• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dahulu bangso nan baharago kini pitih nan paguno (Dahulu bangsa yang berharga, kini uang yang berguna)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dahulu bangso nan baharago kini pitih nan paguno (Dahulu bangsa yang berharga, kini uang yang berguna)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

202 BAB V KESIMPULAN

Kehidupan sehari-hari Minangkabau modern di kampung dan perkotaan pada tahun 1900-1940-an diwarnai oleh nilai-nilai keislaman dan nilai-nilai Barat. Islam hadir sebagai bagian yang integral dalam ritme sehari-hari dan gagasan modern terwujud dalam standar-standar baru kualitas hidup. Sebagai elemen baru, gagasan kemoderenan Barat secara bersamaan dengan gerakan pembaharuan Islam menyuarakan gagasan yang hampir sama esensinya. Kesamaan tersebut dapat dilihat dalam beberapa aspek. Dalam pandangan masyarakat modern, keluarga yang ideal terdiri dari ayah, ibu dan anak. Perluasan gagasan keluarga inti ini baik di kota maupun di kampung, sampai tidak dapat dilepaskan dari peran dan kontribusi besar dari gerakan pembaharuan Islam. Para pembaharu Islam yang tampil sebagai ulama-ulama terkemuka, menyuarakan dengan gencar sebuah paradigma yang menekankan fungsi-fungsi dan tanggungjawab utama laki-laki sebagai ayah dan suami. Menafkahi dan memberi kesejahteraan kepada anak dan istri merupakan tanggungjawab besar yang dimiliki oleh seorang suami. Kesadaran baru semacam ini tidak saja berdampak luas pada pergeseran susunan keluarga di kampung, namun juga punya implikasi pada persoalan pewarisan. Munculnya harta pencaharian sebagai jerih payah laki-laki untuk keluarga kecilnya membuat hukum hibah menjadi populer. Ketika laki-laki memiliki klaim terhadap harta yang dia dapat, maka ia punya kecendrungan untuk mewariskannya kepada anak-anaknya dengan cara dihibahkan. Hal ini berlaku tidak saja bagi orang kota, namun juga di kampung.

Siklus hidup sehari-hari di kampung masih sangat kental dengan tradisi. Sebuah ritual sehari-hari-hari yang mengakumulasi aturan-aturan adat dan ajaran-ajaran agama Islam. Adat dan Islam sulit untuk dipisahkan karena keduanya dibuat menyatu sehingga menjadi sandaran bagi masyarakat kampung untuk berperilaku. Semua siklus hidup mulai dari proses kelahiran,

(2)

203

kehidupan bermasyarakat sampai kepada kematian semuanya dibungkus dengan adat yang berorientasi kepada ajaran Islam. Oleh karena itu, peran dan status guru-guru agama, orang siak (santri surau) sangat besar dalam ritme kehidupan sehari-hari di kampung. Mereka tidak saja dihargai karena kedalaman pengetahuan agama yang dimiliki, tapi berbagai ritual adat yang berlangsung di kampung selalu melibatkan partisipasi mereka. Ketika gerakan pembaharuan Islam tahap ketiga terjadi sejak permulaan abad ke-20, kampung menjadi semakin dinamis karena masyarakat jadi terpolarisasi. Kampung menjadi ruang yang mewadahi golongan muda untuk melaksanakan keyakinan-keyakinan mereka dan memperluas penyeberan gagasan pembaharuan Islam di kampung. Sebuah gerakan yang mengedepankan cara-cara yang rasional dalam beragama serta memperjuangkan Islam sebagai basis perubahan sosial yang membawa Minangkabau pada kemajuan. Di saat yang bersamaan, kampung juga memberi ruang bagi golongan kuno (tua) untuk tetap melaksanakan keyakinan-keyakinan mereka menyangkut persoalan adat dan Islam. Keduanya berjalan beriringan dan memberi corak dalam kehidupan sehari-hari di kampung.

Sementara itu, masuknya gagasan kemoderenan yang berorientasi pada nilai Barat di awal abad ke-20 di kampung menyebabkan kehidupan sehari-hari Minangkabau jadi semakin kompetitif, materialistik dan konsumtif. Ketiga aspek tersebut merupakan dampak langsung dari menguatnya fungsi uang dalam kehidupan masyarakat kampung. Sekolah dan pendidikan Barat di satu sisi membawa mereka pada kehidupan yang lebih beradab, namun di sisi lain menjadi batu loncatan bagi mereka untuk memperjuangkan status sosial dan penghidupan material yang lebih baik. Tuntutan hidup yang semakin tinggi inilah yang membuat mereka kemudian jadi semakin produktif secara ekonomi. Berbagai usaha perluasan dan pengembangan pertanian mereka lakukan untuk menyokong perekonomian keluarga dan rumah tangga. Beban rumah tangga tidak saja dalam urusan pangan, tapi sudah meluas ke persolan sandang dan pendidikan. Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga

(3)

204

ini, perempuan Minangkabau yang tinggal di kampung tidak dapat mengandalkan laki-laki sepenuhnya. Pada masa-masa ini, sebagian laki-laki Minangkabau masih sulit menerima posisi mereka yang tiba-tiba berubah. Gagasan Islam maupun Barat yang memberi penekanan pada laki-laki Minangkabau untuk memprioritaskan tanggungjawabnya pada istri dan anak belum bisa diterima dengan baik. Dari situasi inilah kemudian, kaum perempuan terpaksa mengambil berbagai inisiatif. Mereka keluar dari wilayah-wilayah nyaman mereka di rumah tangga, dan berjuang sendiri untuk memenuhi tuntutan hidup. Tuntutan hidup yang mengarah kepada usaha-usaha untuk menyamai standar-standar hidup yang berlaku di kawasan rantau dan kota.

Kemoderenan masyarakat kota memiliki beberapa perbedaan dengan kampung. Karakteristik kota yang khas berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari penduduk kota. Untuk Sumatera Barat, wilayah perkotaan dihuni bersama oleh penduduk kolonial. Oleh karena itu, wacana-wacana yang berkembang dalam pemerintah kolonial menyangkut persoalan penduduk teraplikasi pertama kali pada penduduk kota. Maka dari itu, kemoderenan Minangkabau perkotaan banyak dipengaruhi oleh gagasan-gagasan Barat. Gagasan Barat tentang individualisme, bisa dikatakan mendapat sambutan yang sangat baik dari Minangkabau. Kota dengan kebebasan serta keleluasaan yang ditawarkannya, menjadi ruang bagi individu untuk mewujudkan ambisi-ambisi pribadinya. Minangkabau, dengan pergi merantau ke kota memberi jawaban bagi mereka atas berbagai ketidakpuasan dan ketidakcocokan yang mereka alami selama di kampung. Hidup di rantau, kemudian menetap secara permanen membantu mereka melepaskan diri dengan ikatan-ikatan komunal dan tradisional. Karena alasan inilah, model keluarga kecil jadi semakin lazim di perkotaan Sumatera Barat. Meskipun tuntutan gaya hidup dan kebutuhan finansial kota lebih tinggi dibanding di kampung, hal ini tidak menyurutkan niat mereka untuk bertahan di kota. Bagi Minangkabau, tuntutan seperti ini menjadi motivasi untuk mereka agar bekerja lebih giat. Penghidupan di kota

(4)

205

juga memberi banyak alternatif, apakah akan bekerja sebagai pegawai negeri, pedagang swasta, guru ataupun pekerjaan profesional lainnya seperti dokter dan sebagainya.

Kehidupan modern Minangkabau perkotaan dapat dicirikan oleh hal-hal berikut. Pertama, Minangkabau perkotaan membangun sebuah rumah tangga yang terdiri dari sebuah keluarga kecil. Dalam keluarga kecil ini, laki-laki atau ayah memegang peran penting dalam persoalan finansial keluarga. Laki-laki bertanggungjawab secara penuh untuk memberikan kesejahteraan bagi keluarga kecilnya. Begitupun dengan masalah hak waris, Islam dan hukum Belanda memberi jaminan kepemilikan kepada individu dari harta yang diusahakan oleh individu tersebut. Dalam hal pewarisan pun, anak-anak lebih diprioritaskan untuk mendapatkan warisan dibanding kemenakan mereka. Sementara itu, perempuan atau ibu dituntut untuk menjadi istri dan ibu yang sempurna dan ideal. Istri yang sempurna diukur dari latar belakang pendidikan dan kemampuannya dalam mengurus persoalan rumah tangga dan keuangan. Ibu yang ideal dilihat dari kemampuannya merawat anak secara telaten, dimana aspek-aspek kesehatan dan kebersihan sangat diperhatikan. Kedua, sebagai penduduk kota mereka harus punya selera yang baik dalam berbagai hal. Selera dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk berpenampilan secara baik dan pantas, serta modis. Selain itu, selera yang modern dalam hal makanan diperlihatkan melalui penyajian menu-menu makanan yang berbau Barat bersamaan dengan hidangan Minangkabau. Untuk urusan rumah, pengelola rumah tangga juga harus punya selera yang baik dalam hal penataan ruang dan interiornya. Ketiga, satu hal lagi yang penting dari sebuah rumah tangga modern adalah, terdapatnya bujang atau pelayan dalam komposisi rumah tangga Minangkabau. Hadirnya bujang atau pelayan ini merupakan simbol status yang penting dari rumah tangga modern Minangkabau perkotaan. Keempat yaitu, keterlibatan Minangkabau dalam berbagai kegiatan sosial kota yang penuh dengan hal-hal berbau kebudayaan dan seni. Minangkabau yang modern berarti punya pergaulan dalam

(5)

206

lingkungan sosial, hadir di Soos, pergi ke bioskop, hotel, restauran, senang dan pandai bermain alat musik, suka berdansa dan menari dan sering menyelenggarakan pesta-pesta. Kelima yaitu, mereka punya jadwal tersendiri untuk pergi piknik atau plesiran. Bersantai dengan berjalan-jalan keliling kota atau pergi ke luar kota berlibur bersama teman atau keluarga saat hari libur dan akhir pekan.

Untuk menjelaskan mengapa kemoderenan Minangkabau lebih termanifestasi dari berbagai gaya hidup sehari-hari, maka jawabannnya terletak pada karakteristik serta orientasi yang dibangun oleh Minangkabau dalam hidup mereka. Bagi Minangkabau, hidup harus dijalankan sebaik mungkin dan kemakmuran harus diupayakan. Sistem yang ada memotivasi individu untuk berjuang bagi kehidupannya dan tidak menyerah begitu saja dengan situasi yang ada. Dari sistem sosial Minangkabau yang mengukur keberhasilan seseorang dari pencapaian materialnya, tidak heran bila orang Minangkabau jadi materialistik dan konsumtif.

Untuk menggambarkan kondisi masyarakat yang mengalami gejala kemoderenan di kampung dan di kota, beredar beberapa pepatah adat yang populer di tengah masyarakat:

Dahulu bangso nan baharago kini pitih nan paguno

(Dahulu bangsa yang berharga, kini uang yang berguna)

Awa nan pantang karandahan, napasu nan pantang kakurangan (Hawa yang pantang rendah, nafsu yang pantang kekurangan) Duduak samo randah tagak samo tinggi

(Duduk sama rendah berdiri sama tinggi)

Pepatah adat di atas merupakan cerminan dari kehidupan yang semakin materialistik, hedonis, dan menghendaki kesetaraan dengan penduduk kolonial yang lain. Untuk itulah, individu dan keluarga berlomba-lomba untuk menapaki kemajuan. Perlombaan hidup sesungguhnya telah menjadi ciri khas masyarakat tradisional Minangkabau. Masuknya pengaruh modernitas Barat

(6)

207

membawa perlombaan tersebut pada level yang berbeda. Penegasan status dan standar-standar kemakmuran hidup sehari-hari di kampung maupun di kota termanifestasi lewat rumah, penampilan luar (pakaian), hidup bersih dan sehat, serta pendidikan yang semakin dibutuhkan. Lewat pakaian, makanan, rumah dan standar-standar kesopanan, mereka berintegrasi dengan dunia modern. Jarak yang tercipta antara mereka dengan dunia modern, mereka sambungkan dengan pakaian yang pantas dan necis, selera yang canggih, rumah yang ideal dan kesopanan yang tanpa cela.

Proses-proses kemoderenan yang terjadi di kampung dan di kota sesungguhnya merupakan dampak dari sikap-sikap Minangkabau yang responsif. Individu dan keluarga yang ada di kampung dan kota sama-sama responsif terhadap gagasan-gagasan kemoderenan, bedanya adalah ruang kota

memberi banyak peluang dan fasilitas untuk berkembang dan

memaksimalkan potensi yang ada. Pada akhirnya, individu-individu yang progresif yang ada di kampung perlu untuk datang ke kota sehingga ia bisa memaksimalkan segala tawaran yang disediakan oleh kota. Zaman Modern bagi orang Minangkabau memberi peluang kepada individu untuk menunjukkan eksistensi mereka dan bebas menentukan apa yang terbaik bagi masa depan mereka. Maka, hadirnya kota sebagai sebuah ruang yang mewadahi itu semua, penting artinya bagi orang Minangkabau untuk mewujudkan ambisi-ambisi personal. Jika ingin hidup tanpa banyak tantangan dan berserah pada situasi seadanya, maka tinggal di kampung adalah pilihan yang bijak. “Rumah-rumah” yang masih kokoh di kampung masih bersedia memberikan perlindungan dan merangkul mereka. Meskipun tidak akan merasa nyaman secara sosial, namun tidak semua orang harus hidup dengan penuh ambisi. Di sinilah, keberadaan perempuan masih menjadi pusat dalam kehidupan sehari-hari. Berlindung atas nama adat, laki-laki yang belum siap dalam menerima kemoderenan ini, menggantungkan keberlangsungan kehidupan rumah tangga dari kecakapan-kecakapan perempuan-perempuan mereka.

(7)

208

Bagi orang Minangkabau menjadi modern merupakan sebuah pilihan rasional yang membawa mereka ke tangga kemajuan. Kemajuan dalam hal ini berarti mampu mencapai taraf kehidupan yang baik di tengah-tengah lingkungan sosial. Pencapaain individu secara tidak langsung juga berarti kemenangan yang membawa nama baik bagi keluarga. Untuk mendapat pengakuan seperti inilah, maka kehidupan orang Minangkabau terus berdinamika dan bergerak menapaki tangga-tangga yang ada. Kemoderenan dan kebaruan tersebut diamati, dipelajari, diterima ataupun dimodifikasi sehingga kemudian menjadi alat untuk mengukuhkan eksistensi diri dan posisi dalam kehidupan sosial.

Referensi

Dokumen terkait

From a business perspective, information systems are part of a series of value-adding activities for acquiring, transforming, and distributing information that managers can use to

1. Analisa akar penyebab : jika diinginkan ide / solusi yang tidak terbatas untuk menemukan akar masalah dari semua pihak dalam proses perbaikan. Tujuan : untuk

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah,

Hasil penelitian ini menunjukan  bahwa pemakaian paling rendah 2 kali sebesar 6,7%, pemakaian lebih dari 8 kali sebesar 56% dan rata-rata pemakaian dializer

Jaksa Penuntut Umum dan kontra memori banding dari Penasehat hukum Terdakwa, Pengadilan Tinggi sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama yang menyatakan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitan tindakan kelas (olahraga) untuk meningkatkan kemampuan passing menggunakan metode permainan pada peserta

Hasil pengujian didasarkan pada hasil uji dengan menggunakan Crosstabs (tabel silang) serta melihat hasil uji Pearson Chi- Square yang dibandingkan dengan nilai

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan