SKRIPSI
AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH HERBAL
CAMPURAN HERBA SAMBILOTO
(Andrographis
paniculata)
DAN BIJI MAHONI
(Swietenia mahagoni)
DAN PROFIL METABOLIT SEKUNDER
RIZAL FIRDAUS
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA
SURABAYA
2012
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
SKRIPSI
AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH HERBAL
CAMPURAN HERBA SAMBILOTO
(Andrographis
paniculata)
DAN BIJI MAHONI
(Swietenia mahagoni)
DAN PROFIL METABOLIT SEKUNDER
RIZAL FIRDAUS 050810281
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA
SURABAYA
2012
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui
skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul:
Aktivitas Hipoglikemi dari Teh Herbal Campuran Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata) dan Biji Mahoni (Swietenia mahagoni) dan Profil Metabolit Sekunder
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu
Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk kepentingan
akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya
buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 15 Oktober 2012
Rizal Firdaus NIM: 050810281
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Rizal Firdaus
NIM : 050810281
Fakultas : Farmasi
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis
dengan judul:
Aktivitas Hipoglikemi dari Teh Herbal Campuran Herba Sambiloto (Andrographis paniculata) dan Biji Mahoni (Swietenia
mahagoni) dan Profil Metabolit Sekunder
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di
kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiarisme,
maka saya bersedia menerima sangsi berupa pembatalan kelulusan dan atau
pencabutan gelar yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Surabaya, 15 Oktober 2012
Rizal Firdaus NIM: 050810281
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
Lembar Pengesahan
AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH HERBAL
CAMPURAN HERBA SAMBILOTO
(Andrographis
paniculata)
DAN BIJI MAHONI
(Swietenia mahagoni)
DAN PROFIL METABOLIT SEKUNDER
SKRIPSI
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2012
Oleh : RIZAL FIRDAUS
050810281
Disetujui Oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Prof. Dr. Sukardiman, Apt. MS Drs. Herra Studiawan, MS. NIP. 19630109 198810 1 001 NIP. 19570310 198601 1001
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya.
Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Aktivitas Hipoglikemi
dari Teh Herbal Campuran Herba Sambiloto (Andrographis paniculata) dan Biji Mahoni (Swietenia mahagoni) dan Profil Metabolit Sekunder” ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Sukardiman, MS., Apt., sebagai pembimbing utama yang
dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan memberi
dorongan baik moril maupun materiil kepada saya sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
2. Drs. Herra Studiawan, MS., sebagai pembimbing serta yang dengan
tulus ikhlas dan penuh kesabaran, telah membimbing saya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Dr. Bambang Tri Purwanto, MS., Apt., sebagai dosen wali yang dengan
tulus ikhlas dan penuh kesabaran telah memberi semangat dan
membantu saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, Dr. Umi
Athiyah, MS., Apt., atas kesempatan yang diberikan kepada saya
mengikuti pendidikan program Sarjana.
5. Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga Surabaya, yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengerjakan skripsi di departemen ini.
6. Para dosen serta guru saya, yang telah mendidik serta mengajarkan ilmu
pengetahuan hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
viii
7. Keluarga yang selalu mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini,
terutama kedua orang tua saya, H. Muhammad Ari dan Hj. Kartini
Dasawarsih serta kakak dan adik saya, Bayu Suherman, S.Si dan Farid
Naufal.
8. Teman-teman Tim Antidiabetes yang selalu membantu, Riza Nurayu
Fitriana, M. Ainun Najib, Awang Bilal S., Iqbal Aya Sofia, Pradipto
Danendro, Yunita Andri dan Evan Susandi, serta laboran Laboratorium
Hewan, M. Eko Adiputra.
Akhir kata, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda.
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
ix RINGKASAN
AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH HERBAL CAMPURAN HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata) DAN BIJI MAHONI
(Swietenia mahagoni) DAN PROFIL METABOLIT SEKUNDER
Rizal Firdaus
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia, metabolisme lipid dan protein yang abnormal, dengan komplikasi jangka panjang dapat mempengaruhi retina, ginjal, dan terutama sistem saraf (Debasis et al, 2011). Melihat etiologinya diabetes melitus (DM) di klasifikasikan menjadi empat, yaitu DM tipe 1 yang terjadi akibat adanya gangguan produksi insulin yang disebabkan penyakit autoimun atau idiopatik, DM tipe 2 yang terjadi akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin, Gestational Diabetes Mellitus (GDM) yaitu intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan dan DM akibat penyakit endokrin atau pankreas atau akibat penggunaan obat lain (Farmakologi dan Terapan FK UI, 2008; Dipiro et al, 2008).
Banyak obat hipoglikemik oral, seperti sulfonilurea dan biguanides yang digunakan bersama dengan insulin untuk pengobatan diabetes melitus, namun obat ini memiliki efek samping yang signifikan (Debasis et al, 2011). Obat yang berasal dari tanaman obat sering dipertimbangkan dari segi keamanan dan biaya yang relatif lebih murah. Salah satu tanaman obat di Indonesia yang terkenal memiliki khasiat adalah sambiloto (Andrographis paniculata) dan mahoni (Swietenia mahagoni). Pada sambiloto terdapat andrografolida dan pada biji mahoni terdapat swietenin yang keduanya berfungsi dalam menghasilkan efek hipoglikemi.
Dalam penelitian ini, dilakukan uji aktivitas hipoglikemi dari teh herbal campuran herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan biji mahoni (Swietenia mahagoni) untuk mengetahui efek sinergis dari kedua campuran tersebut. Selain itu, juga ditentukan profil metabolit sekunder dari masing-masing tanaman dan campuran keduanya dengan metode KLT Densitometri. Cara pembuatan teh herbal yaitu simplisia herba sambiloto dan biji mahoni digiling menjadi serbuk halus yang kemudian akan dimasukkan ke dalam tea bag sebanyak 10g. Untuk teh herbal campuran herba sambiloto dengan biji mahoni maka dimasukkan serbuk halus yang telah digiling ke dalam tea bag sesuai dengan perbandingan (1:1; 1:2; 2:1) dengan berat total 10g. Tea bag ini kemudian akan di seduh dengan air mendidih sebanyak 100ml. Hasil seduhan teh herbal inilah yang kemudian akan di uji aktivitas hipoglikeminya pada hewan coba mencit diabetes yang
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
x
telah diinduksi aloksan. Sebelum diinduksi mencit harus dipuasakan 18 jam terlebih dahulu (hanya disediakan minum). Aloksan monohidrat diinjeksikan secara intraperitonial pada mencit dengan dosis 150mg/Kg BB (Etuk, 2010). Kadar glukosa darah diperiksa setelah 72 jam dan kadar glukosa darah mencit yang di atas 200 mg/dL adalah yang digunakan dalam penelitian.
Pada penelitian ini membutuhkan 48 ekor mencit yang dibagi menjadi 8 kelompok dengan 6 ekor mencit untuk tiap kelompoknya. Kelompok normal (non-diabetes) tidak diinduksi aloksan dan tidak mendapat perlakuan sama sekali, kelompok kontrol negatif diberi perlakuan CMC-Na 0,5% dan kelompok kontrol positif diberi perlakuan glibenklamid (0,013mg/20g BB). Kelompok I adalah kelompok mencit diabetes yang diberi perlakuan teh herbal herba sambiloto (0,4ml/20g BB). Kelompok II adalah kelompok mencit diabetes yang diberi perlakuan teh herbal biji mahoni (0,4ml/20g BB). Kelompok III adalah kelompok mencit diabetes yang diberi perlakuan teh herbal campuran herba sambiloto dan biji mahoni perbandingan (1:1) 0,4ml/20g BB. Kelompok IV adalah kelompok mencit diabetes yang diberi perlakuan teh herbal campuran herba sambiloto dan biji mahoni perbandingan (1:2) 0,4ml/20g BB. Sedangkan yang terakhir adalah kelompok V yaitu kelompok mencit diabetes yang diberi perlakuan teh herbal campuran herba sambiloto dan biji mahoni dengan perbandingan (2:1) 0,4ml/20g BB. Evaluasi kadar glukosa darah mencit dilakukan pada hari ke-1, 3, 5, dan 7 selama perlakuan. Pengambilan darah dilakukan 2 jam setelah pemberian perlakuan dengan cara melukai ujung ekor hewan coba mencit menggunakan jarum.
Dari hasil perlakuan selama tujuh hari, didapatkan hasil penelitian berupa profil kadar glukosa darah mencit terhadap pengaruh pemberian teh herbal. Data dibuat dalam bentuk rata-rata ± SEM. Teh herbal campuran herba sambiloto dan biji mahoni dengan perbandingan (2:1) dengan dosis 0,4ml/20g BB yang memberikan penurunan kadar glukosa darah mencit paling besar mulai dari hari ke-0 (417,80±76,60 mg/dL) hingga hari ke-7 (329,60±71,44 mg/dL) dengan rata-rata penurunan kadar glukosa darah sebesar 88,20 mg/dL. Rata-rata penurunannya juga lebih besar jika dibandingkan dengan kedua teh herbal tunggalnya maupun perbandingan yang lainnya. Dilihat dari komposisinya, herba sambiloto lebih dominan dalam teh herbal campuran tersebut. Artinya dalam campuran ini, herba sambiloto memberikan kontribusi besar dalam penurunan kadar glukosa darah. Jika dikombinasikan dengan biji mahoni, maka akan memberikan efek yang sinergis dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
xi
Setelah itu dilakukan analisis statistik untuk mengetahui perbedaan rata-rata penurunan kadar glukosa darah mencit antar kelompok perlakuan. Rata-rata penurunan dari masing-masing kelompok dianalisis statistik menggunakan Anova One Way dan diperoleh nilai p hitung antar kelompok = 0,006 (p<0,05). Untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara signifikan, analisis statistik dilanjutkan dengan Post Hoc Test metode Tukey. Hasil analisis Post Hoc Test metode Tukey dari semua kelompok, hanya kontrol positif yang memiliki perbedaan bermakna (p<0,05) jika dibandingkan dengan kontrol negatif namun secara deskriptif teh herbal herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan teh herbal biji mahoni (Swietenia mahagoni) serta campuran keduanya mempunyai efek hipoglikemi pada mencit diabetes yang diinduksi aloksan dalam waktu tujuh hari.
Profil metabolit sekunder dari bahan uji dilakukan dengan metode KLT-Densitometri dengan menggunakan eluen campuran Kloroform:Metanol (9:1). Setelah di eluasi, plat dilihat dibawah sinar UV 254nm dan 366nm untuk dilihat noda yang terbentuk. Di bawah sinar UV 254 nm, terlihat tiga totolan (teh herbal herba sambiloto, teh herbal bii mahoni dan teh herbal campuran 1:1) menghasilkan dua noda, sedangkan dua totolan lain (teh herbal campuran 1:2 dan 2:1) menghasilkan tiga noda. Untuk andrografolida terlihat noda yang sangat jelas pada sinar UV 254nm. Sedangkan jika dilihat di bawah sinar UV 366 nm noda dari totolan teh herbal herba sambiloto dan standar andrografolida tidak muncul, namun untuk keempat totolan lainnya muncul noda.
Setelah dilihat di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm, plat KLT kemudian dipayar menggunakan instrumen densitometer CAMAG® TLC Scanner 3 untuk melihat profil kromatogram dan harga Rf-nya. Pada pemayaran dengan sinar UV 254 nm, tercatat 3 hingga 5 noda yang muncul pada tiap totolan (kecuali standar andrografolida) dengan nilai Rf yang sangat beragam. Sedangkan pada pemayaran dengan sinar UV 366 nm, terdapat 1 hingga 2 noda yang muncul pada tiap totolan (kecuali standar andrografolida) dengan nilai Rf yang juga sangat beragam. Untuk noda standar andrografolida mempunyai harga Rf 0,26 pada sinar UV 254nm, sedangkan pada sinar UV 366nm noda andrografolida tidak muncul. Hal ini diperkirakan karena senyawa andrografolida tidak bisa menyerap pada panjang gelombang 366nm.
Kemudian yang terakhir yaitu plat KLT disemprot dengan penampak noda Anisaldehid-H2SO4. Pada keenam bahan uji muncul 2
hingga 3 noda yang berwarna merah keunguan sampai ungu, yang menunjukkan adanya senyawa terpenoid dengan harga Rf yang beragam.
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
xii ABSTRACT
Hypoglycemic Activity Herbal Tea Combination of Andrographis paniculata Herbs and Swietenia mahagoni Seeds and Their Secondary Metabolite Profiling
Rizal Firdaus
Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder that continues to present a major world wide health problem. Numerous herbal drugs like
Andrographis paniculata and Swietenia mahagoni have been used by people of various cultures to treat diabetes. The aim of this research was to measure the hypoglycemic activity herbal tea of Andrographis paniculata
herbs and Swietenia mahagoni seeds and their combination in alloxan-induced diabetic mice. The tea was prepared by brewing 10 g herbal tea with 100 ml of boiling water for 10 minutes. The herbal tea of
Andrographis paniculata herbs, Swietenia mahagoni seeds, combination with ratio 1:1, 1:2 and 2:1 (0.4 ml/20 g BW), was administered orally to groups I, II, III, IV and V respectively. The reference drug glibenclamide (0,013 mg/10 g BW) and CMC-Na were also administered orally to animals in positive and negative control group respectively.
Oral administration of herbal tea for seven days resulted in a slight reduction in blood glucose level. Statistically there is no groups that has significant difference with negative control groups (P < 0.05) except positive control. Therefore the herbal tea combination of Andrographis paniculata herbs and Swietenia mahagoni seedswith ratio 2:1, showed the biggest reduction in blood glucose level (88.20 ± 43.16 mg/dl). The secondary metabolite profiling was done by establish the TLC and chromatogram profile. TLC profiling was performed out using Chloroform:Methanol (9:1) as mobile phase. Then, TLC plate scanned in wavelength 254 nm and 366 nm using CAMAG TLC Scanner 3.
Keywords: Andrographis paniculata, Swietenia mahagoni, hypoglycemic activity, herbal tea
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
xiii DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...vii
RINGKASAN ...ix
ABSTRACT ...xii
DAFTAR ISI ...xiii
DAFTAR GAMBAR ...xvii
DAFTAR TABEL ...xix
DAFTAR LAMPIRAN ...xxi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah ...5
1.3 Tujuan Penelitian ...6
1.3.1 Tujuan umum ...6
1.3.2 Tujuan khusus ...6
1.4 Manfaat penelitian ...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus ...8
2.1.1 Pengertian diabetes melitus...8
2.1.2 Epidemiologi...8
2.1.3 Klasifikasi ...9
2.1.4 Terapi Oral Antidiabetes Drug (OAD) ...9
2.2 Tinjauan Tanaman ...10
2.2.1 Andrographis paniculata...10
2.2.2 Swietenia mahagoni....15
2.3 Tinjauan Glibenklamid ...18
2.4 Tinjauan Aloksan ...19
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
xiv
2.5 Tinjauan Teh Herbal ...20
2.5.1 Definisi teh herbal ...20
2.5.2 Metode rebusan (decoction) ...20
2.6 Tinjauan Profil Metabolit Sekunder...21
2.7 Tinjauan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ...21
2.7.1 Kromatografi lapis tapis (KLT) – Sinar Ultraviolet ...22
2.7.2 Kromatografi lapis tipis (KLT) - Densitometri ...23
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Uraian Kerangka Konseptual ...25
3.2 Hipotesis penelitian...26
3.3 Skema Kerangka Konseptual ...28
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Bahan, Alat dan Hewan Coba ...29
4.1.1 Bahan penelitian...29
4.1.2 Bahan kimia dan bahan lain ...29
4.1.3 Alat...29
4.1.4 Hewan coba...30
4.1.5 Rancangan penelitan ...31
4.2 Metode penelitian...31
4.2.1 Pembuatan teh herbal herba sambiloto ...31
4.2.2 Pembuatan teh herbal biji mahoni ...32
4.2.3 Pembuatan teh herbal campuran herba sambiloto dan biji mahoni ...32
4.3 Uji Aktivitas Hipoglikemi ...34
4.3.1 Penginduksian diabetes melitus ...34
4.3.2 Penentuan dosis...34
4.3.3 Pembuatan larutan uji...36
4.3.4 Protokol penelitian uji aktivitas ...39
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
xv
4.3.5 Cara kerja ...40
4.3.6 Skema kerja ...42
4.4 Analisis statistik ...43
4.5 Studi profil metabolit sekunder ...43
4.5.1 Alat dan bahan ...43
4.5.2 Prosedur KLT...44
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil uji aktivitas hipoglikemi ...45
5.1.1 Kelompok normal (non diabetes) ...45
5.1.2 Kelompok kontrol negatif ...46
5.1.3 Kelompok kontrol positif ...47
5.1.4 Kelompok teh herbal herba sambiloto ...48
5.1.5 Kelompok teh herbal biji mahoni...49
5.1.6 Kelompok teh herbal campuran herba sambiloto dengan biji mahoni (1:1) ...50
5.1.7 Kelompok teh herbal campuran herba sambiloto dengan biji mahoni (1:2) ...51
5.1.8 Kelompok teh herbal campuran herba sambiloto dengan biji mahoni (2:1) ...52
5.2 Hasil analisis statistik ...54
5.3 Hasil studi profil metabolit sekunder ...56
5.3.1 Uji KLT-Densitometri ...56
5.3.2 Uji penampak noda Anisaldehid-H2SO4...61
BAB VI PEMBAHASAN ...64
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ...73
7.2 Saran ...74
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
xvi
DAFTAR PUSTAKA ...75
LAMPIRAN ...79
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Andrographis paniculata ...12
2.2 Andrografolida...14
2.3 Swietenia mahagoni ...16
2.4 Swietenin ...17
2.5 Struktur kimia glibenklamid ...19
2.6 Struktur kimia aloksan ...20
3.1 Skema kerangka konseptual ...28
4.1 Alat glukometer dan strip glukosa ...29
4.2 Skema rancangan penelitian ...31
4.3 Skema kerja penelitian ...42
5.1 Grafik efek teh herbal herba sambiloto dan biji mahoni terhadap kadar glukosa darah mencit (mg/dL) ...54
5.2 Grafik efek teh herbal herba sambiloto dan biji mahoni terhadap kadar glukosa darah mencit pada hari ke-0 dan hari ke-7 (mg/dL) ...55
5.3 Noda hasil uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254 (Merck®) dan fase gerak Kloroform:Metanol (9:1) pada sinar UV 254nm...56
5.4 Profil kromatogram 3D pada sinar UV 254nm ...57
5.5 Noda hasil uji KLT dengan fase diam silika gel GF 254 (Merck®) dan fase gerak Kloroform:Metanol (9:1) pada sinar UV 366nm ...59
5.6 Profil kromatogram 3D pada sinar UV 366nm ...60
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
xviii
5.7 Hasil uji penampak noda Anisaldehid-H2SO4 dengan
fase diam silika gel GF 254 (Merck®) dan fase gerak Kloroform:Metanol (9:1) ...62
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
xix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman V.1 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dL) pada
kelompok normal (non-diabetes)...45 V.2 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dL) pada
kelompok kontrol negatif (CMC-Na 0,5%)...46 V.3 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dL) pada
kelompok kontrol positif (Glibenklamid
0,013mg/20g BB) ...47 V.4 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dL) pada
kelompok teh herbal herba sambiloto (0,4 ml/20g
BB)...48 V.5 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dL) pada
kelompok teh herbal biji mahoni (0,4ml/20g BB) ...49 V.6 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dL) pada
kelompok teh herbal campuran herba sambiloto
dengan biji mahoni (1:1) 0,4ml/20g BB...50 V.7 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dL) pada
kelompok teh herbal campuran herba sambiloto
dengan biji mahoni (1:2) 0,4ml/20g BB ...51 V.8 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dL) pada
kelompok teh herbal campuran herba sambiloto
dengan biji mahoni (2:1) 0,4ml/20g BB ...52 V.9 Efek teh herbal herba sambiloto dan biji mahoni
terhadap kadar glukosa dalam darah mencit pada hari
ke-1, 3, 5 dan 7...53
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
xx
V.10 Perbedaan harga rata-rata penurunan kadar glukosa darah mencit antar kelompok dari hasil uji Tukey ...55 V.11 Harga Rf Hasil Uji KLT-Densitometri pada Sinar
UV 254nm...57
V.12 Harga Rf Hasil Uji KLT-Densitometri pada Sinar
UV 366nm...61
V.13 Harga Rf dan warna noda hasil penampak noda
Anisaldehid-H2SO4 dengan eluen
Kloroform:Metanol (9:1) ...63
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Surat keterangan identifikasi...79
2 Tabel konversi perhitungan dosis ...81
3 Hasil analisis statistik...82
4 Profil berat badan mencit ...86
5. Dokumentasi penelitian ...90
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
hiperglikemia, metabolisme lipid dan protein yang abnormal, dengan
komplikasi jangka panjang dapat mempengaruhi retina, ginjal, dan
terutama sistem saraf. Konsumsi diet kaya kalori, obesitas, dan gaya
hidup telah menyebabkan peningkatan terhadap jumlah penderita
diabetes di seluruh dunia khususnya di Asia (Debasis et al, 2011). Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus
(DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset
kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi
penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di
daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan daerah
pedesaan DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. Untuk prevalensi
nasional Diabetes Melitus (DM), berdasarkan pemeriksaan glukosa
darah pada penduduk usia di atas 15 tahun di perkotaan sebesar 5,7%
dan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk
usia di atas 15 tahun di perkotaan adalah 10,2% (Depkes RI, 2008).
Melihat etiologinya, diabetes melitus (DM) dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu DM tipe 1 yang terjadi akibat adanya gangguan
produksi insulin yang disebabkan penyakit autoimun atau idiopatik.
DM tipe ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM) karena pasien mutlak membutuhkan insulin eksogen (dari
luar). Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin atau
gangguan sekresi insulin. Pada DM tipe 2 ini tidak selalu dibutuhkan
insulin dari luar, kadang-kadang cukup dengan diet dan pemberian
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
antidiabetik oral. Oleh karena itu DM tipe ini juga disebut dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Jenis DM lain adalah
Gestational Diabetes Mellitus (GDM) yaitu intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Gestational diabetes terjadi sekitar 7% dari
semua kasus kehamilan. Jenis DM yang terakhir yaitu DM akibat
penyakit endokrin atau pankreas atau akibat penggunaan obat lain
(Suherman dan Nafrialdi, 2011; Dipiro et al, 2008).
Banyak obat hipoglikemik oral, seperti sulfonilurea dan
biguanides, yang digunakan bersama dengan insulin untuk pengobatan
diabetes mellitus, namun obat ini memiliki efek samping yang
signifikan dan beberapa tidak efektif dalam diabetes kronis pasien. Hal
ini membuat banyaknya peningkatan permintaan baru produk alami
antidiabetes terutama neutraceuticals dengan efek samping lebih rendah dan potensi antidiabetes tinggi. (Debasis et al, 2011).
Obat yang berasal dari tanaman obat sering dipertimbangkan
dari segi keamanan dan biaya yang relatif lebih murah. Obat herbal
yang digunakan untuk mengobati diabetes, sebagai terapi alternatif
dilaporkan memiliki efek hipoglikemik yang beraneka ragam. Oleh
karena itu perlu untuk mencari obat hipoglikemik yang lebih aman dan
efektif untuk mengatasi masalah ini (Rao and Jamil, 2011).
Salah satu tanaman obat di Indonesia yang terkenal memiliki
khasiat adalah sambiloto (Andrographis paniculata). Andrographis paniculata memiliki sejarah panjang dalam penggunaan obat tradisional dan penggunaannya sangat populer selama satu abad
terakhir. Selain terkenal efeknya dalam mendukung fungsi kekebalan
tubuh normal, Andrographis paniculata juga telah terbukti membantu mendukung fungsi hati (hepatoprotektif), pengobatan malaria,
hipertensi dan miokard infark (Rao, 2006).
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
Berdasarkan penelitian, ekstrak air dari Andrographis paniculata dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 41,51% hanya dalam 2 jam dari tikus diabetes yang diinduksi menggunakan
aloksan (Hossain et al, 2007). Dalam penelitian lainnya Andrographis paniculata juga telah menunjukkan efek yang signifikan sebagai anti-hiperglikemia terhadap tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin.
Andrografolida merupakan senyawa aktif dalam Andrographis paniculata yang telah menunjukkan efek yang signifikan sebagai anti-hiperglikemik (Rao, 2006).
Selain itu tanaman yang memiliki khasiat sebagai antidiabetes
adalah mahoni (Swietenia mahagoni). Di Indonesia dan India, biji
Swietenia mahagoni digunakan sebagai obat rakyat untuk menyembuhkan diabetes. Swietenin merupakan senyawa aktif dalam
Swietenia mahagoni yang berfungsi sebagai agen hipoglikemik (Preedy
et al, 2011). Dari hasil penelitian, ekstrak air-metanol (2:3) dari biji
Swietenia mahagoni dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin sebesar 76,4% dalam waktu 21
hari (Debasis et al, 2011).
Berdasarkan penelitian, aktivitas hipoglikemi juga
ditunjukkan dari kombinasi empat ekstrak tanaman lain yaitu Juglans regia, Atriplex halimus, Olea Europea and Urtica dioica. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan penurunan kadar glukosa dari 400 mg/dl
menjadi 200 mg/dl atau penurunan sekitar 50% (Said et al, 2007). Sedangkan menurut penelitian lain yang menggunakan
tanaman Asystasia gangetica and Morus indica, pada hewan coba yang di induksi dengan aloksan dan diamati selama 28 hari menunjukkan
adanya perbedaan penurunan kadar glukosa pada ekstrak tunggal
ataupun kombinasi keduanya. Pada ekstrak tunggal Asystasia gangetica
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
terjadi penurunan kadar glukosa dari 222 mg/dl menjadi 95 mg/dl dan
pada ekstrak tunggal Morus indica terjadi penurunan kadar glukosa dari 222 mg/dl menjadi 84 mg/dl. Sedangkan untuk kombinasi keduanya
terjadi penurunan kadar glukosa dari 222 mg/dl menjadi 61 mg/dl. Hal
ini menunjukkan kombinasi dari ekstrak Asystasia gangetica and
Morus indica dapat menurunkan kadar glukosa lebih besar daripada ekstrak tunggal dari masing-masing tanaman tersebut (Kumar et al, 2010).
Dalam penelitian ini, akan dilakukan uji aktivitas hipoglikemi
dari teh herbal campuran herba sambiloto (Andrographis paniculata)
dengan biji mahoni (Swietenia mahagoni) untuk mengetahui efek sinergis dari kedua campuran tersebut karena berdasarkan penelitian,
ekstrak tanaman bila dikombinasikan dapat menimbulkan efek yang
sinergis sehingga dapat menambah keberhasilan terapi (Said et al, 2007).
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
rebusan (decoction) dengan air panas. Metode ini adalah metode pilihan ketika bekerja dengan tanaman yang memiliki kandungan larut
air. Metode ini dipilih karena metode ekstraksinya sederhana, mudah
digunakan dan ekonomis (Handa et al., 2008). Selain itu metode ini
juga banyak terdapat di masyarakat karena cara pembuatannya yang
mudah.
Sebagai subyek percobaan digunakan mencit yang diinduksi
oleh aloksan. Aloksan adalah diabetogen yang digunakan untuk
mencapai penghancuran sel-β dan mengakibatkan efek yang selektif
sitotoksik pada sel-β pankreas. Aloksan juga diyakini memberikan efek
diabetogenik dengan aktivitas glukokinase yang menghambat pankreas, dan menyebabkan sel-β pankreas mati (Zhang et al, 2009).
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
Selain itu, juga ditentukan profil metabolit sekunder dari
masing-masing tanaman dan campuran keduanya dengan metode KLT
Sinar Ultraviolet dan Densitometri. Metabolit sekunder adalah senyawa
yang diperlukan untuk interaksi tanaman dengan lingkungannya.
Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan terbagi ke dalam
beberapa golongan utama antara lain alkaloid, flavonoid, dan terpenoid.
Banyak di antara metabolit sekunder tersebut mempunyai aktivitas
biologis dapat mengobati berbagai penyakit, salah satunya adalah
mengobati penyakit diabetes melitus yang merupakan penyakit yang
terjadi karena defisiensi insulin (Saleh, 2007). Beberapa peran
metabolit sekunder yang lain diantaranya misalnya sebagai antioksidan,
menyerap cahaya UV, dan agen antiproliferatif serta berperan dalam
proteksi tanaman terhadap mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan
virus (Kennedy and Wightman, 2011). Banyaknya konfirmasi
mengenai fungsi metabolit sekunder tanaman yang cukup beragam atau
tidak diketahui efek sampingnya itu membuat hal ini belum sepenuhnya
dieksplorasi potensinya misalnya untuk tujuan pengobatan (Uarrota et al, 2011). Oleh karena itu dalam penelitian ini dilihat kaitan profil metabolit sekunder dengan aktivitas hipoglikemi sehingga nanti dilihat
profilling dari masing-masing kombinasi campuran tanaman,
kombinasi manakah yang paling tinggi menurunkan kadar glukosa
darah mencit dan profil metabolit sekunder dari campuran tersebutlah
yang akan digunakan untuk menjamin kualitas produk pada proses
standarisasi produk.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah teh herbal campuran herba sambiloto (Andrographis paniculata)dan biji mahoni (Swietenia mahagoni) mempunyai
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
efek menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang
diinduksi aloksan ?
2. Bagaimana profil metabolit sekunder dari teh herbal herba
sambiloto (Andrographis paniculata) dan teh herbal biji mahoni (Swietenia mahagoni) serta campuran keduanya ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya pengaruh dari pemberian teh
herbal herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan teh herbal biji mahoni (Swietenia mahagoni) serta campuran keduanyadalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang di induksi
aloksan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menentukan adanya aktivitas hipoglikemi dari teh herbal
campuran herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan biji mahoni (Swietenia mahagoni) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang di induksi aloksan
2. Menentukan profil metabolit sekunder dari teh herbal herba
sambiloto (Andrographis paniculata) dan teh herbal biji mahoni (Swietenia mahagoni) serta campuran keduanya menggunakan instrumen KLT - Densitometer
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
menambah ilmu pengetahuan dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang diabetes dan manfaat herba Sambiloto
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
(Andrographis paniculata) dan biji mahoni (Swietenia mahagoni)
serta dapat dijadikan referensi obat alternatif yang berasal dari
tanaman obat, sehingga dapat memanfaatkannya untuk
dikembangkan menjadi produk herbal yang berkhasiat
antidiabetes.
Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai tambahan
sumber kepustakaan dan bisa digunakan sebagai acuan dalam
penelitian lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan tanaman
obat antidiabetes, khususnya Herba Sambiloto (Andrographis paniculata)dan biji mahoni (Swietenia mahagoni).
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai
dengan hiperglikemia, metabolisme lipid dan protein yang
abnormal, dengan komplikasi jangka panjang dapat mempengaruhi
retina, ginjal, dan terutama sistem saraf (Debasis et al, 2011). 2.1.2 Epidemiologi
DM tipe 1 adalah penyakit autoimun yang berkembang
baik pada masa anak-anak atau remaja. DM tipe 1 terjadi 5%
sampai 10% dari semua kasus DM dan kemungkinan disebabkan
oleh individu secara genetik dan faktor lingkungan. Sedangkan
untuk DM tipe 2 menyumbang sebanyak 90% dari semua kasus
DM yang terjadi. Beberapa faktor risiko dari DM tipe 2 antara lain
riwayat keluarga (yaitu, orang tua atau saudara kandung dengan
diabetes), obesitas (yaitu, ≥ 20% dari berat badan ideal, atau Indeks
Massa Tubuh [BMI] ≥ 25 kg/m2), aktivitas fisik kurang, ras atau etnis, hipertensi (≥ 140/90 mmHg pada orang dewasa), high-density lipoprotein (HDL) kolesterol ≤ 35 mg/dL dan atau tingkat trigliserida ≥ 250 mg/dL (Dipiro et al, 2008). Prevalensi DM tipe 2 meningkat dengan bertambahnya usia, terlebih pada perempuan
dibandingkan pada pria. Meskipun prevalensi DM tipe 2
meningkat dengan bertambahnya usia, namun gejala dari DM akan
semakin muncul pada masa remaja. Gestational diabetes mellitus
(GDM) terjadi sekitar 7% dari semua kasus kehamilan. Wanita
kebanyakan akan kembali ke normoglikemia setelah melahirkan,
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
tetapi 30% sampai 50% akan berkembang menjadi DM tipe 2 atau
intoleransi glukosa pada kemudian hari (Dipiro et al, 2008).
2.1.3 Klasifikasi
Melihat etiologinya diabetes melitus (DM) dapat
dibedakan menjadi empat, yaitu DM tipe 1 yang terjadi akibat
adanya gangguan produksi insulin yang disebabkan penyakit
autoimun atau idiopatik. DM tipe ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) karena pasien mutlak membutuhkan insulin eksogen (dari luar). Sedangkan DM tipe 2
terjadi akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin. Pada
DM tipe 2 ini tidak selalu dibutuhkan insulin dari luar,
kadang-kadang cukup dengan diet dan pemberian antidiabetik oral. Oleh
karena itu DM tipe ini juga disebut dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Jenis DM lain adalah Gestational Diabetes Mellitus (GDM) yaitu intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Gestational diabetes terjadi sekitar 7% dari
semua kasus kehamilan. Jenis DM yang terakhir yaitu DM akibat
penyakit endokrin atau pankreas atau akibat penggunaan obat lain
(Suherman dan Nafrialdi, 2011; Dipiro et al, 2008).
2.1.4 Terapi Oral Anti Diabetes (OAD)
Tujuan utama dari manajemen DM adalah untuk
mengurangi risiko komplikasi penyakit mikrovaskuler dan
makrovaskuler, untuk memperbaiki gejala, mengurangi angka
kematian, dan untuk meningkatkan kualitas hidup. Mendekati
glukosa darah normal akan mengurangi risiko berkembangnya
komplikasi penyakit mikrovaskuler. Selain itu manajemen untuk
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
mengurangi faktor risiko kardiovaskular yaitu dengan cara berhenti
merokok, pengobatan dislipidemia, kontrol tekanan darah secara
intensif, dan terapi antiplatelet yang diperlukan untuk mengurangi
kemungkinan pengembangan komplikasi penyakit makrovaskular.
Hiperglikemia tidak hanya meningkatkan risiko penyakit
mikrovaskuler, namun juga memberikan kontribusi untuk
penyembuhan luka yang buruk, menurunkan fungsi sel darah putih,
dan menyebabkan gejala awal DM (Dipiro et al, 2008).
Sampai tahun 1995, hanya dua pilihan untuk pengobatan
farmakologis yang tersedia untuk pasien dengan diabetes;
sulfonilurea (untuk DM tipe 2 saja) dan insulin (DM tipe 1 atau 2).
Namun saat ini, enam golongan dari OAD yang disetujui untuk pengobatan diabetes tipe 2 yaitu α-glukosidase inhibitor, Biguanida, Meglitinida, Thiazolidinedion (TZD), DPP-IV
inhibitor, dan Sulfonilurea. OAD dikelompokkan menurut
mekanisme penurunan glukosa darah. Biguanida dan TZD sering
dikategorikan sebagai sensitizer insulin karena kemampuan mereka untuk mengurangi resistensi insulin. Sulfonilurea dan Meglitinida
sering dikategorikan sebagai insulin secretagogues karena bekerja meningkatkan pengeluaran insulin endogen (Dipiro et al, 2008).
2.2 Tinjauan Tanaman 2.2.1 Andrographis paniculata
Andrographis paniculata adalah tanaman obat tradisional Cina yang digunakan di banyak negara Asia untuk pengobatan
pilek, radang tenggorokan, demam, dan diare. Studi ekstrak
tanaman menunjukkan adanya aktivitas imunologi, antibakteri,
antivirus, anti-inflamasi, antitrombotik dan hepatoprotektif dari
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
Andrographis paniculata. Di Malaysia, tanaman ini digunakan sebagai obat rakyat untuk mengobati diabetes dan hipertensi
(Zhang et al, 2009).
Sambiloto juga dikenal sebagai “King of Bitters”.
Menurut data spesimen yang ada di Herbarium Bogoriense di
Bogor, sambiloto sudah ada di Indonesia sejak 1893. Di India,
sambiloto adalah tumbuhan liar yang digunakan untuk mengobati
penyakit disentri, diare, atau malaria. Hal ini ditemukan dalam
Indian Pharmacopeia dan telah disusun paling sedikit dalam 26
formula Ayurvedic. Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM),
sambiloto diketahui penting sebagai tanaman ”cold property” dan digunakan sebagai penurun panas serta membersihkan racun-racun
di dalam tubuh. Tanaman ini kemudian menyebar ke daerah tropis
Asia hingga sampai di Indonesia (Widyawati, 2007).
2.2.1.1 Klasifikasi
Secara taksonomi, Andrographis paniculata
diklasifikasikan sebagai berikut (Fatmawati, 2008) :
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dycotyledone
Subclass : Gamopetalae
Ordo : Personales
Famili : Acanthaceae
Subfamily : Acanthoidae
Genus : Andrographis
Species : Andrographis paniculata Ness
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
Gambar 2.1 : Andrographis paniculata
2.2.1.2 Morfologi
Sambiloto memiliki daun tunggal, bulat telur, bersilang
berhadapan, pangkal dan ujung runcing, tepi rata, panjang ± 8 cm,
lebar ± 1,7 cm. Batang sambiloto berkayu, penampang melintang,
pangkal batang bulat. Batang muda berbentuk segi empat namun
setelah tua bulat. Sambiloto memiliki cabang yang banyak,
monopodial, berbentuk segi empat (kwadrangularis) dengan nodus
yang membesar. Bunga pada sambiloto merupakan bunga
majemuk berbentuk tandan di ketiak daun dan ujung batang,
kelopak lanset, berbagi lima, pangkal berlekatan berwarna hijau,
benang sari dua, bulat panjang, kepala sari bulat berwarna ungu,
putik pendek, kepala putik ungu kecoklatan, mahkota lonjong,
pangkal berlekatan, bagian dalam putih bernoda ungu, bagian luar
berambut berwarna merah. Pada buah sambiloto yang masih muda
berwarna hijau namun setelah tua menjadi hitam, terdiri dari 11-12
biji. Sedangkan akarnya merupakan akar tunggang (Pujiasmanto
dkk, 2007).
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
2.2.1.3 Habitat
Sambiloto adalah herba tegak, yang tumbuh secara alami
di daerah dataran rendah hingga ketinggian ± 1600 dpl. Habitat
sambiloto ialah di tempat terbuka seperti ladang, pinggir jalan,
tebing, saluran atau sungai, semak belukar, di bawah tegakan
pohon jati atau bambu. Tumbuhan sambiloto memiliki daya
adaptasi pada lingkungan ekologi setempat. Tumbuhan tersebut
terdapat di seluruh Nusantara karena dapat tumbuh dan
berkembang baik pada berbagai topografi dan jenis tanah. Tumbuh
baik pada curah hujan 2.000 – 3.000 mm/tahun, suhu udara 25 –
320C serta kelembaban yang dibutuhkan antara 70 – 90 %.
Tumbuhan sambiloto dapat tumbuh pada semua jenis tanah,
terutama yang subur, mengandung banyak humus, tata udara dan
pengairan yang baik. Sambiloto tumbuh optimal pada pH tanah 6 –
7 (netral). Pada tingkat kemasaman tersebut, unsur hara yang
dibutuhkan tanaman cukup tersedia dan mudah diserap oleh
tanaman. Kedalaman perakaran sambiloto dapat mencapai 25 cm
dari permukaan tanah (Pujiasmanto dkk, 2007).
2.2.1.4 Kandungan Kimia
Secara kimia Andrographis paniculata mengandung flavonoid dan lakton. Pada lakton, komponen utamanya adalah
andrografolida, yang juga merupakan zat aktif utama dari tanaman
ini. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kandungan yang
dijumpai pada tanaman sambiloto diantaranya diterpene lakton dan
glikosidanya, seperti andrografolida, deoxyandrografolida,
11,12-didehydro-14-eoxyandro-grafolida, dan neoandrografolida.
Flavonoid juga dilaporkan terdapat pada tanaman ini. Daun dan
percabangannya lebih banyak mengandung lakton sedangkan
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
komponen flavonoid dapat diisolasi dari akarnya, yaitu
polimetok-siflavon, androrafin, dan panikulin. Selain komponen lakton dan
flavonoid, pada tanaman sambiloto ini juga terdapat komponen
alkane, keton, aldehid, mineral (kalsium, natrium, kalium), asam
kersik dan damar. Di dalam daun, kadar senyawa andrografolida
sebesar 2,5-4,8% dari berat keringnya (Widyawati, 2007).
Gambar 2.2 : Andrografolida (Zhang et al, 2009) 2.2.1.5 Khasiat dan Penggunaan
Sambiloto merupakan salah satu spesies yang mempunyai
khasiat medis. Khasiat tanaman ini diantaranya adalah sebagai obat
anti radang, analgesik, anti bakteri dan antipiretik. Kandungan
andrografolida di dalamnya mampu meningkatkan fungsi sistem
pertahanan tubuh, selain itu tidak bersifat toksik, pada manusia
juga tidak mempunyai efek samping seperti agen kemoterapi
konvensional yang lain (Fatmawati, 2008). Mekanisme kerja dari andrografolida adalah dengan menghambat enzim α-glukosidase dan α-amilase yang terdapat pada ekstrak etanol Andrographis paniculata dalam menghasilkan efek hipoglikemi (Akbar, 2011).
Efek farmakologi dari sambiloto yaitu dapat berfungsi
sebagai bakteriostatik, sebagai pengobatan infeksi, menurunkan
demam, malaria, kencing nanah (gonorhoe), kencing manis,
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
tuberkolosis paru, skrofuloderma, batuk rejan, sesak napas, darah
tinggi, kusta, leptospirosis, kanker dan menurunkan kadar
kolesterol (Fatmawati, 2008).
Ekstrak air Andrographis paniculata juga dilaporkan dapat meningkatkan toleransi glukosa pada kelinci, dan ekstrak
etanol Andrographis paniculata menunjukkan adanya aktivitas anti-diabetes pada tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin
(STZ) (Zhang et al, 2009). Penggunaan oral dari rebusan
Andrographis paniculata juga secara signifikan mengurangi tingkat glukosa darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan
(Akbar, 2011).
2.2.2 Swietenia mahagoni
Mahoni mempunyai nama daerah atau nama lain disetiap
negara. Di Bangli disebut sebagai mahagni, di Belanda dikenal
sebagai mahok, di Perancis disebut dengan acajou atau acajou
pays, sementara di Malaysia tanaman ini dinamai cheriamagany.
Lain lagi di Spanyol yang dikenal sebagai caoba/caoba de
Santo/domingo. Di Indonesia sendiri tumbuhan berkayu keras ini
mempunyai nama lokal lainnya, yaitu mahagoni, maoni atau moni
(Pasaribu, 2011).
Swietenia mahagoni merupakan satu spesies tanaman dari
suku Meliaceae, yang berasal dari Hindia Barat dan Afrika, dapat
tumbuh subur bila tumbuh di pasir dekat dengan pantai. Namun
sejak 20 tahun terakhir tanaman ini dibudidayakan karena kualitas
kayunya keras dan sangat baik, terutama untuk mebel dan
kerajinan tangan, bahkan akhir-akhir ini banyak yang
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
menggunakan kayu mahoni untuk membuat dinding dan lantai.
Kayunya berwarna merah kecoklatan (Raja, 2008).
2.2.2.1 Klasifikasi
Secara taksonomi, Swietenia mahagoni diklasifikasikan sebagai berikut (Raja, 2008) :
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Rutales
Famili : Meliaceae
Genus : Swietenia
Spesies : Swietenia mahagoni (L.) Jacq
Gambar 2.3 : Swietenia mahagoni
2.2.2.2 Morfologi
Mahoni merupakan pohon tahunan dengan tinggi 5-25
meter, batang bulat bercabang, daun majemuk, bentuk daun bulat
telur menyirip genap, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang
3-15 cm, pertulangan menyirip. Buah bulat telur berlekuk lima
berwarna coklat. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih
dengan ujung agak tebal dan warnanya coklat kehitaman. Buahnya
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
pahit dan berasa dingin. Akar mahoni merupakan akar tunggang
berwarna coklat (Raja, 2008; Pasaribu, 2011).
2.2.2.3 Habitat
Mahoni dapat tumbuh di hutan-hutan, kebun ataupun
dimana saja yang mempunyai iklim hangat dan tenang, dengan
suhu berkisar 16-32° C. Namun mahoni dapat berkembang dengan
baik pada daerah yang menerima curah hujan lebih rendah dari
1000-1500 mm, di lokasi tidak jauh dari laut, dan di ketinggian
dekat dengan permukaan laut (Orwa et al, 2009). 2.2.2.4 Kandungan Kimia
Biji Mahoni mengandung saponin, flavonoid, dan alkaloid
(Raja, 2008). Dari biji mahoni, terdapat swietenin yang berfungsi
sebagai agen hipoglikemik (Preedy et al, 2011).
Gambar 2.4 : Swietenin (Preedy et al, 2011) 2.2.2.5 Khasiat dan Penggunaan
Biji mahoni memiliki efek farmakologis antipiretik,
antijamur, menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing
manis (diabetes melitus), kurang nafsu makan, rematik, demam,
masuk angin dan Eksim (Raja, 2008). Biji mahoni juga
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
mengandung swietenin yang berfungsi sebagai agen hipoglikemik,
yang bekerja dengan cara meningkatkan penyerapan dan
penggunaan glukosa perifer (Preedy et al, 2011).
2.3 Tinjauan Glibenklamid
Glibenklamid merupakan golongan sulfonilurea oral yang
poten sebagai agen hipoglikemi. Saat ini glibenklamid digunakan
untuk mengobati hiperglikemi untuk Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM atau disebut juga DM tipe 2). Mekanisme obat ini dengan menghambat ATP sensitif K+ channel didalam sel β pankreas. Penghambatan ini menyebabkan depolarisasi sel membran dan keadaan ini akan membuka kanal
Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk
sel-sel β pankreas, merangsang granula yang berisi insulin dan akan
terjadi sekresi insulin. (Sharma, 2012).
Glibenklamid mempunyai efek hipoglikemi selama 24
jam, mudah diserap dalam saluran pencernaan (oral), waktu paruh
2-4 jam, metabolisme di hati dan diubah menjadi metabolit aktif
yang sangat lemah. Glibenklamid sebaiknya diberikan bersama
dengan makanan. Efek samping dari glibenklamid adalah
hipoglikemi, kolestasis jaundice, agranulositosis, anemia aplastik,
anemia hemolitik, diskrasia darah, disfungsi hati, dan reaksi alergi
pada kulit. Sedangkan efek samping fatal yaitu hipoglikemik
berkepanjangan terlihat pada pasien lanjut usia atau pasien dengan
hati lemah atau penyakit ginjal (Sharma, 2012).
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
Gambar 2.5 : Struktur kimia glibenklamid (Patil and Bonde, 2009)
2.4 Tinjauan Aloksan
Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 2,4,5,6
pirimidinetetron) merupakan senyawa turunan pirimidin
teroksigenasi yang bersifat asam lemah, sangat hidrofilik dan tidak
stabil (dapat terdekomposisi menjadi asam aloksanat), waktu
paruhnya pada pH netral 7.4 dan suhu 37oC adalah 1,5 menit dan
akan lebih lama pada temperatur yang lebih rendah. Aloksan stabil
pada pH asam (Lenzen, 2008).
Aloksan merupakan diabetogen yang digunakan untuk mencapai penghancuran sel-β dan mengakibatkan efek yang selektif sitotoksik pada sel-β pankreas. Aloksan juga diyakini memberikan efek diabetogenik dengan aktivitas glukokinase yang
menghambat pankreas, dan menyebabkan sel-β pankreas mati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi aloksan menyebabkan
pengurangan 81% dalam immunoreactivity glukokinase dan
penurunan lebih besar dari 90% dalam aktivitas glukokinase
enzimatik dalam hati. Diabetes yang di induksi menggunakan
aloksan merupakan model multifaktor diabetes yang dikenalkan
dan masih bisa digunakan untuk memeriksa efek antidiabetes dari
senyawa yang meningkatkan sekresi insulin (Zhang et al, 2009).
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
Gambar 2.6 : Struktur kimia aloksan (Lenzen, 2008)
2.5 Tinjauan Teh herbal 2.5.1 Definisi Teh herbal
Teh herbal terdiri dari satu atau lebih substansi herbal
dimaksudkan untuk sediaan cair oral dengan cara rebusan
(decoction), infus atau maserasi. Sediaan ini disiapkan segera sebelum digunakan. Teh herbal biasanya tersedia dalam bentuk
curah atau dalam sachet (EMEA, 2006).
2.5.2 Metode Rebusan (Decoction)
Dalam metode ini, bagian tanaman atau simplisia direbus
dalam air dengan volume yang spesifik dalam waktu tertentu,
kemudian didinginkan dan disaring. Bukan hanya seduhan dalam
air panas, bahan tanaman direbus untuk jangka waktu lebih lama
untuk melembutkan bahan kayu keras dan melepaskan konstituen
aktif. Bahan-bahan tanaman umumnya dipecah menjadi potongan
kecil atau menjadi bubuk yang lebih kecil, karena semakin kecil
maka akan semakin mudah diserap ke dalam air (Handa et al,
2008).
Metode ini cocok untuk mengekstrak komponen yang
larut air dan stabil terhadap panas. Proses ini biasanya untuk
persiapan pembuatan ayurveda (pengobatan alternatif yang biasa
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
dilakukan di India) atau secara tradisional dikenal sebagai
“kwatha”. Jika bahan tanaman yang digunakan lunak, maka jumlah
air yang digunakan adalah 4 kalinya dari bahan tanaman tersebut,
jika cukup keras maka jumlah air yang digunakan adalah 8 kalinya.
Sedangkan jika bahan tanaman sangat keras maka jumlah air yang
digunakan adalah 16 kalinya dari bahan tanaman tersebut.
Kemudian rebus pada api kecil hingga volumenya berkurang
menjadi ¼ dari volume awal untuk bahan tanaman yang lunak dan
1/8 dari volume awal untuk bahan tanaman cukup atau sangat
keras. Kemudian didinginkan, disaring dan filtrat dikumpulkan
dalam bejana bersih (Handa et al, 2008).
2.6 Tinjauan Profil Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa yang diperlukan
untuk interaksi tanaman dengan lingkungannya. Beberapa peran
metabolit sekunder antara lain misalnya sebagai antioksidan,
menyerap cahaya UV, dan agen antiproliferatif serta berperan
dalam proteksi tanaman terhadap mikroorganisme seperti bakteri,
jamur, dan virus (Kennedy and Wightman, 2011). Banyaknya
konfirmasi mengenai fungsi metabolit sekunder tanaman yang
cukup beragam atau tidak diketahui efek sampingnya itu membuat
hal ini belum sepenuhnya dieksplorasi potensinya misalnya untuk
tujuan pengobatan (Uarrota et al, 2011).
2.7 Tinjauan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi merupakan suatu metode terkait yang
meliputi pemisahan, isolasi, identifikasi dan kuantifikasi
komponen dalam campuran. Metode ini dilakukan dengan
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
menerapkan sampel di suatu zona awal ke fase diam. Komponen
campuran dilakukan melalui fase diam oleh aliran fase gerak.
Pemisahan didasarkan pada perbedaan tingkat migrasi antara
komponen-komponen sampel selama proses distribusi.
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah mode kromatografi
cair di mana sampel diaplikasikan sebagai spot atau titik kecil yang
beruntun dengan lapisan sorben tipis yang ditunjang pada kaca,
plastik, atau pelat logam. Fase gerak kemudian bergerak melalui
fase diam melalui kapiler, kadang-kadang dibantu oleh gravitasi
atau tekanan. Pemisahan KLT masing-masing komponen memiliki
waktu migrasi total yang sama tetapi jarak migrasi yang berbeda.
Fase gerak pada KLT terdiri dari pelarut tunggal atau campuran
pelarut organik maupun air. Fase diam telah banyak digunakan,
misalnya silica gel, selulosa, alumina, poliamida, dan ion exchanger (Fried and Sherma, 2005).
2.7.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) – Sinar Ultraviolet KLT umumnya lebih banyak digunakan untuk
tujuan identifikasi, karena mudah dan sederhana serta
memberikan pilihan fase diam yang lebih luas dan
berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa secara
kuantitatif dari suatu campuran. Dalam KLT,
perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu
terhadap jarak rambat fase gerak, diukur dari titik
penotolan sampai titik yang memberikan intensitas
maksimum pada noda, dinyatakan sebagai harga Rf
senyawa tersebut. Jika zat uji yang diidentifikasi dan
pembanding itu sama, terdapat kesesuaian dari harga Rf
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
pada semua kromatogram dan kromatogram dari
campuran menghasilkan noda tunggal.
Penetapan letak noda yang dihasilkan KLT dapat
ditetapkan dengan: (1) pengamatan langsung jika
senyawanya tampak pada cahaya tampak, ultraviolet
gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang
(366 nm); (2) pengamatan dengan cahaya tampak atau
ultraviolet setelah disemprot dengan larutan penampak
noda (Depkes RI, 2008).
2.7.2 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) - Densitometri
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat
digunakan untuk penetapan kuantitatif dengan mengukur
noda. Alat untuk mengukur besar dan intensitas noda
secara langsung pada lempeng KLT adalah densitometer
yang terdiri dari alat mekanik yang menggerakkan
lempeng atau alat pengukur sepanjang sumbu x dan
sumbu y, perekam integrator atau komputer yang sesuai.
Untuk zat yang memberikan respon terhadap UV-Vis
fotometer dengan sumber cahaya, digunakan alat optik
yang mampu menghasilkan cahaya monokromatis dab
foto sel dengan sensitivitas yang sesuai untuk mengukur
pantulan. Pada kondisi dimana fluoresensi diukur,
diperlukan filter yang sesuai untuk mencegah cahaya yang
digunakan untuk eksitasi mencapai fotosel dengan
membiarkan emisi yang spesifik dapat lewat. Rentang
linieritas dari alat pencacah harus diverifikasi.
Jika perlu lakukan penotolan pada lempeng tidak
kurang dari 3 larutan baku dari zat yang ditetapkan,
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
dengan kadar diantara perkiraan zat dalam larutan uji
(misal : 80%, 100%, 120%). Jika perlu lakukan
derivatisasi dengan pereaksi dan rekam pantulan atau
fluorosensi pada kromatogram. Gunakan hasil
pengukuran untuk perhitungan jumlah zat dalam larutan
uji (Depkes RI, 2008).
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Uraian Kerangka Konseptual
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai
dengan hiperglikemia, metabolisme lipid dan protein yang
abnormal, dengan komplikasi jangka panjang dapat mempengaruhi
retina, ginjal, dan terutama sistem saraf (Debasis et al, 2011).
Melihat etiologinya diabetes melitus (DM) di
klasifikasikan menjadi empat, yaitu DM tipe 1 yang terjadi akibat
adanya gangguan produksi insulin yang disebabkan penyakit
autoimun atau idiopatik. DM tipe ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) karena pasien mutlak membutuhkan insulin eksogen (dari luar). Sedangkan DM tipe 2
terjadi akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin. Pada
DM tipe 2 ini tidak selalu dibutuhkan insulin dari luar,
kadang-kadang cukup dengan diet dan pemberian antidiabetik oral. Oleh
karena itu DM tipe ini juga disebut dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Jenis DM lain adalah Gestational Diabetes Mellitus (GDM) yaitu intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan dan DM akibat penyakit endokrin atau pankreas
atau akibat penggunaan obat lain (Suherman dan Nafrialdi, 2011;
Dipiro et al, 2008).
Terapi DM Tipe 2 dibagi menjadi dua, yaitu terapi
non-farmakologik dan non-farmakologik. Pada terapi non-non-farmakologik
dapat dilakukan dengan penurunan berat badan atau diet dan
berolahraga secara teratur . Sedangkan untuk terapi farmakologik
dapat dilakukan dengan obat herbal, terapi insulin dan golongan
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
OAD. Sampai saat ini, terdapat enam golongan dari OAD yang
disetujui untuk pengobatan diabetes tipe 2 yaitu α-glukosidase
inhibitor, Biguanida, Meglitinida, Thiazolidinedion (TZD),
DPP-IV inhibitor, dan Sulfonilurea. OAD dikelompokkan menurut
mekanisme penurunan glukosa darah. Biguanida dan TZD sering
dikategorikan sebagai sensitizer insulin karena kemampuan mereka untuk mengurangi resistensi insulin. Sulfonilurea dan Meglitinida
sering dikategorikan sebagai insulin secretagogues karena bekerja meningkatkan pengeluaran insulin endogen (Dipiro et al, 2008).
Obat yang berasal dari tanaman obat sering
dipertimbangkan dari segi keamanan dan biaya yang relatif lebih
murah. Salah satu tanaman obat di Indonesia yang terkenal
memiliki khasiat adalah sambiloto (Andrographis paniculata) dan mahoni (Swietenia mahagoni). Pada sambiloto terdapat andrografolida dan pada biji mahoni terdapat swietenin yang
keduanya berfungsi dalam menghasilkan efek hipoglikemi.
Berdasarkan penelitian, ekstrak air dari Andrographis paniculata
dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 41,51% dari tikus
diabetes yang diinduksi menggunakan aloksan (Hossain et al, 2007). Sedangkan dari hasil penelitian mahoni, ekstrak air-metanol
(2:3) dari biji Swietenia mahagoni dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin sebesar
76,4% (Debasis et al, 2011).
3.2 Hipotesis Penelitian
Pada penelitian ini diduga sediaan teh herbal campuran
herba sambiloto (Androgaphis paniculata) dan biji mahoni (Swietenia mahagoni) memiliki efek menurunkan kadar glukosa
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
darah pada mencit yang di induksi aloksan yang lebih besar
daripada penggunaannya secara tunggal.
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
3.3 Skema Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan, Alat dan Hewan Coba 4.1.1 Bahan Penelitian
4.1.1.1 Herba Sambiloto
Pada penelitian ini digunakan herba Sambiloto
yang diambil dari tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata) di daerah Mojokerto, Jawa Timur dan diidentifikasi di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan.
4.1.1.2 Biji Mahoni
Pada penelitian ini digunakan biji Mahoni yang
diambil dari tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni) di Kebun Raya Purwodadi dan diidentifikasi di Kebun Raya
Purwodadi, Pasuruan.
4.1.2 Bahan Kimia dan Bahan Lain
Glibenklamid, Aloksan Monohidrat, CMC-Na, dan Aquades 4.1.3Alat
Glukometer (EasyTouch® GCU Meter) dan Check strip (EasyTouch® GCU).
Gambar 4.1 Alat Glukometer dan Strip glukosa
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
4.1.4 Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah
mencit (Mus musculus) jantan dan diperoleh dari Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga, dengan kriteria sebagai berikut :
- Berasal dari satu galur Balb-C
- berumur 8 minggu
- berat badan 20 - 40 gram
- berada dalam keadaan sehat dan normal
Untuk mengetahui banyaknya mencit yang digunakan
dalam satu kelompok dapat dilakukan penghitungan dengan
rumus sample size Lwanga dan Lemeshow (1998) sebagai berikut :
n =
dengan memasukkan data yang berasal dari penelitian Dr. Rathnakar U.P et al, 2010 diperoleh data :
Level of Significance (%) α = 5
Power of the test (%) 1 – β = 80%
Population SD (SD kelompok kontrol negatif) σ = 4,82 Population variance σ2 = 23, 2324 Test value of the population mean (Rata-rata kadar gula dalam darah pada kelompok kontrol negatif) μ1 = 72, 16
Anticipate population mean (Rata-rata kadar gula dalam darah
pada kelompok uji) μ2 = 63, 915
Diperoleh sample size (n) sebesar 5 ekor, setelah itu dihitung faktor koreksi (f),
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
Maka didapatkan hasil perhitungan sebesar 6. Jadi
mencit yang dibutuhkan untuk tiap kelompok adalah 6.
4.1.5 Rancangan Penelitian
Gambar 4.2 Skema rancangan penelitian
4.2 Metode Penelitian
4.2.1 Pembuatan Teh Herbal Herba Sambiloto
Simplisia herba sambiloto (Andrographis paniculata) digiling menjadi serbuk halus. Kemudian ditimbang 10 g simplisia herba sambiloto tersebut dan
dimasukkan ke dalam tea bag lalu diseduh dengan air mendidih sebanyak 100 ml selama 10 menit. Setelah itu
didiamkan pada suhu ruangan hingga dingin.
Simplisia herba sambiloto Simplisia biji mahoni
Teh herbal herba Teh herbal biji mahoni
Campuran perbandingan (1:1), (1:2), (2:1)
Uji aktivitas hipoglikemi
Studi Profil Metabolit
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
4.2.2 Pembuatan Teh Herbal Biji Mahoni
Simplisia biji mahoni (Swietenia mahagoni) digiling menjadi serbuk halus. Kemudian ditimbang 10 g simplisia biji
mahoni tersebut dan dimasukkan ke dalam tea bag lalu diseduh dengan air mendidih sebanyak 100 ml selama 10
menit. Setelah itu didiamkan pada suhu ruangan hingga
dingin.
4.2.3 Pembuatan Teh Herbal Campuran Herba Sambiloto dan Biji Mahoni
Simplisia herba sambiloto dan biji mahoni dicampur
dalam tiga macam rasio yang berbeda, yaitu = (1:2); (1:1) dan
(2:1). Rasio ini berdasarkan berat simplisia yang ditimbang.
Total campuran yang ditimbang yaitu 10 g dalam 100 ml air.
4.2.3.1Pembuatan Teh Herbal Campuran Herba Sambiloto dan Biji Mahonipada Perbandingan 1 : 2
Pada perbandingan 1:2, dari 10 g total adalah
berat dari simplisia herba sambiloto yaitu seberat 3,33 g dan
dari 10 g total adalah berat dari simplisia biji mahoni
yaitu seberat 6,67 g. Campuran dari dua simplisia ini
dimasukkan ke dalam tea bag lalu diseduh dengan air mendidih sebanyak 100 ml selama 10 menit. Setelah itu
didiamkan pada suhu ruangan hingga dingin. Hasil seduhan
ini yang kemudian akan disondekan ke mencit yang diinduksi
aloksan.
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
4.2.3.2Pembuatan Teh Herbal Campuran Herba Sambiloto dan Biji Mahonipada Perbandingan 1 : 1
Pada perbandingan 1:1, dari 10 g total adalah
berat dari simplisia herba sambiloto yaitu seberat 5 g dan
dari 10 g total adalah berat dari simplisia biji mahoni yaitu
seberat 5 g. Campuran dari dua simplisia ini dimasukkan ke
dalam tea bag lalu diseduh dengan air mendidih sebanyak 100 ml selama 10 menit. Setelah itu didiamkan pada suhu
ruangan hingga dingin. Hasil seduhan ini yang kemudian
akan disondekan ke mencit yang diinduksi aloksan.
4.2.3.3Pembuatan Teh Herbal Campuran Herba Sambiloto dan Biji Mahonipada Perbandingan 2 : 1
Pada perbandingan 2:1, dari 10 g total adalah
berat dari simplisia herba sambiloto yaitu seberat 6,67 g dan
dari 10 g total adalah berat dari simplisia biji mahoni
yaitu seberat 3,33 g. Campuran dari dua simplisia ini
dimasukkan ke dalam tea bag lalu diseduh dengan air mendidih sebanyak 100 ml selama 10 menit. Setelah itu
didiamkan pada suhu ruangan hingga dingin. Hasil seduhan
ini yang kemudian akan disondekan ke mencit yang diinduksi
aloksan.
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...
4.3 Uji Aktivitas Hipoglikemi
4.3.1 Penginduksian Diabetes Melitus
Aloksan monohidrat diinjeksikan secara
intraperitonial dengan dosis 150 mg/kg BB (Etuk, 2010).
Mencit dipuasakan dari makanan selama 18 jam (hanya disediakan air). Kadar glukosa darah mencit diamati pada hari ketiga dan mencit dengan kadar glukosa darah diatas 200
mg/dl adalah yang digunakan pada penelitian.
4.3.2 Penentuan Dosis 4.3.2.1 Dosis glibenklamid
Dosis glibenklamid untuk manusia adalah 1,25 –
20 mg/hari, untuk maintenance dose digunakan dosis 5 mg 1dd (satu kali sehari). Sedangkan, untuk konversi
perhitungan dosis dari manusia (70 Kg) ke mencit (20 g)
adalah sebesar 0,0026 (Laurence and Bacharach, 1964).
Jadi dosis glibenklamid untuk mencit adalah 0,0026 x 5
mg = 0,013 mg/20 g BB mencit.
4.3.2.2 Dosis uji teh herbal herba sambiloto
Menurut studi yang dilakukan oleh Reyes et al, (2006) dekok 20 ml/kg dari herba sambiloto (A. paniculata) dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi aloksan. Sehingga untuk dosis tikus (200g)
= 200g/1000g x 20 ml = 4 ml/200g BB tikus. Kemudian
dikonversi dari tikus (200g) ke mencit (20g) sehingga
dosis untuk satu ekor mencit adalah 20g/200g x 4 ml = 0,4
ml/20g BB mencit. Sehingga untuk 20 g BB mencit
diberikan sebanyak 0,4 ml air seduhan.
Skripsi AKTIVITAS HIPOGLIKEMI DARI TEH...