• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1. warungku sebelum peluit itu kamu cuci. Benar ya?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 1. warungku sebelum peluit itu kamu cuci. Benar ya?"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1

Tabel 6 Deskripsi Data

No. Jenis Referensi Data

1. Persona (a) Persona I

(1) “Itu betul sebuah lenggang yang pantes banget, dan aku tidak bosan melihatnya, ujar paman Klungsu dalam hati.” (CP.1/05/02/2017)

(2) “Iya, lah, aku tahu. Namun, mengapa peluitmu yang punya kuasa itu harus busuk? Ah, cucilah barang busuk itu. He, dengar. Kamu jangan ke warungku sebelum peluit itu kamu cuci. Benar ya?” (CP.1/05/02/2017)

(3) Duduk memandang gelombang kecil telaga disibak perahu, Arum mulai sangsi akan perjalanannya kali ini: mengapa aku mesti ke bukit itu? (CP.2/12/02/2017)

(4) “Aku tak lagi dapat mengenali di mana rumah kami, lahan, dan sawah yang subur,” kata Suman. (CP.2/12/02/2017)

(5) “Ayam hitam? Itu susah sekali, di mana aku mendapatkannya Mak Etek? (CP.4/26/02/2017) (6) Datuk upayakan saja dulu. Cari di pasar burung,

atau datangi peternakan-peternakan ayam. Kalau sudah ada, baru hubungi aku. (CP.4/26/02/2017) (7) “Yu, uangku cuma seribu lima ratus.”

(CP.1/05/02/2017)

(8) “Iya, lah, aku tahu. Namun, mengapa peluitmu yang punya kuasa itu harus busuk? Ah, cucilah barang busuk itu. He, dengar. Kamu jangan ke warungku sebelum peluit itu kamu cuci. Benar ya?” (CP.1/05/02/2017)

(9) “Aku tak akan kembali pada suamiku,” kata Arum pelan. (CP.2/12/02/2017)

(10) “Aku selalu berlayar mengarungi telaga ini dengan rasa marah,” kata Suman. “Di pulau seberang itu mula-mula ibuku meninggal, lalu ayahku meninggal setahun kemudian. Lahan yang digarapnya tak memberikan apa-apa, kecuali kemiskinan. Tinggal kakak perempuanku yang tahan di sana, menikah dengan sesama perantau, dan memiliki dua orang anak. Pernah aku menengok mereka, dalam keadaan yang nestapa, dan tak pernah bisa pulang ke tanah leluhurnya.”

(3)

(CP.2/12/02/2017)

(11) “Pening sekali kepalaku Mak Etek. Kalau begini terus bisa bangkrut aku. Dua kali ladangku diserang tikus. Padahal, punya pak Haji di seberang sana baik-baik saja.” (CP.4/26/02/2017)

(12) “Sudah kupasang jebakan dilubang-lubang keluar masuk mereka. Malah orang tuaku yang terkena dan bengkak kakinya hingga tak bisa kerja. Lalu kucoba bikin pestisida nabati. Kubeli cabai dan jengkol beratus kilo, tapi padiku keburu digerogoti. Pening aku.” (CP.4/26/02/2017)

(13) Yu Binah? Iya. Dia memang punya suami. Dan saya tidak mengapa-apakan dia. Paman Klungsu Gugup. (CP.1/05/02/2017)

(14) “Tapi Datuk...,” kata Sobari ragu-ragu. “Sebenarnya ada satu cemani di Kampung Manggis ini. Istri saya sering melihatnya.” (CP.4/26/02/2017)

(15) “Maafkan saya, Datuk. Saya tidak mau menjual si Itam.” (CP.4/26/02/2017)

(16) “Kita sedang berlibur, Arum. Kita mencari ketenangan. Tiap hari kita kerja banting tulang, melampaui kerja orang-orang kebanyakan. Kau bukan sobrah, perempuan yang melepas kesuciannya pada lelaki, untuk cari berkah.” (CP.2/12/02/2017)

(17) “Aku tak lagi dapat mengenali di mana rumah kami, lahan, dan sawah yang subur,” kata Suman. Kau tahu, bagaimana ayahku dikejar-kejar aparat desa, dipaksa melepas rumah, sawah ladang, dengan harga yang sangat murah. Ayah dituduh pembangkang, bahkan kemudian dituding komunis. Sawah kami digenangi air sungai, dan tempat tinggal kami terendam. Ayah, ibu, dan kakak perempuanku dipaksa transmigrasi ke pulau seberang. Aku tahan di sini, mengikuti seorang tetangga, tinggal di desa tak jauh dari telaga, bersekolah, membantu membuat keramba, memelihara ikan-ikan, dan mengkapnya untuk dijual ke pasar.” (CP.2/12/02/2017)

(b) Persona II (18) “He, ini, peluitmu tertinggal. Idih, ampun! Baunya busuk sekali,” kata Yu Binah dengan suara teredam oleh bungkaman tangan sendiri. “Peluitmu selalu kena ludah tapi tidak pernah kamu cuci ya? Idih, minta ampun busuknya!”. (CP.1/05/02/2017) (19) Suman memasuki mobil yang masih baru. Arum

(4)

duduk disisinya. “Kau boleh membawa mobil ini. Aku sudah memberikannya padamu. Mobil ini kubeli atas namamu.” (CP.2/12/02/2017)

(20) Hidup adalah kegiatan memilih benda-benda. Di rumah seperti apa yang kau bayangkan hidupmu. Berpakaian seperti apa, laki-laki yang menjadi pasanganmu. (CP.3/19/02/2017)

(21) “Sembelihlah seekor cemani dewasa. Harus yang jantan, berlidah, dan berdarah hitam. Darahnya akan menjaga ladangmu.” (CP.4/26/02/2017) (22) “Kau tidak mau beli obat untuk ibumu? Kalau kau

jual di pasar Padang Panjang, paling laku 700 ribu. Aku bisa kasih kamu lima juta supaya kamu bisa bawa ibumu ke rumah sakit di Bukit Tinggi.” (CP.4/26/02/2017)

(23) Pada awalnya Paman Klungsu sering dicibir orang, “Ah, kamu Cuma polisi non-batu, polisi-polisian. Kamu hanya berani mengatur pedagang dan anak sekolah, tapi tidak berkutik bila yang lewat pejabat atau moge. Kamu juga selalu mengistimewakan Yu Binah. Kalau perempuan itu lewat selalu kamu bukakan jalan.” (CP.1/05/02/2017)

(24) Suman memegangi tangan Arum. “Apa kamu dapat melihat kehidupan di dasar telaga?” (CP.2/12/02/2017)

(25) “Lalu, bagaimana dengan kamu?” (CP.2/12/02/2017)

(26) Agar lebih dapat banyak kapur untuk kamu pergi kuliah,” kata ayahnya pagi itu. (CP.4/26/02/2017) (27) “Kita sedang berlibur, Arum. Kita mencari

ketenangan. Tiap hari kita kerja banting tulang, melampaui kerja orang-orang kebanyakan. Kau bukan sobrah, perempuan yang melepas kesuciannya pada lelaki, untuk cari berkah.” (CP.2/12/02/2017)

(28) Hidup adalah kegiatan memilih benda-benda. Di rumah seperti apa yang kau bayangkan hidupmu. Berpakaian seperti apa, laki-laki yang menjadi pasanganmu. (CP.3/19/02/2017)

(29) “Coba kau suruh Datuk ke Mak Etek,” Ros memberi saran suaminya. (CP.4/26/02/2017)

(30) “Kau tidak mau beli obat untuk ibumu? Kalau kau jual di pasar Padang Panjang, paling laku 700 ribu. Aku bisa kasih kamu lima juta supaya kamu bisa bawa ibumu ke rumah sakit di Bukit Tinggi.” (CP.4/26/02/2017)

(5)

(31) Di restoran mana kalian menghabiskan waktu untuk merayakan anniversary. Apa dessert yang disajikan direstoran itu? ke mana kalian akan pergi? (CP.3/19/02/2017)

(c) Persona III (32) Orang-orang sering bertanya mana yang paling berwibawa di simpang lima itu; sosok Paman Klungsu atau peluitnya. (CP.1/05/02/2017)

(33) Yu Binah berjalan tergesa-gesa, tangan kirinya menjimpit sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk. Menahan jijik. Tangan kanannya menutup hidung dan mulut. (CP.1/05/02/2017)

(34) Duduk berdua dengan Suman di perahu. Arum kembali teringat akan anak perempuannya. (CP.2/12/02/2017)

(35) Muka Suman kembali suram sepanjang perjalanan perahu. Matanya kelam memandang permukaan air telaga, seperti ingin melihat kehidupan di masa lalu yang penuh ketakutan. (CP.2/12/02/2017)

(36) Laki-laki itu memikirkan beberapa orang yang selalu ditemuinya. (CP.3/19/02/2017)

(37) Perempuan itu tak bisa melihat ujung dari setiap persimpangan yang ada di hadapannya. (CP.3/19/02/2017)

(38) “Tapi... sepertinya harus datuk sendiri yang memintanya. Si Riza ini tampak sayang sekali pada ayamnya. Karena Datuk orang terpandang, mungkin ia juga segan kalau menolak permintaan Datuk.” (CP.4/26/02/2017)

(39) Saran itu diteruskan oleh Sobari ke majikannya, dan sampailah Datuk pada persoalan mencari cemani. (CP.4/26/02/2017)

(40) Datuk termenung. Pikirnya sekusut hatinya. Memang benar, seharusnya ia tidak usah pergi ke Mak Etek kalau tahu persoalannya tambah satu lagi. Sudah lewat seminggu ia belum mendapatkan cemani yang disyaratkan oleh Mak Etek. (CP.4/26/02/2017)

(41) Pada saat itu, para pedagang laki-laki dan perempuan seperti beradu cepat mencapai pasar. Mereka naik sepeda atau motor dengan dua keranjang dibagian belakang. (CP.1/05/02/2017) (42) Puluhan anak SMP dan SMA dengan motor yang

knalpotnya dibobok juga berebut keluar dari jalan kampung ke jalan raya. Tanpa helm, tanpa SIM. Tetapi mereka kelihatan tak peduli dan amat percaya diri. (CP.1/05/02/2017)

(6)

(43) Apalagi paman klungsu juga sering mendapat uang receh. Itu pemberian sopir-sopir yang merasa bersimpati. Mereka menghargai jasa Paman Klungsu yang punya prakarsa mengatur lalu lintas di simpang tiga. (CP.1/05/02/2017)

(44) Arum menarik tangan Suman, segera menuju ke perahu, kembali menyeberangi telaga. Mereka diseberangkan tukang perahu yang tadi mengantar mereka ke bukit. (CP.2/12/02/2017)

(45) Perahu-perahu beriringan berlayar di atas telaga, dengan para penumpang yang berwajah ceria: bercanda di atas perahu dan Suman merasa bahwa

mereka tengah menertawakannya.

(CP.2/12/02/2017)

(46) Yang paling membuatnya lelah adalah jika ia dipaksa berada di tengah kerumunan yang terdengung. Jumlah mereka begitu banyak, namun suara mereka amat seragam. (CP.3/19/02/2017) (47) Laki-laki itu berdiri di satu sisi, dan perempuan itu

berada di sisi yang lain. Mereka hidup bersisian, namun tak pernah bersilang tatap. (CP.3/19/02/2017)

(48) Sudah kupasang jebakan dilubang-lubang keluar masuk mereka. (CP.4/26/02/2017)

(49) Arum tengah menikmati ikan panggang dan sambal terasi yang membangkitkan selera makannya. Ia makan dengan lahap. Sama sekali ia tak menduga, Suman bakal memintanya kembali pada suami. (CP.2/12/02/2017)

(50) Terdiam, di ruang parkir yang senyap, tak lagi terdapat mobil lain dalam penghujung telaga. Dari dalam hutan jati mulai terdengar bersahutan suara serangga, berasal dari kegelapan pekat tanpa cahaya. Suman enggan meninggalkan tempat parkir. Ia masih memandangi telaga, seperti melihat kehidupan di dasarnya. (CP.2/12/02/2017) (51) Laki-laki itu mencintai perempuan itu. Perempuan

yang membuat tarikan senyumnya selalu melebar walaupun ia berusaha menyembunyikan. Namun, ia tahu, ia dan perempuan itu tak lagi berbagi ruang batin. (CP.3/19/02/2017)

(52) Kadang ia mengingat laki-laki itu, namun perempuan itu tahu apa yang paling diinginkannya dalam hidup. (CP.3/19/02/2017)

(53) Kemarin pagi, Datuk datang kembali. Ruapanya ia belum puas membujuk Riza. (CP.4/26/02/2017)

(7)

(54) Tentu saja Sobari tahu masalah yang sedang menimpa majikannya. Kesusahan datuk lambat laun kan menjadi persoalan juga buatnya. Jika majikannya sampai bangkrut, ia pun bisa jadi dipecat dan bagaimana pula ia dapat menghidupi keluarga dan memenuhi selera belanja Ros, istrinya yang cantik dan dipujanya. Karena itu, ia akan berusaha keras untuk membantu sang datuk memulihkan ladangnya. (CP.4/26/02/2017)

(55) “Ia pasti pakai jimat, ujar Ros.” (CP.4/26/02/2017)

(56) Pertanyaan itu membuat Paman Klungsu ketakutan. Wajahnya mendadak beku. Bibirnya gemetar. Dia tergagap, dan kata-kata yang kemudian diucapkan terdengar patah-patah. (CP.1/05/02/2017)

(57) “Yu Binah? Iya. Dia memang punya suami. Dan saya tidak mengapa-apakan dia.” Paman Klungsu gugup. (CP.1/05/02/2017)

(58) Tetapi Arum tak berani menyingkap keakraban ini menjadi sebuah kesimpulan: Suman sering ziarah ke makam ini. Tentu tidak ziarah seorang diri. Dia datang ke makam ini bersama perempuan sobrah? Lama Suman berdoa. (CP.2/12/02/2017)

(59) Dia percaya begitulah hidup yang sesungguhnya. (CP.3/19/02/2017)

(60) “Di sebelah rumah saya. Si Riza, anak Rais yang ketimpa longsor di bukit tui bulan lalu. Dia piara cemani, Datuk.” (CP.4/26/02/2017)

2. Demonstratif

(a) Waktu (61) “Ya, tidak apa-apa. Ah, sejak pagi kamu kerja keras tiup-tiup peluit di simpang tiga. Jadi perutmu tentu lapar.” (CP.1/05/02/2017)

(62) Suman tersenyum pedih. “Di dasar telaga ini ada kehidupanku di masa lalu, sebelum wilayah ini ditenggelamkan dengan lima aliran sungai yang dibendung. Aku salah satu penduduk yang tinggal lembah bukit, ayah-ibuku bertani, menggembala sapi dan kambing. Ayam-ayam berkeliaran, mematuki bulir padi dan jagung yang dijemur.” (CP.2/12/02/2017)

(63) Suman seperti menyusuri kembali lorong-lorong gelap masa silam, masa remaja, masa yang diteror ketakutan. (CP.2/12/02/2017)

(64) Ia percaya cinta dapat abadi di hati pemiliknya. Ia dapat memeluk dirinya sendiri, seperti ketika tiga puluh tahun yang lalu, ia memeluk dirinya sendiri

(8)

meluncur dari rahim ibunya. (CP.3/19/02/2017) (65) Ada masa lalu yang akan sepenuhnya terkubur. Ada

masa lalu yang barangkali kelak akan memberikan jawaban. (CP.3/19/02/2017)

(66) Kemarin pagi, Datuk datang kembali. Rupanya ia belum puas membujuk Riza. (CP.4/26/02/2017) (67) Sudah lewat seminggu ia belum mendapatkan ayam

cemani yang di syaratkan oleh Mak Etek. (CP.4/26/02/2017)

(68) Di sebelah rumah saya. Si Riza, anak Rais yang ketimpa longsor di Bukit Tui bulan lalu. Dia piara cemani, Datuk. Cemaninya gemuk dan sehat. Tempo hari, tak sengaja sempat beradu dengan ayam jago saya. (CP.4/26/02/2017)

(69) Dengan andalan lengking peluitnya, Paman Klungsu bisa mengatasi kemacetan lalu lintas, terutama di pagi hari. Pada saat itu, para pedagang laki-laki dan perempuan seperti beradu cepat mencapai pasar. (CP.1/05/02/2017)

(70) Di siang hari jadi kuli angkut barang milik pedagang dari dalam pasar ke pinggir jalan atau sebaliknya. (CP.1/05/02/2017)

(71) Ini jam 9 pagi, lalu lalang di simpang tiga sudah mereda. (CP.1/05/02/2017)

(72) Meninggalkan warung makan lesehan di pasar tradisional itu, hari menjelang senja, hutan-hutan jati yang mengelilingi telaga memantulkan bayang-bayang kegelapan. (CP.2/12/02/2017)

(73) Perahu meluncur pelan meninggalkan daratan, menyibak biru air telaga. Menyibak sunyi kabut tipis pagi. (CP.2/12/02/2017)

(74) Rencana memang tidak dapat diduga. Saat itu hari Minggu pagi dan ia sedang bermalas-malasan sambil membaca buku sewaktu ia mendengar gemuruh dari arah Bukit Tui. Lewat beberapa menit, barulah ia sadar kalau ayahnya pergi menambang di hari itu. (CP.4/26/02/2017)

(75) Sekarang Paman Klungsu tidak lagi mengangkut-angkut barang milik pedagang. (CP.1/05/02/2017) (76) Dan kini, saat seorang datuk mampu membantu

mengobati ibunya, ia malah terlanjur sayang untuk melepas si Itam. (CP.4/26/02/2017)

(77) Bahkan ada beberapa istri yang curiga kalau suaminya main serong, pergi ke Mak Etek dan dua hari setelahnya terlihat mesra dengan sang suami seperti pengantin baru. (CP.4/26/02/2017)

(9)

(b) Tempat (78) Di sekitar jalan simpang lima dekat pasar, nama Paman Klungsu sudah lama mapan. Dia adalah sosok yang punya kuasa di tempat itu. (CP.1/05/02/2017)

(79) Ada makam sepasang kekasih, seorang pangeran dan ibu tirinya yang melarikan diri dari keraton, dikuburkan dipuncak bukit itu. Duduk memandang gelombang kecil telaga disibak perahu, Arum mulai sangsi akan perjalanannya kali ini: mengapa aku mesti ke bukit itu? (CP.2/12/02/2017)

(80) Masih berkabut, masih senyap, perahu menyibak air telaga, kadang mendekati pulau-pulau kecil subur ditumbuhi jajaran pohon jagung, atau berhutan jati, dengan gubuk-gubuk lapuk. Kadang perahu menjauh dari pulau-pulau kecil itu. (CP.2/12/02/2017)

(81) Perahu-perahu mesin itu terapung-apung ditembat di dekat warung makan yang menyajikan ikan panggang di tepi telaga. Asap tipis dari tungku-tungku pembakaran ikan mulai mengapung dari tempat itu. (CP.2/12/02/2017)

(82) Perempuan itu adalah perempuan yang bimbang di tepi persimpangan. Persimpangan empat penjuru itu seperti mengarah ke empat jalur yang serba misterius. (CP.3/19/02/2017)

(83) “Di mana itu?” Datuk langsung bangkit dari kelesuannya. Harapan mendadak menyegarkan wajahnya. “Di sebelah rumah saya. Si Riza, anak Rais yang ketimpa longsor di Bukit Tui bulan lalu.” (CP.4/26/02/2017)

(84) Polisi lalu lintas belum pernah datang ke sana. (CP.1/05/02/2017)

(85) “Di pulau seberang itu mula-mula ibuku meninggal, lalu ayahku meninggal setahun kemudian. Lahan yang digarapnya tak memberikan apa-apa, kecuali kemiskinan. Tinggal kakak perempuanku yang tahan di sana, menikah dengan sesama perantau, dan memiliki dua orang anak. Pernah aku menengok mereka, dalam keadaan yang nestapa, dan tak pernah bisa pulang ke tanah leluhurnya.” (CP.2/12/02/2017)

(86) Laki-laki itu berdiri di satu sisi, dan perempuan itu berada di sisi yang lain. Mereka hidup bersisian, namun tak pernah bersilang tatap. Laki-laki menyentuh dinding-dinding mata uang yang dingin. Perempuan itu menyusur gurat-gurat gambar dan

(10)

huruf timbul yang ada di sana. (CP.3/19/02/2017) (87) Saya sudah mencarinya sampai ke Pasar Padang

Panjang, Datuk. Ayam cemani di sana masih

terlalu muda. (CP.4/26/02/2017)

(88) Puluhan anak SMP dan SMA dengan motor yang knalpotnya dibobok juga berebut keluar dari jalan kampung ke jalan raya. Tanpa helm, tanpa SIM. Tetapi mereka kelihatan tidak perduli dan amat percaya diri. Guru-guru SD, beberapa di antaranya sudah bermobil ikut menambah kepadatan lalu lIntas di simpang tiga. (CP.1/5/02/2017)

(89) Asap ikan panggang memenuhi pasar tradisional di tepi telaga. Arum duduk di tikar warung makan memesan ikan nila panggang. (CP.2/12/02/2017) (90) “Tapi Datuk...,” kata Sobari ragu-ragu.

“Sebenarnya ada satu cemani di Kampung Manggis ini. Istri saya sering melihatnya.” “Di mana itu?” Datuk langsung bangkit dari kelesuhannya. Harapan mendadak menyegarkan wajahnya. “Di sebelah rumah saya. Si Riza, anak Rais yang ketimpa longsor di Bukit Tui bulan lalu.”

(91) Riza pergi sendiri seminggu setelahnya. Menyusuri Bukit Tui dari pagi hingga petang, tanpa memedulikan tulisan larangan di sekitar tambang. (CP.4/26/02/2017)

(92) Aku bertahan di sini, mengikuti seorang tetangga, tinggal di desa tak jauh dari telaga, bersekolah, membantu membuat keramba, memelihara ikan-ikan, dan menangkapnya untuk dijual ke pasar. (CP.2/12/02/2017)

(93) “Aku selalu berlayar mengarungi telaga ini dengan rasa marah,” kata Suman. (CP.2/12/02/2017)

(94) Mendaki jalan berundak-undak ke makan pangeran, wajah Suman kini tak tak lagi beku. Ia telah kembali ke perangai sehari-hari penebar jerat, pemasang perangkap. “Di sekitar sini banyak penginapan. Kita bisa bermalam.” (CP.2/12/02/2017)

3. Komparatif (95) Pada saat itu, para pedagang laki-laki dan perempuan seperti beradu cepat mencapai pasar. (CP.1/05/02/2017)

(96) Dan kemudian merasa sejuk seperti diguyur air ketika Yu Binah menyorongkan piring itu. (CP.1/05/02/2017)

(97) “Itu seperti tangan orang menari, atau apa. Itu pantes banget, perempuan banget. Tidak semua

(11)

perempuan bisa seperti itu. (CP.1/05/02/2017) (98) Suara itu terasa seperti dendang alam di telinga

Paman Klungsu. (CP.1/05/02/2017)

(99) Sesekali ia merasa gelisah, tersiksa, dan terbesit rasa malu. Tetapi kenapa Suman seperti tak pernah merasakan tindakannya hina? (CP.2/12/02/2017) (100) Pulau-pulau itu dulunya bukit-bukit hijau, yang

kemudian ditenggelamkan seperti telaga. (CP.2/12/02/2017)

(101) Suman seperti menyusuri kembali lorong-lorong gelap masa silam, masa remaja, masa yang diteror ketakutan. (CP.2/12/02/2017)

(102) Juru kunci itu sangat santun kepada Suman, seperti sudah mengenal sangat lama. (CP.2/12/02/2017) (103) Matanya terpejam, seperti ingin membebaskan

segala kesialan hidup di masa lalu. (CP.2/12/02/2017)

(104) Meninggalkan makam yang dikeramatkan, melangkah lambat-lambat, Suman seperti enggan menuruni jalan berundak-undak mencapai bibir telaga. (CP.2/12/02/2017)

(105) Terus-menerus memandangi permukaan air telaga, seperti ingin melihat kehidupan masa lalu yang penuh ketakutan. (CP.2/12/02/2017)

(106) Ia masih memandangi telaga, seperti melihat kehidupan di dasarnya. (CP.2/12/02/2017)

(107) Ia seperti perenang pemula di tengah-tengah perenang olimpiade. (CP.3/19/02/2017)

(108) Ia dapat memeluk dirinya sendiri, seperti ketika tiga puluh tahun yang lalu. (CP.3/19/02/2017) (109) Orang yang selalu memandang dengan wajah

nyaman, seperti semua masalah di dunia sudah menjadi masa lalu. (CP.3/19/02/2017)

(110) Persimpangan empat penjuru itu seperti mengarah ke empat jalur yang serba misterius. (CP.3/19/02/2017)

(111) Hidup adalah kegiatan memilih benda-benda. Di rumah seperti apa yang kau bayangkan hidupmu. Berpakaian seperti apa, laki-laki yang menjadi pasanganmu. (CP.3/19/02/2017)

(112) Dibiarkan terus tumbuh menyusun perasaan-perasaan baru seperti tumbuhnya kuncup-kuncup daun. Dibiarkan terpisah dan tak dapat saling menyentuh, seperti sebuah cetakan untuk terus mengabadikan rindu. (CP.3/19/02/2017)

(12)

suaminya main serong, pergi ke Mak Etek dan dua hari setelahnya terlihat mesra dengan sang suami seperti pengantin baru. (CP.4/26/02/2017)

(114) Seperti kata Sobari, ayam itu ayam cemani yang sangat sehat. Tubuhnya padat seperti ayam jago petarung. Bulu-bulunya hitam mengilap tertimpa matahari senja. Paruhnya kecil tajam seperti mata badik dengan hiasan sepasang pial. Matanya cerdas menatap dibawah jengger bergonjong enam seperti pucuk rumah gadang. (CP.4/26/02/2017)

(115) Sesungguhnya apa yang menjadi kegalauan Riza, tak lain adalah karena rasa sayangnya. Si Itam sudah seperti sahabatnya sendiri dan ayam itu memang seperti mengerti dirinya. (CP.4/26/02/2017)

(116) Telaga menghitam, perahu-perahu yang ditambatkan serupa gambar hangus terbakar. (CP.2/12/02/2017)

(13)

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : Teks Cerita Pendek

Alokasi Waktu : 4x45 menit (2x Pertemuan)

A. Kompetensi Inti

K I. 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

K I. 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

K I. 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

K I. 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

(14)

B. Kompetensi Dasar

KD. 1. 2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui cerita pendek.

KD. 2. 2 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyampaikan permasalahan.

KD. 3. 2 Membandingkan teks cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan. KD. 4. 2 Memproduksi teks cerita pendek yang koheren sesuai dengan

karakteristik yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan.

C. Indikator

1. Mengidentifikasi struktur teks dan unsur kebahasaan (pronomina persona dan demonstratif) cerita pendek.

2. Memahami langkah-langkah penulisan teks cerita pendek sesuai dengan struktur dan ciri kebahasaan.

3. Memproduksi teks cerita pendek sesuai dengan struktur dan ciri kebahasaan.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat mengidentifikasi struktur teks dan unsur kebahasaan (pronomina persona dan demonstratif) cerita pendek.

2. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat memahami langkah-langkah penulisan teks cerita pendek sesuai dengan struktur dan ciri kebahasaan.

3. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat memproduksi teks cerita pendek sesuai dengan struktur dan ciri kebahasaan.

(15)

E. Materi Pembelajaran

1. Struktur teks cerita pendek.

2. Penanda hubungan referensi pronomina persona dan demonstratif.

F. Pendekatan/Model Pembelajaran

Pendekatan scientific, model pembelajaran berbasis teks.

G. Metode dan Teknik Pembelajaran

Metode ceramah, tanya-jawab, penugasan dan diskusi

H. Media

1. Teks cerita pendek berjudul “Paman Klungsu dan Kuasa Peluitnya” serta “Cemani yang Tak Mau Pergi”

2. LCD dan Laptop

I. Sumber Belajar 1. Buku siswa 2. Internet

3. Materi di dalam power point

J. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama (2x45 menit)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Waktu Pendahuluan 1. Guru melakukan pembukaan dengan salam

pembuka untuk memulai pembelajaran. 2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik

sebagai sikap disiplin.

3. Guru menjelaskan mengenai tujuan mempelajari teks cerita pendek agar dapat mengembangkan sikap jujur, santun, kerja sama, dan tanggung jawab.

(16)

Kegiatan Inti Mengamati

1. Peserta didik menerima penjelasan mengenai struktur teks cerita pendek dari guru.

2. Peserta didik menerima penjelasan mengenai unsur kebahasaan berupa pronomina persona dan demonstratif dari guru.

Menanya

1. Peserta didik diberi pertanyaan oleh guru untuk menyebutkan kembali struktur dan unsur kebahasaan (pronomina persona dan demonstratif).

2. Peserta didik menyebutkan struktur dan unsur kebahasaan teks cerita pendek dengan sikap tanggung jawab dan santun.

Mengumpulkan data

1. Peserta didik dibagi menjadi 2 kelompok besar.

2. Kelompok pertama mendapatkan teks cerita pendek Paman Klungsu dan Kuasa Peluitnya yang dibagikan oleh guru.

3. Kelompok kedua mendapatkan teks cerita pendek Cemani yang Tak Mau Pergi yang dibagikan oleh guru.

4. Setiap kelompok membaca teks cerita pendek yang dibagikan oleh guru.

Mengasosiasi

1. Setiap kelompok mendapat lembar kerja yang dibagikan oleh guru

2. Setiap kelompok mendiskusikan struktur

(17)

dan unsur kebahasaan yang berupa pronomina persona dan demonstratif (masing-masing siswa menyebutkan 2). Mengomunikasikan

1. Salah satu perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusinya dengan sikap santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Kelompok lain menanggapi dan membandingkan perbedaan dan persamaan teks cerita pendek tersebut dengan sikap jujur dan santun.

Penutup 1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan pembelajaran mengenai struktur dan unsur kebahasaan teks cerita pendek

2. Peserta didik dan guru melakukan umpan balik.

3. Peserta didik dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran mengenai langkah-langkah memproduksi cerita pendek.

4. Guru menutup pembelajaran dengan berdo’a bersama dan mengucap salam.

10 menit

Pertemuan Kedua (2X45 menit)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Waktu Pendahuluan 1. Guru melakukan pembukaan dengan salam

pembuka untuk memulai pembelajaran. 2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik

sebagai sikap disiplin.

3. Guru mengaitkan materi pembelajaran yang

(18)

akan dilaksanakan dengan pertemuan sebelumnya.

Kegiatan Inti Mengamati

1. Peserta didik menerima penjelasan dari guru mengenai langkah-langkah memproduksi teks cerita pendek.

Menanya

1. Peserta didik menanyakan kembali kepada guru mengenai langkah-langkah memproduksi teks cerita pendek.

Mengumpulkan data

1. Peserta didik dengan sikap santun menyimak sedikit ulasan pada pertemuan sebelumnya tentang struktur dan unsur kebahasaan (berupa pronomina persona dan demonstratif) teks cerita pendek.

Mengasosiasi

1. Peserta didik diminta menyusun atau memproduksi teks cerita pendek sederhana yang koheren sesuai dengan struktur dan unsur kebahasaan.

Mengomunikasikan

1. Beberapa peserta didik membacakan hasil karangan yang telah dibuat dengan sikap jujur dan santun.

2. Peserta didik lain menanggapi dengan sikap jujur dan santun.

70 menit

Penutup 1. Guru bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran mengenai teks cerita pendek. 2. Peserta didik dan guru melakukan umpan

(19)

balik.

3. Guru menutup pembelajaran dengan berdo’a bersama dan mengucap salam.

K. Penilaian 1. Penilaian Sikap (Lampiran 1) 2. Penilaian Pengetahuan (Lampiran 2) 3. Penilaian Keterampilan (Lampiran 3) Surakarta, Juni 2017

(20)

LAMPIRAN 1

Instrumen Penilaian Sikap Lembar Pengamatan

No. Nama Siswa

Aspek Penilaian Sikap Religius Jujur Tanggung

Jawab Santun 1. Devanda Eka Hastuti

2. Betty Murni Lestari 3. Yunita Putri Imami 4. Latifah Nur Mukharomah 5. Lina Rafika Sari

.... Catatan: Skor:

1 = kurang; 2 = sedang; 3 = baik; dan 4 = sangat baik

Lembar Penilaian Sikap Praktik Diskusi No. Nama

Siswa

Perilaku

Nilai Ket. Perhatian Responsif Keaktifan Toleransi

1. Devanda Eka Hastuti 2. Betty Murni Lestari 3. Yunita Putri Imami 4. Latifah Nur Mukharo mah 5. Lina Rafika Sari .... Catatan:

1. Kolom perilaku diisi dengan angka berikut. 1 = sangat kurang

(21)

3 = sedang 4 = baik 5 = sangat baik

2. Nilai merupakan jumlah skor dari tiap indikator perilaku siswa. 3. Keterangan diisi dengan kriteria berikut.

(1) Nilai 18-20 = amat baik (2) Nilai 14-17 = baik (3) Nilai 10-13 = sedang (4) Nilai 6-9 = kurang

(5) Nilai 0-5 = sangat kurang

LAMPIRAN 2

Instrumen Penilaian Pengetahuan

Jenis Penilaian: ujuk kerja (bentuk rating scale) Penilaian presentasi hasil diskusi

Mata pelajaran : bahasa Indonesia

Kelas : XI

No. Nama

Aspek yang dinilai

Nilai 1 (1-40) 2 (1-40) 3 (1-40) 1. 2. 3. 4. 5. ... Catatan:

1 = isi hasil diskusi

2 = ketepatan penggunaan struktur dan unsur kebahasaan (pronomina persona dan demostratif)

(22)

LAMPIRAN 3

Instrumen Penilaian Keterampilan

Penilaian teks cerita pendek yang dibuat dan penyampaian hasil diskusi. Nama siswa :

Kelas : XI

No. Aspek yang dinilai Skor

1 2 3 4

1. Penampilan dan sikap

2. Suara (intonasi, jeda, lafal, dan tempo) 3. Isi hasil diskusi

Skor yang dicapai

Skor maksimal 12 Catatan: 1 = tidak sempurna 2 = kurang sempurna 3 = sempurna 4 = sangat sempurna

(23)

Lampiran 3

Tabel 7 Klasifikasi Data Penanda Hubungan Referensi

No. Referensi Jumlah

1. Referensi Pronomina Persona 60

a) Referensi Persona I

17 Aku (6 data)

-ku dan ku- (6 data) Saya (3 data) Kita (1 data) Kami (1 data) b) Referensi Persona II 14 Mu- (5 data) Kamu (4 data) Kau (4 data) Kalian (1 data) c) Referensi Persona III

29 Nya- (9 data) Mereka (8 data) Ia (7 data) Dia (5 data) 2. Referensi Demonstratif 34

a) Referensi Demonstratif Waktu

17 Lampau (8 data)

Netral (6 data) Kini (2 data)

Yang akan datang (1 data) b) Referensi Demonstratif Tempat

17 Agak jauh dengan penutur (6 data)

Jauh dengan penutur (4 data) Eksplisit (4 data)

Dekat dengan penutur (3 data)

3. Referensi Komparatif 22

a) Referensi komparatif seperti (21 data) b) Referensi komparatif serupa (1 data)

(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

Gambar

Tabel 6 Deskripsi Data
Tabel 7 Klasifikasi Data Penanda Hubungan Referensi

Referensi

Dokumen terkait

Variabel adalah suatu pengenalan yang digunakan untuk mewakili nilai tertentu dalam proses program. Berbeda dengan konstanta yang nilainya selalu tetap, nilai suatu

Berdasarkan uraian dan kajian teori di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar matematika melalui penerapan

Perusahaan daerah juga wajib menjalani proses sertifikasi yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) atau oleh asosiasi yang telah mendapat

Dengan demikian status gizi normal berhubungan sekali dengan tingkat kecerdasan anak, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menyatakan ada hubungan status

Penilaian kinerja banyak berperan dalam hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan gaji (kinerja bagus, gaji naik); namun manajemen talenta tidak saja berfokus pada kinerja

Bedasarkan hasil penelitian dan simpulan maka saran yang dapat disampaikan adalah hotel berbintang 3 hingga 5 di Denpasar dapat mengoptimalkan fungsi partisipasi anggaran

Kedua : Pedoman Pendidikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya tahun akademik 2016/2017 diperuntukkan bagi mahasiswa angkatan 2016, sedangkan

(3) Pada onomatope suara hewan dalam bahasa Jepang merupakan suatu fungsi adverbia, kategori adverbia itu wujudnya dalam kategori kelas kata nomina dan verba,