• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODAL KERJA DAN JENIS USAHA TERHADAP PENDAPATAN BERSIH PEDAGANG KAKI LIMA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Di Pasar Way Halim Bandar Lampung Tahun 2017) - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH MODAL KERJA DAN JENIS USAHA TERHADAP PENDAPATAN BERSIH PEDAGANG KAKI LIMA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Di Pasar Way Halim Bandar Lampung Tahun 2017) - Raden Intan Repository"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Ekonomi Islam

Oleh

Metisia Dhika Labara 1351010121

Jurusan : Ekonomi Syariah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)

Tahun 2017)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Ekonomi Islam

Oleh

Metisia Dhika Labara 1351010121

Jurusan : Ekonomi Syariah

Pembimbing I : Prof. Dr. H. Suharto, S.H., M.A. Pembimbing II : Dr. Heni Noviarita, S.E., M.Si.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(3)

ii

ABSTRAK

Dalam sejarah perekonomian Indonesia, kegiatan usaha sektor informal sangat potensial dan berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri.Salah satu sektor informal yang banyak diminati oleh masyarakat adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Banyak orang menjadikan pedagang kaki lima sebagai pilihan alternatif bagi yang tidak tertampung di sektor formal.Pedagang Kaki Lima (PKL) banyak di temui di tempat-tempat seperti pasar, trotoar jalan raya, maupun di sekolah atau kampus universitas. Tidak jarang keberadaan pasar menjadi lahan yang sangat strategis bagi pedagang kaki lima. Pedagang Kaki Lima yang berada di wilayah pasar terkadang mempermudah para konsumen berbelanja langsung tanpa harus masuk ke dalam pasar. Pendapatan bersih pedagang kaki lima yang relatif kecil atau rendah sering di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah modal kerja yang relatif rendah dan jenis usaha yang berbeda.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh modal kerja dan jenis usaha terhadap pendapatan bersih pedagang kaki lima di Pasar Wayhalim Bandar Lampung Tahun 2017 dan bagaimana modal kerja dan jenis usaha yang dikerjakan oleh pedagang kaki lima dalam perspektif Ekonomi Islam. Tekhnik pengumpulan data dengan cara menyebar kuesioner dan dokumentasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan penelitian secara kuantitatif, data yang digunakan adalah data primer, melalui penyebaran kuesioner kepada responden yaitu Pedagang Kaki Lima di Pasar Wayhalim Bandar Lampung sebanyak 100 responden.

Berdasarkan hasil uji penelitian dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, dapat dinyatakan secara simultan atau bersama-sama bahwa adanya pengaruh positif dari variabel independent yaitu modal kerja (X1) dan jenis usaha (X2). Selain itu berdasarkan hasil uji koefisien determinasi menunjukkan besarnya variabel independen yaitu sebesar 0,149% yang berarti bahwa pengaruh variabel modal kerja (X1) dan jenis dagangan (X2) terhadap pendapatan bersih dalam model ini sebesar 14,9 % sedangkan sisanya 85,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

(4)
(5)
(6)

v MOTTO















































“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh

dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”1

(Q.S An-Nisa : 29)

1

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Sujud dan puji syukur penulis hanturkan kepada pemilik semesta alam, Allah SWT yang telah begitu banyak memberikan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul PENGARUH MODAL KERJA DAN JENIS USAHA TERHADAP PENDAPATAN BERSIH PEDAGANG KAKI LIMA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Di Pasar Way Halim Bandar Lampung Tahun 2017).

Skripsi ini disusun berdasarkan kegiatan penelitian yang dilaksanakan April 2017 sampai dengan Agustus 2017 di Pasar Way Halim Bandar Lampung. Selama penyusunan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Papa (Sahirul Aspin, B.B.A.) dan Mama (Ema Yunita) tercinta atas segala dukungan, dorongan, kasih sayang, serta doa yang selalu terucap ditiap sujudnya untukku.

2. Kakak-kakakku tercinta Rini Septiyani, M.Si. dan Novita Barla, S.Pd.serta adikku Anggraini Saputri untuk semangat dan pengertian yang diberikan kepada penulis

(8)

vii

4. Rekan-rekan almamater angkatan 2013 Jurusan Ekonomi Syari’ah yang telah menemani hari-hari penulis dengan berbagai kisah suka dan duka.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan diridhoi oleh Allah SWT. Aamiin

Bandar Lampung, 18 Agustus 2017

Penulis

(9)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 Mei 1995, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Sahirul Aspin, B.B.A. dan Ema Yunita. Penulis menyelesaikan pendidikan di :

1. Taman Kanak-kanak di TK Al-Azhar 2 Way Halim pada tahun 2001 2. Sekolah Dasar (SD) Al-azhar I Bandar Lampung pada tahun 2007

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2010

4. Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN) Bandar Lampung pada tahun 2013.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kita dan penulis sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini dengan judul PENGARUH MODAL KERJA DAN JENIS USAHA TERHADAP PENDAPATAN BERSIH PEDAGANG KAKI LIMA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Di Pasar Wayhalim Bandar Lampung Tahun 2017). Adapun tujuan penulisan skripsi iniadalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Ekonomi syariah di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Skripsi ini tidak akan pernah selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini khususnya kepada :

1. Bapak Dr. Moh. Bahrudin, M.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

(11)

x

3. Bapak Prof. Dr. H. Suharto, S.H., M.A., selaku pembimbing pertama atas kesediannya memberikan bimbimngan, pengarahan dan nasihat kepada penulis sampai selesainya skripsi ini dan untuk kesuksesan kehidupan penulis selanjutnya.

4. Ibu Dr. Heni Noviarita, S.E., M.Si., selaku pembimbing kedua atas segala masukannya, dukungan, serta bantuannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Mama (Ema Yunita) dan Papa (Sahirul Aspin, B.B.A.) tercinta atas segala dukungan, dorongan, kasih sayang, serta doa yang selalu terucap ditiap sujudnya untukku.

6. Kakak-kakakku tercinta Rini Septiyani, M.Si. dan Novita Barla, S.Pd. serta adikki Anggraini Saputri untuk semangat dan pengertian yang diberikan kepada penulis.

7. Reky Julian Jaya, S.E., untuk semangat, motivasi, bantuan dan pengertiannya yang diberikan kepada penulis.

8. Kepada sahabat-sahabatku dan teman-temanku Etri Meisari, S.E., Ida Asriana, S.E., Syaniatulwida, S.E., Fristy Havira, S.E., Neysa Nadia Amelinda, S.E., Dewi Safitri, S.E., Ulta Abriasih, S.E., Indah Superti, S.E., Septiani, S.E., yang selama ini telah memberikan motivasi dan semangat. Semoga persahabatan kita tetap terjalin erat.

(12)

xi

penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, maka dengan kerendahan hati penulis berharap saran yang bersifat membangun dalam perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan baru bagi kita semua. aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandar Lampung, 18 Agustus 2017

Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 3

C. Latar Belakang Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 16

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Modal Kerja Dalam Ekonomi Islam ... 18

1. Pengertian Modal Kerja dan Dasar Hukumnya ... 18

2. Jenis-jenis Modal Kerja... 22

3. Faktor-faktor Penentuan Jumlah Modal ... 24

4. Hubungan Modal Kerja Dengan Pendapatan Bersih ... 26

B. Jenis Usaha Dalam Ekonomi Islam ... 27

1. Pengertian Jenis Usaha dan Dasar Hukumnya ... 27

2. Hubungan Jenis Usaha Dengan Pendapatan Bersih ... 31

C. Pendapatan Bersih Dalam Ekonomi Islam ... 32

1. Pengertian Pendapatan Bersih dan Dasar Hukumnya ... 32

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan ... 36

D. Penelitian Terdahulu ... 37

(14)

xiii

F. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian... 46

B. Sumber Data ... 47

C. Populasi dan Sampel ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 51

E. Variabel Penelitian ... 52

F. Teknik Analisis Data ... 54

1. Statistik Deskriptif ... 55

2. Uji Asumsi Klasik ... 55

a. Uji Normalitas... 56

b. Uji Multikolinearitas ... 56

c. Uji Heterokesdasitas ... 56

3. Analisis Regresi Berganda ... 56

4. Uji Hipotesis ... 58

a. Analisis Koefisien Determinasi ... 58

b. Uji Serempak (uji F) ... 59

c. Uji Parsial (uji t) ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 63

1. Sejarah singkat pasar wayhalim ... 63

2. Lokasi pasar wayhalim ... 64

3. Sarana dan prasarana pasar wayhalim ... 65

4. Struktur organisasi pasar wayhalim ... 65

B. Deskripsi Responden ... 67

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Alamat ... 68

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur Responden ... 69

4. Deskripsi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden ... 70

5. Hasil Kuesioner ... 71

C. Hasil Penelitian ... 72

1. Uji Asumsi Klasik ... 73

a. Uji Normalitas... 73

b. Uji Multikolinearitas ... 74

c. Uji Heterokesdasitas ... 75

2. Analisis Regresi Berganda ... 76

3. Uji Hipotesis ... 79

a. Analisis Koefisien Determinasi ... 79

b. Uji Serempak (uji F) ... 81

c. Uji Parsial (uji t) ... 83

4. Analisis Data ... 84 a. Pengaruh Modal Kerja dan Jenis Usaha

(15)

xiv

di Pasar Wayhalim Bandar Lampung ... 84 b. Pengaruh Modal Kerja Dan Jenis Usaha

Terhadap Pendapatan Bersih Pedagang Kaki Lima

Dalam Perspektif Ekonomi Islam ... 89 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 95 B. Saran-Saran ... 96

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ...38

3.1 Jumlah Sampel Sesuai Jenis Dagangan...50

4.1 Sarana dan Prasarana Pasar Wayhalim ...65

4.3 Jenis Kelamin Responden ...67

4.4 Alamat Responden ...68

4.5 Umur Responden ...69

4.6 Pendidikan Terakhir Responden ...70

4.7 Statistik Deskriptif ...72

4.8 Hasil Uji Normalitas ...74

4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ...75

4.10 Hasil Uji Regresi Berganda ...77

4.11 Hasil Analisis Uji Determinasi R2 ...80

4.12 Hasil Uji F ...81

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Komposisi Pekerja Informal Menurut Lapangan Usaha Indoesia

Tahun 2002-2014 ... 10

2. Kerangka Pemikiran ... 40

3. Struktur Organisasi (UPT) Pasar Wayhalim Bandar Lampung ... 66

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Dekan Fakultas Ekonomi da Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung Nomor 10.a Tahun 2017 tentang Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa Semester Genap Tahun Akademik 2016/2017

Lampiran 2 Surat Pra Riset oleh UPT Pasar Wayhalim Bandar Lampung Lampiran 3 Surat Riset oleh UPT Pasar Wayhalim Bandar Lampung Lampiran 4 Surat Pernyataan Tidak Plagiarisme

Lampiran 5 Kartu Konsultasi Skripsi Lampiran 6 Angket Penelitian

Lampiran 7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel X1 (Modal Kerja)

Lampiran 8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel X2 (Jenis Usaha)

Lampiran 9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Y (Pendapatan Bersih)

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebagai kerangka awal sebelum penulis menguraikan pembahasan lebih lanjut, terlebih dahulu akan di jelaskan istilah dalam skripsi ini untuk menghindari kekeliruan bagi pembaca yang tertuang dalam penegasan judul. Oleh karena itu diperlukan adanya pembatasan arti kalimat dalam skripsi ini, dengan harapan memperoleh gambaran yang jelas dari makna yang di maksud.

Adapun judul skripsi ini PENGARUH MODAL KERJA DAN JENIS USAHA TERHADAP PENDAPATAN BERSIH PEDAGANG KAKI LIMA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Wayhalim Bandar Lampung Tahun 2017). Adapun istilah istilah tersebut adalah:

1. Modal Kerja

Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Seperti pembelian bahan baku, membayar gaji dan upah, dan biaya operasional lainnya.1

1 Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

(20)

2. Jenis Usaha

Jenis usaha atau jenis dagangan adalah jenis barang atau jasa yang akan dijual oleh para pedagang di pasar.2

3. Pendapatan Bersih

Pendapatan bersih atau laba usaha merupakan pendapatan kotor dikurangi dengan semua beban usaha atau biaya operasi. Pendapatan bersih atau laba usaha (operating profit) ini merupakan laba yang diperoleh suatu usaha dari aktivitas usaha atau operasinya (sesuai dengan maksud didirikannya suatu usaha), belum dikenai biaya pinjaman dana (cost of funding) jika ada.3

4. Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima adalah pedagang golongan ekonomi lemah yang berjualan kebutuhan sehari-hari, makanan atau jasa dengan modal yang relatif kecil, modal sendiri atau modal orang lain baik berjualan ditempat terlarang atau tidak.4

5. Ekonomi Islam

Ekonomi Islam adalah suatu usaha sistematis untuk memahami masalah ekonomi dan prilaku manusia dalam hubungannya kepada persoalan tersebut menurut perspektif ekonomi Islam.5

2 Nur Isni Atun, Pengaruh Modal, Lokasi, dan Jenis Dagangan Terhadap Pendapatan

Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman, (Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2016), h. 25

3 Kuswadi, Pencatatan Keuangan Usaha Dagang untuk Orang-Orang Awam, (Jakarta :

Alex Media Komputindo, 2008), h. 40.

(21)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah penulis ingin mengetahui seberapa pengaruhnya modal kerja dan jenis usaha dalam mempengaruhi pendapatan bersih pedagang kaki lima ditinjau dari pandangan Ekonomi Islam.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun alasan penulis memilih judul adalah sebagai berikut : 1. Alasan Objektif :

Penulis melihat bahwa sektor informal menjadi pilihan alternatif karena relatif mudah memasukinya dari pada sektor formal, tidak perlu keterampilan khusus, serta pasar yang menjanjikan, dan hal ini dapat menekan angka pengangguran dan kemiskinan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait Pengaruh Modal Kerja dan Jenis Usaha Terhadap Pendapatan Bersih Pedagang Kaki Lima di Pasar Way Halim, yang merupakan kondisi pasar yang letaknya dekat sekolah, perumahan, pusat olahraga PKOR Way Halim dan kantor - kantor perusahaan.

2. Alasan Subyektif

(22)

di perpustakaan, sehingga dengan mudah skripsi ini dapat terselesaikan.

C. Latar Belakang Masalah

Semua manusia memiliki kebutuhan pokok baik sandang, pangan maupun papan. Dalam pandangan islam kebutuhan pokok tersebut (sandang, pangan dan papan) dan kebutuhan terhadap jasa-jasa tertentu (meliputi pendidikan, kesehatan dan keamanan) merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Seorang manusia memiliki kebutuhan mendasar dengan segala potensi yang dimilikinya, baik itu kebutuhan fisik/biologis maupun kebutuhan pemenuhan nalurinya.6

Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja memproduksi dan berperan dalam berbagai bentuk aktivitas ekonomi; pertanian, perkebunan, perikanan, perindustrian, dan perdagangan. Islam memberkati pekerjaan dunia ini dan menjadikannya bagian dari ibadah dan jihad. 7

Mengenai jual beli atau berdagang itu sendiri pengertiannya adalah saling menukar atau pertukaran harta atas dasar saling merelakan ataupun memindahkan hak milik dengan pergantian.8 Landasan hukum jual beli ini

ialah Al-Qur’an. Dalam landasan Al-Qur’an sudah jelas firman Allah dalam surat Al-Araf ayat 10, yang berbunyi :

6 Rohmatul Isrohah, Analisis Pengaruh Modal Kerja Dan Jam Kerja Terhadap

Pendapatan Bersih Pedagang Kaki Lima Di Kelurahan Ngaliyan Semarang, (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2015), h. 1

7 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta : Gema Insani, 1997), h.

107

(23)





























Artinya :

Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.9

Dalam ayat tersebut Allah SWT berfirman, mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya perihal karunia yang telah Dia berikan kepada manusia, yaitu Allah telah menjadikan bumi sebagai tempat tinggal mereka, dan telah menjadikan padanya pasak-pasak (gunung-gunung) dan sungai-sungai, serta menjadikan padanya tempat-tempat tinggal dan rumah-rumah untuk para manusia. Allah memperbolehkan kita untuk memanfaatkannya dan telah menjadikan bumi itu sebagai penghidupan bagi kita para manusia, yakni mata pencaharian serta berbagai sarananya sehingga kita sebagai manusia dapat berniaga padanya dan dapat membuat berbagai macam sarana untuk penghidupan. Tetapi kebanyakan mereka amat sedikit yang mensyukurinya. Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk mencari rezeki yang telah Allah tetapkan melalui jalan yang halal. Dalam Al-Qur’an Surat At – Taubah ayat 105 yang berbunyi :

9 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: PT.

(24)



































Artinya :

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.10

Maksud dari ayat tersebut diatas adalah Allah SWT mengetahui apa yang kamu kerjakan, semua yang dikerjakan manusia didunia ini akan dibalas oleh Allah SWT di hari akhir kelak. Maka dari itu, bekerjalah sebagaimana mestinya, dan kita diharuskan untuk melakukan pekerjaan yang tidak dilarang oleh syariat karena Allah SWT melihat segala perbuatan kita.

Rasullullah shallahu’alaihi wasallam telah menuntun kita agar senantiasa kita bekerja dan mencari nafkah dengan cara halal lagi baik. Islam menekankan sekali pada usaha-usaha yang produktif. Salah satu usaha-usaha produktif yang dimaksud adalah usaha perdagangan. Namun, tidak semua usaha perdagangan dibolehkan dan tidak dibenarkan oleh agama, baik karena cara-cara pelaksanaannya ataupun jenis barang yang diperdagangkannya.11

10 Departemen Agama Republik Indonesia,Ibid., h. 162

(25)

Aktivitas perdagangan merupakan salah satu dari aspek kehidupan yang bersifat horizontal, yang menurut fikih Islam dikelompokkan ke

dalam masalah mu’amalah, yakni masalah-masalah yang berkenaan dengan hubungan antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Perdagangan juga mendapatkan penekanan khusus dalam ekonomi Islam, karena keterkaitannya secara langsung dengan sektor riil. Sistem ekonomi Islam memang lebih mengutamakan sektor riil dibandingkan dengan sektor moneter, dan transaksi jual beli memastikan keterkaitan kedua sektor tersebut. Kekayaan suatu negara dari perspektif Islam tidak diukur dengan jumlah uang yang beredar, tetapi dengan produksi barang yang dapat dihasilkan oleh negara tersebut.12

Dalam sistem ekonomi Islam, modal diharuskan terus berkembang agar sirkulasi uang tidak berhenti. Dikarenakan jika modal atau uang berhenti (ditimbun/stagnan) maka harta itu tidak dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain, namun jika uang diinvestasikan dan digunakan untuk melakukan bisnis maka uang tersebut akan mendatangkan manfaat bagi orang lain, termasuk diantaranya jika ada bisnis berjalan maka akan bisa menyerap tenaga kerja.13 Berikut ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwasanya harta harus berputar Q.S Al – Hasyr ayat 7 :































12 Jusmaliani, Op.Cit., h. 7

(26)



























Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada rasulnya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang-orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kau. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhmya Allah amat ketras hukumannya. (QS. Al – Hasyr 59 : 7)14

Maksud dari ayat diatas adalah, manusia diharuskan untuk mengelola hartanya agar harta tersebut tidak hanya digunakan untuk diri sendiri melainkan dimanfaatkan agar bisa berkembang dan dapat membantu masyarakat lain. Hal ini dimaksud agar harta itu tidak hanya berputar pada lingkungan tertentu saja dari orang – orang kaya, tetapi tersebar pada berbagai pihak sehingga manfaatnya juga dirasakan oleh banyak pihak.

Modal merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki oleh pedagang dalam membangun usahanya. Ekonomi Islam dalam konsep pengembangan modal memberikan ketentuan-ketentuan yang jelas dan terarah, antara lain konsep pengembangan modal yang ditawarkan adalah dengan menyerahkannya pada tiap individu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dengan catatan segala pengembangan yang akan

14Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: PT.

(27)

dilakukan, harus memenuhi ketentuan-ketentuan syari’ah yang ada sebagaimana yang diatur dalam Syari’ah Mu’amalah.15

Bisnis Islami dikendalikan oleh aturan halal dan haram, baik dari cara perolehan maupun pemanfaatan harta. Dalam melakukan bisnis atau perdagangan, Islam sangat menggaris bawahi prinsip-primsip hukum yang mengatur kode etik bisnis Islami, antara lain sebagai berikut :

1. Memenuhi tujuan syariat Islam sebagai pemeliharaan agama seseorang, dirinya, anak-anak, jiwa, dan hartanya.

2. Tidak boleh mengurangi aturan-aturan syariat sehingga bercampur dengan konsep-konsep kontemporer dan teori-teori yang tidak sesuai dengan sumbernya; transaksi bisnis tidak boleh menimbulkan hilangnya hak, kelalaian akan tugas, atau menentang ketentuan Allah.

3. Semua kesepakatan dan transaksi bisnis, kecuali yang dilarang dalam teks Al-Qur’an atau Sunnah, diperbolehkan selama membawa mashlahat; sedangkan keadaan yang tidak dijelaskan dalam hukum Islam, dipertimbangkan menurut sahnya suatu hukum.

4. Kesepakatan-kesepakatan yang menyebabkan hilangnya hak milik orang lain secara tidak adil dan membawa pada kecurangan adalah tidak sah.16

15 Taqyudin An-Nabahani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam,

(Surabaya : Risalah Gusti, 1996), h. 105

(28)

Perdagangan di Indonesia terdapat dua jenis yaitu sektor formal dan sektor informal. Sektor usaha atau perdagangan formal meliputi perdagangan yang dibangun dengan oleh BUMD, BUMN, BUMS, dan Koperasi. Sedangkan, sektor pekerjaan informal menurut lapangan usaha di Indonesia dibagi dalam sembilan sektor, yakni : pertanian, listrik, gas & air, angkutan, pertambangan, bangunan, keuangan, industri pengolahan, jasa kemasyarakatan dan perdagangan.

Gambar 1

Komposisi Pekerja Informal Menurut Lapangan Usaha Indoesia, 2002-2014

Sumber : BPS, 2015 (diolah)

(29)

pekerja formal, kecuali pada sektor bangunan dimana terdapat pekerja lepas dengan jumlah signifikan. Tenaga kerja informal paling sedikit terdapat di sektor keuangan serta pada sektor listrik, air, dan gas. Pada sektor keuangan proporsi pekerja informal meingkat dari 6,07 persen pada 2002 menjadi 13,64 persen pada 2014. Sementara untuk sektor keuangan dan jasa kemasyarakatan menunjukan proporsi informalitas yang rendah.Pada tahun 2014 pekerja informal yang tertinggi berada pada sektor pertanian sebesar 89 persen dan di urutan kedua ditempati oleh sektor perdagangan sebesar 70 persen.

Dalam sejarah perekonomian Indonesia, kegiatan usaha sektor informal sangat potensial dan berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri. Jauh sebelum krisis ekonomi sektor informal sudah ada, resesi ekonomi nasional tahun 1998 hanya menambah jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor informal. Pedagang sektor informal adalah orang yang bermodal relatif sedikit. Usaha tersebut dilaksanakan di tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal.17

Pelaku sektor usaha atau perdagangan informal antara lain adalah, petani yang mempunyai lahan dan mengolahnya sendiri, pekerja lepas, pedagang warung kecil, pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang musiman dan pedagang kaki lima (PKL). Salah satu sektor informal yang banyak diminati oleh masyarakat adalah Pedagang Kaki Lima (PKL).

(30)

Banyak orang menjadikan pedagang kaki lima sebagai pilihan alternatif bagi yang tidak tertampung di sektor formal.18

Sektor informal menjadi alternatif karena relatif mudah memasukinya dari pada sektor formal, tidak perlu keterampilan khusus, serta pasar yang menjanjikan, sehingga hal ini dapat menekan angka pengagguran dan kemiskinan.19

Menurut Gilang Permadi istilah pedagang kaki lima (PKL) di runut hingga masa penjajahan Belanda di Indonesia. Dahulu, penjajah Belanda membuat peraturan bahwa setiap jalan raya yang dibangun harus menyediakan sarana untuk pejalan kaki, sarana untuk pejalan kaki tersebut disebut trotoar. Lebar trotoar untuk pejalan kaki adalah lima kaki (kaki: satuan ukuran panjang yang digunakan mayoritas bangsa eropa) atau sekitar satu setengah meter. Kemudian saat Indonesia merdeka, trotoar untuk pejalan kaki itu dimanfaatkan oleh pedagang untuk berjualan.Selain trotoar,emperan toko juga digunakan tempat berjualan, waktu itu disebut pedagang emperan, lama-lama disebut dengan pedagang kaki lima.20

Karakteristik sektor informal adalah sangat bervariasi dalam bidang kegiatan produksi barang dan jasa berskala kecil, unit produksi yang dimiliki secara perorangan atau kelompok, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya), dan teknologi yang dipakai relatif sederhana. Para pekerjanya sendiri biasanya tidak memiliki pendidikan formal,

18 Robichibin, D. J. Dan A. Hamid, Ekonomi Informal Perkotaan : Gejala Involusi

Gelombang kedua, (Jakarta : LP3ES, 1994), h. 57

19 Retno Wijayanti, Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima pada Kawasan

Komersial di Pusat Kota, Jurnal Teknik, Vol. 30, No. 3, 2009 : 162 – 170, 2008, h. 169

20 Gilang Permadi, Pedagang Kaki Lima : Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini,

(31)

umumnya tidak memiliki keterampilan dan modal kerja. Oleh sebab itu produktivitas dan pendapatan mereka cenderung rendah dibandingkan dengan kegiatan bisnis yang dilakukan di sektor formal. Pendapatan tenaga kerja informal bukan berupa upah yang diterima tetap setiap bulannya, seperti halnya tenaga kerja formal. Upah pada sektor formal diintervensi pemerintah melalui peraturan Upah Minimum Propinsi (UMP). Tetapi penghasilan pekerja informal lepas dari campur tangan pemerintah.21

Pedagang Kaki Lima (PKL) banyak di temui di tempat-tempat seperti pasar, trotoar jalan raya, maupun di sekolah atau kampus universitas. Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) memang sejatinya menganggu ketertiban umum namun tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya Pedagang Kaki Lima (PKL) maka semua kebutuhan yang kita inginkan dapat tercapai dengan mudah dan murah dikarenakan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tidak membayar sewa tempat sehingga harga yang ditawarkan pun jauh lebih murah dibandingkan dengan harga barang yang ada di toko.

Tidak jarang keberadaan pasar menjadi lahan yang sangat strategis bagi pedagang kaki lima. Pedagang Kaki Lima yang berada di wilayah pasar terkadang mempermudah para konsumen berbelanja langsung tanpa harus masuk ke dalam pasar. Pada dasarnya pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dengan pembeli. Atau pasar adalah daerah atau

(32)

tempat (area) yang di dalamnya terdapat kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang saling bertemu untuk membentuk suatu harga. Pasar dapat pula diartikan sebagai suatu kelompok orang-orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-menawar (dan melakukan tempat bagi penawaran dan permintaan) sehingga dengan demikian terbentuk harga.22

Pasar Way Halim merupakan salah satu pasar di Bandar Lampung yang letaknya cukup strategis yaitu dekat dengan pusat keramaian seperti sekolah-sekolah, perumahan Perumnas Wayhalim dan pusat olahraga PKOR Way Halim. Pasar Wayhalim merupakan pasar yang memiliki keberagaman produk, dan barang yang didagangkan bukan barang musiman, sehingga pedagang setiap hari menjual barang dagangannya tanpa ada musiman. Berdasarkan pendataan lapangan yang dilakukan oleh penulis, Pasar Wayhalim merupakan Pasar yang tidak terlalu besar sehingga banyak pedagang yang datang untuk menjual barang dagangannya dengan cara membawa gerobak sendiri ataupun membuka lapak dengan alat seadanya. Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pasar Wayhalim memiliki keberagaman produk yang dijual, sehingga konsumen lebih leluasa untuk memilih barang yang ingin dibeli. Dan juga harga yang ditawarkan oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) relatif lebih murah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh pedagang kios.

(33)

Pendapatan bersih pedagang kaki lima yang relatif kecil atau rendah sering di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah modal kerja yang relatif rendah dan jenis usaha yang berbeda.

Faktor modal kerja dimasukkan dalam penelitian ini karena secara teoritis modal kerja mempengaruhi peningkatan jumlah barang yang diperdagangkan sehingga akan meningkatkan pendapatan terutama pendapatan bersih. Semakin tinggi modal yang digunakan akan mendorong pendapatan bersih yang semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya semakin rendah modal yang digunakan akan mendorong pendapatan bersih yang diperoleh juga semakin rendah.

Faktor jenis usaha secara teoritis mempengaruhi pendapatan terutama pendapatan bersih. Jenis usaha atau dagangan yang dijual akan mempengaruhi jumlah pembeli yang membeli barang dagangan. Pedagang yang menjual barang-barang kebutuhan pokok seperti sembako dan makanan siap saji (jajanan pasar) cenderung akan lebih dibutuhkan oleh pembeli setiap hari dibandingkan dengan barang dagangan yang bukan kebutuhan pokok seperti pedagang yang menjual pakaian, hijab, CD, karena tidak setiap hari pembeli membelinya.

Maka berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengangkat judul “Pengaruh Modal Kerja dan Jenis Usaha Terhadap Pendapatan Bersih Pedagang Kaki

(34)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh modal kerja dan jenis usaha terhadap pendapatan bersih pedagang kaki lima di Pasar Wayhalim Bandar Lampung Tahun 2017?

2. Bagaimana modal kerja dan jenis usaha yang dikerjakan oleh pedagang kaki lima di Pasar Wayhalim Bandar Lampung dalam perspektif ekonomi Islam?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap pendapatan bersih pedagang kaki lima di Pasar Way Halimmenurut perspektif Ekonomi Islam.

b. Untuk mengetahui pengaruh jenis usaha terhadap pendapatan bersih pedagang kaki lima di Pasar Way Halimmenurut perspektif Ekonomi Islam.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

(35)
(36)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Modal Kerja Dalam Ekonomi Islam

1. Pengertian Modal Kerja dan Dasar Hukumnya

Dalam sistem ekonomi Islam modal diharuskan terus berkembang agar sirkulasi uang tidak berhenti. Dikarenakan jika modal atau uang berhenti (ditimbun/stagnan) maka harta itu tidak dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain, namun seandainya jika uang diinvestasikan dan digunakan untuk melakukan bisnis maka uang tersebut akan mendatangkan manfaat orang lain, termasuk diantaranya jika ada bisnis berjalan maka akan bisa menyerap tenaga kerja. Islam melarang penimbunan harta dan sebaliknya mendorong sirkulasi harta diantara semua bagian masyarakat, berikut ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwasanya harta harus berputar Q.S Al – Hasyr ayat 7 :

























































(37)

orang-orang miskin dan orang-orang-orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kau. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhmya Allah amat ketras hukumannya. (QS. Al – Hasyr 59 : 7)23

Maksud dari ayat diatas adalah, manusia diharuskan untuk mengelola hartanya agar harta tersebut tidak hanya digunakan untuk diri sendiri melainkan dimanfaatkan agar bisa berkembang dan dapat membantu masyarakat lain. Hal ini dimaksud agar harta itu tidak hanya berputar pada lingkungan tertentu saja dari orang – orang kaya, tetapi tersebar pada berbagai pihak sehingga manfaatnya juga dirasakan oleh banyak pihak.

Modal tidak boleh diabaikan, manusia berkewajiban menggunakannya dengan baik, agar ia terus produktif dan tidak habis digunakan. Karena itu seorang wali yang menguasai harta orang-orang yang tidak atau belum mampu mengurus hartanya, diperintahkan untuk mengembangkan harta yang berbeda dalam kekuasaanya itu dan membiayai kebutuhan pemiliknya yang tidak mampu itu, dari keuntungan perputaran modal, bukan dari pokok modal.24 Karena itu pula modal tidak boleh menghasilkan dari dirinya sendiri, tetapi harus dengan usaha manusia. Ini salah satu sebab mengapa membungakan uang, dalam bentuk riba dan perjudian dilarang oleh Al-Qur’an.25

23Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: PT.

Syaamil Cipta Media), h. 797

24Prof. H. Racmay Syafee’I, Loc.Cit., h.

(38)

Islam menegaskan bahwa meminjam uang untuk kebutuhan sehari-hari dan mendatangkan riba adalah haram hukumnya. Pada dasarnya transaksi riba dapat terjadi dari transaksi hutang piutang, namun bentuk dari sumber tersebut bisa berupa qard, buyu'dan lain sebagainya. Para ulama menetapkan dengan tegas dan jelas tentang pelarangan riba, disebabkan riba mengandung unsur eksploitasi yang dampaknya merugikan oran lain, hal ini mengacu pada Kitabullah dan Sunnah Rasul

serta ijma’ para ulama. Bahkan dapat dikatakan tentang pelarangannya

sudah menjadi aksioma dalam ajaran Islam. Beberapa pemikir Islam berpendapat bahwa riba tidak hanya dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermoral akan tetapi merupakan sesuatu yang menghambat aktifitas perekonomian masyarakat, sehingga orang kaya akan semakin kaya sedangkan orang miskin akan semakin miskin dan tertindas.26

Setiap usaha atau berdagang selalu membutuhkan modal kerja untuk dapat menjalankan operasionalnya sehari-hari, misalnya pembayaran uang muka pembelian bahan baku atau bahan mentah, dan membayar upah karyawan. Dimana dana yang dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk ke usaha dalam waktu yang pendek melalui hasil produksi.27

Pengelolaan modal kerja meliputi usaha mendapatkan dan menyediakan dana yang dibutuhkan serta usaha untuk menggunakan

26 Abdullah al-Muslih dan Shalah ash-Shawi, h. 345

27 Amalia Putri, Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas,

(39)

dana tersebut secara efektif dan efisien dengan tetap mempertahankan arus pendapatan guna kelangsungan perusahaan dalam membiayai operasi selanjutnya. Oleh sebab itu, diperlukan manajemen yang baik dalam setiap pengelolaan modal kerja.

Secara umum modal adalah setiap bentuk kekayaan yang dimiliki untuk memproduksi lebih banyak kekayaan.28 Menurut konsep fungsional modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi, yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya usaha tersebut.29

Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Seperti pembelian bahan baku, membayar gaji dan upah, dan biaya operasional lainnya.30

Pendapat lain menjelaskan modal kerja adalah modal yang harus di keluarkan untuk membeli atau membuat barang dagangan. Selain modal kerja, modal yang dikeluarkan diawal untuk jangka panjang disebut modal awal. Sedangkan untuk membayar biaya operasi bulanan disebut modal operasional.31

28 Najmudin, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyyah Modern, (Yogyakarta :

Andi Offset, 2011), h. 217

29 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2014), h. 67

30 Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

2010), h. 210

31 Saban Echdar, Manajemen Entrepreneurship- Kiat Sukses Menjadi Wirausaha,

(40)

Dari penjelasan diatas pada hakikatnya modal kerja merupakan jumlah yang harus terus menerus ada dalam menopang usaha yang menjembatani antara pengeluaran untuk memperoleh bahan atau jasa, dengan waktu penerimaan penjualan, jarak tersebut dinamakan periode perputaran modal kerja. Semakin pendek periode perputaran mka semakin cepat perputarannya. Lama atau cepatnya perputaran ini akan menentukan pula besar atau kecilnya kebutuhan modal kerja.

Pengertian modal dalam penelitian ini adalah biaya yang digunakan untuk memproduksi atau membeli barang dagangan dan operasional sehari-hari baik yang bersumber dari permodalan sendiri maupun permodalan dari sumber lain. Modal dalam penelitian ini diukur dengan rata-rata modal perhari dalam satuan rupiah.

2. Jenis-jenis Modal Kerja

Menurut Riyanto (2001), modal kerja digolongkan dalam beberapa jenis :32

a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalani fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini terdiri dari :

32 Aulia Rahma, Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

(41)

1) Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.

2) Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.

b. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini terdiri dari :

1) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.

2) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.

3) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.33

Dalam penelitian ini, penulis memakai modal kerja variabel, dimana pedagang kaki lima setiap harinya modal kerja yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pendapatan yang didapat sehari sebelumnya.

(42)

3. Faktor-Faktor Penentuan Jumlah Modal

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh bebrapa faktor sebagai berikut :

a. Sifat atau jenis perusahaan

Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan.

b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan dijual

Ada hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan dijual pada pembeli. Makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh barang, atau makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh barang dari luar negeri, jumlah modal kerja yang diperlukan makin besar.

c. Cara-cara atau syarat-syarat pembelian dan penjualan

(43)

d. Perputaran persediaan

Makin cepat persediaan berputar maka makin kecil modal kerja yang diperlukan. Pengendalian yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis, dan kualitas barang yang sesuai dan mengatur investasi dalam persediaan. Disamping itu biaya yang berhubungan dengan persediaan juga berkurang.

e. Perputaran piutang

Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang. Apabila penagihan piutang dilakukan secara efektif maka tingkat perputaran piutang akan tinggi sehingga modal kerja tidak akan terikat dalam waktu yang lama dan dapat segera digunakan dalam siklus usaha.

f. Siklus usaha (konjungtur)

Dalam masa “prosperti” (konjungtur tinggi), perusahaan akan berupaya untuk membeli barang mendahului kebutuhan untuk memperoleh harga yang rendah dan memastikan adanya persediaan

yang cukup sehingga dalam masa “depresi” (konjungtur menurun)

maka volume usaha turun dan banyak perusahaan atau pelaku usaha yang harus menukar persediaan dan piutang menjadi uang. g. Musim

(44)

usaha memerlukan sejumlah modal kerja yang maksimum untuk jangja relatif pendek.

Ada 2 macam musim :

1) Musim dalam hal produktif hanya dilakukan dalam berbulan-bulan tertentu saja sedangkan dalam bulan lain tidakada produksi atau sedikit produksinya.

2) Musim dalam hal penjualan, yaitu penjualan hanya dilakukan dalam bulan-bulan tertentu saja, sedangkan dalam bulan lain penjualan tidak begitu banyak.34

4. Hubungan Modal Kerja Dengan Pendapatan Bersih

Setiap usaha selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalkan untuk pembelian bahan baku, membayar upah, gaji pegawai dan lain sebagainya. Modal kerja yang efektif sangat penitng untuk pertumbuhan kelangsungan usaha dalam jangka panjang. Apabila pedagang kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka beasr kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan.

Kaitannya modal kerja dengan pendapatan bersih bahwa modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan usaha pedagang. Artinya semakin besar atau meningkatnya modal yang dimiliki maka pendapatan yang diperoleh akan semakin meningkat

34 Amin Wijaya Tunggal, Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan, (Rhineka Cipta :

(45)

dan sebaliknya jika modal yang dimiliki kecil atau menurun maka pendapatan yang diperoleh pun akan menurun.35 Modal kerja merupakan faktor yang penting dalam kegiatan usaha, sebab modal kerja disini merupakan urat nadi bagi keberlangsungan suatu usaha. Semakin besar modal kerja, maka semakin luas kesempatan untuk mengembangkan usaha. Uang atau dana yang dikeluarkan dari modal kerja tersebut dapat diharapkan kembali lagi dalam jangka waktu yang pendek, melalui hasil penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya, jadi jika modal kerja bertambah maka otomatis akan mempengaruhi keuntungan.

B.Jenis Usaha Dalam Ekonomi Islam

1. Pengertian Jenis Usaha dan Dasar Hukumnya

Secara umum, Islam pada dasarnya mempersilakan manusia untuk mengonsumsi dan memperdagangkan apa saja yang mereka kehendak dan mereka kuasai dari apa saja yang ada di bumi, sejauh barang-barang yang dikonsumsinya atau diperdagangkan itu benar-benar halal lagi baik (halalan thayyiban). Dengan kalimat lain, Islam jelas menghalalkan barang (makanan/minuman dan lain-lain) yang baik-baik (at-thayyibat).36

35Tyas Sasetyowati dan Susanti Kurniawati, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan Sembako Suatu Kasus pada Pedagang Sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran, (Jurnal, 20121), h. 11

36 Muhammad amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan

(46)

Pada saat bersamaan, Islam juga dengan tegas mengharamkan seseorang dari kemungkinan mengonsumsi makanan atau minuman lain-lain yang buruk-buruk (al-khabitsat). Dalam surat Al-Baqarah ayat 168 dan 169 yang berbunyi :



























































Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allâh apa yang tidak kamu ketahui. [al-Baqarah/2:168-169]

Allâh Azza wa Jalla mengingatkan akan anugerah berupa perintah kepada manusia untuk memakan apa saja yang ada di bumi, baik yang berupa biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan, serta daging hewan dan binatang dengan dua kriteria: ًلاَلاَح(yang dihalalkan bagi mereka), bukan barang yang diharamkan atau didapatkan melalui cara yang haram seperti ghashab, mencuri dan lainnya. Kedua, ًابَّيَط(yang baik), maksudnya bukan barang yang khabîts (buruk) seperti bangkai, darah, daging babi dan barang-barang bersifat buruk lainnya.

(47)

dan tidak menjijikkan yang dijauhi jiwa manusia. Dengan demikian, dzat makanan (dan minuman) tersebut baik, tidak membahayakan tubuh dan akal mereka.

Islam mengajarkan dalam sistem ekonomi ummatnya, didasarkan pada nilai-nilai keadilan yang harus ditegakkan, dan menjadi prinsip pokok untuk melakukan kegiatan ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi harus mengandung unsur manfaat serta tidak melakukan penganiayaan terhadap dirinya dan orang lain, sehingga kegiatan ekonomi dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat secara merata. Melakukan kegiatan ekonomi tidak diperbolehkan dengan melakukan penipuan, perjudian, pemaksaan ataupun mengambil hak milik orang lain dengan cara-cara bathil.37

Menurut Ari Sulistiyo Budi (dalam penelitian tesis nya pada tahun 2006), jenis dagangan pedagang kaki lima sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh aktivitas yang ada disekitar kawasan dimana pedagang tersebut beraktivitas. Misal, disuatu kawasan perdagangan, maka jenis dagangan yang ditawarkan akan beranekaragam, berupa makanan atau minuman, barang kelontong, pakaian dan lain-lain.38

Jenis usaha atau dagangan adalah jenis barang atau jasa yang akan dijual oleh para pedagang di pasar. Jenis-jenis barang yang diperjualbelikan beragam, diantaranya ada buah-buahan, sayuran atau

37 Portal Garuda.org/article.php?article, Analisis Bentu k Gharar Dalam Transaksi

Ekonomi (diakses pada tanggal 11 Oktober 2017)

38 Ari Sulistiyo Budi, Kajian lokasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi PKL

(48)

hasil bumi, daging dan ikan, makanan dan minuman, pakaian dan aksesoris, peralatan rumah tangga, sembako, dan lain-lain.39

Pasar tradisional memiliki aturan tersendiri dalam menentukan jenis usaha atau dagangan. Aturan ini terkait penempatan lokasi berdagang sesuai dengan jenis usaha atau dagangan dalam pola zoning atau pengelompokan jenis dagangan. Pola zoning diterapkan untuk pasar yang memiliki jenis barang dagangan yang bervariasi. Sementara untuk pasar dengan jenis dagangan yang bersifat homogen tidak perlu menerapkan pola zoning karena jenis dagangan yang diperjualbelikan memiliki jenis yang sama. Pola Zoning dapat mempermudah pengelolaan pasar dan mempermudah konsumen mencari barang sesuai jenis dagangannya, selain itu untuk menciptakan suatu pengelolaan pasar tradisional yang baik, rapi dan nyaman.

Adapun jenis dagangan yang ditawarkan oleh pedagang kaki lima dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok utama, yaitu40 :

a. Makanan yang tidak dan belum diproses, termasuk didalamnya makanan mentah, seperti daging, buah-buahan, dan sayuran. b. Makanan yang siap saji, seperti nasi dan lauk pauk dan juga

minuman.

c. Barang bukan makanan, mulai dari tekstil hingga obat-obatan.

39 Nur Isni Atun, Pengaruh Modal, Lokasi, Dan Jenis Dagangan Terhada p Pendapatan

Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman, (Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, 2016), h. 29

(49)

d. Jasa, yang terdiri dari beragam aktivitas, misalnya tukang potong rambut dan lain sebagainya.

Pengertian jenis usaha atau dagangan dalam penelitian ini adalah jenis barang yang dijual oleh para pedagang kaki lima di Pasar Wayhalim sesuai dengan kelompok jenis dagangnya. Jenis dagangan diukur dengan jumlah pedagang dari masing-masing jenis dagangan dimana skor tertinggi dimiliki oleh jenis dagangan dengan jumlah pedagang paling banyak dan skor terendah dimiliki oleh jenis dagangan dengan jumlah pedagang paling sedikit.

2. Hubungan Jenis Usaha Dengan Pendapatan Bersih

(50)

dagangnya. Jenis dagangan diukur dengan jumlah pedagang dari masing-masing jenis dagangan dimana skor tertinggi dimiliki oleh jenis dagangan dengan jumlah pedagang paling banyak dan skor terendah dimiliki oleh jenis dagangan dengan jumlah pedagang paling sedikit.

Sedangkan hubungan antara jenis usaha dengan pendapatan bersih adalah semakin banyak barang dagangan yang ditawarkan oleh pedagang maka semakin besar pula pendapatan yang didapat oleh pedagang atau pedagang yang menjual barang kebutuhan pokok seperti makanan, minuman dan jajanan pasar cenderung akan cepat laku dan paling banyak dicari oleh konsumen sehingga mempengaruhi pendapatan bersih yang didapat oleh pedagang itu sendiri.

C. Pendapatan Bersih Dalam Ekonomi Islam

1. Pengertian Pendapatan Bersih dan Dasar Hukumnya

Menurut Al-Mushlih dan Ash-Shawi, laba atau pendapatan bersih adalah selisih lebih hasil penjualan dari harga pokok dan biaya operasi. Kalangan ekonomi mendefinisikan sebagai selisih antara total penjualan dengan total biaya. Total penjualan yakni total barang yang dijual, dan total biaya merupakan seluruh total biaya yang dikeluarkan dalam penjualan.41

41 Sudasono dan Edilius, Kamus Ekonomi : Uang dan Bank, (Jajkarta : Rhineka Cipta,

(51)

Tujuan dalam perdagangan dalam arti sederhana adalah memperoleh laba atau pendapatan, secara ilmu ekonomi murni asumsi yang sederhana menyatakan bahwa sebuah industri dalam menjalankan produksinya adalah bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan (laba/profit) dengan cara dan sumber-sumber yang halal. Kemudian pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya.42

Dalam Islam kegiatan perdagangan itu haruslah mengikuti kaidah-kaidah dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah. Aktivitas perdagangan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh agama mempunyai nilai ibadah. Dengan demikian, selain mendapatkan keuntungan-keuntungan materiil guna memenuhi kebutuhan ekonomi, seseorang tersebut sekaligus dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pendapatan adalah hasil penjualan barang dagang. Penjualan timbul karena terjadi transaksi jual-beli barang antara penjual dan pembeli. Tidak peduli apakah transaksi tersebut dilakukan dengan pembayaran secara tunai, kredit, atau sebagian tunai atau sebagian kredit. Selama barang sudah diserahkan oleh pihak penjual kepada pihak pembeli, hasil penjualan tersebut sudah termasuk sebagai pendapatan.43

42 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam, (Jakarta : Zahra, 2008), h.

102

43 Kuswadi, Pencatatan Keuangan Usaha Dagang Untuk Orang-Orang Awam, (Jakarta :

(52)

Pendapatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha), jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan bersih seseorang merupakan keseluruhan jumlah penghasilan yang diterima oleh sesorang sebagai balas jasa atas hasil. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) dalam Firdausa 2012, pendapatan adalah seluruh penghasilan yang diterima baik sektor formal maupun non formal yang terhitung dalam jangka waktu tertentu.

Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono (1992) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor- faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Selanjutnya, pendapatan juga dapat di definisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan (Nababan, 2013).

(53)

selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran.

Pendapatan merupakan hasil yang didapat karena seseorang telah berusaha sebagai ganti atas jerih payah yang telah dikerjakannya. Pendapatanya itu pemasukan yang diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual atau dalam persamaan matematika dapat dinyatakan:

TR = Q x P Dimana :

TR = Pendapatan Total Q = Jumlah Produksi P = Harga

Dan dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut : P (Price)

TR =Total Revenue

0 Q(Quantity)

(54)

bersih atau laba usaha (operating profit) ini merupakan laba yang diperoleh suatu usaha dari aktivitas usaha atau operasinya (sesuai dengan maksud didirikannya suatu usaha), belum dikenai biaya pinjaman dan (cost of funding) jika ada.

Jenis pendapatan dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih dalam sehari yang didapat oleh pedagang kaki lima di Pasar Wayhalim.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Menurut Swastha, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dari kegiatan penjualan antara lain:

a. Kondisi dan kemampuan pedagang

Kemampuan pedagang dalam transaksi jual beli yaitu mampu meyakinkan para pembeli untuk membeli dagangannya dan sekaligus memperoleh pendapatan yang diinginkan.

b. Kondisi pasar

Kondisi pasar berkaitan dengan keadaan pasar tersebut, jenis pasar, kelompok pembeli yang ada dalam pasar tersebut, lokasi berdagang, frekuensi pembeli dan selera pembeli dalam pasar tersebut.

c. Modal

(55)

usaha harus membeli jumlah barang dagangan dalam jumlah besar. Untuk itu dibutuhkan tambahan modal untuk membeli barang dagangan atau membayar biaya opersional agar tujuan meningkatkan keuntungantercapai sehingga pendapatan dapat meningkat.

d. Kondisi organisasi usaha

Semakin besar suatu usaha akan memiliki frekuensi penjualan yang semakin tinggi sehingga keuntungan akan semakin besar dibandingkan dengan usaha yang lebih kecil.

e. Faktor lain

Faktor lain yang mempengaruhi pendapatan berkaitan dengan periklanan dan kemasan produk.44

D. Penelitian Terdahulu

Kajiaan pustaka atau penelitian terdahulu merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi perbandingan dan acuan yang memberikan gambaran terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu menyangkut Pendapatan Bersih Pedagang Kaki lima. Ini disadari untuk melakukan penelitian perlu ada suatu bentuk hasil penelitian terdahulu yang dijadikan referensi pembanding dalam penelitian, untuk itu pada bagian ini akan diberikan penjelasan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan rencana penelitian ini :

44Basu Swastha,Manajemen Pemasaran I Edisi Ketiga, (Yogyakarta : BPFE, 2001), h.

(56)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Rohmatul Isrohah, Skripsi Universita s Islam Negeri Walisongo (2015) Analisis Pengaruh Modal Kerja dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Bersih Pedagang Kaki lima di Kelurahn Ngaliyan Semarang

(57)

(terikat) : Pendapatan pedagang Pasar berdagang, kondisi tempat berdagang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar. usaha. Nazir, Tesis Universita s Sumatera Utara (2010) Anal

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 1 Komposisi Pekerja Informal Menurut Lapangan Usaha Indoesia,
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Buku saku ilustrasi bahaya aborsi ini berisi tentang pengertian aborsi, penyebab aborsi, mengapa seorang remaja bisa memilih tindakan aborsi, fenomena aborsi di Indonesia,

Dari hasil penelitian yang didapat, waktu tunggu pelayanan resep obat berdasarkan jenis resep di Apotek Panacea Kupang yaitu waktu tunggu pelayanan resep obat berdasarkan

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti ingin mecari variasi pendekatan yang lain dan masih sangat jarang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode

Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang

5.2.4 Pembahasan Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan konsep di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa dalam mewujudkan suatu organisasi khususnya organisasi birokrasi yang baik dan sehat maka dalam setiap

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem informasi monitoring dan evaluasi bantuan sarana produksi dan modal usaha pertanian ini, simpulan yang dapat ditarik adalah: