i SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Frida Mayasari NIM : 068114062
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Frida Mayasari NIM : 068114062
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
v
vi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Perbedaan Pengaruh Ceramah dan Pemberian Leaflet Tentang Kanker Serviks danPapsmearTerhadap Perubahan Perilaku Ibu – Ibu PKK Kota Yogyakarta Dengan Latar Belakang Tingkat Pendapatan Keluarga” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan semua kekuatan yang telah Dia berikan mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
2.Walikota Yogyakarta dan BAPPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Kota Yogyakarta.
3.Ibu-ibu PKK se-Kota Yogyakarta yang telah membantu penelitian
4.Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memperlancar jalannya penelitian.
vii
7.Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini
8.Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini
9.Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si. atas bantuan, saran, dan
kesediaan meluangkan waktu dalam membantu penulis memahami statistika
pengolahan data penelitian ini.
10.Bapak dan ibuku tercinta, atas kasih sayang, doa dan dukungan baik moril
maupun materi yang membuat penulis mampu bertahan sampai saat ini.
11.Kakak – kakakku Mas Gani, Mas Joko dan Mas Nunung tersayang walaupun
jauh tetapi selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis
12.Sahabat – sahabatku, Jojo, Pito, Chooey, Nisha, terima kasih atas dukungan
dan kebersamaannya selama ini.
13.Teman – teman kos, Rian, Winda, Atik, Egi, Yenzi, An dan yang lainnya
14.Teman – teman Farmasi Klinik dan Komunitas angkatan 2006, Gessy, Manik,
Siska, Amel, Priska, Arga, dan yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan
satu per satu.
15.Teman – teman seperjuangan, Fani dan Heni atas kerjasama dan perjuangan
viii kefarmasian dan bagi semua pembaca.
Yogyakarta, 16 Februari 2010
x
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Februari 2010 Penulis
xi
Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan edukasi kesehatan diantaranya dengan metode ceramah dan pembagian leaflet. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan pengaruh edukasi antara metode ceramah dengan pemberian leaflet terhadap perubahan perilaku ibu-ibu PKK kota Yogyakarta.
Jenis penelitian quasi eksperimental, dengan desain pre-post test intervention with control group. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Untuk mengukur perilaku, dilakukan pengisian kuesioner pretest, dan posttest satu bulan setelah intervensi oleh responden. Hasil dianalisis dengan Mann-Whitney U Test dan T-test independent Sample. Karakteristik responden meliputi tingkat pendapatan keluarga, latar belakang informasi tentang kanker serviks danpapsmeardan riwayatpapsmear.
Diperoleh nilai signifikansi 0,715 pada peningkatan pengetahuan, 0,056 pada peningkatan sikap dan 0,479 pada peningkatan tindakan. Hasil statistik tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode ceramah dan pemberian leaflet dalam peningkatan perilaku responden.
xii
be done by including health education with lecture method and giving a leaflet. The objective of this research was to recognize the difference between the influence of lecture and giving a leaflet method in relation to cervical cancer and papsmeareducation againstibu-ibu PKK’s behavior in Yogyakarta city.
The research method used was quasiexperimental, with pre-post test intervention, with control group. Sampling techniques using purposive sampling. Pretest questionnaire (before intervention), and posttest done a month after intervention were done by the respondents to know their behaviours. The result was analyzed by using Mann-Whitney U Test and T-test independent Sample methods. The characteristic of the respondents covered the family income level, information background about cervical cancer and papsmear, and papsmear records.
Results showed significance value 0,715 on improving knowledge, 0,056 on improving attitudes and 0,479 on improving actions. Statistical results showed that there was no significant difference in effect between the methods of giving lectures and leaflets in improving the behavior of respondents.
xiii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
PRAKATA………... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… x
INTISARI... xi
ABSTRACK……… xii
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR GAMBAR... xx
DAFTAR LAMPIRAN………. xxii
BAB I. PENGANTAR... 1
A. Latar Belakang... 1
1. Perumusan Masalah...……… 3
2. Keaslian Penelitian...……….... 4
3. Manfaat Penelitian………... 4
B. Tujuan Penelitian... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 6
A. Kanker...……… .... 6
xiv
F. Landasan Teori…………...………...……….... 22
G. Kerangka Konsep ... 23
H. Hipotesis…...……..………. ……. 23
BAB III. METODE PENELITIAN... 24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 24
B. Variabel Penelitian... ……….. 24
C. Definisi Operasional... 24
D. Subyek Penelitian……….………... 26
E. Tempat Penelitian... 26
F. Instrumen Penelitian... ………… 26
G. Tata Cara Penelitian …...……….……...……… 29
H. Kesulitan Penelitian... 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 35
A. Karakteristik Responden... 35
B. Pengaruh Karakteristik Responden Terhadap Perilaku Ibu-Ibu PKK Kota Yogyakarta...……... 48
C. Pengaruh Metode Ceramah dan Pemberian Leaflet Terhadap Perilaku Ibu-bu PKK Kota Yogyakarta... 67
xv
DAFTAR PUSTAKA... 74 LAMPIRAN………... 76
xvi
Tabel I Jenis Pernyataan dan Pengelompokan Pernyataan Berdasarkan Variabel dalam Kuesioner yang Disusun Bersifat Favorable dan
Unfavorable... 29 Tabel II Profil Pertanyaan Dalam Kuesioner Mengacu ke
NCI (2007)……….………. 29
Tabel III Pendapatan Responden Kontrol ……….………… 35 Tabel IV Pendapatan Keluarga Responden Kelompok
Intervensi Ceramah ……… 36
Tabel V Pendapatan Keluarga Responden Kelompok
Intervensi Leaflet ……... 37 Tabel VI Pendapatan Keseluruhan Responden………... 38 Tabel VII Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks
danPapsmearKelompok Kontrol………. 39 Tabel VIII Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks
dan Papsmear Kelompok Intervensi
Ceramah………. 40
Tabel IX Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear Kelompok Intervensi
xvii
Tabel XI RiwayatPapsmearResponden Kelompok Kontrol 44 Tabel XII Riwayat Papsmear Responden Kelompok
Intervensi Ceramah ………. 45
Tabel XIII Riwayat Papsmear Responden Kelompok
Intervensi Leaflet ………. 46 Tabel XIV RiwayatPapsmearKeseluruhan Responden.…… 47 Tabel XV Selisih Nilai Pretest Posttest Berdasarkan
Tingkat Pendapatan Keluarga ………. 48 Tabel XVI Selisih Nilai Pengetahuan Pretest Posttest
Berdasarkan Latar Belakang Informasi Tentang Kanker Serviks dan Papsmear dan Tingkat
Pendapatan Keluarga Responden ………. 52 Tabel XVII Selisih Nilai Sikap Pretest Posttest Berdasarkan
Latar Belakang Informasi Tentang Kanker Serviks dan Papsmear dan Tingkat Pendapatan
Keluarga Responden ……… 54
Tabel XVIII Selisih Nilai Tindakan Pretest Posttest Berdasarkan Latar Belakang Informasi Tentang Kanker Serviks dan Papsmear dan Tingkat
xviii
Tabel XX Selisih Nilai Sikap Pretest Posttest Berdasarkan Riwayat Papsmear dan Tingkat Pendapatan
Keluarga Responden ………. 62
Tabel XXI Selisih Nilai Tindakan Pretest Posttest Berdasarkan Riwayat Papsmear dan Tingkat
Pendapatan Keluarga Responden Intervensi Leaflet 65 Tabel XXII Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan………….... 68 Tabel XXIII Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Peningkatan
Perilaku Pada Kelompok Perlakuan Dibandingkan
Dengan Kontrol……….………….. 69
Tabel XXIV Hasil Uji Normalitas Data Sikap……… 69 Tabel XXV Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Peningkatan
Perilaku Pada Kelompok Perlakuan Dibandingkan
Dengan Kontrol……… 69
Tabel XXVI Hasil Uji Normalitas Data Tindakan……… 70 Tabel XXVII Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Peningkatan
Tindakan Pada Kelompok Perlakuan Dibandingkan
Dengan Kontrol……….. 70
xx
Gambar 1. Serviks dan Bagian Sekitarnya……….. 7 Gambar 2. Diagram Batang Pendapatan Keluarga Responden
Kelompok Kontrol………... 36 Gambar 3. Diagram Batang Pendapatan Keluarga Responden
Kelompok Intervensi dengan Metode Ceramah ……..… 37 Gambar 4. Diagram Batang Pendapatan Keluarga Responden
Kelompok Intervensi dengan Metode Pemberian
Leaflet ………. 38
Gambar 5. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmearKelompok
Kontrol... 40 Gambar 6. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang
Kanker Serviks danPapsmearKelompok Intervensi
dengan Metode Ceramah……… 41
Gambar 7. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmearKelompok Intervensi
dengan Metode Pemberian Leaflet ……….. 42 Gambar 8. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok Kontrol.... 44 Gambar 9. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok Intervensi
xxii
Lampiran 1. Kuesioner yang Digunakan Sebagai Instrumen
Penelitian... 76 Lampiran 2. OutputUji Validitas dan Realibilitas Kuesioner………. 78 Lampiran 3. Output Uji Kebermaknaan Profil Karakteristik Tingkat
Pendapatan, Latar Belakang Informasi Kanker Serviks
dan Papsmear……….. 82
Lampiran 4. OutputUji Normalitas Selisih Nilai Pretest-Postest
Pengetahuan ……… 84
Lampiran 5. OutputUji Normalitas Selisih Nilai Pretest-Postest
Sikap ………... 87
Lampiran 6. OutputUji Normalitas Selisih Nilai Pretest-Postest
Tindakan ……… 90
Lampiran 7. Data Responden………. 93
Lampiran 8. Materi Ceramah……….. 97
1
A. Latar Belakang
Kanker serviks (cervical cancer) adalah penyakit akibat adanya pertumbuhan yang tidak normal dari sel – sel jaringan serviks atau leher rahim, yang menghubungkan organ uterus dan vagina (Van de Velde, dkk., 1996).
Menurut laporan dari NCI (National Cancer Institute) pada tahun 2006, kanker serviks menempati urutan kedua sebagai jenis kanker yang paling banyak diderita oleh kaum perempuan di dunia terutama di negara - negara berkembang dan menempati urutan ketiga sebagai jenis kanker yang paling banyak menyebabkan kematian yaitu sekitar 300.000 kematian per tahun di dunia (NCI, 2007). Di Indonesia diperkirakan 90-100 kasus kanker baru diantara 100.000 penduduk per tahun, dimana kanker serviks berada pada tempat teratas. Laporan dari beberapa rumahsakit di Indonesia didapatkan kanker serviks sebesar 65%-77,7% diantara sepuluh kanker ginekologi (Suwiyoga, 2009).
Kanker serviks berkembang relatif lambat dan kadang tidak menunjukkan gejala – gejala karenanya banyak pasien kanker serviks baru terdeteksi pada stadium lanjut. Apabila kanker serviks berhasil dideteksi secara dini dan masih dalam tahap prakanker maka dapat segera diambil tindakan operasi dan diobati sampai sembuh.
terdapat pada jaringan epitel leher rahim oleh dokter, bidan, atau perawat yang terlatih dan hasilnya diperiksa di laboratorium klinik oleh ahli Patologi Anatomi. Di negera-negara maju papsmear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif sebesar 46-76% dan mortalitas kanker serviks sebesar 50-60% (Suwiyoga, 2009).
Di Indonesia, para wanita sering enggan diperiksa karena ketidaktahuan, rasa malu, rasa takut, dan faktor biaya (Suwiyoga, 2009). Tambahan informasi tentang kanker serviks dan papsmear sangat penting diberikan kepada kaum wanita untuk meningkatkan pengetahuan tentang kanker serviks dan papsmear, dan pengetahuan ini merupakan motivator bagi kaum wanita untuk melakukan papsmear. Edukasi kesehatan dapat dilakukan dengan metode ceramah, testimoni, Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA), penyuluhan, leaflet, seminar, dll. (Notoatmodjo, 2003).
narasumber yang berkompeten kepada responden secara dua arah. Edukasi dengan metode pemberian leaflet dilakukan dengan mendatangi ibu – ibu PKK kemudian membagikan leaflet tentang kanker serviks dan papsmear yang telah dibuat oleh peneliti. Responden diberikan pretest sebelum intervensi dan diberikan postest satu bulan setelah intervensi untuk melihat perubahan perilaku responden. Dengan adanya edukasi kesehatan diharapkan cara pandang masyarakat terhadap kanker serviks berubah ke arah positif sehingga mendorong peningkatan perilaku dalam mencegah kanker serviks, salah satunya adalah tindakan melakukan papsmear sebagai deteksi dini kanker serviks, sehingga dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah yang dapat diperoleh yaitu:
a. Seperti apakah profil responden ditinjau dari latar belakang informasi tentang kanker serviks danpapsmearserta riwayatpapsmear?
b. Bagaimana pengaruh karakteristik tingkat pendapatan keluarga, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear serta riwayat papsmearterhadap perilaku responden?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh :
a. Wardani, (2009) dengan judul “Perbedaan Pengaruh Ceramah Dengan Ceramah Dan Testimoni Tentang Kanker Serviks Dan Papsmear Terhadap Pengetahuan Guru Wanita Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta”
b. Subastian, (2009) dengan judul “Perbedaan Pengaruh Ceramah Dengan Ceramah Dan Testimoni Tentang Kanker Serviks Dan Papsmear Terhadap Sikap Guru Wanita Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta”
c. Narasty, (2009) dengan judul “Perbedaan Pengaruh Ceramah Dengan Ceramah Dan Testimoni Tentang Kanker Serviks Dan Papsmear Terhadap Tindakan Guru Wanita Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta”
Penelitian kali ini menitikberatkan pada perbedaan pengaruh metode edukasi ceramah dan pemberian leaflet tentang kanker serviks dan papsmer terhadap perubahan perilaku ibu-ibu PKK di Kota Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu terletak pada metode edukasi yang diberikan, subjek yang diteliti, serta waktu pelaksanaan.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu :
deteksi dini kanker serviks, yang pada akhirnya dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian karena kanker serviks.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh ceramah dan pembagian leaflet tentang kanker serviks dan papsmear terhadap perubahan perilaku ibu - ibu PKK Kota Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan latar belakang informasi tentang kanker serviks danpapsmearserta riwayatpapsmear ibu – ibu PKK Kota Yogyakarta.
b. Mengetahui adanya pengaruh latar belakang pendapatan keluarga, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmearserta riwayat papsmearterhadap perubahan perilaku responden.
6 A. Kanker
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh. Pertumbuhan sel – sel kanker ini lebih tinggi dibandingkan dengan sel
– sel normal (Susilo, dkk., 2000).
Kanker mempunyai kemampuan untuk tumbuh infiltratif ke dalam jaringan
di sekitarnya. Sel-sel kanker dapat menembus ke dalam saluran limfe dan dibawa ke
kelenjar limfe atau ke dalam saluran darah. Melalui kelenjar limfe dan saluran darah
inilah sel – sel kanker dibawa ke organ-organ lain, proses ini dinamakan metastase
(van de Velde, Bosman, dan Wagener, 1973).
B. Kanker Serviks
1. Definisi
Kanker serviks (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim atau serviks, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
Gambar 1. Serviks dan Bagian Sekitarnya(Anonim, 2007) 2. Patofisiologi
Kanker leher rahim 95% terdiri dari karsinoma sel skuamosa dan sisanya
merupakan adenokarsinoma dan jenis kanker lain. Hampir seluruh kanker leher rahim
didahului derajat pertumbuhan prakarsinoma/prakanker yaitu displasia dan karsinoma
in situ (Tambunan, 1991).
Terjadinya perubahan derajat sel epitel displasia dan kanker in situ
memerlukan waktu yang relatif lama. Demikian juga perubahan kanker in situ
menjadi kanker invasif terjadi setelah bertahun – tahun. Salah satu bukti yang
menyokong teori ini adalah perbedaan umur yang bermakna antara penderita
prakanker dan kanker invasif (Tambunan, 1991).
Stadium kanker ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik, kolposkolpi,
histopatologi dan survei metastasis. Stadium yang paling sering digunakan adalah
klasifikasi menurut International Federation of Gynecology and Obstetricts (FIGO). Stadium berdasarkan FIGO :
a) Stadium IA : Kanker invasif didiagnosis melalui mikroskopik (menggunakan
mikroskop), dengan penyebaran sel tumor mencapai lapisan stroma tidak lebih
dari kedalaman 5 mm dan lebar 7 mm
b) Stadium IB : Kanker yang terlihat hanya terdapat pada leher rahim atau
dengan pemeriksaan mikroskop lebih dalam ke lapisan stroma dari 5 mm
dengan lebar > 7 mm
2. Stadium II : Kanker meluas keluar dari leher rahim namun tidak mencapai
dinding panggul atau perluasan melibatkan vagina 2/3 bagian atas.
a) Stadium IIA : Kanker tidak melibatkan jaringan penyambung (parametrium)
sekitar rahim, namun melibatkan 1/3 bagian atas vagina
b) Stadium IIB : Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan
dinding samping panggul
3. Stadium III : Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan
sampai dengan 1/3 vagina bagian bawah. Stadium III mencakup kanker yang
menghambat proses berkemih sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal
dan berakibat gangguan ginjal
a) Stadium IIIA : Kanker melibatkan sampai 1/3 bagian bawah vagina namun
tidak meluas sampai dinding panggul
b) Stadium IIIB : Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang
4. Stadium IV : Kanker menyebar sampai ke kandung kemih atau rektum, atau
meluas melampaui panggul
a) Stadium IVA : Kanker menyebar ke kandung kemih atau rektum
b) Stadium IVB : Kanker menyebar ke organ yang jauh
3. Penyebab
Penyebab dari kanker serviks 99,7% adalah Human Papilloma Virus yaitu sejenis virus yang menyerang manusia. Pengaruh lingkungan sosial ekonomi,
promiskuitas, usia koitus pertama, perkawinan dan melahirkan pada usia muda,
menunjuk jelas ke arah koitus sebagai faktor sentral. Dalam hubungan dengan
etiologi dipikirkan adanya suatu agen yang tidak dikenal, terintroduksi bersama
koitus, menyebabkan rangsangan epitel pada daerah transisi. Agen ini diduga
kira-kira selama 30 tahun memberikan pengaruhnya sebelum terjadi karsinoma serviks
invasif (van de Velde, Bosman, dan Wagener, 1973).
Penelitian-penelitian telah menemukan sejumlah faktor yang dapat
meningkatkan resiko kanker serviks. Faktor-faktor ini dapat bekerja bersamaan dalam
meningkatkan resiko kanker serviks (Anonim, 2008a) :
a. Human papilloma viruses(HPVs)
HPV adalah sekelompok virus yang dapat menginfeksi serviks dan dapat
berpindah melalui hubungan seksual. Beberapa tipe HPV dapat menyebabkan
kanker. Terdapat 3 golongan tipe HPV dalam hubungannya dengan kanker
serviks, yaitu :
1. HPV resiko rendah, yaitu HPV tipe 6 dan 11
2. HPV resiko sedang, yaitu HPV tipe 33, 35, 40 43, 51, 56, dan 58
3. HPV resiko tinggi, yaitu HPV tipe 16, 18, dan 31 (Sjamsuddin, 2001).
b. Sistem imun yang melemah
Wanita dengan infeksi HIV atau yang mengkonsumsi obat imunosuppresan
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk berkembangnya kanker serviks.
c. Usia
Pada usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker leher rahim.
d. Riwayat seksual
Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan dengan
peningkatan resiko kanker leher rahim 2 kali dibandingkan wanita yang
melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Kanker leher rahim juga
berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin banyak partner seksual maka
semakin meningkat resiko kanker leher rahim.
e. Merokok
Wanita yang merokok mempunyai resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Tembakau mengandung
bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi
dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks
adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen
infeksi virus (Sjamsuddin, 2001).
f. Mempunyai banyak anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melahirkan banyak anak meningkatkan resiko kanker serviks.
4. Gejala dan Tanda
Pada fase awal, terdapat kemungkinan bahwa penderita belum mempunyai
keluhan bahkan hampir tidak ada gejala yang muncul. Pada fase ini, penderita masih
dapat melakukan kegiatan sehari - hari, seperti mengasuh anak, mencuci, memasak
ataupun bekerja di luar. Kadang-kadang ada pula yang mengalami gejala keputihan
atau perdarahan sesudah senggama pada stadium awal (Van de Velde, Bosman, dan
Wagener, 1996).
Dalam fase lanjut, akibat nekrosis dan perubahan-perubahan proliferatif
jaringan serviks, timbul keluhan-keluhan seperti perdarahan abnormal atau ada
bercak-bercak coklat kemerahan setelah berhubungan seksual, keputihan yang makin
lama makin berbau, perdarahan setelah berhubungan seksual, perdarahan diantara dua
siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi), perdarahan
kelelahan, nyeri panggul, gangguan defekasi, dan terkadang munculurinary symptom (Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, dan Jameson, 2005).
5. Pencegahan dan Deteksi Dini
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan program pencegahan
kanker serviks melalui tiga pendekatan, yaitu :
a. Pencegahan primer, bertujuan untuk mengurangi perilaku dan resiko yang
memungkinkan seseorang terkena kanker serviks, dilakukan melalui edukasi
tentang upaya mencegah penularan virus HPV dan pemberian vaksin anti
HPV.
b. Pencegahan sekunder, dilakukan dengan deteksi dini untuk menemukan lesi
prakanker dan mengobatinya.
c. Pencegahan tersier, bertujuan untuk menemukan kanker serviks pada stadium
serendah mungkin atau menatalaksana kanker serviks seoptimal mungkin
(Moegni, 2007). Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu berupa inspeksi visual menggunakan asam asetat dan melakukan
papsmearsecara teratur (Van de Velde, Bosman, dan Wagener, 1996).
Sekitar dua dasawarsa yang lalu, dunia medis dengan didukung salah seorang
peneliti kanker bernama IH Frazer dari Department of Medicine, Princess, Alexandra
Hospital, Wollongabba, Queensland, Australia, mulai mengembangkan jenis vaksin
yang merangsang antibodi untuk merespons kekebalan tubuh terhadap HPV.
Saat ini telah tersedia vaksin quadrivalent HPV yang efektif untuk HPV tipe
kali berturut-turut dan berlaku seumur hidup. Vaksin HPV efektif diberikan kepada
wanita semua umur, dengan syarat wanita tersebut belum pernah terinfeksi oleh HPV
(Diananda, 2009).
C. Papsmear
Papsmear atau disebut paptest (Test Papanicoloau) merupakan suatu cara untuk memeriksa sel-sel yang diambil dari serviks. Teknik papsmear diperkenalkan pada tahun 1950 (NCI, 2007).
Pemeriksaan papsmear dapat dilakukan oleh dokter ahli, dokter umum, maupun bidan yang sudah terlatih untuk melakukan pemeriksaan papsmear. Pemeriksaan papsmear diupayakan dilakukan seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi, namun jika sudah tidak menstruasi pemeriksaan
papsmear dapat dilakukan kapan saja. Setiap wanita yang ingin melakukan pemeriksaan papsmear harus memahami beberapa hal yaitu : sebaiknya datang diluar
menstruasi, tidak diperkenankan memakai bahan-bahan antiseptik pada vagina,
penderita pasca bersalin, pasca operasi rahim, pasca radiasi sebaiknya datang 6-8
minggu kemudian, penderita yang mendapatkan pengobatan lokal seperti vagina
supostoria atau ovula sebaiknya dihentikan 1 minggu sebelum papsmear (Suwiyoga, 2009).
Penelitian di Amerika, pada April 2003, didapatkan hasil bahwa responden
menjalankan pemeriksaan papsmear dibandingkan responden dengan tingkat pendapatan lebih rendah (Darnindro, 2006).
D. Edukasi Kesehatan
Edukasi merupakan suatu proses penyampaian materi pendidikan oleh
pendidik kepada sasaran pendidikan untuk mencapai tujuan yang berupa perubahan
perilaku. Edukasi kesehatan merupakan suatu upaya yang dilakukan agar masyarakat
dapat berperilaku sehat. Edukasi kesehatan dilakukan dengan cara bujukan,
himbauan, ajakan, pemberian informasi dan sebagainya. Edukasi kesehatan sangat
penting dalam menunjang program-program kesehatan (Notoatmodjo, 1993).
Metode pendidikan kesehatan yang digunakan harus disesuaikan dengan
jumlah sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Metode yang sesuai
untuk kelompok besar adalah seminar atau ceramah. Metode ceramah baik untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Suatu ceramah akan berhasil
apabila penceramah menguasai materi yang akan diceramahkan dan menguasai
sasaran ceramah (Notoatmodjo, 1993).
Untuk memilih metode edukasi harus memperhatikan subyek edukasi apakah
itu merupakan individu, kelompok, masyarakat / massa serta harus
mempertimbangkan pendidikan formal. Ceramah merupakan metode edukasi yang
diberikan untuk kelompok besar, lebih dari 15 orang, metode ini sesuai untuk sasaran
/ subyek yang berpendidikan tinggi / rendah (Notoatmodjo, 2003).
Bentuk pendekatan atau edukasi yang digunakan antara lain adalah:
Dengan cara ini kontak antara subyek penelitian dan peneliti lebih intensif. Setiap
masalah yang dihadapi subyek penelitian dapat diteliti oleh peneliti sehingga
dapat dibantu dalam penyelesaiannya. Pada akhirnya subyek penelitian dapat
menangkap dan menerimanya kemudian berdasarkan kesadaran penuh pengertian
dapat mengubah perilaku sehatnya.
2. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara peneliti dengan subyek penelitian untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak
terhadap perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila
belum, maka perlu adanya penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
3. Ceramah
Metode yang baik untuk subyek penelitian yang berpendidikan tinggi maupun
rendah dan untuk kelompok besar. Yang dimaksud kelompok besar di sini apabila
subyek penelitian lebih dari 15 orang (Notoatmodjo, 2003).
E. Perilaku
Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
keinginan, minat, kehendak, emosi, berpikir, motivasi, dan reaksi. Perilaku
merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan atau stimulus dari luar,
a. Bentuk pasif
Bentuk pasif disebut juga respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,
tanggapan, sikap, dan pengetahuan.
b. Bentuk aktif
Bentuk aktif adalah respon dari stimulus yang secara jelas dapat diamati secara
langsung berupa tindakan nyata seseorang (practice) (Notoatmodjo, 1993).
Perilaku kesehatan didefinisikan sebagai suatu respon seseorang terhadap
stimulus atau suatu objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan diklasifikasikan menjadi :
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
b. Perilaku peningkatan kesehatan yang seoptimal mungkin apabila seseorang dalam
keadaan sehat
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman agar dapat memelihara dan meningkatkan
kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, Ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dan penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang
mengadopsi perilaku, maka terlebih dahulu harus mengetahui arti dan manfaat
perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya. Berdasarkan pengalaman dan
penelitian terdahulu terbukti bahwa 18 perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2003).
Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000), pengetahuan merupakan
unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa individu yang akan menimbulkan suatu
gambaran, konsep, persepsi, dan fantasi terhadap segala hal yang diterima dari
lingkungannya melalui panca indera. Belajar didefinisikan sebagai perubahan
perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman. Proses belajar terjadi
karena adanya interaksi antara manusia yang pada dasarnya bersifat individual
dengan lingkungan khusus tertentu.
Tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mengatakan.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dalam
konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Secara definitif,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada
(Notoatmodjo, 2003).
1. Pengalaman
Pengalaman yang disusun sistematis oleh otak maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan (Soekanto, 1999).
2. Keyakinan
Merupakan kepercayaan yang sungguh-sungguh dan juga panutan/pegangan seseorang misal agama yang dianutnya (Notoatmodjo, 2003).
3. Fasilitas
Kemudahan mendapatkan fasilitas untuk meningkatkan pengetahuan dipengaruhi oleh media. Media cetak misalnya poster, majalah, leaflet, sedangkan media elektronika misalnya televisi, radio, video, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). 4. Sosial budaya
Manusia mempelajari kelakuan orang lain di lingkungan sosialnya. Hampir segala sesuatu yang dipikirkan, dirasakan bertalian dengan orang lain, bahasa, kebiasaan makan, pakaian dan sebagainya dipelajari dari lingkungan sosial budayanya (Nasution, 1998).
4. Pendidikan
Pendidikan berhubungan dengan pengembangan dan perubahan kelakuan anak didik (Nasution, 1998).
5. Informasi
Dengan pemberian informasi tentang kebiasaan hidup sehat dan cara pencegahan
kesehatan dalam diri individu/kelompok sasaran yang berdasarkan kesadaran dan
kemauan individu yang bersangkutan (Sarwono, 1997).
2. Sikap
Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau yang tidak menguntungkan dalam waktu yang relatif lama dari
seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. Aspek psikologis yang
mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani yang pada
hakikatnya merupakan faktor keturunan (Kotler, 1997). Suatu sikap belum otomatis
terwujud dalam suatu tindakan, karena sikap dapat diwujudkan menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung misalnya fasilitas. Sikap masih
merupakan reaksi tertutup dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek
sebagai penghayatan obyek tersebut.
Struktur sikap itu sendiri terdiri atas empat tingkatan yaitu:
1. Menerima (Receiving)
Subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu
benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan subyek terhadap
suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan
hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat subyek. (Sangat setuju, setuju, tidak setuju,
sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 2003).
3. Tindakan
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor pendukung
(Notoatmodjo, 2003). Teori aksi yang dikenal sebagai teori bertindak ini pada
awalnya dikembangkan oleh Max Weber, yang berpendapat bahwa individu
melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan
penafsiran atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini
merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan
Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan mempunyai beberapa tingkatan
sebagai berikut:
a. Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek yang sehubungan dengan tindakan yang diambil.
b. Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator tindakan yang kedua.
c. Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan kebiasaan, maka sudah
mencapai tindakan tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
F. Landasan Teori
Kanker serviks merupakan kanker yang menempati urutan pertama sebagai
jenis kanker yang menyebabkan kematian pada wanita. Pertumbuhan dari sel kanker
berjalan dengan lambat. Salah satu deteksi dini untuk mengetahui adanya kanker
serviks adalah papsmear. Di Indonesia kesadaran wanita untuk melakukan papsmear masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketidaktahuan tentang
Pemberian edukasi tentang kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi
individu agar mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak mendukung nilai hidup
sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat.
Dengan adanya edukasi yang berupa ceramah dan pemberian leaflet
diharapkan dapat merubah perilaku ibu-ibu PKK Kota Yogyakarta dalam hal
mencegah kanker serviks dengan melakukan deteksi dini kanker serviks secara rutin.
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah bahwa dengan adanya edukasi
kesehatan berupa ceramah dan pemberian leaflet tentang kanker serviks dan
papsmear dapat menyebabkan perubahan perilaku yang berupa peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu – ibu PKK Kota Yogyakarta tentang kanker
serviks dan papsmear.
H. Hipotesis
Terdapat perbedaan peningkatan perilaku yang signifikan tentang kanker
serviks dan papsmear antara kelompok perlakuan yang diberi edukasi leaflet dan kelompok perlakuan yang diberi edukasi ceramah.
Pengetahuan, sikap, dan tindakan
Ceramah dan pemberian leaflet
24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (Quasi Experimental research) dengan rancangan penelitian pre-posttest intervention with control group. Penelitian eksperimental semu adalah penelitian yang mencari hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, tidak memungkinkan untuk mengontrol semua hal yang berpengaruh dan menghadapi kesulitan teknis dan etik untuk dapat melakukan randomisasi subyek (Pratikya, 2001). Jenis eksperimental semu digunakan dalam penelitian ini untuk melihat efek edukasi berupa ceramah dan pembagian leaflet terhadap perubahan perilaku ibu – ibu PKK Kota Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel pengaruh (independent) dalam penelitian ini adalah perlakuan (intervensi) yang berupa metode ceramah dan pembagian leaflet tentang kanker serviks danpapsmear.
2. Variabel terpengaruh (dependent) dari penelitian ini adalah perilaku ibu – ibu PKK Kota Yogyakarta tentang kanker serviks danpapsmear.
C. Definisi Operasional
menghadiri acara ceramah yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria inklusi.
2. Ceramah adalah metode edukasi berupa pemaparan materi tentang kanker serviks dan papsmear dari narasumber yang berkompeten (tim dokter dari Yayasan Kanker Indonesia) kepada responden secara dua arah.
3. Leaflet adalah salah satu bentuk pemberian informasi dengan cara mencetak informasi tentang kanker serviks danpapsmearpada suatu kertas.
4. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden tentang kanker serviks dan papsmearyang dapat diukur dengan kuesioner.
5. Sikap adalah pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk melakukan tindakan pencegahan kanker serviks dengan melakukanpapsmear dengan kesadaran yang didasari oleh pengetahuan dimana hasilnya dapat diukur dengan kuesioner.
6. Perilaku adalah hasil dari segala macam bentuk pengetahuan dan sikap responden yang terwujud dalam suatu tindakan untuk melakukan papsmear, meneruskan pengetahuan tentang kanker serviks dan papsmear dan menganjurkan untuk melakukanpapsmearyang diukur dengan kuesioner. 7. Tingkat pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan suami dan istri dalam
kurun waktu satu bulan. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan keluarga digolongkan menjadi tiga yaitu :
A. Tingkat pendapatan rendah : < Rp. 1.000.000,00
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah semua ibu – ibu PKK di Kota Yogyakarta yang mengisi dan mengembalikan kuesioner, dan atau bersedia menghadiri acara ceramah yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah wanita, tergabung dalam kelompok PKK Kota Yogyakarta, sudah menikah, dan tidak terdiagnosa kanker serviks.
E. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Yogyakarta
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner berisikan pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.
G. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan Subjek penelitian
Subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki (Setiawan, 2005).
kelompok intervensi dengan metode pemberian leaflet. Kecamatan yang masuk dalam kelompok kontrol meliputi Tegalrejo, Gondomanan, Mergangsan, dan Ngampilan. Kecamatan yang masuk dalam kelompok intervensi dengan metode ceramah meliputi kecamatan Danurejan, Pakualaman, Umbulharjo, Gedongtengen, dan Mantrijeron. Kecamatan yang masuk dalam kelompok intervensi dengan metode pemberian leaflet meliputi kecamatan Kraton, Jetis, Gondokusuman, Kotagede, dan Wirobrajan.
Dari masing-masing kecamatan dipilih 7 ibu-ibu PKK yang bersedia mengisi kuesioner. Ibu – ibu PKK tersebut dipilih oleh pengurus PKK tiap-tiap kecamatan.
Jumlah keseluruhan subjek penelitian ini adalah 92 responden, yang terdiri dari 31 subjek kontrol, 26 subjek intervensi ceramah dan 35 subjek intervensi pemberian leaflet. Menurut Gay (cit., Sevilla, 1993) jumlah subjek penelitian suatu penelitian eksperimental minimal 15 orang untuk setiap populasi.
2. Perijinan
Proses perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dan proposal penelitian ke bagian perijinan Walikota Yogyakarta c.q. BAPPEDA Kota Yogyakarta.
3. Penelusuran data populasi
4. Penyusunan Kuesioner
Pembuatan kuesioner meliputi tiga tahap, yaitu: 1. Pembuatan Kuesioner
Kuesioner yang dibuat terdiri dari empat bagian. Bagian pertama kuesioner berisi karakteristik demografi responden yang meliputi nama, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lama menikah, jumlah anak, riwayat informasi kanker serviks dan riwayat papsmear. Bagian kedua kuesioner menilai pengatahuan responden. Bagian ketiga kuesioner mengukur sikap responden tentang kanker serviks dan papsmear. Bagian keempat mengukur tindakan responden. Pernyataan pada bagian kedua, ketiga dan keempat disusun dan dikelompokkan berdasarkan variable-variabel penelitian yang ingin diketahui dengan berdasarkan panduan NCI 2007.
Tabel 1. Jenis Pernyataan dan Pengelompokan Pernyataan Berdasarkan Variabel dalam Kuesioner yang Disusun Bersifat
FavorabledanUnfavorable
Sistem penilaian dibagi menjadi dua cara yaitu pernyataanfavorable danunfavorable. Penilaian untuk pernyataan yangfavorableadalah SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1 sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable adalah SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4
Tabel II. Profil Pertanyaan Dalam Kuesioner Mengacu ke NCI (2007)
No. Pertanyaan
1. Pengukuran Aspek pengetahuan a. Definisi penyakit kanker serviks b. Etiologi penyakit kanker serviks
c. Tanda dan gejala penyakit kanker serviks d. Faktor resiko kanker serviks
e. Upaya pencegahan kanker serviks f. Pengertianpapsmear
g. Arti penting melakukanpapsmear h. Prosespapsmear
i. Rekomendasi jadwalpapsmearyang teratur j. Kapan sebaiknya waktu ideal untukpapsmear k. Bagaimana hasilpapsmeardilaporkan
l. Intepretasi hasilpapsmear
m. Apa yang harus dilakukan jika hasil tidak normal 2. Pengukuran Aspek Sikap
a. Pendapat tentang ancaman kanker serviks pada penurunan kualitas hidup
b. Upaya pencegahan kanker serviks
c. Pendapat tentang deteksi dini kanker serviks denganpapsmear d. Pendapat tentang hal yang menghambat (kerugian) deteksi dini
e. Pendapat tentang hal yang mendukung (keuntungan) deteksi dini denganpapsmear
f. Pendapat tentang tempat melakukanpapsmear g. Pendapat tentang biayapapsmear
3. Pengukuran Aspek Perilaku
a. Melakukan atau tidak melakukanpapsmear
b. Meneruskan pengetahuan tentang kanker serviks danpapsmear c. Menganjurkan orang lain untuk melakukanpapsmear
2. Uji Validitas
Uji validitas dari setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada penelitian ini diukur menggunakan uji statistik dengan analisis Pearson Product Momen. Analisis ini menunjukkan validitas hubungan antar setiap butir pernyataan. Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan r hitung > r tabel. Nilai r tabel pada tingkat kepercayaan 95% adalah 0,316. Uji validitas dilakukan kepada ibu – ibu PKK di Kabupaten Sleman Yogyakarta di luar sampel penelitian. Dari uji validitas didapatkan hasil bahwa dari 34 pernyataan terdapat 13 pernyataan yang mempunyai nilai r hitung < r tabel sehingga ketigabelas pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid. Dari 13 pernyataan yang tidak valid 12 pernyataan dihilangkan dari kuesioner dan 1 pernyataan yang berupa definisi dari kanker serviks tidak dihilangkan. Untuk pernyataan tersebut, dilakukan professional adjustment dari pakar yang ahli dalam bidang patologi anatomi kedokteran RSUP dr. Sardjito Yogyakarta yaitu dr. Fx. Ediati Triningsih M.Sc.,Sp.PA.
Realibilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu (Sarwono, 2006). Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan uji statistik dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Kriteria menyebutkan jika nilai korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0,8 maka butir-butir peryataan reliabel (Sarwono, 2006). Dari hasil uji reliabilitas terhadap 22 pernyataan yang valid nilai Alpha Cronbach sebesar 0,858. Hasil ini menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan dalam kuesioner reliabel.
5. Pembuatan Leaflet
Leaflet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang kanker serviks dan papsmear. Leaflet berisi tentang hal – hal yang terkait dengan penyakit kanker serviks dan deteksi dini papsmear. Isi leaflet mengacu pada buku Onkologi dan leaflet dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI). Leaflet dibuat semenarik mungkin, jelas, singkat dan lengkap dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh responden.
6. Pelaksanaan Intervensi (Edukasi)
1. Penyebaran undangan untuk ibu ibu PKK yang digunakan sebagai sampel. Undangan untuk menghadiri ceramah disebarkan kepada ibu – ibu PKK 2. Pelaksanaan ceramah
satu tim dokter dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) yang berkompeten. Setelah ceramah acara dilanjutkan dengan tanya jawab antara responden dengan nara sumber. Kemudian dibagikanpostestkepada responden untuk mengukur perubahan perilaku setelah intervensi. Intervensi dengan metode pemberian leaflet dilakukan dengan mendatangi ibu-ibu PKK dan memberikan leaflet yang dibuat peneliti. Untuk kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi, peneliti datang ke rumah – rumah responden kelompok kontrol dan memberikan kuesioner yang digunakan untuk pretest sekaligus postest kepada ibu – ibu PKK tanpa memberikan intervensi apapun.
7. Posttest 1 bulan Setelah Intervensi
Postest 1 bulan setelah intervensi dilakukan untuk melihat apakah terdapat perubahan perilaku responden setelah jangka waktu yang cukup lama dan dalam penelitian ini diukur setelah satu bulan intervensi. Postest dilakukan dengan membagikan kuesioner yang sama dengan kuesionerpretest.
8. Pengolahan Data 1. Manajemen data
Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan proses manajemen data yaitu:
a) Editing
memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.
b) Processing
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlahkan angka dari setiap item pertanyaan yang dijawab oleh responden.
c) Cleaning
Data yang sudah dimasukkan ke program komputer excel dan microsoft worddicek / diperiksa kembali kebenarannya.
2. Analisis data
a) Uji normalitas data
Dilakukan dengan program statistik menggunakan uji Shapiro Wilk. Uji ini dilakukan dengan memasukkan data selisih jumlah nilai kuesioner antara pretes-postest 1 bulan. Dari hasil output uji Shapiro Wilkakan didapatkan nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka distribusi data normal dan dapat dianalisis dengan independent sampels T-test . Dan bila nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka distribusi data tidak normal dan dapat dianalisis dengan Mann-Whitney U test.
b) UjiChi-Square
c) AnalisisMann-Whitney U test
Adalah prosedur untuk suatu variabel independent yang mempunyai 2 level diskrit dan suatu variabeldependent continous(De Muth, 1999). d) Independent Sampels T-test
Uji statistikindependent sampels t-testmembandingkan 2 level diskrit dari suatu variable independent diskrit untuk mengetahui apakah 2 kelompok sampel sama atau berbeda secara signifikan variabel dependent continousnya. Parameter normalitas dan homogenitas variansi dipertimbangkan (De Muth, 1999).
H. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian
1. Subyek pada kelompok intervensi dengan metode ceramah sedikit yaitu sebanyak 26 responden yang disebabkan karena waktu yang tidak tepat dan faktor lokasi yang jauh.
35
A. Karakteristik Responden
Karakteristik yang diuraikan dalam penelitian ini meliputi tingkat pendapatan keluarga, riwayat informasi papsmear dan riwayat papsmear responden.
1. Tingkat Pendapatan Keluarga
Berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, responden dalam penelitian ini baik pada kelompok kontrol, intervensi ceramah maupun kelompok intervensi leaflet dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok tingkat pendapatan rendah dengan pendapatan per bulan < Rp 1.000.000,00, tingkat pendapatan sedang dengan pendapatan per bulan Rp 1.000.000,00 – Rp 3.000.000,00, dan tingkat pendapatan tinggi pendapatan per bulan > Rp 3.000.000,00.
Tabel III. Pendapatan Responden Kontrol Pendapatan Jumlah responden kontrol
rendah 12
sedang 15
tinggi 4
Gambar 2. Diagram Batang Pendapatan Keluarga Responden Kelompok Kontrol
Pada kelompok kontrol responden paling banyak adalah responden dengan tingkat pendapatan sedang yaitu 15 responden, diikuti responden dengan tingkat pendapatan rendah yaitu 12 responden, dan 4 orang responden dengan tingkat pendapatan tinggi.
Tabel IV. Pendapatan Keluarga Responden Kelompok Intervensi Ceramah Pendapatan Jumlah responden ceramah
rendah 9
sedang 10
tinggi 7
Gambar 3. Diagram Batang Pendapatan Keluarga Responden Kelompok Intervensi dengan Metode Ceramah
Responden yang paling banyak mengikuti acara ceramah kanker serviks dan papsmear adalah responden dengan tingkat pendapatan sedang yaitu 10 responden, diikuti oleh responden dangan tingkat pendapatan rendah sebanyak 9 responden dan jumlah terkecil adalah responden dangan tingkat pendapatan tinggi sebanyak 7 responden.
Tabel V. Pendapatan Keluarga Responden Kelompok Intervensi Leaflet
Pendapatan Jumlah responden leaflet
rendah 8
sedang 24
tinggi 3
Total 35
Pada kelompok intervensi dengan metode pemberian leaflet, responden paling banyak adalah responden dengan tingkat pendapatan sedang yaitu 24 responden, diikuti responden dengan tingkat pendapatan rendah yaitu 8 responden, dan 3 responden dengan tingkat pendapatan tinggi.
Tabel VI. Pendapatan Keseluruhan Responden Responden
Tingkat Pendapatan
Kontrol Ceramah Leaflet
rendah 12 9 8
sedang 15 10 24
tinggi 4 7 3
Nilai p 0,566
Dari tabel VI terlihat bahwa responden dalam penelitian ini paling banyak adalah responden dengan tingkat pendapatan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa ibu – ibu PKK kota Yogyakarta sebagian besar mempunyai tingkat pendapatan keluarga sedang.
bukan merupakan akibat perbedaan karakteristik tingkat pendapatan responden.
2. Latar Belakang Informasi Kanker Serviks danPapsmear
Responden pada penelitian ini mempunyai latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear yang berbeda-beda, ada yang sudah pernah memperoleh informasi dari instansi kesehatan, instansi pendidikan, media cetak, informasi dari kerabat atau teman, bahkan ada responden yang belum pernah menerima informasi tentang kanker serviks dan papsmear sebelumnya.
Tabel VII. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan
PapsmearKelompok Kontrol
Tingkat Pendapatan Sumber Informasi
rendah sedang Tinggi
Belum pernah 4 3 0
Instansi kesehatan (RS, Kucala,
Puskesmas) 2 3 2
Media cetak dan elektronik 1 2 0
Instansi Pendidikan, ceramah,
seminar 4 7 0
Tidak menjawab 1 0 2
Gambar 5. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks danPapsmearKelompok Kontrol
Responden pada kelompok kontrol paling banyak memperoleh informasi tentang kanker serviks dan papsmear dari instansi pendidikan, ceramah dan seminar sebanyak 11 responden dimana 7 diantaranya merupakan responden dengan tingkat pendapatan sedang. Responden yang belum pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks dan papsmear sebanyak 7 responden yang terdiri dari 4 responden dengan tingkat pendapatan rendah dan 3 responden dengan tingkat pendapatan sedang.
Tabel VIII. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan
PapsmearKelompok Intervensi Ceramah
Tingkat Pendapatan Sumber Informasi
rendah sedang tinggi
Belum pernah 2 2 1
Instansi kesehatan (RS, Kucala, Puskesmas) 2 5 4
Instansi Pendidikan, ceramah, seminar 2 3 2
Media cetak dan elektronik 3 0 0
Gambar 6. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear Kelompok Intervensi dengan Metode Ceramah
Responden pada kelompok ceramah paling banyak memperoleh informasi tentang kanker serviks dan papsmear dari instansi kesehatan sebanyak 11 responden. Responden yang belum pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks danpapsmear berjumlah 5 responden yang terdiri dari 2 responden dengan pendapatan rendah, 2 responden dengan pendapatan sedang dan 1 responden dengan pendapatan tinggi.
Tabel IX. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan
PapsmearKelompok Intervensi Leaflet
Tingkat Pendapatan Sumber Informasi
rendah sedang tinggi
Belum pernah 4 2 1
Instansi Pendidikan, ceramah, seminar 0 4 0 Instansi kesehatan (RS, Kucala, Puskesmas) 3 8 2
Media cetak dan elektronik 0 3 0
Gambar 7. Diagram Batang Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear Kelompok Intervensi dengan Metode Pemberian Leaflet
Responden pada kelompok leaflet paling banyak memperoleh informasi tentang kanker serviks dan papsmear dari instansi kesehatan sebanyak 13 responden. Responden yang belum pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks danpapsmear berjumlah 7 responden yang terdiri dari 4 responden dengan tingkat pendapatan rendah, 2 responden dengan tingkat pendapatan sedang dan 1 responden dengan tingkat pendapatan tinggi.
Tabel X. Sumber Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear
Keseluruhan Responden
Responden Informasi Responden
Kontrol Ceramah Leaflet
Media cetak dan elektronik 7 11 3
Instansi Kesehatan 0 0 13
Instansi Pendidikan 3 3 12
Relasi 8 5
-Pernah, tidak menjawab 2 -
-Nilai p 0,683
Tabel X menunjukkan bahwa 67 responden pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks dan papsmear baik melalui instansi kesehatan, instansi pendidikan, media massa maupun informasi dari relasi. Tetapi responden yang belum pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks dan papsmear juga cukup banyak yaitu 25 responden. Dengan latar belakang informasi yang berbeda-beda tersebut maka di dalam penelitian ini juga akan dilihat adakah pengaruh latar belakang informasi yang berbeda-beda tersebut terhadap perubahan perilaku responden.
bukan merupakan akibat perbedaan karakteristik latar belakang informasi tentang kanker serviks danpapsmearresponden.
3. RiwayatPapsmear
Ibu-ibu PKK Kota Yogyakarta yang menjadi responden ini mempunyai riwayatpapsmearyang berbeda-beda.
Tabel XI. RiwayatPapsmearResponden Kelompok Kontrol
Tingkat Pendapatan Riwayatpapsmear
rendah sedang tinggi
Belum pernah 8 7 1
Pernah, tahun 1996-2000 0 1 1
Pernah, tahun 2001-2005 1 1 0
Pernah, tahun 2006-2009 3 3 2
Pernah, tidak ada keterangan 0 3 0
Gambar 8. Diagram Batang RiwayatPapsmearKelompok Kontrol
Tabel XII. RiwayatPapsmearResponden Kelompok Intervensi Ceramah
Tingkat Pendapatan Riwayatpapsmear
rendah sedang tinggi
Belum pernah 5 4 2
Pernah, terakhir pada tahun 2001-2005 0 3 0 Pernah, terakhir pada tahun 2006-2009 3 5 4
Total 8 12 6
Gambar 9. Diagram Batang Riwayat Papsmear Kelompok Intervensi Ceramah
besar berasal dari keluarga dengan tingkat pendapatan sedang sedangkan paling sedikit berasal dari keluarga dengan tingkat pendapatan rendah. Responden yang pernah melakukan papsmear terakhir pada tahun 2001-2005 sebanyak 3 responden dan pada tahun 2006-2009 sebanyak 12 responden.
Tabel XIII. RiwayatPapsmearResponden Kelompok Intervensi Leaflet
Tingkat Pendapatan Riwayatpapsmear
rendah sedang tinggi
Belum pernah 4 5 2
Pernah, tahun 1991-1995 1 1 0
Pernah, tahun 2001-2005 0 8 0
Pernah, tahun 2006-2009 3 10 1
Total 8 24 3
Responden pada kelompok intervensi dengan metode pemberian leaflet yang belum pernah melakukan papsmearsebanyak 11 responden. Dari 11 responden tersebut sebagian besar berasal dari keluarga dengan tingkat pendapatan per bulan sedang yaitu 5 responden. Responden yang pernah melakukan papsmear sebanyak 24 responden. Responden yang pernah melakukan papsmear terakhir pada tahun 1991-1995 sebanyak 2 responden, pada tahun 2001-2005 sebanyak 8 responden dan pada tahun 2006-2009 sebanyak 14 responden.
Tabel XIV. RiwayatPapsmearKeseluruhan Responden Responden
RiwayatPapsmear
Kontrol Ceramah Leaflet
Belum pernah 16 11 11
Terakhir tahun 1991-1995 - - 2
Terakhir tahun 1996-2000 2 -
-Terakhir tahun 2001-2005 2 3 8
Terakhir tahun 2006-2009 8 12 12
Tidak ada keterangan 3 -
-Nilai p 0,703
Tabel XIV. menunjukkan bahwa responden yang belum pernah melakukanpapsmearmasih cukup banyak yaitu 38 responden.
papsmear antara kelompok kontrol dan intervensi dapat menunjukkan adanya setiap perubahan variabel perilaku merupakan akibat dari intervensi yang diberikan, bukan merupakan akibat perbedaan karakteristik riwayat papsmear responden.
B. Pengaruh Karakteristik Responden Terhadap Perilaku Ibu-Ibu PKK Kota Yogyakarta
Karakteristik tingkat pendapatan responden akan dilihat pengaruhnya terhadap perubahan perilaku ibu – ibu PKK Kota Yogyakarta setelah menerima intervensi. Perubahan perilaku ini meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan. Perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dilihat dari nilai selisih antarapretestdanposttest.
1. Tingkat Pendapatan
Tabel XV. Selisih Nilai Pretest Posttest Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga
Kontrol Ceramah Leaflet
Tingkat
Pendapatan P* S** T*** P* S** T*** P* S** T*** Rendah -0.333 0.333 0.333 1 0.333 -0.444 1.875 1 -0.5 Sedang 1.266 -0.73 0.866 1.4 -1 0.333 1.375 0.375 0.583
Tinggi 3 1.75 1 2.857 0.285 0.714 1 1 -0.666
Keterangan : * pengetahuan ** sikap *** tindakan
kontrol terjadi penurunan pengetahuan pada responden dengan tingkat pendapatan rendah dan terjadi peningkatan pengetahuan pada responden dengan tingkat pendapatan sedang dan responden dengan tingkat pendapatan tinggi. Peningkatan pengetahuan tertinggi terjadi pada responden dengan tingkat pendapatan tinggi dengan peningkatan pengetahuan sebesar 3.
Pada kelompok intervensi dengan metode ceramah peningkatan pengetahuan paling tinggi terjadi pada responden dengan tingkat pendapatan tinggi yaitu sebesar 2,857. Setelah itu peningkatan pengetahuan tejadi pada responden dengan tingkat pendapatan sedang yaitu sebesar 1,4. Responden dengan pendapatan rendah mengalami peningkatan pengetahuan sebesar 1.
Pada kelompok intervensi dengan metode leaflet peningkatan pengetahuan paling tinggi terjadi pada responden dengan tingkat pendapatan rendah dengan peningkatan sebesar 1,875. Responden dengan tingkat pendapatan sedang mengalami peningkatan sebesar 1,375, responden dengan tingkat pendapatan tinggi mengalami peningkatan sebesar 1.
dengan tingkat pendapatan tinggi. Pada kelompok intervensi dengan metode pemberian leaflet hasilnya berkebalikan dengan kelompok intervensi ceramah dimana responden dengan tingkat pendapatan rendah mengalami peningkatan pengetahuan paling besar sedangkan responden dengan tingkat pendapatan tinggi mengalami peningkatan pengetahuan yang paling kecil.
Pada kelompok kontrol terjadi peningkatan sikap pada responden dengan tingkat pendapatan rendah dan responden dengan tingkat pendapatan tinggi. Responden dengan tingkat pendapatan tinggi mengalami peningkatan sikap yang lebih besar dibandingkan responden dengan tingkat pendapatan rendah. Pada responden dengan tingkat pendapatan sedang mengalami penurunan sikap sebesar 0,733.
Pada kelompok intervensi dengan metode ceramah responden dengan tingkat pendapatan rendah dan responden dengan tingkat pendapatan tinggi mengalami peningkatan sikap sedangkan responden dengan tingkat pendapatan sedang mengalami penurunan sikap. Responden dengan tingkat pendapatan rendah mengalami peningkatan sebesar 0,333, responden dengan tingkat pendapatan tinggi mengalami peningkatan sebesar 0,285. Sedangkan responden dengan tingkat pendapatan sedang mengalami penurunan sebesar 1.
sama yaitu 1. Responden dengan tingkat pendapatan sedang mengalami peningkatan sikap sebesar 0,375.
Tabel XV. menunjukkan hampir semua responden mengalami peningkatan sikap kecuali responden pada kelompok intervensi dengan metode ceramah yang mengalami penurunan.
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran dan keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seseorang yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi belum tentu mempunyai perubahan sikap yang tinggi juga karena masih dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, keyakinan, emosi dan pikiran.
Dari tabel XV, terlihat bahwa terjadi peningkatan tindakan pada kelompok kontrol. Peningkatan tindakan terbesar terjadi pada responden dengan tingkat pendapatan tinggi dengan peningkatan sebesar 1. Diikuti oleh responden dengan tingkat pendapatan sedang dengan peningkatan sebesar 0,866. Responden dengan tingkat pendapatan rendah mengalami peningkatan tindakan yang terkecil yaitu 0,333.
peningkatan tindakan terjadi pada responden dengan tingkat pendapatan sedang sebesar 0,333. Penurunan tindakan terjadi pada responden dengan tingkat pendapatan rendah sebesar 0,444.
Pada kelompok intervensi leaflet yang mengalami peningkatan tindakan hanya pada responden dengan pendapatan sedang sebesar 0,583 sedangkan responden dengan pendapatan rendah dan tinggi mengalami penurunan tindakan. Responden dengan pendapatan rendah mengalami penurunan tindakan sebesar 0,5, responden dengan pendapatan tinggi mengalami penurunan sebesar 0,666.
Menurut Darnindro (1996) semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka perilaku akan semakin baik. Tabel XV. menunjukkan hasil yang bervariasi dimana ada responden yang mengalami peningkatan serta ada yang mengalami penurunan sikap. Hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan Darnindro.
2. Latar Belakang Informasi Tentang Kanker Serviks danPapsmear
a. Pengetahuan
Tabel XVI. Selisih Nilai Pengetahuan Pretest Posttest Berdasarkan Latar Belakang Informasi Tentang Kanker Serviks dan Papsmear
dan Tingkat Pendapatan Keluarga Responden
Kontrol Ceramah Leaflet
Sumber
informasi rendah sedang tinggi rendah Sedang tinggi rendah sedang Tinggi
Instansi
Hasil selisih nilai pretest – posttest kelompok kontrol menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan pengetahuan pada responden kelompok kontrol. Pada responden dengan tingkat pendapatan rendah terjadi peningkatan pengetahuan pada responden yang pernah memperoleh informasi dari instansi pendidikan sedangkan responden yang pernah memperoleh informasi dari instansi kesehatan dan media cetak mengalami penurunan pengetahuan. Pada responden dengan tingkat pendapatan sedang semua responden mengalami peningkatan pengetahuan dimana responden yang belum pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks dan papsmear mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan responden yang pernah memperoleh informasi tentang kanker serviks dan papsmear. Pada kelompok responden dengan pendapatan tinggi tidak terjadi perubahan pengetahuan. Dari keseluruhan responden kelompok kontrol, responden dengan tingkat pendapatan sedang dan belum pernah mendapatkan informasi tentang kanker serviks dan papsmear mengalami peningkatan pengetahuan yang paling besar.