• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERTAS KERJA PERSEORANGAN (KKP)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

1

RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA

APARATUR DALAM PENYUSUNAN PRODUK HUKUM

DAERAH PADA BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

DAERAH KABUPATEN SLEMAN

OLEH :

PESERTA

No. 33 / Diklatpim III / VIII / DIY / 2013

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN VIII

YOGYAKARTA 2013

(2)

2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pelaksanaan otonomi daerah yang diawali dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah beserta segala peraturan pelaksanaannya merupakan wujud reformasi penyelenggaraan negara untuk mendorong terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia yaitu masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maka terjadi pergeseran paradigma sistem pemerintahan yang sangat fundamental, dimana daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah yang secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter, fiskal nasional, dan agama. Adapun urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 16 (enam belas) urusan yaitu : perencanaan dan

(3)

pengendalian pembangunan; perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan prasarana umum; penanganan bidang kesehatan; penganggulangan masalah sosial; pelayanan bidang ketenagakerjaan; fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah; pengendalian lingkungan hidup; pelayanan pertanahan; pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; pelayanan administrasi umum pemerintahan; pelayanan administrasi penanaman modal, penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Dalam Pasal 1 UU Nomor 32 Tahun 2004, disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangan. Kewenangan daerah berasal dari dua sumber, yakni otonomi daerah dan tugas pembantuan. Kewenangan yang diberikan kepada daerah memberikan konsekuensi yang cukup berat bagi daerah dalam mengatur rumah tangganya sendiri karena semua kegiatan pemerintahan harus segera dibuatkan suatu produk hukum daerah. Penyusunan produk hukum daerah berdasarkan otonomi daerah adalah produk hukum daerah yang bersumber dari kewenangan atribusi, sementara produk hukum daerah yang muncul dari tugas pembantuan adalah produk hukum daerah yang bersumber dari kewenangan delegasi.

Produk-produk hukum daerah harus senantiasa dibenahi agar sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan seiring dengan upaya perbaikan tatanan

(4)

4

perekonomian, menegakkan kesadaran hukum, kebenaran, keadilan, hak asasi manusia, dan sebagainya guna mendukung percepatan pembangunan. Oleh karena itu pembentukan produk hukum daerah yang baik dan benar serta berkualitas diperlukan mulai dari tata cara penyusunannya sampai dengan penetapannya, baik produk hukum daerah yang berasal dari eksekutif maupun yang berasal dari hak inisiatif legislatif (DPRD) berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Hal ini tentu saja membutuhkan dukungan aparatur daerah yang berkualitas, profesional dan handal di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.

Aparatur di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan sebagai unsur aparat pemerintah pada dasarnya bekerja dan mengabdi untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian aparatur tersebut sesungguhnya harus dapat dipandang sebagai suatu mata rantai hubungan aparat pemerintah dan masyarakat. Dalam posisi yang demikian, tugas pemerintah adalah untuk merealisasikan kebijakan dalam bentuk peraturan perundang-undangan/produk hukum dan dilakukan secara konsisten dalam rangka mewujudkan kepentingan masyarakat luas, yang berarti pula dalam melaksanakan tugasnya, pemerintah harus mampu menerjemahkan aspirasi yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Sumber daya aparatur memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan program-program pemerintahan. Oleh karena itu upaya pembangunan dan pembinaan sumber daya aparatur daerah di bidang hukum lebih diarahkan agar mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan tuntutan perkembangan tingkat kemajuan pembangunan di berbagai bidang sehingga tercipta penegakan hukum, ketertiban dan kepastian hukum serta memperlancar pelaksanaan pembangunan di daerah.

(5)

B. Isu Aktual

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sleman Tahun 2011-2015, dapat ditentukan isu-isu aktual yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi penyusun sebagai Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman yaitu sebagai berikut:

1. Kurangnya produk hukum yang dapat memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan;

2. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman hukum aparatur pemerintah, perangkat desa/kelurahan serta warga masyarakat;

3. Belum optimalnya Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi (SJDI) Hukum serta sarana dan prasarana hukum.

Dari ketiga isu aktual tersebut di atas, isu aktual yang dipilih adalah nomor urut 1 yaitu kurangnya produk hukum yang dapat memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan. Selanjutnya untuk memvalidasi pemilihan isu aktual tersebut maka dilakukan dengan teknik analisis APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Layak) sebagai berikut:

1. Aktual, karena penyusunan produk hukum daerah merupakan isu yang sedang terjadi saat ini dan rutin terjadi setiap tahun.

2. Problematik, karena dalam penyusunan produk hukum daerah saat ini masih banyak menemukan kendala-kendala, khususnya kendala di bidang kualitas sumber daya aparatur perancang produk hukum daerah yang kurang memadai.

3. Kekhalayakan, karena penyusunan produk hukum daerah ini menyangkut kepentingan dan hajat hidup orang banyak yaitu seluruh masyarakat yang ada di wilayah Kabupaten Sleman.

(6)

6

4. Layak, karena penyusunan produk hukum daerah merupakan hal yang realistis dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi penyusun sebagai Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman untuk meningkatkan kinerja penyusunan produk hukum daerah.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dalam organisasi serta tema Diklat Pim III Angkatan VIII Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Daerah DIY Tahun 2013 yaitu “Membangun World Class Governance Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Pembangunan Berkelanjutan dan Peningkatan Kesadaran Berbangsa dan Berbudaya”, penyusunan Kertas Kerja Perseorangan ini mengambil judul yaitu “Rencana Kerja Peningkatan Kinerja Aparatur Dalam Penyusunan Produk Hukum Daerah Pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman”.

C. Visi dan Misi Organisasi

1. Visi

Visi adalah gambaran masa depan yang akan dicapai berupa keadaaan yang lebih baik dari kondisi sekarang. Pengertian visi menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN-RI) adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh instansi pemerintah. Visi ditetapkan dengan tujuan untuk mengarahkan organisasi pada tujuan yang hendak dicapai.

Dalam Rencana Strategis Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2015 telah ditetapkan visi Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman yang ingin dicapai yaitu “mewujudkan ketertiban, ketenangan dan ketenteraman masyarakat, penyelenggara pemerintahan yang

(7)

konstitusional, tinggi kadar kesadaran hukumnya serta menghormati dan menjunjung tinggi hukum”.

2. Misi

Visi Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi yang diharapkan agar seluruh anggota organisasi, semua pemangku kebijakan dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenali keberadaan, peran dan fungsi Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman. Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN-RI), misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui penerapan strategi yang telah dipilih. Adapun misi Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman adalah :

a. Mengkoordinasikan perumusan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati, Keputusan Bupati dan Instruksi Bupati, menelaah dan mengevaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan serta menyiapkan bahan Rancangan Peraturan Daerah;

b. Mengadakan penyuluhan hukum serta menyiapkan bahan pertimbangan dan bantuan hukum kepada semua unsur Pemerintah Daerah terhadap masalah hukum yang timbul dalam pelaksanaan tugas;

c. Menghimpun peraturan perundang-undangan, melakukan publikasi produk hukum dan melakukan dokumentasi hukum.

D. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan

(8)

8

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sleman, disebutkan bahwa Bagian Hukum merupakan salah satu Bagian yang berada di bawah Asisten Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman.

Sedangkan dalam Peraturan Bupati Sleman Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dan Staf Ahli Bupati Sleman, dijelaskan bahwa Bagian Hukum mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut (tabel 1) :

Tabel 1.

Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman ( L. 1 )

No Tugas Pokok dan Fungsi

1.

2.

Tugas Pokok :

Bagian Hukum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Asisten Pemerintahan dalam mengoordinasikan perumusan kebijakan, pembinaan dan pengendalian kegiatan di bidang peraturan perundang-undangan, bantuan hukum dan pengkajian, dokumentasi dan evaluasi produk hukum.

Fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dan administratif di bidang peraturan perundang-undangan, bantuan hukum dan pengkajian, dokumentasi dan evaluasi produk hukum;

b. pengoordinasian pelaksanaan kegiatan di bidang peraturan perundang-undangan, bantuan hukum dan pengkajian, dokumentasi dan evaluasi produk hukum;

c. pembinaan penyelenggaraan kegiatan di bidang peraturan perundang-undangan, bantuan hukum dan pengkajian, dokumentasi dan evaluasi produk hukum;

d. pemantauan, evaluasi dan pengendalian kegiatan di bidang peraturan perundang-undangan, bantuan hukum dan pengkajian, dokumentasi dan evaluasi produk hukum.

E. Tujuan Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang dirumuskan berdasarkan tugas pokok dan fungsi Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman. Oleh karena itu peran, fungsi dan kedudukan pokok yang melekat pada Bagian Hukum tidak bisa lepas dari tugas

(9)

pokok dan fungsi tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi sangat penting untuk dicapai sebagai upaya mewujudkan kepemerintahan yang baik yang mengedepankan prinsip transparansi, partisipasi, efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dirumuskan tujuan jangka panjang (L.2) yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut (Tabel 2):

Tabel 2.

Tujuan Jangka Panjang Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman ( L. 2 )

No Tujuan Jangka Panjang

1. Meningkatkan pelayanan dan informasi tentang produk hukum daerah 2. Meningkatkan kualitas produk hukum daerah

3. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap produk hukum daerah

Untuk memilih tujuan jangka panjang prioritas tersebut maka digunakan Teknik Analisis Manajemen (TAM) yaitu teknik USG (Urgency, Seriousness, Growth) yang dilakukan dengan cara menentukan skor tiap tujuan berdasarkan urgensi, keseriusan dan tingkat berkembangnya masalah dengan skala nilai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sebagai berikut :

1. Angka 5 memiliki USG yang relatif sangat tinggi 2. Angka 4 memiliki USG yang relatif tinggi

3. Angka 3 memiliki USG yang relatif cukup tinggi 4. Angka 2 memiliki USG yang relatif rendah

(10)

10

Hasil analisis USG tersebut kemudian disajikan ke dalam tabel sebagai berikut (Tabel 3) :

Tabel 3.

USG Tujuan Jangka Panjang Prioritas

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman

No Tujuan Jangka Panjang U S G Total

1. Meningkatkan pelayanan dan informasi tentang produk hukum daerah

4 4 4 12 2. Meningkatkan kualitas produk hukum

daerah

5 4 5 14

3. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap produk hukum daerah

4 4 3 11 Tujuan prioritas : nomor 2

Meningkatkan kualitas produk hukum daerah

Dari hasil analisis USG tersebut di atas dapat dilihat bahwa tujuan jangka panjang prioritas adalah nomor 2 dengan total nilai USG 14, sedangkan di urutan kedua adalah nomor 1 dengan total nilai USG 12, dan urutan ketiga adalah nomor 3 dengan total nilai USG 11. Pemilihan tujuan jangka panjang tersebut juga didasarkan pada pertimbangan bahwa saat ini kualitas produk hukum daerah perlu untuk terus ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan guna penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Dalam penyusunan produk hukum daerah harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai, memperhatikan efektifitas bagi masyarakat dari segi filosofis, yuridis, maupun sosiologis, serta benar-benar bermanfaat dan dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk itu perlu dilakukan upaya agar pembentukan produk hukum daerah dapat berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan.

(11)

F. Tujuan Jangka Pendek, Indikator Kinerja dan Perolehan Informasi 1. Tujuan Jangka Pendek

Tujuan jangka panjang yang sudah ditetapkan tersebut selanjutnya dapat dijabarkan ke dalam beberapa tujuan jangka pendek. Tujuan jangka pendek tersebut harus dapat direalisasikan dalam periode 1 (satu) tahun mendatang yaitu sebagai berikut (Tabel 4) :

Tabel 4.

Tujuan Jangka Pendek Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman ( L. 3 )

No Tujuan Jangka Pendek

1. Meningkatnya kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah 2. Meningkatnya peran serta masyarakat (stake holder) dalam penyusunan

produk hukum daerah

3. Meningkatnya koordinasi dengan instansi terkait dalam penyusunan produk hukum daerah

Untuk menentukan prioritas tujuan jangka pendek, digunakan teknik USG (Urgency, Seriousness, Growth) dengan cara menentukan skor tiap tujuan berdasarkan urgensi, keseriusan dan tingkat berkembangnya masalah dengan skala nilai 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) sebagai berikut :

a. Angka 5 memiliki USG yang relatif sangat tinggi b. Angka 4 memiliki USG yang relatif tinggi

c. Angka 3 memiliki USG yang relatif cukup tinggi d. Angka 2 memiliki USG yang relatif rendah

e. Angka 1 memiliki USG yang relatif sangat rendah

Hasil analisis USG tersebut kemudian disajikan ke dalam tabel sebagai berikut (Tabel 5):

(12)

12

Tabel 5.

USG Tujuan Jangka Pendek Prioritas

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman

No Tujuan Jangka Pendek U S G Total

1. Meningkatnya kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah

5 4 4 13

2. Meningkatnya peran serta masyarakat (stake holder) dalam penyusunan produk hukum daerah

4 3 3 10

3. Meningkatnya koordinasi dengan instansi terkait dalam penyusunan produk hukum daerah

4 4 3 11

Tujuan prioritas : Nomor 1

Meningkatnya kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah

Berdasarkan analisis USG di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan jangka pendek nomor 1 yaitu “Meningkatnya kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah” memperoleh skor USG tertinggi sehingga menjadi tujuan jangka pendek prioritas. Hal ini juga berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: a. Salah satu indikator yang ada di dalam RPJMD Kabupaten Sleman tahun

2011-2015 adalah pembentukan produk hukum daerah sesuai dengan kebutuhan.

b. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman yaitu mengoordinasikan perumusan kebijakan, pembinaan dan pengendalian kegiatan di bidang peraturan perundang-undangan, bantuan hukum dan pengkajian, dokumentasi dan evaluasi produk hukum.

c. Kebutuhan produk hukum daerah sebagai tindak lanjut peraturan perundang-undangan pusat serta dinamika hukum yang terjadi di masyarakat menuntut kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah.

(13)

Adapun produk hukum daerah di Kabuputen Sleman yang masih berlaku saat ini, terdapat beberapa peraturan yang harus segera disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan pusat. Hal ini terjadi karena :

a. Telah terbitnya peraturan perundang-undangan pusat yang baru sehingga menuntut daerah untuk segera menyesuaikan dengan produk hukum baru tersebut.

b. Peraturan perundang-undangan daerah yang sudah tidak sesuai dengan kondisi dan dinamika yang terjadi di masyarakat.

c. Masih kurangnya jumlah legal drafter sebagai personil yang merumuskan dan mengkaji produk hukum daerah.

d. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung yang dapat lebih meningkatkan proses perumusan dan pengkajian produk hukum daerah daerah.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kinerja penyusunan produk hukum daerah di Kabupaten Sleman masih belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat berpengaruh langsung terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dalam setiap pelaksanaan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah perlu adanya landasan operasional. Dengan ketersedian perangkat hukum sebagai landasan operasional kegiatan pemerintahan diharapkan akan mendukung terlaksananya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

2. Indikator Kinerja

Untuk mengetahui dan mengukur sasaran prioritas dibutuhkan standar / tolok ukur atau sering disebut sebagai indikator. Indikator adalah satuan, variabel, besaran-besaran yang dapat dikuantitatifkan sebagai petunjuk alat ukur yang dipergunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Indikator bisa

(14)

14

berupa jumlah, persentase, frekuensi, waktu dan lain-lain menurut satuan ukuran tertentu.

Penggunaan indikator kinerja harus memiliki syarat SMART antara lain yaitu S = Specific artinya bersifat khusus/khas dan sederhana, M = Measurable

artinya dapat diukur, A = Achievable artinya dapat dicapai/dikerjakan, R =

Relevant artinya bersifat logis/masuk akal sesuai dengan ketentuan peraturan dan T = Time Related artinya dimensi waktunya jelas.

Adapun indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Jumlah aparatur yang trampil dalam penyusunan produk hukum daerah Indikator ini digunakan untuk mengetahui jumlah aparatur yang memiliki kompetensi dan ketrampilan memadai dalam penyusunan dan perancangan produk hukum daerah, satuan indikator kinerjanya adalah orang.

b. Jumlah rancangan produk-produk hukum daerah

Indikator ini digunakan untuk mengukur banyaknya rancangan produk-produk hukum daerah yang terdiri dari Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Bupati (Perbup), dan Keputusan Bupati yang dapat terselesaiakn dalam 1 (satu) tahun, satuan indikator kinerjanya adalah buah.

c. Koordinasi dengan instansi terkait dalam penyusunan produk hukum daerah Indikator ini digunakan untuk mengetahui frekuensi pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam penyusunan produk hukum daerah, satuan indikator kinerjanya adalah kali.

d. Kecepatan waktu dalam penyusunan produk hukum daerah

Indikator ini digunakan untuk mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan dalam penyusunan produk hukum daerah yaitu terdiri dari Peraturan Daerah

(15)

(Perda), Peraturan Bupati (Perbup), dan Keputusan Bupati, satuan indikator kinerjanya adalah hari.

3. Perolehan Informasi

Dari rumusan Tukadek (L.3.A), kemudian akan dirumuskan prioritas tukadek, indikator kinerja, satuan ukuran dan perolehan informasi (L.3.B) dengan menganalisis atau membahas dengan mencoba menguraikan hubungan sebab dan akibat dari fakta-fakta yang diselidiki dan disimpulkan melalui indikator kinerja (performance indicators). Tujuan jangka pendek, indikator kinerja dan satuan ukurannya serta diperolehnya informasi dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel 6) :

Tabel 6.

Prioritas Tukadek, Indikator Kinerja dan Perolehan Informasi Pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman ( L. 3B ) No Prioritas

Tukadek Indikator Kinerja

Satuan Ukuran Perolehan Informasi Diperoleh Di Dicari Di 1. Meningkatnya kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah a. Jumlah aparatur yang trampil dalam penyusunan produk hukum daerah Orang Bagian Hukum BKD b. Jumlah rancangan produk-produk hukum daerah Buah Bagian Hukum Instansi terkait c. Koordinasi dengan instansi terkait dalam penyusunan produk hukum daerah Kali Bagian Hukum Instansi terkait d. Kecepatan waktu dalam penyusunan produk hukum daerah Hari Bagian Hukum Instansi terkait

(16)

16 BAB II

GAMBARAN KEADAAN

A. Keadaan Tingkat Kinerja Sekarang 1. Struktur Organisasi

Kedudukan Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sleman adalah sebagai unsur staf Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah.

Adapun struktur organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut :

a. Sekretaris Daerah;

b. Asisten Pemerintahan, terdiri atas : 1) Bagian Pemerintahan, terdiri atas :

a) Sub Bagian Pemerintahan Umum;

b) Sub Bagian Kerjasama Antar Daerah dan Otonomi Daerah. c) Sub Bagian Pertanahan.

2) Bagian Pemerintahan Desa, terdiri atas :

a) Sub Bagian Kelembagaan Pemerintahan Desa; b) Sub Bagian Pemerintah Desa;

c) Sub Bagian Pendapatan dan Kekayaan Desa. 3) Bagian Hukum, terdiri atas :

(17)

b) Sub Bagian Bantuan Hukum dan Pengkajian;

c) Sub Bagian Dokumentasi dan Evaluasi Produk Hukum. c. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, terdiri atas :

1) Bagian Perekonomian, terdiri atas : a) Sub Bagian Produksi;

b) Sub Bagian Pengembangan Dunia Usaha; c) Sub Bagian Sarana Perekonomian.

2) Bagian Pembangunan, terdiri atas : a) Sub Bagian Penyusunan Program; b) Sub Bagian Pengendalian;

c) Sub Bagian Pelaporan. 3) Bagian Bina Sosial, terdiri atas :

a) Sub Bagian Keagamaan, Pendidikan dan Kebudayaan;

b) Sub Bagian Kesehatan, Keluarga Berencana dan Masalah-masalah Sosial;

c) Sub Bagian Pemuda, Olah Raga dan Ketenagakerjaan. d. Asisten Administrasi Umum, terdiri atas :

1) Bagian Organisasi, terdiri atas : a) Sub Bagian Kelembagaan; b) Sub Bagian Ketatalaksanaan;

c) Sub Bagian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Kepegawaian. 2) Bagian Humas, terdiri atas :

a) Sub Bagian Pengumpulan, Pengolahan dan Pemberdayaan Informasi;

(18)

18

b) Sub Bagian Pemberitaan, Media Massa, Sandi dan Telekomunikasi; c) Sub Bagian Protokol.

3) Bagian Pengolahan Data Elektronik, terdiri atas : a) Sub Bagian Pengembangan Sistem Informasi; b) Sub Bagian Pendayagunaan Teknologi Informasi; c) Sub Bagian Telematika.

4) Bagian Umum, terdiri atas : a) Sub Bagian Tata Usaha; b) Sub Bagian Keuangan;

c) Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan. e. Kelompok Jabatan Fungsional.

2. Sumber Daya Manusia

Jumlah sumber daya manusia di Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman sampai dengan akhir tahun 2012 berjumlah 215 (dua ratus lima belas). Komposisi pegawai berdasarkan jenjang pendidikan adalah sebagai berikut : a. Pasca Sarjana S2 : 21 orang

b. Sarjana S1 : 77 orang c. Diploma 3 : 23 orang d. SLTA / sederajat : 79 orang e. SLTP / sederajat : 3 orang f. SD / sederajat : - orang

Sedangkan komposisi pegawai berdasarkan pangkat / golongan adalah sebagai berikut :

(19)

b. Golongan III : 89 orang c. Golongan II : 106 orang d. Golongan I : 2 orang

Adapun jumlah SDM yang ada di Bagian Hukum yaitu berjumlah 15 orang pegawai yang terdiri dari 1 (satu) orang pejabat struktural eselon III, 3 (tiga) orang pejabat struktural eselon IV, dan 11 (sebelas) orang staf pelaksana dengan komposisi berdasarkan tingkat pendidikan sebagai berikut:

a. Pasca Sarjana S2 : 4 orang b. Sarjana S1 : 8 orang c. Diploma 3 : 3 orang d. SMA / sederajat : - orang

Komposisi pegawai yang ada di Bagian Hukum berdasarkan golongan adalah sebagai berikut:

a. Golongan IV : 2 orang b. Golongan III : 11 orang c. Golongan II : 2 orang d. Golongan I : - orang

3. Sarana dan Prasarana

Untuk kelancaran pencapaian tujuan/hasil tidak lepas dari sarana dan prasarana yang berfungsi untuk mendukung kinerja SDM pada Bagian Hukum Setda Kabupaten Sleman. Adapun sarana dan prasarana kerja yang dimiliki Bagian Hukum adalah sebagai berikut:

(20)

20

b. Kendaraan roda dua : 2 buah c. Mesin Tik : 4 buah d. Filing Kabinet : 4 buah e. Almari Arsip : 3 buah f. Komputer : 5 unit g. Laptop : 1 unit h. Printer : 4 unit i. LCD proyektor : 1 unit

j. Peralatan kantor dan inventaris lainnya seperti telepon, meja dan kursi kerja, dan lain-lain.

4. Tingkat Kinerja Sekarang

Tingkat kinerja sekarang dalam upaya peningkatan kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Jumlah aparatur yang trampil dalam penyusunan produk hukum daerah Secara umum kemampuan dan ketrampilan aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah masih belum merata sehingga perlu untuk terus ditingkatkan, antara lain melalui pelaksanaan diklat-diklat bagi aparatur seperti diklat legal drafting dan diklat teknis lainnya. Saat ini jumlah tenaga terampil yang menangani langsung proses penyusunan produk-produk hukum daerah pada Bagian Hukum Setda Kabupaten Sleman berjumlah 4 (empat) orang.

(21)

Jenis produk hukum daerah ada 3 (tiga) yaitu : Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati. Sedangkan jumlah rancangan produk-produk hukum yang bisa disusun adalah sebagai berikut:

1) Peraturan Daerah sebanyak 7 buah 2) Peraturan Bupati sebanyak 30 buah 3) Keputusan Bupati sebanyak 300 buah

c. Koordinasi dengan instansi terkait dalam penyusunan produk hukum daerah Dalam penyusunan produk hukum daerah diperlukan koordinasi dengan instansi terkait yaitu berupa pembahasan perumusan, harmonisasi dan sinkronisasi rancangan produk hukum daerah sebelum ditetapkan oleh Kepala Daerah. Selama ini koordinasi sudah dilaksanakan rata-rata sebanyak 2 (dua) kali untuk setiap produk hukum daerah.

d. Kecepatan waktu dalam penyusunan produk hukum daerah

Untuk menyusun rancangan/konsep produk-produk hukum daerah memerlukan waktu yang tidak sama sesuai dengan jenis produk hukumnya. Adapun waktu yang diperlukan sebagai berikut :

1) Peraturan Daerah membutuhkan waktu 12 minggu atau 84 hari 2) Peraturan Bupati membutuhkan waktu 11 hari

3) Keputusan Bupati membutuhkan waktu 9 hari

B. Keadaan Tingkat Kinerja yang Diinginkan

Dari uraian keadaan tingkat kinerja sekarang, maka keadaan tingkat kinerja yang diharapkan di Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dalam upaya meningkatkan kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah

(22)

22

sesuai dengan tujuan jangka pendek dan indikator kinerja yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Jumlah aparatur yang trampil dalam penyusunan produk hukum daerah

Jumlah aparatur yang trampil dalam penyusunan produk hukum daerah saat ini baru 4 (empat) orang yang telah mengikuti diklat legal drafting sehingga volume beban kerja yang diemban sangat tinggi. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap kualitas produk-produk hukum daerah yang disusunnya. Sedangkan jumlah aparatur yang trampil dalam perancangan produk-produk hukum daerah yang dibutuhkan untuk menangani beban tugas tahun 2014 mendatang adalah 8 (delapan) orang.

2. Jumlah rancangan produk-produk hukum daerah

Produk-produk hukum daerah yang telah diselesaikan adalah sebagai berikut : a. Peraturan Daerah sebanyak 7 buah

b. Peraturan Bupati sebanyak 30 Buah c. Keputusan Bupati sebanyak 300 Buah.

Sedangkan untuk tingkat kinerja yang diinginkan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut :

a. Peraturan Daerah sebanyak 15 buah b. Peraturan Bupati sebanyak 50 Buah c. Keputusan Bupati sebanyak 400 Buah.

3. Koordinasi dengan instansi terkait dalam penyusunan produk hukum daerah Koordinasi dengan instansi terkait dalam penyusunan produk hukum daerah telah dilaksanakan rata-rata sebanyak 2 (dua) kali, diharapkan pada tahun mendatang akan meningkat menjadi 6 (enam) kali.

(23)

Kecepatan waktu dalam penyusunan produk-produk hukum daerah untuk tingkat kinerja sekarang adalah sebagai berikut :

a. Peraturan Daerah membutuhkan waktu 12 minggu atau 84 hari b. Peraturan Bupati membutuhkan waktu 11 hari

c. Keputusan Bupati membutuhkan waktu 9 hari

Sedangkan untuk tingkat kinerja yang diinginkan untuk menyelesaikan satu tahapan penyusunan produk hukum daerah diperlukan waktu sebagai berikut : a. Peraturan Daerah dibutuhkan waktu 8 minggu atau 56 hari

b. Peraturan Bupati dibutuhkan waktu 7 hari c. Keputusan Bupati dibutuhkan waktu 5 hari

Untuk lebih jelas mengenai tujuan jangka pendek, indikator kinerja, tingkat kinerja sekarang dan tingkat kinerja yang diinginkan pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dapat dilihat berikut ini (Tabel 7) :

Tabel 7.

(24)

24

Kinerja Yang Diinginkan pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman ( L. 4 )

Tukadek Indikator Kinerja Satuan Ukuran

Tingkat Kinerja Sekarang

(2013)

Tingkat Kinerja Yang Diinginkan (Thn 2014) 3 bln 6 bln 9 bln 12 bln Meningkatnya kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah a. Jumlah aparatur yang trampil dalam penyusunan produk hukum daerah Orang 4 5 6 7 8 b. Jumlah rancangan produk-produk hukum daerah 1) Peraturan Daerah 2) Peraturan Bupati 3) Keputusan Bupati Buah Buah Buah 7 30 300 8 33 310 10 37 330 12 44 360 15 50 400 c. Koordinasi dengan instansi terkait dalam penyusunan produk hukum daerah Kali 2 3 4 5 6 d. Kecepatan waktu dalam penyusunan produk hukum daerah 1) Peraturan Daerah 2) Peraturan Bupati 3) Keputusan Bupati Minggu Hari Hari 12 11 9 11 10 8 10 9 7 9 8 6 8 7 5

(25)

25

KEKUATAN PENGHAMBAT DAN KEKUATAN PENDORONG

A. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja 1. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama Kinerja

Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja peningkatan kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman, tidak terlepas dari adanya kekuatan penghambat yang akan menghalangi pencapaian tujuan jangka pendek. Kekuatan penghambat yang ada dan diperkirakan akan muncul harus dapat diantisipasi sedini mungkin.

Berdasarkan gambaran kinerja sekarang dan gambaran kinerja yang diinginkan dalam upaya meningkatkan kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman, maka dapat disampaikan beberapa faktor yang menjadi kekuatan penghambat dalam upaya mencapai tujuan jangka pendek tersebut. Pada langkah ini adalah mengidentifikasikan kekuatan penghambat utama (L.5) yang dapat dianggap sebagai kekuatan yang merintangi tercapainya tujuan, yang berjumlah 6 (enam) berasal dari 3 (tiga) kelemahan (Weaknesses) dan 3 (tiga) ancaman (Threats).

Dalam membuat L.5 diklasifikasikan menurut sumber daya manusia, prosedur, sarana dan prasarana, mekanisme kerja dan koordinasi yang berasal dari dalam maupun luar organisasi. Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama (L. 5) dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel. 8):

(26)

26

Tabel 8.

Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman ( L. 5 )

No Kekuatan Penghambat Utama Kinerja

H1 Tingginya volume pekerjaan penyusunan produk hukum daerah H2 Kurangnya pegawai yang terampil dalam penyusunan produk hukum

daerah

H3 Terbatasnya sarana dan prasarana penyusunan produk hukum daerah H4 Ditolaknya produk hukum daerah oleh masyarakat dengan adanya

gugatan Tata Usaha Negara (TUN)

H5 Kurangnya partisipasi / dukungan dari pakar hukum

H6 Belum sempurnanya/masih rendahnya kualitas konsep/ rancangan produk hukum daerah dari satuan kerja terkait

2. Analisis Kekuatan Penghambat Utama Kinerja

Untuk pemberian nilai atau bobot besarnya hambatan (dampak) dari kekuatan penghambat serta tingkat kemudahan dalam pemecahan kekuatan penghambat maka perlu dilakukan analisis terhadap kekuatan penghambat yang teridentifikasi. Dengan analisis tersebut dapat diketahui kekuatan penghambat dan dampaknya terhadap pencapaian tujuan jangka pendek. Analisis tersebut dapat disajikan sebagai berikut :

H.1 Tingginya volume pekerjaan penyusunan produk hukum daerah

Adalah suatu kenyataan, bahwa tingginya volume pekerjaan dibandingkan dengan jumlah pegawai yang ada akan memunculkan dampak kurang lancarnya pelaksanaan kegiatan kantor, termasuk dalam penyusunan produk hukum daerah. Kenyataan ini dapat dilihat bahwa di Kabupaten Sleman muncul berbagai kasus/permasalahan yang menuntut penanganan ekstra khusus dan penyelesaian yang tepat.

(27)

H.2 Kurangnya pegawai yang terampil dalam penyusunan produk hukum daerah Pegawai di Bagian Hukum Setda Kabupaten Sleman berjumlah 15 orang. Dari seluruh pegawai tersebut, baru 4 orang yang sudah mengikuti diklat legal drafting, sehingga jumlah pegawai yang terampil dalam bidang penyusunan produk-produk hukum daerah dibandingkan dengan beban kerja yang ada sangat tidak seimbang. Ketidakseimbangan antara jumlah pegawai yang terampil dengan tingginya beban kerja yang ada membawa dampak proses penyusunan produk-produk hukum daerah agak terhambat. H.3 Terbatasnya sarana dan prasarana penyusunan produk hukum daerah

Sarana dan prasarana merupakan instrumen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan, khususnya sarana komputer yang ada di Bagian Hukum Setda Kabupaten Sleman saat ini masih jauh dari memadai karena dari 5 komputer yang saat ini ada, satu diantaranya rusak. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja di Bagian Hukum Setda Kabupaten Sleman.

H.4 Ditolaknya produk hukum daerah oleh masyarakat dengan adanya gugatan Tata Usaha Negara (TUN)

Sebagaimana kita ketahui bahwa didalam penyusunan suatu produk hukum daerah harus memenuhi 4 kaidah yaitu : kaidah idiologis, kaidah sosiologis, kaidah politis, dan kaidah yuridis. Apabila salah satu dari keempat kaidah tersebut tidak terpenuhi dalam proses penyusunan suatu produk hukum, maka tidak menutup kemungkinan produk hukum yang telah ditetapkan akan menemui kendala dalam implementasinya, bahkan akan mendapat penolakan maupun gugatan Tata Usaha Negara (TUN) oleh

(28)

28

masyarakat yang merasa dirugikan dengan kehadiran produk hukum daerah tersebut.

H.5 Kurangnya partisipasi / dukungan dari pakar hukum

Salah satu diantara kendala terlambatnya penyusunan rancangan produk-produk hukum daerah adalah kurangnya tenaga profesional. Adalah suatu kenyataan bahwa pegawai Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman yang terdiri atas 15 (lima belas) orang, 60% diantaranya berasal dari sarjana yang berbasis pendidikan sarjana hukum. Namun suatu kenyataan bahwa penyusunan rancangan produk-produk hukum daerah merupakan suatu tugas yang menuntut para penyusunnya untuk mampu berpikir secara sistematis dan konprehensif. Tersedianya pegawai yang berbasis pendidikan Sarjana Hukum ternyata belum mampu membawa mereka untuk mampu bekerja secara profesional. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya partisipasi / dukungan dari pakar hukum dalam penyusunan produk hukum daerah.

H.6 Belum sempurnanya/masih rendahnya kualitas konsep/ rancangan produk hukum daerah dari satuan kerja terkait

Munculnya permasalahan dan banyaknya produk-produk hukum daerah yang sudah tidak sesuai lagi di era otonomi daerah memacu para kepala satuan kerja baik Badan/Dinas/Kantor/Bagian dan unit kerja lainnya untuk menyusun suatu rancangan/konsep produk hukum daerah untuk dijadikan Produk Hukum daerah. Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian disini adalah, bahwa rancangan/konsep produk hukum daerah yang disusun oleh Satuan Kerja Teknis terkait pada umumnya masih bersifat acak dan banyak terdapat kekurangan di sana sini. Kekurangan

(29)

tersebut biasanya muncul pada tata naskah, format, penggunaan bahasa, materi/isi dan lain sebagainya. Kenyataan ini muncul dikarenakan kurangnya tenaga terampil perancang produk-produk hukum daerah. Dengan demikian kenyataan di atas menjadikan perhatian tersendiri bagi Tim Penyusun produk-produk hukum daerah utamanya dalam mengadakan pembahasan rancangan/konsep produk-produk hukum daerah.

3. Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahan Kekuatan Penghambat Utama Kinerja

Setelah kekuatan penghambat diidentifikasi dan dianalisis, maka diperoleh gambaran pemecahan kekuatan penghambat utama dalam rangka pencapaian Tukadek. Untuk menentukan dampak relatif dan mudahnya memecahkan (L.6) melalui Identifikasi Kekuatan Penghambat Utama (L.5), kemudian dianalisis dengan memberikan nilai terhadap 2 (dua) hal yaitu:

a. Besarnya dampak kekuatan penghambat dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat menghambat) sampai angka 1 (dampak sangat kurang menghambat).

b. Besarnya tingkat kemudahan dalam memecahkan kekuatan penghambat dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (hambatan sangat mudah dipecahkan) sampai angka 1 (sangat sukar dipecahkan).

Untuk lebih jelas memberikan gambaran mengenai besarnya dampak relatif kekuatan penghambat terhadap tujuan jangka pendek maka perlu dilakukan penilaian dengan skala ukuran kuantitatif sebagai berikut :

a. Angka 5 : Menyatakan dampak sangat kuat menghambat b. Angka 4 : Menyatakan dampak kuat menghambat.

(30)

30

c. Angka 3 : Menyatakan dampak cukup kuat menghambat. d. Angka 2 : Menyatakan dampak kurang kuat menghambat.

e. Angka 1 : Menyatakan dampak sangat kurang kuat menghambat.

Skala penilaian kuantitatif terhadap mudahnya pemecahan kekuatan penghambat dapat digunakan skala penilaian/bobot sebagai berikut :

a. Angka 5 : Menyatakan hambatan sangat mudah dipecahkan. b. Angka 4 : Menyatakan hambatan mudah dipecahkan. c. Angka 3 : Menyatakan hambatan cukup mudah dipecahkan. d. Angka 2 : Menyatakan hambatan sukar dipecahkan.

e. Angka 1 : Menyatakan hambatan sangat sukar dipecahkan.

Hasil analisis tersebut menjadi Kekuatan Penghambat, Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahannya (L.6) yang dapat disajikan sebagai berikut (Tabel. 9) :

Tabel 9.

Kekuatan Penghambat, Dampak Relatif dan Kemudahan Pemecahannya Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman ( L. 6 )

No Kekuatan Penghambat Dampak

Relatif

Kemudahan Pemecahannya

H1 Tingginya volume pekerjaan penyusunan

produk hukum daerah 3 3 H2 Kurangnya pegawai yang terampil dalam

penyusunan produk hukum daerah 5 3 H3 Terbatasnya sarana dan prasarana

penyusunan produk hukum daerah 5 3 H4 Ditolaknya produk hukum daerah oleh

masyarakat dengan adanya gugatan Tata Usaha Negara (TUN)

3 2

H5 Kurangnya partisipasi / dukungan dari pakar

hukum 4 2

H6 Belum sempurnanya/masih rendahnya kualitas konsep/ rancangan produk hukum daerah dari satuan kerja terkait

(31)

B. Identifikasi dan Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja 1. Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama Kinerja

Disamping kekuatan penghambat yang ditemui dalam upaya pencapaian tujuan jangka pendek, juga terdapat sejumlah kekuatan pendorong yang akan membantu dalam rangka peningkatan kinerja yang diinginkan. Kekuatan pendorong tersebut berjumlah 6 (enam) berasal dari 3 (tiga) kekuatan (Strengths) dan 3 (tiga) peluang (Opportunities). Hasil identifikasi kekuatan pendorong selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kekuatan pendorong yang dapat dijadikan kekuatan kunci.

Adapaun hasil identifikasi kekuatan pendorong utama (L.7) dalam upaya peningkatan aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel.10) :

Tabel 10.

Identifikasi Kekuatan Pendorong Utama

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2013 ( L. 7 )

No Kekuatan Pendorong Utama Kinerja

D1 Berfungsinya jaringan, dokumentasi dan informasi hukum D2 Adanya kewenangan dalam penyusunan produk hukum daerah D3 Dedikasi dan loyalitas pegawai cukup tinggi

D4 Adanya dukungan kerja dari Dinas/Unit Kerja terkait

D5 Adanya pedoman penyusunan produk hukum dari Pemerintah Pusat

D6 Masyarakat perlu adanya kepastian hukum

2. Analisis Kekuatan Pendorong Utama Kinerja

Penjelasan tentang kekuatan pendorong yang membantu dalam penyajian tujuan jangka pendek dapat diuraikan sebagai berikut:

(32)

32

D.1 Berfungsinya jaringan, dokumentasi dan informasi hukum

Jaringan, dokumentasi dan informasi hukum (JDIH) di Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman telah berfungsi dengan baik. Hal ini terbukti bahwa setiap memerlukan produk-produk hukum baik dari pusat maupun daerah yang akan dipergunakan sebagai landasan hukum bagi penyusunan produk-produk hukum daerah dapat diperoleh dengan mudah dan cepat. Dokumentasi dan informasi hukum yang ada di Bagian Hukum Sekretariat daerah Kabupaten Sleman baik yang berupa produk-produk hukum pusat maupun produk-produk hukum daerah diperoleh melalui: a. Menjaring/bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri

b. Menjaring/bekerjasama dengan provinsi

c. Menjaring/bekerjasama dengan daerah kabupaten/kota lain

d. Membeli himpunan peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh Kantor Berita Antara di Jakarta

e. Membeli referensi/ buku-buku yang berkaitan dengan hukum dari rekanan

D.2 Adanya kewenangan dalam penyusunan produk hukum daerah

Landasan hukum adanya kewenangan Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman berkaitan dengan bidang perundang-undangan adalah:

a. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sleman.

(33)

b. Peraturan Bupati Sleman Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dan Staf Ahli Bupati Sleman.

Adanya kewenangan Bagian Hukum Sekretariat Kabupaten Sleman berkaitan dengan bidang perundang-undangan dapat dilihat dari fungsi yang dimiliki yaitu:

a. Perumusan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berhubungan dengan penyusunan produk-produk hukum daerah dan pengkajian hukum

b. Pengkoordinasian penyusunan rancangan produk hukum daerah c. Pengkajian hukum terhadap rancangan produk hukum daerah D.3 Dedikasi dan loyalitas pegawai cukup tinggi

Dedikasi dan loyalitas pegawai di Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupataen Sleman saat ini sangat tinggi. Hal ini tercemin dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Di samping itu juga adanya minat pegawai untuk meningkatkan kemampuannya baik melalui pendidikan formal dan non formal. Volume pekerjaan yang sangat tinggi menuntut para pegawai untuk bekerja ekstra di luar jam kerja yang telah ditentukan. Demikian halnya dalam penyusunan RAPERDA biasanya dilaksanakan di luar jam kerja, atau bahkan pada saat hari-hari libur.

D.4 Adanya dukungan kerja dari Dinas/Unit Kerja terkait

Adalah suatu kenyataan bahwa sukses dan tidaknya suatu kegiatan salah satu diantara pilarnya adalah adanya dukungan/partisipasi dari Satuan Kerja terkait dalam pelaksanaan tugas. Hal ini diwujudkan dengan kerja sama secara terpadu yang telah terjalin selama ini.

(34)

34

D.5 Adanya pedoman penyusunan produk hukum dari Pemerintah Pusat

Untuk dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik, maka yang pertama kali menjadi landasan/dasar dalam pelaksanaan tugas adalah adanya pedoman berupa peraturan. Dalam penyusunan produk hukum, pemerintah telah membuat suatu pedoman berupa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Adanya pedoman penyusunan peraturan perundang-undangan ini sangat membantu bagi Tim dan tenaga perancang produk-produk hukum daerah dalam melaksanakan tugas penyusunan produk-produk hukum daerah. D.6 Masyarakat perlu adanya kepastian hukum

Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa konsekuensi logis yang sangat jauh dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Daerah diberikan kewenangan yang luas untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakasa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota terdiri atas 16 kewenangan, hal ini membawa konsekuensi yang cukup berat bagi pemerintah daerah kabupaten/kota untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Berangkat dari sinilah, maka penyusunan produk-produk hukum daerah merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dilaksanakan untuk memenuhi tuntutan perkembangan di era otonomi daerah ini, sehingga tuntutan masyarakat terhadap ada kepastian hukum dapat terwujud.

(35)

3. Dampak Relatif dan tingkat Kendali Kekuatan Pendorong Utama Kinerja

Untuk menganalisis Dampak Relatif dan Tingkat Kendali Kekuatan Kendali (L.8) berdasarkan Kekuatan Pendorong Utama (L.7), dengan memberikan nilai atau bobot terhadap 2 (dua) hal yaitu :

a. Besarnya dampak relatif terhadap pencapaian Tukadek, dianalisis dengan skala interval angka 5 (dampak sangat kuat mendorong) sampai angka 1 (dampak sangat kurang mendorong) sebagai berikut :

1) Angka 5 : menyatakan dampak sangat kuat mendorong. 2) Angka 4 : menyatakan dampak kuat mendorong. 3) Angka 3 : menyatakan dampak cukup kuat mendorong. 4) Angka 2 : menyatakan dampak kurang mendorong.

5) Angka 1 : menyatakan dampak sangat kurang mendorong.

b. Besarnya tingkat kendali kekuatan pendorong, dianalisis melalui pengukuran dengan skala interval angka 5 (seluruhnya di bawah kendali dan atau pengaruh penulis) sampai angka 1 (sangat kecil di bawah kendali dan atau pengaruh penulis) sebagai berikut :

1) Angka 5 : menyatakan seluruhnya di bawah kendali. 2) Angka 4 : menyatakan sebagian besar di bawah kendali. 3) Angka 3 : menyatakan sebagian di bawah kendali. 4) Angka 2 : menyatakan sebagian kecil di bawah kendali. 5) Angka 1 : menyatakan seluruhnya di luar kendali.

Adapun analisis Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan Tingkat Kendali (L.8) dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel. 11) :

(36)

36

Tabel 11.

Kekuatan Pendorong, Dampak Relatif dan Tingkat Kendali

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2013 ( L. 8 )

No Kekuatan Pendorong Dampak

Relatif Tingkat Kendali Pihak Lain Yang Berpengaruh D1 Berfungsinya jaringan,

dokumentasi dan informasi hukum 5 4 - D2 Adanya kewenangan dalam

penyusunan produk hukum daerah 4 4 - D3 Dedikasi dan loyalitas pegawai

cukup tinggi 3 3 - D4 Adanya dukungan kerja dari

Dinas/Unit Kerja terkait 4 2

Dinas /unit kerja terkait D5 Adanya pedoman penyusunan

produk hukum dari Pemerintah Pusat

4 3 Pemerintah Pusat, DPR D6 Masyarakat perlu adanya kepastian

hukum 3 2 Masyarakat

C. Perkiraan Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat

Pada tahapan ini dilaksanakan pembobotan kembali kekuatan-kekuatan yang telah diperoleh dalam rangka menentukan tingkat kekuatan relatif dari kekuatan pendorong dan penghambat. Dalam menetapkan kekuatan relatif, penilaiannya didasarkan logika, sistematika berpikir dan pengalaman, sehingga pada langkah ini akan tergambar satu perangkat kekuatan yang menghalangi gerakan menuju tingkat kinerja yang diinginkan dan satu perangkat lainnya menopang gerakan menuju ketingkat kinerja yang diinginkan.

Untuk membobot tingkat kekuatan relatif dari kekuatan pendorong dan penghambat (L.9) di atas dipergunakan pengukuran dengan skala interval angka 5 (mewakili kekuatan relatif yang sangat kuat) sampai angka 1 (mewakili kekuatan relatif yang sangat lemah) sebagai berikut :

(37)

2. Angka 4 : mewakili tingkat kekuatan relatif kuat. 3. Angka 3 : mewakili tingkat kekuatan relatif cukup kuat. 4. Angka 2 : mewakili tingkat kekuatan relatif lemah.

5. Angka 1 : mewakili tingkat kekuatan relatif sangat lemah.

Dalam menetapkan tingkat kekuatan relatif penilaiannya didasarkan atas

professional judgement yaitu pertimbangan-pertimbangan profesional yang sejalan dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil analisis penilaian tingkat kekuatan relatif pendorong dan penghambat (L.9) dapat disajikan sebagai berikut (Tabel. 12) :

Tabel 12.

Tingkat Kekuatan Relatif Pendorong dan Penghambat

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2013 ( L. 9 )

No Kekuatan Pendorong Tingkat Kekuatan Relatif No Kekuatan Penghambat Tingkat Kekuatan Relatif D1 Berfungsinya jaringan, dokumentasi dan informasi

hukum . 5

H1 Tingginya volume pekerjaan penyusunan

produk hukum daerah 3 D2 Adanya kewenangan dalam

penyusunan produk hukum

daerah 4

H2 Kurangnya pegawai yang terampil dalam penyusunan

produk hukum daerah 4 D3 Dedikasi dan loyalitas

pegawai cukup tinggi 3

H3 Terbatasnya sarana dan prasarana penyusunan

produk hukum daerah 4 D4 Adanya dukungan kerja dari

Dinas/Unit Kerja terkait

3

H4 Ditolaknya produk hukum daerah oleh masyarakat dengan adanya gugatan Tata Usaha Negara (TUN)

2 D5 Adanya pedoman

penyusunan produk hukum

dari Pemerintah Pusat 4

H5 Kurangnya partisipasi / dukungan dari pakar

hukum 3

D6 Masyarakat perlu adanya kepastian hukum

3

H6 Belum sempurnanya/masih rendahnya kualitas konsep/ rancangan produk hukum daerah dari satuan kerja terkait

(38)

38

D. Diagram Medan Kekuatan

Untuk menemukan kekuatan mana yang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam upaya pencapaian tujuan jangka pendek, perlu dibuat dalam bentuk diagram medan kekuatan. Untuk menggambarkan diagram dengan menggunakan pengukuran interval angka 1 sampai angka 5 sesuai dengan nilai tingkat kekuatan. Garis tegak lurus pada titik 0 (nol) menggambarkan kinerja saat ini.

Gambaran diagram medan kekuatan tersebut dapat disajikan sebagai berikut (Gambar 1):

∑D = 22 ∑H = 19

Gambar 1.

Diagram Medan Kekuatan

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2013 ( L. 10 )

Arah Yang Diinginkan

H1 - 3 D1 - 5 H2 - 4 D2 - 4 H3 - 4 D3 - 3 H4 - 2 D4 - 3 H5 - 3 D5 - 4 H6 - 3 D6 - 3 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5

(39)

E. Keterkaitan Antar Kekuatan

Kekuatan penghambat dan pendorong dimungkinkan untuk mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan tersebut dapat terjadi antara kekuatan pendorong dengan kekuatan pendorong lainnya, kekuatan pendorong dengan kekuatan penghambat, dan antara kekuatan penghambat dengan kekuatan penghambat lainnya.

Keterkaitan antar kekuatan akan memberikan gambaran terhadap kekuatan organisasi dalam mengantisipasi/menghadapi hambatan-hambatan serta memanfaatkan kekuatan pendorong sehingga eksistensi organisasi dapat dipertahankan dan ditingkatkan agar visi, misi dan tujuan organisasi dapat terwujud.

Dari keterkaitan antara kekuatan tersebut kemudian dapat dicari kekuatan kunci yang selanjutnya dituangkan menjadi ide-ide strategis dan langkah-langkah penyusunan rencana kegiatan sebagai alternatif untuk menanggulangi dampak negatif atas kekuatan penghambat dengan harapan akan mempunyai dampak positif guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Untuk menilai besar keterkaitan antar kekuatan digunakan nilai pembobotan sebagai berikut :

Angka 5 : menyatakan besar sekali keterkaitannya. Angka 3 : menyatakan besar keterkaitannya. Angka 1 : menyatakan kecil keterkaitannya. Angka 0 : menyatakan tidak ada keterkaitannya.

Gambar keterkaitan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat adalah sebagai berikut ( Gambar 2 ) :

(40)

40

D1 Berfungsinya jaringan, dokumentasi dan informasi hukum 5

D2 Adanya kewenangan dalam penyusunan produk hukum daerah 3 1

D3 Dedikasi dan loyalitas pegawai cukup tinggi 1 5 1

D4 Adanya dukungan kerja dari Dinas/Unit Kerja terkait 1 5 3 1

D5

Adanya pedoman penyusunan produk hukum dari Pemerintah Pusat

5 3 3 3 1

D6 Masyarakat perlu adanya kepastian hukum 3 3 1 1 1 1

H1

Tingginya volume pekerjaan penyusunan produk hukum daerah

3 3 3 1 3 1 5 H2

Kurangnya pegawai yang terampil dalam penyusunan produk hukum daerah 3 3 3 1 3 3 1 1

H3

Terbatasnya sarana dan prasarana penyusunan produk hukum daerah 3 3 1 3 1 1 1 3 1

H4

Ditolaknya produk hukum daerah oleh masyarakat dengan adanya gugatan Tata Usaha Negara (TUN)

5 1 1 1 3 3 1 1 1 3 H5

Kurangnya partisipasi / dukungan dari pakar hukum 1 1 1 1 1 3 1 5 5 0 3 H6 Belum sempurnanya/masih rendahnya kualitas konsep/ rancangan produk hukum daerah dari satuan kerja terkait. Jumlah Nilai Keterkaitan 33 33 21 19 23 27 19 29 25 20 23 22 D1 D2 D3 D4 D5 D6 H1 H2 H3 H4 H5 H6 Gambar 2.

Keterkaitan Antar Kekuatan

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2013 ( L. 11 )

(41)

F. Kekuatan Kunci Pendorong dan Penghambat 1. Proses Pemilihan Kekuatan Kunci

Setelah mendapatkan gambaran dari langkah-langkah sebelumnya yaitu dari hasil analisis L. 6, L. 8, L. 9 dan L. 11, kemudian selanjutnya menentukan kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat yang merupakan kekuatan kunci ( L.11). Dalam proses penentuan kekuatan kunci perlu mempertimbangkan sebagai berikut (LAN, 1995) :

a. Ditentukan oleh tingkat kekuatan relatif pendorong dan penghambat yang lebih besar.

b. Apabila tingkat kekuatan relatif sama, maka dipilih berdasarkan tingkat keterkaitan yang lebih besar.

c. Apabila tingkat keterkaitan sama besarnya, maka dipilih berdasarkan tingkat kendali kekuatan pendorong dan kemudahan pemecahan kekuatan penghambat yang lebih besar.

d. Apabila tingkat kendali kekuatan pendorong atau kemudahan pemecahan kekuatan penghambat sama besarnya, maka dipilih yang dampaknya lebih besar.

e. Apabila juga masih sama, diserahkan pada pertimbangan sendiri untuk memilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki (professional judgement).

Untuk lebih jelasnya mengenai proses pemilihan kekuatan kunci dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 13) :

(42)

42

Tabel 13.

Proses Pemilihan Kekuatan Kunci

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman ( L. 12A )

No Kekuatan L.5 & l.7 Dampak L.8 & L.6 Kemuda-han Peme-cahan L.6 Tk. Kendali L.8 Tk. Kekuatan Relatif L.9 Tk. Keterkaitan L.11 Prioritas Kekuatan Kunci 1. D1 5 - 4 5 33 I 2. D2 4 - 4 4 33 II 3. D3 3 - 3 3 21 V 4. D4 4 - 3 3 19 VI 5. D5 4 - 4 4 23 III 6. D6 3 - 3 3 27 IV 1. H1 3 3 - 3 19 VI 2. H2 5 4 - 4 29 I 3. H3 5 4 - 4 25 II 4. H4 3 2 - 2 20 V 5. H5 4 3 - 3 23 III 6. H6 4 3 - 3 22 IV 2. Kekuatan Kunci

Kekuatan kunci pada dasarnya merupakan kekuatan-kekuatan yang besar dampaknya terhadap pencapaian tujuan jangka pendek atau yang mempunyai pengaruh terhadap kemudahan, serta kekuatan pendorong yang ada di bawah kendali. Dengan mempertimbangkan kembali tingkat kekuatan relatif dan keterkaitan, maka dapat ditentukan Kekuatan Kunci (L. 12. B) sebagai berikut (Tabel 14) :

(43)

Tabel 14. Kekuatan Kunci

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman ( L. 12B ) Kode Kekuatan Pendorong Kode Kekuatan Penghambat

D1 Berfungsinya jaringan, dokumentasi dan informasi hukum .

H2 Kurangnya pegawai yang terampil dalam penyusunan produk hukum daerah D2 Adanya kewenangan dalam

penyusunan produk hukum daerah

H3 Terbatasnya sarana dan prasarana penyusunan produk hukum daerah

D5 Adanya pedoman penyusunan produk hukum dari Pemerintah Pusat

H5 Kurangnya partisipasi / dukungan dari pakar hukum. H6 Belum sempurnanya/masih

rendahnya kualitas konsep/ rancangan produk hukum daerah dari satuan kerja terkait.

(44)

44 BAB IV

STRATEGI DAN RENCANA KEGIATAN TERKOORDINASI

A. Ide-Ide Strategis

Setelah kekuatan kunci dipilih, langkah berikutnya adalah menentukan strategi dan rencana aksi yang akan dilakukan agar kinerja yang diinginkan dapat tercapai. Strategi merupakan rencana tindakan yang tepat dan dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan pengaruh kekuatan kunci atau keunggulan organisasi agar terarah pada pencapaian kinerja (tujuan) yang telah ditetapkan.

Proses penyusunan strategi dilakukan melalui serangkaian pengembangan visi, misi, tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, identifikasi peluang dan kekuatan, dan identifikasi kelemahan dan ancaman, serta menganalisanya guna menentukan kekuatan kunci. Strategi kegiatan ini diarahkan untuk dapat mengatasi kekuatan-kekuatan penghambat yang ada, serta diharapkan pula dapat memacu kekuatan pendorong.

Rumusan strategi dibuat dalam bentuk pernyataan positif atau kalimat yang bersifat operasional, spesifik dan terarah pada indikator kinerja yang ingin dicapai/ ditingkatkan. Ada 2 (dua) strategi utama yang dapat ditetapkan terhadap kekuatan kunci organisasi yaitu :

1. Strategi optimalisasi atau efektifitas terhadap kekuatan kunci pendorong yang diandalkan / diunggulkan.

2. Strategi perubahan atau perbaikan atau eliminasi terhadap kekuatan kunci penghambat.

(45)

Adapun ide-ide strategis dalam rangka meningkatkan kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah di Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 15) :

Tabel 15. Ide-Ide Strategis

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman ( L. 13 ) No Ko

de

Kekuatan Pendorong Dan Penghambat Kunci

Strategi

1. D1 Berfungsinya jaringan,

dokumentasi dan informasi hukum

Manfaatkan jaringan, dokumentasi dan informasi hukum untuk meningkatkan kinerja penyusunan produk hukum daerah

2. D2 Adanya kewenangan dalam penyusunan produk hukum daerah

Manfaatkan kewenangan yang dimiliki untuk mengkoordinasikan proses penyusunan produk hukum daerah 3. D5 Adanya pedoman penyusunan

produk hukum dari Pemerintah Pusat

Manfaatkan pedoman penyusunan produk hukum dari Pemerintah Pusat untuk menyusun produk hukum daerah sesuai kaidah dan norma hukum yang berlaku

4. H2 Kurangnya pegawai yang terampil dalam penyusunan produk hukum daerah

Tingkatkan keterampilan pegawai dalam penyusunan produk hukum daerah melalui diklat/pelatihan

5. H3 Terbatasnya sarana dan prasarana penyusunan produk hukum daerah

Usulkan penambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penyusunan produk hukum daerah 6 H5 Kurangnya partisipasi / dukungan

dari pakar hukum

Tingkatkan koordinasi dan kerjasama dengan pakar hukum dalam proses penyusunan produk hukum daerah 7 H6 Belum sempurnanya/masih

rendahnya kualitas konsep/ rancangan produk hukum daerah dari satuan kerja terkait

Tingkatkan kuantitas dan kualitas pembahasan konsep/rancangan produk hukum daerah bersama satuan kerja terkait

B. Rencana Kegiatan Terkoordinasi

Setelah strategi dan kegiatan-kegiatan diiventarisasi dalam satu format maka langkah selanjutnya menentukan siapa atau unit mana yang akan

(46)

46

melaksanakan kegiatan tersebut dan siapa yang akan bertanggung jawab serta menentukan jadwal waktunya. Rencana Kegiatan Terkoordinasi tersebut adalah sebagai berikut (Tabel. 16) :

Tabel 16.

Rencana Kegiatan Terkoordinasi

Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2014 ( L. 14 )

No Ko de Kekuatan Pendorong & Penghambat Kunci Strategi Langkah Kegiatan Penanggung Jawab Jadwal Waktu (2014) 1. D1 Berfungsinya jaringan, dokumentasi dan informasi hukum Manfaatkan jaringan, dokumentasi dan informasi hukum untuk meningkatkan kinerja penyusunan produk hukum daerah a.Menginventarisir rancangan / konsep produk hukum daerah yang masuk di Bagian Hukum b.Menyediakan / menyiapkan produk-produk hukum pusat dan daerah yang diperlukan sebagai dasar hukum Kasubbag. Peraturan Per UU Kasubbag. Dokumentasi dan Evaluasi Produk Hukum Feb - Des Feb - Des 2. D2 Adanya kewenangan dalam penyusunan produk hukum daerah Manfaatkan kewenangan yang dimiliki untuk mengkoordinasi kan proses penyusunan produk hukum daerah a.Mengadakan rapat koordinasi dengan satuan kerja terkait b.Menginventarisir usulan/saran/ pendapat dari satuan kerja terkait c.Menetapkan skala prioritas penyusunan produk hukum daerah Kabag Hukum Kasubbag. Bantuan Hukum dan Pengkajian Kabag Hukum Jan Jan - Feb Mar - Des

(47)

No Ko de Kekuatan Pendorong & Penghambat Kunci Strategi Langkah Kegiatan Penanggung Jawab Jadwal Waktu (2014) 3. D5 Adanya pedoman penyusunan produk hukum dari Pemerintah Pusat Manfaatkan pedoman penyusunan produk hukum dari Pemerintah Pusat untuk menyusun produk hukum daerah sesuai kaidah dan norma hukum yang berlaku a.Menggandakan pedoman/ petunjuk teknis penyusunan produk hukum daerah b.Mendistribusikan pedoman/ petunjuk teknis penyusunan produk hukum Kasubbag. Peraturan Per UU Kasubbag. Dokumentasi dan Evaluasi Produk Hukum Feb Maret 4. H2 Kurangnya pegawai yang terampil dalam penyusunan produk hukum daerah Tingkatkan keterampilan pegawai dalam penyusunan produk hukum daerah melalui diklat/pelatihan a.Mendata pegawai yang belum mengikuti diklat legal drafting b.Menunjuk pegawai yang akan mengikuti diklat legal drafting c.Mengirim petugas mengikuti diklat legal drafting Kasubbag. Peraturan Per UU Kabag Hukum Kabag Hukum Jan Mar Apr 5. H3 Terbatasnya sarana dan prasarana penyusunan produk hukum daerah Usulkan penambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penyusunan produk hukum daerah a.Menyusun daftar kebutuhan sarana dan prasarana b. Mengusulkan penambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan ke dalam APBD perubahan 2014 Kasubbag. Peraturan Per UU Kabag Hukum April Mei

(48)

48 No Ko de Kekuatan Pendorong & Penghambat Kunci Strategi Langkah Kegiatan Penanggung Jawab Jadwal Waktu (2014) 6. H5 Kurangnya partisipasi / dukungan dari pakar hukum Tingkatkan koordinasi dan kerjasama dengan pakar hukum dalam proses penyusunan produk hukum daerah a.Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan pakar hukum b.Membuat pembetulan rancangan / konsep produk hukum daerah sesuai dengan hasil rapat koordinasi Kabag Hukum Kasubbag. Peraturan Per UU Apr - Okt Apr – Okt 7. H6 Belum sempurnanya/ masih rendahnya kualitas konsep/ rancangan produk hukum daerah dari satuan kerja terkait Tingkatkan kuantitas dan kualitas pembahasan konsep / rancangan produk hukum daerah bersama satuan kerja terkait a.Meneliti dan mengoreksi rancangan / konsep produk hukum daerah b.Meminta satuan kerja terkait melengkapi dan membetulkan rancangan/konsep produk hukum daerah Kasubbag. Peraturan Per UU Kabag Hukum Mar- Des Mar - Des

(49)

49

A. Pembentukan Tim Kerja dan Perumusan Peranannya

Agar tujuan jangka pendek yang termuat dalam rencana kerja peningkatan kinerja aparatur dalam penyusunan produk hukum daerah dapat berjalan dengan lancar dan sukses, maka perlu dibentuk tim kerja yang melibatkan Bagian Hukum serta unit teknis lainnya yang ada pada Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman. Tim kerja dibentuk secara sederhana, yang terdiri atas :

1. Susunan Tim Kerja

2. Tugas dan Peran Tim Kerja 3. Jadwal Tim Kerja

Untuk Susunan Tim Kerja, Tugas dan Peranannya (L. 15) tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Tabel 17) :

Tabel 17.

Susunan Tim Kerja, Tugas dan Peranannya

Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2014 ( L. 15) No Jabatan dalam Tim Jabatan dalam Dinas Tugas dan Peranannya 1. 2. Penanggung jawab Koordinator Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman Asisten Pemerintahan

a. Memberikan pengarahan dan pembinaan terhadap rencana kerja dan pengoperasian kerja Tim; b. Melaksanakan pengawasan,

pengendalian terhadap program kerja;

a. Memimpin rapat

b. Mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

Gambar

Tabel 14.   Kekuatan Kunci
Tabel 15.  Ide-Ide Strategis

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjaga ketahanan nasional dan dalam rangka merealisasikan semboyan Fukoku Kyohei , dikeluarkan peraturan wajib miiter (chohei rei) pada tahun 1872 (Nio Joe

nflamasi akut ditandai dengan infiltrasi nodus limfatikus membuat konsitensinya lunak disertai nyeri tekan karena peregangan kapsul. nflamasi kronik menyebabkan

1 Pengkajian Teknologi Pengolahan Kelapa Mendukung agroindustri di Kabupaten Donggala 2 Kajian Sistem Usaha Tani Jarak Pagar di Lahan Kering Dataran Rendah Sulawesi Tengah 3

Sehingga diperlukan proses untuk mengembangkan model yang dapat secara konstruktif menjelaskan siklus perkembangan perangkat lunak dan menyediakan sebuah dasar rekayasa

Timor Leste ingin perjanjian CMAST dibatalkan telah sesuai dengan perspektif Hukum Perjanjian Internasional menyangkut Australia sudah dari awal tidak menunjukan

Instrumen dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk mengukur aktivitas guru dan aktivitas siswa, serta tes berupa ulangan harian tiap

Terkonsentrasinya penyerapan tenaga kerja dan jumlah produksi Industri Kecil dan Menengah pada beberapa kabupaten dan kota tertentu, sementara sebagaian yang lain

Steroid merupakan kelompok senyawa organik turunan dari tetrasiklik triterpen yang memiliki kerangka dasar sterana jenuh dengan 4 cincin yang terdiri dari 3 cincin sikloheksana dan