• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun. Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun. Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

unTuk pAkAn SApI

Anang Susanto 1) &Suryono Adi Waluyo2) 1,Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun

2) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun

Abstract

Increased productivity of livestock can be done with supplementary feeding in the form of concentrate. But the hard concentrates available and relatively expensive and not affordable by the breeder. In addition, a limited number of feed raw materials and the price also varies so necessary to find alternative feed sources, quality and cheap. Agricultural products and Plantations have waste utilization can be used to feed a cost increase of dairy cattle has been done on location Panekan Magetan with farmer groups Lembu Suro and Lembu Karyo. Order to determine the effect of concentrate / feed corn stalks to increase daily milk yield of dairy cows Giving corncobs were mixed with the concentrate can increase milk yields by 4.5 liters there is an increase of about 1.5 liters original 3-liter with standard concentrate. Revenue results for the dairy farmers increased by Rp 12,000

Keywords: Feed Cheap, Fattening, corncobs, alternative, quality

penDAhuluAn

Kabupaten Magetan dengan luas wilayah 688,85 km2 yang Kabupaten Magetan terletak di antara 7 38’ 30” Lintang selatan dan 111 20’ 30” Bujur Timur terdiri dari lahan sawah 28,297 ha, lahan pekarangan 14.106 ha, hutan rakyat 7,92691 dan hutan negara 8,947 ha, dapat menampung populasi ternak sapi potong dan perah sebanyak 37.750 ekor (BPS, 2011). Dalam mengoptimalkan usahatani pada lahan tersebut usaha pemanfaatan limbah pertanian sangat potensial untuk sapi perah. (Gayatri et.al 2005) menyatakan bahwa hasil penelitian di lapangan menunjukkan produk-produk industri peternakan dan usaha di sektor peternakan telah menyumbangkan angka

pertumbuhan ekonomi sangat mencolok. Melihat peluang strategis ini maka pemerintah daerah perlu mengambil kebijakan dan memberi kesempatan yang luas kepada usaha kecil menengah dan kelompok peternak menjadi industri biologis dimana bahan pakan yang tidak berguna yang dimiliki oleh petani dapat diberikan kepada ternak(Siregar,1995), kemudian diubah menjadi kotoran sapi yang dapat diolah menjadi pupuk organik yang berkualitas.

Pengembangan sapi perah perlu men-dapat perhatian serius mengingat permintaan susu segar terus meningkat dan tidak dapat dipenuhi di dalam negeri. Salah satu kendala yang sering dijumpai adalah rendahnya

(2)

produktivitas ternak karena kualitas pakan rendah. Di lain pihak, potensi bahan baku pakan lokal seperti limbah pertanian dan perkebunan belum dimanfaatkan. secara optimal (Ghozali, 2006). Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, pakan juga merupakan biaya produksi yang cukup besar dalam usaha ternak. Dengan demikian, memproduksi pakan tidak hanya dituntut kelayakan dari aspek kualitas dan kecukupan nutrisi, tetapi bagaimana memproduksi pakan yang ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan para peternak.

Peningkatan produktivitas ternak dapat dilakukan dengan pemberian pakan tambahan berupa konsentrat. Namun konsentrat sulit tersedia dan harganya relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh peternak. Selain itu, bahan baku pakan terbatas jumlahnya dan harganya juga bervariasi sehingga perlu dicari sumber pakan alternatif, berkualitas dan murah.

Salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak adalah limbah pertanian yang meliputi limbah hasil budidaya pertanian dan limbah industri yang mengolah hasil pertanian (Rusdiana,2009). Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan ternak ruminansia ini penting dilakukan karena lebih dari 90 % penghasil bakalan khususnya ternak sapi didalam negeri adalah peternakan rakyat (Hermanto,1996).

Penyediaan pakan ternak yang murah dan terjamin masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencari substitusi bahan baku yang harganya tinggi dengan bahan baku yang murah dan tersedia dilokasi (Rangkuti,2006). Bahan- bahan sebagai pencampur pakan tambahan cukup banyak tersedia di lokasi pengkajian, seperti dedak padi, onggok, molases dan jagung giling. Menurut Mandaka (2006),

bahan pakan lokal yang berharga murah, dapat digunakan sebagai pakan basal dan telah terbukti selain dapat menurunkan biaya ransum juga mampu meningkatkan produktivitas ternak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrat/pakan bonggol jagung terhadap pertambahan hasil susu harian sapi perah di lokasi Panekan Kabupaten Magetan.

MATeRI DAn MeToDe

Penelitian dilakukan pada Kelompok Lembu Suro dan Lembu Karyo Kabupaten Kabupaten Magetan, pada tanggal 11 April 2016 – 26 Juni 2016, selama ± 3 bulan), dengan jumlah ternak PO jantan sebanyak 25 ekor dengan bobot hidup berkisar antara 200 – 300 kg dan umur ternak yang diteliti berkisar antara 1 – 2 tahun. Pelaksanaan manajemen pemerahan dengan cara pemberian bonggol jagung pakan dan konsentrat disesuaikan dengan kebutuhan ternak. Adapun pemanfaatan ransum murah yang diberikan berupa bahan lokal yang tersedia dilokasi dan harganya relatif murah. Pengkajian dilakukan dengan 3 perlakuan pemberian pakan, sebagai berikut:

F0 = Kontrol peternak (tak menggunakan konsentrat pabrik dan tepung bonggol jagung)

F1 = Pakan murah dengan campuran bonggol jagung dan konsentrat F2 = Pakan hanya dengan konsentrat

Parameter yang diamati adalah, berat badan,hasil susu harian, dan dilanjutkan dengan pendapatan usaha tani. Pakan murah yang diberikan pada ternak sebanyak 10% dari berat badan hidup, hijauan yang diberikan berupa jerami padi dan rumput-rumputan (rumput Gajah, rumput alam). Air minum diberikan secara ad libitum.

(3)

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga macam perlakuan pemberian pakan konsentrat dengan masing-masing 7 ulangan.

Tabel 1. Formulasi pakan murah dan harga bahan pakan per 1000 kg Jenis Bahan Harga Bahan (Rp/Kg) Perlakuan F1 Perlakuan F2 Komposisi

(%) Biaya (%) Komposisi (%) Biaya (%)

Dedak padi 2000 25 60.000 35 71.500

Onggok giling 1000 40 240.000 40 240.000,

Tepung bonggol Jagung 500 25 75.000 5 15.000

Bungkil kopra 1500 2 75.000 4 150.000 Bungkil kedelai 1500 2 45.000 4 90.000 Kaptan 500 2 10.000 4 20.000 Garam 600 2 12.000 2 12.000 Premix/mineral 6000 2 120.000 4 240000 Jumlah 100 637.000 100 838.000 Harga/kg 637 838

Tabel 2. Kandungan nutrien pakan yang diberikan pada ternak sapi perah

parameter Perlakuan F1 F2 Air (%) 16,607 14,722 Abu (%) 12,220 10,558 Protein (%) 12,689 8,640 Lemak (%) 3,499 5,118 Serat (%) 17,459 17,699 Karbohidrat (%) 40,522 43,262

hASIl DAn peMbAhASAn

Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan karena pakan merupakan bagian terbesar (70%) dari total biaya produksi (Mulyana,1982). Komponen biaya pakan ini terutama untuk pakan tambahan (konsentrat)

Pemerahan susu dilakukan setiap hari 2 kali selama 3 bulan. Data dianalisis sidik ragam, bila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

yang pemberiannya dapat mencapai 60 – 80% dari jumlah pakan. Untuk menekan biaya adalah dengan pemberian ransum dari bahan pakan yang tersedia secara lokal dan relatif murah harganya. Formulasi pakan murah dan harga bahan pakan per 1000 kg, menurut

(4)

petunjuk (Mukson,2009), Hasil dapat dilihat pada tabel 1.

Laju pertambahan bobot hidup seekor ternak dapat dijadikan patokan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu usaha peternakan yang ditandai dengan laju pertambahan bobot hidup yang meningkat. Usaha perbaikan budidaya diantaranya adalah melalui perbaikan nutrisi konsentrat yang diberikan. (Ramanatan, 1998). Komposisi nutrisi pakan konsentrat dapat diperbaiki dengan cara menyeimbangkan nilai nutrisi yang dikandungnya, antara kandungan protein dengan serat kasar (Hendrianto,2000) . Peningkatan bobot hidup sapi potong yang diberikan konsentrat dengan komposisi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Peningkatan susu sapi segar pada ternaksapi perah yang diberi konsentrat

dengan bahan penyusun yang berbeda Parameter Perlakuan

F0 F1 F2

Penambahan

susu (ekor/liter) 2,5 4,5 3,5 Harga pakan per kg untuk masing-masing perlakuan F0 (Rp. 512), F1 (Rp. 637), dan F2 (Rp. 868). Diasumsikan konsumsi pakan konsentrat rata-rata 5 kg/ekor/hari sehingga pendapatan usaha peternakan dan biaya pakan yang digunakan untuk penambahan susu sapi perah adalah F0 (Rp. 2.560), F1 (Rp. 3.185), dan P2 (Rp. 4.190), dapat dilihat pada Tabel 4. Peningkatan hasil susu terbanyak dicapai pada ternak sapi perah yang diberi pakan F1, sehingga pendapatan usu dari ternak sapi perah tertinggi dicapai pada perlakuan F1 yaitu sebesar Rp. 18.000/ekor/hari.

Tabel 4. Perkiraan pendapatan peternak kooperatorpada usaha susu sapi perah dengan komposisi pakan yang berbeda

Uraian Jumlah (Rp) F0 F1 F2 Pakan Konsentrat 512 637 838 Peningkatan Susu 10.000 18.000 14.000 A. penerimaan usaha sapi perah rakyat

Peternak sapi perah di kawasan sekitar hutan mempunyai penerimaan dari hasil penjualan susu diperoleh dari perkalian antara jumlah susu selama satu periode laktasi dengan rata-rata harga susu selama periode laktasi tersebut. Penerimaan lainnya berasal dari penjualan pedet jantan dan penjualan sapi-sapi yang sudah tidak produktif lagi (sapi afkir) serta penjualan karung bekas dalam waktu 1 tahun. Peternak di Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan pada umumnya belum memanfaatkan limbah kotoran ternak sebagai tambahan penghasilan. Perhitungan penerimaan dan biaya berdasarkan prinsip usaha tani yang dihitung secara riil/cash dan yang diperhitungkan (Hernanto, 1996). Rata-rata jumlah sapi laktasi sebesar 3,17 UT, sapi kering sebesar 0,32 UT, sapi dara sebesar 0,45 UT, dan pedet sebesar 0,43 UT. Berdasarkan analisis usaha tani, rerata penerimaan peternak sebesar Rp10.513.000/UT per tahun atau Rp 920.126,5/UT per bulan.

Hasil peternak dapat menerima pe-masukan dari sumber lain selain penjualan susu diantaranya dari penjualan, pedet, sapi afkir dan karung bekas. Hartono (2006) menyatakan bahwa penerimaan usaha sapi perah terdiri dari penjualan susu, penjualan pedet yang tidak dibesarkan, penjualan sapi-sapi yang sudah tidak produktif dan penjualan pupuk kandang.

Jumlah penerimaan yang dihasilkan oleh peternak lebih tinggi dari pendapat Mukson et al (2009) yang menyatakan bahwa

(5)

penerimaan dari usaha ternak sapi perah di Kabupaten Magetan sebesar Rp10.390.000/ UT/th. Rusdiana dan Praharani (2009) me-nyatakan bahwa penerimaan usaha sapi perah rakyat di Kabupaten Magetan sebesar Rp 10.960.000 /UT/th.

b. biaya usaha sapi perah rakyat

Biaya tetap yang dikeluarkan peternak meliputi penyusutan ternak, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, biaya listrik dan air, dan PBB. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh peternak meliputi biaya pakan, ongkos IB, biaya peralatan, dan obat -obatan. Rata-rata biaya produksi peternak sebesar Rp9.750.000/UT/th atau Rp 781.000 /UT/bl. Rata-rata biaya produksi ber-asal dari rata-rata biaya tetap sebesar Rp 975.000 /UT/ th atau Rp 70.500/UT/bl dan biaya variabel sebesar Rp8.250.000/UT per tahun atau Rp732.000/UT per bulan.

Biaya produksi yang dikeluarkan selama periode produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel (Suryanto, 1993). Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa besarnya sumbangan biaya tetap terhadap total biaya produksi sebesar 8,98% dan besarnya sumbangan biaya tidak tetap yaitu pakan terhadap total biaya produksi sebesar 90,07%. Yusdja et al (1995) menyatakan bahwa biaya pakan usaha sapi perah dapat mencapai 62,5% dari total biaya produksi.

C. pendapatan usaha sapi perah rakyat Pendapatan adalah selisih antara pe-ne rimaan dengan biaya total. Untuk memperoleh laba maka jumlah penerimaan harus lebih besar dari total biaya. Peternak yang merugi disebabkan karena penggunaan biaya yang tinggi dan tidak diimbangi dengan penerimaan yang tinggi pula. Cara untuk mengukur keberhasilan usaha salah satunya dengan analisis R/C rasio yang merupakan pembagian antara penerimaan dengan biaya

produksi yang digunakan untuk menjalankan usaha. Besar kecilnya nilai R/C rasio tergantung pada penerimaan dan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha. Kriteria suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan apabila perbandingan antara R (penerimaan) dengan C (biaya) atau R/C bernilai lebih besar dari satu. Rata-rata pendapatan yang diperoleh peternak di Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan sebesar Rp1.950.000 /UT/ th atau Rp162.500/UT/bl. Menurut Soekartawi (2002), pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya produksi. Nilai rata-rata pendapatan per peternak di Kabupaten Magetan sebesar Rp15.950.000/ th atau Rp1.329.000/bl dapat dikatakan cukup keSIMpulAn

Pemanfaatan pakan murah dapat me-ningkatkan kadar susu ternak sapi perah tertinggi sebesar 1,5 liter/ekor/hari pada ternak yang diberi pakan konsentrat F1, yang sebagian besar terdiri dari tepung janggel jagung, dedak padi dan onggok giling, konaentrat,. Perlakuan F1 dapat meningkatkan pendapatan peternak tertinggi sebesar Rp. 18.000/ekor/hari

DAFTAR puSTAkA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan 2011. Kabupaten Magetan dalam Angka. Kabupaten Magetani, Magetan.

Gayatri, S., A. Setiadi, Isbandi, dan K. Budiraharjo. 2005. Analisis ekonomi pemberian kredit sapi terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Semarang Ghozali, I. 2006. Aplikasi Multivariate dengan

Program SPSS Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

(6)

Hartono, B. 2006. Ekonomi rumahtangga peternak sapi perah : Studi kasus di Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. J. Anim. Prod. 8: 226-232

Hendarto, R. M. 2000. Analisis Potensi Daerah dalam Pembangunan Ekonomi. Makalah Diklat. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Hernanto, F.1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mandaka, S. dan M. P. Hutagaol. 2005. Analisis fungsi keuntungan, efisiensi ekonomi dan kemungkinan skema kredit bagi pe-ngembangan skala usaha peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi 23: 191-208.

Muliayana,W. 1982. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Aneka Ilmu, Semarang.

Mukson, T. Ekowati, M. Handayani, dan D. W. Harjanti. 2009. Faktor-faktor yang mem-pengaruhi kinerja usaha ternak sapi perah rakyat di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Magister Ilmu Ternak. Semarang 20 Mei 2009. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Hal: 25-37.

Ramanathan, R. 1998. Introductory Econometrics with Application. Fourth Editions. University of California, San Diego.

Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rusdiana, S. dan W. K. Sejati. 2009. Upaya pengembangan agribisnis sapi perah dan peningkatan produksi susu melalui pemberdayaan koperasi susu. Jurnal Agro Ekonomi 27: 43-51.

Rusdiana, S. dan L. Praharani. 2009. Profil analisis usaha sapi perah di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani. Bogor, 14 Oktober 2009. Departemen Pertanian. Hal: 41-58. Siregar, S. 1995. Sapi Perah. Penebar Swadaya.

Gambar

Tabel 2. Kandungan nutrien pakan yang diberikan pada ternak sapi perah

Referensi

Dokumen terkait

Kerajaan diketuai oleh Perdana Menteri yang dipilih daripada parti yang mendapat majoriti dalam pilihan raya umum Perdana Menteri menjalankan kuasa eksekutif dengan dibantu

ahwa cahaya matahari berperan penting dalam proses pertumbuhan suatu tanaman, yang mana tumbuhan yang berada di tempat gelap lebih cepat tumbuh di bandingkan tanaman jagung yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran darah merah (jumlah eritrosit, kadar Hb dan nilai PCV) ayam buras jantan dan betina yang terinfeksi Leucocytozoon di

Уз меницу и менично овлашћење, понуђач је дужан да достави уз понуду и картон депонованих потписа овлaшћених лица или фотокопија који

1) Data tentang bagaimana prestasi belajar siswa kelas I sampai kelas V yang mengikuti tahfizhul quran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Muning Baru tahun ajar 2015/2016. 2)

Hasil Penghitungan Perolehan Suara dari seluruh TPS dilaporkan KPUM kepada PRESMA untuk diberikan Penetapan Perolehan Suara dalam sidang pleno terbuka yang dihadiri oleh

Model petri net sistem pelayanan penerbitan SIM juga direpresentasikan ke dalam bentuk matriks sehingga dapat diketahui keadaan petri net setelah suatu transisi difire

Agar program rehabilitasi madrasah dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien sehingga dapat mengotimalkan kualitas pelayanan, maka para petugas dan penanggungjawab