i
(Studi kasus : konsumen bioskop Cinema XX1 Jl.Urip Soemoharja No.104 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
DISUSUN OLEH: MARKUS YEFTA BHASKARA
05 2214 116
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
kita perlukan hanyalah mencoba, meyakini apa yang ingin kita buat, semakin banyak rintangan yang kita lalui semakin kuat kita, semakin banyak kegagalan
semakin kita mendekat pada keberhasilan, karena keberhasilan hanyalah suatu titik di puncak gunung kegagalan.
(Bob Sadino)
Jika kita berusaha untuk mengejar sesuatu impian dengan
sekuat tenaga, namun belum berhasil meraihnya walaupun
telah mengorbankan segala-galanya demi impian itu,
sadarkanlah diri kita bahwa yang sesungguhnya kita cari
adalah kenyataan bahwa kita tidak dapat meraihnya.
(SUPERNOVA)
vi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Markus Yefta Bhaskara Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap atribut jasa yang ditawarkan bioskop XX1 di Universitas Sanata Dharma, dan juga untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat kepuasan mahasiswa laki-laki dan perempuan. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 100 orang responden.
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden yang dibagi sama rata untuk mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Teknik analisis yang digunakan adalah 1) Analisis persentase untuk mengetahui karakteristik responden, 2) IKP untuk mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa, 3)Uji t dua sampel independen untuk menguji perbedaan tingkat kepuasan mahasiswa laki-laki dan perempuan.
vii
A Case Studies is Consumer of Cinema XX1 movie theater at the University of Sanata Dharma Yogyakarta
Markus Yefta Bhaskara Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
The study aimed to determine the level of student satisfaction attributes of the services offered at cinema XX1 Sanata Dharma, and also to see if there are differences in student satisfaction levels of men and women. The research was case study with a sample size is 100 respondents.
The research was conducted by distributing questionnaires to 100 respondents who shared equally for male students and female students. The analysis technique used were 1) Analysis of percentages to determine the characteristics of respondents, 2) IKP to know the level of student satisfaction, 3) two independent samples t test to examine differences in student satisfaction levels of men and women.
ix
pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ekonomi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang dalam dan tulus kepada:
1. Bapak Drs. YP Supardiyono., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak
Venantius Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A. selaku Kepala
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Hendra Poerwanto G., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
x
8. Buat teman-temanku anak Manajemen 2005 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan persahabatan yang diberikan selama ini.
9. Mz Chandra, MzGembuk, Mz Pranoto, Mz Kocek, Mz Putra, Mz Jo Sebastian, Mz Anton, Mz Gokdi, Mz Ipung, Jeng Ita, Jeng Windy, makasih ya semuanya.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih atas segala masukan baik yang berupa saran maupun kritik yang bersifat membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak.
Yogyakarta, Penulis
xi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK... vi
ABSTRACK... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ……….………… 1
A. Latar belakang Masalah..……….………….…1
B. Rumusan Masalah……….………….…3
C. Tujuan Penelitian.……….………….…3
D. Batasan Masalah…..………..……….…...……4
D. Manfaat Penelitian…..……….……….….……4
E. Sistematika Penulisan….………….………..……5
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Manajemen……….……….……….……6
B. Pengertian Pemasaran ……….………..…….………6
C. Konsep Pemasaran……….……….………7
D. Pengertian Jasa……….……….10
E. Karakteristik Jasa……….………….10
F. Kepuasan Konsumen..………..………….12
G. Bioskop ……….………..17
xii
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………19
E. Jenis dan Sumber Data ………21
F. Teknik Pengumpulan Data ………21
G. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ………23
H. Teknik Pengujian Instrumen ………..…..25
I. Teknik Analisis Data ...26
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 31
A. Sejarah Sineplex ………31
B. Operasional dan Pemasaran ………36
C. Perkembangan XX1 ………36
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Karakteristik Responden………38
B. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ………41
C. Analisis Kepuasan Konsumen ………...………45
D. Analisis Uji Beda Mean (Independent Samples Test)……52
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 60
A. Kesimpulan ………60
B. Saran ………62
C. Keterbatasan ………63
xiii
TABEL V.1 Distribusi Skor Jenis Kelamin ... 35
TABEL V.2 Distribusi Skor Kebiasaan Menonton ... 35
TABEL V.3 Distribusi Skor Pengeluaran Rata-rata per Bulan... 36
TABEL V.4 Distrbusi skor frekuensi menonton ... 37
TABEL V.5 Uji Validitas Atribit Jasa di Bioskop Cinema XX1... 38
TABEL V.6 Uji Reabilitas ... 40
TABEL V.7 Tingkat Kepuasan Mahasiswa ... 42
TABEL V.8 Tingkat Kepuasan Mahasiswa Laki-laki ... 43
TABEL V.9 Tingkat Kepuasan Mahasiswa Perempuan ... 45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Pada era globalisasi yang terjadi sekarang ini dimana arus ilmu
pengetahuan yang masuk di Indonesia semakin terasa kemajuannya. Dengan
lajunya pembangunan ilmu pengetahuan diiringi dengan perkembangan di segala
bidang termasuk di dunia bisnis.
Dewasa ini lingkungan bisnis menjadi sebuah lingkungan yang berubah
sangat cepat dan penuh ketidakpastian. Lingkungan bisnis menuntut para pemasar
bertindak cepat dan jeli dalam melihat perubahan tersebut. Perubahan lingkungan
bisnis merupakan peluang dan kesempatan bagi pemasar untuk menjalankan suatu
bisnis yang penuh dengan persaingan. Pemasar harus mampu bersaing dan
berlomba untuk memperoleh volume penghasilan yang setinggi-tingginya.
Terlepas dari semua itu, suatu bisnis yang dijalankan harus mampu memberikan
suatu nilai lebih bagi konsumen, yaitu kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen
merupakan kunci keberhasilan yang paling penting khususnya khususnya bagi
suatu bisnis yang bergerak di bidang jasa. Kepuasan konsumen yang semakin
tinggi akan menunjukan bahwa suatu bisnis yang dijalankan berhasil atau sesuai
dengan harapan dan besar kemungkinan bisnis yang dijalankan tidak akan
berhenti dan terus berkembang.
Di banyak negara terbukti, bahwa industri kreatif adalah industri yang
fleksibel dan mampu bertahan dalam persaingan dunia usaha khususnya industri
Perfilm-an.
Perkembangan film Indonesia selama empat tahun terakhir
memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Tahun 2008 tercatat 87
judul film Indonesia yang diproduksi. Begitu pula dengan jumlah penonton,
antusias penonton terhadap film semakin besar. Pada tahun 2008 jumlah
penonton "Laskar Pelangi" tercatat mencapai 4.200.000 penonton itu menandakan
saat ini antusiasme orang terhadap Film. Film dapat ditonton melalui Media
seperti DVD atau menonton langsung di bioskop.
Banyaknya DVD yang berada di pasaran, secara langsung mempengaruhi
pasar dari Bioskop. Menurut (Saif,2008:dalam wordpress.com) Berdasarkan pada
analisis, beberapa hal yang menjadi faktor-faktor konsumen memilih bioskop,
yaitu: kualitas sound system, ketajaman gambar film, kualitas suara, kecepatan
akses film box office, respon konsumen pada film box office di Bioskop, harga,
dan paket hemat. Sedangkan kelemahan pada Bioskop terletak pada: kenyamanan
menyaksikan film, sensor film, dubbing bahasa (terjemahan bahasa dalam teks),
dan kemudahan menjangkau lokasi Bioskop. Untuk itu berbagai cara dilakukan
oleh bioskop untuk menarik minat orang menonton di bioskop tertentu.
Berdasarkan dari faktor-faktor konsumen memilih bioskop menunjukkan bahwa
faktor-faktor tersebut perlu mendapatkan perhatian dari Bioskop, untuk
Berkaitan dengan usaha-usaha bioskop meningkatkan Kepuasan konsumen
maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Kepuasan
Mahasiswa terhadap Atribut Jasa yang ditawarkan bioskop XX1”. Studi
kasus : Konsumen Bioskop cinema XX1 Jl.Urip Soemoharjo No.104 Yogyakarta
di Universitas Sanata Dharma.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah, maka dapat dibuat perumusan
masalah, yaitu :
1. Bagaimana karakteristik konsumen bioskop cinema XX1?
2. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen bioskop cinema XX1?
3. Adakah Perbedaan antara tingkat kepuasan konsumen Mahasiswa
Laki-laki dan Perempuan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui karakteristik mahasiswa sebagai konsumen bioskop
cinema XX1.
2. Untuk mengetahui tingkat kualitas jasa bioskop cinema XX1.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan Mahasiswa
Laki-laki dan Perempuan.
D. Batasan Masalah
Agar pemecahan masalah yang akan dilakukan tidak menyimpang dari
ruang lingkup yang ditentukan, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai
1. Atribut variabel jasa yang diteliti adalah : Bukti Langsung, Keandalan,
Daya Tanggap, Jaminan, Empati.
2. Atribut variabel kepuasan mahasiswa yang diteliti adalah : perbandingan
antara harapan dan kenyataan pada jasa yang ditawarakan bioskop cinema
XX1.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi bioskop XX1
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
manajemen sebagai bahan pembanding terhadap kebijaksanaan yang ada
dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi kebijaksanaan yang
akan disusun.
2. Bagi Universita Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
tambahan bagi perpustakaan Universitas Sanata Dharma.
3. Bagi Penulis
Penelitian dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan sebagai
tinjauan dari penerapan teori yang diperoleh dibangku kuliah khususnya
F. Sistematika Penulisan
BABI : PENDAHULUAN
Bab ini mencakup latar belakang, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini mengemukakan teori-teori yang menjadi
acuan dalam melaksanakan penelitian dan
perumusan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat
penelitian, waktu penelitian subjek penelitian,
variabel penelitian, sumber data, populasi, sample,
dan teknik pengambilan sample, teknik
pengumpulan data, metode pengujian instrumen,
analisis data.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pengelolaan data,
analisis data dan jawaban dari masalah yang
diajukan.
BAB V : KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diambil dari
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Manajemen
Menurut Stoner (dalam skripsi Lisa,1999:7), manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
B. Pengertian Pemasaran
Untuk mengetahui tentang konsep inti Manajemen pemasaran perlu juga
untuk mengetahui tentang konsep pasar dan pemasaran terlebih dahulu secara
jelas. Pengertian pasar secara umum yaitu suatu tempat antara penjual dan
pembeli, barang dan jasa yang dijual dan terjadinya perpindahan kepemilikan.
Pasar menurut Philip Kotler (1997, hlm.12) yaitu pasar terdiri dari semua
pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang sama,
yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginannya. Menurut Stanton ( 1997, hlm.12 ), pasar sebagai
orang atau organisasi yang mempunyai kebutuhan untuk dipuaskan, uang untuk
dibelanjakan, dan kemauan membelanjakan uang tersebut.
Pemasaran merupakan kegiatan manusia yang diarahkan untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran atau suatu sistem
total dari kegiatan bisnis yang dipromosikan dan mendistribusikan barang-barang
yang dapat memuaskan keinginan dan jasa, baik kepada para konsumen saat ini
maupun konsumen potensial.
Arti kegiatan pemasaran merupakan suatu kegiatan manusia yang
berhubungan dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan
maksud memberikan kepada keinginan dan kebutuhan manusia. Kegiatan
pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen jika
menginginkan usahanya lancar terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang
lebih baik terhadap perusahaan.
Pemasaran merupakan suatu usaha penjualan yang direncanakan dan dapat
membantu kecepatan penjualan sesuai dengan kecepatan pembuatan. Kita dapat
dianggap berhasil dalam usaha pemasaran jika kita memberikan apa yang
pelanggan inginkan dengan harga yang pantas, menyediakan di tempat yang tepat
dan dalam jumlah yang tepat pula (Parkinson,1998:5).
C. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih
efektif dibanding para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilah.
Konsep pemasaran masyarakat menegaskan bahwa tugas organisasi adalah
menentukan kebutuhan, keinginan dan minat dari pasar sasaran dan memberikan
kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing
dengan tetap memelihara atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
Konsep pemasaran merupakan upaya pemasaran terkoordinir yang
berfokus pada pasar dan berorientasi pada konsumen dengan tujuan memberikan
kepuasan kepada konsumen, untuk mencapai tujuan pemasaran.
Ada tiga ketetapan pokok yang mendasari konsep pemasaran adalah
sebagai berikut :
1. Semua perencanaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi kepada
konsumen.
2. Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan
perusahaan.
3. Semua kegiatan pemasaran di sebuah perusahaan harus terkoordinasi
secara organisasi.
Menurut konsep pemasaran, sebuah organisasi harus mencoba
menyediakan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen melalui sekelompok
kegiatan yang terkoordinasi yang memungkinkan organisasi tersebut untuk
mencapai sasaran-sasarannya (William dan Ferrel, dalam skripsi Agung, 2007:8).
Menurut kotler (1997:17) konsep pemasaran bersandar pada empat pihak
adalah sebagai berikut :
1. Orientasi Pelanggan
Berorientasi pada pelanggan mengharuskan perusahaan untuk cermat
dalam menentukan pelanggan dari sudut pandang pelanggan. Beberapa
pelanggan memiliki kebutuhan yang terkadang tidak disadari dan
2. Target Pasar
Perusahaan akan berhasil apabila perusahaan itu menetapkan target
pasar yang ingin dicapai dengan baik dan menyusun program
pemasaran yang sesuai dengan pasar sasaran.
3. Pemasaran Terpadu
Dalam pemasaran terpadu, berbagai fungsi pemasaran harus
dikoordinasi dari segi pelanggan. Perusahaan akan mampu bekerja
dengan baik apabila perusahaan mampu terkoordinasi dan bekerja
sama dengan bagian-bagian yang terdapat dalam perusahaan itu
sendiri.
4. Keuntungan
Konsep pemasaran dapat digunakan untuk membantu perusahaan
dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan selain mencapai tujuan
yang direncanakan, juga mempunyai tujuan utama yaitu mencari laba.
D. Pengertian Jasa
Menurut Philip Kotler, Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa bisa berhubungan
dengan produksi fisik maupun tidak (Kotler 1994).
E. Karateristik Jasa
Jasa memiliki empat karateristik utama menurut (Stanton 1993) sebagai
1. Tidak berwujud (intangible), merupakan karateristik jasa yang tidak dapat
dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum jasa tersebut
dikonsumsi atau digunakan. Jika konsumen membeli suatu jasa maka ia
hanya dapat menggunakan, memanfaatkan atau menyewa jasa tersebut.
Untuk mengurangi ketidakpastian konsumen akan memperhatikan tanda
atau bukti kualitas jasa dari tempat, orang, peralatan, bahan komunikasi
dan harganya.
2. Tidak dapat dipisahkan (inseparability), umumnya jasa yang dihasilkan dan
dikonsumsi secara bersamaan saat konsumen membeli jasa itu.
3. Variabilitas (variability), jasa sangat bervariasi karena tergantung pada
siapa yang menyediakan dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan.
3. Tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan (perishability), jasa merupakan
sesuatu yang tidak dapat disimpan.
Seringkali dikatakan bahwa jasa memiliki karakteristik unik yang
membedakannya dari barang atau produk–produk manufaktur. Empat
karakteristik yang paling sering dijumpai dalam jasa dan pembeda dari barang
pada umumnya adalah (Payne, 2001:9):
1. Tidak berwujud
Jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud, berarti jasa tidak dapat dilihat,
dirasakan, dicicipi atau disentuh seperti yang dapat dirasakan dari suatu
2. Heteregonitas
Jasa merupakan variabel non standar dan sangat bervariasi. Artinya,
karena jasa itu berupa suatu unjuk kerja, maka tidak ada hasil jasa yang
sama walaupun dikerjakan oleh satu orang. Hal ini dikarenakan oleh
interaksi manusia (karyawan dan konsumen) dengan segala perbedaan
harapan dan persepsi yang menyertai interaksi tersebut.
3. Tidak dapat dipisahkan
Jasa umumnya dihasilkan dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan,
dengan partisipasi konsumen dalam proses tersebut. Berarti, konsumen
harus berada di tempat jasa yang dimintanya, sehingga konsumen melihat
dan bahkan ikut ambil bagian dalam proses produksi tersebut.
4. Tidak tahan lama
Jasa tidak mungkin disimpan dalam persediaan. Artinya, jasa tidak bisa
disimpan, dijual kembali kepada orang lain, atau dikembalikan kepada
produsen jasa dimana ia membeli jasa.
F. Kepuasan Konsumen
Setiap perusahaan yang memasarkan suatu produk berupa barang atau jasa
selalu menginginkan konsumen atau pelanggan merasa puas terhadap jasa yang
ditawarkan. Menurut Gasperz (1997) pelanggan adalah semua orang yang
menuntut perusahaan untuk memenuhi standar kualitas tertentu dan karena itu
akan memberikan pengaruh pada performance perusahaan. Foster (2001)
1. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung kepada kita, tetapi kita yang
tergantung kepadanya.
2. Pelanggan adalah seseorang yang membawa kita kepada keinginannya.
3. Tidak ada satu orang pun yang menang beradu argumentasi dengan
pelanggan.
4. Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan.
Kemudian dikenal terdapat tiga macam pelanggan dalam sistem kualitas
modern, yaitu :
1. Pelanggan internal yaitu orang yang berada dalam perusahaan dan
mempunyai pengaruh terhadap performansi pekerjaan atau perusahaan.
2. Pelanggan antara yaitu orang yang bertindak atau berperan sebagai
perantara, bukan sebagai pemakai akhir suatu produk.
3. Pelanggan eksternal yaitu seseorang yang memakai produk akhir.
Pada umumnya pelanggan menginginkan produk yang memiliki
karateristik lebih cepat, lebih murah, lebih baik. Karateristik lebih cepat biasanya
berkaitan dengan dimensi waktu yang menggambarkan kecepatan kemudahan
atau kenyamanan untuk memperoleh produk tersebut. Karateristik lebih murah
berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan biaya atau ongkos dari
suatu produk yang dibayarkan oleh pelanggan. Karateristik lebih baik berkaitan
dengan dimensi kualitas produk yang paling sulit digambarkan secara tepat
(Gasperz, 1997).
Sedangkan kepuasan menurut Westbrook (1980) adalah suatu hasil atas
biaya, dengan kata lain kepuasan pelanggan adalah suatu evaluasi pengalaman
atau hasil yang dihubungkan setelah mengunakan suatu barang atau jasa.
Kepuasan konsumen secara sederhana (Gasperz, 1997). didefinisikan sebagai
suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen dapat
terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi. Dengan demikian apabila dinyatakan
sebagai suatu rasio, maka dapat dirumuskan persamaan kepuasan konsumen
sebagai berikut : Z = X / Y, dimana Z adalah kepuasan konsumen, X adalah
kualitas yang dirasakan konsumen, Y adalah kebutuhan, keinginan dan harapan
pelanggan.
Kepuasan konsumen adalah penilaian dan perbandingan pelanggan, yaitu
suatu pengamatan kondisi yang mengevaluasi umpan balik apakah yang dirasakan
pantas setelah pelanggan melakukan pembelian (Howard dan Sheth, 1969).
Kepuasan konsumen juga dapat diartikan sebagai evaluasi konsumen setelah
melakukan pembelian (Anderson, Fornell dan Lehman, 1994). Kepuasan
konsumen sangat tergantung pada expectation dan perceived , faktor-faktor yang
mempengaruhi expectation dan perceived pelanggan (Gasperz, 1997 dalam Agung
:2007) ) adalah :
1. Kebutuhan atau keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan
pelanggan ketika ia sedang mencoba melakukan transaksi dengan
produsen atau pemasok produk.
2. Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi atau menggunakan produk
3. Pengalaman dari kerabat dimana mereka akan menceritakan kualitas
produk dari perusahaan yang akan dibeli oleh konsumen.
4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran yang mempengaruhi persepsi
konsumen.
Gambar 2.2 The Satisfaction Process
Sumber : Roland T. Rust, Anthony J, Timothy L
Selanjutnya Gasperz (1997) menyatakan bahwa sebuah kepuasan
konsumen terhadap kualitas dapat diperhatikan dari beberapa dimensi atau atribut
sebagai berikut :
1. Ketepatan waktu pelayanan, dimana hal-hal yang harus diperhatikan
adalah berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.
2. Akurasi pelayanan, yang berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan
terbebas dari kesalahan-kesalahan.
Expectation Perceived Quality
Disconfirmation (gap)
3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama bagi
mereka yang berinteraksi langsung dengan pelayanan eksternal.
4. Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan
keluhan dari pelanggan.
5. Kelengkapan, menyangkut tingkat pelayanan ketersediaan sarana
pendukung serta pelayanan komplementer lainnya.
6. Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya outlet,
petugas yang melayani fasilitas pendukung dan lainnya.
7. Variasi model pelayanan, berkaitam dengan inovasi untuk memberikan
pola-pola baru dalam pelayanan, features dari pelayanan dan lainnya.
8. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas yaitu penanganan
permintaan khusus.
9. Kenyamanan dalam mengelola pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruang
tempat pelayanan, kemudahan menjangkau dan ketersediaan informasi.
10. Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti lingkungan, kebersihan,
ruang tunggu, AC dan lainnya.
Perwujudan kepuasan konsumen dapat didefinisikan secara lebih
sederhana melalui lima dimensi kualitas pelayanan, bagaimana dikemukakan oleh
Parasuman, Berry dan Zethaml ( Kotler, 1995 dalam skripsi Dicky:2006) dalam
penelitian mereka, yaitu :
1. Tangible (berwujud) yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil
dalam mendapatkan pelayanan, kenyamanan dan atribut pelayanan
lainnya..
2. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang
dijanjikan dengan tepat dan terpercaya
3. Responsiveness(tanggapan) yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan
dan memberikan jasa yang cepat. ini meliputi kategori ketepatan waktu
pelayanan dan tanggung jawab. Misalnya kemampuan karyawan dalam
memberikan informasi yang jelas dan cepat menanggapi kebutuhan dan
keluhan.
4. Assurance (keyakinan) yaitu pengetahuan, kesopanan karyawan dan
kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan
pelanggan. Misalnya seberapa besar karyawan mampu melakukan
komunikasi dan pelayanan yang baik terhadap pelanggan.
5. Empaty (empati) yaitu syarat untuk peduli, memberikan perhatian pribadi
terhadap pelanggan. Dimensi ini meliputi kategori variasi model
pelayanan dan pelayanan pribadi. Misalnya dengan memberikan perhatian
secara individu kepada pelanggan dan bertanggung jawab terhadap
keamanan barang dan jiwa.
Kepuasan pelanggan merupakan tujuan dari perusahaan yang memiliki
komitmen terhadap kualitas. Dengan kepuasan pelanggan berarti akan diperlukan
upaya secara berkesinambungan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan,
tersebut diolah untuk menciptakan produk yang berkualitas. Produk berkualitas
dengan harga kompetitif akan menarik pelanggan dan akhirnya akan
meningkatkan volume penjualan sekaligus kualitas yang dirasakan pelanggan
meningkat.
G. Bioskop
‘Bioskop’ adalah adaptasi bahasa Indonesia terhadap kata bioscope dari
Afrika Selatan (kemungkinan juga dari Belanda). Pada awalnya film di bioskop
adalah rangkaian gambar bergerak yang berdurasi pendek, bisu, dan diputar di
lapangan atau ruangan / hall. Genre yang diusung biasanya adalah seni drama,
komedi slapstick (bodoh-bodohan, seperti Caplin), sulap, dan percintaan (saif,
2008: dalam wordpress.com).
H. Hipotesis
Untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara kepuasan
konsumen laki-laki dan perempuan yaitu dengan cara uji t untuk uji dua sampel
independen:
Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada perbedan tingkat kepuasan mahasiswa laki-laki
dan perempuan.
Ha : Ada perbedan tingkat kepuasan konsumen mahasiswa
laki-laki dan perempuan.
Kategori penerimaan dan penolakan Ho :
Ho diterima apabila : t hitung < t α,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengunakan jenis penelitian studi kasus.
Penelitian studi kasus berarti bahwa kesimpulan yang akan diperoleh dari
penelitian ini hanya berlaku pada hal-hal yang berkaitan dengan objek yang
diteliti.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu dan tempat dalam penelitian ini adalah:
1. Tempat penelitian
Penulis akan melakukan penelitian di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada Mahasiswa yang pernah menonton Bioskop Cinema
XX1 Jl.Urip Soemoharjo No.104.
2. Waktu penelitian
Rencana penelitian akan dilakukan pada bulan Februari-maret 2010.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah orang yang menjadi sasaran dalam penelitian dan
yang akan memberikan informasi kepada penulis. Subyek dalam penelitian
ini adalah semua orang dewasa baik pria maupun wanita yang pernah
menonton di bioskop XX1.
2. Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah data yang akan diteliti oleh penulis. Objek
penelitian ini adalah persepsi konsumen pada Atribut Jasa yang
ditawarkan Bioskop Cinema XX1 dan Kepuasan Konsumen yaitu selisih
harapan dan kenyataan mahasiswa.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek
penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang
diteliti sesuai dengan rumusan masalah. Variabel penelitian dalam penelitian ini
antara lain:
1. Kepuasan konsumen
Variabel ini untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen bioskop XX1
terhadap atribut jasa yang ditawarkan bioskop XX1. Menurut Kotler
(2002:42), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara persepsi / kesannya terhadap
kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.
Adapun atribut jasa yang diteliti sebagai berikut :
1. Bukti Langsung meliputi :
a. Lokasi
b. Area parkir
c. Fasilitas fisik bioskop
d. Kebersihan bioskop
2. Keandalan
a. Ketepatan Pemutaran Film.
b. Kecepatan pelayanan karyawan.
c. Adanya pemberitahuan informasi yang dibutuhkan
3. Daya Tanggap
a. Respon terhadap keluhan
b. Perhatian karyawan pada antrian pembelian tiket.
c. Kemauan karyawan untuk menunjukan tempat duduk yang dipesan
saat terlambat dan film telah di putar.
4. Jaminan
a. Keamanan area parkir.
b. Kelancaran film yang diputar
c. Kesesuaian nomor tiket
d. Kesesuaian kategori umur
e. Kecepatan akses film box office.
5. Empati
a. Keramahan karyawan
b. Tanggung jawab pihak bioskop terhadap keamanan dan
E. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perusahaan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian
kuesioner yang dilakukan oeh peneliti (Husein Umar,2003:99).
Data primer tersebut meliputi:
a. Karakteristik responden, meliputi nama, jenis kelamin, kebiasaan
menonton, frekuensi menonton di XX1, pengeluaran perbulan.
b. Data mengenai harapan dan kenyataan pada atribut jasa yang
ditawarkan bioskop Cinema XX1.
c. Data mengenai Tingkat Kepuasan mahasiswa pada atribut jasa yang
ditawarkan bioskop Cinema XX1.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh perusahaan
(Suharsimi,1996:98). Dalam data-data diperoleh dari Bioskop XX1. Yang
meliputi sejarah pendirian, pemasaran dan promosi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh berasal dari:
1. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan daftar pertanyaan secara sistematis kepada para responden
yang menjadi sasaran kuesioner. Dalam penelitian ini, bentuk pertanyaan
jawaban sudah disediakan dan responden tinggal memilih jawaban yang
sudah dirumuskan dan sebagian bersifat terbuka, dimana responden
menjawabnya secara bebas sesuai dengan pengalamannya.
Kuesioner diberikan kepada Mahasiswa untuk mendapatkan data
tentang persepsi konsumen bioskop XX1 terhadap harapan dan kenyataan
dari Jasa Pelayanan dengan Pernyataan-pernyataan.
Pernyataan-pernyataan tersebut diberi alternatif jawaban 5 kategori untuk
harapan dengan skor jawaban 1 sampai 5, dan 5 kategori untuk kinerja
juga dengan skor jawaban 1 sampai 5 sesuai dengan Skala Likert yaitu :
. Sangat setuju = skor 5
Setuju = skor 4
Netral = skor 3
Tidak setuju = skor 2
Sangat tidak setuju = skor 1
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan
skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
G. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo,1999:115).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen bioskop Cinema
XX1.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono,2006:56). Sampel dalam penelitian ini adalah
konsumen bioskop Cinema XX1 di Universitas Sanata Dharma.
Penentuan jumlah sampel didasarkan pada rumus (Umar,2003:150):
2:
2
1
4
1
Z
E
n
Dimana:
n : Jumlah sampel
2 1 Z
: Batas luar daerah. Nilai 2 1 Z
adalah
sebesar 1,96. Angka ini didapat dari tabel t student,
karena pada kondisi dimana nilai deviasi standar rata-rata
tidak diketahui. Maka tabel-tabel tidak berdistribusi
normal langsung sehingga untuk jumlah populasi yang
tidak terbatas atau yang berjumlah besar akan mengikuti
E : Kasalahan maksimum yang mungkin dialami.
Dengan taraf signifikan () sebesar 5% dan kesalahan maksimum
yang mungkin dialami (E) adalah sebesar 10% sedangkan deviasi standar
rata-ratanya tidak diketahui, maka besarnya sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak:
21 , 0 : 96 , 1 4 1
n
= 96,04
Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampelnya adalah 96 orang dan
dibulatkan menjadi 100 orang.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sample yang digunakan adalah
purposive sampling dan accidental sampling. Purposive Sampling
maksudnya adalah suatu teknik pengambilan sampledengan pertimbangan
tertentu. Prosedur pelaksanaan sampling ini adalah dengan menawarkan
kepada calon responden yang sudah dinilai telah memenuhi kriteria yang
ditetapkan dan bersedia untuk menjadi reponden. Yakni : Responden yang
merupakan konsumen bioskop XX1 di Universitas Sanata Dharma.
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan membagikan kuisioner
kepada responden tanpa diundi. Adapun sampel yang diambil sebanyak
H. Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat
ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Paling tidak
yang dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas suatu instrument
pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data
yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran
(Umar,2005:58). Instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kuisioner. Validitas dapat diukur dengan menggunakan teknik korelasi
Product Moment, yakni sebagai berikut :
2 2 2 2N
r
N N xy Keterangan :rxy = Korelasi moment tangkar
X = nilai item
Y = nilai total item
N = banyaknya responden
Besarnya r dapat dihitung dengan menggunakan taraf signifikansi 5 %.
Jika pengukuran menunjukan hasil lebih besar / sama dengan taraf
signifikan 5%, maka item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika lebih kecil
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang
ditunjukan oleh instrument pengukuran (Umar,2005:57). Mencari
reliabilitas instrument yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan
rentangan antara beberapa nilai misalnya 0-10 atau 1-100 atau bentuk
skala 1-3, 1-5, atau 1-7 dapat menggunakan koefisien alpha dari Cronbach
(Umar,2003:96). Rumus ini dapat ditulis sebagai berikut :
t
b
r
II kk 22 1
1
Keterangan :
rII = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir penelitian
t
2 = varian total
∑ab2 = jumlah varian butir
Apabila nilai r hitung positif serta labih besar dari r table, maka berarti ada
korelasi yang nyata antara kedua variasi tersebut dan dapat dikatakan alat
pengukur yang digunakan valid. Tetapi apabila r hiting positif serta kurang
dari r table, maka alat penguku yang digunakan tidak valid.
I. Teknik Analisis Data
1. Untuk memecahkan masalah 1 mengenai karakteristik konsumen bioskop
a) Analisis Persentase
Analisis ini digunakan untuk menganalisis jawaban dari konsumen
yang telah ditunjuk sebagai responden dan untuk menjawab masalah
tentang karakteristik responden, antara lain: nama, jenis kelamin,
kebiasaan menonton, frekuensi menonton, dan rata-rata pengeluaran
dalam sebulan.
Rumus analisis persentase (sugiyono. 1993:63)
% 100
N nX P
Dimana:
P = jumlah persentase
nX = jumlah yang akan dianalisis
N = jumlah total
2. Untuk memecahkan masalah 2 mengenai tingkat kepuasan konsumen
terhadap jasa yang ditawarkan bioskop XX1 dengan cara
Mencari Indeks kepuasan konsumen (IKP) :
IKP = PP-EP
Indeks kepuasan konsumen diperoleh dari hasil pengurangan antara
percieve dengan expectation, sebab dengan rumus ini dapat diketahui
selisih antara kinerja / realita yang ada dengan harapan yang dibayangkan
untuk mengetahui seberapa besar kepuasan yang dirasakan konsumen
Adapun alternatif jawban yang disediakan untuk tiap item pertanyaan
adalah :
a. Alternatif jawaban untuk pertanyaan harapan (Expectation ) saat di
bioskop cinema XX1, yaitu :
Sangat Berharap = skor 5
Berharap = skor 4
Netral = skor 3
Tidak Berharap = skor 2
Sangat Tidak Berharap = skor 1
b. Alternatif jawaban untuk pertanyaan kinerja / realita (kenyataan)
(percieve) setelah menonton di bioskop cinema XX1, yaitu :
Sangat Setuju = skor 5
Setuju = skor 4
Netral = skor 3
Tidak Setuju = skor 2
Sangat Tidak Setuju = skor 1
Interpretasi dari kepuasan konsumen / pelanggan
- Skor harapan EP lebih besar dari skor kinerja / realita PP, maka
konsumen dapat dikatakan kurang puas, disimbolkan dengan
- Skor harapan EP sama dengan skor kinerja / realita PP, maka
konsumen dapat dikatakan puas, disimbolkan dengan tanda
(0)---(EP=PP= Puas)
- Skor harapan EP lebih kecil dari skor kinerja / realita PP, maka
konsumen dapat dikatakan sangat puas, disimbolkan dengan
tanda (+)---(EP<PP=Sangat Puas).
3. Untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara kepuasan
konsumen laki-laki dan perempuan yaitu dengan cara uji t untuk uji dua
sampel independen:
Langkah –langkah yang perlu diambil :
b) Menentukan hipotesis =
Ho : Tidak ada perbedan tingkat kepuasan mahasiswa laki-laki
dan perempuan.
Ha : Ada perbedan tingkat kepuasan konsumen mahasiswa
laki-laki dan perempuan.
c) Melakukan pengujian dengan rumus :
1 2 1 2
2 2
1 2
1 2
( ) ( )
t
x
x
s
s
n
n
m
m
- -
-=
+
Dimana :
x = rata-rata sampel
n = jumlah sampel
= rata-rata populasi
s (deviasi standar sampel) sebagai pengganti (deviasi standar
populasi) yang biasanya tidak diketahui.
Signifikan level () adalah 5 %
Ho diterima apabila : t hitung < t α,
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
1. Sejarah Cineplex
Bioskop 21 (Cineplex 21 Group) adalah jaringan bioskop terbesar
di Indonesia, dan merupakan pelopor jaringan cineplex di Indonesia.
Jaringan bioskop ini tersebar di beberapa kota besar di seluruh Nusantara
dan sebagian besar di antaranya terletak di dalam pusat perbelanjaan,
dengan film-film Hollywood dan Indonesia sebagai menu utama, dan
didukung oleh teknologi tata suara Dolby Digital dan THX.
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, Cineplex 21 Group
telah melakukan sejumlah pembenahan dan pembaharuan, di antaranya
adalah dengan membentuk jaringan bioskopnya menjadi 3 merek terpisah,
yakni Cinema 21, Cinema XXI, dan The Premiere untuk target pasar
berbeda.
Cinema XXI pertama kali didirikan di Plaza Indonesia
Entertainment X'nter, dengan 4 buah teater reguler dan 2 buah teater
Premiere. Cinema XXI yang diberi nama Studio XXI ini merupakan
satu-satunya Cinema XXI yang menggunakan sofa empuk di keseluruhan
studionya, dan memiliki sertifikat THX untuk semua studionya.
Mayoritas film yang diputar di Cinema XXI merupakan
film-film Hollywood, baik yang terbaru, ataupun yang telah tersimpan lama.
Namun beberapa XXI juga turut memutar film Indonesia, sesuai dengan
lokasi dan pasar pengunjung pusat perbelanjaan yang bersangkutan.
Beberapa Cinema 21 turut direnovasi menjadi Cinema XXI,
dengan penambahan karpet, perubahan desain, dan penggantian kursi
studio. Beberapa di antaranya adalah, Anggrek XXI, Karawaci XXI, BSM
XXI, Plaza Senayan XXI, Puri XXI, Djakarta XXI dan juga Megaria 21
yang diubah namanya menjadi Metropole XXI. Khusus untuk Plaza
Senayan XXI, renovasi yang dilakukan termasuk merombak total
keseluruhan gedung bioskop dan penambahan beberapa studio menjadi 8
studio reguler dan 2 buah studio Premiere. Perombakan total tersebut
memakan waktu hampir 7 bulan.
Setiap tahunnya, kemunculan Cinema XXI di kota-kota besar terus
meningkat, menggantikan kemunculan Cinema 21. Untuk ke depannya,
telah tercatat beberapa pusat belanja dan bisnis yang berencana membuka
gerai Cinema XXI, seperti Epicentrum Walk, Gandaria Mainstreet, dan
Kota Kasablanka. Tidak hanya itu, beberapa Cinema XXI maupun 21
masih terus melakukan pembenahan.
Perbedaan mencolok antara Cinema XXI dengan Cinema 21 adalah
dengan disediakannya sejumlah fasilitas seperti cafe, lounge, hingga ruang
2. Daftar Cinema XXI Cinema XXI Alamat Studio Reguler The Premiere Studio XXI eX
Plaza Indonesia Entertainment X'nter lt.2 Jl.
M.H. Thamrin, Jakarta Pusat 4 2
Gading XXI
Mal Kelapa Gading 3 lt.3 Jl. Boulevard
Kelapa Gading, Jakarta Utara 8 2
Pondok Indah 2 XXI
Mal Pondok Indah 2 lt.3 Jl. Metro Pondok
Indah, Jakarta Selatan 3 1
Djakarta Theatre XXI
Jl. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat 2 0
Senayan City XXI
Senayan City lt.5 Jl. Asia Afrika, Jakarta
Pusat 4 1
Ciwalk
XXI Cihampelas Walk, Bandung 8 2
BSM XXI Bandung Supermal Jl. Jend. Gatot
Soebroto, Bandung 5 0
Anggrek XXI
Mal Taman Anggrek lt.4 Jl. S.
Parman, Jakarta Barat 4 0
Plaza Senayan XXI
Plaza Senayan P5 Jl. Asia Afrika, Jakarta
Pusat 8 2
Serpong XXI
Mal Sumareccon Serpong Jl. Boulevard
Gading Serpong, Tangerang Selatan 6 0
Mega Bekasi XXI
Mega Bekasi Hypermall lt.5 Jl. A.
Yani, Bekasi 7 0
Sutos XXI Surabaya Town Square lt.2 Jl.
Adityawarman, Surabaya 6 0
Tunjungan XXI
Tunjungan Plaza lt.5 Jl. Basuki
Rahmat, Surabaya 4 0
Supermall XXI
Supermall Pakuwon Indah lt.1 Jl. Raya
Puncak Indah Lontar, Surabaya 5 0
Pluit Junction XXI
Pluit Junction lt.6 & 8 Jl. Pluit Raya, Jakarta
Utara 5 0
Platinum XXI
Gedung fX lt.7 Jl. Pintu Satu Gelora Bung
Karno, Jakarta Pusat 4 0
Botani
XXI Botani Square Lt. 2, Jl. Pajajaran, Bogor 6 0
Puri XXI Mal Puri Indah lt.2, Jakarta Barat 7 1
Metropole
XXI Jalan Pegangsaan No.21, Jakarta Pusat 6 0
BTC XXI Bandung Trade Center Lt. P-2/3, Bandung 5 0
Studio XXI Pasar Baru Square Lt.2, Jl. Jend.
Sudirman, Balikpapan 4 0
Emporium Pluit XXI
Emporium Pluit Mall Lt.5, Jl. Pluit Selatan
Raya, Jakarta Utara 4 2
Artha Gading XXI
Mal Artha Gading, Atrium Italy Lt.6, Jakarta
Utara 5 0
Plaza Indonesia XXI
Plaza Indonesia Extension Lt.6, Jl. M.H.
Thamrin, Jakarta Pusat 5 0
Pejaten Village XXI
Pejaten Village Lt. 3, Jl. Warung Buncit Jati
Barat No.39, Jakarta Selatan 5 0
Empire
XXI Jl. Urip Sumoharjo, Yogyakarta 6 0
Pluit Village XXI
Pluit Village Mall Lt. 4, Jl. Pluit Indah
Raya, Jakarta Utara 5 0
BSD XXI BSD Plaza Lt.2 BSD City Sektor
IV, Tangerang Selatan 4 0
PIM XXI Palembang Indah Mall Lt.3 Jl.Letkol
Iskandar, Palembang 6 0
CBD Ciledug XXI
CBD Ciledug Lantai Atas Jl.OS Cokroaminoto No. 93 Karang Tengah, Tangerang
7 0
Karawaci
XXI Supermal Karawaci Tangerang 7 1
Seasons City XXI
Seasons City Lantai 2 Jl. Latumenten Jakarta
Barat 4 0
E-Walk XXI
e-Walk Lt.1 Balikpapan Superblok
Pondok Indah 1 XXI
Mall Pondok Indah 1, lt. 2, Jakarta Selatan 6 0
Paragon
XXI Paragon Mall, lt. 3, Semarang 4 0
TIM XXI Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya
73, Jakarta 4 0
Epicentrum XXI
Epicentrum Walk Ground Floor Jl. H.R.
Rasuna Said, Jakarta 2 0
3. Sejarah XX1 Yogyakarta
Bioskop Cinema XX1 Yogyakarta, dikenal dengan nama Empire
XX1, merupakan bioskop baru yang satu grup dengan Studio 21. Bioskop
yang terletak di Jalan Urip Soemoharjo No.104 Yogyakarta, ini adalah
bioskop kelas Empire XXI yang ketujuh di Indonesia. Sebanyak enam
Empire sebelumnya berlokasi di Jakarta, Surabaya, Bekasi, dan Batam.
Lokasi Empire yang mempunyai enam studio (1.244 kursi) ini,
persis di tempat yang tahun 1990-an lalu berdiri Empire 21 yang ludes
terbakar.
Mengadopsi sistem di Empire sebelumnya, dijalankan juga
pelayanan pemesanan tiket via telepon. Namun, pemesanan tersebut hanya
diperuntukkan bagi mereka yang sudah terdaftar sebagai anggota
(member) dan minimal mempunyai deposit uang Rp 150.000.
Dibukanya Empire ini juga beranjak dari kebutuhan menonton
masyarakat Yogya semakin tinggi. Dengan lima studio di Studio 21
Amplaz, kami rasa kurang karena banyak film yang tidak sempat diputar,”
B. Operasional dan Pemasaran
Bioskop ini dalam pemasaran melakukan pemasaran secara langsung
dengan menyediakan tiket di dalam gedung bioskop yang terdapat di loket-loket
yang ada.
Untuk melengkapi kenyamanan para penonton, kini telah diluncurkan
pemesanan tiket melalui SMS dan website.
C. Perkembangan XX1
Beberapa Perkembangan terus dilakukan oleh Cineplex 21 Group diantaranya :
1. The Premier
Ditargetkan untuk pecinta film yang menginginkan fasilitas yang
lebih mewah, terdapat pulaThe Premiere, suatu konsep bioskop yang
diperlengkapi dengan segala kemewahan yang ada, termasuk di
dalamnyalobbykhusus, kursi khusus layaknya kelas bisnis di dalam
sebuah pesawat, dan juga selimut serta kemewahan-kemewahan lainnya.
The Premiere hingga saat ini baru hadir di beberapa Cinema XXI,
yaitu EX Plaza Indonesia, Plaza Senayan, Supermal Karawaci, Senayan
City, Pondok Indah, Emporium Pluit, Puri dan Gading di Jakarta serta
Tangerang yang mematok harga Rp 50,000 - 100,000.
Bandung merupakan kota pertama yang menghadirkan The
Premiere di luar Jakarta. Dibuka pada tanggal 1 Mei 2009, The Premiere
2. Mobile Ticketing
Untuk melengkapi kenyamanan para penonton, kini telah
diluncurkan sistemmobile ticketing(MTix), untuk pemesanan tiket
melalui SMS dan website.
Untuk saat ini, MTix hanya tersedia di sebagian besar Cinema XXI
dan Cinema 21. Penonton yang ingin menggunakan fasilitas ini diharuskan
mendatangi loket Cinema XXI atau 21 yang bersangkutan untuk proses
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab V ini membahas hasil pengumpulan data dan pengolahan data
beserta pembahasannya. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, dilakukan
dengan menyebar kuisoner yang dibagikan kepada mahasiswa Universitas Sanata
Dharma yang pernah menonton di bioskop cinema XX1. Kuisoner ini berisikan
pertanyaan-pertanyaan mengenai bukti langsung, keandalan, daya Tanggap,
jaminan , empati. Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah
skala likert. Kuisoner mulai diedarkan pada bulan maret 2010.
A. Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan di Universitas Sanata Dharma, di mana peneliti
menyebar kuesioner kepada mahasiswa yang pernah menonton di bioskop
Cinema XX1 di jl. Urip Soemohardjo No. 104. Sampel diambil dengan cara non
probability samplingdengan teknik purposive samplingsebanyak 100 orang
Pada penelitian ini, karakteristik yang akan diteliti meliputi jenis kelamin,
kebiasaan menonton, pengeluaran rata-rata per Bulan, dan frekuensi kunjungan
menonton, penulis akan menyajikan data dalam bentuk distribusi skor/frekuensi
sebagai berikut:
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 100 responden yang diteliti, jika ditinjau dari jenis kelamin diperoleh
distribusi: 50 responden (50%) berjenis kelamin pria, dan 50 responden
(50%) berjenis kelamin perempuan. Distribusi responden dapat dilihat
dalam tabel V.1.
Tabel V.1.
Distribusi Skor Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
Pria Wanita 50 50 50 50
Jumlah 100 100
Sumber: Data primer yang diolah
2. Berdasarkan kebiasaan menonton
Dari 100 responden yang diteliti, jika ditinjau dari usia diperoleh
distribusi: 9 responden (9%) menonton sendiri, 30 responden (30%)
dengan pacar, 43 responden menonton dengan teman (43%), 18 responden
(18%) menonton dengan keluarga. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden yang diteliti memiliki kebiasaan
menonton bersama teman. Distribusi responden dapat dilihat dalam tabel
V.2.
Tabel V.2.
Distribusi Skor Kebiasaan Menonton
Usia Jumlah (orang) Presentase(%)
Sendiri saja Dengan pacar Dengan teman Dengan Keluarga 9 30 43 18 9 30 43 18
Jumlah 100 100
3. Berdasarkan Pengeluaran Rata-rata per Bulan
Dari 100 responden yang diteliti, jika ditinjau dari Pengeluaran rata-rata
per Bulan : 21 responden (21%) mempunyai pengeluaran rata-rata
perbulan < Rp.500.000,00; 52 responden (52%) mempunyai pengeluaran
rata-rata perbulan Rp.500.000,00 - Rp.749.000,00; 21 responden (21%)
mempunyai pengeluaran rata-rata perbulan Rp.750.000,00
-Rp.999.000,00; 5 responden (5%) mempunyai pengeluaran rata-rata
perbulan Rp.1.000.000,00 - Rp.1.500.000,00 1 responden (1%)
mempunyai pengeluaran rata-rata perbulan > Rp. 1.500.000,00; Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yang diteliti
mempunyai pengeluaran rata-rata perbulan Rp.500.000,00
- Rp.749.000,00. Distribusi responden dapat dilihat dalam tabel V.3.
Tabel V.3
Distribusi Skor Pengeluaran Rata-rata per Bulan
Pengeluaran (Rp) Jumlah (orang) Presentase(%)
< 500.000
500.000–749.000
750.000–999.000
1.000.000 – 1.500.000
>1.500.000
21
52
21
5
1
21
52
21
5
1
Jumlah 100 100
4. Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ke bioskop Cinema XX1
Dari 100 responden yang diteliti, jika ditinjau dari frekuensi kunjungan ke
bioskop XX1 selama 2 bulan terakhir diperoleh distribusi: 2 – 4 kali
sebanyak 64 responden (64%), 5 – 7 kali sebanyak 36 responden (36%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
yang diteliti pernah menonton di bioskop cinema XX1 2 – 4 kali.
Distribusi responden dapat dilihat dalam tabel V.4.
Tabel V.4
Distrbusi skor menonton
Selama 2 bulan terakhir
Menonton Jumlah (orang) Presentase(%)
2 – 4 kali
5 – 7kali
8 – 10kali
> 10 kali
64
36
0
0
64
36
0
0
Jumlah 100 100
Sumber: Data primer yang diolah
B. Pengujian Validitas dan Realibiltas
1. Hasil Pengujian Validitas
Validitas merupakan tingkat dimana suatu alat pengukur dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Dari hasil uji validitas terhadap
item-item pernyataan dengan taraf signifikan 5% menunjukkan semua
Tanggap, jaminan , empati dinyatakan valid atau sahih, hal ini dapat
dillihat dari beberapa tabel di bawah.
Berikut ini tabel analisis uji validitas untuk variabel Bukti
Langsung, Keandalan, Daya tanggap, Jaminan, dan Empati sebagai
berikut :
Tabel V.5
Uji Validitas Atribit Jasa di Bioskop Cinema XX1
Butir No. Korelasi
Product Moment
R tabel Status
Bukti Langsung 1_H 0,642 0,196 VALID
Bukti Langsung 1_K 0,385 0,196 VALID
Bukti Langsung 2_H 0,786 0,196 VALID
Bukti Langsung 2_K 0,592 0,196 VALID
Bukti Langsung 3_H 0,547 0,196 VALID
Bukti Langsung 3_K 0,600 0,196 VALID
Bukti Langsung 4_H 0,571 0,196 VALID
Bukti Langsung 4_K 0,568 0,196 VALID
Bukti Langsung 5_H 0,697 0,196 VALID
Bukti Langsung 5_K 0,665 0,196 VALID
Keandalan1_H 0,614 0,196 VALID
Keandalan1_K 0,564 0,196 VALID
Keandalan2_H 0,660 0,196 VALID
Keandalan3_H 0,533 0,196 VALID
Keandalan3_K 0,576 0,196 VALID
Daya Tanggap1_H 0,333 0,196 VALID
Daya Tanggap1_K 0,594 0,196 VALID
Daya Tanggap2_H 0,535 0,196 VALID
Daya Tanggap2_K 0,593 0,196 VALID
Daya Tanggap3_H 0,387 0,196 VALID
Daya Tanggap3_K 0,507 0,196 VALID
Jaminan1_H 0,552 0,196 VALID
Jaminan1_K 0,445 0,196 VALID
Jaminan2_H 0,667 0,196 VALID
Jaminan2_K 0,458 0,196 VALID
Jaminan3_H 0,269 0,196 VALID
Jaminan3_K 0,357 0,196 VALID
Jaminan4_H 0,661 0,196 VALID
Jaminan4_K 0,532 0,196 VALID
Jaminan5_H 0,477 0,196 VALID
Jaminan5_K 0,294 0,196 VALID
Empati1_H 0,412 0,196 VALID
Empati1_K 0,292 0,196 VALID
Empati2_H 0,447 0,196 VALID
Empati2_K 0,567 0,196 VALID
Berdasarkan tabel V.5 bisa dilihat bahwa dari semua butir
pernyataan yang digunakan untuk mencari data mengenai variabel Bukti
Langsung, Keandalan, Daya tanggap, Jaminan, dan Empati memilliki nilai
Nilai rhitung lebih besar dari Nilai rtabel (rhitung> rtabel).
Maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan untuk
variabel-variabel tersebut dinyatakan valid/sahih.
1. Hasil Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) adalah instrumen yang dipakai untuk
menunjukan apakah hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran
diulangi dua kali atau lebih. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau andal
bila rhitung lebih besar dari Nilai rtabel (rhitung> rtabel). Hasil pengujian
reliabilitas untuk semua item variabel penelitian dapat dlihat dibawah :
Tabel V.6
Uji Reabilitas
Variabel R hitung R tabel Status
Bukti langsung 0,753 0,196 VALID
Keandalan 0,742 0,196 VALID
Daya Tanggap 0,731 0,196 VALID
Jaminan 0,723 0,196 VALID
Empati 0,742 0,196 VALID
Berdasarkan tabel V.6 diperoleh rhitung untuk variabel Bukti
langsung sebesar 0,753, untuk variabel sebesar Keandalan 0,742, untuk
variabel Daya tanggap sebesar 0,731, untuk variabel Jaminan sebesar
0,723, dan untuk variabel Empati sebesar 0,742. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa rhitung lebih besar dari rtabel sebesar 0,196.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh butir
pernyataan dalam kuesioner ini dapat digunakan karena reliabel.
C. Analisis Kepuasan Konsumen
Analisis kepuasan konsumen digunakan untuk memecahkan masalah ke-2
mengenai tingkat kepuasan konsumen terhadap Atribut jasa yang ditawarkan
bioskop XX1 dengan cara mencari Indeks kepuasan pelanggan (IKP) :
IKP = PP-EP
Indeks kepuasan diperoleh dari hasil pengurangan antara PP atau
kenyataan (perceive)dengan EP atau harapan (expectation), sebab dengan rumus
ini dapat diketahui selisih antara kinerja / realita yang ada dengan harapan
yang dibayangkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan yang
1. Kepuasan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat data mengenai Indeks Kepuasan
Mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
Tabel V.7
Tingkat Kepuasan Mahasiswa
Item Kenyataan Harapan Perbedaan IKP
Bl1 4,03 4,41 -0,38 Kurang Puas
Bl2 3,36 4,52 -1,16 Kurang Puas
Bl3 4,14 4,52 -0,38 Kurang Puas
Bl4 4,15 4,51 -0,36 Kurang Puas
Bl5 4,13 4,53 -0,40 Kurang Puas
Bukti Langsung 3,96 4,49 -0,53 Kurang Puas
Andal1 4,14 4,57 -0,43 Kurang Puas
Andal2 3,90 4,48 -0,58 Kurang Puas
Andal3 3,82 4,48 -0,66 Kurang Puas
Keandalan 3,95 4,51 -0,55 Kurang Puas
DT1 3,87 4,61 -0,74 Kurang Puas
DT2 3,81 4,38 -0,57 Kurang Puas
DT3 3,67 4,6 -0,93 Kurang Puas
Daya Tanggap 3,78 4,53 -0,74 Kurang Puas
Jam1 3,80 4,49 -0,69 Kurang Puas
Jam2 4,15 4,49 -0,34 Kurang Puas
Jam3 4,02 4,44 -0,42 Kurang Puas
Jam4 3,98 4,33 -0,35 Kurang Puas
Jam5 4,33 4,47 -0,14 Kurang Puas
Jaminan 4,05 4,44 -0,38 Kurang Puas
Em1 4,09 4,57 -0,48 Kurang Puas
Em2 3,98 4,50 -0,52 Kurang Puas
Empati 4,03 4,53 -0,50 Kurang Puas
TOTAL 3,96 4,49 -0,52 Kurang Puas
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa keseluruhan butir
pertanyaan menghasilkan angka negatif, ini menunjukan bahwa
ditawarkan bioskop Cinema XX1 kurang memuaskan. Dari tabel di atas
dapat dilihat angka tertinggi adalah –0,14 yaitu pada variabel jaminan
pada butir ke 5 yang berkaitan dengan kecepatan akses film Box Office
yang diputar di bioskop Cinema XX1, sedangkan nilai terendah
-1,16 yang terdapat pada variabel bukti langsung butir ke-2 yaitu
penilaian tentang area parkir yang berarti area parkir yang disediakan
bioskop Cinema XX1 kurang memuaskan / kurang memadai.
Dari keseluruhan butir dapat di lihat bahwa Kepuasan
mahasiswa tertinggi terdapat pada aspek jaminan yang diberikan
bioskop XX1 yang berarti mahasiswa merasa jaminan yang diberikan
bioskop dapat dirasakan dengan baik dan jika diurutkan menurut
Tingkat Kepuasannya maka didapati aspek empati, bukti langsung,
keandalan, dan daya tanggap. Dapat dikatakan bahwa Mahasiswa
merasa kurang puas terhadap sikap empati yang ditunjukan bioskop,
kurang puas terhadap fasilitas fisik yang diberikan bioskop, kurang puas
terhadap kemampuan dan pengetahuan karyawan bioskop, dan paling
tidak puas terhadap respon karyawan saat melayani konsumen
2. Kepuasan Mahasiswa Laki-laki Universitas Sanata Dharma
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat data mengenai Indeks Kepuasan
Konsumen Mahasiswa Laki-laki Universitas Sanata Dharma.
Tabel V.8
Tingkat Kepuasan
Mahasiswa Laki-laki
Item Kenyataan Harapan Perbedaan IKP
Bl1 4,24 4,38 -0,14 Kurang Puas
Bl2 3,58 4,50 -0,92 Kurang Puas
Bl3 4,30 4,60 -0,30 Kurang Puas
Bl4 4,40 4,64 -0,24 Kurang Puas
Bl5 4,28 4,64 -0,36 Kurang Puas
Bukti Langsung 4,16 4,55 -0,39 Kurang Puas
Andal1 4,34 4,56 -0,22 Kurang Puas
Andal2 3,98 4,48 -0,50 Kurang Puas
Andal3 3,94 4,54 -0,60 Kurang Puas
Keandalan 4,08 4,52 -0,44 Kurang Puas
DT1 4,18 4,58 -0,40 Kurang Puas
DT2 3,9 4,34 -0,44 Kurang Puas
DT3 3,80 4,60 -0,80 Kurang Puas
Daya Tanggap 3,96 4,50 -0,54 Kurang Puas
Jam1 3,92 4,36 -0,44 Kurang Puas
Jam2 4,36 4,46 -0,10 Kurang Puas
Jam3 4,06 4,36 -0,30 Kurang Puas
Jam4 4,06 4,42 -0,36 Kurang Puas
Jam5 4,50 4,50 0,00 Puas
Jaminan 4,18 4,42 -0,24 Kurang Puas
Em1 4,28 4,50 -0,22 Kurang Puas
Em2 4,08 4,56 -0,48 Kurang Puas
Empati 4,18 4,53 -0,35 Kurang Puas
TOTAL 4,12 4,50 -0,37 Kurang Puas
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya 1 butir
pertanyaan menghasilkan angka tidak negatif yaitu 0 menunjukan
menunjukan bahwa penilaian responden laki-laki terhadap keseluruhan
atribut jasa yang ditawarkan bioskop Cinema XX1 kurang memuaskan.
Dari tabel di atas dapat dilihat angka tertinggi adalah 0 yaitu pada variabel
jaminan pada butir ke 5 yang berkaitan dengan kecepatan akses film Box
Office yang diputar di bioskop Cinema XX1 ini menunjukan konsumen
laki-laki puas terhadap film-film box officeyang diputar, sedangkan nilai
terendah -0,92 yang terdapat pada variabel bukti langsung butir ke-2 yaitu
penilaian tentang area parkir yang berarti area parkir yang disediakan
bioskop Cinema XX1 kurang memuaskan / kurang memadai.
Dari keseluruhan butir dapat di lihat bahwa Kepuasan mahasiswa
laki-laki tertinggi terdapat pada aspek jaminan yang diberikan bioskop
XX1 yang berarti mahasiswa laki-laki merasa jaminan yang diberikan
bioskop dapat dirasakan dengan baik dan jika diurutkan menurut Tingkat
Kepuasannya maka didapati aspek empati, bukti langsung, keandalan, dan
daya tanggap. Dapat dikatakan bahwa Mahasiswa laki-laki merasa kurang
puas terhadap sikap empati yang ditunjukan bioskop, kurang puas
terhadap fasilitas fisik yang diberikan bioskop, kurang puas terhadap
kemampuan dan pengetahuan karyawan bioskop, dan paling tidak puas
terhadap respon karyawan saat melayani konsumen (Mahasiswa).
3. Kepuasan Mahasiswa Perempuan Universitas Sanata Dharma
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat data mengenai Indeks Kepuasan
Tabel V.9
Tingkat Kepuasan Mahasiswa Perempuan
Item Kenyataan Harapan Perbedaan IKP
Bl1 3,82 4,44 -0,62 Kurang Puas
Bl2 3,14 4,54 -1,40 Kurang Puas
Bl3 3,98 4,44 -0,46 Kurang Puas
Bl4 3,90 4,38 -0,48 Kurang Puas
Bl5 3,98 4,42 -0,44 Kurang Puas
Bukti Langsung 3,76 4,44 -0,68 Kurang Puas
Andal1 3,94 4,58 -0,64 Kurang Puas
Andal2 3,82 4,48 -0,66 Kurang Puas
Andal3 3,7 4,42 -0,72 Kurang Puas
Keandalan 3,82 4,49 -0,67 Kurang Puas
DT1 3,56 4,64 -1,08 Kurang Puas
DT2 3,72 4,42 -0,70 Kurang Puas
DT3 3,54 4,60 -1,06 Kurang Puas
Daya Tanggap 3,60 4,55 -0,94 Kurang Puas
Jam1 3,68 4,62 -0,94 Kurang Puas
Jam2 3,94 4,52 -0,58 Kurang Puas
Jam3 3,98 4,52 -0,54 Kurang Puas
Jam4 3,90 4,24 -0,34 Kurang Puas
Jam5 4,16 4,44 -0,28 Kurang Puas
Jaminan 3,93 4,46 -0,53 Kurang Puas
Em1 3,90 4,64 -0,74 Kurang Puas
Em2 3