• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

Menurut Sugiyono (2010:32) mengungkapkan bahwa, ”Kajian pustaka adalah kajian terhadap teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Kajian pustaka dapat dijadikan dasar untuk analisis data dan menyimpulkan hasil penelitian”. Dalam penelitian ini, diuraikan tinjauan pustaka tentang kesiapan belajar siswa, keterampilan mengajar guru dan hasil belajar siswa, berikut ini penjelasan lebih lanjutnya:

1. Tinjauan Tentang Kesiapan Belajar Siswa a. Pengertian Kesiapan Belajar Siswa

Setiap individu selalu mengalami proses belajar dalam kehidupannya, dengan belajar akan memungkinkan individu untuk mengalami perubahan dalam dirinya. Perubahan ini dapat berupa penguasaan suatu kecakapan tertentu, perubahan sikap serta memiliki ilmu pengetahuan yang berbeda dari sebelum melakukan proses belajar. Dalam proses pembelajaran, kesiapan individu sebagai seorang siswa akan menentukan kualitas dan hasil belajarnya. Kesiapan pada dasarnya merupakan kemampuan fisik maupun psikologis untuk belajar disertai keterampilan yang dimiliki dan latar belakang untuk mengerjakan sesuatu. Persiapan yang matang akan membuat siswa merasa mantap dalam belajar sehingga memudahkan dalam berkonsentrasi saat mengikuti pembelajaran.

Menurut Hamalik (2011:41), “Kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri siswa dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu”. Sedangkan menurut Slameto (2013:113) mengemukakan bahwa, “Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Dijelaskan lebih lanjut oleh

(2)

Soemanto dalam Nuryanti (2014) bahwa, “Kesiapan adalah kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau melakukan suatu kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan fisik, mental, sosio, emosional yang harus dimiliki selama melakukan kegiatan tertentu.

Sementara itu, menurut Jamies Drever dalam Susilo (2006:75) menyatakan bahwa:

Kesiapan atau readiness adalah preparedness to respon or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan ini timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melakukan kecakapan. Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

Sesuai pendapat diatas dapat diambil suatu makna bahwa dalam proses pembelajaran, seseorang yang sudah siap berarti telah memiliki kematangan dalam belajar sehingga akan lebih peka dalam merespon dan memahami suatu materi. Dengan kata lain, ketika siswa telah memiliki kesiapan dalam dirinya maka siswa tersebut sudah siap memberikan reaksi ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Sedangkan Menurut Nasution (2008:179) berpendapat, “Kesiapan belajar adalah kondisi-kondisi yang ada pada kegiatan belajar itu sendiri, tanpa kesiapan atau kesediaan ini proses belajar mengajar tidak akan terjadi”. Menurut Thorndike dalam Slameto (2013:114), “Kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya”. Sementara itu, Menurut Djamarah (2008:39) menyatakan bahwa:

Kesiapan belajar jangan hanya diterjemahkan siap dalam arti fisik. Tetapi artikanlah dalam arti psikis (kejiwaan) dan materiil. Kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan. Kesiapan diri ini akan melahirkan perjuangan untuk mencapai apa yang di cita-citakan.

Mengacu dari berbagai pendapat di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa kesiapan belajar siswa adalah suatu kondisi pada diri siswa yang berkaitan dengan kondisi fisik, psikologis dan kebutuhan materiil untuk belajar sehingga membuatnya siap memberi respon selama

(3)

mengikuti kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

b. Aspek-aspek Kesiapan Belajar Siswa

Kesiapan belajar siswa merupakan bentuk kemauan atau keinginan siswa untuk berkembang dengan cara tertentu terhadap situasi. Kesiapan belajar akan membawa siswa untuk siap memberikan respon terhadap situasi yang dihadapi dengan caranya sendiri. Kesiapan siswa untuk belajar didorong oleh adanya kondisi atau aspek-aspek yang memungkinkan dirinya untuk siap. Di bawah ini dikemukakan aspek-aspek kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut: 1) Menurut Slameto (2013:113-114) kondisi kesiapan belajar mencakup

3 aspek, yaitu:

a) Kondisi fisik, mental dan emosional

Kondisi fisik yang dimaksud misal kondisi fisik yang temporer (lelah, keadaan, alat indera dan lain-lain). Kondisi mental menyangkut kecerdasan. Anak yang berbakat (yang di atas normal) memungkinkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang lebih tinggi. Kondisi emosional juga mempengaruhi kesiapan untuk berbuat sesuatu, hal ini karena ada hubungannya dengan motif (insentif positif, insentif negatif, hadiah, hukuman) dan itu akan berpengaruh terhadap kesiapan untuk belajar.

b) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan

Slameto mengemukakan bahwa hubungan antara kebutuhan, motif, tujuan dan readiness adalah sebagai berikut:

(1) Kebutuhan ada yang disadari dan ada yang tidak disadari;

(2) Kebutuhan yang tidak disadari akan mengakibatkan tidak adanya dorongan untuk berusaha;

(3) Kebutuhan akan mendorong usaha, dengan kata lain timbul motif;

(4) Motif tersebut diarahkan ke pencapaian tujuan.

Kebutuhan yang disadari mendorong usaha/membuat seseorang siap untuk berbuat, sehingga jelas ada hubungannya

(4)

dengan kesiapan. Kebutuhan akan sangat menentukan kesiapan belajar. Siswa sebelum mempelajari permulaan ia belum siap untuk belajar yang berikutnya, maka ada prasyarat dalam belajar. c) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah

dipelajari

Keterampilan dan pengetahuan adalah kemahiran, kemampuan dan pemahaman yang dimiliki siswa terhadap materi yang hendak maupun yang sudah diajarkan termasuk materi-materi lain yang berhubungan dengan materi-materi yang akan diajarkan. 2) Menurut Djamarah (2008:39) faktor-faktor kesiapan belajar meliputi:

a) Kesiapan fisik

Misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan, lesu, mengantuk, dan sebagainya).

b) Kesiapan psikis

Misalnya ada hasrat untuk belajar, atau memiliki motivasi yang menggelora, dan dapat berkonsentrasi.

c) Kesiapan materiil

Misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan pelajaran/kuliah, membuat resume dan sebagainya.

3) Sementara itu, menurut Rochman Natawijaya dalam Riyanto (2010:70) prinsip kesiapan belajar berkenaan dengan:

a) Kematangan fisik

Berdasarkan prinsip ini, dari kesiapan fisik belajar akan lebih efektif apabila individu telah mampu mengkoordinasikan anggota tubuhnya untuk melakukan berbagai kegiatan. Misalnya individu akan dapat belajar menulis apabila ia mampu mengkoordinasikan mata, tangan dan perhatiannya. b) Kesiapan psikologis

Kesiapan ini menyangkut kemampuan individu untuk memahami situasi belajar yang dihadapi serta kemampuan mengabaikan segala hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan belajar yang dihadapinya, serta memusatkan perhatian pada objek yang dipelajari.

(5)

4) Menurut Nasution (2008:180-183) kondisi siap belajar terdiri dari: a) Perhatian

Perhatian merupakan kondisi jiwa dari siswa yang terfokus pada kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Cara yang digunakan untuk menumbuhkan perhatian “attentional set“ pada siswa, misalnya menggunakan reinforcement (penghargaan atas keberhasilannya) dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan respons.

b) Motivasi belajar

Motivasi diartikan sebagai kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. Motivasi siswa untuk menguasai pelajaran dapat dipupuk dengan reinforcement.

c) Perkembangan kematangan (1) Perkembangan fisik.

(2) Keterampilan intelektual yang telah dipelajari sebelumnya.

5) Menurut Dalyono (2012:166) readiness dalam belajar melibatkan beberapa faktor yang bersama-sama membentuk readiness, yaitu:

a) Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi, ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual.

b) Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan-tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubungan dengan sistem kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan.

6) Sedangkan menurut Susilo (2006: 17-21) aspek-aspek yang menjadi penentu kesiapan belajar antara lain:

a) Motivasi

Motivasi tiap orang untuk belajar berbeda-beda. Motivasi sudah ada pada saat seseorang akan melakukan sesuatu, namun mungkin tidak disadari. Motivasi menggerakkan untuk mencapai tujuan tertentu.

(6)

b) Keteraturan atau Ketekunan

Seseorang yang memiliki keteraturan tinggi akan termotivasi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan.

c) Beban tugas

Beban tugas yang tinggi seringkali mematahkan semangat untuk belajar. Maka perlu untuk memecah beban tugas menjadi bagian kecil sesuai dengan tipe siswa untuk menjaga semangat belajar. d) Terstuktur atau tidak terstruktur

Setiap siswa memiliki gaya belajar tertentu baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur yang akan mempengaruhi motivasi dalam belajar.

Sementara itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Kirmizi (2015), subdimensi kesiapan belajar yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar akademik siswa meliputi:

1) Self-directed learning (Kemandirian dalam belajar berkaitan dengan

inisiatif siswa dalam belajar, mendiagnosis kebutuhan belajar, menetapkan tujuan dan memilih materi untuk belajar).

2) Learner control (Usaha yang dilakukan siswa untuk mengatur

kegiatan belajarnya dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran).

3) Motivation (Motivasi berkaitan dengan kemampuan siswa untuk

belajar dari kesalahan, terbuka dengan ide baru, rasa senang belajar dan menunjukkan kemampuan yang dimiliki).

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil suatu pengertian bahwa kesiapan belajar siswa pada dasarnya dipengaruhi oleh aspek-aspek atau kondisi psikologis siswa yang didukung dengan kondisi fisik dan terpenuhinya kebutuhan materiil untuk mengikuti kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pengajaran tertentu. Aspek-aspek atau kondisi kesiapan belajar pada siswa yaitu sebagai berikut:

(7)

1) Kesiapan fisik

Kesiapan fisik yang dimaksud yaitu kondisi kesehatan atau kebugaran jasmani siswa saat mengikuti pembelajaran.

2) Kesiapan psikologis

Kesiapan psikologis yang dimaksud meliputi: adanya perhatian atau kemampuan siswa untuk berkonsentrasi dan mengabaikan segala sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang dihadapi, adanya hasrat kesungguhan atau motivasi dari dalam diri siswa yang mendorong siswa untuk siap belajar, serta pengetahuan atau pemahaman siswa terhadap materi yang akan dan telah dipelajari sehingga memungkinkan siswa untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

3) Kesiapan materiil

Kesiapan materiil yang dimaksud berupa tersedianya bahan atau perlengkapan belajar yang dikerjakan atau dipelajari oleh siswa.

c. Indikator Kesiapan Belajar Siswa

Penelitian yang dilakukan oleh Runia Antara, dkk. (2014) dalam publikasi yang berjudul “Pengaruh Kesiapan Belajar dan Transfer Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi di SMA Negeri 1 Ubud”, menunjukkan bahwa kesiapan belajar yang meliputi 1) kesiapan fisik, mental dan emosional, 2) kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, 3) keterampilan, pengetahuan, dan merespon dengan cepat setiap pertanyaan yang diberikan guru berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Iman, dkk. (2013) dengan judul “Korelasi Kesiapan Belajar Siswa dan Pengelolaan Laboratorium Komputer Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK di SMA Negeri Se-Kota Praya Tahun Ajaran 2012/2013” menujukkan bahwa kesiapan belajar yang meliputi 1) perhatian siswa dalam belajar, 2) motivasi siswa untuk unggul dalam kelompoknya, menyelesaikan tugas

(8)

dengan baik, menyukai tantangan, dan menerima tanggung jawab pribadi, serta 3) perkembangan kematangan, memiliki korelasi positif terhadap prestasi belajar siswa.

Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatchurrohman (2014) dalam publikasi dengan judul “Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin, dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif Teknik Kendaraan Ringan Kelas XI” menunjukkan bahwa kesiapan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran yang meliputi kesiapan fisik, kesiapan psikis dan kesiapan materiil memberikan pengaruh yang positif terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif.

Mengacu dari berbagai teori sebagaimana yang disebutkan diatas, dapat diambil makna bahwa ketika siswa mengikuti proses pembelajaran maka siswa harus mengetahui dan memiliki kesiapan agar dapat mengikuti dan menerima apa saja yang nanti akan dipelajarinya. Secara keseluruhan, indikator kesiapan belajar siswa pada penelitian ini dapat disintesiskan sebagai berikut:

1) Kondisi kesehatan atau kebugaran jasmani siswa.

2) Perhatian atau kemampuan siswa untuk berkonsentrasi saat mengikuti pembelajaran.

3) Hasrat kesungguhan atau motivasi siswa untuk belajar.

4) Pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dan telah dipelajari. 5) Tersedianya bahan atau perlengkapan belajar yang dikerjakan atau

dipelajari oleh siswa.

d. Hubungan Kesiapan Belajar Siswa dengan Hasil Belajar

Kesiapan belajar merupakan kondisi siswa secara keseluruhan yang memungkinkan ia dapat menghadapi kegiatan pembelajaran. Kesiapan belajar yang dimiliki siswa dalam mengikuti proses pembelajaran akan menciptakan suasana yang nyaman dan dorongan bagi siswa untuk menyiapkan semua kebutuhan belajarnya yang berkaitan

(9)

dengan materi yang akan diajarkan maupun materi yang sudah dipelajari lebih dulu. Kesiapan merupakan wujud keseriusan dalam belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang baru sehingga tercapai keberhasilan dalam belajar.

Mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran adalah hal yang perlu diperhatikan karena kondisi siap belajar yang ada pada siswa akan mendorong siswa untuk berkonsentrasi dan menunjukkan sikap yang baik selama mengikuti pembelajaran. Adanya kesiapan belajar yang matang memungkinkan siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif dan mudah dalam menyerap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga akan mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Senada dengan pendapat Slameto (2013:59) yang menyatakan bahwa, “Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik”.

2. Tinjauan Tentang Keterampilan Mengajar Guru a. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi edukatif antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Keterampilan mengajar mutlak harus dimiliki atau dikuasai oleh guru/pendidik karena mengajar bukan hanya proses menyampaikan pengetahuan melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Menurut Glickman dalam Salirawati (2011) menyatakan bahwa, “Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) merupakan kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus (most spesific

instructional behaviours) yang harus dimiliki guru agar dapat

melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional. Sementara itu, menurut Majid (2013:232) menyatakan bahwa:

Minimal terdapat dua kemampuan pokok (paling tidak) yang harus dikuasai oleh guru/pendidik yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, yaitu bidang ilmu yang ia ampu (what to teach) dan

(10)

menguasai metode mengajar (how to teach). Keterampilan mengajar

(teaching skill) termasuk pada kemampuan pokok untuk mengajar.

Sedangkan menurut Suryono dan Hariyanto (2014:212), “Keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang yang mengajar pada hakikatnya terkait tentang sejauh mana kemampuan para guru dalam menerapkan berbagai variasi metode mengajar. Hal ini senada dengan pendapat Majid (2013:232) bahwa, “Keterampilan mengajar merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan variasi metode mengajar untuk memperoleh hasil yang maksimal”.

Sementara itu, Adediwura dan Bada Tayo (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, “Esssential teaching skill and teaching methods are like two sides of the same coin. Skills are the required characteristics or ingredients for effective teaching while methods can be

compared to pattern to be followed in teaching”. Pendapat tersebut

menunjukkan bahwa pada dasarnya keterampilan mengajar dan metode mengajar itu seperti dua sisi dalam koin yang sama. Keterampilan merupakan karakteristik atau unsur yang diperlukan dalam mengajar yang efektif, sementara itu metode-metode dapat digunakan dalam mengajar.

Mengacu dari berbagai pendapat diatas, yang dimaksud keterampilan mengajar guru adalah kemampuan atau kecakapan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan berbagai variasi metode mengajar guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif.

b. Macam-macam Keterampilan Mengajar Guru

Dalam proses pembelajaran yang menjadi kunci keberhasilan guru adalah kemampuan menggunakan keterampilan sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Guru harus menghadapi satuan kelas yang siswa-siswanya memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap informasi dan berbeda dalam cara menunjukkan kemampuannya dalam memahami pengetahuan. Dalam kaitan hal ini guru harus berusaha

(11)

menggunakan berbagai macam gaya dan cara mengajar untuk membantu siswa menyerap informasi dan memperkuat pemahamannya. Berbagai metode perlu digunakan untuk menjamin bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang sama dalam belajar karena di dalam proses belajar mengajar di sekolah tidak hanya terjadi saat guru menerangkan atau menyampaikan materi kepada siswa, tetapi juga terjadi interaksi aktif di antara guru dan siswa. Hasibuan dan Moedjiono (2010:58) menjelaskan macam keterampilan dasar yang diutamakan guru meliputi:

1) Keterampilan memberi penguatan 2) Keterampilan bertanya

3) Keterampilan menggunakan variasi 4) Keterampilan menjelaskan

5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

6) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan 7) Keterampilan mengelola kelas

8) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Sedangkan Majid (2013:233) mengemukakan bahwa keterampilan mengajar guru meliputi:

1) Keterampilan bertanya

2) Keterampilan memberi penguatan 3) Keterampilan mengadakan variasi 4) Keterampilan menjelaskan

5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 6) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil 7) Keterampilan mengelola kelas

8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Semua keterampilan mengajar tersebut di atas diuraikan sebagai berikut: 1) Keterampilan bertanya

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:62), “Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan”. Sedangkan Majid (2013:234) berpendapat bahwa, “Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para pendengarnya, khususnya

(12)

menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian dan perlu dipertanyakan”.

Guru perlu melakukan kegiatan bertanya dengan menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban. Dalam hal ini guru mengajukan serangkaian pertanyaan untuk mengumpulkan informasi apakah siswa sudah memperoleh hikmah pembelajaran. Sedangkan tujuan bertanya menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:62) adalah:

a) Merangsang kemampuan berpikir siswa. b) Membantu siswa dalam belajar.

c) Mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri.

d) Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi.

e) Membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Menurut Suyono dan Hariyanto (2014:213) ada dua jenis pertanyaan yang dapat diajukan oleh seorang guru, yaitu pertanyaan dasar dan pertanyaan lanjutan. Agar suatu pertanyaan dasar efektif, maka sebaiknya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

a) Pertanyaan yang jelas dan singkat, dengan memperhitungkan kemampuan berpikir dan perbendaharaan kata yang dikuasai peserta didik.

b) Memberikan acuan, berupa pertanyaan atau penjelasan singkat berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan.

c) Memusatkan perhatian, pertanyaan digunakan untuk memusatkan perhatian mereka.

d) Memberikan giliran dan menyebarkan pertanyaan e) Memberi kesempatan berpikir.

Sedangkan menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:63) komponen-komponen yang termasuk ke dalam keterampilan bertanya lanjut adalah:

a) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan: untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa diperlukan perubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sistesis dan evaluasi).

(13)

b) Urutan pertanyaan: pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang logis.

c) Melacak: untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak perlu dipunyai guru. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta siswa untuk memberikan penjelasan tentang jawabannya, memberikan alasan, memberikan contoh yang relevan.

d) Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antarsiswa. Berdasarkan uraian teori diatas, yang dimaksud dengan keterampilan bertanya dalam penelitian ini adalah suatu teknik yang digunakan oleh guru untuk menarik perhatian atau respon siswa atas pertanyaan yang disampaikan guru melalui bertanya dasar dan bertanya lanjutan.

2) Keterampilan memberi penguatan

Suyono dan Hariyanto (2014: 226), “Pemberian penguatan didefinisikan sebagai perilaku guru dalam merespon positif suatu perilaku tertentu dari siswa sehingga memungkinkan perilaku semacam itu timbul kembali”. Hal ini sesuai dengan pendapat Majid (2013:237) bahwa, “Memberi penguatan atau reinforcement merupakan tindakan atau respons terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku tersebut disaat yang lain”.

Pemberian penguatan memiliki pengaruh yang positif dan mendorong siswa untuk memperbaiki tingkah laku dan meningkatkan kegiatan belajarnya. Sementara itu tujuan memberi penguatan menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:58) adalah:

a) Meningkatkan perhatian siswa.

b) Melancarkan atau memudahkan proses belajar. c) Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.

d) Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif.

e) Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar f) Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik/divergen dan

(14)

Keterampilan memberi penguatan terdiri dari beberapa komponen yaitu:

a) Penguatan verbal

Yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/kalimat berupa: bagus, baik, hebat, setuju, betul, dan sebagainya.

b) Penguatan gestural

Yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang memberi arti atau kesan baik kepada siswa. Penguatan ini dapat berupa tepuk tangan, acungan jempol, anggukan tersenyum, dan sebagainya.

c) Penguatan dengan cara mendekati

Yaitu perhatian guru kepada siswa dengan cara mendekati. Penguatan ini dapat dilakukan dengan mendekati saat siswa menjawab pertanyaan, bertanya, diskusi dan aktivitas lainnya. d) Penguatan dengan sentuhan

Penguatan yang dilakukan guru dengan cara menyentuh siswa seperti menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat tangan siswa.

e) Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan Memberi penghargaan kepada kemampuan siswa dalam suatu bidang tertentu seperti siswa yang pandai bernyanyi diberikan kesempatan untuk melatih vokal dan dapat dijadikan tutor sebaya. f) Penguatan berupa tanda atau benda

Adakalanya guru memberikan penilaian kepada siswa berupa simbol atau benda. Penguatan ini dapat berupa komentar tertulis atas karya siswa, hadiah berupa buku tulis, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas, keterampilan memberi penguatan dalam penelitian ini adalah sikap guru untuk memberikan respon positif terhadap perilaku siswa dalam pembelajaran sehingga perilaku siswa tersebut muncul kembali.

(15)

3) Keterampilan mengadakan variasi

Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan serta penuh partisipasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyono dan Hariyanto (2014:228) bahwa:

Menggunakan variasi diartikan sebagai aktivitas guru dalam konteks pembelajaran yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajar siswa selalu menunjukkan ketekunan, perhatian, keantusiasan, motivasi yang tinggi dan kesediaan berperan secara aktif.

Sementara itu, Hasibuan dan Moedjiono (2009:65) menyatakan kegunaan keterampilan menggunakan variasi di dalam kelas antara lain:

a) Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar.

b) Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi.

c) Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.

d) Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi kemudahan belajar.

e) Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai tingkat kognitif.

Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pembelajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam 3 komponen yaitu:

a) Variasi dalam gaya mengajar guru

Variasi gaya mengajar guru meliputi komponen-komponen: (1) Variasi suara: keras-lemah, cepat-lambat, tinggi-rendah,

besar-kecil suara.

(2) Pemusatan perhatian: pemusatan perhatian dapat dikerjakan secara verbal, isyarat, atau dengan menggunakan model. (3) Kesenyapan: pada saat guru menerangkan sering diperlukan

(16)

bertujuan meminta perhatian siswa. Ada kalanya kesenyapan dikerjakan bila guru akan berpindah dari segmen mengajar satu ke segmen mengajar yang lain. jika hal ini dikerjakan, tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengendapkan pengetahuan yang baru diperoleh sebelum pindak ke segmen berikutnya.

(4) Kontak pandang: untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindari hal-hal yang bersifat impersonal, maka kontak pandang perlu dikerjakan selama proses mengajarnya. (5) Gerakan badan dan mimik: perubahan ekspresi wajah, gerakan

kepala, badan, sangat penting dalam proses komunikasi.

(6) Perubahan posisi guru: perhatian siswa dapat ditingkatkan melalui perubahan posisi guru dalam proses interaksi komunikasi.

b) Variasi penggunaan media dan bahan-bahan pengajaran

Ditinjau dari reseptor penerima rangsang yang disampaikan, maka media dan bahan pengajaran penerima dapat digolongkan menjadi: (1) Media dan bahan pengajaran yang dapat didengar (oral). (2) Media dan bahan pengajaran yang dapat dilihat (visual).

(3) Media dan bahan pengajaran yang dapat disentuh, diraba atau dimanipulasikan (media taktil).

c) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa

Rentangan interaksi dapat bergerak di antara kutub yang ekstrem, yakni guru sebagai pusat kegiatan dan siswa sebagai pusat kegiatan. Perubahan interaksi di antara kedua kutub tadi akan berakibat pada pola kegiatan yang akan dialami siswa.

Mengacu dari berbagai pendapat di atas, penggunaan variasi merupakan keterampilan guru dalam menggunakan berbagai kemampuan untuk menimbulkan minat dan perhatian siswa dengan cara mengadakan variasi gaya mengajar, variasi penggunaan media dan bahan pengajaran, serta variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.

(17)

4) Keterampilan menjelaskan

Dalam setiap proses pembelajaran yang berlangsung guru tidak luput dari tuntutan untuk menjelaskan sesuatu. Keterampilan menjelaskan bukanlah sekedar menceritakan sesuatu kepada siswa, tetapi merupakan suatu keterampilan menyajikan bahan pengajaran yang diorganisasikan secara sistematis sehingga mudah dipahami oleh siswa.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:70), “Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan penjelasan adalah proses penalaran siswa dan bukan indoktrinasi”. Hal ini senada dengan pendapat Suyono dan Hariyanto (2014:215) bahwa, “Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum, prinsip, konsep, kaidah dan aturan yang berlaku”.

Penyampaian penjelasan atau uraian tentang suatu pokok persoalan tidak boleh dilakukan oleh guru secara sembarangan, melainkan harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam menjelaskan materi. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:70) prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan yaitu:

a) Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, atau di akhir jam pertemuan, tergantung kepada keperluan.

b) Penjelasan dapat diselingi tanya jawab.

c) Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran.

d) Penjelasan dapat diberikan bila ada pertanyaan dari siswa atau direncanakan oleh guru.

e) Materi penjelasan harus bermakna bagi siswa.

f) Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa.

Sementara itu Menurut Majid (2013:232) Prinsip-prinsip menjelaskan antara lain:

a) Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b) Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa.

(18)

c) Materi penjelasan harus dikuasai secara baik oleh guru. d) Materi penjelasan harus bermanfaat dan bermakna bagi

siswa.

e) Dalam menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang konkrit dan dihubungkan dengan kehidupan.

Secara garis besarnya komponen keterampilan menjelaskan meliputi dibagi menjadi dua, yaitu merencanakan dan penyajian suatu penjelasan. Berikut komponen keterampilan menjelaskan antara lain: a) Merencanakan penjelasan

Dalam merencanakan penjelasan perlu diperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dan penerima pesan (siswa dengan segala kesiapannya).

b) Menyajikan penjelasan

(1) Kejelasan dapat berupa kejelasan dalam tujuan, bahasa, dan proses penjelasan merupakan kunci dalam memberikan penjelasan.

(2) Penggunaan contoh dan ilustrasi: contoh dan ilustrasi akan mempermudah siswa untuk menerima dan memahami konsep yang abstrak. Biasanya pola umum untuk menghubungkan contoh dengan dalil adalah pola induktif dan pola deduktif. (3) Memberikan penekanan: penekanan dilakukan dengan

mengadakan variasi dalam gaya mengajar (variasi dalam suara, mimik) dan membuat struktur sajian, dapat pula dikerjakan dengan memberikan ikhtisar, pengulangan, atau memberi tanda.

(4) Pengorganisasian: pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara membuat hubungan antara contoh dan dalil menjadi jelas dan memberikan ikhtisar butir-butir yang penting selama ataupun pada akhir sajian.

(5) Balikan: balikan dapat diperoleh dengan cara memperhatikan tingkah laku siswa, memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan guru, dan meminta pendapat siswa apakah

(19)

penjelasan yang diberikan bersifat bermakna atau tidak dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, yang dimaksud keterampilan menjelaskan adalah kegiatan menyampaikan dan mendeskripsikan materi pembelajaran secara lisan dan sistematis sehingga mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Di dalam menjelaskan, guru harus melakukan perencanaan dan menyajikan penjelasan tersebut dengan jelas, menggunakan ilustrasi, memberikan penekanan, mengorganisasi dan melakukan balikan.

5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2010:73), “Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat kepada apa yang dipelajari”. Sedangkan Majid (2013:242) menjelaskan bahwa:

Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.

Sementara itu, menurut Suyono dan Hariyanto (2014:233), “Menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran”. Dalam kegiatan ini guru memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan menutup pelajaran berkaitan dengan kemampuan guru untuk merangkum intisari pembelajaran yang telah berlangsung. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:74) kegiatan membuka dan menutup pelajaran mempunyai tujuan:

(20)

a) Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas-tugas yang akan dihadapi.

b) Memungkinkan siswa mengetahui batas-batas tugasnya yang akan dikerjakan.

c) Siswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan yang akan digunakan dalam mempelajari bagian-bagian pelajaran. d) Memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara

pengalaman-pengalaman yang dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dia pelajari.

e) Memberikan kemungkinan kepada siswa untuk menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan, konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.

Sedangkan Suyono dan Hariyanto (2014:233) kegiatan membuka dan menutup pembelajaran bertujuan untuk:

a) Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas-tugas yang akan, sedang dan telah dihadapi.

b) Memungkinkan siswa mengetahui batas-batas tugasnya, dan berfungsi sebagai advace organizer bagi perkembangan struktur kognitif siswa.

c) Memungkinkan siswa menyiapkan struktur kognitifnya untuk mengaitkan hal-hal apa yang akan dipelajari dengan pengetahuan terdahulu yang telah dimilikinya serta melakukan kontekstualisasi.

d) Memungkinkan siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilannya dalam suatu pembelajaran.

Kegiatan menutup dan membuka pelajaran merupakan kegiatan yang penting bagi perkembangan kognitif siswa sebab dalam kegiatan pembukaan terdapat apersepsi dan refleksi pada kegiatan menutup pembelajaran. Dalam hal ini ada beberapa komponen keterampilan yang harus diperhatikan guru, yaitu:

a) Membuka pelajaran

Komponen dan aspek-aspek yang berkaitan dengan membuka pelajaran adalah:

(1) Menarik perhatian siswa dengan cara menggunakan variasi gaya mengajar, penggunaan alat-alat bantu mengajar, pola interaksi yang bervariasi.

(21)

(2) Menimbukan motivasi dengan menunjukkan kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide-ide yang bertentangan, serta memperhatikan minat siswa. (3) Memberikan acuan (structuring) dengan cara mengemukakan

tujuan dan batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan.

(4) Membuat kaitan untuk memulai pelajaran baru. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain: membuat kaitan antara aspek-aspek yang relevan dari mata pelajaran yang dikenal siswa, guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui siswa, atau guru menjelaskan konsepnya terlebih dahulu baru kemudian uraian secara terinci.

b) Menutup pelajaran

Untuk memperoleh gambaran secara utuh pada waktu akhir kegiatan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru dapat menutup pelajaran, yakni:

(1) Meninjau kembali dengan cara merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.

(2) Mengevaluasi pemahaman siswa, dengan meminta siswa mendemonstrasikan keterampilan, meminta siswa mengaplikasikan ide baru dalam situasi yang lain, mengekspresikan pendapat siswa sendiri, dan memberikan soal-soal tertulis.

Mengacu dari uraian pendapat di atas, dapat diambil pengertian bahwa keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan perhatian siswa dan menyiapkan mental siswa untuk mengikuti pembelajaran. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk memberikan refleksi dan merangkum materi pelajaran yang telah

(22)

dipelajari siswa sehingga siswa mengetahui gambaran yang jelas terhadap intisari pembelajaran.

6) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok merupakan kegiatan yang memungkinkan siswa menguasai konsep atau memecahkan masalah melalui proses berpikir, berinteraksi dan bersikap positif. Hasibuan dan Moedjiono (2009:88) memberikan pendapat bahwa, “Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah”

Menurut Majid (2013:246) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan sebagai berikut:

a) Siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan mereka.

b) Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir ddan berkomunikasi.

c) Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Diskusi kelompok kecil dapat dipandang sebagai variasi dari pola interaksi yang penting dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Diskusi bukan hanya dimaksudkan untuk mencapai pengetahuan tertentu, tetapi pembentukan sikap dan keterampilan hidup. Menurut Suyono dan Hariyanto (2014: 221) beberapa prinsip dalam membimbing diskusi kelompok kecil yang harus diperhatikan adalah:

a) Melaksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan. b) Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab

permasalahan.

c) Rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis.

d) Bimbinglah dan jadikanlah diri guru sebagai teman dalam diskusi.

(23)

Sementara itu, Hasibuan dan Moedjiono (2009:89-90) Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru agar diskusi dapat berjalan baik adalah:

a) Diskusi hendaknya berlangsung dalam iklim terbuka. Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan kesediaan menghargai pendapat orang lain.

b) Perencanaan yang matang akan mempertinggi efektivitas diskusi. Perencanaan meliputi: pemilihan topik atau masalah, perencanaan dan penyiapan bahan-bahan pengait, penyiapan diri sebaik-baiknya sebagai pimpinan diskusi, penentuan besarnya kelompok dan pengaturan tempat duduk yang menyenangkan.

Secara umum, komponen keterampilan membimbing diskusi adalah sebagai berikut:

a) Pemusatan perhatian

Hal ini dapat dilakukan guru dengan cara menentukan arah, tujuan, topik diskusi dan mengendalikan pembicaraan agar tetap pada topik diskusi.

b) Memperjelas permasalahan

Agar permasalahan menjadi jelas, guru dapat merangkum ide-ide siswa, memberi tanggapan terhadap komentar siswa, dan memberikan informsi tambahan.

c) Menganalisa pandangan siswa

Agar peserta didik tetap berada pada konteks diskusi dan suasana partisipasi, guru dapat memberikan komentar dan meluruskan pandangan siswa agar tetap berada pada topik diskusi.

d) Meningkatkan urunan pikiran siswa

Diskusi bertujuan agar siswa berpikir kritis, guru dapat membantu dengan memberikan dukungan terhadap pendapat-pendapat siswa yang logis. Untuk merangsang pendapat siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan yang menantang dan problematis.

(24)

e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi

Untuk meningkatkan partisipasi siswa yang tidak aktif dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang langsung tertuju pada siswa yang kurang aktif, mencegah siswa yang suka memonopili pembicaraan dan mendorong siswa untuk berkomentar terhadap pendapat siswa yang lain.

f) Menutup diskusi

Keterampilan menutup diskusi dapat dilakukan dengan membuat rangkuman, menentukan langkah tindak lanjut diskusi, dan mengajak siswa menilai hasil dan proses diskusi.

Sesuai uraian pendapat diatas, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil yaitu kegiatan yang menimbukan siswa berpikir kritis dan berinteraksi secara positif dengan siswa yang lainnya.

7) Keterampilan mengelola kelas

Dilihat dari pihak guru, keberhasilan kegiatan belajar mengajar bukan hanya ditentukan oleh kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran akan tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola kelas.

Menurut Majid (2013:248) mengemukakan bahwa, “Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”. Sedangkan Suyono dan Hariyanto (2014:235) berpendapat bahwa, “Keterampilan mengelola kelas erat kaitannya dengan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan siswa dan penciptaan disiplin belajar secara sehat”. Sementara itu Hasibuan dan Moedjiono (2009:83) penggunaan komponen dalam kelas memiliki beberapa tujuan, antara lain:

(25)

a) Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya.

b) Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan, bukan kemarahan.

c) Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas. Secara keseluruhan, terdapat dua komponen utama mengenai keterampilan mengelola kelas yang perlu diperhatikan guru antara lain:

a) Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal

(1) Menunjukkan sikap tanggap untuk membuktikan bahwa guru ada bersama dengan para siswanya, memberikan perhatian, sekaligus mengontrol kepedulian dan ketidakkacauan para siswanya.

(2) Guru harus membagi perhatian ke semua siswa secara visual dan verbal.

(3) Memusatkan perhatian kelompok untuk mempertahankan perhatian siswa dari waktu ke waktu dan dapat dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa dan menuntut tanggung jawab siswa.

(4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.

(5) Menegur siswa yang menunjukkan perilaku yang mengganggu atau menyimpang. Teguran hendaknya disampaikan dengan jelas dan tegas kepada tingkah laku yang mengganggu, menghindari ejekan dan peringatan yang kasar.

(6) Memberi penguatan: memberi penguatan dapat dilakukan kepada siswa yang suka mengganggu jika pada suatu saat dia “tertangkap” melakukan perbuatan yang positif. Dapat pula kepada siswa yang bertingkah laku wajar sebagai contoh.

(26)

b) Keterampilan yang berhubungan dengan pembalikan kondisi belajar yang optimal

Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar optimal. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru antara lain:

(1) Modifikasi tingkah laku.

(2) Melakukan pendekatan pemecahan masalah kelompok.

(3) Memperlancar terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas.

(4) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Seorang guru harus memaksimalkan untuk memecahkan masalah tersebut dengan seperangkat cara untuk mengendalikan perilaku siswa tersebut.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, yang dimaksud keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan yang dimiliki guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang kondusif dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan dengan cara mendisiplinkan atau melakukan kegiatan remidial.

8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Dalam pengajaran klasikal kebutuhan masing-masing siswa tidak dapat dilayani guru karena semua siswa diperlakukan sama. Agar setiap siswa mendapatkan perhatian serta memungkinkan terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa, perlu dilaksanakan bentuk pengajaran kelompok kecil dan perorangan.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono, “Mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang hanya melayani 3 – 8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan”. Pada dasarnya bentuk

(27)

pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Sedangkan menurut Majid (2013:251), “Mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru melayani siswa dalam belajar secara kelompok berkisar 3 - 5 orang dan pengajaran individual tiap siswa”.

Secara umum terdapat empat komponen keterampilan yang perlu dikuasai guru untuk pengajaran kelompok kecil dan perorangan, yakni:

a) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi

Prinsip yang penting dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah terjadinya hubungan yang akrab antara guru dan siswa. Suasana ini dapat diciptakan dengan cara menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa dan menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecenderungan mengambil alih atau mendominasi siswa.

b) Keterampilan mengorganisasi

Keterampilan yang diperlukan dalam peran guru sebagai organisator selama pelajaran berlangsung adalah kemampuan menciptakan keteraturan dengan cara mengorganisasikan kebutuhan-kebutuhan bagi upaya mengajar kelompok.

c) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar

Keterampilan ini diperlukan untuk membantu siswa maju tanpa mengalami frustasi. Beberapa keterampilan yang dapat menunjang adalah memberikan penguatan, mengembangkan supervisi proses awal, mengadakan supervisi proses lanjut, serta mengadakan supervisi pemaduan, dikerjakan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana tujuan telah dapat dicapai dalam rangka menyiapkan pelaksanaan rangkuman dan pemantapan.

d) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan cara membantu siswa menetapkan tujuan

(28)

pelajaran, merencanakan kegiatan belajar bersama siswa serta membantu menilai pencapaian dan kemajuan sendiri

Mengacu dari uraian diatas, yang dimaksud keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah kemampuan guru untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa secara kelompok kecil maupun secara individual.

c. Indikator Keterampilan Mengajar Guru

Penelitian yang dilakukan oleh Partono dan Ika Mubarokah (2013) dengan judul “Persepsi Siswa Atas Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru dan Pengelolaan Kelas Terhadap Prestasi Belajar Siswa” menunjukkan bahwa keterampilan mengajar guru yang meliputi 1) keterampilan bertanya, 2) keterampilan menggunakan variasi, 3) keterampilan menjelaskan, 4) keterampilan membuka dan menutup pelajaran serta 5) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

Adapun hasil penelitian Sahidin dan Dini Jamil (2014) dalam publikasi yang berjudul “Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Persepsi Siswa Tentang Cara Guru Mengajar Terhadap Hasil Belajar Matematika” menemukan bahwa cara mengajar guru dengan menggunakan berbagai keterampilan mengajar yang meliputi 1) keterampilan memberi penguatan, 2) keterampilan dalam pengelolaan kelas, dan 3) keterampilan dalam memberi variasi dalam pembelajaran memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.

Mengacu dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan diatas, secara keseluruhan kesimpulan keterampilan mengajar guru dapat disintesiskan menjadi 8 (delapan) indikator, yaitu:

1) Guru terampil dalam membuka dan menutup pelajaran. 2) Guru terampil dalam menjelaskan materi.

3) Guru terampil dalam bertanya.

(29)

5) Guru terampil dalam mengadakan variasi.

6) Guru terampil dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan. 7) Guru terampil dalam mengelola kelas.

8) Guru terampil dalam membimbing diskusi kelompok kecil.

d. Hubungan Keterampilan Mengajar Guru dengan Hasil Belajar Peran guru sangatlah dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang menyenangkan, aktif, dan memungkinkan siswa berprestasi secara maksimal. Guru dituntut tidak hanya menguasai ilmu yang diajarkan tetapi juga memiliki keterampilan mengajar untuk menciptakan dan mengelola suasana kelas yang kondusif, demokratis dan tetap tertib agar semua siswa bisa optimal dalam meraih hasil belajarnya.

Guru hendaknya memiliki keterampilan untuk mengelola pembelajaran dengan menerapkan berbagai variasi metode mengajar. Metode mengajar yang variatif dan diterapkan dengan baik oleh guru dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, dan mendorong partisipasi aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Slameto (2013:65) yang menyatakan bahwa:

Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik maka metode mengajar harus diusahakan setepat, efisien dan efektif mungkin.

3. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi (MPA)

a. Pengertian Hasil Belajar

Dalam keberhasilan proses pembelajaran secara umum dapat dilihat dari dua segi, yakni kriteria ditinjau dari sudut proses pembelajaran itu sendiri dan kriteria yang ditinjau dari sudut hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut menurut Gagne dan Briggs dalam Suprihatiningrum

(30)

(2013:37), “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa”. Sedangkan menurut Sudjana (2009:22), “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Sementara itu, Jihad dan Haris (2013:15) menyatakan bahwa, “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran”. Sedangkan menurut Purwanto (2013:48), “Hasil belajar merupakan hasil perubahan perilaku siswa akibat belajar yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor”.

Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar perlu dievaluasi untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif. Hal ini senada dengan pendapat Suprihatiningrum (2013:38) bahwa:

Untuk menunjukkan tinggi rendahnya atau baik buruknya hasil belajar yang dicapai siswa ada beberapa cara. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan memberikan skor terhadap kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar tersebut.

Sesuai dengan taksonomi tujuan pembelajaran, menurut Purwanto (2013:50-53) penilaian hasil belajar dibagi menjadi tiga aspek, yaitu: 1) Aspek kognitif

Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Kemampuan intelektual siswa secara hierarkis dikelompokkan ke dalam enam tingkatan yaitu:

a) Pengetahuan, kemampuan ini merupakan hasil belajar yang paling rendah. Tujuannya agar siswa mengenal kembali bahan pelajaran yang telah disampaikan.

(31)

b) Pemahaman, pemahaman yang dimaksud di sini adalah penerimaan dalam komunikasi secara akurat (mampu menangkap arti).

c) Aplikasi, adalah kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus dan sebagainya untuk memecahkan masalah.

d) Analisa, merupakan kemampuan siswa untuk memahami sesuatu dengan menguraikannya kedalam unsur-unsur.

e) Sintesa, pada tingkat ini siswa memiliki kemampuan untuk merangkai atau mensintesa bagian-bagian sehingga membentuk suatu kesatuan yang bermakna.

f) Evaluasi, adalah kemampuan anak didik dalam mengambil keputusan atau menyatakan pendapat tentang nilai sesuatu tujuan, ide, pekerjaan, pemecahan masalah dan materi.

2) Aspek afektif

Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Hasil belajar aspek afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku yang menunjukkan perubahan yang positif. Kategori aspek afektif sebagai hasil belajar, antara lain: a) Penerimaan, mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang

(stimulus) dari luar yang datang pada siswa dalam bentuk situasi, masalah, dan gejala.

b) Partisipasi atau merespon, yaitu kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c) Penilaian, yaitu kemampuan siswa untuk memberikan penilaian terhadap stimulus yang diberikan dan membawa diri sesuai dengan penilaian tesebut.

d) Organisasi, adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku. e) Karakteristik atau internalisasi nilai, adalah menjadikan nilai-nilai

yang diorganisasikan tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

(32)

3) Aspek psikomotor

Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu setelah ia menerima

pengalaman belajar tertentu. Aspek pskimotor bertujuan untuk mengembangkan keterampilan individu yang bersifat manual atau motorik.

Mengacu dari berbagai pendapat diatas, dapat diambil pengertian bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku dan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dinyatakan dengan nilai sesuai tujuan pembelajaran. Penilaian hasil belajar dalam penelitian ini dilihat dari aspek kognitif karena sekolah yang dijadikan tempat penelitian masih menggunakan kurikulum KTSP.

b. Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi (MPA)

Berdasarkan penjabaran umum kurikulum SMK Tahun 2006, karakteristik mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi adalah sebagai berikut:

1) Deskripsi umum

Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi (MPA) merupakan salah satu mata pelajaran produktif kompetensi keahlian administrasi perkantoran. Mata pelajaran ini mengacu pada prosedur pembuatan surat atau korespondensi. Mata pelajaran ini sangat penting dipelajari, karena pada dasarnya kegiatan administrasi terdapat di segala bidang kehidupan khususnya dunia industri/dunia usaha. Surat menyurat memegang peranan yang penting di dalam dunia kerja sehingga surat harus ditangani secara khusus dan profesional dan oleh orang yang betul-betul mampu menangani secara baik dan terorganisir.

(33)

2) Ruang lingkup

Bahan pengajaran Melakukan Prosedur Administrasi (MPA) di SMK dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Mata Pelajaran MPA

No. Kompetensi Dasar Lingkup Belajar 1. Proses dokumen-dokumen

kantor

a. Tata persuratan 2. Dasar surat menyurat a. Bahasa surat

b. Surat dinas, surat niaga dan surat pribadi 3. Mengurus/menjaga sistem dokumen a. Indeks b. Sistem penyimpanan dokumen kantor

c. Evaluasi Hasil Belajar Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi (MPA)

Dalam kaitannnya dengan proses belajar mengajar, hasil belajar siswa dapat diketahui dari hasil evaluasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Jihad dan Haris (2013:15), “Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa”.

Menurut Syah (2006:141) “Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Sedangkan menurut Tardif dalam Syah (2006:141) menyebutkan “Evaluasi berarti proses penilaian untuk menggambarkan hasil belajar yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan”.

Syah (2006:143-144) menyebutkan berbagai macam evaluasi mulai yang sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu:

1) Pre test dan post test

Kegiatan pre test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru dengan tujuan untuk mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Post test adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian matei. Tujuannya adalah untuk

(34)

mengetahui taraf penguasaan siswa atas meteri yang telah diajarkan.

2) Evaluasi prasyarat

Penilaian terhadap sejumlah bahan yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.

3) Evaluasi diagnostik

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.

4) Evaluasi formatif

Evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya untuk memperoleh umpan balik untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remidial (perbaikan).

5) Evaluasi sumatif

Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud evaluasi ialah proses penilaian untuk menggambarkan kualitas hasil belajar siswa sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program pembelajaran. Macam-macam evaluasi yang dapat digunakan, antara lain: Pre test dan post test, evaluasi prasyarat, evaluasi diagnostik, evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Dalam penelitian ini, data variabel hasil belajar diperoleh dari data hasil belajar kognitif yang dicapai siswa pada mata pelajaran MPA yang diambil dari nilai Ujian Tengah Semester Genap siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016.

(35)

d. Hubungan Kesiapan Belajar Siswa dan Keterampilan Mengajar Guru dengan Hasil Belajar

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan intensitas belajar pada diri siswa. Menurut Usman (2009:4), menyatakan bahwa:

Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berlangsung dengan efektif. Pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang memudahkan siswa untuk memahami dan mempelajari sesuatu sesuai dengan hasil yang diinginkan.

Dalam rangka menciptakan pembelajaran yang efektif, hendaknya ada kesiapan belajar yang timbul dari dalam diri siswa yang mendorong siswa untuk belajar dengan baik sehingga dapat memacu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Apabila siswa memiliki kesiapan yang matang, siswa akan lebih mudah menerima dan memperdalam materi yang disampaikan oleh guru sehingga akan mempengaruhi hasil belajarnya. Selain itu, dengan adanya dukungan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dengan cara memilih, menetapkan dan mengembangkan metode mengajar yang bervariatif dan disesuaikan dengan kondisi dan materi pelajaran akan mendorong siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirmizi (2015) dalam publikasi yang berjudul “The Influence of Learner Readiness on Student Satisfaction and Academic Achievement in an

(36)

kesiapan belajar yang meliputi Self-directed learning (kemandirian belajar), Learner control (kemampuan siswa dalam mengatur kegiatan belajarnya, dan Motivation (motif dan kebutuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran) berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian hasil belajar akademik siswa.

Adapun hasil penelitian Adediwura dan Bada Tayo (2013) dengan judul “Perception of Teachers’ Knowledge, Attitude and Teaching Skills as Predictor of Academic Performance in Nigerian Secondary

Schools” menemukan bahwa keterampilan mengajar yang digunakan guru

meliputi, 1) Organizational skill (keterampilan mengelola pembelajaran),

2) Communication skill and presentation of the learning task

(keterampilan berkomunikasi dan menjelaskan), 3) Feedback skill (keterampilan memberikan umpan balik atau memberikan penguatan), 4)

Questioning skill (keterampilan bertanya), 5) Closure skill (keterampilan

menutup pelajaran) dan 6) Evaluation skill (keterampilan melakukan evaluasi), berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pembelajaran dan pencapaian hasil belajar siswa.

B. Kerangka Berpikir

Kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok dalam proses pembelajaran di sekolah yang dipengaruhi berbagai macam faktor, baik berasal dari siswa maupun dari guru. Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang menjadi titik berat adalah pada siswa yang berinteraksi dengan pengalaman belajarnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah kesiapan belajar. Kesiapan belajar siswa yang baik akan membuat siswa lebih mudah menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh guru selama proses pembelajaran sehingga diharapkan siswa akan memperoleh hasil belajar yang optimal.

Selain faktor dari dalam diri siswa, faktor ekternal yang turut mempengaruhi hasil belajar siswa adalah keterampilan mengajar guru. Guru adalah pihak yang memiliki peran yang besar dalam kelancaran proses pembelajaran, karena guru merupakan pihak yang menyampaikan ilmu

(37)

pengetahuan. Guru yang mampu menguasai ilmu yang diajarkan dan terampil mengajar akan berpengaruh terhadap kelancaran proses pembelajaran yang berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa.

Adanya kesiapan belajar yang timbul dari dalam diri siswa, didukung dengan keterampilan mengajar guru, diharapkan dapat mendorong siswa untuk menyiapakan diri dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga dapat memacu untuk meningkatkan hasil belajarnya. Secara skematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Kesiapan Belajar Siswa

Keterampilan Mengajar Guru

(38)

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang peneliti kemukakan, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan kesiapan belajar siswa terhadap hasil belajar mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi (MPA) siswa kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Ada pengaruh yang signifikan keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi (MPA) siswa kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016.

3. Ada pengaruh yang signifikan kesiapan belajar siswa dan keterampilan mengajar guru secara bersama-sama terhadap hasil belajar mata pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi (MPA) siswa kelas X Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016.

H1

H3

H2

Gambar 2.2 Skema Hipotesis X1

Y X2

Gambar

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Mata Pelajaran MPA
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir  Kesiapan Belajar Siswa
Gambar 2.2 Skema Hipotesis X1

Referensi

Dokumen terkait

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

dalam berkomunikasi dengan manajerya maka produktivitas kinerjanya yang dihasilkan akan kurang memuaskan bahkan komunikasi tersebut kurang efektif karena jika manajer

Tabel 2 Perbandingan output paket AMV 2.0 dengan output SAS, Minitab, dan SPSS menggunakan metode blackbox Fungsi di AMV 2.0 Perangkat Lunak Hasil Perbandingan output

Jika Grup mengurangi bagian kepemilikan pada entitas asosiasi atau ventura bersama tetapi Grup tetap menerapkan metode ekuitas, Grup mereklasifikasi ke laba rugi proporsi

Dari data hasil simulasi perbandingan antara sistem CDMA-OFDM pada jumlah chip kode PN 4, 8 dan 16 dengan 4 pengguna, dalam grafik unjuk kerja sistem terlihat

Anggaran yuran keseluruhan program akademik KUIS dan juga anggaran jumlah pinjaman PTPTN (untuk Warganegara Malaysia sahaja) atau Tabung Tajaan Khas KUIS (TKK) dalam

Bahwa dalam rangka merealisasikan amanat UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Peraturan Menteri Agama Nomor 55 Tahun 2014 tentang Penelitian dan

Faktor-faktor yang menyebabkan kedua subjek dapat melakukan hubungan seksual pranikah adalah kurang terbukanya orang tua mengenai masalah seksual, adanya kesempatan