Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Informatika
Oleh :
Mario Candra
NIM : 015314085
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Final Project
Presented as Partial of the Requirements to Obtain theSarjana TeknikDegree
In Informatics Engineering
By :
Mario Candra
NIM : 015314085
STUDY PROGRAM INFORMATICS ENGINEERING
DEPARTEMENT OF INFORMATICS ENGINEERING
FACULTY OF ENGINEERING
SANATA DHARMA UNIVERSITY
iv
v
Skripsi ini kupersembahkan untuk
:
My Lord Jesus Christ.
Kedua orang tuaku yang terrcinta. Kakak dan adikku.
vi
IMPLEMENTASI SIG UNTUK PENDATAAN
TATA RUANG WILAYAH RT
(Studi Kasus : DPU Pemerintah Kota Madiun)
yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, Oktober 2007 Penulis
vii
berhubungan dengan tata ruang kota, dimana dalam setiap pengaturan bangunan
atau lahan mengacu pada zoning sesuai surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
yang diajukan oleh warga pemilik bangunan atau lahan. Hal ini diperlukan untuk
membantu Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Madiun dalam pengaturan
bangunan atau lahan berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah. Sangat diperlukan
penggunaan teknologi Sistem Informasi Geografis untuk inventarisasi,
pemantauan, evaluasi dan pembuatan model pengelolaan suatu wilayah secara
cepat, akurat dan efektif dalam pendataan dan penyajian pemetaan sehingga dapat
mengantisipasi kecepatan perubahan yang terjadi. Sampai saat ini Dinas Pekerjaan
Umum Pemerintah Kota Madiun belum menerapkan pemakaian dan
pengembangan Sistem Informasi Geografis pada proses pendataan bangunan atau
lahan dalam lingkup wilayah Rukun Tetangga.
Implementasi Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan ArcView
3.3 untuk mengolah data peta dijital dan Microsoft Access untuk menangani
database non atribut mendukung dalam pembuatan sistem yang dibutuhkan oleh
Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Madiun. Terutama dalam membantu
menyelesaikan permasalahan zoning penggunaan bangunan atau lahan lingkup
wilayah Rukun Tetangga. Sistem ini dapat melakukan penghapusan dan pencarian
data IMB berdasarkan obyek peta yang terpilih serta penambahan dan pengubahan
viii
on the zone division (zoning) of IMB (Izin Mendirikan Bangunan) letter proposed
by the owner. This way to helpDinas Pekerjaan UmumKota in order to manage buildings and lands according to Peraturan Daerah, and it needs System Information Geography for inventory, monitoring, evaluation and model design of
managing an area both accurately and effectively to record and present a map so
that it could anticipate fast change recently happen. Up to today,Dinas Pekerjaan Umum, represented by Kotamadya Madiun have not implement and develop System Information Geography in processing building and lands data of Rukun
Tetangga area.
Implementing System Information Geography by using ArcView 3.3 to
process digital map data and using Microsoft Access to handle non-attribute
database in supporting system design needed by Dinas Pekerjaan Umum of Government Kotamadya Madiun, especially in solving zoning problem of building and land using in Rukun Tetangga area. This system could perform data
IMB eraser and searcher based on map object chosen and also map digital adding
ix
YESUS atas kasih karunia dan keselamatan, serta kepada ROH KUDUS atas penyertaan, hikmat, akal dan budi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi SIG Untuk Pendataan Tata Ruang Wilayah RT”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana teknik program studi teknik informatika. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan bacaan dan pertimbangan bagi semua pihak yang memerlukan dan menggunakannya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan petunjuk selama proses pengerjaan skripsi, pembuatan naskah skripsi, hingga tersusunnya naskah skripsi ini. Tidak lupa, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Romo Ir. Greg. Heliarko SJ, S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Agnes Maria Polina, S.Kom., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Alb. Agung Hadhiatma, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan petunjuk serta bimbingan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Kedua orang tua saya, atas doa, kasih, kesabaran, dan perhatian yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Lusi dan Tia, terima kasih untuk perhatian, dukungan dan doamu.
6. Lia, atas segala dukungan semangatnya yang tak pernah lelah sampai saat ini.
x
memberikan saran selama pengerjaan skripsi.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan. Kepada peneliti lain mungkin masih bisa mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisa yang lebih tajam. Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, Oktober 2007 Penulis,
xi
HALAMAN PERSETUJUAN……….ii
HALAMAN PENGESAHAN………iii
HALAMAN MOTTO……….iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….vi
ABSTRAK……….vii
ABSTRACT……….viii
KATA PENGANTAR………ix
DAFTAR ISI………..xi
DAFTAR TABEL..………...xvi
DAFTAR GAMBAR………...xvii
BAB I PENDAHULUAN………1
1.1 Latar Belakang Masalah…………..………....1
1.2 Rumusan Masalah………3
1.3 Batasan Masalah..……...………..3
1.4 Tujuan Penelitian ……….………..4
1.5 Manfaat Penelitian ……….………4
1.6 Metodologi Penelitian………...………...……4
1.7 Sistematika Penulisan………..………6
xii
2.1.3 Pertanyaan Konseptual………..12
2.1.4 Data SIG………14
2.1.4.1 Data Spasial………..14
2.1.4.1.1 Model Data Spasial……….14
2.1.4.1.2 Sistem Koordinat……….18
2.1.4.2 Data Non-Spasial……….19
2.1.4.3 Sumber Data SIG……….20
2.1.5 SIG Sebagai Ilmu Multi Disiplin………..21
2.1.6 Query dan Analisis Spasial………...25
2.2 Peta………..………..26
2.3 Arcview………...………...27
2.3.1 Konsep layer data dan atribut………28
2.3.2 Terminologi dan Fungsi……….………...29
2.3.3 User Interface………31
2.3.4 Dynamic Data Exchange………...32
2.3.5 Basisdata pada Arcview………33
2.3.6 Pemrograman Script Avenue………35
2.3.6.1 Penulisan PernyataanScriptAvenue………...35
2.3.6.2 Penulisan Komentar……….36
xiii
2.3.6.4 Kontrol Alur Program………..38
2.4 Microsoft Access……….………...40
2.5 Use Case Diagram………...………...41
2.6 Data Flow Diagram…...……….42
2.6.1 Simbol DFD………..42
2.7 ERD (Entity Relationship Diagram)...44
2.8 Database...44
2.9 Pengertian Rukun Tetangga (RT) ...46
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM………...48
3.1 Analisis Sistem………...48
3.1.1 Gambaran Umum Sistem Yang Lama ………48
3.1.2 Orang Yang Terlibat Dalam Sistem ………48
3.1.3 Gambaran Umum Sistem Yang Dianalisa………49
3.1.4 Uses Case ………49
3.1.5 Diagram Berjenjang………..50
3.1.5.1 Diagram Konteks……….50
3.1.5.2 Bagan Berjenjang……….51
3.1.5.3 Overview Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang………….52
xiv
(Informasi IMB) ………53
3.1.5.3.4 Overview Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang (Peta Bangunan/Lahan)………53
3.1.5.3.5 Overview Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang (Cetak)……….54
3.1.5.3.6 Overview Diagram Level 1 Proses 6………..54
3.1.5.3.7 Overview Diagram………..55
3.2 Perancangan Sistem………...56
3.2.1 Perancangan Database ………56
3.2.1.1 Pendefinisian Entitas………56
3.2.1.2 Hubungan Antar Entitas………...57
3.2.1.3 Pembentukan Tabel……….57
3.2.2 Perancangan Antarmuka ………59
3.2.2.1 Disain Menu Utama ………59
3.2.2.2 Sub Menu Informasi IMB………60
3.2.2.3 Sub Menu Edit IMB……….61
3.2.2.4 Sub Menu Tampilan……….62
BAB IV IMPLEMENTASI………63
4.1 Implementasi Program………...63
xv
4.1.4 Toolbar Lihat Denah……….……78
4.1.4 Toolbar Pilihan Tampil Peta……….…80
4.2 Analisa Hasil Implementasi.………...………...81
4.2.1 Perbandingan Pemetaan Tata Ruang Tidak Berbasis SIG dengan Pemetaan Tata Ruang Berbasis SIG………...81
4.2.1.1 Pemetaan Tata Ruang Tidak Berbasis SIG……….…..81
4.2.1.2 Pemetaan Tata Ruang Berbasis SIG……….…82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...83
5.1 Kesimpulan………83
5.2 Saran………...83
xvi
2.1b Tabel Line 16
2.1c Tabel Poligon 16
2.2a Tabel Atribut Titik 19
2.2b Tabel Atribut Garis 19
2.2c Tabel Atribut Poligon 20
2.3 Hubungan antara displin ilmu tradisional dengan SIG 22
2.4 Cakupan utama aplikasi SIG 24
2.5 Simbol–simbol ERD 44
3.1 Tabel Data IMB 58
xvii
2.2 Subsistem SIG berdasarkan jenis masukan, proses dan
jenis keluaran 10
2.3 Menjelaskan contoh pertanyaan konseptual yang harus
dijawab SIG 13
2.4 Data vektor 15
2.5 Data raster 17
2.6 Konsep Layer 29
2.7 Simbol Use Case 41
2.8 Simbol Aktor 41
2.9 Simbol Proses menurut Gane dan Sarson 42
2.10 Simbol dari arus data 43
2.11 Simbol kesatuan luar menurut Gane dan Sarson 43 2.12 Simbol penyimpanan data menurut Gane dan Sarson 43 2.13 Pembagian administratif Indonesia 47
3.1 Use Case 49
3.2 Diagram Konteks 50
3.3 Bagan Berjenjang 51
3.4 Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin (Zoom) 52 3.5 Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin (Edit
IMB) 53
3.6 Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin
(Informasi IMB) 53
3.7 Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin (Peta
Bangunan/Lahan) 53
3.8 Diagram Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin (Cetak
Peta) 54
3.9 Level 0 Pada Staff Tata Ruang/Admin (Legenda) 54
3.10 Overview Diagram 55
3.11 Entitiy Relationship 57
3.12 Disain Menu Utama 59
3.13 Disain Informasi IMB 60
3.14 Disain Edit IMB 61
3.15 Disain Sub Menu Tampilan 62
4.1 Menu Informasi IMB 64
4.2a Menu Edit IMB 70
4.2b Menu Edit IMB 70
4.3a Menu Tampilan 75
4.3b Menu Tampilan 75
4.4a Toolbar cetak 76
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perencanaan dan pengelolaan suatu wilayah yang baik mutlak diperlukan untuk menjaga tata ruang kota terutama pada bagian lingkup terkecil yaitu Rukun Tetangga (RT). Untuk itu, diperlukan informasi yang memadai dalam merepresentasikan atau memodelkan data – data geografis, termasuk diantaranya informasi spasial dan basisdata spasial. Serta khususnya menyangkut suatu masalah peningkatan penggunaan lahan dan kebutuhan informasi wilayah perkotaan secara kuantitas maupun kualitas melalui lingkup terkecil yaitu RT. Informasi dalamSistem Informasi Geografi
bisa dilihat sebagai input dasar dari perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan evaluasi. Tidak adanya dan layaknya informasi bisa berakibat fatal pada program serta proyek perencanaan tata ruang suatu wilayah. Memperbaiki kekurangan dalam penggunaan dan pengelolaan informasi seharusnya menjadi prioritas utama untuk mengumpulkan serta memproses data yang relevan. Karena kebanyakan data yang relevan untuk perencanaan dan pengelolaan tata ruang wilayah kota merujuk kepada penyebaran spasial, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan teknologi yang tepat untuk melakukan inventori dan monitoring
Pada Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pemerintah Kota Madiun dalam memberikan perijinan pendirian suatu bangunan atau penggunaan suatu lahan dengan melakukan pendataan secara fisik yang tercantum sesuai dalam prosedur Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), apabila dari pemilihan kriteria sampai pemenuhan syarat IMB telah lolos. Maka data bangunan atau lahan tersebut akan dimasukkan dalam penyimpanan data pada kantor DPU bagian Tata Ruang, dalam hal ini pendataan masih dicatat dalam kertas dahulu baru setelah itu dipindahkan atau dicatat kembali ke komputer menggunakan program Bantu Microsoft Excel.
Belum adanya pemakaian dan pengembangan SIG pada proses pendataan bangunan atau lahan akan menimbulkan kesulitan dalam penyajian pemetaan perencanaan tata ruang suatu wilayah terutama lingkup RT. Khususnya jika pada penyajian tersebut membutuhkan pemetaan, inventarisasi, pemantauan, evaluasi dan pembuatan model pengelolaan suatu wilayah secara cepat, akurat dan efektif serta mengantisipasi kecepatan perubahan yang terjadi.
Dengan latar belakang inilah, maka salah satu alternatif yang dilakukan adalah membangun suatu aplikasi SIG dengan mengimplementasikan teknologi SIG menggunakan bahasa Script Avenue yang terintegrasi dengan
bidang perencanaan memungkinkan data IMB serta letak bangunan atau lahan tersebut dapat divisualisasikan menjadi kesatuan informasi peta dijital.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah bagaimana data-data IMB yang telah diproses dapat ditampilkan melalui aplikasi SIG berupa obyek peta sehingga data informasi tersebut ditampilkan berdasarkan letak bangunan atau lahan dalam suatu wilayah RT serta dapat melakukan pengelolaan data IMB dan wilayah zoning pada obyek peta tersebut.
1.3 Batasan Masalah
Sistem aplikasi yang akan dibuat ini dibatasi hanya beberapa hal, yaitu : 1. Data yang diproses dari suatu bangunan atau lahan adalah data IMB. 2. Data model berupa vektor dengan representasi grafis garis dan poligon. 3. Wilayah yang digunakan dalam pemetaan adalah RT 31 / RW 07
Lingkungan Madiun Lor.
4. Sistem ini hanya digunakan untuk mengetahui posisi dan data IMB suatu bangunan atau lahan dalam lingkup salah satu RT pada wilayah kota berdasarkan zoning atau daerah yang meliputi Ruko (Rumah Toko), Hunian, Kantor, Jalur Hijau dan Fasilitas Umum.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah membangun aplikasi SIG yang dapat menyajikan pemetaan tata ruang kota lingkup RT beserta attribut informasinya untuk keperluan pendataan IMB serta pengelolaan tata ruang kota berdasarkan
kriteria zoning (fasilitas umum, kantor, ruko, jalur hijau, hunian dan ruang industri) pada bagian Tata Ruang DPU menggunakan Arcview 3.3 sebagai pengolah data spasial (peta) dan Ms. Access 2000 untuk membangun basisdata atribut.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari pembuatan program ini adalah :
1. Memudahkan Tata Ruang DPU dalam pendataan IMB.
2. Memudahkan pengembangan wilayah kota lingkup RT berdasarkan zoning yang telah ditentukan oleh Tata Ruang DPU.
3. Mengetahui data IMB dan posisi obyek bangunan atau lahan pada salah satu lingkup RT.
4. Memudahkan mengelola data – data IMB yang terdapat dalam basisdata spasial.
1.6 Metodologi Penelitian
Pemerintah Kota Madiun adalah metodologi pendekatan terstruktur. Pada pendekatan terstruktur ini, alat-alat dan teknik-teknik yang digunakan adalah : 1. Wawancara
Melakukan wawancara dengan pihak yang bersangkutan dalam hal ini bagian staff Tata Ruang DPU untuk memperoleh informasi yang akurat berkaitan dengan masalah yang ada.
2. Studi pustaka
Mempelajari buku-buku, laporan-laporan, karya ilmiah maupun makalah dari internet yang dapat dijadikan sebagai bahasan masukkan informasi dalam memahami aplikasi SIG di bidang perencanaan beserta perangkat lunak dan perangkat keras yang mendukung pembangunan aplikasi tersebut.
3. Analisa
Analisis kebutuhan dan kondisi dari aplikasi yang akan dibangun baik pada tingkat perangkat lunak (menggunakan diagram relasi entitas dalam perancangan sistem) maupun perangkat keras.
4. Disain
Perancangan sistem dan aplikasi yang akan dibangun (disain database dan user interface).
5. Penulisan program
Melakukan pengimplementasian program untuk menguji program berjalan dengan baik atau terjadi kekurangan.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, rumusan masalah, dan metodologi penelitian yang digunakan serta sistematika isi penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan konsep dan teori dasar yang mendukung penulisan tugas akhir ini.
BAB III ANALISIS dan PERANCANGAN SISTEM
Bab ini berisi pembahasan mengenai analisis dan perancangan terhadap aplikasi SIG dan sistem secara keseluruhan.
BAB IV IMPLEMENTASI dan ANALISA HASIL
Bab ini berisi implementasi dari hasil perancangan pada Bab III dan analisis terhadap hasil pengujian dari aplikasi yang telah dibangun.
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) mulai dikenal pada awal 1980-an.
Sejalan dengan berkembangnya perangkat komputer, baik perangkat lunak
maupun perangkat keras maka SIG berkembang dengan pesat pada era
1990-an.
Secara harafiah, SIG dapat diartikan sebagai :
“suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja secara efektif
untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,
memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data
dalam suatu informasi berbasis geografis“
Informasi spasial memakai lokasi, dalam suatu sistem koordinat tertentu,
sebagai dasar referensinya. Karenanya SIG mempunyai kemampuan untuk
menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi,
menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Aplikasi
SIG menjawab beberapa pertanyaan seperti : lokasi, kondisi, trend, pola dan
pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi
lainnya.
Dilihat dari definisinya, SIG adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai
komputer beserta dengan perangkat lunaknya belum berarti bahwa kita sudah
memiliki SIG apabila data geografis dan sumberdaya manusia yang
mengoperasikan belum ada. Sebagaimana sistem komputer pada umumnya,
SIG hanyalah sebuah “alat” yang mempunyai kemampuan khusus.
Kemampuan sumberdaya manusia untuk memformulasikan persoalan dan
menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam keberhasilan sistem SIG.
2.1.1 Subsistem SIG
Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling
keterhubungannya (inter-relasi) dalam mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Subsistem adalah hubungan yang terjadi di antara masing–masing komponen
sistem, dimana terdapat keterkaitan antara suatu komponen dengan komponen
lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, SIG dapat diuraikan menjadi
beberapa subsistem (Demers, 1997) berikut ini :
1. Data Input.
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data
spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang
bertanggungjawab dalam mengkonversikan atau mentransformasikan
format – format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh
2. Data Output.
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau
sebagain basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy
seperti : tabel, grafik, peta, dan lain–lain.
3. Data Management.
Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke
dalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil,
di-update, dan di-edit.
4. Data Manipulation and Analysis.
Subsistem ini menentukan informasi – informasi yang dapat dihasilkan
oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan
pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
Data Manipulation
and Analysis
Data Ouput Data Input
Data Management
SIG
Jika subsistem SIG di atas diperjelas berdasarkan jenis masukan, proses
dan jenis keluaran yang ada di dalamnya, maka subsistem SIG dapat
digambarkan sebagai berikut :
2.1.2 Komponen SIG
SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan
lingkungan sistem – sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan
jaringan. Sistem SIG terdiri dari beberapa komponen berikut (Gistut, 1994):
1. Perangkat keras.
SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dari PC
desktop, workstation, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh
banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, Tabel
Laporan
Pengukuran Laporan
Data dijital lain
Peta (tematik,
berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (harddisk) yang besar
dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun
demikian, fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap
karakteristik–karakteristik fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan
memori pada PC pun dapat diatasi. Adapun perangkat keras yang sering
digunakan untuk SIG adalah komputer (PC),digitizer,printer,plotter dan
scanner.
2. Perangkat lunak.
SIG merupakan perangkat sistem perangkat lunak yang tersusun secara
modular dimana basisdata memegang peranan kunci. Setiap subsistem
diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari
beberapa modul, hingga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang
terdiri dari ratusan modul program.
3. Data dan informasi geografis.
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data serta informasi yang
diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng-import-nya dari
perangkat – perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung
dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data
attributnya dari tabel–tabel dan laporan melalui perangkat SIG.
4. Manajemen.
Suatu proyek SIG akan berhasil jika di-manage dengan baik dan
dikerjakan oleh orang – orang yang memiliki keahlian yang tepat pada
2.1.3 Pertanyaan konseptual
Kemampuan SIG dapat dilihat dari penyelesaiannya dalam menjawab
pertanyaan – pertanyaan (yang bersifat) konseptual sebagai berikut (Pu,
1992):
1. What is at...? Pertanyaan lokasional ; apa yang terdapat pada lokasi
tertentu.
2. Where is it...? Pertanyaan kondisional ; lokasi apa yang mendukung
untuk kondisif atau fenomena tertentu.
3. How has it changed...? Pertanyaan kecenderungan ; mengidentifikasi
kecenderungan atau peristiwa yang terjadi.
4. Which data are related ...? Pertanyaan hubungan ; menganalisis
hubungan keruangan antar objek dalam kenampakan geografis.
5. What if...? Pertanyaan berbasiskan model ; komputer dan monitor
dalam kondisi optimal, kecocokan lahan, resiko terhadap bencana, dan lain
Untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut melalui fungsi dasar
SIG yang harus dipenuhi sebagai berikut :
1. Akuisisi data dan proses awal.
Tahap pengambilan data dan pra-pengolahan dengan subfungsinya, yaitu :
digitasi, penyuntingan atau editing, pembangunan topologi, transformasi
proyeksi, konversi format data, pemberian atribut, dan lain - lain.
2. Pengelolaan database.
Tahap manajemen basisdata, penyimpanan dan pengambilan data dengan
subfungsinya, yaitu : pengarsipan data, permodelan bertingkat, pemodelan
jaringan, pemodelan relasional, pencarian atribut, database berorientasi
obyek, dan lain - lain.
3. Pengukuran keruangan dan analisis.
Tahap pengukuran dan analisis keruangan spatial (jenis data mengenai
daerah penyangga atau buffering, analisis tumpang tindih atau overlay,
operasi konetivitas, dan lain - lain.
4. Penayangan grafis dan visualisasi.
Tahap output grafis dan visualisasi dengan subfungsinya, yaitu :
transformasi skala, generalisasi, peta topografi, peta statistik, tampilan
perspektif, dan lain - lain.
2.1.4 Data SIG
Secara umum, terdapat dua jenis data yang dapat digunakan untuk
merepresentasikan atau memodelkan fenomena – fenomena yang terdapat di
dunia nyata, yaitu : data spasial dan data non-spasial.
2.1.4.1 Data Spasial
Data spasial adalah jenis data yang merepresentasikan aspek – aspek
keruangan dari fenomena yang bersangkutan. Contoh yang umum adalah
informasi lintang dan bujur, termasuk diantaranya informasi datum dan
proyeksi. Contoh lain dari informasi spasial yang bisa digunakan untuk
mengidentifikasikan lokasi misalnya adalah Kode Pos.
2.1.4.1.1 Model Data Spasial
Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua model, yaitu :
Dalam data format vektor, bumi kita direpresentasikan sebagai
suatu mosaik dari garis (arc atau line), yaitu : polygon (daerah yang
dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik
atau point (node yang mempunyai label), dan nodes (merupakan titik
perpotongan antara dua buah garis).
Gambar 2.4 : Data vektor
Dalam penjelasan diatas maka informasi grafis dapat dibedakan menjadi :
1. Titik ataupointadalah representasi grafis yang paling sederhana untuk
suatu objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat
diidentifikasikan diatas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor
dengan menggunakan symbol – symbol. Entiy titik meliputi semua
objek grafis dan geografis dengan pasangan koordinat (x,y).
2. Garis atauline adalah bentuk linear yang akan menghubungkan paling
sedikit dua titik dan digunakan untuk mempresentasikan objek– objek
satu dimensi. Entity garis yang paling sederhana memerlukan ruang
untuk menyimpan titik awal dan titik akhir (dua pasangan koordinat
x,y) beserta informasi lain mengenai symbol yang digunakan untuk
Tabel 2.1a Tabel Point, 2.1b Tabel Line, 2.1c Tabel Poligon 3. Poligon digunakan untuk mempresentasikan objek – objek dua
dimensi. Entity poligon dapat direpresentasikan dengan berbagai cara
di dalam model data vector. Cara yang paling sederhana
mempresentasikan setiap poligon sebagai kumpulan koordinat (x,y).
Relasi entity berdasarkan koordinat-koordinat objek diatas adalah
merupakan bagian dari perancangan basisdata SIG (disebut juga sebagai
basisdata spasial) sehingga membedakan dengan rancangan basisdata
biasa (basisdata non-spasial). Keuntungan utama dari format data vektor
adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis
lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan
posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh penggunaan
lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur.
Line_ID Koordinat
2. Model data Raster.
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang
dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek
Point_ID X Y
1 24.4 26.5
2 23.8 44.1
3 26.6 49.4
4 27.9 42.7
geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan
pixel (picture element). Pada data raster, resolusi (definisi visual)
tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel
menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili
oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang
direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster
sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara
gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah, dan
lain - lain. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file;
semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya.
Gambar 2.5 : Data raster
Masing-masing model data mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pemilihan model data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan
penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian
yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vektor relatif lebih
ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit
untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sebaliknya, data raster
presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara
matematis.
2.1.4.1.2 Sistem Koordinat
Data spasial ditentukan berdasarkan sistem koordinat, yang diantaranya
mencakup datum dan proyeksi peta. Datum adalah kumpulan parameter dan
titik kontrol yang hubungan geometriknya diketahui, baik melalui pengukuran
atau penghitungan. Sedangkan proyeksi peta adalah sistem yang dirancang
untuk mempresentasikan permukaan dari suatu bidang lekung atau spheroid
(misalnya bumi) pada suatu bidang datar. Proses representasi ini menyebabkan
distorsi yang perlu diperhitungkan untuk memperoleh ketelitian beberapa
macam properti, seperti jarak, sudut, atau luasan.
Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana
koordinat – koordinat yang bersangkutan mempresentasikan titik – titik.
Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal (origin) beserta beberapa sumbu
–sumbu dari kumpulan koordinat yang digunakan untuk mengukur jarak dan
sudut yang menghasilkan koordinat – koordinat (Rockville, 1986). Sistem
koordinat dapat dikelompokkan menurut :
1. Lokasi titik awal ditempatkan (geocentric1, topocentric2, heliocentric3, dan
lain - lain).
1
Merujuk pada titik pusat bumi. 2
Merujuk pada suatu titik yang terdapat di permukaan bumi. 3
2. Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi (bidang datar, bola,
ellipsoid).
3. Arah sumbu–sumbunya (horizontal dan ekuatorial).
2.1.4.2 Data Non-Spasial
Data Non-Spasial adalah jenis data yang mempresentasikan aspek– aspek
deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Aspek deskriptif ini mencakup
items dan properties dari fenomena yang bersangkutan hingga dimensi
waktunya. Suatu lokalitas bisa mempunyai beberapa atribut atau properti yang
berkaitan dengannya, contohnya : luas tanah, luas bangunan, alamat, nama,
populasi, pendapatan per tahun, dan lain – lain. Data non-spasial digunakan
oleh sistem –sistem manajemen basisdata (DBMS-Database Management
2.2(b)
2.2(c)
2.1.4.3. Sumber Data SIG
Sebagaimana telah kita ketahui, SIG membutuhkan masukan data yang
bersifat spasial maupun non-spasial. Beberapa sumber data tersebut antara
lain adalah:
1. Peta analog.
Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan (antara lain peta topografi,
peta tanah, dan lain - lain). Pada umumnya peta analog dibuat dengan
teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti
koordinat, skala, arah mata angin dan lain - lain. Peta analog dikonversi
menjadi peta digital dengan berbagai cara, yaitu digitasi, penggunaanGPS
(Global Positioning System) dan konversi dari sistem lain. Referensi
ID Nama Kode Pos
4 Jl. Jakarta 990102
2 Jl. Puri Cipaganti 990281
3 Jl. Cinangka 992722
5 Jl. Karang Setra 995733
1 Jl. Ciburial 995836
8 Jl. Katamso 996843
6 Jl. Kutu Buku 995837
7 Jl. Ujung Kulon 991233
ID Nama Luas (Ha)
3 Sawah 100
2 Kebun 120
5 Hutan 112
1 Pemukiman 121
4 Cagar Alam 129
4 1
5
2
3
spasial dari peta analog memberikan koordinat sebenarnya di permukaan
bumi pada peta digital yang dihasilkan. Biasanya peta analog
direpresentasikan dalam format vektor.
2. Data dari sistem Penginderaan Jauh
Data Pengindraan Jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang
terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala. Dengan adanya
bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya
masing-masing, kita bisa menerima berbagai jenis citra satelit untuk beragam
tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster
(antara lain citra satelit, foto-udara, dan lain - lain).
3. Data hasil pengukuran lapangan.
Contoh data hasil pengukuran lapang adalah data batas administrasi, batas
kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan, dsb., yang
dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data
ini merupakan sumber data non-spasial .
4. Data GPS.
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data
bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan
berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam
format vektor.
SIG sebagai ilmu multi disiplin terpadu terdiri atas beberapa disiplin ilmu
berikut :
1. Geografi.
2. Kartografi.
3. Penginderaan Jauh.
4. Fotogrametri.
5. Ilmu Ukur Tanah.
6. Geodesi.
SIG kini menjadi disiplin ilmu yang independen dengan nama "Geomatic",
"Geoinformatics", atau "Geospatial Information Science" yang digunakan
pada berbagai departemen pemerintahan dan universitas.
Fungsi dalam SIG Displin Ilmu Akusisi
Data
Pemodelan Penanyangan Aplikasi
1.Geografi
10.Matematika
11.Perencanaan
8. Operasi Penelitian \ Operations Research.
9. Ilmu Komputer.
10. Matematika.
12.Perencanaan
Kota
SIG memiliki banyak nama alternatif yang sudah digunakan bertahun – tahun
menurut cakupan aplikasi dan bidang khusus masing–masing, sebagai berikut :
1. Sistem Informasi Lahan (Land Information System - LIS).
2. Pemetaan terautomatisasi dan Pengelolaan Fasilitas (Automated Mapping
and Facilities Management - AM/FM).
3. Sistem Informasi Lingkungan (Environmental Information System - EIS).
4. Sistem Informasi Sumber Daya (Resources Information System-RIS).
5. Sistem Informasi Perencanaan (Planning Information System-PIS).
6. Sistem Penanganan Data keruangan (Spatial Data Handling System
-SDHS).
Cakupan utama Aplikasi SIG dapat dikelompokkan ke dalam lima
kategori berikut :
1. Pengelolaan Fasilitas.
Peta skala besar dan akurat serta network analysist (analisis jaringan)
digunakan untuk pengelolaan utilitas kota. AM/FM biasanya digunakan
pada tujuan ini.
2. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Untuk tujuan ini digunakan peta skala menengah dan kecil serta overlay
(teknik tumpang tindih) digabungkan dengan foto udara dan citra satelit
untuk analisis dampak lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam.
3. Jaringan Jalan.
Untuk fungsi jaringan jalan digunakan peta skala besar dan menengah, dan
analisis keruangan yang digunakan untuk rute kendaraan, lokasi
perumahan dan jalan, dan lain - lain.
4. Perencanaan dan Rekayasa.
Digunakan peta skala besar dan menengah, dan model rekayasa untuk
perencanaan sipil.
5. Sistem Informasi Lahan.
Digunakan peta kadastral skala besar atau peta persil tanah, dan analisis
keruangan untuk informasi kadastral, pajak, dan lain - lain.
Bidang Aplikasi
1. Pengelolaan Fasilitas. - Penempatan pipa dan kabel bawah tanah.
- Perencanaan fasilitas perawatan.
- Pelayanan jaringan telekomunikasi.
- Perencanaan dan penelusuran penggunaan listrik.
2. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. - Studi kelayakan untuk tanaman pertanian.
- Pengelolaan hutan, pertanian, air dan lahan basah.
- Analisis dampak lingkungan.
- Pengelolaan bencana dan mitigasi.
- Lokasi tempat pembuangan sampah.
3. Jaringan Jalan. - Navigasi kendaraan (rute dan jadwal).
- Penempatan perumahan dan jalanan.
- Pemilihan lokasi proyek.
- Pelayanan ambulan.
- Perencanaan transportasi.
4. Perencanaan dan Rekayasa. - Perencanaan kota.
- Perencanaan wilayah.
- Perencanaan rute dan lokasi jalan tol.
- Pembangunan fasilitas umum.
5. Sistem Informasi Lahan. - Administrasi kadastral.
- Pajak.
- Zoningpenggunaan tanah.
- Akusisi lahan.
2.1.6 Query dan Analisis Spasial
Dalam aktivitas sehari-hari dengan SIG, pengguna tidak lepas dari unsur–
unsur spasial untuk mendapatkan data dan informasi mengenai unsur–unsur yang
bersangkutan. Meng-klik suatu unsur spasial dan kemudian mendapatkan data
atrtibutnya (deskripsi) merupakan salah satu bentuk dari query. Demikian pula
bila pengguna memasukkan suatu atribut hingga akhirnya mendapatkan unsur
yang terkait dengan atribut tersebut. Queryatribut memerlukan data atribut untuk
mendapatkan solusi. Sementara query spasial memerlukan data spasial untuk
mendapatkan jawaban. Walaupun demikian, yang paling sering dihadapi oleh
manusia di dunia nyata adalah permasalahan– permasalahan spasial (juga atribut)
yang kemudian diformulasikan ke dalam bentukqueriesyang terpadu–gabungan
queryspasial dan atribut.
Seringkali, untuk mendapatkan solusi, queries (terutama spasial atau
gabungan spasial dan atribut) memerlukan cara, teknik, atau metode pemodelan
sistem, fisik, dan matematis yang sangat intensif berurusan dengan data – data
koordinat – koordinat geometri unsur – unsur berikut hubungan unsur – unsur
tersebut dengan unsur – unsur yang lain (baik yang tersimpan dalam satu
theme/layer yang sama atau di dalam theme/layer yang berbeda) yang pada
jawaban atas queriesseperti ini, perangkat lunak SIG harus melakukan analisis –
analisis keterhubungan antar – unsur geometri ini dan disebut sebagai analisis
spasial.
2.2 Peta
Semenjak aplikasi SIG meluas, dimana tidak hanya menangani pada
aplikasi natural resources (sumber daya alam) tetapi selain itu juga berkembang
menjadi aplikasi penyajian informasi kenampakan bumi sebagai akibat dari
adanya kebutuhan untuk perencanaan dan pemanfaatan potensi permukaan bumi.
Dalam perkembangan aplikasi tersebut, diperlukan adanya proses pemetaan
berkaitan dengan muatan atau kandungan data yang mengacu ke bumi. Posisi
(lintang bujur) maupun informasi yang terkandung pada posisi tersebut
merupakan bagian dari peta. Adapun bentuk peta terbagi menjadi dua macam,
yaitu peta manual (kertas, kulit hewan) dan peta dijital (desktop mapping, web
mapping). Peta dijital adalah representasi fenomena geografik yang disimpan
untuk ditampilkan dan dianalisis oleh komputer dijital. Sedangkan untuk jenis
peta terbagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
1. Peta Multiguna.
Peta multiguna adalah peta yang menggambarkan topografi suatu daerah
(kondisi fisik : gunung, danau, kota, dan lain - lain) dan batas – batas
administrasi suatu wilayah (kelurahan, propinsi dan negara).
Peta tematik adalah peta yang menampilkan distribusi keruangan dari
kenampakan seperti vegetasi, tanah, geomorfologi, geologi dan sumber daya
alam.
3. Peta Sosial Ekonomi.
Peta sosial ekonomi adalah peta yang menggambarkan kultur sosial ekonomi
suatu daerah seperti peta kependudukan, desa tertinggal, peninggalan sejarah,
dan lain - lain.
2.3 Arcview
Arcview merupakan produk perangkat SIG yang dikeluarkan oleh ESRI
(Environmental Systems Research Institute) pada tahun 1990. ESRI sendiri telah
berkompeten dalam dunia SIG sejak tahun 1969, sehingga menjadikannya salah
satu perusahaan yang menghasilkan produk perangkat SIG yang handal dan
terkenal. Arcview memiliki tampilan yang menarik, interaktif dan memiliki
tingkat kemudahan yang tinggi. Pada akhirnya ESRI lebih giat lagi dalam
mengembangkannya melalui penyediaan dalam bentuk modul –modul tambahan
atau extension(program– program tambahan/add-on yang menyediakan fungsi –
fungsi SIG khusus atau tertentu bagi penggunanya). Arcview hadir bersama
dengan modul standart melalui beberapa extensionnya seperti Digitizer, Cad
Reader, dan sebagainya. Sementara itu, extension yang lain seperti Network
Analyst, Spatial Analyst, Image Analyst, 3D Analyst, Business Analyst, Tracking
Analyst, Internet Map Server serta modul – modul lainnya yang dikembangkan
Arcview membaca, menggunakan dan mengolah data spasial dengan
format yang disebut Shapefile. Format ini mendukung representasi berbagai
features baik titik (point), garis (line) maupun poligon (area). Shapefile ESRI
terdiri dari :
1. File utama (*.SHP)
File utama merupakan direct-access, file dengan panjang record yang
bervariasi dimana setiap recordnya mendeskripsikan sebuah shape (feature)
dengan sebuah list (daftar) verteks-verteksnya4
2. File indeks (*.SHX)
Pada file indeks, setiap record mengandung offset record file utama yang
bersesuaian dari awal file utama.
3. File tabel atribut (*.DBF)
Tabel Dbase berisi atribut–atribut feature, satu record per feature. Ralasi one
to one antara feature (geometri) dengan atributnya didasarkan pada nomor
recordnya. Record atribut, urutannya, harus sama sebagaimana di dalam file
utama.
2.3.1 Konsep layer data dan atrtibut
Konsep layer data adalah representasi data spasial menjadi sekumpulan
peta thematik yang berdiri sendiri sesuai dengan tema masing – masing, tetapi
terikat dalam suatu kesamaan lokasi. Keuntungannya dari konsep data layer
4
adalah mudahnya proses penelusuran dan analisa spasial serta efisiensi
pengolahan data. Visualisasi konsep layer dapat terlihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 : Konsep Layer
2.3.2 Terminologi dan Fungsi
Di dalam lingkungan Arcview terdapat beberapa terminologi dan fungsi
yang perlu dipelajari dalam menampilkan serta menganalisa data spasial dan
atributnya yaitu sebagai berikut :
1. Theme.
Sebuah layer grafis yang memuat kumpulan fitur geografis dan informasi
atributnya. Sebuah theme biasanya memuat informasi geografis dengan tema
tertentu untuk sebuah tipe fitur tunggal. Bisa berupa vektor ataupun citra
(contoh: SUNGAI.SHP, LCOVER_GRD, dan lain - lain).
2. Table.
Sebuah file data yang berisi informasi atribut dari suatu fitur geografis dalam
bentuk tabel. Kolom memuat atribut dan baris memuat record. Table adalah
digabungkan dengan theme (contoh: KOORDINAT.TXT, PENDUDUK.DBF,
dan lain -lain).
3. View.
Sebuah wadah dimana theme ditampilkan. Bila View memuat lebih dari satu
theme maka theme-theme tersebut akan ditampilkan secara berurutan dari
bawah ke atas. Komposisi peta yang ditampilkan merupakan hasil overlay dari
beberapa theme.
4. Layout.
Sebuah wadah untuk merancang output peta yang akan dibuat. Anda bisa
menyusun view dan mengatur letak obyek (legend, scale bar, dan lain - lain)
sesuai dengan yang anda inginkan sebelum mencetaknya.
5. Project.
Sebuah file ArcView yang menyimpan data (theme dan table) dan output
(view, layout) yang dibuat oleh user untuk suatu aplikasi tertentu.
6. Script.
Berhubungan dengan bahasa pemrograman bahasa macro (script) yang
terintegrasi dengan paket standard Arcview dan dapat dikompilasi serta
dijalankan di dalam lingkungan Arcview yang disebut Avenue. Bahasa
pemrograman script ini merupakan sarana dan tool yang efektif serta efisien
sehingga dapat digunakan untuk meng-customize dan mengembangkan
aplikasi– aplikasi yang dibuat dengan Arcview. Walaupun demikian,avenue
dikembangkan dengan beberapa features pemrograman script yang
7. Chart.
Chart merupakan salah satu bentuk representasivisual(grafis) dari field(data
- data) numerik yang telah disimpan dalam bentuk tabular (tabel) yang
kompleks sekalipun sehingga informasinya menjadi sangat menarik untuk
dilihat dan mudah dimengerti. Dalam Arcview, chart sangat berperan penting
karena juga menjadi media untuk mepresentasikan informasi bersama dengan
peta– peta dijitalnya itu sendiri. Sebuah chart dapat menampilkan data–data
numerik yang terdapat di dalam sebuah tabel dengan tampilan yang sangat
menarik, informatif dan profesional.
8. Query.
Berhubungan dengan cara mendapatkan informasi pada satu atau beberapa
theme menggunakan ekspresi penelusuran query. Meng-klik suatu unsur
spasial dan kemudian mendapatkan data atributnya merupakan salah satu dari
query sederhana. Fungsinya untuk mendefinisikan secara akurat mengenai
fitur yang akan dicari meliputi lebih dari satu atribut, operasi dan kalkulasi.
Arcview mempunyai sarana untuk membangun query dalam membantu
pemilihan unsur – unsur spasial sehingga mendapatkan data dan informasi
mengenai unsur–unsur yang bersangkutan.
2.3.3 User Interface
Arcview dapat digunakan dalam perancangan dan pengimplementasian
SIG hingga menjadi sebuah sistem yang terotomasikan sedemikian rupa sehingga
yang digunakan untuk berkomunikasi dengan para penggunanya. User interfaces
ini sangat berkaitan dengan dokumen–dokumen(project, view, chart, table, script
dan layout) Arcview yang sedang digunakan oleh pemakainya. Dengan kata lain,
setiap dokumen Arcview ini memiliki satu user interface tersendiri yang
merupakan asosiasinya. Pada umumnya user interfaces milik dokumen Arcview
merupakan sekumpulan control (yang terdiri dari menu, button dan tool) yang
siap digunakan oleh para pemakai dan dialog designer (kotak – kotak dialog)
yang harus di-customize dan diprogram oleh pengguna (programmer). Dan oleh
karena setiap pengguna boleh jadi memiliki kebutuhan yang berbeda, maka untuk
mengantisipasinya Arcview memungkinkan user interface-nya untuk dirubah
sesuai kebutuhan terutama mengenai rancangan menu, button, tool yang berisi
implementasi fungsi dan prosedur yang diperlukan, dan kotak – kotak dialog
yang digunakan untuk mendapatkan query yang akan diajukan terhadap
basisdatanya.
2.3.4 Dynamic Data Exchange
Arcview memiliki beberapa kemampuan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan program – program aplikasi lainnya. Pada sistem operasi
unix, Arcview menyediakan fasilitas RPC (Remote Procedure Call) untuk
mengimplementasikan konsep – konsep arsitektur client – server antar aplikasi.
Dengan protokol ini, setiap program aplikasi client dapat memanggil dan
memanfaatkan prosedur dan fungsi yang terdapat dalam server melalui jaringan
AppleEvents dan AppleScript untuk berinteraksi dengan sesama program aplikasi.
Sedangkan untuk platform sistem operasi Microsoft Windows, Arcview
menyediakan fasilitas DDE untuk mengimplementasikan mekanisme atau konsep
– konsep client – server antar program aplikasi dan penggunaan file DLL
(Dynamic Link Library) untuk memanggil fungsi atau prosedur eksternal (yang
terdapat di dalam file DLL) dari baris–baris kode script avenue dalam Arcview.
2.3.5 Basisdata pada Arcview
Sebagaimana dapat dilihat dalam pemahaman definisi SIG yang digunakan
sebagai landasan konsep implementasi sistemnya, perangkat lunak Arcview tidak
lepas dari tabel atribut yang dimilikinya (basisdata relasional). Shapefile yang
utuh terdiri dari basisdata spasial dan atribut (berikut indeksnya) yang tidak
terpisahkan.
Banyak jenis tabel basisdata yang dapat didukung dan kemudian
digunakan oleh perangkat lunak Arcview, yaitu :
1. Jenis tabel yang pertama adalah tabel atribut theme yang sudah terintegrasi
dengan shapefiles-nya sendiri. Tabel ini (*.dbf) tidak perlu dibuat secara
khusus dan terpisah, karena tabel ini secara otomatis hadir bersama dengan
data spasialnya. Yang perlu dilakukan terhadap tabel seperti ini adalah
penambahan sejumlah fields yang diperlukan sesuai dengan rancangan
basisdata dan pengisianfields,baik melalui proses dataentrymaupun dengan
2. Jenis tabel kedua adalah tabel baru yang dibuat dengan menggunakan
perangkat SIG Arcview sendiri. Tabel baru ini memiliki format yang persis
sama dengan format tabel (*.dbf) atribut theme Arcview. Walaupun demikian,
tabel ini masih kosong dan tidak memiliki kaitan apapun dengan tabel yang
sudah ada. Oleh karena itu, seperti pada tabel atribut theme, tabel ini masih
memerlukan beberapa perlakuan khusus seperti penambahan sejumlah fields
yang diperlukan sesuai dengan rancangan basisdatanya, pengisianfields baik
melalui proses data entrymaupun pemanipulasian fieldsyang sudah ada, dan
kemudian pelaksanaan koneksi (join) dengan tabel basisdata yang sudah ada.
3. Jenis tabel yang ketiga adalah tabel eksternal. Tabel ini pada umumnya telah
ada (dipersiapkan) sebelumnya dan diimplementasikan dengan menggunakan
perangkat lunak DBMS seperti Oracle, Ms Access, MySQL, dan sebagainya.
Jika tabel basisdata ini sudah lengkap terisi, yang perlu dilakukan adalah
pengkoneksiannya dengan Arcview dengan menggunakan fasilitas SQL
Connect.Setelah terkoneksi dengan Arcview, tabel basisdata eksternal inipun
dapat di-join dengan tabel atribut theme yang bersesuaian. Akan tetapi jika
tabel basisdata ini memiliki format *. dbf seperti hanya tabel atribut theme,
maka Arcview akan dapat mengaktifkannya dengan mudah sebagaimana tabel
atributshapefile(theme) milik sendiri.
Jenis tabel yang kedua dan ketiga tersebut diatas sangat diperlukan dalam
pengelolaan basisdata spasial. Pembuatan atau implementasi tabel jenis ini adalah
cara yang terbaik. Dengan tabel jenis ini data atribut milik setiap entity dapat
langsung atribut field yang diperlukan ke dalam tabel atrtibut theme yang sudah
ada. Pemaksaan penambahan dapat menghasilkan hubungan yang tidak jelas (flat
tabel) akan menyebabkan ketergantungan terhadap tabel atribut theme yang tidak
fleksibel.
Maka dengan tabel terpisah, penggunaan tabel tidak tergantung pada
theme tertentu dan juga dapat menggabungkan (join) dengan theme yang sesuai
berdasarkan common key (primary-foreign keys) yang dimiliki oleh tabel yang
bersangkutan untuk memperkaya informasi yang ada dan mengintegrasikan sesuai
dengan prinsip perancangan basisdata.
2.3.6 Pemrograman Script Avenue
Script Avenue merupakan bahasa pemrograman yang berorientasi pada
objek. Arcview tersusun dalam beberapa objek (object)atau kelas(class). Setiap
kelas memiliki function dan data member yang dapat dipakai untuk
mengendalikan objek-objeknya.
2.3.6.1 Penulisan PernyataanScriptAvenue
NamaObjek.NamaRequest
Pernyataan terdiri dari objek danrequest.Dimanarequestdikirimkan terhadap
suatu objek dengan cara menuliskan setelah NamaObjek tersebut. Contoh :
objChart.Edit, objTable.EditValues
Hampir sama dengan pernyataan diatas, namun pada request terdapat suatu
parameter tertentu(argumen).Contoh :
objTable.Find(“Malang”), objView.FindTheme(“Sungai”)
NamaReturnedObjek=NamaObjek.NamaRequest(NamaArgumen)
Hasil suatu request dari objek lain dapat disimpan pada suatu objek tertentu.
Contoh : objTheme = objView.FindTheme(“Sungai”)
2.3.6.2 Penulisan Komentar
Penulisan komentar pada script avenue dilakukan dengan cara memberi
tanda ( ‘ ) pada awal baris.
2.3.6.3 Variabel
Setiap nilai yang digunakan akan membutuhkan tempat penyimpanan, dan tempat
penyimpanan tersebut disebut sebagai variabel. Sebuah variabel akan mewakili
sebuah nilai dengan tipe data tertentu (angka,huruf,dll). Disini variabel dapat
diberi nilai dengan tanda ‘sama dengan’ ( =).
Beberapa aturan yang kadang berlaku dalam memberi nama sebuah variabel :
Dimulai dengan huruf
Maksimum 255 karakter, ada baiknya mengunakan paling banyak 30-40
karakter saja. Menggunakan sedikit karakter untuk penamaan variabel juga
tidak masalah.
Nama variabel harus unik sehingga dalam satu script yang sama tidak boleh
Tidak boleh ada spasi, sebagai ganti dapat menggunakan garis bawah.
Disarankan tidak memakai karakter-karakter khusus, seperti : %,
*,+,-,#,koma,titik, dan lain-lain
2.3.6.3.1 String
Avenue telah menyediakan secara umum operasi-operasi dan manipulasi
string di dalamnya. Untuk penggabungan dua buah string dapat dilakukan dengan
cara menggunakan tanda ‘+’ (tanpa ada spasi) dan ‘++’ (ada spasi). Penggunaan
karakter khusus seperti NL untuknewline(linefeed), CR untukcarriage returndan
TAB untukTab.
2.3.6.3.2 Angka
Pada variabel angka, script avenue tidak begitu spesifik dalam membagi
tipe data terhadap range pada angka. Hal ini berbeda dengan bahasa pemrograman
lainya yang lebih spesifik dengan mempunyai beberapa tipe data untuk variabel
angka sepertifloat, integer, long integer, dan lain-lain.
2.3.6.3.3 Logika
Logika digunakan untuk mengolah nilai yang memiliki tipe data boolean.
Hasil dari operasi logika menghasilkan nilaitrueataufalse.
logika1= true
logika2 = false
A B A AND B A OR B NOT A A XOR B
True True True True False False
True False False True False True
False True False True True True
False False False False True False
2.3.6.4 Kontrol Alur Program
Ada dua macam kontrol alur dalam avenue, yaitu :
1. Pengkondisian dengan If...Then..Else. Skema yang dapat digunakan :
If ( <kondisi> ) then
<pernyataan>
End
Atau denganelse:
If (<kondisi> ) then
<pernyataan 1>
Else
<pernyataan 2>
End
Atau bisa denganelseifuntuk kondisi yang banyak :
If (<kondisi 1> ) then <penyataan1>
ElseIf (<kondisi 2>) then <pernyataan2>
ElseIf (<kondisi 3>) then <pernyataan3>
Else
End
2. Pengulangan dengan For Each
Pengulangan dengan menggunakanFor Each melakukan inisialisasi sebelum
iterasi / looping pertama, kemudian melakukan pengecekan kondisi dan pada
tiap akhir iterasi melakukan penambahan atau pengurangan pada variabel yang
digunakan untuk pengulangan. Skema :
for each <variabel> in <kumpulan> [ by <incremen> ] <pernyataan> atau
<proses>
end
3. Pengulangan dengan While
Skema untukwhile:
While <kondisi>
<pernyataan> atau <proses>
End
Selama kondisi bernilai benar (true) maka blok pernyataan atau proses
akan terus menerus dijalankan. Avenue juga menyediakan beberapa kontrol yang
dapat dipakai dalam melakukan pengulangan atau pengkondisian, yaitu :
1. Continue : dipakai untuk melompat ke iterasi selanjutnya.
2. Break : Dipakai untuk menghentikan (keluar dengan syarat kondisi
tertentu) proses pengulangan yang terdekat.
3. Return : Dipakai untuk mengembalikan suatu objek kepadascript yang
memanggilnya.
2.4 Microsoft Access
Merupakan aplikasi DBMS untuk mengolah data pada database Microsoftt
Access. Beberapa bagian yang digunakan pada Microsoft Access dalam
pengolahan database, antara lain :
1. Table
Merupakan tabel-tabel yang digunakan untuk menyimpan data.
2. Query
Merupakan duplikasi dari tabel dengan menggunakan perintah SQL yang
dapat digunakan untuk memanipulasi data yang telah tersimpan dalam
tabel. Dengan menggunakan Microsoft Access, query mudah dilakukan
dalam bentuk visualisasi yang menghasilkan perintah SQL juga.
3. Form
Merupakan tampilan secara fisik baik dari tabel maupun dari query.
4. Report
Merupakan laporan untuk kemudian dicetak pada printer baik dari tabel
maupun query.
5. Macro dan module
Merupakan bagian dari Microsoft Access yang digunakan untuk
melakukan pemrograman pada form maupun report.
Tipe data yang dapat digunakan dalam pembuatan field pada tabel
Microsoftt Access, yaitu : Text, Memo, Number, Date/Time, Currency,
AutoNumber, Yes/No dan OLE Object. Di Microsoft Access dapat digunakan
Abs (angka), date, Time, DateSerial(thn,bln,hari), TimeSerial (jam,menit,detik),
dan sebagainya.
2.5 Use Case Diagram
Use case diagram adalah sebuah diagram yang menggambarkan interaksi
antara sistem dan eksternal sistem dan pemakai (Whitten, J.L., Bentley, L.D.,
Barlow, V.M., 2004). Use case merupakan bagian dari keseluruhan sistem.
Digambarkan secara grafik dengan elips yang horizontal dengan nama dari use
case tertera diatas, dibawah atau di dalam ellips. Gambar 2.7 merupakan simbol
use case :
Gambar 2.7. Simbol Use Case
Aktor merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk berinteraksi
dengan sistem untuk mengubah informasi. Dapat berupa orang, organisasi atau
sistem informasi yang lain atau juga suatu waktu kejadian. Gambar 2.8
merupakan simbol dari aktor.
Gambar 2.8. Simbol Aktor Simbol Use case
Use case depends on relationshipmerupakan sebuah relasi use case yang
menentukan bahwa use case yang lain harus dibuat sebelum use case yang
sekarang. Digambarkan sebagai anak panah yang dimulai dari satu use case dan
menunjuk ke use case yangdepend on kepadanya. Setiap relasi depend on diberi
label “<<depend on>>”
2.6 Data Flow Diagram
Data Flow Diagram merupakan sebuah model proses yang digunakan
untuk mengambarkan aliran dari data yang melalui sebuah sistem dan proses yang
dibentuk oleh sistem (Whitten, J.L., Bentley, L.D., Barlow, V.M., 2004).
2.6.1 Simbol DFD
DFD terdiri dari 4 buah simbol yaitu :
1. Proses (Process)
Proses adalah kerja yang dilakukan oleh sistem dalam merespon arus data
yang datang atau suatu kondisi. Gambar 2.9 merupakan simbol proses
menurut Gane dan Sarson :
Gambar 2.9 Simbol Proses menurut Gane dan Sarson
2. Arus data (Data Flow)
Arus data adalah data sebagai masukan ke proses atau keluaran dari
Gambar 2.10 Simbol dari arus data
Arus data juga digunakan untuk mewakilicreation, reading, deleting, atau
updating dari data dalam file atau database (disebut datastore atau
penyimpanan data).
3. Kesatuan Luar (External Agent).
Kesatuan luar adalah orang, unit organisasi, sistem atau organisasi luar
yang berinteraksi dengan sistem. Disebut juga denganexternal entity.
Gambar 2.11 merupakan simbol kesatuan luar menurut Gane dan Sarson :
Gambar 2.11 Simbol kesatuan luar menurut Gane dan Sarson
4. Penyimpanan data (Data Store)
Penyimpanan data digunakan untuk menyimpan data hasil proses maupun
menyediakan data untuk diproses. Sinonim denganfiledandatabase.
Gambar 2.12 merupakan simbol penyimpanan data menurut Gane dan
Sarson
Gambar 2.12 Simbol penyimpanan data menurut Gane dan Sarson Nama Arus Data
Nama kesatuan
luar
2.7 ERD (Entity Relationship Diagram)
ERD digunakan untuk menunjukkan objek - objek (himpunan entitas) apa
saja yang terlibat dalam sebuah sistem dan bagaimana hubungan yang terjadi
diantara objek – objek tersebut. Simbol – simbol di dalam ERD yang dapat
digunakan adalah seperti pada tabel 2.5 :
Simbol Keterangan
Menyatakan himpunan entitas.
Menunjukkan link, sebagai penghubung antara himpunan relasi dengan himpunan entitas, dan himpunan entitas dengan atributnya.
Menyatakan himpunan relasi.
Menyatakan atribut.
Tabel 2.5 Simbol–simbol ERD
2.8 Database
Basis data merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan, disimpan di
luar komputer dan digunakan perangkat lunak tertentu untuk memanipulasinya.
Basis data merupakan salah satu komponen yang penting di dalam pembuatan
sistem karena berfungsi sebagai penyedia informasi bagi penggunanya. Suatu
basis data digunakan untuk mengatasi masalah pada penyusunan data, basis data
yang digunakan untuk mengatasi masalah pada penyusunan data yaitu :
Jika file-file di program aplikasi diciptakan oleh programmer yang
berbeda pada waktu yang berselang cukup panjang, maka ada beberapa
bagian data yang mengalami penggandaan pada file-file yang disimpan
pada tempat yang berbeda, hal inilah yang disebut dengan redundansi dan
mengakibatkan pemborosan ruang penyimpanan dan juga biaya untuk
mengakses akan lebih tinggi. Penyimpanan data yang sama secara
berulang-ulang di beberapa file dapat mengakibatkan data tidak konsisten
(inkonsistensi data).
2. Isolasi data (data isolation)
Jika ada data yang tercerai berai dalam beberapa file, dan file tersebut
tidak dalam format yang sama, maka timbul kesulitan untuk membuat
program aplikasi baru untuk mengambil dan menyimpan data tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dipaksakan suatu standarisasi dalam
database yang bertujuan untuk memudahkan pertukaran data (data
interchange), atau perpindahan data (migration of data) antar sistem.
3. Kesulitan dalam akses data (difficulty in accessing data)
Kesulitan dalam akses data disebabkan oleh program-program aplikasi
yang dibuat hanya untuk kebutuhan tertentu saja, sehingga bila diperlukan
informasi yang tak bisa diperoleh lewat program, maka harus dibuat
terlebih dulu program untuk itu, demikian seterusnya. Penyelesaian untuk
hal tersebut adalah ke arah DBMS yang mampu mengambil data secara
langsung dengan bahasa yang familiar dan mudah digunakan.
Untuk mempercepat kerja seluruh sistem, maka sistem dibuat untuk
beberapa pemakai agar bisa mengupdate data secara serentak. Hal ini
terjadi karena dengan DBMS data yang diolah tidaklah menyatu dan
tergantung dalam program, namun terlepas dalam satu kelompok data
(database).
5. Masalah keamanan (security problem)
Tidak setiap pemakai database boleh mengakses semua data. Untuk
maslah keamanan ini dapat diatur lewat DBMS dan sistem operasi LAN
(Local Area Network)
6. Masalah integrasi / kesatuan (integrity problem)
Adanya kesulitan mengaitkan antara satu file dengan beberapa file yang
lain untuk membentuk satu kesatuan database. Kaitan antara file tersebut bisa
terjadi dengan cara membentuk field kunci pada file-file yang ada dan tentu saja
dengan menggunakan teknik perancangan yang baik.
2.9 Pengertian Rukun Tetangga (RT)
Rukun Tetangga adalah pembagian wilayah di Indonesia dibawah RW
(Rukun Warga). Rukun Tetangga bukanlah termasuk pembagian administarsi
pemerintahan dan pembentukannya melalui musyawarah masyarakat setempat
dalam rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Desa atau
Kelurahan. Rukun Tetangga dipimpin oleh Ketua RT yang dipilih oleh warganya.
Sebuah RT terdiri atas sejumlah rumah (kepala keluarga). Berikut gambar
Provinsi
Kabupaten/Kota
Kecamatan
Kelurahan/Desa
BAB III
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem
3.1.1 Gambaran Umum Sistem Lama
Pada Dinas Pekerjaan Umum, peta letak bangunan dan data – data IMB terkait berhubungan secara terpisah. Untuk data – data IMB masih dilakukan dengan pencatatan secara manual kemudian baru dipindahkan ke Microsoft Excel,
sedangkan data peta letak bangunan masih terpisah dengan data – data IMB dikarenakan penggunaan Sistem Informasi Geografis kurang begitu maksimal
dalam menampilkan data–data IMB berdasarkan letak bangunan pada bangunan. 3.1.2 Orang Yang Terlibat Dalam Sistem
Orang yang terlibat dalam sistem antara lain :
1) Staff Tata Ruang DPU
Staff Tata Ruang DPU dapat mudah melihat data – data IMB yang meliputi : No IMB, ID Pemilik Lahan, Nama Pemilik Lahan, Alamat
Pemilik Lahan, Jumlah Penghuni, Jenis Bangunan, Pemanfaatan
Bangunan, Luas Tanah, Luas Bangunan, Status Kepemilikan Tanah
dan Bangunan, IMB sebelumnya, Alasan tentang IMB serta kualitas
bangunan meliputi dinding, lantai, atap, plafon, km/wc, dapur, air,
3.1.3 Gambaran Umum Sistem Yang Dianalisa
Sistem yang dibangun merupakan Sistem Informasi Geografis yang
berbasis desktop dimana staff Tata Ruang dapat melihat peta letak bangunan dan
lahan untuk mendapatkan informasi IMB. Selain itu staff Tata Ruang dapat
mengedit data IMB berdasarkan letak bangunan atau lahan yang terpilih.
3.1.4 Uses Case
SIG Tata Ruang Wilayah RT
Peta Bangunan/Lahan
Informasi IMB
Zoom
Edit IMB
Legenda
Cetak Peta
Staff Tata
3.1.5 Diagram berjenjang
3.1.5.1 Diagram Konteks
Gambar 3.2. Diagram Konteks
0 SIG pendataan
tata ruang wilayah kota
Informasi No Bangunan/Lahan, No IMB, Nama Pemilik Lahan, Alamat Pemilik Lahan, Jumlah Penghuni, Jenis Bangunan, Pemanfaatan Bangunan, Luas Tanah, Luas Bangunan, Status Kepemilikan Tanah dan Bangunan, IMB sebelumnya, Alasan tentang IMB serta kualitas bangunan meliputi dinding, lantai, atap, plafon, km/wc, dapur, air, listrik dan pembuangan
Staff tata ruang DPU
Gambar 3.3. Bagan Berjenjang 0
SIG Pendataan Tata Ruang Wilayah Kota
1
Zoom
2
Edit IMB
3
Informasi IMB
4
Peta Bangunan/ Lahan
5 Cetak Peta
6
Legenda
6.1p
Memilih Layer
6.2p