• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL KARYA SENI KONSTELASI - ISI Denpasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ARTIKEL KARYA SENI KONSTELASI - ISI Denpasar"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIP KARYA SENI

KONSTELASI

OLEH:

I PUTU SUWARSA NIM: 201202007

PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

(2)

“KONSTELASI”

Konstelasi adalah “gugusan bintang memiliki pola-pola tertentu yang dikenal sebagai rasi bintang (constellation) yang sering dikaitkan dengan figure atau benda

yang berkaitan dengan budaya dan peradaban manusia”(Arifyanto, 2015:10). Sejak

jaman dahulu para nenek moyang yang pergi melaut menggunakan rasi bintang sebagai penanda arah (kompas) untuk menentukan dimana posisinya ketika melaut dan bagaimana harus kembali ke darat. Keunikan dari bintang-bintang tersebut tidak selalu muncul ketika malam hari,jika terjadi cuaca mendung otomatis semua bintang-bintang tidaktampak. Saat itu pula semua manusia yang menyukai suasanamalam tidak dapat menikmati keindahan cahaya yang ditimbulkan oleh gugusan bintang-bintang. Fenomena ini penata peroleh dari ketidak-sengajaan, ketika sedang duduk di beranda rumah dan memandangi bintang-bintang yang tersebar dilangit. Sudah dari kecil penata senang mengamati bintang, karena bintang-bintang tersebut sekilas tampak penempatannya berantakan atau tidak teratur. Bintang-bintang yang kenyataannya terputus-putus, tetapi tetap membentuk sebuah konfigurasi. Hal ini membuat penata ingin mentransformasikan semua keunikan dari bintang-bintang yang berjejer setiap malam ke dalam suatu karya salah satunya komposisi musik.

(3)

konsep Alma M. Hawkins dalam buku Creating Trough Dance yang dialih-bahasakan oleh Y. Sumandiyo Hadi (2003: 24)“bahwa penataan suatu karya seni itu ditempuh melalui tiga tahapan, yaitu eksplorasi, improvisasi, dan forming”. Ketiga tahapan tersebut penata aplikasikan dalam proses penggarapan karya kreativitas gamelan Konstelasi.

Kata Kunci: Konsep Konstelasi, Media Ungkap, Konsep Garap, Proses Kreativitas.

Pendahuluan

Latar Belakang

Seni identik dengan keindahan, namun keindahan belum tentu merupakan

suatu karya cipta seni. Seni musikmengutamakan keindahan pada suara, seni

tarimenonjolkan keindahan pada gerakan, seni lukis menggambarkan keindahan pada

tata goresan dan penataan warna. Sedangkan untuk keindahan yang bukan merupakan

karya cipta seni dapat dilihat atau dinikmati seperti keindahan alam, gunung, hutan,

laut, dan langit. Keindahan-keindahan tersebut sering dikategorikan sebagai

keindahan yang bukan karya cipta seni. Untuk menikmatinya sama-sama

membutuhkan kejernihan batin, penghayatan, perenungan, dan daya interpretasi dari

masing-masing penikmat.Keindahan alam yang merupakan karya cipta Tuhan,tidak

termasuk kategori seni karya cipta manusia, namun juga bisa dihayati, dinikmati,

diapresiasi sebagai keindahan.

Untuk dapat menikmati keindahan alam dapat dilakukan dengan berbagai

cara, misalnya untuk menikmati keindahan bintang dibutuhkan waktu yang tepat,

yaitu ketika cuaca cerah di malam hari. Saat itulah keindahan bintang yang ada di

langit dapat dinikmati. Keindahan bintang-bintang di langit adalah keindahan alam

ciptaan Tuhan yang ditujukan pada umat manusia di dunia untuk dinikmati,

dimaknai, atau sebagai acuan umat manusia agar dapat menuangkan keindahan alam

tersebut ke dalam berbagai macam karya, baik itu seni musik, tari, lukis, fotografi,

(4)

Konfigurasi gugusan bintang-bintang yang bertebaran di langit pada malam

harimemiliki keunikantersendiri. Gugusan bintang-bintang tersebut memicu imajinasi

manusia terhadap bentuk yang dihasilkan. “Gugusan bintang memiliki pola-pola tertentu yang dikenal sebagai rasi bintang (constellation) yang sering dikaitkan dengan figure atau benda yang berkaitan dengan budaya dan peradaban

manusia”(Arifyanto, 2015:10).

Bagian Inti

Ide Garapan

Untuk melahirkan suatu karya seni khususnya karya kreativitas gamelan yang

baru tentu saja harus memiliki ide garapan terlebih dahulu. Tanpa adanya suatu ide,

kemungkinanakan melahirkan garapan yang tidak memiliki identitas atau jati diri

yang sesungguhnya. Garapan yang berjudul Konstelasi, idenya berpijak dari rasi

bintang atau konstelasi, yang berarti “Gugusan bintang memiliki pola-pola tertentu yang dikenal sebagai rasi bintang (constellation) yang sering dikaitkan dengan figure

atau benda yang berkaitan dengan budaya dan peradaban manusia” (Arifyanto,

2015:10).

Bentukhubungan antar bintang-bintang akibat efek pencahayaan yang

ditimbulkan, terlihat putus-putus akantetapi ada hubungan yang berkorelasi. Bagi

penata hal ini memiliki makna tersendiri, baik akibat cahaya dari bintang tersebut

maupun hubungan antara bintang yang satu dengan bintang yang lainnya. Pemaknaan

cahaya tersebut penata transformasikan ke dalam “reng” (gelombang bunyi), yaitu suara panjang dan pendek yang ditimbulkan oleh gamelan itu sendiri. Penata

menginterpretasikan cahaya bintangsama halnya dengan reng gamelan, seperti yang berkedip-kedip diapresiasikan ke dalam panjang atau pendeknya suara gamelan,

cahaya yang terang dan redup dituangkan ke dalam keras dan lirih suara gamelan,

sedikit demi sedikit redup dan menghilang kemudian muncul kembali yang

(5)

Posisi bintang secara berkelompok dengan pancaran cahaya yang berkedip,

bercahaya terang, meredup, bahkan hilang dari pandangan, dan kadang muncul lagi

ditransformasikan ke dalam perpaduan nada yang berbeda sehingga terjadi kesatuan

nada yang harmonis.Terwujudlah suatu kesatuan kalimat lagu yang membentuk

garapandengan judul “Konstelasi”.

Proses Kreativitas

Sebuah karya seni karawitan tidak akan tercipta begitu saja tanpa ada proses

kreativitas dari penata. Proses dalam penggarapan merupakan suatu langkah yang

sangat mutlak dan menentukan keberhasilan dalam mewujudkan karya seni. Menurut

(Sugiartha, 2012: 89) menyatakan bahwa “Salah satu hakikat kreatifitas adalah

membuat yang baru dengan menata yang lama”.Berhasil atau tidaknya sebuah karya

seni diwujudkan tergantung dari kesungguhan serta kematangan proses yang

dilakukan oleh penggarapnya. Maka dari itu seorang penata dalam berproses harus

mempersiapkan konsep yang jelas, serta menyusun rencana kerja yang sistematis dan

terarah sebagai pijakan dalam berkarya. Menurut Djelantik(2008:11)“pada dasarnya

proses perwujudan itu menyangkut dua tahap, yang pertama adalah penciptaannya

yang dimulai dari adanya dorongan yang dirasakan, disusul dengan pemikiran

menemukan cara untuk mewujudkan, dan kedua adalah pekerjaan mewujudkan

sampai karya selesai”.

Proses penciptaan karya kreativitas gamelan Konstelasi adalah usaha untuk

mewujudkan suatu karya seni oleh penata. Karya ini dibagi menjadi tiga tahapan yang

diambil dari konsep Alma M. Hawkins dalam buku Creating Trough Dance yang dialih-bahasakan oleh Y. Sumandiyo Hadi (2003: 24)“bahwa penataan suatu karya

seni itu ditempuh melalui tiga tahapan, yaitu eksplorasi, improvisasi, dan forming”.

Tahap Penjajagan (Eksplorasi)

Tahapan ini merupakan langkah awal proses penggarapan karya seni. Dalam

(6)

berkontemplasi, sampai pada mengimajinasi tentang garapan yang akan dibuat. Hasil

pengamatan yang diimajinasikan ini merupakan fenomena yang menarik untuk

diangkat menjadi ide garapan, yaitu tentang keindahan gugusan bintang yang

memperlihatkan keindahannya di malam hari.Melalui ide tersebut langsung diadakan

observasi secara mendalam tentang hal-hal apa saja yang terjadi pada gugusan

bintang itu sendiri.

Tahap Percobaan (Improvisasi)

Tahap ini merupakan tahap kedua dalam proses mewujudkan karya seni.

Setelah semua alat sudah didapatkan, penata mencoba memadukan nada-nada yang

pas untuk dipertemukan, karena semua alat diambil dari barungan gamelan yang

berbeda-beda. Nada-nada yang ada dalam semua instrumen memiliki nada yang

hampir mirip, hal ini dapat mempermudah bagi penata untuk memadukan nada yang

diinginkan. Pada tahap ini dimulai memilih, menghubungkan satu temuan dengan

temuan lainnya, baik berupa warna suara, tempo, melodi, dan ritme. Dalam

merangkai motif-motif ini harus sering dilakukan percobaan dengan pertimbangan

estetis, karena merangkai dan membuat suatu keutuhan komposisi harus

diperhitungkan penempatan materi yang sesuai dengan posisi dan kebutuhannya.

Tahap Pembentukan (Forming)

Tahapan ini merupakan tahap penata memulai menuangkan ide kedalam

media ungkap yang digunakan. Dalam proses penuangan ini, penata akan melakukan

penuangan tahap pertama yang sering disebut dengan Nuasen. Setelah pendukung siap, penata mencoba menuangkan rangkaian motif melodi yang telah berhasil dicatat

sebelumnya dan bersama dengan para pendukung, penata mencoba menjalin motif

melodi yang telah ada untuk disusun menjadi kalimat lagu.

Struktur Garapan

Istilah komposisi secara umum dapat diartikan sebagai susunan, dalam

konteksnya dengan gamelan Bali berarti susunan elemen-elemen/unsur musikal

(7)

sesuai dengan suasana yang diinginkan oleh penata. Kata struktur mengandung

arti bahwa di dalam karya seni tersebut mengisyaratkan suatu pengorganisasian,

pengaturan, adanya hubungan tertentu antara bagian-bagian secara keseluruhan dan

teori-teori baru dalam karya seni. Struktur atau susunan dari suatu karya seni adalah

aspek yang menyangkut keseluruhan dan meliputi juga peranan masing-masing

bagian dalam sebuah karya seni. Bagian-bagian tersebut antara lain:

Bagian I

Bagian ini merupakan bagian awal dimulai dengan pengenalan

karakter-karakter dari setiap instrumen yang sudah terikat dengan pola-pola yang sudah

ditentukan oleh penata. Pada bagian ini penata menyajikan sebuah keindahan

cahayanya yang bersinar satu persatu dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Dari

semua gambaran kegiatan tersebut, penata mengimajinasi serta mentransfernya

dengan pengenalan bunyi dari tiap instrumen melakukan solo satu persatu, dinamika

yang diatur sesuai dengan karakter cahaya bintang yang satu persatu mulai bersinar.

Bagian II

Bagian kedua ini penata menyajikan suasana pada saat bintang-bintang

ditutupi oleh awan/mendung yang sangat tebal sehingga tidak ada bintang satupun

yang tampak terlihat. Seiring berjalannya waktu, mendung dikit demisedikit mulai

menghilang, bintang mulai muncul tetapi cahaya yang ditimbulkan tidak terlalu

terang karena masih ditutupi oleh awan/mendung yang tipis. Teknik yang di

pergunakan dalam bagian II menggunakan teknik pukulan oncang-oncangan.Pada bagian II penata memakai kekosongan tanpa adanya suara gamelan dan penerangan

dari lampu. Setelah itu semua instrumen bermain secara bersamaan mulai dari

volume yang lembut hingga volume yang keras.

Bagian III

Bagian ketiga ini adalah bagian akhir dari garapan karya kreativitas gamelan

konstelasi ini, penata menyajikan konfigurasi gugusan bintang yang terbentuk utuh

dan mempunyai dinamika cahaya yang berbeda-beda. Didalam bagian III ini penata

(8)

Pada bagian III dimulai dengan semua instrumen dengan pola-pola ritme yang

sudah disusun. Kemudian masuk permainan perbedaaan birama dari

instrumenGender Rambat dengan instrumenTingklik, dalam perbedaan birama ini, penata menggabungkan ketukan 3/4 dan 4/4.Dilanjutkan dengan pergantian birama

yang seketika berubah-rubah, dari ketukan 4/4 berubah ke ketukan 3/4 .

Tabel 4. Notasi Laras Pelog Tujuh Nada

No Simbol Nama Dibaca

1 3 Ulu Ding

2 4 Tedong Dong

3 5 Taleng Deng

4 6 Bisah Ndung

5 7 Suku Dung

6 1 Cecek Dang

7 2 pepet Nding

Beberapa notasi yang ada dalam garapan Konstelasi.

Bagian I

T Ka

s . . . . . . . . 7 . .7 . .7 . .7 . .7 . .7. .7 Ki

. . . . s . . . . . . 5 . .5 . .5 . .5 . .5 . .5. .5 S Ka

. . . . s . . . . . . . .

G R

Ka

(9)

T Ka

5 7 5 . 5 . 4 . . 4 . .4 . .4 . .4 . .4 . .4 . .4 . 4 3 4 3 Ki

. . . 3 . 2 . . . 2 . .2 . .2 . .2 . .2 . .2 . .2 . 2 1 2 1

T Ka

. . 3 . . 3 . . 3 . .3 . .3 . .3 . .3 2.2.2.2. 2.2. 2. 2. 2 Ki

. . 1 . .1 . . 1 . . 1 . .1 . .1 . .1 .7.7.7.7.7 .7.7.7 . S Ka

s . . . .

G R

Ka

. . . . . . s . . . .

T Ka

1. 1. 1.1.1.1.1.1. 1. .7 2 17 67 617 65 6.6.6.6.6.6.6 . Ki

.6.6.6.6 .6.6.6.6 .. .5 7 65 45 4 65 434 4.4.4.4.4.4. 4 S Ka

. . . 7 6 . Ki

. . . . . . 4

S

Ka

. . . 4 . 5 7 . . . 8 .7 . .8 . . . . . Ki

(10)

Bagian II

T Ka

....3 . 27 . . . .. Ki

....1 . 75 . . . .. S Ka

7 8 . . . . . . . . 7 . 7 . . . . 4 5 Ki

. . . . . . . . . 5 . . . . . . 3 G

R

Ka

...1. . . 1 Ki

...6. . . 6

S Ka 7 . 7 .7 . .7 . 7 8 . 8 . 8 . 8 . 8 . . .

Ki . 2 .2 . .2 . 2 . . 1 . 1 . 1 . 1 . 1 . .

G

R

Ka . . . 2 . . .

(11)
(12)
(13)
(14)

Foto-foto pementasan karya Konstelasi di gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia.

PENUTUP

Kesimpulan

Berbagai proses yang dilalui hingga terwujudnya karya Konstelasi menjadi

sebuah karya musik yang utuh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Karya kreatifitas gamelan Konstelasi merupakan sebuah karya seni musik yang

berlatarbelakang penggabungan dari tiga instrumen yang diambil dari ensambel yang

berbeda. Konsep karya ini bersumber pada rasi bintang, yaitu gugusan

bintang-bintang yang membentuk suatu konfigurasi khusus.Karya ini diwujudkan melalui

proses eksperimental danmotif-motif permainannya dibentuk secara sistematis.

Karya ini terdiri dari tiga bagian: bagian pertama, yang mengapresiasikan

keindahan bintang satu-persatu, bagian kedua, mengapresiasikan tentang kelembutan

cahaya dan kecerahan cahaya bintang, dan bagian ketiga mengapresiasikan gugusan

bintang-bintang yang membentuk suatu konfigurasi.Media ungkap yang di gunakan

(15)

Rambat, dan satu instrumen Tingklik tujuh nada dalam dua oktaf yang terdiri dari lima belas bilah, mempergunakan alat pemukul Tingklik.Karya ini disajikan dalam bentuk konser karawtian dengan durasi 10-12 menit, yang dimainkan oleh tiga(3)

orang pemain.

Saran-saran

Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh penata selama proses penggarapan

ini berlangsung, penata ingin menyampaikan beberapa hal kepada para pembaca,

khususnya kepada calon-calon sarjana yang sedang mempersiapkan tugas akhir (TA)

yang nantinya dapat bermanfaat untuk mewujudkan sebuah karya seni yang lebih

baik dimasa yang akan datang.

Seni karawitan khususnya karawitan Bali sebenarnya masih banyak

menyimpan keunikan-keunikan yang dapat memberikan rangsangan untuk kita

gunakan sebagai lahan garap ketika akan mewujudkan suatu karya seni. Maka dari

itu, dengan tidak ada maksud menggurui, kita hendaknya menyadari bahwa lahan

kreativitas tidak akan pernah habis sepanjang kita masih ada keinginan untuk mencari

dan terus berkaryaserta berkreativitas.

Kreativitas dalam berkarya seni tidaklah bersifat statis, melainkan bergerak

secara dinamis, seiring dengan perkembangan zaman dan pola pikir manusia. Hal ini

patut kita jadikan renungan, khususnya bagi generasi muda yang menggeluti bidang

Seni Karawitan, agar didalam melakukan kegiatan kreativitas tidak terbelenggu oleh

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Arifyanto, M Ikbal. 2015. Astronomi Ringkasan Materi Olimpiade Astronomi Indonesia. Bandung: TOASTI.

Atmaja, Anak Agung Putu. 2012. Nyuti Rupa. Skrip karya Program Studi Seni Karawitan. Denpasar: ISI Denpasar.

Bandem, I Made. 1986.Lontar Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali. Denpasar: STSI Denpasar.

---. 1993. Ubit-ubitan : Sebuah Teknik Permainan Gamelan Bali”. Jurnal Seni Budaya Mudra, Edisi Khusus. Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar : STSI Press.

Banoe, Pono. 2003, Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Djelantik, A. A. M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid Estetika Instrumental.

Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta: Manthili.

Sjukur, Slamet Abdul. 2012. Virus Setan Risahlah Pemikiran Musik. Yogyakarta: Staff dan Arsip Dokumentasi Art Music Today.

(17)

Suweca, I Wayan. 2009. Estetika Karawitan (Buku Ajar). Denpasar: FSP ISI Denpasar.

Tim Penyusun Pedoman Tugas Akhir. 2016. Pedoman Tugas Akhir.Denpasar: Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.

DISKOGRAFI

Yudi Krisna Jaya, I Gede.2014.Vidio CD “retro” Ujian Tugas Akhir sarjana S1 ISI Denpasar.

Krishna Putra Sutedja,Anak Agung Bagus Gede. 2014.Vidio CD “Galaxy 7”

Ujian Tugas Akhir sarjana S1 ISI Denpasar.

Yudi Dananjaya,I Gede. 2015.Video CD “Tinggal Landas”, Ujian Tugas Akhir

sarjana S1 ISI Denpasar.

Yudana, I Gede. 2015.Video CD “Bah Ruang”, Pementasan New Musik For

Gamelan.

Gambar

Tabel 4. Notasi Laras Pelog Tujuh Nada

Referensi

Dokumen terkait

Setelah perusahaan memasukkan lowongan sistem melakukan proses indexing secara berkala, adapun tahap indexing yang dilakukan pertama adalah parsing proses pengambilan

Cara yang umum digunakan untuk meng- analisis aliran fluida adalah dengan memperhati- kan nilai parameter model, yaitu n, yang dihitung dari persamaan 2, nilai waktu tinggal rata-rata

Selama penelitian dan dalam penyelesaian laporan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan

Aplikasi Pengecekan Keamanan Produk Makanan merupakan salah satu alternatif bagi konsumen jika ingin memeriksa produk makanan sebelum dikonsumsi sehingga dapat

Dari uraian di atas mendorong peneliti untuk mengadakan survai penelitian terhadap ketersediaan sendok takar dan obat cair oral dan survei informasi apa saja

Kemudian data dari sensor akan diolah oleh mikrokontroler R3 Arduino UNO dan selanjutnya palang pintu perlintasan akan menutup dengan otomatis2. Disertai dengan

Gangguan yang dapat menyebabkan disfagia dapat mempengaruhi proses menelan pada fase oral, faring, atau esofagus.. Anamnesis secara menyeluruh dan pemeriksaan fisik

dibandingkan dengan gelatin pada kedua larutan asam yang lain dengan konsentrasi dan waktu perendaman yang sama akan menghasilkan gelatin dengan rendemen yang lebih sedikit.