SKRIP KARYA SENI
KONSTELASI
OLEH:
I PUTU SUWARSA NIM: 201202007
PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
“KONSTELASI”
Konstelasi adalah “gugusan bintang memiliki pola-pola tertentu yang dikenal sebagai rasi bintang (constellation) yang sering dikaitkan dengan figure atau benda
yang berkaitan dengan budaya dan peradaban manusia”(Arifyanto, 2015:10). Sejak
jaman dahulu para nenek moyang yang pergi melaut menggunakan rasi bintang sebagai penanda arah (kompas) untuk menentukan dimana posisinya ketika melaut dan bagaimana harus kembali ke darat. Keunikan dari bintang-bintang tersebut tidak selalu muncul ketika malam hari,jika terjadi cuaca mendung otomatis semua bintang-bintang tidaktampak. Saat itu pula semua manusia yang menyukai suasanamalam tidak dapat menikmati keindahan cahaya yang ditimbulkan oleh gugusan bintang-bintang. Fenomena ini penata peroleh dari ketidak-sengajaan, ketika sedang duduk di beranda rumah dan memandangi bintang-bintang yang tersebar dilangit. Sudah dari kecil penata senang mengamati bintang, karena bintang-bintang tersebut sekilas tampak penempatannya berantakan atau tidak teratur. Bintang-bintang yang kenyataannya terputus-putus, tetapi tetap membentuk sebuah konfigurasi. Hal ini membuat penata ingin mentransformasikan semua keunikan dari bintang-bintang yang berjejer setiap malam ke dalam suatu karya salah satunya komposisi musik.
konsep Alma M. Hawkins dalam buku Creating Trough Dance yang dialih-bahasakan oleh Y. Sumandiyo Hadi (2003: 24)“bahwa penataan suatu karya seni itu ditempuh melalui tiga tahapan, yaitu eksplorasi, improvisasi, dan forming”. Ketiga tahapan tersebut penata aplikasikan dalam proses penggarapan karya kreativitas gamelan Konstelasi.
Kata Kunci: Konsep Konstelasi, Media Ungkap, Konsep Garap, Proses Kreativitas.
Pendahuluan
Latar Belakang
Seni identik dengan keindahan, namun keindahan belum tentu merupakan
suatu karya cipta seni. Seni musikmengutamakan keindahan pada suara, seni
tarimenonjolkan keindahan pada gerakan, seni lukis menggambarkan keindahan pada
tata goresan dan penataan warna. Sedangkan untuk keindahan yang bukan merupakan
karya cipta seni dapat dilihat atau dinikmati seperti keindahan alam, gunung, hutan,
laut, dan langit. Keindahan-keindahan tersebut sering dikategorikan sebagai
keindahan yang bukan karya cipta seni. Untuk menikmatinya sama-sama
membutuhkan kejernihan batin, penghayatan, perenungan, dan daya interpretasi dari
masing-masing penikmat.Keindahan alam yang merupakan karya cipta Tuhan,tidak
termasuk kategori seni karya cipta manusia, namun juga bisa dihayati, dinikmati,
diapresiasi sebagai keindahan.
Untuk dapat menikmati keindahan alam dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya untuk menikmati keindahan bintang dibutuhkan waktu yang tepat,
yaitu ketika cuaca cerah di malam hari. Saat itulah keindahan bintang yang ada di
langit dapat dinikmati. Keindahan bintang-bintang di langit adalah keindahan alam
ciptaan Tuhan yang ditujukan pada umat manusia di dunia untuk dinikmati,
dimaknai, atau sebagai acuan umat manusia agar dapat menuangkan keindahan alam
tersebut ke dalam berbagai macam karya, baik itu seni musik, tari, lukis, fotografi,
Konfigurasi gugusan bintang-bintang yang bertebaran di langit pada malam
harimemiliki keunikantersendiri. Gugusan bintang-bintang tersebut memicu imajinasi
manusia terhadap bentuk yang dihasilkan. “Gugusan bintang memiliki pola-pola tertentu yang dikenal sebagai rasi bintang (constellation) yang sering dikaitkan dengan figure atau benda yang berkaitan dengan budaya dan peradaban
manusia”(Arifyanto, 2015:10).
Bagian Inti
Ide Garapan
Untuk melahirkan suatu karya seni khususnya karya kreativitas gamelan yang
baru tentu saja harus memiliki ide garapan terlebih dahulu. Tanpa adanya suatu ide,
kemungkinanakan melahirkan garapan yang tidak memiliki identitas atau jati diri
yang sesungguhnya. Garapan yang berjudul Konstelasi, idenya berpijak dari rasi
bintang atau konstelasi, yang berarti “Gugusan bintang memiliki pola-pola tertentu yang dikenal sebagai rasi bintang (constellation) yang sering dikaitkan dengan figure
atau benda yang berkaitan dengan budaya dan peradaban manusia” (Arifyanto,
2015:10).
Bentukhubungan antar bintang-bintang akibat efek pencahayaan yang
ditimbulkan, terlihat putus-putus akantetapi ada hubungan yang berkorelasi. Bagi
penata hal ini memiliki makna tersendiri, baik akibat cahaya dari bintang tersebut
maupun hubungan antara bintang yang satu dengan bintang yang lainnya. Pemaknaan
cahaya tersebut penata transformasikan ke dalam “reng” (gelombang bunyi), yaitu suara panjang dan pendek yang ditimbulkan oleh gamelan itu sendiri. Penata
menginterpretasikan cahaya bintangsama halnya dengan reng gamelan, seperti yang berkedip-kedip diapresiasikan ke dalam panjang atau pendeknya suara gamelan,
cahaya yang terang dan redup dituangkan ke dalam keras dan lirih suara gamelan,
sedikit demi sedikit redup dan menghilang kemudian muncul kembali yang
Posisi bintang secara berkelompok dengan pancaran cahaya yang berkedip,
bercahaya terang, meredup, bahkan hilang dari pandangan, dan kadang muncul lagi
ditransformasikan ke dalam perpaduan nada yang berbeda sehingga terjadi kesatuan
nada yang harmonis.Terwujudlah suatu kesatuan kalimat lagu yang membentuk
garapandengan judul “Konstelasi”.
Proses Kreativitas
Sebuah karya seni karawitan tidak akan tercipta begitu saja tanpa ada proses
kreativitas dari penata. Proses dalam penggarapan merupakan suatu langkah yang
sangat mutlak dan menentukan keberhasilan dalam mewujudkan karya seni. Menurut
(Sugiartha, 2012: 89) menyatakan bahwa “Salah satu hakikat kreatifitas adalah
membuat yang baru dengan menata yang lama”.Berhasil atau tidaknya sebuah karya
seni diwujudkan tergantung dari kesungguhan serta kematangan proses yang
dilakukan oleh penggarapnya. Maka dari itu seorang penata dalam berproses harus
mempersiapkan konsep yang jelas, serta menyusun rencana kerja yang sistematis dan
terarah sebagai pijakan dalam berkarya. Menurut Djelantik(2008:11)“pada dasarnya
proses perwujudan itu menyangkut dua tahap, yang pertama adalah penciptaannya
yang dimulai dari adanya dorongan yang dirasakan, disusul dengan pemikiran
menemukan cara untuk mewujudkan, dan kedua adalah pekerjaan mewujudkan
sampai karya selesai”.
Proses penciptaan karya kreativitas gamelan Konstelasi adalah usaha untuk
mewujudkan suatu karya seni oleh penata. Karya ini dibagi menjadi tiga tahapan yang
diambil dari konsep Alma M. Hawkins dalam buku Creating Trough Dance yang dialih-bahasakan oleh Y. Sumandiyo Hadi (2003: 24)“bahwa penataan suatu karya
seni itu ditempuh melalui tiga tahapan, yaitu eksplorasi, improvisasi, dan forming”.
Tahap Penjajagan (Eksplorasi)
Tahapan ini merupakan langkah awal proses penggarapan karya seni. Dalam
berkontemplasi, sampai pada mengimajinasi tentang garapan yang akan dibuat. Hasil
pengamatan yang diimajinasikan ini merupakan fenomena yang menarik untuk
diangkat menjadi ide garapan, yaitu tentang keindahan gugusan bintang yang
memperlihatkan keindahannya di malam hari.Melalui ide tersebut langsung diadakan
observasi secara mendalam tentang hal-hal apa saja yang terjadi pada gugusan
bintang itu sendiri.
Tahap Percobaan (Improvisasi)
Tahap ini merupakan tahap kedua dalam proses mewujudkan karya seni.
Setelah semua alat sudah didapatkan, penata mencoba memadukan nada-nada yang
pas untuk dipertemukan, karena semua alat diambil dari barungan gamelan yang
berbeda-beda. Nada-nada yang ada dalam semua instrumen memiliki nada yang
hampir mirip, hal ini dapat mempermudah bagi penata untuk memadukan nada yang
diinginkan. Pada tahap ini dimulai memilih, menghubungkan satu temuan dengan
temuan lainnya, baik berupa warna suara, tempo, melodi, dan ritme. Dalam
merangkai motif-motif ini harus sering dilakukan percobaan dengan pertimbangan
estetis, karena merangkai dan membuat suatu keutuhan komposisi harus
diperhitungkan penempatan materi yang sesuai dengan posisi dan kebutuhannya.
Tahap Pembentukan (Forming)
Tahapan ini merupakan tahap penata memulai menuangkan ide kedalam
media ungkap yang digunakan. Dalam proses penuangan ini, penata akan melakukan
penuangan tahap pertama yang sering disebut dengan Nuasen. Setelah pendukung siap, penata mencoba menuangkan rangkaian motif melodi yang telah berhasil dicatat
sebelumnya dan bersama dengan para pendukung, penata mencoba menjalin motif
melodi yang telah ada untuk disusun menjadi kalimat lagu.
Struktur Garapan
Istilah komposisi secara umum dapat diartikan sebagai susunan, dalam
konteksnya dengan gamelan Bali berarti susunan elemen-elemen/unsur musikal
sesuai dengan suasana yang diinginkan oleh penata. Kata struktur mengandung
arti bahwa di dalam karya seni tersebut mengisyaratkan suatu pengorganisasian,
pengaturan, adanya hubungan tertentu antara bagian-bagian secara keseluruhan dan
teori-teori baru dalam karya seni. Struktur atau susunan dari suatu karya seni adalah
aspek yang menyangkut keseluruhan dan meliputi juga peranan masing-masing
bagian dalam sebuah karya seni. Bagian-bagian tersebut antara lain:
Bagian I
Bagian ini merupakan bagian awal dimulai dengan pengenalan
karakter-karakter dari setiap instrumen yang sudah terikat dengan pola-pola yang sudah
ditentukan oleh penata. Pada bagian ini penata menyajikan sebuah keindahan
cahayanya yang bersinar satu persatu dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Dari
semua gambaran kegiatan tersebut, penata mengimajinasi serta mentransfernya
dengan pengenalan bunyi dari tiap instrumen melakukan solo satu persatu, dinamika
yang diatur sesuai dengan karakter cahaya bintang yang satu persatu mulai bersinar.
Bagian II
Bagian kedua ini penata menyajikan suasana pada saat bintang-bintang
ditutupi oleh awan/mendung yang sangat tebal sehingga tidak ada bintang satupun
yang tampak terlihat. Seiring berjalannya waktu, mendung dikit demisedikit mulai
menghilang, bintang mulai muncul tetapi cahaya yang ditimbulkan tidak terlalu
terang karena masih ditutupi oleh awan/mendung yang tipis. Teknik yang di
pergunakan dalam bagian II menggunakan teknik pukulan oncang-oncangan.Pada bagian II penata memakai kekosongan tanpa adanya suara gamelan dan penerangan
dari lampu. Setelah itu semua instrumen bermain secara bersamaan mulai dari
volume yang lembut hingga volume yang keras.
Bagian III
Bagian ketiga ini adalah bagian akhir dari garapan karya kreativitas gamelan
konstelasi ini, penata menyajikan konfigurasi gugusan bintang yang terbentuk utuh
dan mempunyai dinamika cahaya yang berbeda-beda. Didalam bagian III ini penata
Pada bagian III dimulai dengan semua instrumen dengan pola-pola ritme yang
sudah disusun. Kemudian masuk permainan perbedaaan birama dari
instrumenGender Rambat dengan instrumenTingklik, dalam perbedaan birama ini, penata menggabungkan ketukan 3/4 dan 4/4.Dilanjutkan dengan pergantian birama
yang seketika berubah-rubah, dari ketukan 4/4 berubah ke ketukan 3/4 .
Tabel 4. Notasi Laras Pelog Tujuh Nada
No Simbol Nama Dibaca
1 3 Ulu Ding
2 4 Tedong Dong
3 5 Taleng Deng
4 6 Bisah Ndung
5 7 Suku Dung
6 1 Cecek Dang
7 2 pepet Nding
Beberapa notasi yang ada dalam garapan Konstelasi.
Bagian I
T Ka
s . . . . . . . . 7 . .7 . .7 . .7 . .7 . .7. .7 Ki
. . . . s . . . . . . 5 . .5 . .5 . .5 . .5 . .5. .5 S Ka
. . . . s . . . . . . . .
G R
Ka
T Ka
5 7 5 . 5 . 4 . . 4 . .4 . .4 . .4 . .4 . .4 . .4 . 4 3 4 3 Ki
. . . 3 . 2 . . . 2 . .2 . .2 . .2 . .2 . .2 . .2 . 2 1 2 1
T Ka
. . 3 . . 3 . . 3 . .3 . .3 . .3 . .3 2.2.2.2. 2.2. 2. 2. 2 Ki
. . 1 . .1 . . 1 . . 1 . .1 . .1 . .1 .7.7.7.7.7 .7.7.7 . S Ka
s . . . .
G R
Ka
. . . . . . s . . . .
T Ka
1. 1. 1.1.1.1.1.1. 1. .7 2 17 67 617 65 6.6.6.6.6.6.6 . Ki
.6.6.6.6 .6.6.6.6 .. .5 7 65 45 4 65 434 4.4.4.4.4.4. 4 S Ka
. . . 7 6 . Ki
. . . . . . 4
S
Ka
. . . 4 . 5 7 . . . 8 .7 . .8 . . . . . Ki
Bagian II
T Ka
....3 . 27 . . . .. Ki
....1 . 75 . . . .. S Ka
7 8 . . . . . . . . 7 . 7 . . . . 4 5 Ki
. . . . . . . . . 5 . . . . . . 3 G
R
Ka
...1. . . 1 Ki
...6. . . 6
S Ka 7 . 7 .7 . .7 . 7 8 . 8 . 8 . 8 . 8 . . .
Ki . 2 .2 . .2 . 2 . . 1 . 1 . 1 . 1 . 1 . .
G
R
Ka . . . 2 . . .
Foto-foto pementasan karya Konstelasi di gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan
Berbagai proses yang dilalui hingga terwujudnya karya Konstelasi menjadi
sebuah karya musik yang utuh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Karya kreatifitas gamelan Konstelasi merupakan sebuah karya seni musik yang
berlatarbelakang penggabungan dari tiga instrumen yang diambil dari ensambel yang
berbeda. Konsep karya ini bersumber pada rasi bintang, yaitu gugusan
bintang-bintang yang membentuk suatu konfigurasi khusus.Karya ini diwujudkan melalui
proses eksperimental danmotif-motif permainannya dibentuk secara sistematis.
Karya ini terdiri dari tiga bagian: bagian pertama, yang mengapresiasikan
keindahan bintang satu-persatu, bagian kedua, mengapresiasikan tentang kelembutan
cahaya dan kecerahan cahaya bintang, dan bagian ketiga mengapresiasikan gugusan
bintang-bintang yang membentuk suatu konfigurasi.Media ungkap yang di gunakan
Rambat, dan satu instrumen Tingklik tujuh nada dalam dua oktaf yang terdiri dari lima belas bilah, mempergunakan alat pemukul Tingklik.Karya ini disajikan dalam bentuk konser karawtian dengan durasi 10-12 menit, yang dimainkan oleh tiga(3)
orang pemain.
Saran-saran
Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh penata selama proses penggarapan
ini berlangsung, penata ingin menyampaikan beberapa hal kepada para pembaca,
khususnya kepada calon-calon sarjana yang sedang mempersiapkan tugas akhir (TA)
yang nantinya dapat bermanfaat untuk mewujudkan sebuah karya seni yang lebih
baik dimasa yang akan datang.
Seni karawitan khususnya karawitan Bali sebenarnya masih banyak
menyimpan keunikan-keunikan yang dapat memberikan rangsangan untuk kita
gunakan sebagai lahan garap ketika akan mewujudkan suatu karya seni. Maka dari
itu, dengan tidak ada maksud menggurui, kita hendaknya menyadari bahwa lahan
kreativitas tidak akan pernah habis sepanjang kita masih ada keinginan untuk mencari
dan terus berkaryaserta berkreativitas.
Kreativitas dalam berkarya seni tidaklah bersifat statis, melainkan bergerak
secara dinamis, seiring dengan perkembangan zaman dan pola pikir manusia. Hal ini
patut kita jadikan renungan, khususnya bagi generasi muda yang menggeluti bidang
Seni Karawitan, agar didalam melakukan kegiatan kreativitas tidak terbelenggu oleh
DAFTAR PUSTAKA
Arifyanto, M Ikbal. 2015. Astronomi Ringkasan Materi Olimpiade Astronomi Indonesia. Bandung: TOASTI.
Atmaja, Anak Agung Putu. 2012. Nyuti Rupa. Skrip karya Program Studi Seni Karawitan. Denpasar: ISI Denpasar.
Bandem, I Made. 1986.Lontar Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali. Denpasar: STSI Denpasar.
---. 1993. “Ubit-ubitan : Sebuah Teknik Permainan Gamelan Bali”. Jurnal Seni Budaya Mudra, Edisi Khusus. Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar : STSI Press.
Banoe, Pono. 2003, Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.
Djelantik, A. A. M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid Estetika Instrumental.
Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta: Manthili.
Sjukur, Slamet Abdul. 2012. Virus Setan Risahlah Pemikiran Musik. Yogyakarta: Staff dan Arsip Dokumentasi Art Music Today.
Suweca, I Wayan. 2009. Estetika Karawitan (Buku Ajar). Denpasar: FSP ISI Denpasar.
Tim Penyusun Pedoman Tugas Akhir. 2016. Pedoman Tugas Akhir.Denpasar: Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.
DISKOGRAFI
Yudi Krisna Jaya, I Gede.2014.Vidio CD “retro” Ujian Tugas Akhir sarjana S1 ISI Denpasar.
Krishna Putra Sutedja,Anak Agung Bagus Gede. 2014.Vidio CD “Galaxy 7”
Ujian Tugas Akhir sarjana S1 ISI Denpasar.
Yudi Dananjaya,I Gede. 2015.Video CD “Tinggal Landas”, Ujian Tugas Akhir
sarjana S1 ISI Denpasar.
Yudana, I Gede. 2015.Video CD “Bah Ruang”, Pementasan New Musik For
Gamelan.