BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisis mengenai perbandingan mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran pada SMK berstandar ISO dan berstandar nasional di Kabupaten Lebak. Unit analisis pada penelitian ini adalah sekolah SMK yang telah terakreditasi di Kabupaten Lebak. Objek yang diteliti adalah mutu manajemen sekolah yang meliputi aspek POAC (planning, organizing,
actuating, controlling ) serta mutu layanan pembelajaran yang meliputi dimensi
TERRA (tangible, empathy responsiveness,reliability, assurance).
Sementara itu, subjek dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu: Subjek yang pertama adalah siswa kelas 2 SMK, untuk mengungkap gambaran tentang mutu layanan pembelajaran, dengan alasan mereka adalah siswa tingkatan akhir yang masih aktif mengalami proses layanan pembelajaran pada saat penelitian ini dilakukan. Subjek yang kedua adalah pegawai sekolah yang terdiri dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, mengungkap gambaran tentang mutu manajemen sekolah, dengan alasan mereka yang merasakan dan menjalankan dari proses manajemen yang ada di sekolah.
3.2Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian non eksperimen, dimana peneliti tidak memberikan perlakukan manipulasi yang baru terhadap objek yang ditelitinya. Menurut Fren.L.Kerlinger (2006:604), penelitian non eksperimen
adalah telaah empirik sistematis dimana ilmuwan tidak dapat mengontrol secara langsung variabel bebas karena manifestasinya telah muncul, atau karena sifat hakekat variabel itu memang menutup kemungkinan manipulasi.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik. Termasuk penelitian deskriptif karena hasil penelitian memberikan gambaran mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran di SMK. Menurut Sukmadinata (2006:72), penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.
Termasuk penelitian analitik karena dari hasil penelitian dianalisis untuk membandingkan mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran pada SMK berstandar ISO dengan SMK berstandar nasional yang telah diakreditasi oleh BAN-S/M. Penerapan metode ini merujuk pendapat Nazir (2009:55) yang menjelaskan bahwa dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga menjadi suatu studi komparatif. Kelemahan metodologi di penelitian ini adalah analisis data yang dilakukan hanya difokuskan pada data jawaban responden yang terdiri dari pegawai untuk mutu manajemen sekolah dan siswa untuk mutu layanan sekolah.
3.3Variabel dan Rancangan Penelitian
Menurut Brown (1998:7) variabel didefinisikan sebagai “something that
simply symbol or a concept that can assume any one of a set of values” (Davis,
1998:23). Definisi pertama menyatakan bahwa variabel ialah sesuatu yang berbeda atau bervariasi, penekanan kata sesuatu diperjelas dalam definisi kedua yaitu simbol atau konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai-nilai.
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu mutu manajemen sekolah (O1) serta layanan pembelajaran (O2). Sementara itu, status akreditasi sekolah dijadikan kategori yang dibagi menjadi 2 kategori, yaitu SMK berstandar ISO (X1) dan SMK berstandar nasional (X2) yang keduanya dilakukan pengukuran tentang mutu manajemen sekolah serta layanan pembelajaran, kemudian dibandingkan antar keduanya.Sementara itu, rancangan penelitian ini menggunakan desain ex post facto. Menurut Furchan (1982:383), penelitian dengan desain ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variable bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
unit Kategori Pengukuran
Variabel Terikat 1 X1 Oa1 Ob1 2 X2 Oa2 Ob2 X1 : SMK Berstandar ISO X 2 : SMK Berstandar Nasional
Oa : Pengukuran Variabel Mutu Manajemen Sekolah Ob : Pengukuran Variabel Mutu Layanan Pembelajaran Diadopsi berdasarkan Fren.L.Kerlinger (2006:517)
3.4Populasi Dan Sampel
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kualitatif atau kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Sudjana,1989:157). Sampel adalah bagian dari populasi. Populasi dari penelitian ini adalah sekolah SMK yang telah terakreditasi di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Dimana jumlah sekolah SMK di Kabupaten Lebak berjumlah 42 sekolah terdiri dari 10 SMK negeri dan 32 SMK swasta, sedangkan yang telah terakreditasi 11 SMK.
Jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel non
probabilitas dimana tidak menggunakan sampling acak. Adapun bentuk dari
sampel non probabilitas yang digunakan yaitu sampling purposif (bertujuan). Menurut Fren.L.Kerlinger (2006:206) ciri dari sampling purposif adalah penilaian dan upaya cermat untuk memperoleh sampel secara representatif dengan cara meliputi wilayah-wilayah atau kelompok-kelompok yang diduga sebagai anggota sampelnya, sehingga subjek-subjek dapat masuk sendiri ke dalam kelompok atau memasang diri sendiri berdasarkan karakteristik yang berbeda dengan yang diminati atau diperhatikan oleh penelitinya (Fren.L.Kerlinger, 2006:607). Secara lebih jelas, sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
No Katagori Sekolah
1 SMK berstandar ISO SMKN 1 Rangkasbitung (nilai
akreditasi A dan meraih sertifikat ISO) 2 SMK berstandar nasional SMK Setia Budhi ( nilai akreditasi A)
SMK Korpri (nilai akreditasi B) SMKN 2 Rangkasbitung (nilai akreditasi C)
Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 4 sekolah dengan tidak melakukan random, dengan ketentuan pengambilan sampel dari populasi yang ada berdasarkan karakteristik dan kriteria yang diinginkan peneliti dalam penelitian ini. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sekolah SMK yang telah terakreditasi secara nasional oleh BAN-S/M. b. Sekolah SMK yang telah memiliki sertifikat ISO.
c. Lokasi Sekolah SMK berada di Kota Kabupaten Lebak
d. Sekolah SMK yang banyak diminati masyarakat setempat dengan memiliki siswa dan pegawai yang memadai.
e. Sekolah SMK yang memiliki lahan, bangunan kelas dan laboratorium yang memadai.
Rujukan dari kriteria tersebut berdasarkan nilai akreditasi sekolah yang dikeluarkan oleh BAN-S/M serta berdasarkan rekomendasi dari data LPMP dan dinas kabupaten Lebak.
Sementara itu, besaran jumlah sebaran subjek penelitian (responden) ditentukan dengan rumus Slovin, yaitu:
Dimana : n = sampel; N = populasi;
d = nilai presisi 90% atau sig. = 0,01.
Rumus Slovin mempersyaratkan sebuah populasi subjek harus diketahui dengan jelas jumlahnya. Melihat dari jumlah subjek yang rata-rata lebih dari seratus dan juga keterbatasan peneliti dari segi waktu dan dana, maka presisi yang diambil adalah sebesar 10℅ atau dengan signifikansi 0,01. Sebaran jumlah subjek (responden) penelitian dari setiap sekolah adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Jumlah Responden Penelitian
Sekolah
Jumlah siswa kelas 2
Jumlah pegawai Subjek siswa ( mutu layanan pembelajaran) Subjek pegawai sekolah (mutu manajemen sekolah) guru staf total guru staf total
SMKN 1 300 68 33 101 75 34 16 50 SMKN 2 280 49 13 62 74 30 8 38 SMK Setia Budhi 200 45 15 60 67 28 9 37 SMK KORPRI 82 35 10 45 45 24 7 31
Sementara itu, untuk menentukan jumlah subjek (responden) pegawai yang diambil berdasarkan guru dan staf ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang telah ditentukan.
3.5Definisi Operasional Variabel
Nazir (2005: 126) menyatakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Definisi operasional merupakan definisi yang dibuat oleh peneliti terhadap variabel yang akan diteliti guna memberikan batasan yang tegas dan menjadi
panduan atau kriteria untuk mengukur variabel tersebut. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
3.5.1 Mutu Manajemen Sekolah
Mutu manajemen sekolah adalah derajat keunggulan dari proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan agar mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Menurut Sallis (2006:54) mutu mengandung makna kesesuaian dengan spesifikasi yang diharapkan. Sedangkan manajemen secara umum menurut Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (2009:8) mengemukakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sementara itu, definisi operasional varibel mutu manajemen sekolah adalah tingkat kesesuaian terhadap proses manajemen sekolah sebagaimana yang dinyatakan oleh tanggapan pendidik dan tenaga kependidikan terhadap pernyataan tertulis tentang kemampuan pelaksanaan kegiatan fungsi manajemen yang dilakukan oleh kepala sekolah yang terdiri pada proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling) sekolah.
3.5.2 Mutu Layanan Pembelajaran
Mutu layanan adalah tingkat keunggulan dan kesesuaian dari proses pemberian layanan yang diberikan dengan harapan yang dirasakan oleh pelanggan. Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk
menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu layanan pembelajaran adalah tingkat keunggulan dari proses pemberian layanan aktivitas belajar di sekolah yang dirasakan oleh peserta didik.
Sementara itu, definisi operasional variabel mutu layanan pembelajaran adalah tingkat kesesuaian terhadap proses penyelenggaraan pembelajaran sebagaimana yang dinyatakan oleh tanggapan siswa terhadap pernyataan tertulis tentang dimensi mutu layanan yang meliputi tangibles, reliability, responsweness,
assurance, dan empaty, dari kegiatan pembelajaran yang terdiri pada proses
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. 3.5.3 Akreditasi Sekolah
Pengertian akreditasi sekolah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja satuan atau program pendidikan, yang dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik. Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah.
Definisi operasional dari akreditasi sekolah adalah sebuah pengakuan berupa hasil penilaian dalam bentuk sertifikasi formal terhadap kelayakan suatu sekolah yang telah memenuhi 8 standar nasional pendidikan untuk akreditasi secara nasional yang ditetapkan oleh BAN-S/M serta tambahan pemenuhan standar manajemen mutu ISO untuk akreditasi internasional (ISO) yang telah ditetapkan oleh badan yang berwenang secara internasional.
3.6 Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Pengumpulan data menggunakan kuesioner memiliki beberapa keuntungan (Arikunto, 1996:140) yaitu: (1) tidak memerlukan hadirnya peneliti; (2) dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden; (3) dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden; (4) dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab; (5) dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama. Selain itu, pertanyaan kuesioner lebih terperinci dan lengkap dibandingkan dengan interview guide.
Jenis pernyataan dalam kuesioner berupa pernyataan berstruktur dengan pilihan butir skala. Menurut Nazir (2009:207), pertanyaan berstruktur adalah pernyataan yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberikan jawaban kepada beberapa alternatif saja. Tipe skala dalam penelitian ini menggunakan skala tingkat sumatif yang biasa disebut dengan skala type
Likert yang telah dimodifikasi dengan jumlah pilihan respon genap, sehingga
menghilangkan respon netral. Menurut Prabowo (2009) dijelaskan bahwa :
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item yang menggunakan skala Likert mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Setiap item diberi sejumlah pilihan respon yang sifatnya tertutup. Banyaknya pilihan respon dalam suatu penelitian sangat beragam. Namun yang paling banyak digunakan adalah 5 pilihan respon. Jika respon terlalu sedikit maka hasilnya terlalu kasar, namun sebaliknya jika respon terlalu banyak responden akan sulit membedakan antara pilihan respon yang satu dengan pilihan respon yang lain. Guna menghindari pemusatan jawaban, digunakan jumlah pilihan respon genap (4, 6, dan seterusnya).
Jumlah pilihan respon genap dalam kuesioner ini dilakukan untuk menghilangkan kecenderungan responden dalam memilih posisi netral di tengah. kriteria penskorannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4 Penetapkan Bobot Skor Alternatif Jawaban Bobot Sangat sesuai dengan
kenyataan 4
Sesuai dengan kenyataan 3
Tidak sesuai dengan
kenyataan 2
Sangat tidak sesuai dengan
kenyataan 1
Namun, sebelum membuat kuesioner diisi oleh responden, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi instrumen untuk mempermudah membuat pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh responden berdasarkan indikator-indikator yang dibuat. Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini terdapat dalam lampiran.
Kalimat pernyataan yang telah dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah dirumuskan, kemudian dilakukan proses validitas instrumen secara empiris, serta proses reliabilitas instrumen. Menurut Arikunto (1996:160), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.
Proses validasi empiris dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara setiap item pernyataan dengan total item pernyataan, kemudian untuk mengambil keputusan valid tidaknya setiap item, hasil korelasinya dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi (r) tabel. Perhitungan statistik tentang validasi item ini
dilakukan dengan bantuan program komputer berupa software Statistical Product
and Service Solution (SPSS) versi 17, hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Uji Validasi Dan Reliability Instrumen Mutu Manajemen Sekolah
Berdasarkan hasil perhitungan secara komputerisasi dengan SPSS versi 17, diperoleh nilai koefisien korelasi antara setiap item dengan total item (r hitung), kemudian dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi tabel (r tabel), dengan α = 0,05 dan df = 40 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,312, sehingga jika r hitung ≥ r tabel (r hit ≥ 0,312) maka nomor item dikatakan valid, dan jika r hitung < r tabel (r hit < 0,312) maka nomor item dikatakan tidak valid. Hasil uji validitas, diperoleh 37 item instrumen manajemen sekolah yang valid dan terdapat 3 item yang harus dibuang. Tabel hasil uji validasi terdapat dalam lampiran.
Selanjutnya, setelah dilakukan validasi setiap item pernyataan, kemudian dilakukan uji reliabilitas instrumen. Berdasarkan jumlah item pernyataan sebesar 40 untuk instrument manajemen sekolah, diperoleh hasil perhitungan secara komputerisasi dengan SPSS versi 17 nilai r alpha sebesar 0,955, kemudian dibandingkan dengan r tabel, dengan α = 0,05 dan df = 38 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,320, karena r alpha ≥ r tabel (0,842 ≥ 0,320) maka instrumen manajemen sekolah dikatakan reliabel. Tabel hasil uji reliabel terdapat dalam lampiran.
b. Uji Validasi Dan Reliability Instrumen Mutu Layanan Pembelajaran
Berdasarkan hasil perhitungan secara komputerisasi dengan SPSS versi 17, diperoleh nilai koefisien korelasi antara setiap item dengan total
item (r hitung), kemudian dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi tabel (r tabel), dengan α = 0,05 dan df = 47 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,288, sehingga jika r hitung ≥ r tabel (r hit ≥ 0,288) maka nomor item dikatakan valid, dan jika r hitung < r tabel (r hit < 0,288) maka nomor item dikatakan tidak valid. Hasil uji validitas, diperoleh 37 item instrumen manajemen sekolah yang valid dan terdapat 10 item yang harus dibuang. Tabel hasil uji validasi terdapat dalam lampiran.
Selanjutnya, setelah dilakukan validasi setiap item pernyataan, kemudian dilakukan uji reliabilitas instrumen. Berdasarkan jumlah item pernyataan sebesar 47 untuk instrument layanan pembelajaran, hasil dari perhitungan secara komputerisasi diperoleh nilai r alpha sebesar 0,935, kemudian dibandingkan dengan r tabel, dengan α = 0,05 dan df = 45 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,294. Karena r alpha ≥ r tabel (0,842 ≥ 0,294) maka instrumen layanan pembelajaran dikatakan reliabel. Tabel hasil uji reliabel terdapat dalam lampiran.
Berdasarkan hasil analisis uji coba instrument yang telah dilakukan, maka instrument ini layak untuk digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data, setelah menghilangkan nomor item 12, 18 dan 36 pada variabel mutu manajemen sekolah serta nomor item 2,3,6,9,15,18,20,31,40 dan 47 pada variabel mutu layanan pembelajaran.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kuantitatif ini dilakukan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Upaya memperoleh gambaran deskriptif tentang
mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran, digunakan kriteria interpretasi skor. Data yang telah diperoleh dari hasil instrumen, diolah dengan mempersentasekan skor hasilnya, sehingga hasilnya dapat terlihat aspek mana yang paling dominan dalam pengumpulan data tersebut berdasarkan kriteria interpretasi skor yang ada. Kriteria interprestasi skor dalam penelitian ini seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.5 Kriteria Interpretasi Skor Persentase Skor Kriteria
0 % - 25 % Sangat rendah
26 % - 50 % Rendah
51 % - 75% Tinggi
76 % - 100 % Sangat tinggi Sumber: diadopsi dari Riduwan (2006:18)
Teknis analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran di SMK berstandar ISO dengan SMK berstandar nasional, dilakukan analisis perhitungan dengan menggunakan metode statistik parametrik uji t. Merajuk kepada pendapat Riduwan (2006:14) yang menyatakan bahwa statistik parametrik digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk interval. Proses pengolahan data penelitian ini menggunakan bantuan program komputer aplikasi software SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 17. Aplikasi software SPSS mampu
memproses data secara tepat dan akurat dengan cepat serta dapat menyajikan dalam berbagai output data yang dikehendaki peneliti. Langkah-langkah statistik yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Membuat deskripsi data dengan menentukan kecendrungan pemusatan data yang terdiri dari mean, median, modus, standar deviasi, dan varians. b. Membuat interpretasi skor berdasarkan persentase skor ideal
c. Menguji normalitas data dengan uji Kolmogorov Smirnov, uji Liliefors, dan uji Shapiro Wilks. Kriteria pengujian:
Kriteria uji normalitas
- Jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka Ho ditolak - Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka Ho diterima d. Menguji homogenitas data dengan uji Lavene. Kriteria pengujian :
Kriteria uji homogenitas
- Jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka Ho ditolak - Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka Ho diterima
e. Bila data normal dan homogen, maka melakukan konversi ordinal ke interval, setelah itu menguji hipotesis dengan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t. Kriteria pengujian :
Kriteria uji t
- Jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka Ho diterima - Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka Ho ditolak
f. Bila ternyata data hasil penelitian tidak normal dan tidak homogen maka untuk menguji hipotesis digunakan Uji Mann-Whitney, yaitu uji data dua sampel tidak berhubungan (independen)
Kriteria uji Uji Mann-Whitney
- Jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka Ho diterima - Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka Ho ditolak