• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, yang dianggap merupakan masalah paling utama yang dihadapi oleh orang dewasa di seluruh dunia dan merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler. Hipertensi lebih sering dijumpai pada laki-laki muda berbanding wanita muda( Grim, 1995), pada orang berkulit gelap berbanding orang berkulit cerah, pada orang dengan sosioekonomi rendah dan pada orang tua (Gillum, 1996). Laki-laki mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi berbanding perempuan sehingga menopause, di mana perempuan akan mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi (Carol, 2005). Berdasarkan satu kajian dari Framingham study mengusulkan bahawa individu yang memiliki tensi yang normal (normotensive) sehingga umur 55 tahun 90% cenderung untuk menghidapi hipertensi pada waktu yang akan datang (Vassan, 2001).

(2)

Pada tahun 2003, National Institutes of Health Amerika telah mengeluarkan suatu laporan lengkap berkenaan hipertensi yang dikenali sebagai The Seventh Report of Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment for High Blood Pressure (JNC-7). Berdasarkan rekomendasi (Joint National Committee 7 (JNC-7), tekanan darah yang normal seharusnya berkisar di bawah 120 mmHg sistolik dan di bawah 80 mmHg diastolik. Tekanan darah sistolik di antara 120 dan 139 mmHg dan tekanan darah diastolik di antara 80 dan 89 mmHg dianggap pre-hipertensi.

2.1.1 Pembagian Hipertensi

Diagnosa hipertensi hanya akan dibuat apabila tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg dan tekanan darah diastolik melebihi 90 mmHg. Untuk orang dewasa dengan Diabetes Mellitus, tekanan darah individu tersebut haruslah berada di bawah 130/80 mmHg. Hipertensi kemudiannya dibagikan lagi kepada hipertensi derajat 1 dan 2 berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastoliknya. Pembagian hipertensi berdasarkan Joint National Committee 7 seperti yang tercantum dalam jadual di bawah:

Tabel 1 : Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik (mmHg) Tekanan darah diastolik (mmHg) Normal <120 And <80 Prehipertensi 120-139 Or 80-89 Hipertensi derajat 1 140-159 Or 90-99

(3)

Hipertensi derajat 2

≥ 160 Or ≥ 100

(Modifikasi daripada National Heart, Lung, and Blood Institute, 2003. The Seventh Report of the National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure).

2.1.2 Patofisiologi Hipertensi

Menurut Corwin (2000) tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup atau curah jantung dan total peripheral resistance (TPR). maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel tersebut dapat menyebabkan hipertensi.

Peningkatan kecepatan denyut jantung, terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus sinoatrium (SA). Peningkatan denyut jantung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme, biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau total peripheral resistance (TPR).

Peningkatan volume sekuncup atau curah jantung yang berlangsung lama, terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi yang berlebihan yang dapat meningkatkan volume diastolik akhir, biasa disebut preload jantung. Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.

Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama, terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua hal tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh. Pada peningkatan total peripheral resistance, jantung harus memompa lebih kuat supaya menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh yang menyempit. Hal ini disebut afterload jantung biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila afterload berlangsung lama, ventrikel kiri mungkin mulai mengalami

(4)

hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus memompa darah lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serat-serat otot jantung juga mulai teregang melebihi panjang normalnya yang akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup atau curah jantung (Basha, 2008).

2.1.3 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi menimbulkan stres pada jantung dan pembuluh darah. Jantung mengalami peningkatan beban kerja karena harus memompa melawan resistensi perifer yang meningkat, sementara dinding pembuluh darah akan melemah akibat proses degeneratif arteriosklerosis. Penyulit hipertensi antara lain adalah gagal jantung kongestif akibat ketidakmampuan jantung memompa darah melawan peningkatan tekanan arteri, stroke akibat rupturnya pembuluh di otak, atau serangan jantung akibat ruptur pembuluh koroner. Perdarahan spontan akibat pecahnya pembuluh-pembuluh kecil di bagian tubuh lain juga dapat terjadi, tetapi dengan akibat yang relatif lebih ringan, misalnya ruptur pembuluh darah di hidung mengakibatkan mimisan. Penyulit serius lainnya pada hipertensi adalah gagal ginjal akibat gangguan progresif aliran darah melalui pembuluh-pembuluh ginjal yang rusak. Selain itu, kerusakan retina yang disebabkan oleh perubahan pembuluh yang memperdarahi mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan progresif. Sampai terjadi penyulit, hipertensi tidak menimbulkan gejala karena jaringan mendapat pasokan darah yang adekuat. Dengan demikian, kecuali apabila dilakukan pengukuran tekanan darah secara berkala, hipertensi dapat berlangsung tanpa terdeteksi sampai timbul penyulit. Jika seseorang menyadari penyulit yang mungkin terjadi pada hipertensi dan mempertimbangkan bahwa 25 % orang dewasa di Amerika Serikat diperkirakan mengidap hipertensi kronik, ia dapat membayangkan besarnya masalah kesehatan masyarakat yang ditimbulkan penyakit ini (Sherwood, 2001).

2.2 Kolesterol

2.2.1 Definisi dan fungsi

Kolesterol adalah lipid yang bersirkulasi dalam darah. Ia merupakan satu senyawa steroid yang utama dalam tubuh dan diproduksikan di hepar. Kolestrol berperan sebagai bahan pembentuk membrane sel dan penting dalam pembentukan asam hempedu yang membantu

(5)

dalam proses pencernaan lemak, vitamin D dan senyawa-senyawa steroid yang lain serta hormon-hormon tubuh seperti estrogen, progesterone dan testosterone (Swierzewski, 2010).

Ester kolesterol merupanakan asam lemak rantai panjang yang digabungkan dengan kolesterol yang terdapat dalam jaringan dan plasma. Kedua-dua bentuk kolesterol ini ditransportasi dalam lipoprotein di dalam plasma. Kolesterol disintesa di dalam berbagai-bagai jaringan tubuh daripada asetil-KoA. Kuning telur, daging, hati dan otak merupakan produk hewani yang mempunyai sumber kolesterol. Low-density lipoprotein (LDL) dalam plasma merupakan pengankut untuk uptake kolesterol dan ester kolesteril ke jaringan seluruh tubuh. High-desity lipoprotein (HDL) pula berfungsi mentransportasi kolesterol dari jaringan ke hepar dimana ia dieliminasi dari tubuh dalam bentuk asal atau dikonversi kepada asam empedu melalui proses reverse cholesterol transport. Kolesterol sangat berperan dalam proses patologis aterosklerosis pembuluh-pembuluh darah arteri vital (Mayes dan Botham, 2003).

Menurut Murray et al., kolesterol adalah sebagian daripada lemak tubuh (lipid) kaya energi yang berfungsi sebagai sumber energi tubuh yang utama untuk proses-proses metabolisme. Sel-sel lemak ini juga mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh daripada cedera dan suhu yang dingin. Kolesterol dan trigliserida termasuk sebagi dua lemak utama tubuh manusia (Yayu, 2007).

2.2.1 Hiperkolesterolemia

Kondisi patologis pada tubuh disebabkan oleh abnormalitas metabolisme lipoprotein. Utilisasi chylomicrons dan VLDL yang berkurang menyebabkan hypertriacyglycerolemia. Selain itu, kondisi lain seperti defek genetik, memberi kesan terhadap transportasi lipid sehingga menyebabkan hiperkolesterolemia dan aterosklerosis prematur (Mayes dan Botham, 2003).

Kondisi kolesterol berlebihan di dalam darah disebut hiperkolesterolemia (Krummel, 2008). Hiperkolesterolemia dapat diklasifikasikan kepada dua yaitu hiperkolesterolemia primer dan hiperkolesterolemia sekunder. Pada hiperkolesterolemia primer, adalah kondisi dimana meningkatnya kadar kolesterol darah yang dapat berkembang secara sendiri daripada sebarang masalah kesehatan atau perilaku. Hiperkolesterolemia sekunder pula berhubungan dengan masalah kesehatan atau perilaku (Matfin, 2009).

Kebanyakan tipe hiperkolesterolemia primer mempunyai penyebab genetik. Terdapat defek dalam sintesa apoprotein, kekurangan reseptor dan defek pada reseptor adalah antara

(6)

panyebabnya. Contohnya, kekurang reseptor LDL menyebabkan familial hypercholesterolemia akibat mutasi gen reseptor LDL. Ditemukan lebih 600 mutasi yang berbeda-beda pada reseptor LDL (Matfin, 2009).

Obesitas dengan asupan kalori tinggi dan diabetes mellitus (DM) adalah antara penyebab hiperkolesterolemia sekunder. Diet yang tinggi kalori akan meningkatkan produksi VLDL dengan peningkatan trigliserida dan meningkatkan konversi VLDL kepada LDL. Penyingkiran LDL berkurang karena peningkatan ingesti kolesterol akan mengurangkan pembentukan reseptor LDL. Asupan diet yang tinggi trigliserida dan lemak tidak jenuh akan meningkatkan sintesa kolesterol dan mengsupresi aktivitas reseptor LDL. Antara penyakit yang boleh menyebabkan peningkatan lipid adalah hitiroidisme, sindroma nefrotik, dan penyakit hepar obstruktif. Obat-obatan juga mampu meningkatkan kadar lipid darah, antaranya adalah beta-blocker, estrogen dan protease inhibitor ( Matfin, 2009 ).

Menurut National Institutes of Health Expert Panel (NCEP) pada tahun 2001 mengklasifikasikan kadar kolesterol total, HDL dan LDL seperti berikut:

Value (mg/dl) Stages

Low Density Lipoprotein (LDL)

<100 Optimal

(7)

130-159 Borderline high 160-189 High ≥190 Very high Kolesterol Total <200 Desirable 200-239 Borderline High ≥240 High

High Density Lipoprotein (HDL)

<40 Low

>60 High

Akumulasi plak pembuluh darah arteri bisa terjadi pada pasien hiperkolesterolemia. Hal ini karena, plak ini mempunyai komposisi kolesterol, substansi lemak yang lain, jaringan fibrosa dan kalsium. Arterosklerosis dan penyakit jantung koroner (PJK) terjadi apabila plak tersebut terbentuk pada arteri (Sweirzewski, 2010).

2.3 Aterosklerosis

Menurut Rudd et al. (2005) dalam Krummel (2008) aterosklerosis merupakan penyebab utama PJK. Akumulasi plak pada arteri sedang dan besar merupakan proses pertama yang berlaku. Plak ini akan menyebabkan aliran darah yang tidak adekuat, suplai darah ke jaringan berkurang dan rupturnya pada pembuluh darah sehingga terjadi pembentukan thrombus yang

mengoklusi lumen pembuluh darah.

Tahapan pembentukan plak dan oklusi arteri adalah (Swierzewski, 2000) :

1. Apabila endotel rusak, partikel kolesterol terendap pada dinding pembuluh darah yang rusak lalu membentuk plak.

2. Lumen arteri mengecil karena lebih banyak kolesterol dan substansi lain yang mengendap pada plak.

(8)

3. Aliran darah arteri dihalang oleh plak yang besar. Nyeri dada atau angina berlaku jika suplai darah ke jantung terganggu. Pada otak pula, blokade akan menyebabkan strok.

4. Jika plak ruptur atau koyak, bekuan darah membentuk di atasnya. Apabila bekuan darah menghambat aliran darah secara total pada arteri koroner, infark miokard berlaku manakala pada pembuluh darah ke otak, menyebabkan strok.

2.4 Patogenesa hubungan hipertensi dan hiperkolesterolemia

Antara salah satu penyebab terjadinya hipertensi pada pasien hiperkolesterolemia adalah terjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah. Menurut Valentina (2006), aterosklerosis merupakan salah satu penyakit inflamasi pada pembuluh darah. Secara patofisiologinya, hubungan terjadinya hipertensi pada pasien hiperkolesterolemia adalah seperti berikut :

1. Pada penderita hiperkolesterolemia, terjadinya influx kolesterol LDL pada bahagian tunica intima pembuluh darah yang melebihi kadar normal.

2. Kolesterol LDL akan teroksidasi apabila bereaksi dengan molekul oksigen bebas yang terbentuk dari pelbagai reaksi enzimatik dan non-enzimatik.

3. Kolesterol LDL yang teroksidasi akan memicu perlengketan dan masuknya monosit dan limfosit T kedalam tunika intima pembuluh darah melalui permukaan endothelium.

4. Makrofag terbentuk dari monosit dan akan memfagosit kolesterol LDL yang teroksidasi, sehingga membentuk foam cell.

5. Foam cell yang terbentuk akan memicu perlepasan sitokin-sitokin seperti interferon-γ, tumor necrosis factor-α, dan interleukin-1 sehingga terjadinya aterosklerosis.

6. Lumen pembuluh darah mengecil, menyebabkan meningkatnya resistensi vaskular sistemik total dan sehingga terjadi hipertensi.

Oleh itu, dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah, maka ini akan terjadi peningkatan tekanan darah. Semakin tinggi tekanan kolesterol, maka lebih banyak terjadinya aterosklerosis dalam pembuluh darah, sehingga menyebabkan semakin tinggi resistensi vascular sistemik dan memicu kepada peningkatan tekanan darah yang lebih berat (Desmond et al., 2007).

Gambar

Tabel 1 : Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa  Klasifikasi  tekanan darah  Tekanan darah  sistolik (mmHg)  Tekanan darah  diastolik (mmHg)  Normal  &lt;120  And &lt;80  Prehipertensi  120-139   Or 80-89  Hipertensi  derajat 1  140-159  Or 90-99

Referensi

Dokumen terkait

Pokja Pengadaan mengumumkan pemenang pemilihan langsung pekerjaan Rehab Gedung Kantor Lanjutan Tahap IV Pengadilan Negeri Sibolga TA. Pandan Indah

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa strukturmikro hasil proses solution treatment dan aging adala fasa α yang merupakan paduan larut

Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini berkaitan dengan pencegahan penyalahgunaan agama dan penodaan agama, Kepolisian sesuai dengan peran dan fungsinya

1) Men (manusia/pengelola), merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia

Berdasarkan analisis diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa antara sediaan gel niosom vitamin C dengan sediaan gel vitamin C setelah uji stabilitas pada hari ke-28

Uji toksisitas limbah cair industri batik dilakukan untuk menentukan konsentrasi toksikan yang dapat menyebabkan mortalitas terhadap benih ikan nila gift

dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan, akumulasi air hujan akan lebih banyak, humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana

Keefektifan yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan metakognisi dikatakan efektif jika secara positif