• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Matematika menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yaitu ilmu yang mengikuti perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam memajukan daya pikir manusia. Freudental (2008) dalam Ahmad Susanto (2013: 189) mengemukakan matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas.

Susanto (2013:195) mengemukakan :

Bidang studi matematika merupakan bidang studi yang berguna dan membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung atau angka-angka dalam berbagai macam masalah, yang memerlukan suatu keterampilan dan kemampuan untuk memecahkannya.

Pembelajaran Matematika dilakukan dengan cara yang sesuai dengan hakikat matematika. Susanto (2013: 95) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman langsung merupakan syarat utama dari pembelajaran yang bermakna. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget dalam Ahmad Susanto (2013: 191), bahwa pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri. Selain itu juga dijelaskan oleh Ausubel bahwa belajar menjadi bermakna bila informasi yang diterima siswa itu disusun sesuai dengan pemikiran yang dimiliki siswa.

Pembelajaran yang membuat siswa membangun pengetahuannya sendiri adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontruktivisme atau inkuiri. Berdasarkan hasil uraian tetang hakikat matematika di atas, pembelajaran matematika harus dilakukan menggunakan model pembelajaran yang bersifat konstruktivisme dan inkuiri. Bersifat kontruktivisme artinya siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman langsung. Sedangkan bersifat inkuiri juga hampir sama dengan kontruktivisme yaitu siswa menemukan sendiri pembelajaran atau pengetahuannya melalui pengetahuan langsung.

(2)

Pembelajaran matematika yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran. Untuk mengetahui kemampuan siswa dapat dilakukan dengan cara menilai hasil belajar siswa. Sudjana (2011: 15) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar matematika salah satunya dapat berupa nilai kognitif atau pengetahuan. Hasil belajar kognitif inilah yang menjadi objek kajian pada penelitian ini.

Hasil belajar matematika di Indonesia kondisinya belum sesuai harapan atau masih rendah. Devi Cahya Riandini melakukan penelitian di SD Negeri 5 Kedungjati Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian yang dilakukan menemukan bahwa dari 24 siswa kelas 5 , hanya ada 4 siswa atau 17% yang tuntas mencapai KKM yaitu 65 dan 20 siswa atau 83% yang belum tuntas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nahartri Yeni di SD Negeri 1 Kranggan Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian yang dilakukan menemukan bahwa dari 16 siswa kelas IV rendah, dari 16 siswa hanya 3 anak (21%) yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 70. Rata-rata tes masih jauh di bawah KKM yaitu 59. Selain itu, penelitian yang lain yaitu Sugiyanto yang melakukan penelitian di SD Negeri 3 Rejosari Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menemukan bahwa siswa yang nilainya di atas KKM atau yang tuntas hasil belajarnya pada pelajaran matematika hanya 15 siswa atau 39% siswa dalam kelas. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 24 siswa atau 61%. Nilai tertinggi hanya 80 sedangkan nilai terendah yaitu 35.

Peneliti yang lain yaitu Joko Sulianto yang melakukan penelitian di SD Negeri Sumberejo 1 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa siswa yang tuntas dengan nilai KKM 65 ada 11 siswa atau 36,7% dan siswa yang tidak tuntas ada 19 siswa atau 63,3%. Penelitian-penelitian yang telah diapaparkan di atas menunjukkan bahwa nilai hasil belajar matematika di beberapa Sekolah Dasar di Indonesia masih kurang sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, perlu adanya suatu cara mengajar menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran

(3)

adalah suatu rencana yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran dan dibuat sebelum melakukan pembelajaran. Model pembelajaran berisi langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan saat proses pembelajaran, alat peraga yang digunakan. Model pembelajaran yang sesuai dengan hakekat matematika yaitu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Think Pair Share (TPS).

Nurhadi (2002) dalam Hosnan (2014: 267) mengemukakan model

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan model ini hasil belajar yang dicapai akan lebih bermakna karena siswa terlibat langsung atau memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang dihadapi, bukan hanya menerima pengetahuan dari guru.

Shoimin (2014: 208) mengemukakan model pembelajaran Think Pairs Share adalah suatu model pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk berpikir dan merespons terhadap materi pembelajaran sehingga dapat meningkat prestasi belajar siswa. Dalam model ini, siswa diminta untuk berpikir sendiri mengenai pemecahan suatu masalah yang diberikan oleh guru, sehingga siswa dituntut untuk tekun dalam belajar dan mampu mengungkapkan pendapat atau pemikirannya mengenai masalah yang dihadapi.

Beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan penerapan pembelajaran konstektual terhadap hasil belajar matematika. Penelitian ini dilakukan oleh Lies Setyaningrum yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Konstektual terhadap Hasil Belajar Matematika”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran konstektual terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus III Kartini menggunakan Pretest Posttest Control Group Design. Pada hasil uji dengan taraf signifikansi 0,05, nilai > (2,317 > 1,992). Jadi, ditolak dan diterima, sehingga ada pengaruh yang positif

(4)

dan signifikan penerapan model pembelajaran konstektual terhadap hasil belajar Matematika.

Peneliti yang lain yaitu Darhim yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Matematika Konstektual terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah hasil belajar siswa dengan PMK dan PMB menggunakan eksperimen dengan kontrol. Hasil penelitian ini ditinjau dari keseluruhan maupun dari kelompok sekolah (baik dan sedang) pembelajaran matematika konstektual berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar siswa daripada pembelajaran matematika biasa.

Peneliti yang lain yaitu Windi Septyani yang berjudul “Pengaruh pembelajaran Matematika Berbasis Konstektual terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil analisis data diperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstektual (kelas eksperimen) dengan rata-rata hasil belajar matematikanya sebesar 87,81, sedangkan dengan menggunakan model konvensional (kelas kontrol) dengan rata-rata hasil belajar matematikanya sebesar 80,22. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan konstektual terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 02 Salatiga tahun pelajaran 2012/2013.

Selain penelitian tentang model pembelajaran CTL, peneliti lain juga meneliti model pembelajaran yang berbeda. Penelitian tersebut yaitu Pujiono yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terdahap Hasil Belajar Matematika SMP Negeri 3 Getasan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif Think Pairs Share (TPS) materi garis dan sudut bagi siswa kelas VIIB SMP Negeri 3 Getasan. Hasil analisis data yang diperoleh t hitung yaitu sig 0,003 < 0,05 yang berarti ditolak. Jadi, hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujiono yaitu model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) lebih efektif dengan nilai rata-rata 75,57 daripada menggunakan model pembelajaran konvensional.

(5)

Peneliti yang lain yaitu Yani Purbaningrum yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau dari Minat Belajar Siswa Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 di SD Negeri Salatiga 06” dengan menggunakan eksperimen semu (quasi eksperimental research). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap hasl belajar matematika siswa ditinjau dari minat siswa kelas III Tahun Ajaran 2011/2012 di SD Negeri Salatiga 06 dan untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar matematika siswa ditinjau dari minat siswa kelas III Tahun Ajaran 2011/2012 di SD Negeri Salatiga 06. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan hasil uji menunjukkan bahwa perbedaan tidak signifikan dengan nilai sig. 0,067 > 0,05 maka diterima.

Peneliti yang lain yaitu Juli Rahayu dengan judul “Efektivitas Model

Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share) Terhadap Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa pada Pelajaran Matematika Bangun Ruang Kelas V SD Gugus Hasanudin Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, yaitu Pre Test – Post Test Control Group Design. Hasil penelitian yang dilaksanakan menunjukkan nilai signifikan 0,035 < 0,05 dan signifikan ranah afektif 0,011 < 0,0, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Think Pair Share dengan metode konvensional.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, muncul keterkaitan untuk melakukan penelitian tentang keefektifan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Think Pairs Share (TPS) yang berjudul “Keefektifan Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Think Pairs Share

(TPS) Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD Negeri 5 Putatsari Grobogan.

(6)

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “apakah terdapat perbedaan keefektifan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Think Pairs Share

(TPS) terhadap hasil belajar matematika kelas IV SD Negeri 5 Putatsari Grobogan?

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Think Pairs Share

(TPS) terhadap hasil belajar matematika kelas IV SD Negeri 5 Putatsari Grobogan.

1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1 Bagi siswa

Model pembelajaran CTL dan Think Pairs Share (TPS) dapat

mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, mengemukakan pendapat, berfikir logis dan kritis, serta dapat meningkatkan kreatifitas, karakter dan hasil belajar siswa.

1.3.2 Bagi guru

Memberi dorongan kepada guru dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang kreatif pada saat proses pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih mengerti dan menyenangkan.

1.3.3 Bagi kepala sekolah

Model pembelajaran CTL dan Think Pairs Share (TPS) dapat diterapkan di kelas atau sekolah untuk memperbaiki pembelajaran matematika, sehingga hasil belajar siswa tercapai dengan baik dan kepala sekolah juga bangga menghasilkan siswa yang kreatif.

(7)

1.3.4 Bagi peneliti

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Think Pairs Share (TPS) dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman tentang pembelajaran yang efektif sehingga pada saat menjadi guru dapat menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.

Referensi

Dokumen terkait

Adanya gugus asam yang terikat pada atom C nomor 6 pada alginate, karagenan maupun agrose akan menghalangi terbentuknya ester sehingga perlu dideaktivasi dengan cara

Urutkan gambar luaran metode adaptive histogram equalization dari gambar luaran yang memiliki perbedaan objek dengan latar gambar sangat jelas sampai dengan tidak jelas

Guru dituntut tidak hanya mengetahui teori-teori tentang demokrasi dan menciptakan pembelajaran hanya sebagai sebuah transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Keluarga klien merasa takut dan khawatir akan kelahiran klien terhadap prosedur invasif saat operasi SC yang akan dilakukan tidak lancar dan takut anaknya klien terjadi

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil miskonsepsi siswa meliputi miskonsepsi apa saja yang dialami siswa SMA di Jepara pada materi bilangan kuantum dan

Dalam berpikir analogi, pada tahap encoding Siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri atau struktur dari masalah sumber dan target, pada tahap inferring mampu