• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - NUR HUTAMI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - NUR HUTAMI BAB II"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. Daun Dewa ( Gynura segetum (Lour.) Merr) 1. Sinonim daun dewa

Nama latin : Gynura divaricata (L.) DC.; Gynura pseudochina (L.) DC,

(BadanPOM RI, 2008).

Gambar 2.1 tanaman daun dewa

2. Deskripsi dan klasifikasi tanaman (POM RI, 2008)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledoneae (berkeping dua)

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Gynura

Spesies : Gynura segetum (Lour.) Merr.

(2)

panjang 7-40cm, lebar 1,5-12cm, pangkal meruncing, tepi rata atau bergerigi, panjang tangkai daun 0,3-3cm, roset daun bagian atas lebih bertakuk, berukuran sedikit lebih kecil, berbulu pada kedua permukaannya, perbungaan tunggal atau bercabang 1-2, bongkol bunga berkelompok lepas terdiri dari 1-5 per cabang, bongkol menggenta atau sedikit melebar, dan panjang tangkai bunga 0,5-4cm. Bunga berwarna kuning hingga merah. Buah kecil berukuran 3-4mm. Akar membentuk umbi berdiameter 2-6 cm (POM RI, 2008).

3. Kandungan kimia

Kandungan kimia daun dewa adalah alkaloid, saponin, flavonoid, tanin dan minyak atsiri. Senyawa alkaloid mempunyai kemampuan berikatan dengan protein. Saponin bersifat pembersih. Flavonoid merupakan golongan senyawa fenol yang bersifat bakterisid dan fungisid yang mempunyai kemampuan menambah permeabilitas sel. Tanin memiliki aksi fisiologi menghambat bakteri. Minyak atsiri bersifat antibakteri dan antifungi (Rahman, 2011).

4. Manfaat tanaman daun dewa

Manfaat daun dewa dalam mengobati beberapa jenis penyakit tersebut disebabkan adanya kandungan bioaktif berupa senyawa flavonoid serta beberapa zat kimia lain seperti alkaloid, tanin, saponin, serta minyak atsiri. Daun dewa telah digunakan untuk menurunkan kadar gula dalam darah, obat kulit, menyembuhkan migraine, hepatitis B, anti tumor atau anti kanker, penurun panas, menghilangkan bengkak-bengkak, membersihkan racun, dan mengatasi peradangan pada jaringan tubuh. Senyawa flavonoid telah dibuktikan dapat menghambat pertumbuhan sel-sel kanker pada manusia (Munif et al, 2008).

B. Ekstrak dan Ekstraksi

(3)

serbuk dari simplisia, pembasahan serbuk simplisia, dan penyarian kemudian pemekatan.

Ekstrak sendiri merupakan hasil dari proses ekstraksi biasanya berupa ekstrak kental.

Ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan, yaitu : 1. Maserasi

Maserasi merupakan salah satu cara ekstraksi yang paling sering digunakan karena metode ini merupakan metode yang paling sederhana, dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dengan pelarut yang sesuai dengan sesekali sambil diaduk.

Mekanismenya yaitu cairan penyari akan menembus dinding sel dan kemudian akan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif kemudian zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didalam sel dan diluar sel maka larutan akan terdesak keluar dari rongga dan peristiwa tersebut terulang berulang kali sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi diluar dan didalam sel (Anonim, 1995).

2. Perkolasi

Perkolasi merupakan proses ekstraksi yang dilakukan dengan cara mengalirkan cairan yang digunakan pada serbuk simplisia yang sebelumnya sudah terbasahi oleh larutan.

Prinsip kerja pada proses ini yaitu simplisia ditempatkan pada suatu bejana yang bawahnya terdapat sekat berpori kemudian cairan penyari yang digunakan dialirkan dari atas bejana kebawah, lalu simplisia yang terdapat pada bejana tersebut akan melarutkan zat aktif yang terkandung sampai dalam keadaan jenuh.

3. Soxhletasi

(4)

cairan tersebut akan melarutkan zat aktif yang terkandung didalam simplisia. Kemudian seluruh cairan akan kembali ke labu.

4. Infundasi

Infundasi merupakan proses penyarian yang umumnya untuk melarutkan zat aktif yang larut dalam air. Penyarian dengan menggunakan proses ini mendapatkan hasil yang tidak stabil dan mudah tercemar sehingga hasil dari proses ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.

C. Salep

1. Definisi salep

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep dapat mengandung bahan obat dan yang terakhir biasanya dinyatakan sebagai dasar salep yang digunakan pembawan dalam penyiapan salep yang mengandung bahan obat (Anonim, 1995).

2. Sifat ideal salep

Ada beberapa sifat ideal salep yaitu :

- Basis salep yang digunakan harus tidak menggumpal - Basis salep yang digunakan harus tidak mengiritasi

- Bahan obat didalam salep harus terbagi dan menyebar secara merata - Stabil sifat fisika dan kimianya (Voight, 1995).

3. Macam- macam basis salep a. Basis salep hidrokarbon

Basis ini disebut juga basis salep berlemak karena hanya sejumlah kecil komponen yang ditambahkan kedalamnya (Anonim, 1995). Contoh basis hidrokarbon yaitu : vaselin kuning, vaselin putih, paraffin, minyak mineral, salep kuning, dan salep putih.

b. Basis salep absorpsi

(5)

sedangkan kelompok yang kedua terdiri dari emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Anonim, 1995). Contohnya yaitu : adeps lanae, lanolin anhidrat, dan krim pendingin.

c. Basis salep emulsi

Basis salep emulsi mudah dibersihkan dengan air karena basis salep ini merupakan emulsi minyak dalam air sehingga mudah dibersihkan dengan air. Karena mudah dibersihkan dengan air maka lebih sering digunakan untuk kosmetik (Anonim, 1995). Contoh basis ini yaitu : Na Lauril sulfat.

d. Basis salep larut dalam air

Basis ini disebut juga dengan dasar salep tak berlemak dan basis ini juga mudah dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan bahan tak larut dalam air seperti paraffin (Anonim, 1995). Contoh basis : PEG.

4. Pembuatan salep

Pada proses pembuatan salep terdapat 2 metode pembuatan salep, yaitu metode pencampuran dan metode peleburan. Pemilihan metode tersebut tergantung kepada sifat pada masing-masing bahan yang digunakan. Pada metode pencampuran dilakukan dengan cara semua komponen salep yang akan digunakan dicampur secara bersama-sama didalam mortir sampai semua komponen tersebut menjadi homogen.

(6)

D. Uraian Bahan

1. Propilenglikol (Anonim, 1995)

Pemerian : cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau, rasa khas, praktis tidak berbau, dan menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroforrm; larut dalam eter dan beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

Khasiat dan penggunaannya yaitu sebagai zat tambahan dan pelarut. 2. Polietilenglikol 4000 (Anonim, 1995)

Pemerian : serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading, praktis tidak berbau, dan tidak berasa.

Kelarutan : mudah larut dalam air, etanol (95%) P, dan dalam kloroform P; praktis tidak larut dalam eter P.

Khasiat dan penggunaannya sebagai zat tambahan. 3. Polietilenglikol 400 (Anonim, 1995)

Pemerian : cairan kental jernih, tidak berwarna, bau khas lemah, dan agak higroskopik.

Kelarutan : larut air, etanol 95%, aseton, hidrokarbon, tidak larut eter, dan hidrokarbon alifatik.

Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan. 4. Natrium lauril sulfat (Anonim, 1995)

Pemerian : hablur, kecil, berwarna putih atau kuning muda, dan agak berbau khas.

Kelarutan : mudah larut dalam air.

Khasiat dan penggunaan sebagai pembersih, pengemulsi, penetrasi kulit, tablet, pelumas kapsul, dan pembasah.

5. Vaselin putih (Anonim, 1995)

Pemerian : warnanya putih , bening, lengket, massa lunak, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak bercahaya.

(7)

Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan. 6. Setil alkohol (Anonim, 1995)

Pemerian : serpihan, putih licin, granul, atau kubus, dan bau khas lemah. Kelarutan : tidak larut dalama air, larut dalam etanol dan dalam eter, dan kelarutan bertambah dengan naiknya suhu.

Khasiat dan penggunaan sebagai pengeras, emolien, dan menyerap air.

7. Cera alba (Anonim, 1995)

Pemerian : zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau khas lemah.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P dingin; larut dalam kloroform P, eter P hangat, minyak lemak, dan minyak atsiri.

Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan.

8. Adeps lanae (Anonim, 1995)

Pemerian : massa seperti lemak, lengket, warna kuning, dan bau khas. Kelarutan : tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter, dan dalam kloroform.

9. Paraffin cair (Anonim, 1995)

Pemerian : kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, dan hampir tidak berasa.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam kloroform P, dan dalam eter P.

10.Oleum citri (Anonim, 1995)

Pemerian : cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas, dan rasa agak pahit.

(8)

E. Bakteri

Nama bakteri berasal dari bahasa yunani yaitu bacterion yang mempunyai arti batang atau tongkat. Bakteri sendiri berkembangbiak dengan cara membelah diri dan bakteri juga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop karena ukurannya yang sangat kecil (Yusron, 2014).

Bakteri adalah protista yang bersifat prokariot yang khas, bersel tunggal dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasma. Sel-sel secara khas berbentuk bola (coccus), batang (bacillus), dan spiral. Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang menghambat sintesis protein, dan antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel . Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen) serta aktivitas bakterisidal (dapat membunuh patogen dalam kisaran luas) (Fadhilah, 2013).

a. Staphylococcus aureus

Klasifikasi S. aureus adalah sebagai berikut (Jawetz et al, 1986) : Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus

Spesiees : Staphylococcus aureus

(9)

b. Propionibacterium acne

Klasifikasi P. acne yaitu (Irianto, 2006) : Ordo : Actinomycetales

Famili : Propionibacteriaceae Genus : Propionibacterium Spesies : Propionibacterium acne

Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk menghasilkan asam propionat, sesuai dengan namanya. Pada umumnya tumbuh sebagai anaerob obligat, beberapa jenis adalah aero toleran, tetapi tetap menunjukan pertumbuhan lebih banyak sebagai anaerob.

F. Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode dilusi. Uji aktivitas antibakteri sendiri dilakukan untuk mengetahui kepekaan senyawa antibakteri terhadap bakteri tertentu.

1. Metode difusi

Uji difusi dilakukan dengan mengukur diameter zona bening yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak. Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan/sensitivitas yaitu 105-108 CFU/mL (Fadhillah, 2013).

(10)

2. Metode dilusi

Pada metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan menggunakan media padat maupun menggunakan media cair. Pada akhir pada metode ini antimikroba dilarutkan dengan kadar yang menghambat.

Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution) dan dilusi padat (solid dilution).

a. Metode dilusi cair (broth diilution test)

Pada metode ini digunakan untuk mengukur kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). Proses pada metode ini dengan cara membuat seri pengenceran antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji yang akan digunakan. Pada larutan uji antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan maka ditetapkan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Kemudian larutan KHM tersebut dikultur ulang dengan menggunakan media cair dan diinkunbasi selama 18-24 jam. Setelah diinkubasi media cair akan terlihat jernih maka ditetapkan sebagai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) (Pratiwi, 2008).

b. Metode dilusi padat (solid dilution test)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini juga diperlukan adanya perhatian dari Kepala Kantor Pentanahan Kabupaten Pangandaran dalam memberikan motivasi kepada para pegawai dengan

(2) Dokumen pertanggungjawaban biaya sebagaimana pada ayat (1) terdiri dari : SPPD, bukti tanda terima pembayaran lumpsum oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai

Melanoma Maligna merupakan jenis kanker kulit yang paling ganas, dapat menyebar kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar limfa.Penyebab yang timbul adalah factor

PROSEDUR IDENTIFIKASI REKENING KEUANGAN BARU Mengumpulkan dan Memvalidasi dokumen • Memperoleh pernyataan diri dan Mengonfirmasi kewajaran dari pernyataan diri tersebut dengan

- Tanda minus “-” pada kolom D/K dan kolom NR/LR untuk menunjukkan akun tersebut sebagai Akun Kelompok, seperti AKTIVA, AKTIVA LANCAR, AKTIVA TETAP dan seterusnya. Sedangkan yang

Hubungan ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai rantai yaitu setelah pakan dari lambung masuk ke usus selanjutnya diikuti dengan produksi enzim protease dan pada

Ayam bekisar, kampung, bangkok, kate, dan G.varius memiliki waveform yang terdiri atas 2 elemen yaitu suara depan (I st waveform) dan suara belakang (2 nd waveform) yang

Adapun kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita meliputi rang- kaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni: (1) salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa