• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA EDITORIAL MEDIA INDONESIA. Ade Barkah. Abstract. secara terampil dalam penyampaian informasi, opini dan hiburan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA EDITORIAL MEDIA INDONESIA. Ade Barkah. Abstract. secara terampil dalam penyampaian informasi, opini dan hiburan."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

uhamka.ac.id STRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA

EDITORIAL MEDIA INDONESIA

Ade Barkah

Abstract

Secara tidak langsung, surat kabar menjadi sarana pembinaan bahasa. Kekuatannya terletak pada kesanggupan penggunaan bahasa secara terampil dalam penyampaian informasi, opini dan hiburan. Sarana yang digunakan oleh surat kabar tersebut adalah bahasa tulis. Sebagai seorang penulis, seorang jurnalis harus terampil berbahasa. Dalam penulisan berita di media cetak, ada bahasa tertentu yang digunakan, yaitu bahasa jurnalistik. Bahasa pers atau jurnalistik ialah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu : singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. (Sumadirta, 2006:5) Sifat-sifat itu harus harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik mengingat media massa dinikmati oleh lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya.

Berbagai aturan dalam bahasa jurnalistik tersebut, bertujuan agar tulisan mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya oleh pembaca. Kalimat bervariasi yang dimaksudkan dapat dimulai dengan penggunaan frasa.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai struktur frase, khususnya ajektiva., pada Editorial Media Indonesia.

(2)

uhamka.ac.id Kata Kunci : Struktur Bahasa, Frasa Ajektiva

PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan interaksi yang dilakukan oleh manusia untuk mengutarakan suatu niat, makna, atau keinginan yang kompleks. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan informasi dan hiburan semakin tinggi, hal ini seiring dengan perkembangan alat komunikasi massa yang semakin berkembang. Pemerintah pun telah memberikan kebebasan kepada setiap warga negaranya untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik media cetak maupun elektronik. Hal ini tertuang dalam UUD 1945.

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.( UUD 1945 pasal 28F )

Surat kabar adalah salah satu alat komunikasi massa yang paling sering dijumpai. Kapanpun, dimanapun kita bisa mendapatkan informasi dengan mudah dari surat kabar atau koran yang saat ini telah dapat mudah di dapat. Sekian tahun lalu keberadaan koran di anggap segera berakhir.

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi. Kalau pun bisa bertahan setelah adanya televisi, koran dinilai tidak akan banyak

(3)

uhamka.ac.id berpengaruh lagi. Pandangan ini memiliki alasan, karena banyak koran di kota-kota besar yang gulung tikar. Namun sejak tahun 1970-an, koran terbukti mampu bertahan.

Secara tidak langsung, surat kabar menjadi sarana pembinaan bahasa. Kekuatannya terletak pada kesanggupan penggunaan bahasa secara terampil dalam penyampaian informasi, opini dan hiburan. Sarana yang digunakan oleh surat kabar tersebut adalah bahasa tulis. Oleh sebab itu, berbicara mengenai bahasa surat kabar, berarti bicara mengenai bahasa tulis. Apabila bahasa yang digunakan oleh jurnalis adalah bahasa yang baik dan terpelihara, tentu pengaruh terhadap pembaca pun akan baik. Namun, untuk dapat mencapai tujuan penulisannya tersebut juga tidak dapat dikatakan mudah. Sebagai seorang penulis, seorang jurnalis harus terampil berbahasa. Dalam penulisan berita di media cetak, ada bahasa tertentu yang digunakan, yaitu bahasa jurnalistik. Bahasa pers atau jurnalistik ialah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu : singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. (Sumadirta, 2006:5) Sifat-sifat itu harus harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik mengingat media massa dinikmati oleh lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya.

Selain itu, kalimat dalam bahasa jurnalistik juga harus efektif. kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. (Rohmadi, 2011:78) Suatu kalimat dapat dikatakan efektif apabila memiliki ciri-ciri kalimat efektif.

(4)

uhamka.ac.id Ciri dari kalimat efektif antara lain pola kalimat yang gramatikal, pilihan kata yang tepat, menghindari pemakaian kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, mengutamakan kata-kata lugas, menggunakan kalimat padu, menekankan kalimat tidak goyah, menyukai kalimat hemat, dan menganjurkan pemakaian kalimat yang bervariasi untuk menghindari kejenuhan (Sumadirta, 2011:7)

Berbagai aturan dalam bahasa jurnalistik tersebut, bertujuan agar tulisan mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya oleh pembaca. Kalimat bervariasi yang dimaksudkan oleh Yohanes, bisa dimulai dengan penggunaan frasa. Frase adalah satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau lebih, yang didalam klausa menduduki fungsi-fungsi sintaksis (Chaer, 2008:210)Frase menurut kelas katanya dibagi menjadi : (1) frase Verbal (2) frase adjektiva (3) frase nominal (4) frase preposisi, dan frase adverbial. Frasa dapat ditulis pada awal kalimat, bisa juga di simpan ditengah atau pada akhir kalimat, antara lain untuk memberi penekanan serta mengusik perhatian atau khalayak pembaca. Bahasa jurnalistik sebaiknya tidak menggunakan frasa yang panjang pada awal paragraf atau teras berita.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai struktur frase, khususnya ajektiva. Frase ajektiva merupakan gabungan antara ajektiva dan komponen lainnya. Jadi induk frasa itu adalah kata sifat atau ajektiva,

(5)

uhamka.ac.id sedangkan komponen lain yang membentuk frasa tersebut berfungsi sebagai penjelas atau modifikator (Rahardi, 2005:69).

KAJIAN TEORI 1. Frasa

Frasa adalah kesatuan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang masing-masingnya mempertahankan makna dasar katanya, sementara gabungan itu menghasilkan suatu relasi tertentu dan tiap kata pembentuknya tidak bisa berfungsi sebagai subjek dan predikat dalam kontruksi itu ( Keraf,1991:175) . Frasa adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan, dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat ( subjek, predikat, objek atau keterangan ) (Chaer, 2006:301). Penggabungan dua buah kata atau lebih menjadi satu kesatuan adalah dengan maksud untuk menampung konsep makna yang lebih khas atau lebih lebih tertentu yang tidak dapat diwujudkan dengan sebuah kata saja. Secara teoritis, penggabungan kata ini selalu dilakukan terhadap dua buah unsur. Sebagai contoh, frasa “kemaren sore” lebih tertentu maknanya dari pada “kemarin”. Jadi, dari pendapat tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa frasa adalah penggabungan dua buah kata atau lebih yang bertujuan untuk membuat makna yang lebih khas dan lebih mudah dipahami.

(6)

uhamka.ac.id 2. Macam-macam Frasa

Sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis, frasa juga memilki kategori. Maka dikenal adanya frasa nominal, yang mengisi fungsi S atau fungsi O, adanya frasa verbal yang mengisi fungsi P, adanya frasa ajektiva yang mengisi fungsi P, dan adanya frasa preposisional yang mengisi fungsi keterangan. Disamping itu ada pula frasa numerial dan frasa adverbial. Dilihat dari hubungan kedua unsurnya dikenal adanya frasa koordinatif dan subordinatif. Frasa koordinatif adalah frasa yang kedudukan kedua unsurnya sederajat. Sedangkan frasa subordinatif adalah frasa yang ditandai dengan adanya salah satu dari konstituen yang bertindak sebagai inti dari konstruksi ( keraf, 1991:175)

Dilihat dari kedudukannya frasa terbagai atas beberapa macam, yaitu : a) frasa nominal koordinatif (FNK)

b) frasa nominal subordinati ( FNS ) c) frasa verbal koodinatif ( FVK) d) frasa verbal subordinatif (FVS) e) frasa adjektiva koordinatif ( FAK) f) frasa adjektiva subordinatif ( FAS)

Penyusunan Frasa Adjektiva (FA)

Frasa ajektiva adalah frasa yang mengisi atau menduduki fungsi predikat dalam sebuah klausa ajektiva. Dilihat dari kedudukan kedua unsurnya, dibedakan adanya frasa ajektiva koordinatif ( FAK ) dan frasa ajektiva subordinatif (FAS).

(7)

uhamka.ac.id a. Penyusunan Frasa Ajektiva Koordinatif ( FAK )

1). Dua buah kata berkaregori ajektiva yang merupakan anggota dari antonim relasional dan memiliki makna gramatikal „pilihan‟, sehingga di antara kedua dapat disisipkan kata atau. Contoh : baik buruk

2). Dua buah kata berkategori ajektiva yang merupakan anggota dari pasangan bersinonim , dan memiliki makna gramatikal „sangat‟. Contoh:tua renta

3). Dua buah kata berkategori ajektiva yang maknanya sejalan tidak bertentangan dan memiliki makna gramatikal „himpunan‟ sehingga di antara keduanya dapat disisipkan kata dan. Contoh : bulat panjang

4). dua buah kata berkategori ajektiva yang maknanya tidak sejalan (bertentangan) dan memiliki makna berkebalikan sehingga di antara kedua unsurnya harusnya disisipkan kata

tetapi. Contoh : murah tetapi bagus

b. Penyusunan Frasa Ajektiva Subordinatif (FAS)

Frasa ajektiva subordinatif dapat disusun dengan struktur A + N, Adv + A, dan A + Adv. Aturannya sebagau berikut :

1). FAS yang berstruktur A + N dan memiliki makna gramatikal „seperti‟ apabila unsur pertama berkategori ajektiva dan memiliki komponen makna (+warna) dan unsur kedua

(8)

uhamka.ac.id berkategori nomina dan memiliki komponen makna (+perbandingan); sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti warna. Contoh :Merah darah

2). FAS yang berstruktur A + A memiliki makna gramatikal „jenis warna‟ dapat disusun dari :

a. Unsur pertama berkategori ajektiva dan memiliki komponen makna (+warna) dan unsur kedua berkategori ajektiva dan berkomponen makna (+cahaya). Contoh :Merah terang b. Unsur pertama berkategoti ajektiva dan memiliki komonen

makna (+warna), sedangkan unsur kedua berkategori ajektiva dan berkomponen makna (+warna) dan (+benda). Contoh : Putih kebiru-biruan

3). FAS yang berstruktur A + V dan bermakna gramatikal „untuk‟ dapat disusun apabila unsur pertama berkategori ajektiva dan memiliki komponen makna (+sikap batin), sedangkan unsur kedua berkategori verba dan memiliki komponen makna (+tindakan) atau (+kejadian). Contoh :Berani datang

4). FAS yang berstruktur Adv + A dan memiliki makna gramatikal „ingkar‟ dapat disusun apabila unsur pertama berkategori adverbia yang berkomponen makna (+ingkar) dan unsur yang kedua berkategori ajektiva dan

(9)

uhamka.ac.id berkomponen makna (+keadaan) atau (+sikap batin). Contoh : Tidak takut

Adverbia ingkar bukan dapat juga mendampingi ajektiva kalau frasa ajektiva itu didikuti oleh klausa pembetulan. Contoh : Bukan hijau ( melainkan biru )

5). FAS yang berstruktur Adv + A dan bermakna gramatikal „derajat‟ dapat disusun bila unsur pertama berkategori adverbia dan berkomponen makna (+derajat) atau (+ tingkat); sedangkan unsur kedua berkategori ajektiva dan berkomponen makna (+keadaan) atau (+sifat). Contoh : Sangat indah

6). FAS yang berstruktur A +A dv dan bermakna gramatikal „sangat‟ atau „tingkat superlatif‟ dapat disusun apabila unsur pertama berkategori ajektiva dan bermakna gramatikal (+keadaan); sedangkan unsur kedua berkategori adverbia dan berkomponen makna (+paling) dalam bentuk kata sekali. Contoh: Indah sekali

Frasa Ajektiva Bermakna Idiomatik

Ada sejumlah frasa ajktiva bermakna idiomatik berstruktur A + N. Sebagai sebuah idiom konstruksi frasa ini tidak bermakna leksikal maupun gramatikal. Jadi, tidak dapat disusun baru. Contoh : keras kepala

(10)

uhamka.ac.id 3. Media Massa

Dewasa ini media massa semakin memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Aktivitas media massa dalam menyampaikan peristiwa sering memberi dampak yang signifikan bagi masyarakat. Dalam hal ini media bukan hanya menjadi sumber informasi, melainkan juga sering menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan dalam masyarakat. Karena selain menjadi sumber informasi juga memiliki banyak fungsi lain.

fungsi pokok media massa antara lain : 1). News making (pemberitaan), 2) Interpretation (interpretas), media massa akan menganalisis dan memberikan penilaian terhadap kejadian-kejadian, 3). Socialization (sosialisasi), 4). Persuasi, dan 5). Agenda setting, yakni media massa menentukan apa-apa yang berkenaan dengan isu-isu penting, mendefinisikan masalah serta mengajukan saran pemecahan masalah ( Rohmadi, 2011:19)

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Akan tetapi, surat kabar tetap menjadi media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat masa kini ditengah kemajuan alat media komunikasi yang semakin canggih. Hal ini dikarenakan surat kabar memiliki beragam fungsi dan karakteristik yang khas.

(11)

uhamka.ac.id Surat kabar memiliki karakteristik sebagai berikut : 1). Publisitas, yaitu pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang tersebar diberbagai tempat. 2). Periodesitas, menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan atau bulanan. 3). Universalitas, yaitu menunjuk kepada kesmestaan isinya yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia. 4.) aktualitas, yang berarti „kini‟ dan „keadaan sebenarnya‟.5). Terdokumentasikan. Dari berbagai fakta yang diisajikan surat kabar dalam bentuk berita atu artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh beberapa pihak tertentu penting untuk diarsipkan, atau dibuat kliping ( Ardianto, 2004:104)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa surat kabar merupakan salah satu media massa yang memiliki berbagai fungsi yang dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan informasi , hiburan, memberikan wawasan dari berbagai macam peristiwa yang ada di sekitar kehidupan masyarakat.

4. Editorial

Editorial yang memuat kebijakan redaksi dalam menyikapi peristiwa tertentu di masyarakat disebut opini ( Kurnia, 2002 : 277). Edditorial atau tajuk rencana merupakan opini atau pandangan umum surat kabar terhadap isu-isu penting yang penulisannya dibuat secara bergiliran oleh wartawan maupun redaksi ( Rohmadi, 2011:65) Bentuk esai opini banyak di tujukan pada upaya mengarahkan atau mengemukakan opini publik. Di lain pihak, esai opini kadang di sampaikan untuk mengatasi

(12)

uhamka.ac.id kebekuan berpikir di kalangan masyarakat. Mengingat hal tersebut, bentuk penyampaian opini esai tidak bersifat propaganda, tetapi lebih bersifat public speaking .

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi, atau keadaan. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu yaitu : penggunaan struktur frasa ajektiva dalam editorial Media Indonesia. Pelaksanaan penelitian deskriptif dimulai dengan perumusan masalah, pengumpulan data dan analisis data, perumusan kesimpulan dan penyusunan laporan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil

Data penelitian ini adalah struktur frasa ajektiva yang terbit selama lima belas hari penerbitan yaitu koran Media Indonesia pada tanggal yang berbeda. Berdasarkan tabel kerja diperoleh informasi bahwa dari 15 editorial Media Indonesia yang dijadikan penelitian terdapat 67 paragraf, 81 kata frasa yang merupakan frasa ajektiva. Didalam analisis ini terdapat 4 macam frasa ajektiva, dengan rincian sebagai berikut:

(13)

uhamka.ac.id Terdapat Frasa Ajektiva Koordinatif (FAK) makna yang terdapat dari struktur FAK ini menyatakan Frasa Ajekiva Suboordinatif (FAS) berstruktur A+N, A+A, A+V, A+Adv dan Adv +A. Frasa Ajektiva Idiomatik (FAI), dan Perluasan Frasa Ajektiva.Dari jumlah 81 frasa ajektiva, terbagi atas 4 yaitu 18 buah frasa Ajektiva Koordinatif ( FAK) atau 22.22%, 57 buah Frasa Ajektiva Subordinatif (FAS) atau 69,14 yang terbagi atas 5 struktur yaitu 0 A+N, 0 A+A, 6 A+V atau 7.40 %, 51 Adv+A atau 62,96, dan 0 A+ Adv atau 0 %, 3 buah Frasa Ajektiva Idiomatik (FAI) atau 3.70 % dan 3 buah Perluasan Frasa Ajektiva atau 3.70 %.

b. Pembahasan

1. Media Indonesia , edisi selasa , 01 Mei 2012

Judul editorial “Angelina Sondakh dan Justice Collabolator”  Tentu saja tawaran itu tidak gratis.

Frasa ajektiva pada kalimat pertama terdapat satu frasa ajektiva. “Tidak gratis” merupakan frasa ajektiva subordinatif ( Adv+A) dengan kata pertama berkomponen makna ingkar,dan kata kedua berkomponen makna keadaan, dengan unsur (+ingkar)+ (keadaan).  Jaksa KPK menuntut Agus paling ringan dengan 1,5 tahun penjara. Frasa ajektiva pada kalimat kedua terdapat satu frasa ajektiva. “paling ringan” merupakan FAS berstruktur Adv+A. Kata pertama

(14)

uhamka.ac.id sebagai (Adv) bermakna derajat atau tingkat, dan kata kedua merupakan (A) yang bermakna sifat

 ....mestinya malu bila tidak mau membuka keterlibatan para penerima aliran dana dari proyek di dua kementrian itu. Frasa ajektiva pada kalimat ketiga terdapat satu frasa ajektiva.”tidak mau” merupakan FAS berstruktur Adv+A bermakna ingkar, kata pertama merupakan komponen makna (+ingkar) dan kata kedua merupakan komponen makna (+sikap batin)

 Tawaran justice collabolator kepada Angie mestinya hanya untuk lebih memperkuat informasi yang telah dimiliki KPK. Frasa ajektiva pada kalimat keempat terdapat satu frasa ajektiva. “lebih memperkuat” merupakan FAS yang berstruktur Adv+A bermakna derajat. Kata pertama merupakan komponen makna derajat, sedangkan kata kedua berkomponen makna sifat.

2. Media Indonesia, edisi Rabu, 02 Mei 2012 Judul editorial “Teror BBM Bersubsidi”

 Selain tidak efektif, opsi itu jelas diskriminatif. Frasa ajekiva pada kalimat pertama terdapat dua frasa ajektiva. “tidak efektif” merupakan frasa ajektiva subordinatif yang berstruktur Adv+A bermakna ingkar. Kata pertama merupakan komponen makna ingkar, dan kata kedua merupakan komponen makna keadaan. Kata “jelas diskriminatif merupakan frasa ajektiva subordinatif

(15)

uhamka.ac.id (Adv+A) yang bermakna derajat. Kata pertama merupakan komponen makna derajat, sedangkan kata kedua merupakan konponen makna sifat.

 Dengan demikian, kebijakan yang paling cepat bisa diambil dan diterapkan ialah mengeluarkan larangan konsumsi premium bagi kendaraan pemerintah BUMN dan BUMD. Frasa ajektva pada kalimat kedua terdapat satu frasa ajektiva. “paling cepat” merupakan frasa ajektiva subordinatif (Adv+A) bermakna derajat. Kata pertama berkomponen makna derajat sedangkan kata kedua berkomponen makna sifat.

 ....trayek kendaraan yang mengangkut karyawan, mau tidak mau harus diperpendek karena BBM yang ada tidak mencukupi. Frasa ajektiva pada kalimat ketiga terdapat satu frasa ajektiva. “tidak mencukupi” merupakan frasa ajektiva subordinatif (Adv+A) bermakna ingkar. Kata pertama berkomponen makan ingkar, dan kata kedua berkomponen makna keadaan.

 Celakanya, pemerintah gemar melontarkan wacana kebijakan tanpa arah yang tegas dan meyakinkan. Frasa ajektiva pada kalimat keempat terdapat satu frasa ajektiva. “tegas dan meyakinkan” merupaka frasa ajektiva koordinatif bermakna

(16)

uhamka.ac.id himpunan, karena kata pada frasa tersebut sejalan dan tidak bertentangan.

.

SIMPULAN

Setelah diadakan penelitian yang disertai dengan data dan dengan tujuan menganalisis penggunaan struktur frasa ajektiva pada editorial

Media Indonesia, maka hasil yang diperoleh adalah 15 editorial yang

dijadikan objek penelitian didapatkan 81 frasa ajektiva. Ada empat jenis frasa ajektiva yang dalam editorial Media Indonesia, di antaranya, Frasa Ajektiva Koordinatif (FAK ), Frasa Ajektiva Subordiantif ( FAS) dalam frasa ini terpecah menjadi FAS A+N, A+ V, A+A, A+ Adv,dan Adv +A, Frasa Ajektiva Idiomatik (FAI) dan perluasan frasa ajektiva.

Dari 81 kata berfrasa ajektiva, terdapat Frasa Ajektiva Koordinatif (FAK) sebanyak 18 atau 22.22 %, Frasa Ajektiva Subordinatif ( A + N sebanyak 0 atau 0 %, A+A sebanyak 0 atau 0 %, A+V sebanyak 6 atau 7.40 %, A +Adv sebanyak 0 atau 0%, Adv +A sebanyak 51 atau 62, 96 %), frasa ajektiva idomatik sebanyak 3 atau 3.70 %, dan perluasan frasa ajektiva sebanyak 3 atau 3.70 %.

(17)

uhamka.ac.id DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, alvinaro dkk. 2004. Komunikasi MassaSuatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Chaer, Abdul. 2008. Sintaksis Bahasa Indonesia ( Pendekatan Proses). Jakarta : Rineka Cipta

---. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia

Rohmadi, Muhammada. 2011. Jurnalistik Media Cetak. Surakarta : Cakrawala Media

Sumadirta, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Referensi

Dokumen terkait

Marilah kita belajar untuk hidup dengan bijaksana, sebarkan metta ke semua makhluk. Akhir kata, Sabbe satta bhavantu sukhitatta. Buku ini adalah kelanjutan dari buku Hijau, sebuah

Dari deskripsi data kualitatif di atas, subjek dengan kemampuan tinggi maupun rendah pada dasarnya memiliki kemampuan dalam menggunakan definisi, aksioma, dan

[3.3] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) dan Pasal 10 ayat (1) huruf d

Sedangkan yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur baik berupa buku atau tulisan-tulisan tokoh lain yang didalamnya terdapat uraian tentang pemikiran HAMKA

Rumah Sakit Kelas E adalah rumah sakit khusus (Special Hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja.. Pada saat ini banyak rumah

Skripsi dengan judul “Analisis Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan PBL Pada Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Kelas III SDN Dinoy

Perjalanan dari ”Dufan” menuju perbatasan juga diwarnai oleh suara burung Alap-alap (Falco sp.) yang terbang di sekitar jalur ini, sehingga dapat disampaikan mengenai

Selain itu seluruh insan Tzu Chi berharap dapat membantu Master Cheng Yen dalam menjalani resolusi beliau di tahun 2013: Terus hidup sederhana menjaga sumber daya