatan pipa dan kabel bawah tanah.

- Perencanaan fasilitas perawatan.

- Pelayanan jaringan telekomunikasi.

- Perencanaan dan penelusuran penggunaan listrik.

2. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. - Studi kelayakan untuk tanaman pertanian.

- Pengelolaan hutan, pertanian, air dan lahan basah.

- Analisis dampak lingkungan.

- Pengelolaan bencana dan mitigasi.

- Lokasi tempat pembuangan sampah.

3. Jaringan Jalan. - Navigasi kendaraan (rute dan jadwal).

- Penempatan perumahan dan jalanan.

- Pemilihan lokasi proyek.

- Pelayanan ambulan.

- Perencanaan transportasi.

4. Perencanaan dan Rekayasa. - Perencanaan kota.

- Perencanaan wilayah.

- Perencanaan rute dan lokasi jalan tol.

- Pembangunan fasilitas umum.

5. Sistem Informasi Lahan. - Administrasi kadastral.

- Pajak.

(44)

- Zoningpenggunaan tanah.

- Akusisi lahan.

2.1.6 Query dan Analisis Spasial

Dalam aktivitas sehari-hari dengan SIG, pengguna tidak lepas dari unsur–

unsur spasial untuk mendapatkan data dan informasi mengenai unsur–unsur yang

bersangkutan. Meng-klik suatu unsur spasial dan kemudian mendapatkan data

atrtibutnya (deskripsi) merupakan salah satu bentuk dari query. Demikian pula

bila pengguna memasukkan suatu atribut hingga akhirnya mendapatkan unsur

yang terkait dengan atribut tersebut. Queryatribut memerlukan data atribut untuk

mendapatkan solusi. Sementara query spasial memerlukan data spasial untuk

mendapatkan jawaban. Walaupun demikian, yang paling sering dihadapi oleh

manusia di dunia nyata adalah permasalahan– permasalahan spasial (juga atribut)

yang kemudian diformulasikan ke dalam bentukqueriesyang terpadu–gabungan

queryspasial dan atribut.

Seringkali, untuk mendapatkan solusi, queries (terutama spasial atau

gabungan spasial dan atribut) memerlukan cara, teknik, atau metode pemodelan

sistem, fisik, dan matematis yang sangat intensif berurusan dengan data – data

koordinat – koordinat geometri unsur – unsur berikut hubungan unsur – unsur

tersebut dengan unsur – unsur yang lain (baik yang tersimpan dalam satu

theme/layer yang sama atau di dalam theme/layer yang berbeda) yang pada

(45)

jawaban atas queriesseperti ini, perangkat lunak SIG harus melakukan analisis –

analisis keterhubungan antar – unsur geometri ini dan disebut sebagai analisis

spasial.

2.2 Peta

Semenjak aplikasi SIG meluas, dimana tidak hanya menangani pada

aplikasi natural resources (sumber daya alam) tetapi selain itu juga berkembang

menjadi aplikasi penyajian informasi kenampakan bumi sebagai akibat dari

adanya kebutuhan untuk perencanaan dan pemanfaatan potensi permukaan bumi.

Dalam perkembangan aplikasi tersebut, diperlukan adanya proses pemetaan

berkaitan dengan muatan atau kandungan data yang mengacu ke bumi. Posisi

(lintang bujur) maupun informasi yang terkandung pada posisi tersebut

merupakan bagian dari peta. Adapun bentuk peta terbagi menjadi dua macam,

yaitu peta manual (kertas, kulit hewan) dan peta dijital (desktop mapping, web

mapping). Peta dijital adalah representasi fenomena geografik yang disimpan

untuk ditampilkan dan dianalisis oleh komputer dijital. Sedangkan untuk jenis

peta terbagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :

1. Peta Multiguna.

Peta multiguna adalah peta yang menggambarkan topografi suatu daerah

(kondisi fisik : gunung, danau, kota, dan lain - lain) dan batas – batas

administrasi suatu wilayah (kelurahan, propinsi dan negara).

(46)

Peta tematik adalah peta yang menampilkan distribusi keruangan dari

kenampakan seperti vegetasi, tanah, geomorfologi, geologi dan sumber daya

alam.

3. Peta Sosial Ekonomi.

Peta sosial ekonomi adalah peta yang menggambarkan kultur sosial ekonomi

suatu daerah seperti peta kependudukan, desa tertinggal, peninggalan sejarah,

dan lain - lain.

2.3 Arcview

Arcview merupakan produk perangkat SIG yang dikeluarkan oleh ESRI

(Environmental Systems Research Institute) pada tahun 1990. ESRI sendiri telah

berkompeten dalam dunia SIG sejak tahun 1969, sehingga menjadikannya salah

satu perusahaan yang menghasilkan produk perangkat SIG yang handal dan

terkenal. Arcview memiliki tampilan yang menarik, interaktif dan memiliki

tingkat kemudahan yang tinggi. Pada akhirnya ESRI lebih giat lagi dalam

mengembangkannya melalui penyediaan dalam bentuk modul –modul tambahan

atau extension(program– program tambahan/add-on yang menyediakan fungsi –

fungsi SIG khusus atau tertentu bagi penggunanya). Arcview hadir bersama

dengan modul standart melalui beberapa extensionnya seperti Digitizer, Cad

Reader, dan sebagainya. Sementara itu, extension yang lain seperti Network

Analyst, Spatial Analyst, Image Analyst, 3D Analyst, Business Analyst, Tracking

Analyst, Internet Map Server serta modul – modul lainnya yang dikembangkan

(47)

Arcview membaca, menggunakan dan mengolah data spasial dengan

format yang disebut Shapefile. Format ini mendukung representasi berbagai

features baik titik (point), garis (line) maupun poligon (area). Shapefile ESRI

terdiri dari :

1. File utama (*.SHP)

File utama merupakan direct-access, file dengan panjang record yang

bervariasi dimana setiap recordnya mendeskripsikan sebuah shape (feature)

dengan sebuah list (daftar) verteks-verteksnya4

2. File indeks (*.SHX)

Pada file indeks, setiap record mengandung offset record file utama yang

bersesuaian dari awal file utama.

3. File tabel atribut (*.DBF)

Tabel Dbase berisi atribut–atribut feature, satu record per feature. Ralasi one

to one antara feature (geometri) dengan atributnya didasarkan pada nomor

recordnya. Record atribut, urutannya, harus sama sebagaimana di dalam file

utama.

2.3.1 Konsep layer data dan atrtibut

Konsep layer data adalah representasi data spasial menjadi sekumpulan

peta thematik yang berdiri sendiri sesuai dengan tema masing – masing, tetapi

terikat dalam suatu kesamaan lokasi. Keuntungannya dari konsep data layer

4

(48)

adalah mudahnya proses penelusuran dan analisa spasial serta efisiensi

pengolahan data. Visualisasi konsep layer dapat terlihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 : Konsep Layer

2.3.2 Terminologi dan Fungsi

Di dalam lingkungan Arcview terdapat beberapa terminologi dan fungsi

yang perlu dipelajari dalam menampilkan serta menganalisa data spasial dan

atributnya yaitu sebagai berikut :

1. Theme.

Sebuah layer grafis yang memuat kumpulan fitur geografis dan informasi

atributnya. Sebuah theme biasanya memuat informasi geografis dengan tema

tertentu untuk sebuah tipe fitur tunggal. Bisa berupa vektor ataupun citra

(contoh: SUNGAI.SHP, LCOVER_GRD, dan lain - lain).

2. Table.

Sebuah file data yang berisi informasi atribut dari suatu fitur geografis dalam

bentuk tabel. Kolom memuat atribut dan baris memuat record. Table adalah

(49)

digabungkan dengan theme (contoh: KOORDINAT.TXT, PENDUDUK.DBF,

dan lain -lain).

3. View.

Sebuah wadah dimana theme ditampilkan. Bila View memuat lebih dari satu

theme maka theme-theme tersebut akan ditampilkan secara berurutan dari

bawah ke atas. Komposisi peta yang ditampilkan merupakan hasil overlay dari

beberapa theme.

4. Layout.

Sebuah wadah untuk merancang output peta yang akan dibuat. Anda bisa

menyusun view dan mengatur letak obyek (legend, scale bar, dan lain - lain)

sesuai dengan yang anda inginkan sebelum mencetaknya.

5. Project.

Sebuah file ArcView yang menyimpan data (theme dan table) dan output

(view, layout) yang dibuat oleh user untuk suatu aplikasi tertentu.

6. Script.

Berhubungan dengan bahasa pemrograman bahasa macro (script) yang

terintegrasi dengan paket standard Arcview dan dapat dikompilasi serta

dijalankan di dalam lingkungan Arcview yang disebut Avenue. Bahasa

pemrograman script ini merupakan sarana dan tool yang efektif serta efisien

sehingga dapat digunakan untuk meng-customize dan mengembangkan

aplikasi– aplikasi yang dibuat dengan Arcview. Walaupun demikian,avenue

dikembangkan dengan beberapa features pemrograman script yang

(50)

7. Chart.

Chart merupakan salah satu bentuk representasivisual(grafis) dari field(data

- data) numerik yang telah disimpan dalam bentuk tabular (tabel) yang

kompleks sekalipun sehingga informasinya menjadi sangat menarik untuk

dilihat dan mudah dimengerti. Dalam Arcview, chart sangat berperan penting

karena juga menjadi media untuk mepresentasikan informasi bersama dengan

peta– peta dijitalnya itu sendiri. Sebuah chart dapat menampilkan data–data

numerik yang terdapat di dalam sebuah tabel dengan tampilan yang sangat

menarik, informatif dan profesional.

8. Query.

Berhubungan dengan cara mendapatkan informasi pada satu atau beberapa

theme menggunakan ekspresi penelusuran query. Meng-klik suatu unsur

spasial dan kemudian mendapatkan data atributnya merupakan salah satu dari

query sederhana. Fungsinya untuk mendefinisikan secara akurat mengenai

fitur yang akan dicari meliputi lebih dari satu atribut, operasi dan kalkulasi.

Arcview mempunyai sarana untuk membangun query dalam membantu

pemilihan unsur – unsur spasial sehingga mendapatkan data dan informasi

mengenai unsur–unsur yang bersangkutan.

2.3.3 User Interface

Arcview dapat digunakan dalam perancangan dan pengimplementasian

SIG hingga menjadi sebuah sistem yang terotomasikan sedemikian rupa sehingga

(51)

yang digunakan untuk berkomunikasi dengan para penggunanya. User interfaces

ini sangat berkaitan dengan dokumen–dokumen(project, view, chart, table, script

dan layout) Arcview yang sedang digunakan oleh pemakainya. Dengan kata lain,

setiap dokumen Arcview ini memiliki satu user interface tersendiri yang

merupakan asosiasinya. Pada umumnya user interfaces milik dokumen Arcview

merupakan sekumpulan control (yang terdiri dari menu, button dan tool) yang

siap digunakan oleh para pemakai dan dialog designer (kotak – kotak dialog)

yang harus di-customize dan diprogram oleh pengguna (programmer). Dan oleh

karena setiap pengguna boleh jadi memiliki kebutuhan yang berbeda, maka untuk

mengantisipasinya Arcview memungkinkan user interface-nya untuk dirubah

sesuai kebutuhan terutama mengenai rancangan menu, button, tool yang berisi

implementasi fungsi dan prosedur yang diperlukan, dan kotak – kotak dialog

yang digunakan untuk mendapatkan query yang akan diajukan terhadap

basisdatanya.

2.3.4 Dynamic Data Exchange

Arcview memiliki beberapa kemampuan dalam berkomunikasi dan

berinteraksi dengan program – program aplikasi lainnya. Pada sistem operasi

unix, Arcview menyediakan fasilitas RPC (Remote Procedure Call) untuk

mengimplementasikan konsep – konsep arsitektur client – server antar aplikasi.

Dengan protokol ini, setiap program aplikasi client dapat memanggil dan

memanfaatkan prosedur dan fungsi yang terdapat dalam server melalui jaringan

(52)

AppleEvents dan AppleScript untuk berinteraksi dengan sesama program aplikasi.

Sedangkan untuk platform sistem operasi Microsoft Windows, Arcview

menyediakan fasilitas DDE untuk mengimplementasikan mekanisme atau konsep

– konsep client – server antar program aplikasi dan penggunaan file DLL

(Dynamic Link Library) untuk memanggil fungsi atau prosedur eksternal (yang

terdapat di dalam file DLL) dari baris–baris kode script avenue dalam Arcview.

2.3.5 Basisdata pada Arcview

Sebagaimana dapat dilihat dalam pemahaman definisi SIG yang digunakan

sebagai landasan konsep implementasi sistemnya, perangkat lunak Arcview tidak

lepas dari tabel atribut yang dimilikinya (basisdata relasional). Shapefile yang

utuh terdiri dari basisdata spasial dan atribut (berikut indeksnya) yang tidak

terpisahkan.

Banyak jenis tabel basisdata yang dapat didukung dan kemudian

digunakan oleh perangkat lunak Arcview, yaitu :

1. Jenis tabel yang pertama adalah tabel atribut theme yang sudah terintegrasi

dengan shapefiles-nya sendiri. Tabel ini (*.dbf) tidak perlu dibuat secara

khusus dan terpisah, karena tabel ini secara otomatis hadir bersama dengan

data spasialnya. Yang perlu dilakukan terhadap tabel seperti ini adalah

penambahan sejumlah fields yang diperlukan sesuai dengan rancangan

basisdata dan pengisianfields,baik melalui proses dataentrymaupun dengan

(53)

2. Jenis tabel kedua adalah tabel baru yang dibuat dengan menggunakan

perangkat SIG Arcview sendiri. Tabel baru ini memiliki format yang persis

sama dengan format tabel (*.dbf) atribut theme Arcview. Walaupun demikian,

tabel ini masih kosong dan tidak memiliki kaitan apapun dengan tabel yang

sudah ada. Oleh karena itu, seperti pada tabel atribut theme, tabel ini masih

memerlukan beberapa perlakuan khusus seperti penambahan sejumlah fields

yang diperlukan sesuai dengan rancangan basisdatanya, pengisianfields baik

melalui proses data entrymaupun pemanipulasian fieldsyang sudah ada, dan

kemudian pelaksanaan koneksi (join) dengan tabel basisdata yang sudah ada.

3. Jenis tabel yang ketiga adalah tabel eksternal. Tabel ini pada umumnya telah

ada (dipersiapkan) sebelumnya dan diimplementasikan dengan menggunakan

perangkat lunak DBMS seperti Oracle, Ms Access, MySQL, dan sebagainya.

Jika tabel basisdata ini sudah lengkap terisi, yang perlu dilakukan adalah

pengkoneksiannya dengan Arcview dengan menggunakan fasilitas SQL

Connect.Setelah terkoneksi dengan Arcview, tabel basisdata eksternal inipun

dapat di-join dengan tabel atribut theme yang bersesuaian. Akan tetapi jika

tabel basisdata ini memiliki format *. dbf seperti hanya tabel atribut theme,

maka Arcview akan dapat mengaktifkannya dengan mudah sebagaimana tabel

atributshapefile(theme) milik sendiri.

Jenis tabel yang kedua dan ketiga tersebut diatas sangat diperlukan dalam

pengelolaan basisdata spasial. Pembuatan atau implementasi tabel jenis ini adalah

cara yang terbaik. Dengan tabel jenis ini data atribut milik setiap entity dapat

(54)

langsung atribut field yang diperlukan ke dalam tabel atrtibut theme yang sudah

ada. Pemaksaan penambahan dapat menghasilkan hubungan yang tidak jelas (flat

tabel) akan menyebabkan ketergantungan terhadap tabel atribut theme yang tidak

fleksibel.

Maka dengan tabel terpisah, penggunaan tabel tidak tergantung pada

theme tertentu dan juga dapat menggabungkan (join) dengan theme yang sesuai

berdasarkan common key (primary-foreign keys) yang dimiliki oleh tabel yang

bersangkutan untuk memperkaya informasi yang ada dan mengintegrasikan sesuai

dengan prinsip perancangan basisdata.

2.3.6 Pemrograman Script Avenue

Script Avenue merupakan bahasa pemrograman yang berorientasi pada

objek. Arcview tersusun dalam beberapa objek (object)atau kelas(class). Setiap

kelas memiliki function dan data member yang dapat dipakai untuk

mengendalikan objek-objeknya.

2.3.6.1 Penulisan PernyataanScriptAvenue

 NamaObjek.NamaRequest

Pernyataan terdiri dari objek danrequest.Dimanarequestdikirimkan terhadap

suatu objek dengan cara menuliskan setelah NamaObjek tersebut. Contoh :

objChart.Edit, objTable.EditValues

(55)

Hampir sama dengan pernyataan diatas, namun pada request terdapat suatu

parameter tertentu(argumen).Contoh :

objTable.Find(“Malang”), objView.FindTheme(“Sungai”)

 NamaReturnedObjek=NamaObjek.NamaRequest(NamaArgumen)

Hasil suatu request dari objek lain dapat disimpan pada suatu objek tertentu.

Contoh : objTheme = objView.FindTheme(“Sungai”)

2.3.6.2 Penulisan Komentar

Penulisan komentar pada script avenue dilakukan dengan cara memberi

tanda ( ‘ ) pada awal baris.

2.3.6.3 Variabel

Setiap nilai yang digunakan akan membutuhkan tempat penyimpanan, dan tempat

penyimpanan tersebut disebut sebagai variabel. Sebuah variabel akan mewakili

sebuah nilai dengan tipe data tertentu (angka,huruf,dll). Disini variabel dapat

diberi nilai dengan tanda ‘sama dengan’ ( =).

Beberapa aturan yang kadang berlaku dalam memberi nama sebuah variabel :

 Dimulai dengan huruf

 Maksimum 255 karakter, ada baiknya mengunakan paling banyak 30-40

karakter saja. Menggunakan sedikit karakter untuk penamaan variabel juga

tidak masalah.

 Nama variabel harus unik sehingga dalam satu script yang sama tidak boleh

(56)

 Tidak boleh ada spasi, sebagai ganti dapat menggunakan garis bawah.

 Disarankan tidak memakai karakter-karakter khusus, seperti : %,

*,+,-,#,koma,titik, dan lain-lain

2.3.6.3.1 String

Avenue telah menyediakan secara umum operasi-operasi dan manipulasi

string di dalamnya. Untuk penggabungan dua buah string dapat dilakukan dengan

cara menggunakan tanda ‘+’ (tanpa ada spasi) dan ‘++’ (ada spasi). Penggunaan

karakter khusus seperti NL untuknewline(linefeed), CR untukcarriage returndan

TAB untukTab.

2.3.6.3.2 Angka

Pada variabel angka, script avenue tidak begitu spesifik dalam membagi

tipe data terhadap range pada angka. Hal ini berbeda dengan bahasa pemrograman

lainya yang lebih spesifik dengan mempunyai beberapa tipe data untuk variabel

angka sepertifloat, integer, long integer, dan lain-lain.

2.3.6.3.3 Logika

Logika digunakan untuk mengolah nilai yang memiliki tipe data boolean.

Hasil dari operasi logika menghasilkan nilaitrueataufalse.

logika1= true

logika2 = false

(57)

A B A AND B A OR B NOT A A XOR B

True True True True False False

True False False True False True

False True False True True True

False False False False True False

2.3.6.4 Kontrol Alur Program

Ada dua macam kontrol alur dalam avenue, yaitu :

1. Pengkondisian dengan If...Then..Else. Skema yang dapat digunakan :

If ( <kondisi> ) then

<pernyataan>

End

Atau denganelse:

If (<kondisi> ) then

<pernyataan 1>

Else

<pernyataan 2>

End

Atau bisa denganelseifuntuk kondisi yang banyak :

If (<kondisi 1> ) then <penyataan1>

ElseIf (<kondisi 2>) then <pernyataan2>

ElseIf (<kondisi 3>) then <pernyataan3>

Else

(58)

End

2. Pengulangan dengan For Each

Pengulangan dengan menggunakanFor Each melakukan inisialisasi sebelum

iterasi / looping pertama, kemudian melakukan pengecekan kondisi dan pada

tiap akhir iterasi melakukan penambahan atau pengurangan pada variabel yang

digunakan untuk pengulangan. Skema :

for each <variabel> in <kumpulan> [ by <incremen> ] <pernyataan> atau

<proses>

end

3. Pengulangan dengan While

Skema untukwhile:

While <kondisi>

<pernyataan> atau <proses>

End

Selama kondisi bernilai benar (true) maka blok pernyataan atau proses

akan terus menerus dijalankan. Avenue juga menyediakan beberapa kontrol yang

dapat dipakai dalam melakukan pengulangan atau pengkondisian, yaitu :

1. Continue : dipakai untuk melompat ke iterasi selanjutnya.

2. Break : Dipakai untuk menghentikan (keluar dengan syarat kondisi

tertentu) proses pengulangan yang terdekat.

3. Return : Dipakai untuk mengembalikan suatu objek kepadascript yang

memanggilnya.

(59)

2.4 Microsoft Access

Merupakan aplikasi DBMS untuk mengolah data pada database Microsoftt

Access. Beberapa bagian yang digunakan pada Microsoft Access dalam

pengolahan database, antara lain :

1. Table

Merupakan tabel-tabel yang digunakan untuk menyimpan data.

2. Query

Merupakan duplikasi dari tabel dengan menggunakan perintah SQL yang

dapat digunakan untuk memanipulasi data yang telah tersimpan dalam

tabel. Dengan menggunakan Microsoft Access, query mudah dilakukan

dalam bentuk visualisasi yang menghasilkan perintah SQL juga.

3. Form

Merupakan tampilan secara fisik baik dari tabel maupun dari query.

4. Report

Merupakan laporan untuk kemudian dicetak pada printer baik dari tabel

maupun query.

5. Macro dan module

Merupakan bagian dari Microsoft Access yang digunakan untuk

melakukan pemrograman pada form maupun report.

Tipe data yang dapat digunakan dalam pembuatan field pada tabel

Microsoftt Access, yaitu : Text, Memo, Number, Date/Time, Currency,

AutoNumber, Yes/No dan OLE Object. Di Microsoft Access dapat digunakan

(60)

Abs (angka), date, Time, DateSerial(thn,bln,hari), TimeSerial (jam,menit,detik),

dan sebagainya.

2.5 Use Case Diagram

Use case diagram adalah sebuah diagram yang menggambarkan interaksi

antara sistem dan eksternal sistem dan pemakai (Whitten, J.L., Bentley, L.D.,

Barlow, V.M., 2004). Use case merupakan bagian dari keseluruhan sistem.

Digambarkan secara grafik dengan elips yang horizontal dengan nama dari use

case tertera diatas, dibawah atau di dalam ellips. Gambar 2.7 merupakan simbol

use case :

Gambar 2.7. Simbol Use Case

Aktor merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk berinteraksi

dengan sistem untuk mengubah informasi. Dapat berupa orang, organisasi atau

sistem informasi yang lain atau juga suatu waktu kejadian. Gambar 2.8

merupakan simbol dari aktor.

Gambar 2.8. Simbol Aktor Simbol Use case

(61)

Use case depends on relationshipmerupakan sebuah relasi use case yang

menentukan bahwa use case yang lain harus dibuat sebelum use case yang

sekarang. Digambarkan sebagai anak panah yang dimulai dari satu use case dan

menunjuk ke use case yangdepend on kepadanya. Setiap relasi depend on diberi

label “<<depend on>>”

2.6 Data Flow Diagram

Data Flow Diagram merupakan sebuah model proses yang digunakan

untuk mengambarkan aliran dari data yang melalui sebuah sistem dan proses yang

dibentuk oleh sistem (Whitten, J.L., Bentley, L.D., Barlow, V.M., 2004).

2.6.1 Simbol DFD

DFD terdiri dari 4 buah simbol yaitu :

1. Proses (Process)

Proses adalah kerja yang dilakukan oleh sistem dalam merespon arus data

yang datang atau suatu kondisi. Gambar 2.9 merupakan simbol proses

menurut Gane dan Sarson :

Gambar 2.9 Simbol Proses menurut Gane dan Sarson

2. Arus data (Data Flow)

Arus data adalah data sebagai masukan ke proses atau keluaran dari

(62)

Gambar 2.10 Simbol dari arus data

Arus data juga digunakan untuk mewakilicreation, reading, deleting, atau

updating dari data dalam file atau database (disebut datastore atau

penyimpanan data).

3. Kesatuan Luar (External Agent).

Kesatuan luar adalah orang, unit organisasi, sistem atau organisasi luar

yang berinteraksi dengan sistem. Disebut juga denganexternal entity.

Gambar 2.11 merupakan simbol kesatuan luar menurut Gane dan Sarson :

Gambar 2.11 Simbol kesatuan luar menurut Gane dan Sarson

4. Penyimpanan data (Data Store)

Penyimpanan data digunakan untuk menyimpan data hasil proses maupun

menyediakan data untuk diproses. Sinonim denganfiledandatabase.

Gambar 2.12 merupakan simbol penyimpanan data menurut Gane dan

Sarson

Gambar 2.12 Simbol penyimpanan data menurut Gane dan Sarson Nama Arus Data

Nama kesatuan

luar

(63)

2.7 ERD (Entity Relationship Diagram)

ERD digunakan untuk menunjukkan objek - objek (himpunan entitas) apa

saja yang terlibat dalam sebuah sistem dan bagaimana hubungan yang terjadi

diantara objek – objek tersebut. Simbol – simbol di dalam ERD yang dapat

digunakan adalah seperti pada tabel 2.5 :

Simbol Keterangan

Menyatakan himpunan entitas.

Menunjukkan link, sebagai penghubung antara himpunan relasi dengan himpunan entitas, dan himpunan entitas dengan atributnya.

Menyatakan himpunan relasi.

Menyatakan atribut.

Tabel 2.5 Simbol–simbol ERD

2.8 Database

Basis data merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan, disimpan di

luar komputer dan digunakan perangkat lunak tertentu untuk memanipulasinya.

Basis data merupakan salah satu komponen yang penting di dalam pembuatan

sistem karena berfungsi sebagai penyedia informasi bagi penggunanya. Suatu

basis data digunakan untuk mengatasi masalah pada penyusunan data, basis data

yang digunakan untuk mengatasi masalah pada penyusunan data yaitu :

(64)

Jika file-file di program aplikasi diciptakan oleh programmer yang

berbeda pada waktu yang berselang cukup panjang, maka ada beberapa

bagian data yang mengalami penggandaan pada file-file yang disimpan

pada tempat yang berbeda, hal inilah yang disebut dengan redundansi dan

mengakibatkan pemborosan ruang penyimpanan dan juga biaya untuk

mengakses akan lebih tinggi. Penyimpanan data yang sama secara

berulang-ulang di beberapa file dapat mengakibatkan data tidak konsisten

(inkonsistensi data).

2. Isolasi data (data isolation)

Jika ada data yang tercerai berai dalam beberapa file, dan file tersebut

tidak dalam format yang sama, maka timbul kesulitan untuk membuat

program aplikasi baru untuk mengambil dan menyimpan data tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dipaksakan suatu standarisasi dalam

database yang bertujuan untuk memudahkan pertukaran data (data

interchange), atau perpindahan data (migration of data) antar sistem.

3. Kesulitan dalam akses data (difficulty in accessing data)

Kesulitan dalam akses data disebabkan oleh program-program aplikasi

yang dibuat hanya untuk kebutuhan tertentu saja, sehingga bila diperlukan

informasi yang tak bisa diperoleh lewat program, maka harus dibuat

terlebih dulu program untuk itu, demikian seterusnya. Penyelesaian untuk

hal tersebut adalah ke arah DBMS yang mampu mengambil data secara

langsung dengan bahasa yang familiar dan mudah digunakan.

(65)

Untuk mempercepat kerja seluruh sistem, maka sistem dibuat untuk

beberapa pemakai agar bisa mengupdate data secara serentak. Hal ini

terjadi karena dengan DBMS data yang diolah tidaklah menyatu dan

tergantung dalam program, namun terlepas dalam satu kelompok data

(database).

5. Masalah keamanan (security problem)

Tidak setiap pemakai database boleh mengakses semua data. Untuk

maslah keamanan ini dapat diatur lewat DBMS dan sistem operasi LAN

(Local Area Network)

6. Masalah integrasi / kesatuan (integrity problem)

Adanya kesulitan mengaitkan antara satu file dengan beberapa file yang

lain untuk membentuk satu kesatuan database. Kaitan antara file tersebut bisa

terjadi dengan cara membentuk field kunci pada file-file yang ada dan tentu saja

dengan menggunakan teknik perancangan yang baik.

2.9 Pengertian Rukun Tetangga (RT)

Rukun Tetangga adalah pembagian wilayah di Indonesia dibawah RW

(Rukun Warga). Rukun Tetangga bukanlah termasuk pembagian administarsi

pemerintahan dan pembentukannya melalui musyawarah masyarakat setempat

dalam rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Desa atau

Kelurahan. Rukun Tetangga dipimpin oleh Ketua RT yang dipilih oleh warganya.

Sebuah RT terdiri atas sejumlah rumah (kepala keluarga). Berikut gambar

(66)

Provinsi

Kabupaten/Kota

Kecamatan

Kelurahan/Desa

(67)

BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

3.1.1 Gambaran Umum Sistem Lama

Pada Dinas Pekerjaan Umum, peta letak bangunan dan data – data IMB terkait berhubungan secara terpisah. Untuk data – data IMB masih dilakukan dengan pencatatan secara manual kemudian baru dipindahkan ke Microsoft Excel,

sedangkan data peta letak bangunan masih terpisah dengan data – data IMB dikarenakan penggunaan Sistem Informasi Geografis kurang begitu maksimal

dalam menampilkan data–data IMB berdasarkan letak bangunan pada bangunan. 3.1.2 Orang Yang Terlibat Dalam Sistem

Orang yang terlibat dalam sistem antara lain :

1) Staff Tata Ruang DPU

Staff Tata Ruang DPU dapat mudah melihat data – data IMB yang meliputi : No IMB, ID Pemilik Lahan, Nama Pemilik Lahan, Alamat

Pemilik Lahan, Jumlah Penghuni, Jenis Bangunan, Pemanfaatan

Bangunan, Luas Tanah, Luas Bangunan, Status Kepemilikan Tanah

dan Bangunan, IMB sebelumnya, Alasan tentang IMB serta kualitas

bangunan meliputi dinding, lantai, atap, plafon, km/wc, dapur, air,

(68)

3.1.3 Gambaran Umum Sistem Yang Dianalisa

Sistem yang dibangun merupakan Sistem Informasi Geografis yang

berbasis desktop dimana staff Tata Ruang dapat melihat peta letak bangunan dan

lahan untuk mendapatkan informasi IMB. Selain itu staff Tata Ruang dapat

mengedit data IMB berdasarkan letak bangunan atau lahan yang terpilih.

3.1.4 Uses Case

SIG Tata Ruang Wilayah RT

Peta Bangunan/Lahan

Informasi IMB

Zoom

Edit IMB

Legenda

Cetak Peta

Staff Tata

(69)

3.1.5 Diagram berjenjang

3.1.5.1 Diagram Konteks

Gambar 3.2. Diagram Konteks

0 SIG pendataan

tata ruang wilayah kota

Informasi No Bangunan/Lahan, No IMB, Nama Pemilik Lahan, Alamat Pemilik Lahan, Jumlah Penghuni, Jenis Bangunan, Pemanfaatan Bangunan, Luas Tanah, Luas Bangunan, Status Kepemilikan Tanah dan Bangunan, IMB sebelumnya, Alasan tentang IMB serta kualitas bangunan meliputi dinding, lantai, atap, plafon, km/wc, dapur, air, listrik dan pembuangan

Staff tata ruang DPU

(70)

Gambar 3.3. Bagan Berjenjang 0

SIG Pendataan Tata Ruang Wilayah Kota

1

Zoom

2

Edit IMB

3

Informasi IMB

4

Peta Bangunan/ Lahan

5 Cetak Peta

6

Legenda

6.1p

Memilih Layer

6.2p

Gambar

Gambar 2.1: Subsistem –subsistem SIG
Gambar 2.3 : Menjelaskan contoh pertanyaan konseptual yang harus dijawab SIG
Gambar 2.4 : Data vektor
Tabel 2.1a Tabel Point, 2.1b Tabel Line, 2.1c Tabel Poligon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak etanol daging buah mahkota dewa ( Phaleria .macrocarpa (Scheff) Boerl) secara bertingkat pada kosentrasi 16%, 32%,

Definisi pengecoran, Review Proses Pengecoran Pengecoran (CASTING) adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan

V.1 Hasil Uji Kontrol Lingkungan di dalam dan di luar Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) Sebelum dan Selama Pembuatan Sediaan

Hasil pengamatan kematian cacing pada penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kesum memiliki daya antelmintik dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pemanfaatan Lembar Kerja Siswa (LKS) sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada

2)Biasanya, nilai dari koefisien DC lebih besar daripada nilai dari koefisien AC, karena itu koefisien DC dapat dengan mudah dikenali bahkan setelah permutasi. Dengan

Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, perkeretaapian, pelayaran dan penerbangan dan penerbangan yang menjadi kewenangan daerah dan